• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi - Kuala Tanjung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi - Kuala Tanjung)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)

88

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: ANDI. Fajerin, Yan Anggitia.2010.Analisis konsep nilai hasil pada proyek rehabilitasi

rumah sakit Ortopedi surakarta dengan menggunakan Program primavera 6.0. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Frederika, Ariany. 2010. Analisis Percepatan Pelaksanaan dengan Menambah Jam Kerja Optimum pada Proyek Konstruksi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.14, No.2.

Husen, Abrar. 2009.Manajemen Proyek.Yogyakarta: ANDI

Kareth, Michael. 2012. Analisis Optimalisasi Waktu dan Biaya dengan program Primavera 6.0. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.1, No.1

Messah, Y.S., Lazry, H.P.L., & Dantje, A.T.S. 2013. Pengendalian Waktu Dan Biaya Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak Dari Perubahan Desain. Jurnal Teknik Sipil Vol.2, No.2.

Santosa, Budi.2003.Manajemen Proyek. Surabaya: Guna Widya.

Satiawan, Budi. 2004. Memanfaatkan Primavera Project Planner dalam Mengelola Proyek Konstruksi.Yogyakarta: ANDI.

(4)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode untuk memecahkan suatu masalah yang ada dengan cara mengumpulkan data, disusun, dijelaskan, diolah dan dianalisis sehingga diperoleh hasil akhir. Hasil akhir ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengambil kesimpulan dari pemasalahan yang ada.

3.1.1. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Penggunaan Aplikasi Primavera dalam membantu percepatan proyek Pembangunan Konstruksi Jembatan Km.16 Kuala Tanjung dengan alternative penambahan jam kerja (lembur).

Yang menjadi objek penelitian adalah Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi - Kuala Tanjung. Proyek ini memiliki target waktu pengerjaan selama 6 bulan yang dimulai pada bulan juli sampai dengan desember. Akan tetapi proyek ini mengalami keterlambatan pekerjaan sebesar 7,2%. Dimana dalam perencanaan mengharuskan pekerjaan selesai 24,94% pada minggu ketiga bulan September namun pada kenyataannya di lapangan hanya bisa selesai 17,72%.

3.1.2. Pengumpulan Data-Data Proyek

(5)

41 minggu. Dalam penelitian ini data-data proyek diperlukan sebagai penunjang dalam melakukan analisa pada bab selanjutnya. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini didapat langsung dari pihak proyek di lapangan yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang menjadi data primer pada penelitian ini adalah Normal Duration (Durasi Normal) yang diperoleh dari Time Schedule dan Normal Cost (Biaya Normal) yang diperoleh dari RAB. Sedangkan data sekunder meliputi Analisa Harga Satuan (AHS) dan gambar proyek.

Berikut adalah data-data umum pada Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi - Kuala Tanjung ini adalah :

Nama Proyek : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api BH.21 Biaya Langsung kontrak : Rp 14.906.071.869.21

Waktu Pelaksanaan : 181 hari kalender Tanggal Pekerjaan Dimulai : 1 Juli 2014

Tanggal Pekerjaan Selesai : 27 Desember 2014

Lokasi : Km.16 Lintas Bandar tinggi – Kuala Tanjung Pemilik Proyek : Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Sumatera Utara

Kontraktor : Thamrin-Perkasa, KSO Konsultan : PT. Penta Graphi Parama

3.1.3. Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas

(6)

42 Adapun durasi proyek ini adalah 26 minggu atau 181 hari kalender, dimana dalam 1 minggu terdapat 6 hari kerja yaitu dari senin sampai sabtu, dan dalam 1 hari terdiri dari 8 jam kerja dan pada hari libur kalender kegiatan proyek juga diliburkan. Sehingga total durasi pelaksanaan proyek adalah 147 hari.

Selanjutnya adalah menginput data pada Primavera 6.0 dan menentukan hubungan antar aktivitas sehingga diperoleh lintasan kritis, free float dan total float.

3.1.4. Analisa Data

Percepatan durasi proyek dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang berada pada jalur kritis. Setelah diperoleh lintasan kritis maka dilakukan pengurangan durasi dengan Crashing Program. Adapun tahap-tahap dalam melakukan Crashing Program adalah sebagai berikut:

a. Mengitung crash duration

Crash duration adalah waktu yang dibutuhkan sebuah proyek dalam usahanya mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal duration

b. Menghitung crash cost.

Crash cost adalah besarnya biaya/upah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu dipercepar (crash duration).

c. Menghitung cost slope.

Cost slope adalah pertambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu aktifitas per satuan waktu.

(7)

43

3.1.5. Penentuan Waktu dan Biaya Optimum

Setelah diperoleh nilai Cost Slope masing-masing kegiatan selanjutnya adalah melakukan penekanan durasi pada setiap kegiatan yang berada pada lintasan kritis dimulai dengan kegiatan dengan cost slope terendah. Dengan bantuan Primavera 6.0 didapat durasi proyek setelah percepatan. Setelah itu ditentukan durasi proyek yang optimum dan biayanya.

3.1.6. Kesimpulan

Dari alternatif percepatan dengan penambahan jam kerja (lembur) 3 dan 4 jam setelah dilakukan crash program diperoleh masing-masing total durasi proyek setelah dipercepat dan total cost. Bandingkan kedua alternatif tersebut, sehingga dapat kita lihat mana yang lebih efektif.

3.2. Bagan Alir Penelitian

(8)

44

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

Selesai Tinjauan Pustaka

Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan

Pengumpulan Data

Data Primer

Normal Duration : diperoleh dari Time Schedule

Normal Cost : diperoleh dari RAB

Data Sekunder

• Analisa Harga Satuan

• Gambar Proyek

Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas

Crashing Program Crash Duration Crash Cost Cost Slope

Penjadwalan dengan Primavera 6.0

• Lintasan Kritis

Free Float Total Float

Analisa Data

Penentuan durasi proyek yang baru dengan Primavera 6.0

Kesimpulan dan Saran

Percepatan durasi dengan menambah jam kerja (lembur) 3 dan 4 jam kerja Mulai

(9)

45

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.

Analisis Data

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai analisis dan pembahasan optimasi waktu dan biaya pada proyek konstruksi jembatan BH.21 Kuala Tanjung dengan Crashing Program dengan bantuan program primavera.

4.1.1. Data Umum Proyek

Nama Proyek : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api BH.21 Nilai kontrak : Rp 14.906.071.869.21 (belum termasuk PPN 10%) Waktu Pelaksanaan : 181 hari kalender

Tanggal Pekerjaan Dimulai : 1 Juli 2014

Tanggal Pekerjaan Selesai : 27 Desember 2014

Lokasi : Km.16 Lintas Bandar tinggi – Kuala Tanjung Pemilik Proyek : Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal

(10)

46

4.1.2. Gambar Proyek

Gambar 4.1 Tampak atas lokasi proyek

(11)

47

Gambar 4.3. Lokasi Proyek 4.1.3. Deskripsi Pekerjaan

Pekerjaan Pembangunan Jembatan Kereta api ini memiliki 5 item pekerjaan yang terdiri dari : Pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan struktur atas, dan pekerjaan penyelesaian. Masing-masing item pekerjaan terdiri dari beberapa sub item pekerjaan dan terdapat beberapa pekerjaan yang tipikal, yaitu pada pekerjaan pondasi abutmen 1 dengan pondasi abutmen 2, pekerjaan badan abutmen 1 dengan pekerjaan badan abutmen 2, pekerjaan pile cap 1 dengan pekerjaan pile cap 2, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran (Time Schedule).

