• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT

FLOWABLE DAN PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH TWO-STEP DAN

SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V

(PENELITIAN IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

oleh :

PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2009

Putri Rezeki Yana

Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable

dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch

One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)

xii + 76 halaman

Restorasi resin komposit pada daerah servikal sering mengalami kesulitan

karena sedikitnya enamel pada daerah servikal gigi. Oleh karena itu, kebocoran mikro

sangat sering terjadi pada restorasi kavitas klas V. Kebocoran mikro dapat terjadi

karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah dibandingkan

dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel. Selain itu, kebocoran mikro juga

dipengaruhi oleh adanya pengerutan resin komposit selama polimerisasi. Penelitian

ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui perbedaan kebocoran mikro pada

restorasi resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan sistem adhesif

total-etch two-step dan self-etch one-step.

Sampel berjumlah 40 buah gigi premolar maksila disimpan dalam larutan

saline kemudian dilakukan preparasi kavitas klas V, lalu seluruh sampel dibagi ke dalam empat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10 sampel yaitu,

kelompok I diaplikasikan sistem adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan

(3)

dan direstorasi dengan resin komposit flowable, kelompok III diaplikasikan sistem

adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan resin komposit packable, dan

kelompok IV diaplikasikan sistem adhesif self-etch one-step dan direstorasi dengan

resin komposit packable. Selanjutnya dilakukan proses thermocycling 200 putaran

pada suhu 50C dan 550C selama 30 detik. Untuk mengevaluasi kebocoran mikro

digunakan teknik penetrasi dye dengan larutan fuchsin red 0,5%. Sampel diamati di

bawah stereomikroskop dengan pembesaran 40x setelah dipotong secara longitudinal

dengan diamond disc, kemudian panjang penetrasi zat warna yang diamati diberi skor

0-3, dimana skor 0 = tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 = penetrasi zat warna

mencapai ½ kedalaman kavitas, skor 2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman

kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas, dan skor 3 = penetrasi zat warna

mencapai dinding aksial kavitas.

Hasil pengamatan kebocoran mikro pada kelompok I diperoleh 8 sampel yang

berskor 1, 1 sampel yang berskor 2, dan 1 sampel yang berskor 3, pada kelompok II

diperoleh 4 sampel yang berskor 1, 2 sampel yang berskor 2, dan 4 sampel yang

berskor 3, pada kelompok III diperoleh 1 sampel yang berskor 1, 6 sampel yang

berskor 2, dan 3 sampel yang berskor 3, dan pada kelompok IV diperoleh 2 sampel

yang berskor 1, 3 sample yang berskor 2, dan 5 sampel yang berskor 3. Data yang

diperoleh dianalisis dengan Kruskal-Wallis Test dan hasilnya terdapat perbedaan

yang signifikan (p < 0,05) diantara keempat kelompok perlakuan. Kemudian

dilakukan uji analisis dengan Mann-Whitney Test dan hasilnya terdapat perbedaan

yang signifikan (p < 0,05) diantara kelompok I dan III serta antara kelompok I dan

(4)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah seluruh sampel yang diamati pada

penelitian ini mengalami kebocoran mikro dengan skor yang berbeda-beda dan

terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi

kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

flowable dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit packable serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit flowable dengan sistem

adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable. Selain itu juga terdapat

perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi

kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

flowable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif

total-etch two-step dan resin komposit packable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif self-etch one-one-step dan resin

komposit packable, serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

packable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable.

(5)

PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN

PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH TWO-STEP DAN SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V

(PENELITIAN IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

oleh :

PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 2 APRIL 2009

OLEH : Pembimbing

Cut Nurliza, drg., M.Kes NIP : 131 123 786

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatra Utara

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul

PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH

TWO-STEP DAN SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V (PENELITIAN IN VITRO)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083

Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 2 April 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

Cut Nurliza, drg., M.Kes NIP : 131 123 786

Anggota tim penguji lain

Nevi Yanti, drg., M.Kes Wandania Farahanny, drg NIP : 131 996 178 NIP : 132 306 493

Medan, 2 April 2009 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatra Utara.

Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada

kedua orang tua tercinta, Ayah (Alm.H.Muhammad Yusuf) dan Ibu (Hj. Rohana)

yang selalu memberikan bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun

materil kepada penulis dan juga kepada Paman (Muhammad Nur) yang telah setia

membantu penulis demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian sehingga penulis

dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian serta penulisan skripsi ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas

dukungan dan semangat yang telah diberikan oleh abang dan kakak tersayang (Yenni,

Yusnah, Azizah, Nazar), Bunda, Om Syafaruddin, serta kelurga besar penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapat bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K), selaku Dekan Fakultas

(9)

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K), selaku Ketua Departemen

Ilmu Konservasi Gigi Universitas Sumatra Utara atas saran dan bantuannya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Cut Nurliza, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM, selaku penasehat akademik yang

telah banyak memberikan nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Konsrvasi Gigi

Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan saran dalam menyempurnakan

skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatra Utara.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara yang telah meluangkan waktu

untuk membeikan bimbingan dalam pelaksanaan analisa statistik hasil penelitian.

8. Sahabat-sahabat tersayang penulis di FKG Bunga, Mia, Riris, Ana, Ayu,

Fania, Defrina, Tiwi dan semua teman-teman stambuk 2005 yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat alumni SMUN 1 Langsa, Ipit, Ahyat, Eka, Kamil, Kairol,

(10)

Dinda, Kak Rissa, Rifka, Frisca, Rahmi, dan semuanya terima kasih atas semangat

dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan mohon maaf apabila ada

kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat memberikan sumbangan dan pikiran yang berguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Maret 2009

Penulis

(Putri Rezeki Yana)

(11)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebocoran Mikro pada Kavitas Klas V ... 8

2.2 Resin Komposit ... 9

2.3 Polimerisasi Resin Komposit ... 14

2.4 Sistem Adhesif ... 14

(12)

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

4.6 Definisi Operasional... 29

4.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

4.8 Prosedur Penelitian ... 33

4.9 Analisa Data... 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 42

BAB 6 PEMBAHASAN ... 51

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 68

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor Kebocoran dengan penetrasi zat warna pada keempat

kelompok perlakuan... 43

2. Hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis Test... 48

3. Hasil uji statistik dengan Mann-Whiitney Test... 49

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Restorasi kavitas klas V ... 9

Gambar 2 Kebocoran mikro bakteri, toksin, cairan, dan molekul ke dalam celah marginal... 9

