POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI
KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA
PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK
ANDINA BUNGA LESTARI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah : Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia, Tbk adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2009
ABSTRACT
ANDINA BUNGA LESTARI. The Potential of Wastewater Reuse: Case Study of Polypropylene Industry at PT. Tripolyta Indonesia, Tbk. Under direction MUHAMMAD ROMLI, SUPRIHATIN and ARION SAID.
Water is the most important thing in industry, including polypropylene industry. The problem of water crisis that can happen in Indonesia must be anticipated by minimizing water usage in industry. One way to minimizing water use, is by reuse wastewater. In polypropylene industry wastewater reuse can be done in PCW unit. This research work would reuse a wastewater from outlet of PCW unit to be reuse again as a demineral water. The demineral water would be used again in PCW unit. The result showed that reused water can be effected by filtration method. The material of filter is metal, and the porous size is 13 μm. This method can minimizes water used 42.7%, minimizes chemical used 42.7% and electricity it is uses 41.6%. This treatment also can reduce dust 14.08 kg/day. In this research work the technology recommended is press filter technology.
RINGKASAN
ANDINA BUNGA LESTARI. Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah: Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia, Tbk. Dibimbing oleh MUHAMMAD ROMLI, SUPRIHATIN dan ARION SAID.
Plastik merupakan salah satu produk yang penggunaannya cukup besar di Indonesia. Bahan baku pembuat plastik adalah biji plastik. Salah satu jenis biji plastik yang digunakan pada berbagai produk adalah polipropilena. Permintaan polipropilena di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1 juta ton. Komponen yang digunakan dalam jumlah besar adalah air. Air yang digunakan sebagian besar merupakan air demineral (air bebas mineral).
Menurut BPPT kota - kota besar di Indonesia mulai kekurangan air bersih (BPPT 2008). Apabila kondisi ini terus dibiarkan berlangsung tanpa dilakukannya upaya pengelolaan yang berkelanjutan, dikhawatirkan pada tahun-tahun mendatang pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi. Karena air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan bukan hanya oleh industri, namun juga oleh masyarakat, oleh sebab itu industri yang menggunakan air dalam jumlah yang cukup besar harus mengambil langkah-langkah penghematan pengunaan air, agar air dapat dimanfaatkan dengan seoptimal dan seminimal mungkin. Permasalahan di atas dapat diatasi salah satunya dengan menggunakan kembali limbah cair pada berbagai industri yang menggunakan air dalam jumlah banyak, seperti industri penghasil polypropylene. Salah satu perusahaan penghasil polypropylene terbesar di Indonesia ialah PT. Tripolyta Indonesia Tbk (TPI). Penghematan penggunaan air dapat dilakukan dengan cara melakukan penggunaan kembali limbah cair.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan efisiensi penggunaan air melalui usaha reuse terhadap limbah cair. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik air limbah, membuat alternatif reuse air limbah, menganalisis kelayakan dari aspek analisis biaya, teknis/teknologi dan lingkungan dan memberi masukan pada kebijakan perusahaan pada penggunaan air. Penelitian dilakukan di PT. TPI, Tbk.Cilegon-Banten.
Metode pengumpulan data meliputi tiga tahapan, yaitu : (1)Karakterisasi Limbah Cair Faktor fisik dan kimia yang dianalisa: Debit, suhu, pH, Konduktifitas, Total Suspended Solid (TSS) dan Silika (SiO2). (2) Analisis Teknik dan teknologi pengolahan limbah yang diperoleh melalui studi pustaka dan (3) Percobaan Filtrasi
Hasil karakterisasi limbah cair selama 24 jam menunjukkan waktu tidak mempengaruhi nilai pH. Nilai Konduktivitas, TSS dan kadar silika menunjukkan peningkatan pada setiap waktu pengamatan, dikarenakan penumpukan dust yang menyebabkan peningkatan nilai tersebut. Saringan yang paling sesuai digunakan pada penelitian ini adalah saringan dengan ukuran 13μm. Hasil pencampuran antara limbah cair dan air demineral menunjukkan penurunan nilai konduktivitas, nilai tertinggi adalah 8.5 μs/cm dan nilai terendah 5.8 μs/cm.Perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan 5:1. Penghematan dari segi lingkungan (pada perbandingan 5:1) meliputi : penghematan penggunaan air sebesar 42.7% Penghematan penggunaan bahan kimia sebesar 42.7%. Penghematan penggunaan listrik sebesar 41.6%. Pengurangan pembuangan beban limbah padat ke lingkungan 14.08 kg/hari dengan nilai ekonomi Rp.1 798 595. Penghematan dari segi ekonomi sebesar Rp. 643,507,370/tahun (39.13%).
Pada penelitian ini direkomendasikan menggunakan alat Press filter, karena alat ini lebih mudah dan praktis dari segi pengelolaan. Perbandingan antara air limbah dan air demineral yang digunakan sebesar 5:1. Pemilihan perbandingan 5:1 dinilai lebih menguntungkan dari segi ekonomi, serta telah memenuhi kriteria air demineral yang dibutuhkan.
©
Hak cipta Milik IPB, Tahun 2009
Hak cipta dilindung Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau peninjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merudikan kepentingan yang wajar oleh IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun
POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI
KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA
PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK
ANDINA BUNGA LESTARI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan April 2008 ini adalah Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah : Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia, Tbk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Muhammad Romli, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr.Ir. Suprihatin, Dipl.Eng dan Dr. Arion Said, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pimpinan dan Staff PT. Tripolyta Indonesi,Tbk di Cilegon, Banten. Terima kasih kepada orang tua dan kakak tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada Tanggal 3 Oktober 1982 dari Bapak H.Muhamad Effendi Husein dan Ibu Jitinder Effendi (Alm). Penulis merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 4 Bandung dan pada tahun yang sama lulus seleksi ujian masuk Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Biologi Program Biologi Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2005.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang... 1.2 Kerangka Pemikiran... 1.3 Perumusan Masalah... 1.4 Tujuan Penelitian... 1.5 Manfaat Penelitian... 1.6 Ruang Lingkup Penelitian... II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik... 2.2 Polipropilene... 2.3 Bahan Campuran... 2.4 Bahan Baku Penunjang... 2.5 Limbah Cair... 2.6 Limbah Cair Industri... 2.7 Teknologi Pengolaha Air... 2.8 Minimalisasi Limbah... 2.9 Proses Penggunaan Air di PT.TPI... 2.10 Proses Pengolahan Air di PT.TPI... 2.11 Limbah Limbah Cair PT.TPI... III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 PT. Tri Polyta Indonesia Tbk... 3.2 Visi dan Misi Perusahaan... 3.2.1 Visi... 3.2.2 Misi... 3.3 Tujuan... 3.4 Sejarah Perkembangan Perusahaan... 3.5 Lokasi dan Tata Letak Pabrik... 3.6 Struktur Organisasi... 3.7 Produk Yang Dihasilkan... IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 4.2 Rancangan Penelitian... 4.2.1 Jenis dan Sumber Data... 4.2.2 Metode Pengumpulan Data... 4.2.3 Analisis Data... V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Teknik dan Teknologi Pengolahan Limbah... 5.3 Tahapan Filtrasi... 5.3.1 Model Alat Penyaring... 5.3.2 Aspek Lingkungan... 5.4 Aspek Ekonomi... VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan... 6.2 Saran... 6.3 Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN………...…....….