Berikut adalah table uraian kegiatan pada Pekerjaan Pembangunan Jembatan Kereta Api BH.21 Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung.

proyek pembangunan Jembatan KA BH.21 Km 16 Lintas Bandar – Kuala

(12)

48

Tabel 4.1 Uraian pekerjaan dan durasi

URAIAN PEKERJAAN DURASI

(Hari)

BH 21

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

Membuat dan memasang papan proyek 6 Pembuatan direksikeet 12 Perlengkapan direksikeet 12 Pembuatan gudang kerja 12 Jembatan darurat untuk pembongkaran 24 Pembongkaran bangunan sekitar 24 Mobilisasi dan demobilisasi 144 Pengukuran dan stacking out 144 Jaga malam/ keamanan peralatan kerja 144 Pengadaan alat semboyan 6

II. PEKERJAAN TANAH

Common backfill (abutment dan oprit) 24 Structural backfill (abutment dan oprit) 12

Galian abutment 12

III. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH III. A. Pekerjaan Pondasi

Pondasi Abutment 1

Tiang Pancang diameter 60 cm 12 Pemancangan tiang pancang diameter 60 cm 6

Pondasi Abutment 2

Tiang Pancang diameter 60 cm 12 Pemancangan tiang pancang diameter 60 cm 6

III. B. Pekerjaan Abutment III. B. 1. Badan Abutment 1

(13)

49

III. B. 2. Pile Cap (Footing)

Coble stone 6

Beton K175 lantai kerja 6 Beton K300 pada pile cap 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 12

III. B. 3. Penghubung Tiang Pancang dan Pile Cap (Footing)

Tulangan tiang pancang 6

Beton pengisi K300 6

III. B. 4. Badan Abutment 2

Beton K300 pada backwall 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 pada backwall 6 Beton K300 pada badan abutment 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 pada badan abutment 12 Beton K300 pada dinding sayap 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 pada dinding sayap 12 Beton K350 pada pelat injak 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 pada pelat injak 6

III. B. 5. Pile Cap (Footing)

Coble stone 6

Beton K175 lantai kerja 6 Beton K300 pada pile cap 6 Pembesian baja ulir BJTD-40 12

III. B. 6. Penghubung Tiang Pancang dan Pile Cap (Footing)

Tulangan tiang pancang 6

Beton pengisi K300 6

III. C. KONSTRUKSI PENGAMAN GALIAN

Konstruksi pengaman sementara galian pada badan

abutment 1 & 2 24

IV. PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

IV. A. Pengadaan Bahan Jembatan Baja (WTP/26 m) bentang 46.5 m (1 unit) jembatan baja

Jembatan bentang 46.5 m (1 unit) per bentang 46.5 m =

143.20 ton 54

Pengadaan andas baja 18

(14)

50

Bantalan kayu jembatan lengkap dengan base plate dan

penambat elastis 18

IV. B. Pekerjaan Pemasangan Jembatan Baja bentang 46.5 m (1 unit)

Angkut jembatan dari pabrik ke lokasi 24 Membuat tempat penerimaan jembatan baru 18 Menyetel jembatan baru 24 Pasang bantalan kayu jembatan 12 Pemasangan andas baja dengan grouting 6

V. PEKERJAAN PASANGAN BATU (TALUD SUNGAI)

Pasangan batu kali (stone mansory) 30

VI. PEKERJAAN PENYELESAIAN

PDA test 12

Pembuatan jembatan sementara panjang 47.6 m (1 unit) 30 Dokumentasi dan gambar akhir 144 Pembersihan lapangan 24 Membongkar direksikeet dan gudang kerja 12

(sumber : Time Schedule Proyek Jembatan BH.21 Kuala Tanjung)

4.1.4. Durasi Proyek

Durasi pekerjaan proyek pembangunan Jembatan Kuala Tanjung ini adalah 26 minggu atau 181 hari kalender, dimana dalam 1 minggu terdapat 6 hari kerja, dan dalam 1 hari terdiri dari 8 jam kerja. Durasi pekerjaan juga dapat dilihat pada kurva s yang telah diperoleh dari pihak kontraktor, namun untuk melihat durasi total pekerjaan yang lebih spesifik maka digunakan Program Primavera 6.0.

4.1.5. Menginput data proyek sesuai dengan RAB, Time Schedule, dan

Analisa Harga Satuan

(15)

51 1. Membuka lembar kerja baru

Klik tombol Start > Program > Primavera P6 > P6 Professional 2. Membuat lembar proyek yang baru

Klik menu File > New atau Ctrl+N. Kemudian akan ditampilkan kotak dialog Create a New Project (gambar 4.4). Setelah itu pada kotak Enterprise Project Structure (EPS) klik tanda kotak kecil sebelah kanan lalu di pilih salah satu EPS. Lalu klik Next.

Gambar 4.4 Create New Project

(16)

52

Gambar 4.5 Project Name

Selanjutnya akan muncul kotak Project Start and End dates seperti terlihat pada gambar 4.6. Pada kotak ini akan diatur tanggal mulai dan selesainya proyek sesuai Time Schedule dan kurva s nya. Klik pada Project Planned Start untuk menentukan tanggal mulainya proyek dan pada Must finish by untuk menentukan tanggal akhir selesainya proyek. Cara menentukan tanggal yaitu dengan mengklik kotak kecil pada Kotak isian planned start ataupun must finish by. Pilih tanggal mulai proyeknya lalu klik select begitu juga dengan tanggal selesainya proyek. (gambar 4.7). Setelah semuanya selesai klik next.

(17)

53

Gambar 4.7 Kotak untuk menentukan tanggal mulai dan selesai proyek

Selanjutnya akan muncul kotak Responsible Manager seperti terlihat pada gambar 4.8. Pada kotak ini akan dipilih Responsible Managerrya yaitu orang yang bertanggung jawab memimpin proyek .Lalu klik Next.

(18)

54 Selanjutnya akan muncul kotak Assignment Rate Type seperti terlihat pada gambar 4.9. Klik pada kotak Rate Type yaitu untuk menentukan system satuan yang digunakan pada proyek. Klik tombol Next.

Gambar 4.9 Assignment Rate Type

Kemudian akan muncul kotak dialog tampilan akhir dari wizard yaitu Congratulations seperti pada gambar 4.10. Selanjutnya klik Finish.

(19)

55 3. Membuat Schedule data pekerjaan

Klik menu Tools > Schedule. Selanjutnya akan ditampilkan kotak dialog schedule seperti pada gambar 4.11 di bawah.

Gambar 4.11 Kotak dialog Schedule

Masih di kotak dialog schedule, pilih Options… seperti pada gambar 4.12. Pada kotak dialog Schedule Options centang pada kotak Schedule automatically when a change affects date. Lalu Close, kemudian akan kembali ke kotak dialog Schedule. Pada kotak Current Data date pilih tanggal dimulainya proyek. Pada kasus ini dipilih tanggal 1 Juli 2014.

(20)

56 4. Membuat Work Breakdown Structure (WBS)

WBS merupakan Struktur utama proyek yang terdiri dari item-item pekerjaan proyek. Untuk membuat Work Breakdown Structure adalah dari menu Project > WBS . Kemudian akan muncul Work Breakdown Schedule seperti pada gambar 4.13.

Klik menu Edit > Add kemudian ketik WBS yang merupakan garis-garis besar pada item pekerjaan di proyek kita. Misalnya, PEKERJAAN PERSIAPAN. Pada Pekerjaan persiapan diatur tanggal mulai dan selesainya Proyek.

(21)

57 5. Memasukkan data proyek

Setelah WBS siap dibuat maka langkah selanjutnya adalah mengisi activity pada tiap WBS tersebut. Klik menu Project > Activities. Setelah muncul kotak dialog activities akan muncul WBS yang dibuat. Selanjutnya adalah mengisi activities pada tiap WBS sesuai dengan RAB dengan cara klik Edit > Add. Kemudian isi activities beserta tanggal mulai dan berakhirnya proyek per item pekerjaan yang diperoleh dari proyek seperti ditunjukkan pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Memasukkan activities

6. Memasukkan biaya proyek

(22)

58 proyek, terlebih dahulu kita mengubah mata uang yang ada di program Primavera 6.0 ini.