Gambar 3 Alat Penelitian I... 31

Gambar 4 Stereomikroskop Prior... 32

Gambar 5 Alat penelitian II... 32

Gambar 6 Bahan Penelitian... 33

Gambar 7 Perendaman sampel dalam larutan normal saline... 34

Gambar 8 Ukuran preparasi kavitas klas V... 35

Gambar 9 Preparasi kavitas klas V dengan diamond bur berkecepatan tinggi... 36

Gambar 10 Aplikasi etsa (Scotchbond) selama 15 detik... 36

Gambar 11 Pencucian bahan etsa selama 15 detik... 36

Gambar 12 Pengeringan dengan kapas... 36

Gambar 13 Aplikasi Primer/Bonding (Single Bond)... 37

Gambar 14 Light cure Primer/Bonding selama 20 detik... 37

Gambar 15 Aplikasi self-etch (Bond Force) selama 15 detik... 37

Gambar 16 Light cure self-etch selama 10 detik... 37

Gambar 17 Aplikasi resin komposit flowable (Estelite Flow)... 37

(15)

Gambar 19 Aplikasi resin komposit packable (Filtek P60)... 38

Gambar 20 Light cure resin komposit packable selama 20 detik... 38

Gambar 21 Proses thermocycling pada suhu 50C... 38

Gambar 22 Proses thermocycling pada suhu 550C... 38

Gambar 23 Persiapan perendaman sampel... 39

Gambar 24 Perendaman sampel dalam zat warna fuchsin red 0,5% selama 24 jam... 39

Gambar 25 Gambaran pemotongan sampel... 40

Gambar 26 Pemotongan gigi dengan diamond disc secara longitudinal... 40

Gambar 27 Pengamatan sampel di bawah stereomikroskop pembesaran 40x... 40

Gambar 28 Sketsa penetuan skor kebocoran mikro berdasarkan dalamnya penetrasi zat warna... 40

Gambar 29 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit flowable dan sistem adhesif total-etch two-step... 44

Gambar 30 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit flowable dan sistem adhesif self-etch one-step... 45

Gambar 31 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit packable dan sistem adhesif total-etch two-step... 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Alur pikir... 68

Lampiran 2 Skema penelitian... 70

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2009

Putri Rezeki Yana

Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable

dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch

One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)

xii + 76 halaman

Restorasi resin komposit pada daerah servikal sering mengalami kesulitan

karena sedikitnya enamel pada daerah servikal gigi. Oleh karena itu, kebocoran mikro

sangat sering terjadi pada restorasi kavitas klas V. Kebocoran mikro dapat terjadi

karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah dibandingkan

dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel. Selain itu, kebocoran mikro juga

dipengaruhi oleh adanya pengerutan resin komposit selama polimerisasi. Penelitian

ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui perbedaan kebocoran mikro pada

restorasi resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan sistem adhesif

total-etch two-step dan self-etch one-step.

Sampel berjumlah 40 buah gigi premolar maksila disimpan dalam larutan

saline kemudian dilakukan preparasi kavitas klas V, lalu seluruh sampel dibagi ke dalam empat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10 sampel yaitu,

kelompok I diaplikasikan sistem adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan

(18)

dan direstorasi dengan resin komposit flowable, kelompok III diaplikasikan sistem

adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan resin komposit packable, dan

kelompok IV diaplikasikan sistem adhesif self-etch one-step dan direstorasi dengan

resin komposit packable. Selanjutnya dilakukan proses thermocycling 200 putaran

pada suhu 50C dan 550C selama 30 detik. Untuk mengevaluasi kebocoran mikro

digunakan teknik penetrasi dye dengan larutan fuchsin red 0,5%. Sampel diamati di

bawah stereomikroskop dengan pembesaran 40x setelah dipotong secara longitudinal

dengan diamond disc, kemudian panjang penetrasi zat warna yang diamati diberi skor

0-3, dimana skor 0 = tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 = penetrasi zat warna

mencapai ½ kedalaman kavitas, skor 2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman

kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas, dan skor 3 = penetrasi zat warna

mencapai dinding aksial kavitas.

Hasil pengamatan kebocoran mikro pada kelompok I diperoleh 8 sampel yang

berskor 1, 1 sampel yang berskor 2, dan 1 sampel yang berskor 3, pada kelompok II

diperoleh 4 sampel yang berskor 1, 2 sampel yang berskor 2, dan 4 sampel yang

berskor 3, pada kelompok III diperoleh 1 sampel yang berskor 1, 6 sampel yang

berskor 2, dan 3 sampel yang berskor 3, dan pada kelompok IV diperoleh 2 sampel

yang berskor 1, 3 sample yang berskor 2, dan 5 sampel yang berskor 3. Data yang

diperoleh dianalisis dengan Kruskal-Wallis Test dan hasilnya terdapat perbedaan

yang signifikan (p < 0,05) diantara keempat kelompok perlakuan. Kemudian

dilakukan uji analisis dengan Mann-Whitney Test dan hasilnya terdapat perbedaan

yang signifikan (p < 0,05) diantara kelompok I dan III serta antara kelompok I dan

(19)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah seluruh sampel yang diamati pada

penelitian ini mengalami kebocoran mikro dengan skor yang berbeda-beda dan

terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi

kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

flowable dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit packable serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit flowable dengan sistem

adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable. Selain itu juga terdapat

perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi

kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

flowable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif

total-etch two-step dan resin komposit packable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif self-etch one-one-step dan resin

komposit packable, serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit

packable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin komposit secara luas telah digunakan untuk merestorasi lesi karies di

daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

untuk berikatan dengan struktur gigi.Akan tetapi, restorasi resin komposit pada karies

servikal sering mengalami kegagalan.1 Hal ini berdasarkan pada laporan Ozel et al.

(2008) yang menyatakan bahwa kebocoran mikro paling banyak terjadi pada gingival

level yaitu pada dentin atau sementum.2 Kapian (1993) cit. Chimello et al. (2002)

mengatakan bahwa adaptasi marginal resin komposit pada kavitas klas V menjadi

lebih sulit karena sedikit atau tidak adanya enamel pada tepi servikal.3 Hal ini

disebabkan karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah

dibandingkan dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel sehingga

menyebabkan terjadinya kebocoran mikro diantara permukaan gigi dan material

restorasi.1 Selain itu, adanya cairan sulkus gingival juga merupakan salah satu

penyebab kegagalan restorasi resin komposit pada daerah servikal.4

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebocoran

mikro dengan pengerutan resin komposit pada restorasi klas V.5 Menurut Sensi et al.