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Katalis Yang Digunakan di PT.TPI... 2. Klasfikasi Produk Berdasarkan Grade... 3. Hasil Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia Tahapan Pra Penelitian... 4. Tipe Membran Filter... 5. Parameter Air Demineral PT.TPI... 6. Hasil Pengamatan Nilai pH... 7. Hasil Pengamatan Nilai Konduktivitas... 8. Hasil Pengamatan Kadar Silika... 9. Hasil Pengamatan Nilai TSS... 10. Nilai Konduktivitas Hasil Pencampuran Air Limbah dan Air
Demineral... 11. Debit Air Berdasarkan Ukuran Teori... 12. Spesifikasi Bag Filter... 13. Spesifikasi Press Filter... 14. Penggunaan Air PT.TPI Tahun 2007... 15. Penghematan Pengunaan Air... 16. Penghematan Pengunaan Bahan Kimia... 17. Jumlah Dust Yang Dapat Tersaring... 18. Nilai Ekonomi Dust Yang Berdasar Ukuran Saringan... 19. Penghematan Biaya Dengan Diterapkannya Sistem Reuse
(Perbandingan 2:1)... 20. Penghematan Biaya Dengan Diterapkannya Sistem Reuse
(Perbandingan 5:1)... 21. Penghematan Biaya Dengan Diterapkannya Sistem Reuse
(Perbandingan 9:1)... 22. Investasi Penerapan Reuse Air Alternatif 1... 23. Investasi Penerapan Reuse Air Alternatif 2...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian... 2. Diagram Alir Perumusan Masalah... 3. Neraca Pengunaan Air di PT.TPI... 4. Rata-Rata pH Air Limbah Yang Keluar Dari Unit PCW Setiap 3 Jam
(Pengamatan Tanggal 25-26 Juni 2008)... 5. Rata-Rata Konduktivitas Air Limbah Yang Keluar Dari Unit PCW Setiap
3 Jam (Pengamatan Tanggal 25-26 Juni 2008)... 6. Rata-Rata Silika Air Limbah Yang Keluar Dari Unit PCW Setiap 3 Jam
(Pengamatan Tanggal 25-26 Juni 2008)... 7. Rata-Rata TSS Air Limbah Yang Keluar Dari Unit PCW Setiap 3 Jam
(Pengamatan Tanggal 25-26 Juni 2008)... 8. Hasil Pengamatan Nilai pH... 9. Hasil Pengamatan Nilai Konduktivitas... 10. Hasil Pengamatan Kadar Silika ... 11. Hasil Pengamatan Nilai TSS ... 12. Diagram Penerapan Model Reuse Air Pada Unit PCW (Alternatif 1)... 13. Diagram Penerapan Model Reuse Air Pada Unit PCW (Alternatif 1)...
..3 ..5 22
44
44
45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Diagram Penggunan Air di PT.Tripolita Indonesia Tbk... Lampiran 2 Diagram Proses Produksi PT.Tripolyta Indonesia Tbk... Lampiran 3 Proses Pembentukan Air Demin Dan Skema Pembentukan Air Demineral... Lampiran 4 Peta Lokasi Pt.Tripolyta Indonesia Tbk... Lampiran 5 Data Hasil Pengamatan pH Pada Tahapan Prapenelitian... Lampiran 6 Data Hasil Pengamatan Konduktivitas Pada Tahapan
Prapenelitian... Lampiran 7 Data Hasil Pengamatan Silika Pada Tahapan Prapenelitian... Lampiran 8 Data Hasil Pengamatan TSS Pada Tahapan Prapenelitian... Lampiran 9 Foto Foto... Lampiran 10 Foto- Foto Saringan... Lampiran 11 Alat Bag Filter... Lampiran 12 Alat Rotary Drum Filter... Lampiran 13 Besarnya Konsumsi Listrik Pada Proses Deminerasasi... Lampiran 14 Biaya Pembuatan Air Demineral... Lampiran 15 Data Hasil Pengamatan Tahapan Penelitian... Lampiran16 Hasil Analisis One Way Anava dan Kruskal Wallis Untuk Data
Pada Tahapan Karakterisasi Limbah Dengan Mengunakan Software SPSS 16.00... Lampiran 17 Hasil Analisis Two way Anava Untuk Data Pada Tahapan Filtrasi Dengan Mengunakan Software SPSS 16.00...
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plastik merupakan salah satu produk yang penggunaannya cukup besar di Indonesia,
diantaranya adalah sebagai produk yarn, fiber, pembungkus berbagai produk dalam kemasan,
produk - produk rumah tangga dan pada berbagai produk lainnya. Bahan baku pembuat
plastik adalah bijih plastik. Salah satu jenis bijih plastik yang digunakan pada berbagai
produk adalah polipropilena (CH2CH(CH3))n. Permintaan polipropilena di Indonesia pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar 1 juta ton (Laporan tahunan PT. Tripolyta Indonesia Tbk,
2000).
Salah satu komponen yang digunakan dalam jumlah besar pada proses produksi industri
polipropilena adalah air. Selain digunakan untuk berbagai kebutuhan domestik, air digunakan
pada Unit Utillity (proses pembuatan H2, Regeneration exchanger, boiler) dan pada Unit
Proses PCW (Pellet Cooling Water). Air yang digunakan sebagian besar merupakan air
demineral (air bebas mineral), yang memerlukan proses demineralisasi untuk
mendapatkannya (Lampiran 3).
Air merupakan sumberdaya alam yang tidak tak terbatas. Kebutuhan air masyarakat
semakin meningkat dan ketersediaan air bersih di kota - kota besar semakin berkurang.
Permasalahan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran, penggundulan hutan,
kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan dan berubahnya fungsi
daerah-daerah tangkapan air (BPPT, 2008).
Apabila kondisi ini terus dibiarkan berlangsung tanpa dilakukannya upaya pengelolaan
yang berkelanjutan, dikhawatirkan pada tahun-tahun mendatang defisit air akan semakin besar
ditanggulangi seperti pencemaran air dan sumber air yang semakin parah, intrusi air laut, dan
meluasnya land subsidence (Hehanussa et.al, 2004).
Karena air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan bukan hanya oleh
industri, namun juga oleh masyarakat, maka diperlukan langkah-langkah penghematan
pengunaan air, agar air ketersediannya tetap terjaga. Permasalahan di atas dapat diatasi salah
satunya dengan menggunakan kembali air limbah pada berbagai industri yang menggunakan
air dalam jumlah banyak, seperti industri penghasil polipropilena.
Salah satu perusahaan penghasil polipropilena terbesar di Indonesia ialah PT. Tripolyta
Indonesia, Tbk (PT.TPI). Penghematan penggunaan air di PT. TPI dapat dilakukan dengan
cara melakukan penggunaan kembali (reuse) air limbah.
1.2 Kerangka Pemikiran
Air merupakan sumberdaya alam yang vital diperlukan oleh makhluk hidup. Sebagian
besar industri sangat membutuhkan air dalam proses produksinya. Keterbatasan ketersediaan
air bersih merupakan hambatan bagi berbagai pihak, termasuk PT. TPI yang memperoleh air
dengan cara membeli. Keterbatasan ketersediaan air di kemudian hari harus disadari dan
diantisipasi sejak dini untuk mempertahankan keberlangsungan pembangunan dan kegiatan
industri yang berkesinambungan.
Kegiatan penghematan penggunaan air dalam hal ini adalah reuse (penggunaan
kembali) yang dapat diterapkan di PT. TPI yaitu penggunaan kembali air limbah yang
biasanya dibuang ke laut. Kegiatan ini harus mendapatkan dukungan dari elemen kebijakan
pemerintah dan pihak perusahaan serta kemampuan karyawan. Layak atau tidaknya kegiatan
tersebut ditinjau dari aspek teknologi, finansial dan lingkungan, sehingga berdampak positif
keuntungan finansial, sosial dan lingkungan. Diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
1.3 Perumusan Masalah
PT. TPI merupakan salah satu produsen bijih plastik polipropilena terbesar di
Indonesia. Secara keseluruhan kapasitas produksi sebesar 360.000 sampai dengan 380.000
ton bijih plastik per tahun, tergantung pada kombinasi jenis yang diproduksi (PT. Tripolyta
Indonesia Tbk, 2007).
Salah satu komponen yang dibutuhkan dalam proses produksinya adalah air.
Berdasarkan neraca kebutuhan air PT. TPI diketahui bahwa kebutuhan air sebanyak 27
m3/jam yang digunakan untuk seluruh kegiatan operasional pabrik. Air yang digunakan
dalam jumlah yang tidak sedikit ini diperoleh dengan cara membeli dari PT. Peteka Karya
Tirta (PKT).
Berkurangnya persediaan
Air Limbah
Keberlanjuta n Usaha
Pencemaran Lingkungan
Penggunaan kembali air limbah Ekonomi
Teknik
Keuntunga n Keuntungan
Finansial
Keuntunga n Sosial Penghematan Penggunaan
Air yang dibutuhkan pada unit proses PCW adalah air demineral, hingga dibutuhkan
proses demineralisasi terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu proses penghilangan atau
pengurangan mineral-mineral yang terkandung di dalam air. Proses demineralisasi
membutuhkan biaya yang besar, dikarenakan membutuhkan energi (listrik) serta penggunaan
bahan kimia (HCl dan NaOH). Unit proses PCW menghasilkan sisa buangan berupa air
limbah dan limbah padat. Air limbah yang telah memenuhi baku mutu lingkungan dibuang
ke outlet (laut). Air limbah yang dibuang masih bercampur dengan limbah padat berupa dust
(serpihan bekas pemotongan pelet polipropilena). Apabila tidak dilakukan pengolahan limbah
padat yang berupa dust dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Agar air limbah dapat di reuse sebagai air demineral, maka harus memenuhi
kualitifikasi air demineral. Menurut Metcalf dan Eddy (1991) dan CUSIWWC (2005) analisis
terhadap air limbah yang akan di reuse melalui tahapan penyiapan teknologi yang dapat
digunakan. Selain itu juga perlu dilakukan evaluasi kelayakan finansial, lingkungan dan
teknis/teknologi.