7. Mengubah mata uang ke rupiah

Primavera 6.0 menggunakan mata uang default yaitu Dollar, oleh karena itu sangat perlu dilakukan penggantian mata uang di primavera 6.0 ini. Adapun langkah-langkahnya adalah dengan cara klik menu Admin > Currencies Sehingga muncul kotak dialog Currencies Sepeti pada gambar 4.15 lalu klik Add. Pada Currency Id ketik IDR, pada kotak Currency name Ketik Rupiah, pada Currency Symbol ketik Rp., dan pada Exchange Rate ketik 11.000 (sesuai konversi dolar ke rupiah). Seperti bisa dilihat pada gambar 4.16 di bawah

kemudian klik close.

(23)

59

Gambar 4.16 Hasil Input pada Currencies

8. Memasukkan Biaya untuk tiap pekerjaan

(24)

60

Gambar 4.17 Memasukkan biaya pada tiap pekerjaan

4.1.6. Membuat Relationship antar pekerjaan

Adapun pembuatan Relationship ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan satu dengan lainnya. Misalnya pada pekerjaan Pembesian Pada Badan Abutment dan Pengecoran Badan Abutment. Klik pada Pengecoran Badan Abutment lalu klik Tab Predecessors setelah itu klik Assign. Selanjutnya akan muncul kotak dialog Assign Predecessors seperti pada gambar 4.18.

Pada kotak dialog Assign Predecessors pilih Pembesian pada badan abutment. Selanjutnya tentukan Relationship Type . Klik pada Relationship Type lalu pilih FS yang berarti Pekerjaan Pengecoran dapat dikerjakan setelah

(25)

61

Gambar 4.18 Menentukan Relationship

4.1.7. Menentukan Lintasan Kritis pada proyek

(26)

62

URAIAN KEGIATAN

PEKERJAAN PERSIAPAN Pembuatan Gudang Kerja

Pondasi Abutment 1 Tiang Pancang 60 cm

Pile Cap 1 Coble Stone Beton K300 pada pile cap Pembesian baja ulir BJTD-40 Konstruksi Pengaman Galian Konstruksi Pengaman Galian Sementara

Pengadaan Bahan Jembatan Jembatan bentang 46.5 m

Pekerjaan dan Pemasangan jembatan Membuat tempat penerimaan jembatan baru

Angkut jembatan baru dari pabrik ke lokasi Menyetel Jembatan baru

PEKERJAAN PENYELESAIAN Membongkar direksi keet dan gudang kerja

Gambar 4.19 Daftar Kegiatan Kritis

(27)

63

4.2.

PEMBAHASAN

(28)
(29)
(30)

66

4.2.1. Perhitungan dengan Crashing Program

Dalam mempercepat durasi proyek biasanya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang memiliki lintasan kritis. Pada tugas akhir ini untuk mempercepat durasi proyek dilakukan dengan alternative penambahan jam kerja (lembur) karena keterbatasan tenaga kerja pada daerah tersebut dan juga lokasi proyek yang tidak begitu luas.

Adapun ketetapan rencana pada alternatif penambahan jam kerja ini adalah sebagai berikut :

1. Waktu kerja normal adalah 8 jam kerja per hari (08.00 – 17.00) dengan 1 jam istirahat (12.00 – 13.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal selama 4 jam per hari (18.30 – 22.30). Dalam seminggu hanya dilakukan 6 hari kerja, yaitu Senin – Sabtu.

2. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 11 (Anonim, 2004), upah untuk jam kerja (lembur) diperhitungkan sebagai berikut :

a. Untuk 1 jam kerja lembur pertama, upah yang harus dibayar adalah 1,5 kali upah sejam.

b. Untuk setiap jam kerja berikutnya, upah yang harus dibayarkan adalah 2 kali upah sejam.

(31)

67

4.2.1.1. Crash Duration

Adapun tahapan dalam menentukan crash duration ini adalah: 1. Menghitung produktifitas harian

�������������������= ���������������

������������

2. Menghitung produktifitas per jam

�������������������= �������������������

���������������������

Di mana :

Jam kerja normal harian = 8 jam 3. Menghitung Produktifitas Lembur

����.������

= �������������������.������������������.������

Dimana:

Jam kerja lembur per hari = 3-4 jam

4. Menghitung produktifitas harian setelah di-crash

�������������������������= ����.������+����.������

5. Menghitung Crash Duration

�������������= ���������������

(32)
(33)
(34)
(35)

71

4.2.1.2. Crash Cost

Upah tenaga kerja pada proyek pembangunan jembatan BH.21 km 16 sesuai analisa harga satuan adalah sebagai berikut:

• Mandor = Rp.100.000,00/OH

• Kepala Tukang = Rp.100.000,00/OH • Tukang (Kayu/Batu/Besi) = Rp.100.000,00/OH • Pekerja = Rp.85.000,00/OH

Berikut adalah langkah-langkah menghitung Crash Cost:

1. Menghitung upah kerja harian normal

���������������������

= ����.���������������������������

2. Menghitung upah kerja per jam normal

���������������= ����.���������������������������

3. Menghitung upah kerja lembur per hari (2 jam, 3 jam, dan 4 jam)

Untuk 3 jam kerja lembur:

����������������������

(36)

72 Untuk 4 jam kerja lembur:

����������������������

= (�,�����������������) +�(�����������������)

4. Menghitung crash cost tenaga kerja per hari

Crash Cost per hari = Upah harian + Upah kerja lembur per hari

5. Menghitung Crash Cost total

Crash Cost Total = Crash Cost per hari + Crash Duration

(37)
(38)
(39)

75

4.2.1.3. Cost Slope

Cost Slope dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

���������= ��������� − ����������

�������������� − �������������

(40)
(41)
(42)

78

4.2.2. Analisa Pertukaran waktu dan biaya

Setelah diperoleh nilai Cost Slope dari masing-masing kegiatan, maka dilakukan penekanan durasi proyek pada setiap aktifitas di lintasan kritis yang dimulai dari aktifitas dengan Cost Slope terendah. Berikut urutan kegiatan dengan cost slope terendah sampai tertinggi seperti ditunjukkan pada tabel 4.8 untuk 3 jam lembur dan tabel 4.9 untuk 4 jam lembur.

Tabel 4.8 Urutan Kegiatan dengan Cost Slope rendah-tinggi untuk 3 jam lembur

URAIAN KEGIATAN

Membongkar direksikeet dan

gudang kerja 8.00 7.00 2,316,093.75 Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Membuat tempat penerimaan

jembatan baru 19.00 16.00 4,273,155.79 Angkut jembatan baru dari pabrik

ke lokasi 22.00 18.00 5,161,950.85

Pekerjaan Persiapan

Pembuatan Gudang Kerja 14.00 12.00 5,798,214.40 Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Menyetel jembatan baru 22.00 18.00 6,723,349.19

Konstruksi Pengaman Galian

Konstruksi Pengaman Galian Sementara pada Abutment 1 dan

2

26.00 22.00 13,245,176.11

Pengadaan Bahan Jembatan

Jembatan bentang 46.5 m 1 unit 58.00 48.00 26,466,273.38

Pile Cap 1

Pembesian Baja Ulir BJTD-40 14.00 12.00 40,810,957.05 Beton K300 pada pile cap 6.00 5.00 43,765,612.05

Pondasi Abutment 1

(43)