(2004), tekanan pengerutan resin komposit selama polimerisasi akan menghasilkan

kekuatan yang bersaing dengan kekuatan perlekatan, sehingga dapat mengganggu

pengikatan terhadap dinding kavitas, hal ini merupakan salah satu penyebab utama

(21)

(1994) cit. Siswadi (1999), kontraksi polimerisasi dapat menyebabkan terbentuknya

celah (gap) yang dapat mengurangi kerapatan tepi, timbulnya rasa sakit setelah

penumpatan, terjadinya karies sekunder, dan tidak didapatnya titik kontak.7 Kontraksi

polimerisasi merupakan masalah terbesar pada semua material restorasi berbahan

dasar resin.5,8 Selain itu, perbedaan koefisien ekspansi termal antara struktur gigi dan

resin komposit dapat menyebabkan terjadinya perbedaan perubahan volume yang

mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.3,9 Feilzer et al. (1988) cit Bala (2003)

mengatakan penyusutan saat polimerisasi dan perbedaan koefisien ekspansi termal

dari material resin komposit diperkirakan sebagai penyebab utama dari terjadinya

kebocoran mikro.9

Menurut Kidd (1976) cit Yalcin et al. (2006), kebocoran mikro merupakan

jalan masuk bakteri, cairan, atau molekul melalui celah diantara dinding kavitas dan

bahan restorasi.10 Infilltrasi marginal cairan-cairan mulut, bakteri, molekul-molekul,

dan ion-ion melalui kebocoran mikro merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya

perkembangan karies rekuren, diskolorasi marginal, hipersensitivitas post operatif,

dan penyakit pulpa.3,11

Sehubungan dengan karakteristik resin komposit yaitu adanya pengkerutan

selama polimerisasi, maka keberhasilan restorasi resin komposit pada dasarnya juga

tergantung pada adhesif atau perlekatan yang efektif dan tahan lama pada struktur

enamel dan dentin.12 Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya

kebocoran mikro antara permukaan gigi dan resin komposit, salah satunya adalah

penggunaan dentin bonding agents yang efektif untuk mengurangi kebocoran mikro

(22)

seluruhnya.13 Vargas et al. (1994) mengatakan bahwa bahan adhesif dentin digunakan

untuk mengatasi kekurangan resin komposit dalam membentuk ikatan antara struktur

gigi dengan resin komposit. Ikatan tersebut diharapkan lebih kuat dari kontraksi

polimerisasi sehingga dapat mengurangi terbentuknya celah.7 Untuk memperoleh

suatu perlekatan yang baik, monomer-monomer adhesif dentin harus dapat

berpenetrasi ke dalam jaringan kolagen.14 Anna et al. (1985) cit. Siswadi (1999)

menyatakan bahwa kebocoran tepi gingiva dapat dikurangi secara bermakna dengan

memakai bahan adhesif dentin yang tepat dan dengan teknik yang tepat.7

Sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8, tetapi sistem

adhesif yang sekarang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5, generasi

ke-6, dan generasi ke-7, dimana keempat generasi tersebut masing-masing

mengandung 3 unsur utama yaitu bahan etsa, primer dan bahan adhesif.15,16

Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat

dibagi atas empat kategori yaitu total-etch three-step adhesive system, total-etch

two-step adhesive system, self-etch two-two-step adhesive system dan self-etch one-two-step adhesive system.15

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sistem adhesif yang berbeda yaitu

total-etch two-step dan self-etch one-step untuk melihat keefektifan kedua bahan

adhesif ini dalam mencegah terjadinya kebocoran mikro. Pada sistem adhesif

total-etch, seluruh smear layer akan disingkirkan dan serat kolagen akan terpapar akibat etsa asam sehingga dapat menciptakan kondisi yang baik untuk retensi mikromekanis

melalui infiltrasi monomer resin, tetapi penyingkiran seluruh smear layer dari

(23)

Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan bahan etsa dengan tingkat keasaman yang

rendah (pada sistem self-etch) sehingga smear layer tidak disingkirkan tetapi

dimodifikasi dan digunakan sebagai substrat perlekatan.19,20 Self-etch one-step

adhesive merupakan alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi self-etch one-step adhesive

adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah

yang dibutuhkan dalam prosedur bonding. Sistem adhesif self-etch one-step

mengeliminasi prosedur pencucian sehingga sistem ini lebih sederhana untuk

digunakan serta dapat mengurangi sensitivitas teknik.21

Dalam usaha untuk meningkatkan adaptasi bahan restorasi, suatu bahan

restorasi resin komposit tipe baru telah dikembangkan, yaitu resin komposit flowable.

Ferdianakis (1998) cit. Cilli et al. (2000) melakukan penelitian terhadap kebocoran

mikro pada restorasi klas I. Hasilnya terdapat pengurangan yang bermakna pada

kebocoran mikro dengan meggunakan resin komposit flowable dibandingkan dengan

resin komposit konvensional.22

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengamati kebocoran mikro dari

berbagai jenis resin komposit dengan menggunakan sistem adhesif self-etch dan

total-etch pada restorasi kelas V. Owens, Johnson dan Harris (2004) melakukan penelitian

untuk membandingkan kebocoran mikro resin komposit packable dengan

menggunakan sistem adhesif self-etch dan total-etch pada restorasi klas V. Dari

penelitian tersebut diperoleh bahwa sistem adhesif total-etch menunjukkan kebocoran

mikro (pada email) yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan sistem

(24)

Selain itu, Owens dan Johnson (2006) juga melakukan penelitian in vitro

untuk mengevaluasi kebocoran mikro dari resin komposit packable dengan

menggunakan sistem adhesif self-etch pada restorasi klas V. Dari penelitian tersebut

dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap kebocoran mikro

pada daerah tepi mahkota dan apikal antara kelompok yang menggunakan sistem

adhesif dan kelompok kontrol (tanpa aplikasi sistem adhesif).24

Chimello et al. (2002) juga melakukan penelitian untuk membandingkan

kebocoran mikro antara resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan

teknik total-etch dan self-etching primer. Hasilnya, kebocoran mikro pada restorasi

resin komposit flowable tidak jauh berbeda dibandingkan dengan resin komposit

packable.3

Yazici, Baseren, dan Dayanga (2003) menyimpulkan dari hasil penelitiannya

bahwa resistensi dari resin komposit flowable terhadap kebocoran mikro tidak jauh

berbeda dengan resin komposit packable.1 Beznos (2001) mengatakan bahwa resin

komposit flowable tidak dapat mengurangi kebocoran tepi secara keseluruhan.25

Almeida et al. (2003) cit. Irawan (2005) melakukan penelitian in vitro

terhadap kebocoran tepi pada restorasi klas II dengan menggunakan 5 jenis resin

komposit packable dengan menggunakan resin komposit flowable sebagai pelapis.

Hasilnya, penggunaan komposit flowable dibawah resin komposit packable memberi

efek yang sama untuk menguragi kebocoran tepi. 26

Secara teoritis dikatakan bahwa resin komposit flowable memiliki sifat

viskositas yang rendah dan daya alir yang tinggi sehingga dapat beradaptasi terhadap

(25)

Behle (1998), Bayne et al. (1998) cit. De Goes et al. (2008) mengatakan bahwa sifat

yang penting dari resin komposit flowable yaitu memilki modulus elastisitas yang

lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit packable.27 Selain itu, Yazici et al.

