DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Departemen Pendidikan Nasional,2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke empat, Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika.
Kamaludin, Rustian, H, 2003. Ekonomi Tranportasi, Jakarta: Gahalia Indonesia.
Kansil, C.S.T.2010. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
____________. 2001. Modul Hukum Dagang, Jakarta: Djambatan.
Muhammad, Abdulkadir Prof. 2006. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: cetakan keempat Citra Aditya Bakti.
Nurbaiti, Siti, 2009.Hukum Pengangkutan Darat ( jalan dan kereta api), Jakarta: Universitas Trisakti.
Pramono Hari, Prakoso Djoko Adji, usman Sution,1991. Hukm pengangkutan Di Indonesia,Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Hasim, 2006. Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum,Medan: Cahaya
Ilmu,
Purwosujipto, H.M.N. 2003. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Pertanggungan, Jakarta: DJambatan.
_________________.2008. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan.
Salim, Abbas H.A. 2006. Manajemen Transportasi. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Sembiring, Sentosa.2006. Hukum Dagang, Bandung: Citra Adtya Bakti.
Wardana, Wahyu, Kun. 2009. Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi, Bandung: Mandar Maju, Bandung.
B. Peraturan perundang-undangan
Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan darat Nomor: SK. 75/A.J.60/DRJD/2003, tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen perusahaan Otobus.
Peraturan Daerah Bupati Karo Nomor 21 Tahun 2006, tentang Retribusi terminal.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 1995, tentang Terminal Transportasi Jalan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Umum Jo Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965, tentang Ketentuan- ketentuan Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964, tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965, tentang Ketentuan-ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
C. Internet
Adam, Masri, Perlindungan hukum Korban Kecelakaan Lalu Lintas. http://masriadam.blogspot.com (diakses Selasa, 23 oktober 2012).
Agung, Asuransi Kecelakaan Belum Jamin Semua Pengguna Jalan, http://www.ugm.ac.id, (diakses 28 Februari 2011, Pukul 16:08).
Ahira, Ane. Transportasi Kreta Api, .http://www.anneahira.com/transportasi-kereta- api (diakses 02 Oktober 2004).
Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Peraturan Perundang-undangan Bidang Transportasi. http://118.97.61.233/perundangan/index.php. (diakses Rabu 20 Februari 2013 Pukul 19:00)
Geografi, Jusnan.Transportasi. http://www.blogspot.com, Justnangeografi (Diakses selasa 22 mei 2012).
Huda, Nurul, Muhammad. Pengertian Tanggung Jawab Hukum. http://www.criminalist.multyply.com (diakses 30 Maret 2011).
Mulyadi, Hendra, Dicky, Ekonomi
Transportasi.http://Dickyhendramulyadi.blog.com ( diakses 17 Februrari 2011).
Muradi,Dedi. Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum Regional Terkait dengan Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Pangkal Pinang, Semarang: Universitas Diponegoro,2005. (dipakai di Lingkungan UNDIP diakses Kamis 21 Februari 2013 Pukul 10:00).
Sariful. Fungsi Transportasi Darat. http://sarifulsp2.blogspot.com(diakses Sabtu 09 Juni 2012 , Pukul 17:30).
Setiawan,Iwan,2012. Efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Yang Terganjal Penegakan Hukum, Medan.www.umnaw.com.(diakses 1 juni 2011 Kultura Volume 12).
BAB III
STATUS HUKUM STASIUN DALAM TRANSPORTASI DARAT
A. Pengertian Stasiun dan Fungsi dari Transportasi Darat
Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi yang menggunakan
jalan untuk mengangkut penumpang atau barang. Fungsi dari transportasi darat
adalah sebagai salah satu sektor pembangunan akan semakin merata keseluruh
wilayah tanah air bilamana penyebaran dan pengembangan sarana prasarana
fasilitas tersedia untuk dimanfaatkan sebaik mungkin dalam kehidupan suatu
daerah atau wilayah.35
Stasiun atau biasa juga disebut dengan terminal dalam transportasi darat
yang bergerak di bidang angkutan umum adalah suatu tempat naik turunnya dan
tempat untuk berhentinya angkutan dimana yang telah disediakan oleh perusahaan
guna memenuhi kebutuhan dari angkutan umum tersebut. penulis juga telah
memperhatikan penggunaan kata yang tepat antara terminal atau stasiun, namun
sesuai dengan data empiris penulis memilih memakai kata Stasiun dengan alasan
bahwa kata tersebut lebih dikenal masyarakat secara umum sesuai dengan daerah
riset yang ditinjau penulis dengan memakai kata Stasiun sebagai tempat
pemberhentian, naik dan turunnya penumpang. Namun pemilihan kata tersebut
tidak menyalahi peraturan-perundangan yang berlaku karena pada umumnya
mengandung pengertian dan fungsi yang sama. Hampir semua perusahaan
pengangkutan darat memiliki stasiun yang digunakan sebagai tempat
pemberhentian tersebut untuk kepentingan pribadi atau kepentingan usaha. Dalam
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 33 ayat (1) dapat diartikan bahwa Stasiun
merupakan penunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu dapat dibangun dan
diselenggarakannya Terminal. Pengertian stasiun merupakan tempat menunggu
bagi calon penumpang.36
Stasiun merupakan prasarana dalam sistem transportasi yaitu titik awal,
antara titik akhir dari jalur gerak (suatu tempat pergerakan tertentu dari suatu
tempat menuju tujuan perjalanan) transportasi. Stasiun transportasi adalah jumlah
keseluruhan dari fasilitas dan lahannya, dimana lalu lintas angkutan jalan berawal,
berakhir atau tempat perpindahan sebelumnya, selama atau sesudah pergerakan
angkutan jalan termasuk fasilitas pelayanan atau kendaraan-kendaraan dan
perlengkapannya dimana lalu lintas yang bergerak.
Stasiun adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan
operasionalnya. Dengan mengacu pada defenisi tersebut bahwa pada bangunan
terminal penumpang dapat mengakhiri atau memulai perjalanannya atau dapat
juga menyambung perjalanannya dengan mengganti bus lintasan lainnya.37
Dari defenisi Stasiun berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu lintas dan Angkutan Jalan di atas terdapat kata “Kelancaran Perpindahan”
yang maksudnya adalah stasiun tersebut mempunyai peran penting dalam
36 KBBI, Op.cit hlm. 1337.
penyelenggaraan transportasi darat yang menentukan bahwa penyelenggeraan
transportasi tersebut dapat berjalan dengan baik yaitu dengan adanya stasiun yang
mendukung sebagai salah satu pendukung penyelenggara kegiatan transportasi.
Dari defenisi stasiun di atas dapat diambil kesimpulan bahwa stasiun
adalah prasarana dalam penyelenggaraan transportasi darat yang merupakan
tempat naik turunnya, baik sebelum dan sesudah keberangkatan yang dilengkapi
dengan Stasiun Pembantu serta fasilitas pendukung lainnya guna kelancaran
perpindahan penumpang sesuai dengan tujuannya. Stasiun Pembantu ini tersebar
di wilayah yang telah ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan trayek tetap yang
telah ditetapkan sebelumnya, karena setiap perusahaan pengangkutan darat yang
memiliki trayek tetap pasti memiliki Stasiun Pembantu. Stasiun Pembantu
didirikan atas keputusan dari perusahaan pengangkutan darat karena sangat
dibutuhkan keberadaannya sebagai perpanjangan tangan tanggung jawab
pemimpin perusahaan kepada penumpang dan/atau barang. Stasiun Pembantu ini
pada umumnya didirikan untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan
perusahaan pengangkutan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan
kegiatan transportasi darat.