79

Tabel 4.9 Urutan Kegiatan dengan Cost Slope rendah-tinggi untuk 4 jam lembur

URAIAN KEGIATAN

Membongkar direksikeet dan

gudang kerja 8.00 5.00 341,718.75

Pile Cap 1

Coble Stone 6.00 5.00 2,496,806.25

Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Membuat tempat penerimaan

jembatan baru 19.00 15.00 4,031,191.18

Pekerjaan Persiapan

Pembuatan Gudang Kerja 14.00 11.00 4,522,607.22 Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Angkut jembatan baru dari pabrik

ke lokasi 22.00 17.00 5,393,345.51 Menyetel jembatan baru 22.00 17.00 7,011,731.45

Konstruksi Pengaman Galian

Konstruksi Pengaman Galian Sementara pada Abutment 1 dan

2

26.00 20.00 10,102,479.13

Pengadaan Bahan Jembatan

Jembatan bentang 46.5 m 1 unit 58.00 45.00 25,835,671.22

Pile Cap 1

Pembesian Baja Ulir BJTD-40 14.00 11.00 31,832,546.50

Pondasi Abutment 1

Tiang Pancang 60 cm 13.00 10.00 64,730,769.23

Pile Cap 1

(44)

80

4.2.2.1. Analisa Percepatan Durasi

Setelah diperoleh waktu crash dari analisa sebelumnya, maka dilakukan

controlling kembali pada program Primavera 6.0 yaitu mengganti durasi normal dengan durasi Crash pada kegiatan kritis. Sehingga diperoleh total durasi seperti pada tabel dibawah.

Tabel 4.10 Total durasi proyek setelah Crashing untuk 3 jam lembur

URAIAN KEGIATAN

Membongkar direksikeet dan

gudang kerja 8.00 7.00 1.00 146.00

Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Membuat tempat penerimaan

jembatan baru 19.00 16.00 3.00 14600 Angkut jembatan baru dari pabrik

ke lokasi 22.00 18.00 4.00 146.00

Pekerjaan Persiapan

Pembuatan Gudang Kerja 14.00 12.00 2.00 146.00 Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja

Menyetel jembatan baru 22.00 18.00 4.00 143.00

Konstruksi Pengaman Galian

Konstruksi Pengaman Galian Sementara pada Abutment 1 dan

2

26.00 22.00 4.00 143.00

Pengadaan Bahan Jembatan

Jembatan bentang 46.5 m 1 unit 58.00 48.00 10.00 143.00

Pile Cap 1

Pembesian Baja Ulir BJTD-40 14.00 12.00 2.00 143.00 Beton K300 pada pile cap 6.00 5.00 1.00 143.00

Pondasi Abutment 1

(45)

81

Tabel 4.11 Total durasi proyek setelah Crashing untuk 4 jam lembur

URAIAN KEGIATAN

Membongkar direksikeet dan

gudang kerja 8.00 5.00 3.00 145.00

Pile Cap 1 0.00

Coble Stone 6.00 5.00 1.00 145.00

Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja 0.00

Membuat tempat penerimaan

jembatan baru 19.00 15.00 4.00 145.00

Pekerjaan Persiapan 0.00

Pembuatan Gudang Kerja 14.00 11.00 3.00 145.00 Pekerjaan & Pemasangan

Jembatan Baja 0.00

Angkut jembatan baru dari pabrik

ke lokasi 22.00 17.00 5.00 145.00

Menyetel jembatan baru 22.00 17.00 5.00 141.00

Konstruksi Pengaman Galian

Konstruksi Pengaman Galian Sementara pada Abutment 1 dan

2

26.00 20.00 6.00 141.00

Pengadaan Bahan Jembatan

Jembatan bentang 46.5 m 1 unit 58.00 45.00 13.00 141.00

Pile Cap 1

Pembesian Baja Ulir BJTD-40 14.00 11.00 3.00 141.00

Pile Cap 1

Beton K300 pada pile cap 6.00 5.00 1.00 141.00

Pondasi Abutment 1

Tiang Pancang 60 cm 13.00 10.00 3.00 141.00

Keterangan Tabel:

(46)

82

4.2.2.2. Analisa waktu dan biaya

Dalam hal ini yang dihitung adalah biaya langsung proyek saja. Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :

- Tambahan biaya dan kumulatif tambahan biaya Tambahan biaya = cost slope x total crash

- Biaya Langsung

Biaya langsung = Biaya langsung normal + Kumulatif tambahan biaya

Dimana:

Biaya Langsung untuk Pembangunan jembatan BH.21 Kuala-Tanjung ini adalah sebesar Rp. 14.906.071.869.21

(47)
(48)

84

Gambar 4.20 Grafik Perubahan Biaya Langsung terhadap waktu untuk alternatif penambahan 3 jam kerja (lembur)

Gambar 4.21 Grafik Perubahan Biaya Langsung terhadap waktu untuk alternative penambahan 4 jam kerja (lembur)

(49)

85 Dari Gambar 4.20 dan 4.21 diperoleh waktu optimum dan biaya total untuk waktu optimum sebagai berikut:

a. Untuk alternative penambahan 3 jam kerja (lembur) : • Waktu Optimum = 143 Hari Kerja

• Total Biaya optimum = Rp. 14,935,281,359.73 Dengan efisiensi waktu dan biaya sebagai berikut: - Efisiensi waktu proyek:

147-143 = 4 hari Atau

= 147−143

147 �100% = 2.72%

- Efisiensi biaya proyek:

Rp.14,935,281,359.73 – Rp.14.906.071.869.21 = Rp.29.209.490,- Atau

14935281359,73−14906071869,21

14935281359,73 �100% = 0.196%

Gambar 4.22 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat dengan penambahan 3 jam kerja (lembur)

Biaya

Waktu (hari) Ket:

A = Titik Normal B = Titik Dipercepat

143 147

Rp. 14.935.281.359,73

Rp. 14.906.071.869,21

(Biaya waktu dipercepat)

(50)

86 b. Untuk alternative penambahan 4 jam kerja (lembur):

• Waktu Optimum = 141 Hari Kerja

• Total Biaya Optimum = Rp. 14,942,155,682.72 Dengan efisiensi waktu dan biaya sebagai berikut: - Efisiensi waktu proyek:

147-141 = 6 hari Atau

= 147−141

147 �100% = 4.08%

- Efisiensi biaya proyek:

Rp. 14,942,155,862.72 – Rp. 14.906.071.869.21 = Rp. 36.084.000,- Atau

14942155862.72−14906071869,21

14942155862.72 �100% = 0.24%

Gambar 4.23 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat dengan penambahan 4 jam kerja (lembur)

Waktu (hari) Ket:

A = Titik Normal B = Titik Dipercepat

141 147

Rp. 14.942.155.862,72

Rp. 14.906.071.869,21

(Biaya waktu dipercepat)

(Biaya waktu normal)

(51)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Percepatan durasi proyek untuk penambahan 3 jam kerja (lembur) diperoleh hasil sebagai berikut :

• Waktu optimum percepatan durasi proyek 143 hari dengan penambahan biaya dari Rp. 14.906.071.869,21 menjadi Rp. 14.935.281.359,73

• Efisiensi waktu optimumnya adalah 2,72% dan efisiensi biaya untuk waktu optimum adalah 0,196%.

b. Percepatan durasi proyek untuk penambahan 4 jam kerja (lembur) diperoleh hasil sebagai berikut :

• Waktu optimum percepatan durasi proyek 141 hari dengan penambahan biaya dari Rp. 14.906.071.869,21 menjadi Rp. 14,942,155,682.72

• Efisiensi waktu optimumnya adalah 4,08% dan efisiensi biaya untuk waktu optimum adalah 0,24%.

5.2. Saran

(52)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek

2.1.1. Defenisi Proyek

Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu tebatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. (Iman Soeharto (1999)). Wulfram I Ervianto (2002) mengemukakan bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek, dimana dalam rangkaian tersebut ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang defenisi proyek, yaitu:

a. Ciri pokok Proyek

Menurut Iman Soeharto (1999) bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai berikut:

• Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.

• Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu.

(53)

7 • Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berkangsung.

b. Karakteristik Proyek

Menurut Wulfram I Ervianto I (2002), ada tiga karakteristik proyek konstruksi yang dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu:

• Bersifat unik, maksudnya adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda. • Dibutuhkan sumber daya (resources), yaitu pekerja dan “sesuatu’

(uang,material,mesin,metode).

• Organisasi, dimana setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan yang didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian.

c. Kegiatan proyek dan kegiatan operasional

(54)

8 Tabel 2.1 Perbedaan Kegiatan Proyek dan Kegiatan Operasional

KEGIATAN PROYEK KEGIATAN OPERASIONAL

Bercorak dinamis Berulang-ulang, rutin Siklus proyek relative pendek Berlangsung dalam jangka panjang Intensitas kegiatan dalam periode

proyek berubah-ubah ( naik-turun)

Intensitas kegiatan relatif sama

Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang

telah ditentukan

Batasan anggaran dan jadwal tidak setajam dalam proyek

Terdiri dari berbagai macam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai

disiplin ilmu

Macam kegiatan tidak terlalu banyak

Keperluan sumberdaya berubah, baik macam maupun volumenya

Macam dan keperluan sumberdaya relatif konstan

Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasioanal Jilid 1 (Iman

Soeharto, 1999)

d. Sasaran proyek dan Triple Constraint

(55)

9 • Biaya/Anggaran, yaitu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.

• Jadwal/Waktu, yaitu proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan.

• Mutu/Kinerja, yaitu harus memenuhi spesifikasi dan criteria yang dipersyaratkan.

Gambar 2.1Hubungan Triple Constraint (Imam Soeharto:1999)

Ketiga batasan di atas saling memiliki ketergantungan. Dalam arti, jika ingin meningkatkan kinerja dari produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus diikuti dengan meningkatkan mutu yang akhirnya akan berpengaruh pada naiknya biaya atau anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal juga.

2.1.2. Jenis-jenis Proyek

Adapun jenis-jenis proyek menurut Imam Soeharto (1999) adalah sebagai berikut :

a. Proyek Engineering-Konstruksi Jadwal

(Waktu)

Biaya

(Anggaran

Mutu

(56)

10 Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi.

b. Proyek Engineering-Manufaktur

Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. c. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

d. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen.

e. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi.

f. Proyek Radio-Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

g. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

2.1.3. Manajemen Proyek

(57)

11 Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek (Budi Santosa, 2003).

Menurut Wulfram I Ervianto (2002), manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Menurut H. Kerzner (1982) (dikutip oleh Iman Soeharto, 1999), manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan, pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling).

Manajemen proyek sangat menentukan keberhasilan pekerjaan suatu proyek. Salah satu masalah yang biasa dihadapi di proyek adalah masalah keterlambatan pekerjaan. Keterlambatan suatu proyek bisa disebabkan karena alas an-alasan tertentu, seperti masalah ketersediaan tenaga kerja, masalah cuaca dan masalah lain sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk mengatasi keterlambatan tersebut. Salah satu bentuk alternatif optimalisasi untuk mengatasi keterlambatan waktu proyek yang dapat dilakukan adalah melakukan penambahan jam kerja, penambahan material, penambahan alat berat, dan penambahan tenaga kerja.

(58)

12 Tabel 2.2 Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik

Fenomena

Wawasan Proyek (Manajemen Proyek)

Wawasan Fungsional (Manajemen Klasik) Lini-staf dikotomi. Hirearki lini-staf serta

wewenang dan tanggung jawab tetap ada sebagai fungsi penunjang.

Fungsi lini mempunyai tanggung jawab tunggal untuk mencapai sasaran.

Hubungan atasan d.engan bawahan.

Manajer ke spesialis,

kelompok dengan kelompok.

Merupakan dasar hubungan pokok dalam struktur organisasi. Struktur piramida. Unsur-unsur rantai hubungan

vertikal tetap ada, ditambah adanya arus kegiatan horizontal.

Kegiatan utama organisasi dilakukan menurut hirearki vertikal.

Kerja sama untuk mencapai tujuan.

Joint venture para peserta, ada tujuan yang sama dan ada juga yang berbeda.

Kelompok dalam organisasi dengan tujuan tunggal.

Kesatuan komando. Manajer proyek mengelola, menyilang lini fungsional untuk mencapai sasaran.

Manajer lini merupakan pimpinan tunggal dan kelompok yang bertujuan sama.

Wewenang dan tanggung jawab.

Terdapat kemungkinan tanggung jawab lebih besar dari otoritas resmi.

Tanggung jawab sepadan dengan wewenang, integritas, tanggung jawab dan wewenang terpelihara. Jangka waktu. Kegiatan manajemen proyek

berlangsung dalam jangka pendek. Tidak cukup waktu untuk mencapai optimasi operasional proyek.

Terus-menerus dalam jangka panjang sesuai umur instalasi dan produk. Optimasi dapat diusahakan maksimal.

Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasioanal Jilid 1 (Iman

(59)

13 2.1.4. Perencanaan dan Penjadwalan Proyek

Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administratif minimal serta hasil akhir maksimal. (Abrar Husen, 2009). Adapun tujuan perencanaan ini adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan Biaya, Mutu, dan Waktu ditambah dengan terjaminnya factor keselamatan.

Penjadwalan merupakan tahap awal yang sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progress waktu untuk penyelesaian proyek. (Abrar Husen,2009). Dengan adanya penjadwalan ini kita bisa mengetahui kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan.

Agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar serta efektif, maka diperlukan pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat di dalamnya. Sehubungan dengan itu, maka pihak pelaksana dari suatu proyek biasanya membuat suatu jadwal kegiatan (time schedule).

Jadwal kegiatan adalah urutan-urutan kerja berisi, antara lain : • Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.

(60)

14 Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kelangsungan atau kontinuitas proyek dapat dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit pekerjaan sehinga diperoleh efisiensi kerja yang tinggi (Iman Soeharto, 1999).

Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut : • Mempermudah perumusan masalah proyek.

• Menentukan metode atau cara yang sesuai. • Kelancaran kegiatan lebih terorganisir. • Mendapatkan hasil yang optimum.

Sedangkan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek konstruksi antara lain : • Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

• Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.

• Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.

• Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek. • Sebagai dasar perhitungan cash flow proyek.

• Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja, material, dan peralatan.

• Sebagai alat pengendalian proyek.

Data yang diperlukan dalam penjadwalan proyek ini adalah : • Proyek konstruksi yang akan dilaksanakan.

(61)

15 • Membuat list semua kegiatan yang sudah dilakukan untuk proyek tersebut,

serta perkiraan waktu yang diperlukan. • Urutan pelaksanaan kegiatan.

• Ketergantungan pelaksanaan antara kegiatan satu dan lainya (Relationship). Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif, yaitu :

a. Secara teknis, jadwal tersebut bisa dipertanggungjawabkan (technically feasible).

b. Disusun berdasarkan perkiraan/ramalan yang akurat (reliable estimate) dimana perkiraan waktu, sumber daya, serta biayanya berdasarkan kegiatan pada proyek sebelumnya.

c. Sesuai sumber daya yang sesuai.

d. Sesuai penjadawalan proyek lainnya yang menggunakan sumber daya yang sama.

e. Fleksible terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada spesifikasi proyek.

f. Mendetail yang dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan pengendalian kemajuan proyek.

g. Dapat menampilkan kegiatan pokok kritis.