(2003) cit. Sensi (2004) mengatakan bahwa hal utama yang rasional di balik

penggunaan resin komposit flowable adalah pembentukan sebuah lapisan elastis yang

dapat mengimbangi tekanan polimerisasi shrinkage.6

Dari uraian para peneliti tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian

terhadap perbedaan kebocoran mikro dari resin komposit flowable dan packable

dengan menggunakan sistem adhesif total-etch two-step dan self-etch one-step pada

restorasi klas V.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas timbul permasalahan yaitu :

a. Apakah ada kebocoran mikro pada restorasi klas V dengan menggunakan

sistem adhesif total-etch two-step dan self-etch one-step serta resin komposit flowable

dan packable ?

b. Apakah ada perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif total-etch

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengamati kebocoran mikro dengan menggunakan sistem adhesif

total-etch two-step dan self-etch one-step serta resin komposit flowable dan packable pada restorasi klas V.

b. Untuk mengetahui perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif

total-etch two-step dan self-total-etch one-step dengan menggunakan resin komposit flowable dan packable pada restorasi klas V.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai pertimbangan untuk memilih sistem adhesif yang dapat

menghasilkan penutupan tepi restorasi dengan baik pada restorasi kavitas klas V.

b. Sebagai pertimbangan untuk memilih jenis resin komposit yang dapat

menghasilkan penutupan tepi restorasi dengan baik pada restorasi kavitas klas V.

c. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai kebocoran mikro pada

restorasi klas V dengan sistem adhesif.

d. Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi

masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi untuk mempertahankan kesehatan

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini, material restorasi resin komposit secara umum telah menjadi

pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah servikal sesuai

dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan

struktur gigi.28 Kelemahan bahan restorasi resin komposit yaitu terjadinya pengerutan

selama polimerisasi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kebocoran tepi antara

tumpatan dan struktur gigi. Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin

komposit dengan struktur gigi adalah dengan menggunakan teknik etsa asam dan

bahan bonding adhesive. Aplikasi bahan bonding bertujuan untuk melapisi kavitas

dan mengimbangi kontraksi resin komposit saat mengalami polimerisasi.29

2.1 Kebocoran Mikro pada Kavitas Klas V

G.V Black menggambarkan kavitas klas V yaitu kavitas yang terdapat pada

permukaan labial atau bukal dan lingual dari gigi anterior maupun posterior dan

mengenai sementum.30 Restorasi kavitas klas V sering mengalami kegagalan karena

sedikitnya enamel yang terdapat pada servikal gigi.1 Daerah yang sangat rentan

terhadap kebocoran mikro adalah dinding gingival pada restorasi klas II dan klas V.7

Pada kavitas klas V, sebagian dari restorasi menutupi email dan sebagian lagi

menutupi dentin (gambar 1). Email dan dentin memiliki karakteristik komposisi yang

berbeda, yaitu dentin mengandung air yang lebih banyak sehingga dentin menjadi

(28)

mencegah bahan adhesif untuk membentuk suatu retensi mekanis yang baik. Oleh

karena itu, kebocoran mikro dapat terjadi pada restorasi klas V.14 Kebocoran mikro

dapat menyebabkan masuknya asam, enzim, ion dan produk bekteri melalui celah

restorasi sehingga terjadi diskolorasi marginal, sensitivitas pasca perawatan, keries

sekunder dan kerusakan pulpa (gambar 2).3,11

2.2 Resin Komposit

Menurut definisi, komposit adalah suatu material yang terdiri dari dua atau

lebih komponen-komponen.32 Resin komposit merupakan bahan kompleks yang pada

umumnya terdiri atas komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan

pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler, sistem

inisiator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan atau polimerisasi, stabilisator

(inhibitor) dan pigmen.32,33 Sistem komposit modern mengandung filler seperti

(29)

(resin) dan komponen inorganik (filler) disatukan ke dalam suatu sistem yang akan

mempengaruhi polimerisasi. Biasanya partikel-partikel filler dilapisi dengan suatu

agent pengghubung yang dapat mengikat komponen organik (resin).32 Kebanyakan

matriks resin mengandung monomer aromatik dengan viskositas tinggi yaitu

bis-GMA (bisphenol-A diglycidyl dimethacrylate) yang disintesis oleh Bowen di USA

pada tahun 1960. Monomer dengan viskositas rendah juga tergabung di dalamnya,

seperti TEGMA (triethylene glycol dimethacrylate), EGMA (ethylene glycol

dimethacrylate) dan HEMA (hydroxyl-ethyl methacrylate).33

Resin komposit merupakan monomer dimetakrilat, oleh karena itu bahan ini

mengeras melalui mekanisme tambahan yang diawali oleh radikal bebas yang dapat

diperoleh melalui dua cara, yaitu :8,30

a. Diaktivasi kimiawi

Resin yang diaktifkan secara kimiawi terdiri dari dua pasta yang mengandung

inisiator benzoil peroksida dan aktivator amin tersier. Bila kedua pasta diaduk, amin

tersier bereaksi dengan benzoil peroksida membentuk radikal bebas dan polimerisasi adisi dimulai.

b. Diaktivasi sinar

Resin yang diaktifkan dengan sinar tampak terdiri dari satu pasta saja. Sistem

pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator

champoroquinone dan aktivator amin terdapat dalam pasta tersebut. Bila kedua komponen ini tidak disinari, maka keduanya tidak akan bereaksi. Sebaliknya, bila

disinari dengan panjang gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator

(30)

Lutz dan Philips (1983) mangklasifikasikan resin komposit berdasarkan

ukuran partikel filler dan distribusinya, yaitu :7,33

a. Resin komposit makrofil

Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-5 µ m. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur, dapat dipolish tetapi

hasilnya tidak begitu baik (semipolishable) dan warnanya lebih stabil. Bahan ini

diindikasikan untuk restorasi kavitas klas IV, untuk gigi posterior dan pembuatan

core.

b. Resin komposit mikrofil

Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan

sangat baik serta mengkilat dan warnanya stabil. Bahan ini diindikasikan untuk

restorasi kavitas klas III, kavitas klas V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial

veneers.

c. Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap fraktur, dapat dipolish

dengan baik dan warnanya stabil. Resin komposit hybrid mengandung dua macam

filler yaitu partikel makrofil dengan penambahan partikel mikrofil. Resin komposit hybrid kurang baik pada pemolesan dibanding dengan resin komposit mikrofil, tetapi tipe ini lebih tahan terhadap abrasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan restorasi

(31)