Stasiun merupakan penunjang kelancaran perpindahan penumpang, Jika
ditinjau dari fungsinya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan stasiun yaitu:
1. Fungsi stasiun bagi penumpang
Stasiun merupakan tempat akumulasi penumpang dari segala arah untuk
dikelompokkan menurut perjalanannya. Pada umumnya penumpang
melakukan pergantian moda angkutan karena memiliki tujuan perjalanan di
sektor terminal atau melanjutkan perjalanan ketujuan lain setelah berganti
moda angkutan di stasiun, fungsi lain stasiun bagi penumpang adalah untuk
kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan, dari suatu moda atau
kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas, informasi
dan parkir kendaraan pribadi;
2. Fungsi stasiun bagi pemerintah
Bagi pemerintah, keberadaan stasiun diharapkan mampu memberikan
keuntungan, baik bersifat manfaat (benefit) maupun keuntungan. Dari aspek
ekonomi stasiun diharapkan dapat berperan sebagai salah satu sumber
pemungutan retribusi dan pajak-pajak yang memungkinkan peningkatan
pendapatan daerah. Jadi kepentingan pemerintah dengan adanya terminal
tersebut berkaitan dengan pengembalian investasi. Selain itu pengembangan
dan pembangunan terminal merupkan usaha untuk meningkatkan pelayanan
transportasi. Stasiun diharapkan mampu membantu mengurangi masalah lalu
lintas dalam kota seperti kemacetan dan beban jalan yang berlebihan dengan
meletakkannya di pinggir kota. Selain itu ada aspek politis yang
mempertimbangkan pemerintah meletakkan lokasi stasiun di daerah pinggiran
tersebut yaitu adanya kemungkinan pemerataan pembangunan dan upaya
pengembangan wilayah kota;
Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap stasiun adalah
kemudahan memperoleh penumpang. Lokasi terminal harus sedemikian rupa
sehingga mampu menghasilkan bangkitan perjalanan yang cukup tinggi.
Kemudahan memperoleh penumpang tersebut tidak langsung akan
menghasilkan sefisiensi operator kendaraan. Selain itu, terminal harus dapat
menjamin kelancaran pengaturan pengaturan operasi bus, fasilitas istirahat dan
informasi bagi awak bus dalam fasilitas pangkalan. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu jarak antara stasiun dan jumlah kendaraan yang melayani.
Fungsi stasiun bagi operator bus adalah sebagai tempat untuk fasilitas
perbaikan dan perawatan ringan bagi kendaraannya.38
Transportasi darat juga merupakan salah satu urat nadi untuk
pembangunan naisonal. Mengenai Fungsi dari transportasi darat dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Fungsi transportasi darat bagi peradaban manusia
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang dan
bertambah dan gaya hidup yang cenderung menetap maka peningkatan dari
teknologi di bidang transportasi darat sangat diperlukan;
2. Fungsi transportasi darat bagi kegiatan ekonomi
Sumber daya alam adalah kebutuhan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup ataupun untuk memperoleh penghasilan. Maka dari itu
diperlukan alat transportasi darat dalam mengakses kebutuhan akan sumber
daya alam tersebut, transportasi darat juga meminimalkan jarak sehingga
dapat menekan biaya pengeluaran dalam suatu produksi dan meningkatkan
efesiensi waktu;
3. Fungsi transportasi dalam bidang sosial
Pertambahan jumlah penduduk juga mengakibatkan bertambahnya
jumlah kebutuhan akan transportasi darat. Pada dasarnya transportasi darat
dapat mengakibatkan mobilitas, mobilitas tersebut dapat berupa perpindahan
manusia dari suatu wilayah ke wilayah lainnya untuk berpindah tempat
tinggal, dengan adanya mobilitas tersebut maka akan ada percampuran dari
suku dan budaya yang berbeda dalam suatu wilayah, orang-orang akan saling
menghormati dan saling mengenal budaya atau suku yang berbeda.39
Adapun fungsi lainnya dari transportasi darat adalah untuk mengatasi
kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu
sangat diperlukan pengembangan sistem transportasi dan komunikasi dalam
wujud saran dan prasarana. Transportasi dan tata guna lahan merupakan faktor
penting yang tidak dapat dipisahkan serta menjadi tujuan penting dalam
perancangan tata guna lahan atau perencanaan yang mempunyai efektivitas dalam
sistem transportasi yang menuju keseimbangan yang atara potensi tata guna lahan
dengan kemampuan transportasi darat.40
39 http///www.blog.spot.co.id, Sariful, Op.cit.
Transportasi darat sangat bermanfaat bagi pengembangan perekonomian
sauatu wilayah, apalagi perkembangan transportasi darat tersebut berkaitan
dengan perekonomian, pertumbuhan penduduk serta pengaruh politik serta fisik.
Dimana hal tersebut tidak busa dipisahkan karena mempunyai hubungan yang
berkaitan dalam pengembangan transportasi darat. Dengan adanya tatanan yang
baik terhadap pengembangan transportasi darat maka seiring dengan itu lalu
lintas, pertumbuhan ekonomi juga ikut serta berjalanan dengan baik. Dukungan
pemerintah sebagai penyelenggara infrastruktur merupakan hal utama guna
jalannya pengembangan dan penyelenggaraan transportasi tersebut. Pengawasan
yang ketat terhadap perbaikan dan perawatan infrastruktur oleh pemerintah
sangatlah dibutuhkan oleh setiap masyarakat demi peningkatan perekonomian.
B. Klasifikasi Stasiun dalam Transportasi Darat
Stasiun penumpang merupakan prasarana transportasi yang berfungsi
sebagai tempat naik turunnya penumpang dalam penyelenggaraan transportasi
darat. Berdasarkan jenis angkutannya stasiun terbagi menjadi dua bagian yaitu
stasiun yang diperuntukkan bagi penumpang dan stasiun yang peruntukkan untuk
barang. Namun pada skripsi ini penulis membahas mengenai stasiun yang
diperuntukkan bagi penumpang. Penyelenggaraan transportasi darat, stasiun
mempunyai jenis atau klasifikasi yang telah diatur, berdasarkan Keputusan
Menteri Nomor 31 Tahun 1995, klasifikasi stasiun terbagi menjadi tiga bagian
yang terdapat dalam pasal 2 yaitu:
1. Terminal Penumpang tipe A;
3. Terminal Penumpang tipe C;
Mengenai pembagian stasiun di atas terdapat beberapa ketentuan yang
telah diatur berdasarkan lingkup kerja transportasi tersebut adapun ketentuan
tersebut yaitu:
1. Terminal penumpang tipe A
Yaitu berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
antar propinsi dan.atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Untuk mendirikan
stasiun ini terdapat beberapa syarat yang harus di penuhi diantaranya:
a. Terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan trayek
antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas negara;
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya 20 km di
pulau jawa, 30 km di pulau sumatera, dan 50 km di pulau lainnya. Luas
lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5ha untuk terminal di pulau jawa
dan sumatera, dan 3ha untuk pulau lainnya;
c. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di pulau jawa dan 50 m di pulau
lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
2. Terminal tipe B
Yaitu berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Dalam
penetapan terminal ini terdapat ketentuan yang harus dipenuhi diantaranya
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi, yang mana juga
terletak dalam jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kuragnya kelas
IIIB;
b. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal
penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di pulau jawa dan 30km di
pulau lainnya;
c. Tersedianya lahan sekurang-kurangnya 3ha untuk terminal yang berada di
pulau jawa dan sumatera, dan 2ha untuk terminal di pulau lainnya;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di pulau jawa dan 30 m di pulau
lainnya dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
3. Terminal tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Dalam
penetapan lokasi terminal ini terdapat ketentuan yang harus dipenuhi
diantaranya yaitu:
a. Terletak di wilayah kabupaten daerah tingkat II dan dalam jaringan trayek
pedesaan;
b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas
IIIA;
c. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;
d. Mempumyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai
Stasiun pada umumnya dibangun di sudut-sudut kota atau desa, dengan
maksud bahwa untuk meningkatkan tata ruang yang baik dalam
menyelenggarakan kegiatan transportasi darat. Lokasi stasiun juga harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Rencana umum tata ruang;
2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitarr terminal;
3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupim antar moda;