2.1.4.1. Penentuan Asumsi Durasi Kegiatan

(62)

16 a. Durasi Kegiatan Normal

Durasi kegiatan normal adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan tingkat produktifits kerja yang normal, yaitu sesuai dengan sumber daya dan kemampuan yang ada pada saat itu. Untuk menentukan durasi proyek, banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Jenis kegiatan

Setiap kegiatan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga harus ditangani secara tersendiri pula. Semakin sulit penangannya, maka semakin sulit lama durasi yang dibutuhkan.

b. Metode yang digunakan

Penggunaan sumber daya (tenaga kerja, material dan peralatan) tergantung pada metoe pelaksanaan yang dipakai. Dengan demikian, penggunaan metode pelaksanaan yang berbeda-beda dapat menghasilkan durasi kegiatan yang berbeda pula.

c. Situasi dan kondisi lapangan

Dimaksudkan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kemudahan-kemudahan yang terdapat di lapangan. Misalnya medan proyek yang berat, terpencil atau pada ketinggian yang lebih tinggi akan memperlambat pelaksanaan kegiatan.

d. Lokasi sumber daya

(63)

17 e. Faktor cuaca

Faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja. Iklim dan cuaca yang jelek akan memperlambat penyelesaian kegiatan.

f. Dana yang tersedia

Durasi kegiatan akan lebih lama bila dana yang masuk ke dalam kas perusahaan tersendat-sendat. Begitu juga akan menyebabkan tersendatnya arus material yang masuk.

g. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan

Volume pekerjaan yang lebih besar membutuhkan durasi pekerjaan yang lebih lama. Volume ini dapat dihitung dari dokumen rencana kerja dan syarat-syarat yang diberikan pemilik proyek.

h. Kondisi sosial politik

Termasuk dalam hal ini adalah peraturan pemerintah di bidang tenaga kerja. i. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana

Faktor ini meliputi jumlah, kemampuan dan keterapilan tenaga kerja serta kapasitas alat-alat kerja. Yang perlu ditinjau di sini adalah produktifitas tenaga kerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu antara lain : kualitas dan kuantitas tenaga kerja, efisiensi, jam kerja, kondisi lingkungan dan lain-lain.

b. Durasi Kegiatan Dipercepat (Crashed)

(64)

18 Ada beberapa alasan mengapa jadwal kegiatan proyek seharusnya lebih singkat, yaitu :

• Jadwal kegiatan yang lebih pendek dapat mengurangi biaya dari keseluruhan proyek sementara dapat meningkatkan jumlah pekerjaan tanpa penambahan sumber daya.

• Jadwal kegiatan yang lebih pendek akan mempercepat waktu penyelesaian proyek sehingga hasil akhir dari proyek akan dapat segera digunakan, yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap profit yang akan didapatkan dari pengerjaan proyek.

• Jadwal kegiatan yang lebih pendek juga akan meningkatkan kemungkinan untuk memenangkan tender (terutama untuk kontraktor dan konsultan).

Pada awalnya, yaitu pada saat proyek direncanakan, durasi kegiatan direncanakan sesuai durasi yang tersedia (sumber daya normal). Bila kemudian hari penyelesaian dipercepat karena alasan tertentu, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu :

1. Perubahan logika pekerjaan a. Kegiatan seri dijadikan paralel

Sebagai contoh, berikut adalah beberapa item pekerjaan.

(65)

19 Dari Gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembuatan pagar proyek dilakukan setelah kegiatan pengukuran selesai. Namun, sebenarnya kedua kegiatan ini dapat dilakukan secara beramaan selama sumber daya yang dimiliki oleh proyek memadai. Sehingga waktu penyelesaian untuk potongan jaringan kegiatan ini dapat dipersingkat menjadi seperti Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kegiatan Paralel b. Kegiatan seri dijadikan overlap

Sebagai contoh pada pekerjaan pelat lantai suatu bangunan yang terdiri dari pekerjaan bekisting dan pembesian.

Gambar 2.4 Kegiatan Seri

Pada Gambar 2.4, kedua pekerjaan harus dilakukan secara seri, yaitu pekerjaan bekisting kemudian diikuti oleh pekerjaan pembesian.

(66)

20 50 %

Bila pada pekerjaan pelat lantai tersebut terbagi atas beberapa lokasi kegiatan, maka kegiatan ini dapat dilakukan secara overlap sehingga waktu penyelesaian bisa dipersingkat. Artinya, pada saat pekerjaan bekisting telah dikerjakan 50% maka pekerjaan pembesian sudah bisa mulai dikerjakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan selama sumber daya yang dimiliki proyek memadai.

Gambar 2.5 Kegiatan Overlap

2. Penambahan produktifitas sumber daya

Dalam mempercepat durasi sebuah proyek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :

a. Penambahan jam kerja (lembur)

Penambahan jam kerja (lembur) dilakukan guna mempercepat penyelesaian proyek. Namun, kerja lembur ini mengandung resiko yang cukup tinggi dan pekerjaan yang berat. Oleh sebab itu, kerja lembur harus mendapat tambahan yang lebih besar dari upah kerja normal, biasanya 1,5 sampai 2 kali upah kerja normal. Acap kali kerja lembur yang panjang lebih dari 40 jam per minggu tidak dapat dihindari sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan produktifitas.(Imam Soeharto (1999)).

Grafik pada gambar 2.6 dibawah menunjukkan indikasi penurunan produktifitas, bila jumlah jam per harridan hari per minggu bertambah.

Pekerjaan bekisting

(67)

21 Gambar 2.6 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur

(Iman Soeharto, 1999)

b. Pembagian giliran kerja

Di sini terjadi penambahan jumlah pekerja, karena unit pekerja giliran pagi sampai sore berbeda dengan unit pekerja giliran sore sampai malam. Dengan demikian produktifitas kerja dianggap hampir sama.

c. Penambahan tenaga kerja

(68)

22 d. Penambahan/penggantian peralatan

Dimaksudkan untuk manambah produktifitas kerja, menambah ketelitian kerja dan mengurangi jumlah tenaga kerja manusia.

e. Penggantian/perbaikan metode kkerja

Dilakukan bila metode yang dilakukan sudah tidak efisien lagi. Misalnya perubahan dari pelaksanaan produksi manual ke produksi pabrikasi. Namun penggantian metode kerja kadang kala juga berarti merubah logika jaringan kegiatan atau bahkan jenis kegiatannya sendiri.

f. Konsentrasi pada kegiatan tertentu

Dilakukan dengan mengkonsentrasikan pelaksanaan pekerjaan yang dianggap khusus, kritis atau tingkat kegagalan tinggi. Konsentrasi ini berarti penambahan tenaga kerja atau peraltan pada kegiatan ini.

g. Kombinasi dari alternatif yang ada

Dalam pelaksanaannya, peningkatan produktifitas sumber daya dapat dilakukan dengan mengkombinasikan alternatif-aternatif yang ada sehingga menghasilkan suatu cara yang paling tepat dan efisien.

2.1.4.2. Network Planning (Jaringan Kerja)

Untuk memudahkan pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, maka

diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik agar seluruh kegiatan dapat

berjalan dengan lancar. Perencanaan jaringan kerja pada sebuah proyek lebih

dikenal dengan istilah network planning (NWP). Network Planning diperkenalkan

pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Dupont dan Rand Corporation untuk

(69)

23 Network planning adalah gambaran kejadian-kejadian dan kegiatan yang

diharapkan akan terjadi dan dibuat secara kronologis serta dengan kaitan yang

logis dan berhubungan antara sebuah kejadian atau kegiatan dengan yang lainnya.

Ini juga merupakan teknik dalam perencanaan kegiatan atau proyek yang dapat

menjawab pertanyaan bagaimana mengelola suatu proyek.

Dengan adanya Network planning ini kita dapat mengetahui

kegiatan-kegiatan mana yang memiliki kegiatan-kegiatan paling kritis atau kegiatan-kegiatan yang sangat

membutuhkan pengontrolan untuk mencapai proyek sesuai target.