Berdasarkan uraian diatas maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik air limbah dilihat dari aspek fisik dan kimia?
2. Perlakuan (treatment) apakah yang dapat diterapkan dalam reuse penggunaan air?
3. Bagaimanakah penerapan alternatif reuse tersebut ditinjau dari aspek kelayakan teknis /
teknologi, finansial dan lingkungan?
Diagram alir perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 2.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan efisiensi penggunaan air di PT. TPI
melalui usaha reuse terhadap air limbah, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengukur kualitas air limbah.
2. Mencari alternatif reuse air limbah.
3. Menganalisis kelayakan dari aspek Analisis Biaya, teknis/teknologi dan lingkungan.
4. Memberi masukan pada kebijakan perusahaan pada penggunaan air.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan pada pihak manajemen PT. TPI, Tbk pada khususnya dan industri
bijih plastik pada umumnya mengenai alternatif reuse air limbah yang mungkin
diterapkan pada industri ini.
Gambar 2 Diagram alir perumusan masalah Evaluasi Kelayakan Finansial, Teknis/Teknologi dan Input Bahan Baku:
• Propilen
• Etilen
• H2
Katalis
Steam naftah
Polipropilena
Resin Degas Bin
(fase cair) Zat
2. Perbaikan kualitas lingkungan dengan melakukan penghematan penggunaan
sumberdaya air melalui proses reuse.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus pada industri polipropilena dengan penetapan
PT. TPI sebagai kesatuan dari kegiatan produksi yang dilakukan dengan ruang lingkup
penelitian meliputi :
1. Karakterisasi air limbah meliputi : pH, konduktifitas, TSS dan kandungan silika.
2. Melakukan identifikasi alternatif reuse air limbah.
3. Melakukan pengolahan air limbah dengan filtrasi.
4. Membandingkan air hasil pengolahan dengan air demineral.
5. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknis dan ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik adalah material yang komponen utamanya merupakan senyawa kromolekul
organik. Material ini dapat dibentuk atau mengalami perubahan pada kondisi tertentu seperti
panas dan tekanan. Plastik juga bisa disebut dengan polimer, yang berasal dari kata “Poly”
yang berarti banyak dan “meros” yang berarti bagian (Karian H, 2003).
Secara garis besar plastik dibedakan menjadi termoplastik yang memiliki sifat mudah
meleleh dan mengembang pada berbagai pelarut. Jenis kedua adalah termoset yaitu plastik
yang memiliki sifat keras karena terjadinya ikat silang antara molekulnya, rapat dan sukar
menggembang. Jenis terakhir adalah elastomer yaitu salah satu jenis plastik yang memiliki
sifat tidak dapat meleleh dan larut namun dapat mengembang.
2.2 Polipropilena
Polipropilena adalah suatu jenis polimer alifatik jenuh (rantai lurus, tanpa ada ikatan
rangkap pada atom karbon) dari golongan poliolefin (berasal dari gas hasil cracking minyak
bumi) (Harrison, 2007).
Secara bahasa, polipropilena berasal dari kata poly yang berarti banyak dan propylene
yang berarti senyawa hidrokarbon yang memiliki atom karbon berjumlah tiga dan atom
hidrogen berjumlah enam dengan satu ikatan rangkap pada atom karbonnya dengan rumus
molekul (CH2CH(CH3))n.
Seperti polimer pada umumnya, polipropilena merupakan penghambat panas dan listrik
yang baik, bahan relatif ringan dan mudah di bentuk. polipropilena memiliki ketahanan kimia
yang baik dan ketahanan terhadap fatik, termasuk keretakan tegangan akibat lingkungan.
berkabut). polipropilena merupakan material dengan perbandingan kekuatan dengan berat
jenis paling tinggi diantara material-material lain, sehingga sifat ini menyebabkan
polipropilena menjadi polimer yang banyak digunakan.
Polipropilena merupakan polimer termoplastik, artinya polimer yang apabila
dipanaskan pada temperatur tertentu dapat meleleh. Sifat termoplastik ini menyebabkan
polipropilena dapat diproses dengan pemanasan sampai temperatur lelehnya kemudian dapat
dibentuk dan setelah pemakaian dapat didaur ulang kembali menjadi produk baru.
Polipropilena merupakan polimer semi kristalin, yang terdiri atas dua bagian, yaitu fase
kristalin dan fase amorf. Fase kristalin adalah bagian dimana rantai-rantai molekul
polipropilena tersusun secara teratur, sedangkan fase amorf adalah bagian dimana rantai
molekul tersusun secara acak dan tidak beraturan. Fase kristalin memiliki berat jenis lebih
berat dari fase amorf. Fase kristalin memberikan kekuatan, kekakuan dan kekerasan pada
polipropilena, namun sisi lain fase kristalin juga menyebabkan polipropilena menjadi lebih
getas hingga mengurangi kekuatan dan mudah pecah terutama pada temperatur rendah.
(Anonim, 2007).
Polipropilena diperoleh dari bahan baku berupa propilen yang diperoleh dari hasil
perengkahan steam nafta dan gas oil pada temperatur 700 - 950 oC. Hingga dihasilkan
propilena dengan spesifikasi (kemurnian bahan kimia 90 - 95%) sebanyak 2 - 5%. Untuk
menjadi propilena dengan spesifikasi polimerisasi maka propilena tersebut harus dimurnikan
hingga 99.5%. Kebutuhan propilena tergantung pada permintaan pasar. Rasio antara laju
konsumsi propilena dengan laju produksi polipropilena sebesar 1.01 – 1.05 (Tripolyta
Indonesia , Tbk, 2007).
Untuk memperoleh kemampuan pemprosesan perlu dilakukan penambahan bahan
campuran yang dilakukan saat plastik masih dalam bentuk mentahnya. Hal utama dalam
penambahan bahan campuran adalah aditif. Aditif digunakan untuk memberi pengaruh
terhadap hasil pengolahan. Kemudian hasil pengolahan diubah dari plastik mentah ke bentuk
atau ukuran tertentu untuk diproses selanjutnya. Bentuk dan ukuran yang dihasilkan secara
fisik berbentuk seperti butiran (granula).
Contoh dari aditif adalah antioksidan, memberi efek tahan terhadap oksidasi, pigmen,
memberi warna plastik, platicizers, menurunkan modulus elastis. Bahan mentah plastik
biasanya berupa granula, bubuk atau cairan yang kemudian dimasukan dalam produk
setengah jadi. Pada tahapan inilah biasanya terjadi pencampuran dan diproses sesuai dengan
kebutuhan untuk aplikasi berupa lembaran plastik, film tabung dll. Produk akhir biasanya
berupa plastik hasil cetakan dengan alat injection molding.
2.4Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang yang digunakan pada proses pembentukan polipropilena adalah
sebagai berikut:
- Hidrogen (H2)
Hidrogen digunakan sebagai pengendali melt flow produk atau dikenal sebagai
pengakhir dalam reaksi pembentukan rantai sehingga polipropilena dapat diperoleh dengan
berat dan panjang rantai tertentu. Polipropilena yang dihasilkan dengan melt flow tinggi
membutuhkan hidrogen dalam jumlah yang sedikit.
Hidrogen juga digunakan dalam regenerasi bejana deoxo nitrogen dan etilen serta
hidrogenerasi pemisahan MAP (Metil Asetilen Propadien) pada sistem pemurnian propilena.
Nitrogen yang digunakan dibagi menjadi dua macam yaitu nitrogen bertekanan tinggi
(40 kg/cm2) dan nitrogen bertekanan rendah (7.8 kg/cm2). Nitrogen bertekanan tinggi
digunakan dalam sistem reaksi (untuk menjaga kestabilan tekanan dan temperatur di dalam
reaktor dan sebagai gas pembawa katalis pada reaktor) dan sistem pemurnian propilena,
sedang nitrogen bertekanan rendah digunakan untuk sistem aditif, slurry feed tank, pembawa
propilena dalam vent recovery system dan pada roses resin degassing. Nitrogen digunakan
karena bersifat inert (tidak bereaksi) sehingga tidak mengganggu jalannya reaksi polimerisasi.