4. Kondisi topografi lokasi terminal;
5. Kelestarian lingkungan.
Semua jenis terminal yang dijelaskan di atas dikelola sepenuhnya oleh
pemerintah daerah dimana terminal tersebut ditentukan. Dalam mendirikan
stasiun dalam suatu wilayah diatur menurut kewenangan dan jenis terminal yang
akan didirikan. Pemerintah tidak melarang adanya pendirian stasiun demi
kepentingan pribadi atau usahanya, karena hal tersebut juga berpengaruh dengan
meningkatnya perekonomian negara. Peraturan tersebut diatur oleh pemerintah
daerah yang berwenang tetapi pendirian stasiun tersebut harus memperoleh izin
yang sah sesuai dengan peraturan daerah masing-masing, agar kedudukan dari
stasiun yang didirikan tersebut sah secara hukum dan mempunyai tanggung jawab
hukum yang tetap bagi perusahaan dan penumpang.
C. Perantara-Perantara dalam Penyelenggaraan Transportasi darat
Dalam menyelenggarakan kegiatan transportasi darat juga dibutuhkan
Keputusan Menteri KM Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Di jalan Dengan Kenderaan Umum dengan Peraturan
pelaksananya yaitu Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan darat Nomor SK.
75/A.J.60/DRJD/2003 tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen Perusahaan
Otobus pasal 13 yaitu Agen. Agen adalah tempat untuk pemesanan dan penjualan
tiket yang berlokasi di terminal, pool dan tempat lain yang memungkinkan. Dalam
penyelenggaraan transportasi darat agen harus memenuhi persyaratan
sebagaimana sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan darat
Nomor SK. 75/A.J.60/DRJD/2003 tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen
perusahaan Otobus pasal 5 yaitu:
1. Hanya dipergunakan sebagai tempat penjualan tiket;
2. Tidak diperbolehkan sebagai tempat pemberangkatan bus;
3. Tidak ada pungutan tambahan terhadap penumpang.
Dalam penyelenggaraan transportasi darat dikenal juga adanya Kondektur,
yang biasa bahasa sehari-hari dikenal dengan kernet. Kondektur tersebut tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan namun pada kenyataannya diketahui
seluruh masyarakat yang menggunakan jasa transportasi darat. Kondektur ini
banyak di jumpai di setiap stasiun yang tersebar di berbagai daerah. Pengertian
kondektur secara umum adalah pembantu pengemudi. Namun pada dasarnya
kondektur tidak hanya bekerja sebagai pembantu pengemudi. Kondektur bekerja
sama dengan pengemudi untuk menciptakan penyelenggaraan transportasi darat
1. Kondektur yang bekerja sebagai pembantu pengemudi
Kondektur ini mempunyai fungsi sebagai pembantu pengemudi dalam
menyelenggarakan transportasi darat, misalnya dalam pemungutan ongkos,
membantu menaikkan dan menurunkan penumpang, membantu menyusun
barang-barang penumpang, menghitung jumlah penumpang yang ada, dan
kondektur jugalah yang membantu apabila angkutan umum dalam keadaan
rusak. Kondektur ini ikut bersama-sama dengan pengemudi dan mengikuti
serta mematuhi perintah pengemudi pada saat penyelenggaraan angkutan.
Artinya kondektur ini berada di dalam angkutan tersebut ikut mengikuti
perjalanan sesuai dengan trayek yang telah ditentukan bersama-sama dengan
penumpang. Kondektur ini menerima upah dari pengemudi apabila kegiatan
penyelenggaraan amgkutan telah selesai artinya upah yang di terima per hari
kerja.
2. Kondektur yang berada di stasiun
Kondektur ini tidak ikut mengikuti perjalanan bersama-sama dengan
penumpang. Artinya kondektur hanya membantu dalam kinerja yang ada di
stasiun tersebut, misalnya dalam pelangsiran barang-barang penumpang,
dimana kondektur yang mengangkut barang-barang penumpang tersebut
kedalam angkutan. Kondektur ini juga membantu kegiatan stasiun dalam
memparkirkan angkutan/ menyusun angkutan dan menempatkannya di
wilayah parkir stasiun. Kondektur ini menerima upah dari agen yang ada di
stasiun setelah kondektur ini menyelesaikan tugasnya, dimana upah yang
Jika dilihat berdasarkan kinerja dari stasiun kondektur merupakan
salah satu fasilitas yang umum untuk memberikan pelayanan kepada
penumpang, sehingga penumpang tidak perlu repot dalam mengangkut
barang-barang bawaanya dan menyusunnya kedalam angkutan.
D. Status Hukum Stasiun dalam Penyelenggaraan Transportasi Darat
Status hukum stasiun dalam penyelenggaraan transportasi darat secara
umum adalah berperan sebagai pengembangan wilayah dimana stasiun tersebut
didirikan. Dimana untuk memperoleh status tersebut penyelenggaraan stasiun
diatur dalam keputusan menteri. Untuk melaksanakan penyelenggaraan terminal
menurut Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 1995 pasal 17 ayat (1) dan (2)
Tentang Terminal Transportasi Jalan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan terminal dilakukan setelah mendapat persetujuan dari:
a. Direktur jenderal untuk terminal tipe A;
b. Gubernur Kepala Daerah tingkat I untuk terminal tipe B;
c. Bupati Kepala Daerah tingkat II untuk terminal tpe C.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan
apabila:
a. Pembangunan telah selesai dilaksanakan sesuai degan rancang bangun
yang telah disahkan;
b. Tersedia unit pelaksana terminal yag ditetapkan sesuai peraturan
Penyelenggaraan stasiun tersebut akan dapat dilaksanakan apabila telah
memperoleh persetujuan dari badan yang bersangkutan sesuai dengan tipe
terminal yang didirikan. Penyelenggaraan stasiun tersebut juga harus sesusuai
dengan kewenangan kepala daerah bersangkutan. Ketentuan penyelenggaraan
stasiun tersebut berdasarkan Keputusan Menteri No 31 Tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan Pasal 23 ayat (1),(2) dan (3) mengenai kewenangan
penyelenggaraan terminal yang berbunyi:
1. Wewenang penyelenggaraan terminal penumpang berada pada
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, khusus ibukota Jakarta dan kotamadya
administratif batam berada pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;
2. Penyelenggaraan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
oleh unit pelaksana teknis terminal Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
3. Unit pelaksana teknis terminal sebagaimana disebut dalam ayat(2) dipimpin
oleh kepala terminal yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
penyelenggaraan terminal.
Bunyi pasal di atas dapat diartikan bahwa pendirian terminal penumpang
yang berada di daerah-daerah diberi wewenang kepada kepala daerah
Bupati/Walikotamadya. Kepala daerah Bupati/Walikotamadya mempunyai
kebebasan dalam memanajemen kerja terminal, dan hal tersebut dilaksanakan oleh
unit pelaksana teknis terminal yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah
bersangkutan. Pendirian stasiun-stasiun lain diatur berdasarkan peraturan daerah
menurut kepala daerah bersangkutan, dimana stasiun tersebut didirikan guna
Karo Nomor 21 Tahun 2006 tentang Retribusi terminal dalam pasal 3 yang
berbunyi “tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 2
peraturan daerah ini, bupati berwenang untuk memberikan izin dan menentukan
tempat pemberhentian sementara kendaraan bermotor antar pedesaan dan antar
kabupaten dan profinsi diluar batas kota untuk menaikkan dan atau menurunkan
penumpang dan barang.”