2.1.4.3. Kurva S atau Hanumm Curve

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan terhadap pelaksanaan sejumlah proyek dari awal hingga selesai.

Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Abrar Husein, 2009).

Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek.

(70)

24 d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai.

Gambar 2.7 Kurva S

2.1.5. Rencana Anggaran Biaya

Dalam merrencanakan sebuah proyek tentu tidak terlepas dari Rencana Anggaran Biaya yang akan digunakan untuk proyek tersebut. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan perkiraan jumlah anggaran biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi mulai dari perencanaan, pembangunan, sampai pemeliharaan. RAB ini digunakan untuk merencanakan pengendaliaan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan setiap kegiatan proyek.

Adapun fungsi dari RAB ini antara lain:

1. Sebagai pedoman untuk melakukan perjanjian kontrak kerja konstruksi 2. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja pada proyek

(71)

25 4. Memperkirakan untung yang didapat kontraktor ketika memborong suatu

pekerjaan konstruksi

5. Mengetahui besarnya pajak PPN bangunan, dimana besarnya PPN adalah 10% dari RAB

Dalam menghitung RAB ada beberapa data yang diperlukan, diantaranya: 1. Gambar Proyek

2. Volume Pekerjaan 3. Analisa Harga Satuan 4. Penentuan Biaya

2.1.5.1. Gambar Proyek

Gambar proyek diperlukan sebagai acuan dalam merencanakan sebuah Rencana Anggaran biaya. Dari gambar proyek akan diperoleh bentuk, ukuran dan spesifikasi material yang akan digunakan.

2.1.5.2. Volume Pekerjaan

Perhitungan volume pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.

2.1.5.3. Analisa Harga Satuan

(72)

26 menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. AHS diterbitkan oleh setiap instansi terkait di setiap Pemerintah Daerah.

Untuk mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh melalui berbagai media antara lain :

• Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. • Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.

• Jurnal-jurnal harga bahan dan upah. • Bapenas

• Survei harga di lokasi proyek.

Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan buku analisa BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

2.1.5.4. Penentuan Biaya

Biaya yang digunakan pada proyek konstruksi adalah biaya total yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung proyek. Biaya tidak langsung bersifat kontinu selama proyek, sehingga pengurangan durasi proyek berarti pengurangan dalam biaya tidak langsung. Biaya langsung dalam grafik akan meningkat jika durasi proyek dikurangi dari awalnya yang direncanakan.

a. Biaya Langsung (Direct Cost)

(73)

27 bahan/material, biaya upah buruh, biaya untuk peralatan. Biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek. Biaya untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration date) akan lebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang normal, karena biaya langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Total waktu dari semua paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung untuk keseluruhan proyek. Proses ini membutuhkan pemilihan beberapa kegiatan kritis yang mempunyai biaya percepatan terkecil.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Ariany Frederika, 2010).

Biaya tidak langsung secara umum menunjukkan biaya-biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek. Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu, oleh karena itu pengurangan waktu akan menghasilkan pengurangan dalam biaya tidak langsung.

2.1.6. Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek (Crashing)

(74)

28 Crash Program merupakan suatu metode untuk mempersingkat lamanya waktu proyek dengan mengurangi waktu dari satu atau lebih aktifitas proyek. Dengan diadakannya percepatan proyek ini, akan terjadi pengurangan durasi kegiatan pada kegiatan yang akan diadakannya crash program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash duration) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi.

Durasi percepatan (crashing) maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Iman Soeharto, 1999).

Percepatan durasi dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang kritis atau yang sangat berpengaruh terhadap perubahan durasi proyek. Konsekuensi dari percepatan proyek atau crashing program adalah meningkatnya biaya langsung (direct cost). Seringkali dalam Crashing terjadi pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off).

Metode pertukaran waktu dan biaya memberikan alternatif kepada perencana proyek untuk dapat menyusun perencanaan terbaik sehingga upaya mengoptimalkan waktu dan biaya dalam menyelesaikan suatu proyek, penyelesaian penugasan sumber daya untuk meng-efisiensikan alokasi sumber daya juga diperlukan, sehingga dapat dihasilkan sumber daya yang diinginkan dengan pertambahan biaya yang paling optimum (Nurhadinata Buluatie, 2013).

(75)

29 berpengaruh terhadap waktu penyelsaian proyek. Time Cost Trade Off adalah suatu proses yang disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Selanjutnya melakukan kompresi dimulai pada lintasan kritis yang mempunyai nilai cost slope terendah. Kompresi terus dilakukan sampai lintasan kritis mempunyai aktivitas-aktivitas yang telah jenuh sebelumnya (Ervianto Wulfram, 2004).

2.1.7. Hubungan Antara Waktu dan Biaya

(76)

30 Gambar 2.8 Hubungan Waktu – Biaya Total, Biaya Tidak Langsung, Biaya

Langsung dan Biaya Optimal (Iman Soeharto, 1999)

Gambar 2.9 Hubungan Waktu – Biaya Normal dan Dipersingkat untuk Suatu Kegiatan (Iman Soeharto, 1999)

(77)

31 a. Normal Duration

Normal duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya tambahan biaya lain dalam sebuah proyek.

b. Crash Duration

Crash duration adalah waktu yang dibutuhkan sebuah proyek dalam usahanya mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal duration.

Akibat dilakukannya percepatan juga akan mempengaruhi biaya. Berikut komponen biaya saat terjadi percepatan yaitu :

a. Normal Cost

Normal cost adalah biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal. Perkiraan biaya ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan bersamaan dengan penentuan waktu normal.

b. Crash Cost

Crash cost adalah biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam jangka waktu sebesar durasi crash-nya. Biaya setelah di-crashing akan menjadi lebih besar dari biaya normal.

2.1.8. Aplikasi Dan Penggunaan Primavera 6.0 (P6)

(78)

32 memiliki keunggulan tersendiri. Namun dalam penelitian ini pengelolaan proyek dilakukan dengan menggunakan Primavera Project Management P6 (6.0).

Primavera Project Management akan mempermudah mengerjakan proyek konstruksi mulai dari merancang proyek, membangun jaringan, dan mengelola data secara mudah dan cepat. Primavera mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya dapat menyimpan informasi proyek (Resource & Cost) dalam satu database, dan memisahkan data dalam bentuk yang berbeda, dengan informasi yang lengkap dan ditampilkan dalam satu grafik.

Dengan keunggulan tersebut maka pengelolaan proyek konstruksi dengan menggunakan Primavera dapat membantu para manajer proyek di dalam Work Breakdown Structure (WBS), mengumpulkan data-data proyek untuk kemudian dilakukan penginputan resource yang dibutuhkan (labour, material, equipment, subcont, volume, dan harga satuan), melakukan monitoring aktivitas pekerjaan, Menampilkan informasi aktual tentang aktivitas proyek melalui tampilan kurva S, melakukan pengendalian hasil pekerjaan sesuai dengan yang telah disepakati, serta membuat hasil laporan pengendalian tersebut.

2.1.8.1. Tahapan pada Proyek Konstruksi yang Digunakan pada Aplikasi

Primavera 6.0

(79)

33 1. Perencanaan Proyek. Perencanaan proyek dapat dijadikan sebuah baseline atau kerangka proyek dan data-data yang tersimpan merupakan suatu target sebagai Laporan Perencanaan Proyek yang meliputi :

• Penetapan tanggal dimulainya proyek. • Penetapan tanggal beakhirnya proyek. • Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang ada • Penentuan waktu yang dibutuhkan.

• Penetapan hubungan antar pekerjaan. • Pembuatan perencanaan sumber daya. • Estimasi biaya yang diperlukan.