3. Katalis
Katalis digunakan untuk reaksi polimerisasi pada fase gas. Kataliss berbentuk bubuk
padatan kuning muda yang dilarutkan dalam minyak mineral putih. Komponen utama katalis
adalah senyawa TiCl4 dan MgCl2 dalam bentuk partikel padat. Minyak membantu melindungi
kontak dengan udara luar dan juga berfungsi sebagai zat pembawa sehingga katalis dapat
dipompa ke dalam reaktor. Produktivitas dari katalis tergantung dari suhu, jenis kokatalis,
laju deaktivasi dan perbandingan antara kokatalis dan umpan.
4. Kokatalis
Kokatalis berfungsi sebagai pembentuk komplek katalis aktif yang dapat
mempermudah terjadinya polimerisasi. Kokatalis yang digunakan adalah TEAL (Tri etil
Alumunium) yang terdiri atas tri etil alumunium, tri-n-propil almunium, tri-n-butil
alumunium, tri isobutil almunium, Almunium dan Clorine serta hibrisa dalam bentuk AlH3,
CH4, etilena dan isobutilena.
TEAL berfase cair pada suhu ruangan, bening, tidak berwarna, titik didih 186oC dan
titik beku -58oC. Kokatalis sangat berpengaruh terhadap produktivitas katalis. Reaksi antar
kokatalis dan katalis membentuk logam aktif yang memungkinkan terjadinya polimerisasi.
Digunakan sebagai pengatur kecenderungan terhadap rantai isotaktik dalam polimer
dengan cara menghambat sisi aktif katalis yang menghasilkan resin ataktik yang tidak
diinginkan secara selektif. Karena adanya efek racun ini maka SCA dapat menurunkan
produktivitas katalis.
6. Etilena
Digunakan dalam pembuatan baik kopolimer acak maupun impact blok. Terkadang
etilena dalam jumlah kecil juga digunakan untuk membuat produk homopolimer agar
diperoleh produk yang lebih baik. Penambahan etilena akan menghasilkan produk yang lebih
jernih dan memiliki kekuatan impact yang lebih baik.
7. Aditif
Penggunaan aditif dalam industri plastik pada saat ini sangat penting. Selain berguna
menjaga kondisi plastik itu sendiri, aditif mampu mengubah sifat-sifat asli plastik yang ingin
diproses lebih lanjut. Aditif menjadi berkembang karena aditif sangat berperan dalam
perencanaan produk plastik. Wujud fisik aditif bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan.
Aditif dibagi menjadi 3 bagian yaitu padatan, cairan dan gas. Aditif yang digunakan di
PT.TPI berfase padat. Umumnya aditif harus memiliki syarat sebagai berikut:
- Efisien dalam fungsi
- Stabil
- Tidak beracun, berbau dan berasa
- Efisien dari segi ekonomi
Dalam proses pengolahan plastik polipropilena aditif yang ditambahkan adalah oksidan,
Beberapa katalis yang digunakan di PT.TPI adalah:
Tabel 1 Katalis yang digunakan di PT.TPI
Jenis Nama Fungsi
Aceptor Calsium Stearate Zinc
Oxide
Menetralisir residu katalis yang bersifat asam dan dapat menyebabkan korosi.
Anti Block Agent Celite White Mist Mencegah produk plastik menempel.
Anti Oxidant Irganox 1010 Mencegah terjadinya
oksidasi rantai polimer dan berwarna kuning.
Clarifying Agent Millad 3988 Membuat produk lebih
jernih.
Heat stabilizer Everfost-168 Mencegah degradasi
akibat panas dan udara.
Lubricant Arcawax C Pelicin saat molding.
Slip Agent Ecucamid Membuat produk lebih
licin.
UV Stabilizer Cysorb UV-346 Mencegah kerusakan
akibat sinar matahari.
Nucleating Agent Millad 3905 Untuk produk yang
aplikasinya banyak mengalami benturan
Aditif ditambahkan pada resin sebelum pelletizing, tergantung pada kegunaan akhir dari
polipropilena yang diproduksi dan grade polipropilena yang diinginkan. Diagram proses
produksi di PT. TPI, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.5 Limbah Cair
Setiap proses produksi pasti menghasilkan sisa buangan berupa limbah. Limbah adalah
bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah dapat berupa padatan, cairan
atau gas. Berdasarkan jenis pencemarnya limbah cair dapat diklasifikasikan menjadi limbah
cair dengan pencemar bersifat fisik, kimia dan biologi (NRC Committee, 2005). Air dapat
dikatakan sebagai limbah pencemar apabila terdapat perubahan jumlah padatan, warna, bau,
rasa, konduktivitas, turbiditas dan temperatur (Tebbut, 1998). Temperatur menunjukan
merupakan parameter yang penting dalam pengoperasian unit pengolahan limbah, karena
berpengaruh terhadap proses biologi dan fisika.
Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensitivitas
indra penciuman seseorang. Adanya bau-bauan yang lain menunjukan adanya hidrogen
sulfida yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organik dalam kondisi anaerobik. Pada air
limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved, suspended dan
senyawa-senyawa koloidal, yang dapat dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan
yang terdapat di dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating dan suspended atau
dissol (Siregar A, 2005).
Bahan pencemar air dapat berupa pencemar fisik, kimia dan biologi. Pencemar fisik
berupa padatan yang masuk kedalam air, pencemar kimia yaitu bahan pencemar berupa unsur
atau senyawa kimia yang terdapat di dalam air baik terlarut, tersuspensi, koloid dan lain-lain.
Pencemar biologi merupakan mikro atau makro organisme organik dan anorganik yang
berada dalam air baik dalam kondisi aerob atau anaerob (Alley R, 2007).
Karakterisasi air limbah yang biasa diukur ialah temperatur, nilai pH, alkalinitas,
padatan, kebutuhan O2, nitrogen, fosfor. Temperatur diukur dengan menggunakan
termometer air raksa dengan skala fahrenheit dan celcius. Elemen lain yang dapat digunakan
termometer bimetel, trasmitor, termometer kopel (Siregar A, 2005).
Nilai pH air digunakan untuk mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion
hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7 kondisi asam,
sedangkan pH 7-14 kondisi basa, nilai 7 kondisi netral. Alkalinitas adalah ion bikarbonat,
karbonat dan hidroksida. Meskipun demikian borat, silikat, fosfat dapat berperan sebagai
kontributor alkalinitas (Cherimisinoff N, 2002).
Pada limbah cair terdapat beberapa perlakuan diantaranya pengolahan secara fisik,
merupakan pengolahan terhadap limbah dengan menggunakan penambahan bahan-bahan
kimia, melakukan pH kontrol, oksidasi atau reduksi bahan kimia, precipitation logam,
koagulasi dan flokulasi, disinfectiao, air stripolipropilenaing dan penggantian ion (Hidayat W,
2008). Pengolahan secara biologi dilakukan pada limbah yang biasanya bersifat organik baik
secara aerobik maupun anaerobik. Pengolahan secara fisik dapat dilakukan melalui
perlakuan dengan ekualisasi, screening, shredding, grit removal, sedimentasi, flotation,
filtrasi membran filtrasi, temperatur, mixing, evaporasi (Tebbutt, 1998).
2.6 Limbah Cair Industri
Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang
dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal,
pencucian dan pembilasan peralatan blowdown beberapa peralatan seperti kettle, boiler dan
sistem air pendingin, serta sanitary, wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus
menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik didalam proses
produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (and- pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar
bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Namun, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan, karena pengolahan
air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit.
Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan
yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau
Unit Pengelolaan Limbah (UPL) yang besar, serta pengoperasian yang cermat (Kadariah,
1999).
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri terdapat beberapa parameter kualitas yang
organik, karakteristik fisik dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran
jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari Total Organic
Carbon (TOC), Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD),
minyak dan lemak (O&G) dan Total Pethrolum Hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik
dalam air limbah dapat dilihat dari parameter Total Suspended Solids (TSS), pH, temperatur,
warna, bau dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat
berupa senyawa organik atau anorganik (Alley R, 2007).
2.7 Teknologi Pengolahan Air limbah
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar
di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa
organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Menurut
Cherimisinoff N, 2002 pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 5 tahap:
1. Pengolahan Awal (Pre-treatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah : Screen and
grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Premary treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah :
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation dan
filtration.
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah : activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated logoon, stabilization basin,
rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan tahap ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah :
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses: degistion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooningor drying bed,
incineration atau landfill.