Menurut keterangan pasal di atas pemberhentian sementara terhadap
kendaraan bermotor yang mengangkut penumpang itulah yang disebut dengan
“Stasiun Pembantu” yang diahas dalam skripsi ini. Stasiun pembantu ini memiliki
tempat tersendiri di luar Stasiun besar/ Terminal yang didirikan oleh pemerintah.
Stasiun pembantu merupakan salah satu prasarana yang disediakan dalam
penyelenggaraan transportasi darat. Stasiun Pembantu ini didirikan berdasarkan
kepentingan pribadi atau usaha perusahaan pengangkutan darat. Stasiun Pembantu
mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi darat, sehingga
pemerintah daerah memberikan wewenang untuk mendirikan stasiun pembantu
tersebut. stasiun pembantu banyak ditemui di pinggir kota yang strategis, dimana
lokasi stasiun pembantu berada pada lintasan trayek angkutan, artinya stasiun
pembantu itu pasti didirikan berdasarkan lintasan trayek angkutan dimana
pembagian stasiun pembantu itu berdasarkan ketentuan yang diatur oleh pemilik
perusahaan angkutan.
Pemilihan lokasi tersebut untuk memudahkan angkutan dapat menaikkan
dan lain-lain sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Jika diperhatikan mengenai efektivitas kerja daripada Stasiun
Pembantu hanya beberapa saja yang mempunyai peran penting dalam kegiatan
penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan perusahaan. Hal ini terjadi karena
tidak tepat dalam pemilihan lokasi pendirian Stasiun Pembantu. Pada umumnya
Stasiun Pembantu yang dapat berjalan dengan baik adalah stasiun yang berada di
dekat keramaian masyarakat atau berada pada kota-kota kecil yang sesuai dengan
trayek angkutan. Sehingga masyarakat bisa tahu bahwa ada tempat pemberhentian
BAB IV
PERANAN STASIUN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
ANGKUTAN DARAT TERHADAP PENUMPANG
A. Peranan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI dalam Penyelenggaraan Pengangkutan
yang Berada di Kabanjahe
Sebelum masuk pada pembahasan terlebih dahulu mengetahui tentang
perkembagan perusahaan yang ditentukan penulis. PO. SAMPRI adalah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa angkutan umum dengan trayek yang
telah ditentukan. PO. SAMPRI sudah beroperasi selama 20 tahun. Perusahaan
ini didirikan pada tanggal 30 november 1999 yang dipimpin oleh Mangasi
Sitanggang S.E sebagai Direksi dari perusahaan, dan hingga saat ini beliau
masih tetap memimpin perusahaan sebagai Direksi. Pada awal beroperasi
perusahaan memiliki 10 (sepuluh) kendaraan dengan satu trayek yaitu Medan – Kabanjahe – Sidikalang. Dan hingga sekarang PO. SAMPRI sudah memiliki 8 trayek yang hingga saat ini masih berjalan serta ± 120 (seratus dua puluh)
kendaraan.
PO. SAMPRI memiliki struktur kepemimpinan dimana pemimpin yang
tertinggi adalah Direksi kemudian Kordinator dan perwakilan, yang semua itu
dipilih langsung oleh Direksi. Adapun tugas daripada direksi, kordinator dan
perwakilan PO. SAMPRI adalah sebagai berikut:
Merupakan pemimpin perusahaan yang sekaligus pemilik perusahaan. Direksi
yang memberikan jabatan kepada kordinator dan perwakilan sebagai
perpanjangan tangan tanggung jawab yang dipegang oleh direksi. Direksi
berhak memberikan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan maupun
jabatan dalam struktur kepemimpinan perusahaan;
2. Kordinator
Kordinator merupakan orang yang bekerja sebagai pengawas terselenggaranya
kegiatan pengangkutan di stasiun besar/pusat dan memperhatikan kinerja dari
Stasiun Pembantu yang tersebar diberbagai wilayah. Kordinator juga
berfungsi untuk menerima keluhan dari perwakilan Stasiun Pembantu untuk
meningkatkan pelayanan perusahaan;
3. Perwakilan
Perwakilan adalah orang yang bekerja untuk mengelola Stasiun Pembantu.
Perwakilan mempunyai tanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
Stasiun Pembantu dan penyelesaian masalah yang terjadi antara perusahaan
dengan penumpang maupun pihak ketiga.
Dalam penyelenggaraan pengangkutan PO. SAMPRI memiliki
stasiun-stasiun yang tersebar di seluruh wilayah trayek yang dilewati oleh angkutan.
Stasiun tersebut dibuat guna memperlancar kegiatan pengangkutan untuk
menaikkan dan atau menurunkan penumpang dan barang yang merupakan
kebutuhan pokok daripada perusahaan. Di dalam perusahaan PO. SAMPRI
stasiun tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Stasiun besar ini berada pada daerah tujuan angkutan, dimana di stasiun inilah
tempat pemberhentian dari angkutan. Stasiun ini mewajibkan angkutan untuk
berhenti untuk menunggu giliran untuk memberangkatkan ketujuan yang
hendak ditempuh oleh penumpang. stasiun besar PO. SAMPRI berada di
Medan, Sidikalang, Tiga Lingga, dolok sanggul, Pangururan. Stasiun ini
dijalankan oleh perwakilan yang ditentukan oleh direksi sebagai pemimpin
perusahaan dengan kordinator sebagai pemimpin;
2. Stasiun Pembantu
Stasiun Pembantu ini berada pada titik-titik tertentu yang telah ditentukan oleh
perusahaan untuk membantu penyelenggaraan kegiatan penumpang. Stasiun
Pembantu ini berada di Berastagi, Kabanjahe, Desa Merek, Kabupaten Dairi
dan lain-lain. Di Stasiun Pembantu angkutan tidak diwajibkan untuk berhenti
karena terkadang tidak adanya penumpang yang menunggu di Stasiun
Pembantu atau penuhnya jumlah penumpang dalam kendaraan yang membuat
angkutan tidak berhenti di Stasiun Pembantu walaupun tidak diwajibkan
berhenti, namun angkutan umum perusahaan diwajibkan untuk membayar
iuran Stasiun Pembantu yang dibayarkan setiap harinya sebesar Rp. 4000,00
(empat ribu rupiah) per kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum
Stasiun Pembantu. Dana ini dikumpulkan untuk upah yang harus dibayarkan
pengemudi kepada perwakilan yang menjaga kenyamanan melintasi trayek.
Pada bahasan skripsi ini Stasiun Pembantu yang akan di bahas adalah
Stasiun Pembantu yang berada di wilayah hukum Tanah Karo. Setiap Stasiun
Stasiun yang disebut sebagai Perwakilan. Perwakilan tersebut bernama Apul
Manihuruk, dimana beliau sebagai sumber utama untuk memperoleh data
mengenai skripsi ini. Beliau sudah bekerja sebagai perwakilan sejak perusahaan
didirikan. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI yang berdiri di Kabanjahe sudah
hampir 20 tahun beroperasi yang berada di Jalan Mariam Ginting Nomor 40
Kabanjahe.
