BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pulp. Perusahaan ini menggunakan bahan baku kayu eucalyptus. Didalam proses pengolahaannya, perusahaan ini juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan setempat, perusahaan ini dituntut untuk mengolah limbahnya sebelum limbah tersebut dialirkan ke sungai ( Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002 ).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3 ( bahan beracun dan berbahaya ), yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya.
Sebagai limbah, B3 kehadirannya cukup mengkhawatirkan, terutama yang bersumber dari pabrik / industri, dimana B3 banyak digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong industri. Sifat beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan sifat kimia bahan itu baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan,
antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain – lain.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan kehidupannya lainnya, sehingga perlu ditetapkan batas – batas yang diperkenankan dalam lingkungan untuk waktu tertentu. Adanya batasan / konsentrasi dan kuantitas B3 pada suatu ruang dan waku tertentu dikenal dengan istilah ambang batas, yang mengandung makna bahwa dalam kuantitas tersebut masih dapat ditoleransi oleh lingkungan, sehingga tidak membahayakan lingkungan atau pemakai. Karena itu untuk setiap jenis B3 telah ditetapkan nilai ambang batasnya (Kristanto, 2004).
Bahan – bahan tersuspensi yang terdapat pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan; yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).
Sulfida (gas H2S) merupakan gas yang sangat beracun dan berbau busuk
,sehingga kehadirannya dalam air akan mempengaruhi terhadap air. Di dalam jumlah besar dapat memperbesar keasamaan air sehingga dapat menyebabkan korosifitas (Sutrisno, 1987).
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dimana dalam jangka waktu yang singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan oleh karena itu pencegahan dan penanggulangannya haruslah
memperhitungkan dampak – dampaknya dalam jangka waktu yang panjang (Kristanto, 2004).
Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan bercampurnya semua influent dari sumber – sumbernya melalui junction box dari Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )
masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ).
Tahap penyempurnaan merupakan tahap pengendapan akhir dimana jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar
aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003)..
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri dengan program penataan lingkungan yang dilakukan upaya pengelolaan sumber daya air dalam rangka pengendalian dampak lingkungan (Effendi, 2003).
Adapun parameter - parameter air limbah pulp yang diujikan seperti BOD ( Biochemical Oxygen Demand ), KOK ( Kebutuhan Oksigen Kimia ), TSS ( Total padatan tersuspensi ), pH dan Amoniak bebas ( NH3-N).
Dari beberapa parameter diatas maka penulis hanya membahas parameter TSS ( Total padatan tersuspensi ) dan Sulfida ( S2- ) yang terdapat pada air limbah pabrik pulp. Serta untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan “ Penentuan Kadar Total Padatan Tersuspensi ( TSS ) dan Sulfida ( S2- ) dari Air Limbah Inlet dan Outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Porsea“
1.2. Permasalahan
1. Berapakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk?
2. Apakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)
sesuai dengan baku mutu limbah industri yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup?
1.3. Tujuan
1. Untuk menentukan kadar Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
2. Untuk membandingkan nilai kualitas limbah cair dengan baku mutu limbah industri yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memantau kualitas air pada pembuangan limbah industri dan memberikan informasi kepada perusahaan tentang berapa besar kadar pencemar pada limbah cair yang telah di analisa oleh Laboratorium environment PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sehingga mutu limbah cair yang dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.