Dalam menentukan proses apa yang akan digunakan didahului dengan
mengelompokan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan
indikator parameter. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan
secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan dan
kemudahan pengopearasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi
yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah
pertimbangan – pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau
bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk: Memastikan bahwa
teknologi yang dipilih terdiri dari proses -proses yang sesuai dengan karakteristik
diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan, menyediakan
informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
2.8 Minimalisasi Limbah
Upaya untuk mencegah dan/atau mengurangi timbulnya limbah, dimulai sejak
pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan energi serta pemanfaatan produk
sampingan pada suatu sistem produksi. Minimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara
reduce, reuse, recycle dan recovery (Anonim, 2003).
- Reduce : Upaya untuk mengurangi pemakaian bahan baku seefisien mungkin
didalam suatu proses produksi, juga memperhatikan agar limbah yang
terbuang menjadi sedikit.
- Reuse : Upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami proses
pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan didalam atau
diluar daerah proses produksi yang bersangkutan.
- Recycle : Upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui
pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama
maupun produk yang berlainan. Daur ulang dapat dilakukan didalam atau
diluar daerah proses produksi yang bersangkutan.
- Recovery : Upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memproses untuk memperoleh
kembali materi/energi yang terkandung didalamnya.
Kegiatan minimasasi limbah meliputi pencegahan pencemaran yang dikenal dengan
nama in-process recycling and reuse atau on-site closed-loop. Bahan kimiawi bergerak hanya
didalam produksi khusus dan tidak akan muncul sebagai limbah. Upaya yang dilakukan pada
tahap ini adalah reduce, reuse dan recycling. Penanggulangan pencemaran yang dikenal
bahan atau produk sampingannya oleh pabrik (meskipun berada di pabrik yang sama) atau
melalui sebuah fasilitas diluar (off-site-facility) tidak dapat dianggap sebagai pencegahan
pencemaran. Alasannya adalah bahwa pencemaran / limbah telah terjadi (meskipun bahan
atau produk sampingan digunakan kembali sebagai bahan baku yang berharga) dan resikonya
untuk pekerja, konsumen dalam masyarakat dan lingkungan bertambah karena kebutuhan
untuk out process handling, storage, transportation dan reuse. Kegiatan penanggulangan
dilakukan setelah kegiatan pencegahan sudah tidak dimungkinkan lagi.
Metode 4R (Reduce, Reuse, Recycle and Recovery) pada dasarnya ditujukan untuk
efisiensi penggunaan materi dan energi serta ketidakmurnian limbah sehingga dapat
digunakan kembali dan pemanfaatan kembali limbah untuk menghasilkan bahan baku
sekunder atau memanfaatkan limbah yang semula dianggap tidak berharga menjadi produk
lain.
2.9 Proses Penggunaan Air di PT.TPI
Air pada industri polipropilena digunakan pada proses pelletezer, water cooler, H2
generation, regeneration exchanger, boiler dan domestik. Pada proses water cooler
digunakan air laut. Sedang pada proses lainnya, kecuali domestik, menggunakan air tanah
yang diolah terlebih dahulu menjadi air demineral. Neraca pengunaan air di PT. TPI adalah
2.10 Proses Pengolahan Air di PT.TPI
Fungsi dari dari water treatment system adalah untuk meningkatkan kualitas air
sehingga tidak akan mengganggu proses maupun peralatan yang digunakan, dengan cara
memisahkan suspensed solid dalam air tanah. Kebutuhan air di PT. TPI diperoleh dari air
artesis yang dibeli dari PT. Peteka Karya Tirta (Pertamina Tongkang Group) Ciwadan dengan
kapasitas ± 30 m3/jam.
Air dari PT. Peteka Karya Tirta masuk ke Pre-Treatment Coamecal T-1502 yang
berfungsi untuk menghilangkan zat impuritis seperti menghilangkan padatan yang tersuspensi
(suspended solid) dalam air seperti lumpur, pasir dan sebagainya. Unit Coamecal yang terdiri
dari bagian koagulasi, flokulasi dan klarifikasi dengan tempat pencampuran hasil filtrasi
(Treated Water Chamber).
Air dari PT. Peteka masuk ke kolom Koagulasi yang dilengkapi sistem penambahan
aluminaktif dan sebuah pengaduk untuk menyempurnakan pencampuran, alumunium
diinjeksikan ke dalam kolom untuk mengikat kotoran-kotoran yang terdapat dalam air tanah
dan menghasilkan partikel-partikel yang tidak stabil sehingga terbentuk partikel yang lebih
besar kemudian masuk ke bagian flokulasi dan klarifikasi dengan saluran pembuangan
lumpur. Tahap ini dilakukan di dalam kolom bertingkat, lumpur dan partikel-partikel yang
membentuk flok mengendap, air masuk tingkat berikutnya kemudian masuk ke tahap filtrasi,
sedangkan lumpur dan padatan lainnya dikeluarkan melalui saluran pembuangan lumpur Air tanah
27m3/jam
Demineralisas
Penambahan bahan kimia (HCL dan NaOH)
UNIT PROSES:
PCW
UNIT UTILITY:
• Pembuatan H2
• Regeneration Exchanger
• Boiler
• Domestik
• Fire hydrant
• Hose station
Diperoleh dengan cara membeli dari
PT. Peteka
13m3/jam 14m3/jam
[image:34.612.116.511.38.216.2]7m3/jam 6m3/jam
Di bagian filtrasi air di saring dari padatan-padatan tersuspensi yang tidak terendapkan
pada tahap sebelumnya, media penyaringan terdiri dari grafit, antrasit, dan pasir. Peralatan
filtrasi ini dilengkapi 2 buah pompa backwash pada setiap unitnya, level air di dalam tangki
filtrasi tinggi karena adanya penyumbatan oleh kotoran yang terbawa pada proses koagulasi
dan flokulasi. Setelah difiltrasi air yang bebas lumpur dan kotoran dipompakan ke dalam
fresh water tank dengan menggunakan tiga buah pompa intermediate type sentrifugal. Air
bersih yang berada di Freshwater Tank dialirkan ke unit:
1. Unit Demineralisasi
Unit demineralisasi (unit pembuatan air demineral) dengan menggunakan dua buah
pompa fresh water (Lampiran 3). Dalam Unit ini air dari fresh water tank dipompakan
dengan menggunakan dua buah service water pump yang melalui proses perlakuan
awal yaitu filtrasi dengan karbon aktif jenis AMCF-IOOO T. Activated Carbon Filter
(ACF) yang digunakan berbentuk silinder vertikal 2 buah (A/B). Filter ini berfungsi
menghilangkan kekeruhan, chlor, senyawa organik, bau, warma, dan padatan
tersuspensi yang masih tersisa yang terkandung dalam air sehingga tidak terjadi
oksidasi dan foiling pada resin ion exchanger. Media penyaringnya terdiri dari gravel
dan karbon akif.
Unit Demineralisasi terdari dari kation exchanger, kolom degasifier dan anion
exchanger. Air hasil filtrasi dengan karbon aktif dilewatkan dalam kolom resin
penukaran kation asam kuat menghilangkan ion-ion bermuatan positif di dalam air,
dimana reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Di dalam resin permukaan kation, logam dihilangkan membentuk asam pada saat
pertukaran hidrogen dari resin dengan kation dalam air, terbentuklah larutan asam. 2RH + Mg ÎR2 + HA
2+
Ca2+ 2Na+
Mg
Asam-asam bikarbonat dalam air akan bereaksi membentuk asam karbonat, reaksi yang
terjadi :
Untuk menghilangkan gas karbon, air kemudian dialirkan ke kolom degasifier
dengan cara aerasi menggunakan blower. Air yang telah dilewatkan ke dalam kolom
degasifier masuk ke dalam kolom penukaran anion untuk dihilangkan kandungan asam,
CO2 yang tersisa dan ion silika. Reaksi yang terjadi:
Air kemudian dimasukkan ke dalam demine water tank. Apabila kation exchanger
tidak dapat lagi mengikat ion positif karena jenuh, maka kation exchanger tersebut
harus dikembalikan ke semula (diregenerasi) dengan menginjeksikan larutan HCl 35 %.