Untuk mendirikan Stasiun Pembantu tentu mempunyai izin dalam
mendirikannya, pendirian Stasiun Pembantu ini belum memperoleh izin resmi
dari pemerintah daerah, dikarenakan tidak ada aturan jelas mengenai perolehan
izin pendirian dari Stasiun Pembantu tersebut, dan juga tidak ada teguran tegas
dari pemerintah daerah setempat sehingga perusahaan dengan bebas mendirikan
Stasiun Pembantu terutama di wilayah hukum Tanah Karo, namun pihak
perusahaan wajib membayar pajak retribusi setiap harinya. Pendirian Stasiun
Pembantu PO. SAMPRI juga memiliki kriteria tersendiri sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yaitu:
1. Memiliki lahan parkir angkutan;
2. Minimal memiliki kantin untuk memenuhi hal-hal yang dibutuhkan
penumpang;
3. Memiliki toilet umum;
4. Memiliki tempat untuk menunggu yang disediakan untuk penumpang dalam
menunggu angkutan umum.(hasil wawancara dengan Perwakilan 20 februari
Hal yang dikemukakan diatas sebagian besar memenuhi isi Keputusan Menteri
KM Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan pasal 4 ayat
(1) dan (2) yaitu:
1. Fasilitas utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b. Jalur kedatangan kendaraan umum;
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk di dalamnya tempat menunggu dan tempat istirahat
kendaraan umum;
d. Bangunan kantor terminal;
e. Menara pengawas;
f. Loket penjualan karcis;
g. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tariff dan jadwal perjalanan;
h. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g,
dan huruf I, tidak berlaku untuk terminal tipe C.
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI yang berada di Kabanjahe memiliki
orang-orang yang mengelola Stasiun Pembantu yang ditunjuk direksi
berdasarkan Mandat yang menyatakan bahwa orang tersebut sah untuk
mengelola Stasiun Pembantu yang ada dan langsung dibuat dan ditandatangani
oleh direksi. Perusahaan menyebutnya sebagai perwakilan yang dalam bahasa
berdasarkan Mandat yang dikeluarkan oleh direksi sendiri. Perwakilan
mempunyai tugas dan wewenang yang harus dijalankan dan bertanggung jawab
yaitu:
1. Bertanggungjawab atas segala kegiatan perusahaan dalam
menyelenggarakan pengangkutan;
2. Perwakilan juga bertanggungjawab atas segala sesuatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi di wilayah kerja Tanah karo;
3. Perwakilan bertanggungjawab atas seluruh anggota Stasiun Pembantu dan
angkutan milik PO. SAMPRI yang melintasi wilayah hukum kerja Stasiun
Pembantu;
4. Perwakilan wajib mengontrol kinerja dari Stasiun Pembantu demi
kepentingan perusahaan;
5. Perwakilan berhak memilih anggota untuk dipekerjakan di Stasiun
Pembantu
6. Perwakilan dapat mengeluarkan kebijakan tertentu demi kepentinga
perusahaan yang berlaku di wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu
7. Perwakilan mempunyai hak untuk membuat surat tugas anggota untuk
menyatakan bahwa anggota yang dipilih sah untuk di pekerjakan di dalam
perusahaan.
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe juga memiliki anggota yang
dipilih oleh Perwakilan untuk membantu kinerja dari Stasiun Pembantu. Adapun
perwakilan untuk membantu kinerja dari Stasiun Pembantu. agen memiliki
tugas yaitu:
1. Mengontrol jumlah penumpang dalam angkutan. Hal ini sangat
penting dilakukan oleh agen karena menyangkut penghasilan dari
pada perusahaan. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya
penyelewengan jumlah penumpang dalam kendaraan yang dilakukan
oleh pengemudi;
2. Menagih iuran stasiun setiap harinya yaitu sebesar Rp. 4000,00 (
empat ribu rupiah);
3. Mengatasi dan menyelesaikan apabila terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan kendaraan perusahaan atau penumpang. (hasil
wawancara dengan Perwakilan 20 februari 2013 Pukul 10:00)
Dalam melaksanakan tugasnya Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe memiliki wilayah hukum kerja. Perwakilan menjelaskan bahwa
wilayah hukum kerja dari Stasiun Pembantu yaitu Kabupaten Tanah Karo, yang
artinya luas wilayah hukum kerja tersebut sama dengan wilayah hukum kerja
Kepolisian Resort Khusus Tanah Karo.
Perwakilan menjelaskan bahwa batas wilayah kabupaten tersebut adalah
wilayah hukum kerja dari Stasiun Pembantu Kabanjahe. Wilayah kerja tersebut di
mulai dari perbatasan Kabupaten Karo hingga perbatasan antara Kabupaten karo
dengan Kabupaten Dairi, demikian juga sama halnya mulai dari perbatasan
Perwakilan menyatakan bahwa jika terjadi peristiwa atau kecelakaan
terhadap kendaraan perusahaan yang kejadian tersebut terjadi 1(satu) meter saja
melewati perbatasan Kabupaten Karo, maka tanggung jawab terhadap peristiwa
atau kecelakaan tersebut menjadi berubah kepada Stasiun Pembantu yang
berwenang atas wilayah tersebut(hasil wawancara dengan Perwakilan 20 februari
2013 Pukul 10:00). Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
1 meter 1 meter
Gambar 1.0 penjelasan tanggung jawab hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe.
Skema diatas menunjukkan tentang ketegasan batas wilayah hukum kerja
dari pada Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe. Menurut perwakilan
tanggung jawab tersebut tidak boleh dicampurtangankan, karena akan
menimbulkan perselishan dengan Stasiun Pembantu lainnya.
PERBATASAN
Kabupaten Karo j Kabupaten Dairi
B. Tanggung Jawab Hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Terhadap Penumpang
Sesuai dengan kegiatan perusahaan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan pengangkutan,
dimana tanggung jawab tersebut harus dijalankan karena sangat berpengaruh
dengan nama baik perusahaan. Artinya apabila tanggung jawab itu dijalankan
dengan baik maka nama perusahaan akan menjadi baik, demikian juga sebaliknya,
apabila tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka nama
perusahaan juga akan menjadi buruk di mata masyarakat terutama penumpang
sebagai pemakai jasa angkutan.
Ada beberapa hal-hal yang mana Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe wajib untuk bertanggung jawab terhadap penumpang, adapun hal-hal
tersebut adalah:
1. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab atas segala
permasalahan yang terjadi pada wilayah hukum kerja. Menurut perwakilan
Permasalahan yang terjadi harus diselesaikan hingga benar-benar selesai dan
tidak ada lagi masalah terutama masalah kedepan, terutama permasalahan
yang berkaitan dengan penumpang. Hal ini sangat di perhatikan Stasiun
Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe demi kepentingan perusahaan;
2. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe mempunyai tanggung jawab
untuk menyelenggarakan pengangkutan, artinya Stasiun Pembantu berusaha
mengumpulkan calon penumpang untuk menaikkan calon penumpang ke
3. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab terhadap
seluruh kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum kerja daripada
Stasiun Pembantu;
4. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe mempunyai tanggung jawab
untuk mengutip iuran stasiun setiap harinya. Iuran tersebut sebesar Rp.