Selain itu, dengan berkembangnya nanotekhnologi telah diperkenalkan tipe

resin komposit terbaru yaitu resin kompositnanofiller. Ukuran partikel filler resin ini yaitu sebesar 20-75 nm. Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu

nanomer dan nanocluster. Partikel nanomer mengandung silika dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 25-70 nm dengan penambahan silane dan secara sempurna dapat

berikatan dengan matriks resin, dan partikel nanocluster mengandung SiO2

nanocluster dengan ukuran 0,4-1 µ m. Kombinasi partikel filler nanomer dan nanocluster dapat mengurangi celah interstitial dari partikel filler sehingga dapat

meningkatkan muatan filler, sifat fisik yang lebih baik dan juga dapat dipolish lebih

baik.10, 34, 35

Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler

nya, yaitu :36

a. Resin komposit flowable

Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai

bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V.1 Resin komposit ini

memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase

komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %.36 Komposisi filler

inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak menyebabkan resin

komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau

kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau

menutupi celah kavitas yang kecil.3,12,27 Resin komposit flowable memiliki modulus

elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan

(32)

dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah penumpatan.12 Selain

itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat

mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi.28 Indikasi bahan restorasi ini

ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II

dengan tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan

sebagai liner.12

b. Resin komposit packable

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin

komposit condensable.26 Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler

yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya

berkisar antara 48-65 % volume.36 Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan

kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi

celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi filler juga

menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi, memiliki

koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan struktur gigi, dan adanya

perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan

dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki

kandungan filler yang tinggi.9,22,26,34,35 Resin komposit packable diindikasikan untuk

gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi

masalah kehilangan kontak.35 Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I,

(33)

2.3 Polimerisasi Resin Komposit

Salah satu kelemahan resin komposit yaitu terjadinya pengkerutan selama

polimerisasi, sehingga menimbulkan stress yang terkonsentrasi pada daerah

interfasial.21 Stress yang terjadi pada daerah interfasial diakibatkan oleh kompetisi

gaya yang dihasilkan antara stress pengkerutan polimerisasi resin komposit dan gaya

adhesi terhadap substrat gigi.37 Pengkerutan polimerisasi merupakan masalah terbesar

pada semua bahan restorasi berbahan dasar resin. Penyusutan yang terjadi bervariasi

antara 1-5 % volume. Pengkerutan polimerisasi berkaitan dengan c-factor yang

merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang

bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan

polimerisasi. Pada resin komposit aktivasi sinar, pengkerutan terjadi kearah sumber

sinar, sedangkan pada resin komposit aktivasi kimiawi, pengkerutan terjadi ke arah

tengah dari massa resin. Adanya kontraksi polimerisasi menyebabkan terjadinya

kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas sehingga

mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi.8 Selain itu, resin

komposit memiliki koefisien ekspansi termal tiga atau empat kali lebih besar daripada

koefisien ekspansi termal struktur gigi.1 Perbedaan koefisien ekspansi termal antara

struktur gigi dan resin komposit ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan

perubahan volume yang mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.3,9

2.4 Sistem Adhesif

Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke

(34)

Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang

menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu

kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding

agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan

beban melalui perlekatannya.38

Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin komposit pada jaringan

gigi adalah penggunaan teknik etsa asam dan bahan bonding adhesive.29 Buonocore

(1955), memperkenalkan konsep bonding dengan etsa asam yaitu memodifikasi

pembukaan email dengan menggunakan bahan yang bersifat asam.15,19

Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran

mikroskopik pada permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore

sehingga diperoleh ikatan fisik antara resin komposit dan email yang membentuk

retensi mikromekanis.14,15 Keberhasilan usaha tersebut telah mendorong para peneliti

untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah dietsa perlekatan

resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan

perlekatan terhadap permukaan email. Kesulitan ini disebabkan karena dentin

merupakan jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.15 Email

merupakan jaringan yang hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin

merupakan jaringan hidup yang terdiri dari komponen inorganik (45%), komponen

organik (33%), dan air.17 Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra

tubulus yang lembab dan heterogen.18 Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang

(35)

mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin yang menghalangi perlekatan.1,39

Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear

layer.40 Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan

dentin akibat preparasi dentin.17,40 Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga menurunkan permeabilitas dentin.40 Untuk

mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin untuk menyingkirkan smear

layer.15 Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear layer.7 Smear

layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan

peritubular dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding

sehingga terbentuk hybrid layer.33,40

Perkembangan sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8,

tetapi sistem adhesif yang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5,

generasi ke-6 dan generasi ke-7.15,16

Sistem adhesif generasi ke-4 menggunakan sistem adhesif total-etch sebagai

karakter utamanya, yaitu sistem adhesif etch three-step. Sistem adhesif

total-etch menggunakan asam phosphor selama 15-20 detik, asam ini secara bersamaan

menghasilkan efek pada email (pola pengetsaan) dan dentin (menyingkirkan seluruh

smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif.16,39-41

Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah

(36)

total-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch two-step. Sistem

adhesif ini disebut juga dengan one-bottle adhesive system karena merupakan

kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah

pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phosphor 35-37 % selama

15-20 detik.16,40

Sistem adhesif generasi ke-6 menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai

karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch two-step. Sistem adhesif ini

merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin

adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitivitas dan

untuk mencegah kolapsnya kolagen.16,40

Sistem adhesif generasi ke-7 juga menggunakan sistem adhesif self-etch

sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch one-step. Sistem adhesif ini

disebut juga dengan all-in-one adhesive system. Pada sistem adhesif ini bahan etsa,

primer, dan adhesif terdapat dalam satu kemasan sehingga hanya terdiri dari satu

tahap aplikasi.16,40

Generasi tersebut masing-masing mengandung 3 unsur utama yaitu :15

1. Bahan etsa

Bahan etsa asam menyebabkan permukaan gigi yang dietsa dengan bahan

yang bersifat asam menjadi kasar atau tidak rata. Bahan etsa dapat meningkatkan

kekasaran mikroskopik melalui dekalsifikasi permukaan enamel dengan pembuangan

kristal mineral prismatik dan interprismatik. Selain itu, bahan etsa juga dapat

meningkatkan energi bebas permukaan enamel untuk menghasilkan infiltrasi

(37)

permukaan dentin dengan melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan

intertubular dentin sehingga serabut tubulus dentin terbuka dan kolagen pada

intertubular dentin terekspose untuk inflitrasi monomer (pada sistem adehsif

total-etch) atau memodifikasi smear layer (pada sistem adhesif self-total-etch).Bahan etsa juga disebut sebagai bahan kondisioner karena fungsinya untuk mengkondisikan atau

memodifikasi struktur permukaan gigi agar dapat menerima bahan adhesif sehingga

dapat membentuk ikatan yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam

phosphor adalah bahan yang paling baik sebagai bahan etsa.15,40,42

2. Bahan Primer

Primer merupakan suatu monomer dengan viskositas rendah yang bersifat

hidrophilik, sehingga menyebabkan bahan ini mudah beradaptasi dengan permukaan

dentin yang juga bersifat hidrofilik. Proses priming menghasilkan suatu ikatan

kimiawi, yaitu interaksi intermolekuler antara gugus karboksil atau gugus fosfat dari

monomer bahan primer dengan kolagen (pada total-etch adhesive system) atau

dengan kristal hidroksiapatit yang melapisi kolagen (pada self-etch adhesive system).