Proses reaksinya sebagai berikut :
R2 - Ca + 2 HCl Î 2 R - H + CaCl2
R2- 2Na + 2 HCL Î 2 R -H + 2NaCl
R2 - Mg + 2 HCL Î2 R - H + MgCl2
Untuk mengembalikan Anion Resin yang sudah jenuh, maka anion exchanger
tersebut harus dikembalikan ke semula (diregenerasi) dengan menginjeksikan larutan
NaOH 20%. Proses ini dikenal dengan proses regenerasi (Pinayungan, 2003). Proses
regenerasi sendiri terdiri atas beberapa tahapan, sebagai berikut : Ca(HCO3)2 + 2RH Î CaR
2+ 2H2CO3
H2CO3Î CO2 +
H2O
2R-OH + Î 2R + H2
H2SO
HCl CO2
H2S2O3
SO4
Cl2
(HCO3)2
- Anion Back Wash
Berguna untuk menghilangkan endapan pada anion exchanger tower sehingga
resin akan membaur dan memudahkan air untuk mengalir.
- Kation Back Wash
Berguna untuk menghilangkan endapan pada kation exchanger tower sehingga
resin akan membaur dan memudahkan air untuk mengalir.
- Anion dan Kation Rest
Pada tahapan ini resin yang telah membaur didiamkan untuk diinjeksi NaOH
ACF ke dalam proses regenerasi.
- Anion Water Injection
Berfungsi untuk mengimbangi tekanan pada anion tower sehingga pada
penginjeksian NaOH.
- Kation Water Injection
Berfungsi untuk mengimbangi tekanan panas, kation tower sehingga pada saat
injection resin tidak cafry over.
- Anion Pre Heat
Proses ini dilakukan untuk membantu melepaskan kotoran yang melekat pada
sel-sel dengan cara dipanaskan dengan low steam sehingga resin bisa
mengembang dan kotoran bisa terlepas.
- NaOH Injection
Proses ini dilakukan untuk mengembalikan ion-ion positif pada resin (OH-) yang
selama service mengikat ion negatif.
Agar mengembalikan ion-ion negatif pada resin (H) yang selama beroperasi
mengikat ion positif .
- Displacement
Bertujuan membuang sisa-sisa bahan kimia yang tidak bereaksi secara sempurna
ke sewer.
- Rinse
Proses pembilasan anion dan kation exchanger agar bersih.
2. Unit Drinking Water dan House Station
Unit drinking water dan house station menggunakan dua buah pompa service
water. Untuk unit drinking water sebelumnya diinjeksikan chlorine (saat ini sudah
tidak dipakai) untuk membunuh mikroorganisme yang ada dalam air. Air yang
dihasilkan pada proses ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi.
3. Unit Fire Water Hydrant
Unit fire water hydrant dengan menggunakan 2 buah pompa jockey, 1 buah
pompa electric dan 1 buah pompa diesel. Selain menggunakan fresh water, unit juga
menggunakan air laut untuk keadaan darurat apabila persediaan air di fresh water
tank habis.
2.11 Limbah Cair PT.TPI
Limbah cair dapat berasal dari air buangan proses, air laut (pendingin) dan oli / minyak
bekas. Air buangan bersumber dari :
-Hidrogen Plant
Berupa cairan yang berasal dari plan keluar dari water seal dan mist eliminator pada
KOH) maka diolah terlebih dahulu kemudian dialirkan menuju ke final check water
pit sebelum dibuang ke laut.
-Nitrogen Plant
Cairan yang berasal dari compressor dan drain separator langsung dialirkan menuju
ke final check water pit sebelum dibuang ke laut.
-Regenerasi air dari unit air demineral
Air buangan dengan adanya chemical injection yang mengandung asam basa pada
regenerasi anion/kation exchanger dialirkan ke neuralization pit untuk dilakukan
pengecekan pH sebelum dialirkan menuju ke final check water pit.
-Proses (Pelettizing)
Yaitu dari PCW unit yang kemudian dialirkan ke final check water pit.
-Backwash Water dari unit demineral.
Langsung dialirkan ke final check water pit.
-Boiler Blowdown dan Sanitary Waste Water
Langsung dialirkan ke final check water pit
-Laboratorium
Dapat berupa solar, mineral oil bekas uji mutu, xylene, asam, basa dan reagent lain
yang telah terpakai dikumpulkan untuk dikirim ke PPLI (Prasada Pamunah Limbah
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 PT. Tri Polyta Indonesia Tbk
PT. Tri Polyta Indonesia Tbk (TPI) adalah produsen biji plastik polipropilena terbesar
di Indonesia. Polipropilena yang dihasilkan Perusahaan meliputi homopolymer, random
copolymer dam impact copolymer. Produk homopolymer terutama digunakan sebagai bahan
baku dalam pembuatan berbagai macam produk konsumen seperti plastik kemasan makanan,
peralatan rumah tangga, karung plastik, alas karpet dan aplikasi-aplikasi lainnya. Sementara
itu produk random copolymer dan impact copolymer masing-masing terutama digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan komponen kendaraan, barang electronik, botol plastik
dan berbagai aplikasi lainnya (PT.Tripolyta Indonesia Tbk, 2007). produk-produk Perusahaan
terutama dipasarkan di Indonesia dengan menggunakan merk dagang Trilene®.
Perusahaan didirikan pada tahun 1988 dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1992 dengan dua lajur produksi yang berkapasitas total 160.000 ton per tahun. Pada
akhir tahun 1993, Perusahaan menyelesaikan proyek debottlenecking yang berhasil
meningkatkan kapasitas produksi menjadi 215.000 ton per tahun. Lajur produksi ketiga
selesai dibangun pada tahun 1995. Secara keseluruhan, ketiga lajur produksi tersebut
mempunyai kapasitas untuk memproduksi 360.000 sampai dengan 380.000 ton
polypropylene per tahun, tergantung pada kombinasi jenis yang diproduksi.
Pabrik Perusahaan terletak di kawasan industri petrokimia di Cilegon, Banten dan
menggunakan teknologi gas UNIPOL® yang merupakan proses reaksi gas bertekanan rendah
yang dikembangkan oleh Union Carbide Corporation dan Shell Chemical Company.
Teknologi UNIPOL® tidak menghasilkan limbah cair, sementara sebagian besar limbah
padat yang dihasilkan ditampung kembali dan di daur ulang.
Perusahaan menerima sertifikasi ISO 9002 pada tahun 1996, ISO 14001 pada tahun
2000 dan selanjutnya ISO 9001 pada tahun 2002. Sebagai bentuk realisasi kebijakan bisnis
perusahaan yang menekankan pentingnya aspek lingkungan, perusahaan telah memperoleh
penghargaan dari kementerian Lingkungan Hidup berupa sertifikasi perusahaan ramah
lingkungan dengan kategori hijau untuk PROPER 2004-2005.
3.2 Visi dan Misi Perusahaan
Menjadi pilihan utama pelanggan dan penyedia terbesar produk olefin dan polyolefin
yang menjanjikan kesejahteraan masa depan pemegang saham, karyawan dan pemangku
kepentingan lainnya.
3.2.2 Misi
Kami menyediakan produk olefin dan polyolefin bermutu tinggi yang melampaui
harapan pelanggan sehingga dapat memberikan manfaat maksimum kepada pemegang
saham, karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.
3.3 Tujuan
a. Sisi Keuangan:
• Tingkatkan kinerja keuangan yang tinggi dan berkesinsmbungan. b. Sisi Pelanggan :
• Memiliki pelanggan yang setia
• Menjadi pemimpin pasar c. Sisi proses Bisnis Internal:
• Proses yang sangat baik dan handal yang menciptakan kemitraan bernilai tambah.
d. Sisi Pembelajaran dan Pertumbuhan :
• Karyawan terberdayakan yang berpedoman pada nilai dan keyakinan bersama.
• Optimum pemanfaatan teknologi tekologi informasi sebagai pemampu organisasi
yang sehat sebagai pemacu sinergi.
3.4 Sejarah Perkembangan Perusahaan
PT.Tripolyta Indonesia,Tbk merupakan perseroaan terbatas yang didirikan
berdasarkan akte notaris No. 40 tanggal 2 November 1984. Akte notaris tersebut kemudian
diubah menjadi akte notaris No.117 tanggal 7 November 1987, berdasarkan persetujuan dari
mentri Kehakiman Republik Indonesia sesuai dengan SK No.C2-1786.HT.01.01-Tahun 1988.
PT TPI didirikan pada tanggal 22 Januari 1985 dengan lisensi dari BKPN
No.07/17/PMDN/1985. Perusahaan ini memperoleh fasilitas berdasarkan Undang-Undang
September 1985 No.169/I/PMDN/1985. Perusahaan ini berstats perusahaan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku plastik
di Indonesia yang sebelumya masih di impor.