4.000,00 (empat ribu rupiah) per hari. Iuran stasiun tersebut dikutip per hari
pada setiap kendaraan yang melewati wilayah hukum kerja daripada Stasiun
Pembantu Iuran tersebut diperuntukkan kepada perwakilan sebagai upah kerja
yang diterima. Menurut perwakilan sering juga iuran tersebut digunakan untuk
membantu santunan dana untuk penumpang dan kendaraan jika terjadi
kecelakaan yang merugikan perusahaan;
5. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab untuk
membantu jika terjadi kerusakan pada kendaraan perusahaan. Stasiun
Pembantu juga wajib bertanggung jawab atas terlantar dan keterlambatan
penumpang untuk sampai ke tujuan. Biasanya Stasiun Pembantu langsung
mengambil angkutan cabutan dari perusahaan lain untuk mengantarkan
penumpang ke tujuan apabila kendaraan perusahaan tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya;
6. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe juga bertanggung jawab terhadap
keamanan pengemudi kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum
kerja daripada Stasiun Pembantu. Karena menurut perwakilan hal ini penting
dijalankan karena sering terjadi pada perusahaan angkutan lain pemukulan
kriminal lainnya, walaupun hal tersebut jarang terjadi pada kendaraan
perusahaan karena terciptanya manajemen perusahaan terutama kinerja
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe yang baik;
7. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI kabanjahe wajib bertanggung jawab atas
manajemen kegiatan Stasiun Pembantu demi kepentingan penumpang yang
berkaitan dengan pendapatan perusahaan;
8. Berdasarkan hasil wawancara Stasiun Pembantu PO. SAMPRI kabanjahe
bertanggung jawab atas segala kenyamanan daripada penumpang dalam
melintasi wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu, artinya kenyamanan
penumpang sangat dijamin oleh Stasiun Pembantu dalam menggunakan jasa,
hal ini diperhatikan untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan
pengangkutan lainnya;
9. Apabila terjadi kecelakaan di wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu PO.
SAMPRI Kabanjahe yang merugikan penumpang, Stasiun Pembantu wajib
bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami penumpang, baik itu
fisik maupun barang. Penyelesaian permasalahan antara perusahaan dan
penumpang dilakukan dengan upaya perdamaian antara penumpang dengan
perusahaan berdasarkan asas kekeluargaan. (hasil wawancara dengan
Perwakilan 20 februari 2013 Pukul 10:00)
Menurut perwakilan tanggung jawab hukum yang diberikan perusahaan
terhadap penumpang adalah sesuai dengan prosedur daripada perusahaan dan
Perjanjian antara Stasiun Pembantu dengan penumpang tidak terdapat
perjanjian tanggung jawab secara tertulis mengenai hal-hal yang wajib ditanggung
jawabkan oleh perusahaan terutama Stasiun Pembantu, namun perjanjian tersebut
secara lisan yang pada umumnya sudah diketahui oleh penumpang dan
perusahaan. Hal tersebut juga sudah dikuatkan dengan Undang-Undang RI Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
C. Perlindungan Hukum dan Pemberian Ganti Rugi Oleh PO. SAMPRI Terhadap
Kerugian yang Dialami Penumpang
Penumpang adalah pihak yang diangkut dalam pengangkutan dimana
penumpang membayarkan dengan jumlah tertentu kepada perusahaan pengangkut
untuk mengantarkan ke tujuan tertentu. Perlindungan hukum merupakan suatu
tanggung jawab yang dijamin kepada seseorang atau perusahaan apabila terjadi
suatau peristiwa yang merugikannya. Perlindungan hukum yang diberikan Stasiun
Pembantu terhadap penumpang berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam penyelenggaraan
pengangkutan hal-hal yang paling di hindari oleh penumpang adalah kecelakaan.
Kecelakaan adalah peristiwa yang merugikan penumpang yang melibatkan fisik/
tubuh penumpang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa kecelakaan disebabkan oleh
kelalalian pengguna jalan yang terdapat dalam pasal 229, ketidaklaikan kendaraan
serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan Menurut Undang-Undang ini juga
1. Kecelakaan Lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang;
2. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/ atau barang;
3. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan telah menjamin adanya perlindungan hukum bagi penumpag
yang mengalami kecelakaan yang menggunakan jasa angkutan jalan.
Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi,
tetapi kecelakaan akan menimbulkan akibat hukum yaitu kewajiban bagi
penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung dan membayar
sejumlah santunan tertentu kepada tertanggung yang sudah ditetapkan. Jadi
terdapat dua prestasi yang harus ditanggung oleh penanggung yaitu
1. Mengganti kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung;
2. Membayar sejumlah uang tertentu sebagai yang telah ditetapkan semula
pada saat ditutupnya pertanggungan.41
Menurut perwakilan jika terjadi kecelakaan di wilayah hukum kerja
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe terhadap penumpang, maka secepat
mungkin untuk memberikan pertolongan kepada penumpang yang mengalami
luka ringan atau luka berat, karena Stasiun Pembantu sangat menjamin
keselamatan penumpang dalam penggunaan jasa angkutan yang disediakan
perusahaan (hasil wawancara dengan Perwakilan 21 februari 2013 Pukul 13:00).
Permasalahan yang ada dalam kecelakaan tersebut harus diselesaikan terutama
antara penumpang dan perusahaan harus diselesaikan secara asas kekeluargaan
dengan melakukan upaya perdamaian.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan ada prosedur dalam memberikan perlindungan hukum serta
pemberian ganti rugi kepada peunumpang, di dalam pasal 234 dijelaskan bahwa:
1. Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor dan/atau perusahaan angkutan
umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang
karena kelalaian pengemudi;
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan
angkutan umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau
perlengkapan jalan karena kelalaian atau kelasahan pengemudi;
3. Ketentuan diatas tidak berlaku jika:
a. Adanya keadaan memaksi yang tidak dapat dielakkan atau di luar
kemampuan pengemudi;
b. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga, dan/atau
disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil
tindakan pencegahan.
Perlindungan hukum yang diberikan perusahaan terutama Stasiun
Pembantu kepada penumpang di dukung dalam Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 240 mengenai Hak
a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan Lalu lintas dan/ atau pemerintah;
b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadi kecelakaan lalu
lintas;
c. Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
Jadi walaupun perusahaan pengangkutan tidak mengatur secara tertulis
tentang perlindungan hukum tersebut undang-undang telah mengatur demi
kepentingan penumpang. Berdasarkan hasil wawancara dari perwakilan hak
korban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan telah dijalankan sejak
awal perusahaan angkutan beroperasi, jadi sebelum Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diresmikan, perusahaan
sudah menjalankan apa-apa saja yang menjadi hak korban.
Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi diberikan oleh
Jasa Raharja berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 1964 tentang
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Jo Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksana Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu lintas Jalan
yang mengatur:
a. Setiap korban yang berhak atas santunan yaitu setiap penumpang sah dari alat
angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang
bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat
pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan;
b. Jaminan ganda, kendaraan bermotor umum (bus) berada dalam kapal ferry,
apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bus
yang menjadi korban diberikan jaminan ganda;
c. Korban yang mayatnya tidak ditemukan penyelesaian santunan bagi korban
yang mayatnya tidak ditemukan atau hilang berdasarkan kepada putusan
Pengadilan Negeri.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas terdapat beberapa teknik
penyelesaian santunan berdasarkan prinsip yaitu:
1. Prinsip itikad baik
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap tertanggung berkewajiban
memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang
berkaitan dengan objek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari
asuransi.42 Prinsip ini banyak digunakan dalam penyelesaian permasalahan
salah satunya penyelesaian santunan terhadap penumpang yang mengalami
kerugian ataupun kecelakaan. Adanya itikad baik adalah salah satu wujud
tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada penumpang untuk
menjamin bahwa adanya dana pertanggungan yang diberikan kepada
penumpang yang mengalami kerugian atau kecelakaan;
2. Prinsip keseimbangan
Pada prinsip ini menjelaskan bahwa kerugian yang dialami tertanggung
diimbangi dengan premi yang dibayar oleh tertanggung. Kerugian yang
dialami oleh tertanggung harus seimbang dengan resiko yang ditanggung oleh
penanggung.43 Prinsip keseimbangan ini bukan bermaksud mengambil
keuntungan pada saat kerugian dialami oleh tertaanggung. Dalam perusahaan
pengangkutan prinsip keseimbangan ini dilakukan dalam penyelesaian
kerugian yang dialami oleh penumpang. Dalam pertanggungan kecelakaan
penumpang umum jumlah santunan yang dibayarkan diukur dengan seberapa
besar kerugian yang diderita oleh tertanggung, sedangkan sisa kerugiannya
ditanggung oleh tertanggung itu sendiri.44 Hal tersebut sama dengan
pertanggungan dalam kecelakaan lalu lintas jalan ganti kerugian sesuai dengan
nilai maksimal yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
3. Prinsip proximate cause
Dalam konteks prinsip ini baik dalam kecelakaan penumpang umum dan
kecelakaan lalu intas jalan, tertanggung mendapatkan ganti kerugian jika
penyebab terjadinya kecelakaan adalah kelalaian dari perusahaan
pengangkutan, baik terlibatnya pihak ketiga dalam kerugian.45 Prinsip ini juga
diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pasal 234 yang telah dijelaskan diatas.