Bahan adhesif biasanya tersedia dalam bentuk larutan dengan 60-80 % pelarut.

Contoh : BPDM / HEMA, HPDM / NTG-GMA, 4 META / MMA, glutaraldehyde.15

3. Bahan Bonding (resin adhesif)

Bahan resin adhesif umumnya bersifat hidrophobik dan kompatibel dengan

primer dan resin komposit.15 Perlekatan resin adhesif yang terpolimerisasi dengan

fibril kolagen (pada sistem total-etch) dan sisa kristal hidroksiapatit (pada sistem

(38)

dapat berupa resin konvensional, contohnya Bis-GMA/TEGMA, yang kompatibel

dengan primer dan resin komposit.15

Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif

dapat dibagi atas empat kategori yaitu :15

1. Total-etch adhesive system

Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,43 antara lain :

a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan

dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif.

Bahan primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component).15

Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin

secara bersamaan menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik.

Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban

dentin sulit dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk

lebih rendah dari perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.40

b. Two-step total-etch adhesive

Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle

component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu

tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin

adhesif.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan

dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai

(39)

2. Self-etch adhesive system

Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa.43 Bahan etsa

dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :

a. Two-step self-etch adhesive

Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian

dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif

generasi ke-6.16 Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan

larutan aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah

resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya adalah larutan harus

diperbaharui secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat

dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang

dapat diramalkan dibandingkan dengan larutan asam phosphor, karena asam yang

digunakan lebih lemah.40

b. One-step self-etch adhesive (all in one)

Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga

hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi

ke-7.16

One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan

aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi

dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.

(40)

sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin

dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini

dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi,

jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi

(pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan

rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya

mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Restorasi RK Klas V

Masalah : - Hipomineralisasi email

- Cairan sulkus gingival

- Kontraksi polimerisasi RK

Perlekatan RK terganggu

Upaya pencegahan

SISTEM ADHESIF

Total-Etch • Menyingkirkan seluruh Self-Etch

smear layer

• Membuka tubulus dentin secara keseluruhan

• Melarutkan seluruh hidroksiapatit

• Jaringan kolagen terekspose

• Lapisan hibrid dalam

Memodifikasi smear layer

• Tidak membuka tubulus dentin secara keseluruhan

• Melarutkan sebagian hidroksiapatit

• Jaringan kolagen tidak terekspose

• Lapisan hibrid dangkal

Resin Komposit Resin Komposit

Flowable Packable Flowable Packable

Daya alir tinggi

Kebocoran mikro ?? Kebocoran mikro ↓ Kebocoran mikro ?? Kebocoran mikro ↑

(42)

Restorasi resin komposit klas V sering mengalami kegagalan karena adanya

cairan sulkus gingiva dan terjadi hipomineralisasi email pada daerah servikal. Resin

komposit memiliki kekuatan perlekatan yang berbeda terhadap email dan dentin,

dimana perlekatannya lebih kuat terhadap email, namun karena terjadi

hipomineralisasi email, resin komposit akan berikatan dengan dentin yang

menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih lemah dibandingkan dengan perlekatan

terhadap email. Selain itu, sifat semua bahan restorasi berbahan dasar resin yaitu

terjadinya pengerutan selama polimerisasi. Ketiga hal ini dapat menyebabkan

perlekatan resin komposit terhadap struktur gigi menjadi terganggu sehingga dapat

terbentuk celah di antara bahan restorasi dan permukaan struktur gigi.

Untuk mencapai keberhasilan restorasi dan mendapatkan tepi restorasi yang

bebas celah, maka penggunaan bahan adhesif sangat diperlukan. Bahan adhesif

total-etch two-step menggunakan asam phosphor 37 % yang akan membuang smear layer

secara keseluruhan pada permukaan dentin, akibatnya tubulus dentin menjadi terbuka.

Sifat asamnya yang kuat dapat melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan

intertubular dentin di sekitar kolagen sehingga jaringan kolagen menjadi terekspose.

Bahan primer akan masuk ke dalam tubulus dentin dan ke sekitar serabut kolagen

yang terbuka, kemudian resin akan berpenetrasi ke dalam jaringan kolagen dan akan

menghasilkan mechanical interlocking dengan dentin untuk membentuk hybrid layer.

Sistem adhesif self-etch one-step merupakan penggabungan ketiga langkah

dalam sistem adhesif yaitu etsa, primer, dan bonding sekaligus dalam satu botol,

sehingga sistem ini lebih sederhana dibandingkan dengan sistem adhesif total-etch

(43)

substrat gigi. Asam bersama primer akan mendemineralisasi permukaan dentin dan

secara simultan akan mengisi ke dalam daerah yang terdemineralisasi dan

memodifikasi smear layer tanpa membuka tubulus dentin.

Selanjutnya pada restorasi dilakukan pengamatan terhadap kebocoran mikro

dengan menggunakan metode penetrasi zat warna untuk melihat apakah ada

perbedaan kebocoran mikro antara keempat kelompok perlakuan.

3.2 Hipotesis Penelitian

Dari uraian yang telah disebutkan, maka hipotesis untuk penelitian ini yaitu

ada perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif total-etch two-step dan

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Eksperimental Laboratorium Komparatif

4.2 Tempat dan Waktu

Tempat :

a. Departemen Konservasi Gigi FKG USU Medan

b. Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan

Waktu :

Desember 2008 – Februari 2009

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.

b. Sampel

Gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dan

diperoleh dari praktek dokter gigi di kota Medan, dengan kriteria sampel sebagai

berikut :

- Tidak ada karies

- Tidak ada fraktur

- Belum pernah direstorasi

(45)

4.4 Besar Sampel

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chimello et al. (2002) dan Yazici

et al. (2003), maka besar sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 40 buah

gigi premolar atas.1,3 Gigi premolar tersebut dibagi menjadi empat kelompok

perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 sampel.

- Kelompok I :

Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin

komposit flowable (10 sampel).

- Kelompok II:

Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin

komposit flowable (10 sampel).

- Kelompok III :

Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin

komposit packable (10 sampel).