Konstruksi PT.TPI dimulai pada tanggal 15 Janiari 1990. Setelah mengalami uji coba
hingga tanggal 9 maret 1992 dan mulai operasi pada tanggal 22 Mei 1992. Pada awal
pengoprasiaan PT.TPI hanya memiliki 2 unit rangkaian produksi (train) yang masing –
masing berkapasitas 80.000 ton/tahun. Dalam perkembangannya terjadi peningkatan
kemampuan prodksi melalui proses modifikasi terhadap kapasitas produksi (debottlencking)
tahap I menjadi 120.000 ton/tahun dan pembangunan train III pada tahun1994.
Pada awalnya, semua bahan baku di impor, sejak tahun 1995 80% kebutuhan bahan
baku pabrik ini dipenuhi oleh PT.Chandra Asri Petrochemical Center dan 20% impor. Bahn
baku penunjang lainnya adalah hidrogen, nitrogen, katalis, kokatalis, SCA dan aditif. Sampai
tahun 1995, hidrogen da nitrogen dihaslkan sendiri oleh PT.TPI.Setelah terjadi peningkatan
produksi maka sebagian pasokan hidrogen di pasok dari PT.Chandra asri Petrochemical
Center. Sedangkan katalis dan bahan kimia lainnya selama ini dibeli dari Shell Chemical
Company di Amerika Serikat.
3.5 Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pabrik Polipropilena terletak di kawasan industri Pancapuri di Kawasan Industri
Berat Cilegon, tepatnya di Jalan Raya anyer Km.123, Desa Gunung sugih, Kecamatan
Ciwadan, Kotamadya Cilegon, Propinsi Banten. Sedangkan kantor Pusatnya terletak di
Wisma Barito Pasific Tower A lantai 9 Jakarta Pusat. Pabrik PT.TPI menempati lahan seluas
1555.915 m2 dengan status tanah berupa hak guna bangunan
Secara geometris Lokasi PT.TPI dikelilingi oleh perairan, baik berupa aliran sungai
maupun laut. Pada sisi timur laut pabrik ini berbatan dengan PT. Dong Jin Indonesia
sedangkan pada sisi barat dan utara berbatasan dengan Selat Sunda. Sedangkan pada sisi
barat daya, selatan dan timur berbatasan dengan PT.CAPC. Denah lebih lengkap dapat di
lihat pada lampiran 4.
Alasan mengapa lokasi pabrik PT.TPI dipilih dibangun ditepi laut adalah ditinjau dari
yang dilakukan dengan menggunakan pipa penghubung.(2) sarana transportasi bahan baku
dan produk yang selain didistribusikan melalui jalan darat juga melalui laut. PT.TPI memiliki
dua dermaga yang digunakan sebagai tempat menerima impor bahan baku dari luar negeri.
(2) Kersedian air, hal ini dikarenakan pabrik ini menggunakan air laut sebaai pendingin.
Sedangkan kebutuhan air lainnya diperoleh dari PT. PETEKA Karya Tirta yang memperoleh
air dari penggalian sumur artesis dan dari PT. Karakatau Tirta Industri yang mengambil air
dari pengolahan air permukaan. (3) Kemudahan distribusi produk dan (4) Ketersedian energi
listrik.
3.6 Struktur organisasi
PT.Tripolyta Indonesia, TBK merupakan perusahan yang berbentuk Perseroan
terbatas (PT) dengan status penanaman modal dalam negeri dengan anggaran dasar
termaktum pada berita negara RI No.779 Tahun 1988 dan No.3181 Tahun 1990 PT. TPI
menjual sahamnya pada masyarakat umum sehingga kukuasaan dipegang oleh pemegang
saham, yaitu dewan direksi.
Pemegang kekuasaan tertinggi perusahaan terletak pada rapat umum pemegang
saham. Untuk mengawasi jalannya perusahaan, dibentuk oleh suatu dewan komisaris yang
mewakili para pemegang saham. Untuk mengawasi jalannya perusahaan, dibentuk suatu
dewan komisaris yang mewakili pemegang saham. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional,
kukuasaan dipegang oleh dewan direksi yang terdiri dari 4 direktur yaitu :manufacturing
Director, sales and marketting Director, accounting Director, Corporate administration
Director and Planning&Budgeting Director. Dewan komisaris dan dewan direksi
berkedudukan di kantor pusat, Wisma Barito Pasific Tower Jakarta, Yaitu di Gedung
Bimantara lantai 10 Jakarta. Edangkan untuk operasional pabrik sehari-hari dipimpin oleh
seorang Plant Manager yang diangkat oleh dewan direksi.
Pelaksanaan kegiatan sehari-hari di pabrik dipimpin oleh plant manager. Secara
hirarki, urutan kedudukan dalam struktur organisasi di PT.TPI adalah : dewan komisaris,
dewan direksi, chief executive board, executive vice president, manager, superintendent,
supuervisor dan operator.
3.7 Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh PT.TPI terdisi atas berbagai grade sesuai dengan
random copolymer dan block copolymer. Produk homopolymer terutama digunakan sebagai
bahan baku dalam pembutan berbagai macam produk konsumen seperti plastik kemasan
makanan, peralatan rumah tangga, karung plastik alas karpet dan lain.lain. Sedangkan produk
random copolymer dan block copolymer digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
komponen kendaraan, barang elektronik, botol plastik dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa produk yang diklasifikasikan berdasarkan grade dengan tata
[image:44.612.101.480.299.667.2]namanya.
Tabel 2. Klasfikasi produk berdasarkan grade
Jenis Polipropilena Pemprosesan Melt Flow Aplikasi Akhir
H= Homopolymer
R= Random
Copolymer
B= Block copolymer
F = Film
Y= Yarn
I = Injection
mold
E= Extrusion
B= Blow Mold
S= Spinning
BO = Biaxially oriented
TQ = Turbular Quench
WL = Woven
Lamination
FY = Flat Yarn
CP = Cast Package
CM = Cast Metallizing
HO = Houseware
HC = High Clarity
BL = BOPP Lamination
GA = General
Application
BN = Battery Nucleating
FY= Fiber Yarn
CS= Continuous
Spinning
TF= Thermoforming
Aplikasi dari berbagai spesifikasi produk tersebut dapat digunakan untuk berbagi
a. BOPP (Biaxially Orienred Polipropilena)Film
Jenis ini merupakan resin dengan berat molekul tertinggi yang diproduksi.
Penggunaannya antara lain untuk kemasan makanan, rokok, plastik laminating,
bagian dalam tas dan dekorasi.
b. Yarn
Jenis ini banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk dengan sifat
plastik yang kuat licin dan tidak menyerap air. Hingga banyak digunakan sebagai
karung bahan kimia, bagian bawah karpet dan tali rafia
c. IPP (Inflation Polipropilena) film
Resin ini paling banyak diproduksi dan digunakan untuk kemasan makanan,
kantong plastik bagian dalam dan pembungkus tekstil.
d. Injection Molding
Produk ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga seperti botol,
peralatan dapur. Selain untuk keperluan rumah tangga produk ini digunakan juga
untuk keperluan otomotif (Oswald, 2002).
e. Fiber
Terdapat dua jenis fiber yang diproduksi, yaitu meliputi : tipe HS 17 CS dan HS22,
CS. Jenis ini digunakan untuk karpet, benang dan plastik pelapis.
f. Thermoforming
Banyak digunakn sebagai bahan baku gelas dan wadah plastik. Bersifat benibg,
kuat dan tidak berasa.
g. Cast Film
Digunakan untuk bahan pelapis metal atau logam. Berupa lembaran yang dalam
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Trypolita Indonesia, Tbk. Jl. Raya Anyer Km.123,
Ciwadan Cilegon Banten. Waktu penelitian April – Juli 2008.
4.2 Rancangan Penelitian
4.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui survei lapangan dan analisis laboratorium. Data sekunder diperoleh
melalui studi pustaka, hasil studi dan data pendukung lainnya baik dari perusahaan maupun
instansi terkait yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
4.2.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini melalui tahapan Karakterisasi Air Limbah, Analisis Teknik dan
Teknologi Pengolahan Limbah dan Percobaan Filtrasi. Dengan metode pengumpulan data
sebagai berikut :
4.2.2.1 Karakterisasi Air limbah
Karakterisasi air limbah dari UnitPCW dilakukan setiap 3 jam dengan jangka waktu 24
jam. Sampel yang diambil berasal dari saluran akhir PCW tank. Faktor fisik dan kimia yang
dianalisa yaitu : Debit, suhu, pH, Konduktifitas, Total Suspensi Solid (TSS) dan Silika (SiO2).