Dalam penyelesaian permasalahan antara perusahaan dengan penumpang
harus ada prosedur yang menjadi pedoman. Berikut ini adalah daftar nama
43
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia; Citra Aditya Bakti, bandung, 2006, hlm. 126.
korban kecelakaan perusahaan pengangkutan PO. SAMPRI dengan Nomor Polisi
BK 7994 DH yang diperoleh dari penyidikan Polantas Tanah Karo yaitu:
NO NAMA UMUR ALAMAT PEKERJAAN
1. Santri Manullang 23 Tahun Desa Martiti Kec. Dolok
sanggul Kab. Humbagas
Wiraswasta
2. Maraddin
Pasaribu
28 Tahun Jalan sena Nomor237
kelurahan Martubung
Medan
Bertani
3. Friska Br. Sitepu 32 Tahun Jalan sena Nomor237
kelurahan Martubung
Medan
Wiraswasta
4. Serly Br Pasaribu 10 bulan Jalan sena Nomor237
kelurahan Martubung
Medan
5. Dewi Sartika 24 Tahun Jalan Masjid suhada No
40a Padang Bulan
Medan.
Wiraswasta
Berdasarkan hasil penyidikan, kecelakaan tersebut terjadi pada tanggal 10
Juni 2012 Pukul 16.15 WIB. Pada saat itu Bus melaju kencang dari Medan
menuju Dolok Sanggul, namun sesaat tiba di kabanjahe Jalan Jamin Ginting
terbalik dikarenakan mencoba menghindari sebuah kendaraan yang ingin memutar
balik dari arah berlawanan. kecelakaan tersebut terjadi di wilayah hukum kerja
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe sehingga penyelesaian masalah
dilakukan oleh Stasiun Pembantu tersebut. Menurut perwakilan dimana pada saat
itu beliau yang langsung menangani kejadian tersebut yang langsung membawa
korban ke rumah sakit Efarina Etaham Kabanjahe. Pada saat itu perwakilan yang
bertanggungjawab untuk seluruh biaya pengobatan dari korban kecelakaan. Hal
ini dilakukan guna menunjukkan perlindungan hukum bagi penumpang.
Walaupun sebenarnya kecelakaan tersebut adalah tanggung jawab dari pengemudi
terutama secara materi, namun menurut perwakilan tindakan tersebut harus
dilakukan, karena nantinya biaya ganti kerugian perobatan yang dikeluarkan oleh
perwakilan dapat ditagih kepada pengemudi.
Menurut perwakilan secara singkat prosedur penanganan kecelakaan yang
dilakukan Stasiun pembantu adalah sebagai berikut:
1. Dilakukannya pendataan dimana letak terjadinya kecelakaan, jumlah
penumpang dan jumlah korban baik penumpang maupun pihak ketiga;
2. Setelah pendataan dilakukan maka korban yang ada segera dibawa ke
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis;
3. Mengenai tanggung jawab pembiayaan perobatan korban kecelakaan
sementara diseselesaikan oleh perwakilan (pembiayaan selanjutnya
4. Penanganan keselamatan pengemudi, hal ini dilakukan untuk
menghindari amukan massa setempat;
5. Pengaman kendaraan, hal ini juga dilakukan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembakaran bus, pengerusakan bus
dan lain-lain karena akan merugikan perusahaan.
6. Apabila proses pengobatan korban selesai maka dalam beberapa hari
setelahnya akan dilakukan upaya perdamaian antara perusahaan
dengan penumpang ataupun pihak ketiga yang terlibat.
Upaya tersebut di atas sepenuhnya dilakukan oleh Stasiun Pembantu PO.
SAMPRI Kabanjahe. Mengenai upaya perdamaian antara perusahaan dengan
penumpang ataupun pihak ketiga dilakukan prinsip itikad baik, karena PO.
SAMPRI mengutamakan upaya perdamaian dalam penyelesaian permasalahan.
Disamping itu upaya perdamaian ini dilakukan untuk menghindari penahanan
pengemudi oleh pihak kepolisian. Upaya perdamaian ini membutuhkan tanda
tangan dari seluruh korban. Stasiun Pembantu juga membantu korban untuk
mengurus asuransi jasa raharja, yang berguna untuk membantu korban dalam
pembiayaan pengobatan akibat kecelakaan. Upaya pengurusan asuransi jasa
raharja tersebut dengan melaporkan terlebih dahulu kepada pihak Stasiun
Pembantu dan memberikan seluruh data-data yang di perlukan. Menurut
perwakilan kecelakaan tersebut telah diselesaikan, hingga kini kendaraan
perushaan tersebut telah diperbaiki dan sudah beroperasi (hasil wawancara dengan
Menurut perwakilan belum ada kejadian yang terjadi di wilayah hukum
kerja Tanah karo yang tidak terselesaikan. Semua kejadian yang ada baik yang
melibatkan penumpang maupun pihak ketiga yang terlibat dalam suatu kejadian
semuanya terselesaikan melalui perjanjian perdamaian dan proses pengadilan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa peran Stasiun Pembantu kabanjahe berfungsi
dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai penyelenggara
kegiatan transportasi darat (hasil wawancara dengan Perwakilan 21 februari 2013
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PO. SAMPRI adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa
transportasi darat yang memiliki trayek tetap. PO. SAMPRI memiliki
stasiun untuk memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaraan transportasi
darat, stasiun tersebut hanya digunakan khusus untuk kepentingan
perusahaan bukan untuk umum. Stasiun PO. SAMPRI terbagi atas dua
bagian yaitu stasiun besar dan Stasiun Pembantu. Stasiun besar tersebut
berada di titik-titik daerah tujuan angkutan, dan Stasiun Pembantu berada
di daerah bagian yang dilewati oleh angkutan. Stasiun Pembantu tersebut
didirikan atas keputusan dari pemimpin perusahaan.
2. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe memilki tanggung jawab dan
wilayah hukum kerja. Tanggung jawab tersebut berada dalam
penyelenggaraan kegiatan Stasiun Pembantu serta tanggung jawab yang
diberikan kepada pengemudi, tanggung jawab terhadap kendaraan
perusahaan, dan tanggung jawab terhadap penumpang. Tanggung jawab
tersebut diberikan guna memenuhi kewajiban peraturan
perundang-undangan dimana perusahaan pengangkutan wajib bertanggung jawab atas
segala kerugian yang dialami oleh penumpang. Setiap peristiwa yang
wajib bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah dan kerugian yang
dialami oleh penumpang.