- Kelompok IV :

Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin

(46)

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel tergantung

Kebocoran mikro dengan

metode penetrasi zat warna

Variabel tak terkendali

- Keberadaan smear layer

- Kontraksi polimerisasi resin

komposit

- Variasi struktur anatomi gigi P

atas

- Ketajaman mata bur

- Ketajaman diamond disc

- Kecepatan mata bur

- Masa/jangka waktu pencabutan

gigi P atas sampai perlakuan

- Masa/jangka waktu perlakuan

sampel sampai pengamatan

kebocoran mikro Variabel terkendali

- Gigi P atas yang diekstraksi untuk

keperluan ortodonti

- Perendaman gigi P atas dalam saline

setelah ekstraksi

- Desain dan ukuran preparasi kavitas klas V

- Jenis dan bentuk mata bur : diamond

berbentuk bulat, inverted, dan silindris

- Jangka waktu aplikasi bahan adhesif

- Jangka waktu penyinaran light cured

- Arah penyinaran light cured  tegak lurus

terhadap permukaan bahan tambalan

- Cara peletakan resin komposit 

incremental

- Suhu dan proses thermocycling

- Jangka waktu perendaman dalam zat warna

- Jenis bur polish Variable bebas

- Sistem adhesif total-etch two-step

- Sistem adhesif self-etch one-step

- Resin komposit flowable

(47)

a. Variabel Bebas

- Sistem adhesif total-etch two-step

- Sistem adhesif self-etch one-step

- Resin komposit flowable

- Resin komposit packable

b. Variabel Tergantung

Kebocoran mikro dengan metode penetrasi zat warna

c. Variabel Terkendali

- Gigi P atas

- Perendaman gigi P atas dalam saline setelah ekstraksi

- Desain dan ukuran preparasi kavitas klas V

- Jenis dan bentuk mata bur : diamond berbentuk bulat, inverted, dan silindris

- Jangka waktu aplikasi bahan adhesif

- Jangka waktu penyinaran light cured

- Arah penyinaran light cured tegak lurus terhadap permukaan bahan tambalan

- Cara peletakan resin komposit incremental

- Suhu dan proses thermocycling

- Jangka waktu perendaman dalam zat warna

- Jenis bur polish

d. Variabel Tak Terkendali

- Keberadaan smear layer

- Kontraksi polimerisasi resin komposit

(48)

- Ketajaman mata bur

- Ketajaman diamond disc

- Kecepatan mata bur

- Masa / jangka waktu pencabutan gigi P atas sampai perlakuan

- Masa / jangka waktu preparasi sampai pengamatan kebocoran mikro

4.6 Definisi Operasional

- Kavitas klas V adalah kavitas yang terdapat pada daerah servikal gigi yang

dapat mengenai daerah email dan dentin atau sementum baik pada permukaan fasial

maupun lingual.

- Resin komposit packable adalah resin komposit yang mengandung

komposisi filler yang tinggi dan komposisi resin yang lebih rendah sehingga dapat

menyebabkan kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat.

- Resin komposit flowable adalah resin komposit yang mengandung

komposisi filler yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak sehingga

menyebabkan bahan ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau

kekentalannya cukup rendah.

- Sistem adhesif total-etch two-step adalah sistem adhesif yang menggunakan

asam phosphor untuk menyingkirkan smear layer secara keseluruhan dan membuka

tubulus dentin dan terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing yang

(49)

- Sistem adhesif self-etch one-step (all in one) adalah sistem adhesif yang

ketiga unsur utamanya yaitu bahan etsa, primer, dan bonding terdapat dalam satu

kemasan sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.

- Kebocoran mikro merupakan jalan masuk bakteri, cairan, atau molekul

diantara dinding kavitas dan bahan restorasi.

- Kebocoran mikro diamati dengan melihat penetrasi zat warna fuchsin red

0,5 % pada tepi restorasi melalui stereomikroskop (Prior) pembesaran 40 x.

- Derajat kebocoran mikro ditentukan dengan mengamati perluasan fuchsin

red 0,5 % pada sisi yang terpanjang sepanjang tepi restorasi dan dinilai dengan menggunakan sistem penilaian standar pada skor 0-3 (Yazici), dimana :1

0 = tidak ada penetrasi zat warna

1 = penetrasi zat warna mencapai ½ kedalaman kavitas

2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman kavitas tanpa mencapai

dinding aksial kavitas

3 = penetrasi zat warna mencapai dinding aksial kavitas

4.7 Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Penelitian :

- Diamond bur

- Bur polis

- Sonde lurus dan plastis instrument

- Pinset

(50)

- Alat thermocycling dan termometer

- Lampu spiritus

- Bais

- Stereomikroskop (Prior) pembesaran 40 x - Diamond disc

- Stopwatch

- Spuit 5 ml untuk irigasi

- Pus-pus untuk mengeringkan kavitas

- Cotton pellet - Glass slab

- Jangka dan mistar

Gambar 3. Alat Penelitian I : A. Alat thermocycling pada suhu 550C, B. Alat thermocycling pada suhu 50C, C. Visible Light Curing Unit

A B

(51)

b. Bahan Penelitian :

- Resin komposit flowable (Estelite Flow Quick)

- Resin komposit packable (Filtek P60, 3M, ESPE)

Gambar 4. Stereomikroskop (Prior)

Gambar 5. Alat penelitian II : A. Pus-pus, B. Mistar, C.Semen Spatula, D. Plastis Instrumen, E. Semen Stopper, F. Sonde Lurus, G. Pinset, H. Jangka, I. Bur polish, J. Aplikator bahan adhesif, K. Diamond disc, L. Diamond Bur (round, silindris, inverted), M. Spuit

A B

C D

E

F G

H

I J

K L

(52)

- Self-etch one-step(Bond Force)

- Total-etch (Scotchbond)

- Bonding (Single Bonding)

- Saline untuk penyimpanan sampel penelitian

- Wax

- Cat kuku

- Sticky wax

- Fuchsin red 0,5 %

4.8 Prosedur Penelitian

a. Pembuatan Sampel

Sampel sebanyak 40 buah gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk

keperluan ortodonti, dimasukkan ke dalam larutan saline (gambar7). Kemudian Gambar 6. Bahan Penelitian : A. Bonding

(Single Bond), B. Bahan etsa (Etchant, 3M), C. Self-etch (Bond Force), D. Resin komposit packable (Filtek P60), E. Resin komposit flowable (Estelite Flow)

A B C

D

(53)

sampel dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10

sampel.

b. Perlakuan sampel penelitian

1. Preparasi Sampel

Outline form desain restorasi klas V digambar pada permukaan bukal seluruh

sampel dengan bantuan jangka dan mistar untuk mendapatkan ukuran yang akurat,

dengan jarak okluso-gingival 2 mm, jarak mesio-distal 3 mm dengan tepi servikal

berada 1 mm di atas cemento-enamel junction (gambar 8). Preparasi dilakukan

dengan menggunakan diamond bur berbentuk bulat dan inverted dengan kecepatan

tinggi (gambar 9). Mata bur ditandai terlebih dahulu untuk mendapatkan kedalaman

preparasi sebesar 2 mm.1

(54)

2. Restorasi Sampel

Permukaan bukal yang telah dipreparasi, dicuci dan dikeringkan. Kelompok I

dan III dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif total-etching. Bahan etsa asam

phosphor 37% diaplikasikan selama 15 detik (gambar 10). Bahan asam ini pertama

kali diaplikasikan pada margin email dan selanjutnya diperluas dari arah superfisial

ke dentin yang lebih dalam, kavitas dicuci selama 15 detik (gambar 11), dikeringkan

dengan kertas penghisap atau kapas untuk menjaga kelembaban kavitas (gambar 12).