Hasil yang diharapkan dari tahapan penelitian pendahuluan adalah data/informasi tentang
parameter air limbah yang belum memenuhi persyaratan dan kententuan teknik penanganan
yang dibutuhkan.
Setelah diperoleh karakterisasi air limbah, maka dilakukan analisis teknik dan teknologi
yang paling tepat digunakan. Hasil analisis ini diperoleh melalui studi pustaka.
4.2.2.3 Percobaan Filtrasi
Setelah diperoleh teknik yang paling tepat untuk penanganan limbah maka dilakukan
percobaan laboratorium. Penanganan tersebut diarahkan untuk memperbaiki kualitas air
limbah hingga memenuhi persyaratan air demineral. Rancangan percobaan yang dilakukan
adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Dengan jumlah faktor yang digunakan diketahui
setelah dilakukan tahapan 1 dan 2.
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Ho : Variasi suhu dan ukuran pori tidak berpengaruh terhadap nilai silika, konduktivitas,
TSS dan kadarsilika bila dibandingkan dengan kontrol.
H1 : Variasi suhu dan ukuran pori tidak berpengaruh terhadap nilai silika, konduktivitas,
TSS dan kadarsilika bila dibandingkan dengan kontrol.
Hasil yang diharapan pada tahapan ini:
- Mengetahui banyaknya debit air yang dapat digunakan kembali.
- Mengetahui besarnya pengurangan (gram) penggunaan bahan kimia.
- Perbaikan nilai kualitas air limbah.
- Mengetahui banyaknya pengurangan penggunaan energi listrik.
- Evaluasi finansial dengan melakukan analisis biaya dan inventasi penerapan reuse
air.
- Memperoleh nilai payback periode.
Dalam melakukan percobaan beberapa parameter yang diperhatikan yaitu dilihat dari
Tingkat kompleksitas dari cara penggunaan dan keamanan diperoleh dengan cara profesional
judgment.
Pengamatan dari segi lingkungan meliputi: Debit air yang dapat digunakan kembali dan
menghitung berapa banyak air yang dibeli dari PT. Peteka sebelum dan sesudah penerapan
alternatif yang dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam bentuk persentase, banyaknya
pengurangan (gram) penggunaan bahan kimia yaitu HCl dan NaOH sebelum dan sesudah
penerapan alternatif yang dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam bentuk persentase.
Peningkatan kualitas air limbah yaitu dengan menganalisa parameter fisik dan kimia terhadap
air limbah sebelum dan sesudah penerapan alternatif yang dilakukan, banyaknya
pengurangan penggunaan energi listrik sebelum dan sesudah penerapan alternatif yang
dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam bentuk persentase.
Metode evaluasi finansial dengan melakukan analisis biaya dan inventasi penerapan
reuse air dan mengetahui nilai payback periode dari sistem yang diterapkan.
4.2.3 Analisis data
4.2.3.1 Karakterisasi Air limbah
Untuk mengetahui karakteristik air limbah yang dibuang ke outlet, dilakukan analisis
laboratorium. Hasil analisis dengan pengamatan selama 24 jam pengamatan dilakukan setiap
3 jam sekali, dianalisis apakah terdapat perbedaan rata-rata nilai pada setiap jam pengamatan
dalam waktu 24 jam. Uji statistika yang dilakukan adalah uji perbandingan rata-rata dengan
sama atau homogen bila nilai signifikansi > 0.05 dan varian dari parameter X setiap jamnya
dikatakan tidak sama bila nilai signifikansi < 0.05.
Data yang diperoleh dari analisis laboratorium dibandingkan dengan data hasil
analisis fisik dan kimia air demineral berdasarkan parameter yang telah ditetapkan. Dari
analisis ini akan diketahui parameter apa yang melebihi ketentuan air demineral yang
digunakan pada unit PCW di PT. TPI.
4.2.3.2Tahapan Penelitian Analisis Teknik Dan Teknologi Pengolahan Limbah.
Pada tahapan penelitian analisis teknik dan teknologi pengolahan limbah, dilakukan
analisis tentang teknik pengolahan air limbah apa yang paling tepat diterapkan pada
penelitian ini. Setelah menetapkan teknik yang tepat, penelitian dilanjutkan dengan
menentukan alat apa dan sistem seperti apa yang akan diterapkan. Pemilihan teknik dan
teknologi pengolahan air limbah berdasarkan profesional judgment, yang diperoleh setelah
melakukan studi pustaka.
4.2.3.3Percobaan Filtrasi.
Pada tahapan percobaan ini dilakukan proses penyaringan dengan berbagai variasi
ukuran saringan dan variasi suhu. Parameter yang dianalisis setelah dilakukan penyaringan
pada berbagai ukuran saringan dan suhu adalah : Debit, suhu, pH, Konduktifitas, Total
Suspended Solid (TSS) dan Silika (SiO2).
Analisis data dilakukan terhadap rata-rata parameter fisik kimia yang tidak sesuai
dengan kualifikasi air demineral perlakuan untuk mengetahui beda signifikan rata-rata
parameter yang diuji perperlakuan. Uji satistik yang dilakukan ialah uji Anova yang
menggunakan program komputer SPSS versi 16.00 dan dibantu dengan bantuan buku
panduan SPSS Multivariate (Wijaya, 2001; Santoso S, 2002).
Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah menghitung biaya inventasi serta
melakukan analisis biaya untuk menghitung besarnya penghematan yang dapat dilakukan
dengan diterapkannya sistem ini. Payback period adalah waktu yang diperlukan proyek untuk
menghimpun dana intern (internal generating atau net cash flow) guna mengembalikan
jumlah dana yang telah dimasukan dalam proyek (Soeharto, 2002).
Nilai Payback period dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Payback Period = Total Nilai Investasi / Penghematan Bersih
Semakin pendek payback period, semakin kecil resiko investasi yang dihadapi investor,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakterisasi Air limbah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang diketahui bahwa proses produksi di PT. TPI,
berlangsung selama 24 jam setiap harinya dengan jumlah produksi yang berbeda setiap
jamnya. Perbedaan tingkat produksi berpengaruh terhadap kualitas limbah. Hasil pengamatan
terhadap air limbah yang keluar dari unit PCW selama 24 jam yang dilakukan setiap 3 jam
disajikan pada Lampiran 5-8.
Pada tahapan ini dilakukan uji statistika dengan menggunakan uji rata-rata one way
anova untuk data pH dan konduktivitas, serta uji non parametrik kruskal wallis untuk nilai
silika dan TSS (dikarenakan data tidak homogen). Keempat parameter uji dianalisa selama 24
jam dengan rentang waktu pemeriksaan 3 jam dengan tujuan untuk mengetahui apakah
perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap nilai parameter limbah yang dihasilkan.
Hasil pengujian menunjukan bahwa data pH tidak menunjukan perbedaan nilai selama waktu
pengamatan.
Data konduktivitas, TSS dan kadar silika menunjukan perbedaan rata-rata selama waktu
pengamatan. Data konduktivitas, TSS dan silika memilki nilai yang berbeda setiap jam
pengamatannya, disebabkan oleh penumpukan dust (Lampiran 9) hasil penyaringan yang
menyebabkan peningkatan nilai pada setiap waktu pengamatan.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa suhu air limbah stabil pada 71oC dan debit 65
m3/jam. Produk yang diproduksi terdiri atas HF 10 TQ dengan aditif berupa MAB yang
mengandung : CN cart B125, ZnO2, Cd (kadmium), Pb (timbal), Dusil (silikon dioxide).
Pengamatan menunjukan bahwa nilai rata-rata pH selama 24 jam pengamatan 7.08 ±
0.02 , konduktivitas 10.70 ± 0.14 µs/cm, kadar SiO2 1.84 ± 1.25 mg/L dan nilai rata – rata
demineral) yang dihasilkan dari proses demineralisasi pada saat dilakukan penelitian
diketahui bahwa nilai rata-rata pH 7.39 ± 0.00, konduktivitas 3.35 ± 0.00 µs/cm, kadar SiO2
tidak teridentifikasi (ttd) dan TSS 0 ± 0.00 mg/L (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Pengamatan sifat fisik dan kimia tahapan prapenelitian
Parameter Satuan Rata-Rata Air limbah Rata-Rata Air Demin
pH - 7.08 ± 0.02 7.39 ± 0.00
Konduktivitas µs/cm 10.70± 0.14 3.35 ± 0.00 Kadar SiO2 mg/L 1.84 ± 1.25 Ttd
TSS mg/L 1821.79 ± 334.16 0