3. Dalam pemberian perlindungan hukum serta ganti kerugian yang diberikan
kepada penumpang berpedoman pada Undang-Undang RI No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Perlindungan hukum yang
diberikan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe telah sesuai dengan
aturan yang diatur dalam pasal 234 – 241 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 mengenai kewajiban dan tanggung jawab pengemudi, pemilik
kendaraan bermotor/dan atau perusahaan angkutan. Menurut keterangan
pasal 234 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan peranan Stasiun pembantu adalah sebagai perwakilan
yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan
perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara
perusahaan dan penumpang apabila kejadian terjadi di wilayah hukum
kerja Stasiun Pembantu. Penyelesaian permasalahan yang terjadi antara
penumpang dengan perusahaan diselesaikan secara asas kekeluargaan
dimana hal tersebut di selesaikan oleh perwakilan Stasiun Pembantu yang
berwenang dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. penyelesaian
permasalahan melalui pengadilan tetap dijalankan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang tetap menjalankan upaya perdamaian secara
kekeluargaan demi menjaga nama baik perusahaan sebagai penyedia jasa
B. Saran
1. Peningkatan pelayanan dan kinerja Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe penting untuk dilakukan agar mewujudkan bahwa tanggung
jawab yang diberikan perusahaan kepada penumpang tidak mengurangi
hak dan kewajiban para pihak. Tanggung jawab tersebut merupakan salah
satu modal bagi perusahaan untuk peningkatan daya saing dengan
perusahaan pengangkutan darat lainnya. Peningkatan fasilitas Stasiun
Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe juga perlu untuk dilakukan karena
peningkatan tersebut menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan.
2. Tanggung jawab hukum Stasiun Pembantu PO.SAMPRI Kabanjahe
seharusnya diatur secara tertulis untuk menghindari terjadinya perbedaan
hak dan kewajiban yang diberikan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe terhadap penumpang.
3. Upaya perdamaian harus ditingkatkan dalam penyelesaian permasalahan
antara perusahaan dengan penumpang terutama permasalahan yang terjadi
di wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu PO.SAMPRI Kabanjahe. Selain
tidak membutuhkan waktu yang lama, upaya perdamaian juga tidak
membutuhkan biaya yang besar dibandingkan dengan proses berperkara di
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPORTASI DARAT
A. Ruang Lingkup Transportasi Darat
Transportasi adalah sarana yang digunakan masyarakat untuk melakukan
suatu perpindahan baik itu perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke
tempat yang lain sesuai dengan daerah yang dituju. Peran transportasi memang
sangat penting dalam dunia perdagangan dan proses perkembangan
perekonomian, begitu juga transportasi darat. Ruang lingkup pengangkutan darat
itu sepanjang dan selebar negara, maksudnya adalah ruang lingkupnya sama
dengan ruang lingkup negara, sedangkan angkutan itu sendiri dapat dilakukan
dengan jenis-jenis angkutan. Untuk dapat berjalannya dengan baik proses
pengangkutan sangatlah dibutuhkan dukungan infrastruktur yang baik dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Beberapa sarana prasarana hal yang
harus dipenuhi untuk memberikan pelayanan yang baik dalam pengangkutan
yaitu;
1. Jalan;
2. Terminal atau stasiun;
3. Kendaraan;
4. Unsur tenaga penggerak atau unsur non fisik yaitu pengemudi.16
Menurut Soekardono “Hukum Pengangkutan Darat” adalah keseluruhan
peraturan-peraturan di dalam dan di luar kodifikasi (Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang) yang berdasarkan atas dan tujuan untuk mengatur
hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan perpindahan barang-barang dan
atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain untuk memenuhi
perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian tertentu termasuk juga perjanjian-perjnajian
untuk memberikan perantaraan untuk mendapatkan pengangkutan (ekspeditur).17
Perlu diketahui bahwa ada beberapa asas yang berlaku dalam penyelenggaraan
angkutan jalan yang terdapat dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan pasal 2 yaitu:
a. Asas transparan;
b. Asas akuntabel;
c. Asas berkelanjutan;
d. Asas partisipatif;
e. Asas bermanfaat;
f. Asas efesien dan efektif;
g. Asas seimbang;
h. Asas terpadu; dan
i. Asas mandiri.
Asas-asas ini dibuat guna mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan
jalan yang aman, tertib, lancar, dan terpadu dengan mendorong perekonomian
nasional dan memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, memberikan kepastian hukum, serta mampu menjunjung tinggi
martabat bangsa dan bernegara. Berdasarkan sumber hukum dari hukum
pengangkutan darat, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Sumber-sumber hukum yang berasal dari kodifikasi yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Dagang;
2. Sumber-sumber hukum diluar kodifikasi yaitu :
a. Peraturan Perundang-Undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
d. Dan peraturan lainnya seperti Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan
Menteri, yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum.18
Perlu diperhatikan bahwa sistem pengamanan pengangkutan darat perlu
mendapat perhatian khusus mengingat kerap terjadi kecelakaan, perampokan atau
hal-hal lain yang menyebabkan kerugian pengangkut dan penumpang. Menurut
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 pasal
200 ayat (3) menyebutkan “Untuk mewujudkan dan memelihara keamanan Lalu
Lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
kegiatan:
1. Penyusunan program nasional keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan perlengkapan keamanan lalu lintas
dan angkutan jalan;
3. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembimbingan, penyuluhan, dan
penerangan berlalu lintas dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum dan
etika masyarakat dalam berlalu lintas;
4. Pengkajian masalah keamanan lalu lintas dan angkutan jalan;
5. Manajemen keamanan lalu lintas;
6. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan/atau patrol;
7. Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi dan;
8. Penegakan hukum Lalu Lintas.
Dalam pasal 201 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
juga menyatakan bahwa perusahaan pengangkutan umum wajib menyempurnakan
keamanan lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tentunya apabila dilihat dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku sudah sangat baik untuk meningkatkan
keamanan dalam lalu lintas pengangkutan melalui darat, namun perlu diketahui
bahwa kenyataannya terhadap undang-undang tersebut masih kurang dalam
penerapannya di Indonesia. Masalah ini merupakan pekerjaan rumah yang harus
diperhatikan pemerintah mengingat bahwa infrastruktur jalan darat juga
merupakan salah satu aset negara yang penting dalam meningkatkan
perekonomian negara yang berkesinambungan. Apabila infrastruktur itu baik,
maka perekonomian juga akan berkesinambungan baik, demikian juga sebaliknya,
apabila infrastruktur kurang baik, maka perkembangan perekonomian tidak
B. Klasifikasi Transportasi Darat dan Sarana Prasarana
Transportasi darat tidak dapat terlepas terhadap kebutuhan manusia yang
beraneka ragam, sehingga transportasi darat tersebut terbagi dalam beberapa jenis.
Kebutuhan akan transportasi ini akan semakin meningkat apabila situasi ekonomi
yang baik yang di iringi kemajuan teknologi yang berkembang disuatu negara.
Sebagai contoh Indonesia yang merupakan negara berkembang mempunyai jenis
transportasi darat yang berbeda dengan negara-negara maju yang ada di dunia.
Mengingat juga situasi ekonomi Indonesia yang berbeda dengan negara-negara
lain. Adapun klasifikasi secara umum dari transportasi darat terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu:
1. Transportasi yang menggunakan jalan raya yang terbagi menjadi:
a. Sepeda Motor merupakan kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3
(tiga) tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping;
b. Mobil Penumpang (biasa juga disebut dengan mobil pribadi atau
sejenisnya) merupakan kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan
bagasi;
c. Mobil Bus merupakan kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;