3. Pengawasan proyek. Penanggung jawab proyek akan mengendalikan jalannya proyek dengan menjalankan fungsi aktualisasi atau tracking. 4. Laporan Proyek. Mendapatkan output yang menunjukkan posisi proyek

pada saat laporan dibuat yang meliputi :

• Pembuatan output file yang sesuai dengan kebutuhan.

• Pembuatan filter untuk melakukan seleksi dari setiap informasi yang akan ditampilkan pada sebuah laporan.

• Pencetakan sebuah laporan tertulis.

2.1.8.2. Istilah-istilah pada Program Primavera

1.Gantt Table/Chart

(80)

34 5. Form Aktivitas

Form Aktivitas adalah beberapa kolom yang menampilkan nama-nama pekerjaan serta durasi dan bobot pekerjaannya.

3. Predecessor/Successor

Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lain. Dalam Primavera dapat dimaksudkan dengan Relationship. Primavera mengenal 4 macam hubungan antar pekerjaan, yaitu:

1. FS (Finish to Start)

Suatu pekerjaan baru boleh dimulai jika pekerjaan yang lain selesai.

2. FF (Finish to Finish)

Suatu pekerjaan harus selesai bersamaan dengan selesainya pekerjaan lain.

6. SS (Start to Start)

Suatu pekerjaan harus simulai bersamaan dengan pekerjaan lain.

7. SF (Start to Finish)

(81)

35 8. Resources

Resources adalah sumber daya yang digunakan pada proyek, baik itu tenaga kerja (manusia) ataupun alat.

9. Work Breakdown Schedule ( WBS )

(82)

36 2.2. Penelitian Terdahulu

1. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.14, No.2, Juli 2010, “Analisis

Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek

Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Super Villa, Peti

Tenget-Badung)”, Ariany Frederika

Penelitian dilakukan pada proyek Pembangunan Super Villa dimana proyek mengalami permasalahan keterlambatan pada pelaksanaannya, yaitu sebesar 24 %, yang diakibatkan oleh suplai bahan yang terlambat, dan adanya perubahan disain yang dilakukan oleh owner. Untuk mengatasi keterlambatan tersebut, diperlukan upaya percepatan penyelesaian proyek dengan penambahan jam kerja yaitu satu jam sampai dengan 4 jam kerja. Pada penelitian ini digunakan metode Time Cost Trade Off Analisis.

Dari hasil analisis penambahan jam kerja yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Super Villa dengan Time Cost Trade Off Analysis dapat disimpulkan:

-Biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja, dengan pengurangan biaya sebesar Rp784.104,16 dari biaya total normal yang jumlahnya sebesar Rp2.886.283.000,00 menjadi sebesar Rp2.885.498.895,84, dengan pengurangan waktu selama 8 hari dari waktu normal 284 hari menjadi 276 hari. -Waktu optimum didapat pada penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan

(83)

37 2. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.1, No.1, November 2012, “Analisis

Optimalisasi Waktu dan Biaya dengan Program Primavera 6.0 (Studi Kasus:

Proyek Perumahan Puri Kelapa Gading)”, Michael Kareth

Penelitian ini dilakukan pada proyek perumahan dikawasan Puri Kelapa Gading Minahasa Utara Fasilitas PT. Cakra Buana Megah. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan dan dilaksanakan selama jam kerja proyek. Ada dua metode yang digunakan pada proses penelitian ini. Kedua metode tersebut yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada saat proses penelitian, kedua metode yang digunakan saling mendukung agar tercapai tujuan akhir penulisan. Penelitian ini juga ditunjang dengan penggunaan aplikasi komputer yaitu Primavera 6.0.

Hasil dari penggunaan program Primavera 6.0 pada proyek perumahan Puri Kelapa Gading PT. Cakra Buana Megah yaitu:

- Perencanaan penjadwalan dengan menggunakan program Primavera 6.0 diperoleh hasil waktu pelaksanaan proyek 174 hari kerja dengan biaya langsung pelaksanaan proyek Rp. 120.443.990,25.

- Hasil optimasi dengan menambah jam kerja lembur untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki cost slope rendah yang berada pada jalur kritis waktu pelaksanaan proyek menjadi 162 hari kerja dengan penambahan biaya sebesar Rp.

122.294.476,10.

3. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. II, No.2, September 2013 “Pengendalian

waktu dan biaya pekerjaan Konstruksi sebagai dampak dari perubahan desain

(Studi Kasus: embung irigasi oenaem, kecamatan biboki selatan,Kabupaten

(84)

38 Pembangunan Embung Irigasi Oenaem (Tahap II) mengalami kendala sosial kemasyarakatan berkaitan dengan pembebasan lahan sehingga perlu dilakukan relokasi. Relokasi tersebut berdampak pada berubahnya posisi embung yang menyebabkan terjadi perubahan pada desain tanggul.Perubahan desain terjadi pada saat fase konstruksi mulai dari letak, material yang digunakan dan juga kedalaman rencana yang harus diubah menjadi lebih besar.Perubahan yang terjadi menimbulkan dampak terhadap jumlah dan jenis material yang digunakan sehingga berpengaruh terhadap waktu dan biaya konstruksi. Sebagai

konsekuensinya, proyek ini mengalami keterlambatan waktu pekerjaan, yaitu batas waktu pelaksanaan proyek yang seharusnya berakhir pada 14 Oktober 2012 ini dengan masa pengerjaan 210 hari harus mengalami perpanjangan waktu hingga 17 November 2012, sehingga berpengaruh terhadap biaya konstruksi. Untuk mengatasi keterlambatan dilakukan pengendalian proyek dengan menggunakan metode Crashing dan Critical Path Method (CPM).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja pekerjaan berjalan buruk karena tidak sesuai jadwal (terlambat) dan biaya pun lebih tinggi dari nilai kontrak. Hal ini ditunjukkan pada minggu ke-18 sampai dengan minggu ke-30, CPI dan SPI <1 berarti bahwa AC > EV dan proyek berjalan lebih lambat dari pada target yang direncanakan (PV).

2. Berdasarkan estimasi pada proyek tersebut, terjadi penyimpangan waktu sebesar 7 minggu maka total masa kerja menjadi 37 minggu dari 30 minggu waktu rencana dengan besaran biaya yang diestimasi adalah Rp. 9.489.206.129,03 (belum termasuk PPN). Kemudian dikendalikan menggunakan metode

(85)

Gambar

Gambar 4.1 Tampak atas lokasi proyek
Gambar 4.3. Lokasi Proyek
Tabel 4.1 Uraian pekerjaan dan durasi
Gambar 4.4 Create New Project
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap proyek konstruksi memiliki rencana jadwal kegiatan dan rencana pembiayaan proyek yang dibuat pada saat proses pekerjaan di lapangan berjalan, tujuan dari

Untuk meningkatkan efektivitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan proyek, perlu dipakai suatu metode pengendalian kinerja proyek yang lebih progresif digunakan

Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 
 Sumatera Utara, terutama kepada Ir.Andy Putra Rambe, MT selaku sebagai Co-Pembimbing yang

Crashing Algorithm merupakan suatu metode percepatan proyek yang berguna untuk mempersingkat lamanya waktu proyek dengan mengurangi waktu dari satu atau lebih aktivitas

Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek dilakukan pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan dan tahapan-tahapan kegiatan proyek

• Manajemen Biaya Proyek adalah suatu proses atau kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan dapat diselesaikan dalam suatu anggaran yang telah disetujui..?.

Analisa Percepatan Proyek Menggunakan Metode Crashing Dengan Alternatif Penambahan Tenaga Kerja atau Durasi Kerja (Studi Kasus: Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan

Proyek akselerasi ( Project crashing ) merupakan suatu metode untuk mempersingkat lama waktu proyek dengan mengurangi waktu dari satu atau lebih aktivitas proyek yang penting