Pada permukaan yang telah dietsa diaplikasikan bahan bonding dengan menggunakan

sikat khusus (gambar 13), kemudian light-cured selama 20 detik (gambar 14). Pada

kelompok II dan IV dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif self-etch one-step.

Bahan self-etch one-step diaplikasikan selama 15 detik (gambar 15), keringkan

dengan kertas penghisap atau kapas, dan light-cured selama 10 detik (gambar 16).

Pada kelompok I dan II diaplikasikan resin komposit flowable menggunakan

teknik incremental (gambar 17), dan setiap lapis harus disinari selama 10 detik Gambar 8. Ukuran preparasi kavitas

(55)

(gambar 18). Pada kelompok III dan IV diaplikasikan resin komposit packable

menggunakan teknik incremental (gambar 19), dan setiap lapis di light-cured selama

20 detik (gambar 2).

Seluruh sampel yang telah direstorasi disimpan selama 24 jam dalam saline

pada suhu 370C kemudian restorasi dipolis dengan mengunakan bur polish.

Gambar 9. Preparasi kavitas klas V dengan diamond bur berkecepatan tinggi

Gambar 10. Aplikasi etsa (Scotchbond) selama 15 detik

Gambar 11. Pencucian bahan etsa selama 15 detik

(56)

Gambar 13. Aplikasi Primer/Bonding (Single Bond)

Gambar 14. Light cure Primer/Bonding selama 20 detik

Gambar 15. Aplikasi self-etch (Bond Force) selama 15 detik

Gambar 16. Light cure self-etch selama 10 detik

Gambar 17. Aplikasi resin komposit flowable (Estelite Flow)

(57)

3. Proses Thermocycling

Seluruh sample tersebut dilakukan proses thermocycling 200 putaran pada

temperatur 50C (gambar 21) dan 550C (gambar 22) dengan didiamkan pada

masing-masing temperatur selama 30 detik dan waktu transfer 10 detik.1 Gambar 19. Aplikasi resin komposit

packable (Filtek P60)

Gambar 20. Light cure resin komposit packable selama 20 detik layer by layer

Gambar 22. Proses thermocycling pada suhu 550C

(58)

4. Perendaman dalam Larutan Fuchsin red 0,5 %

Apex seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax dan seluruh permukaan gigi

dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali permukaan restorasi dan 1 mm di sekitar tepi

restorasi, kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket

(gambar 23D). Setelah itu dilakukan perendaman dalam larutan fuchsin red 0,5 %

selama 24 jam pada suhu 370C (gambar 24). Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan

dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.1,44

5. Pengukuran Kebocoran Mikro

Semua sampel dipotong secara longitudinal melalui bagian tengah restorasi

menggunakan diamond disc dengan menempatkan gigi pada bais (gambar 26).

Gambar 23. Gambar 24. Perendaman sampel dalam

zat warna fuchsin red 0,5% selama 24 jam

A

B C

(59)

Pengamatan kebocoran mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna

fuchsin red 0,5 % pada tepi restorasi melalui stereomikroskop pembesaran 40 x (gambar 27). Pengukuran dilakukan oleh dua orang untuk menghindari subjektifitas.

Derajat kebocoran mikro ditentukan dengan mengamati perluasan fuchsin red 0,5 %

dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan menggunakan

sistem penilaian standard dengan skor 0-3 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

Yazici et al. (gambar 28).1,44,45

Gambar 28. Sketsa penetuan skor kebocoran mikro berdasarkan dalamnya Gambar 25. Gambaran pemotongan

sampel

Gambar 26. Pemotongan gigi dengan diamond disc secara longitudinal

(60)

Pemilihan sisi dengan penetrasi zat warna yang terpanjang akan menunjukkan

sampai sejauh mana kebocoran mikro yang terjadi sehingga hasil yang diperoleh

benar-benar menunjukkan kemampuan bahan restorasi dan sistem adhesif tersebut

dalam memberikan penutupan kavitas yang optimal.

4.9 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa secara nonparametrik dengan menggunakan uji

Kruskal Wallis Test untuk melihat perbedaan diantara seluruh kelompok perlakuan terhadap kebocoran mikro dan uji Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan

diantara kelompok I dan II, kelompok I dan III, kelompok I dan IV, kelompok II dan

III, kelompok II dan IV, serta kelompok III dan IV pada restorasi klas V dengan

menggunakan sistem adhesif yang berbeda yaitu total-etch two-step dan self-etch

Gambar

Gambar 1. Restorasi kavitas klas V  28
Gambar 3. Alat Penelitian I : A. Alat thermocycling pada suhu 55C, B. Alat thermocycling pada suhu 50C, C
Gambar 5. Alat penelitian II : A. Pus-pus, B.  Mistar, C.Semen Spatula, D. Plastis
Gambar 6. Bahan Penelitian : A.  Bonding (Single Bond), B. Bahan etsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Silorane System Adhesive) dengan resin komposit silorane (

Hikmah Nurmasitah : Sistem Adhesif All-In-One Pada Restorasi Resin Komposit, 2004... Hikmah Nurmasitah : Sistem Adhesif All-In-One Pada Restorasi Resin

Kesimpulan penelitian ini tidak ada perbedaan SDR dan resin flowable dalam mengurangi celah mikro, namun penggunaan intermediate layer pada restorasi Klas V

Kekuatan Rekat Restorasi Komposit Resin Pada Permukaan Dentin Dengan Sistem Adhesif Self-Etch Dalam Berbagi Temperatur.. Deliperi S, Bardwell DN,

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan kebocoran mikro restorasi inlei resin komposit menggunakan resin semen dual cure yang berbeda, maka dapat disimpulkan tidak

One-step self-etch adhesive meskipun pada dasarnya digunakan sebagai bonding untuk penumpatan resin komposit, namun kelebihan lain yang dimiliki bahan tersebut juga

Berdasarkan landasan teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis dari penelitian ini bahwa ada pengaruh waktu aplikasi home bleaching terhadap kebocoran mikro pada

Untuk melihat perbedaan hasil pengukuran kebocoran mikro restorasi resin komposit dari aplikasi dan tanpa aplikasi resin komposit flowable dengan teknik penyinaran