PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT
FLOWABLE DAN PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH TWO-STEP DAN
SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V
(PENELITIAN IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
oleh :
PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2009
Putri Rezeki Yana
Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable
dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch
One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)
xii + 76 halaman
Restorasi resin komposit pada daerah servikal sering mengalami kesulitan
karena sedikitnya enamel pada daerah servikal gigi. Oleh karena itu, kebocoran mikro
sangat sering terjadi pada restorasi kavitas klas V. Kebocoran mikro dapat terjadi
karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah dibandingkan
dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel. Selain itu, kebocoran mikro juga
dipengaruhi oleh adanya pengerutan resin komposit selama polimerisasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui perbedaan kebocoran mikro pada
restorasi resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan sistem adhesif
total-etch two-step dan self-etch one-step.
Sampel berjumlah 40 buah gigi premolar maksila disimpan dalam larutan
saline kemudian dilakukan preparasi kavitas klas V, lalu seluruh sampel dibagi ke dalam empat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10 sampel yaitu,
kelompok I diaplikasikan sistem adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan
dan direstorasi dengan resin komposit flowable, kelompok III diaplikasikan sistem
adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan resin komposit packable, dan
kelompok IV diaplikasikan sistem adhesif self-etch one-step dan direstorasi dengan
resin komposit packable. Selanjutnya dilakukan proses thermocycling 200 putaran
pada suhu 50C dan 550C selama 30 detik. Untuk mengevaluasi kebocoran mikro
digunakan teknik penetrasi dye dengan larutan fuchsin red 0,5%. Sampel diamati di
bawah stereomikroskop dengan pembesaran 40x setelah dipotong secara longitudinal
dengan diamond disc, kemudian panjang penetrasi zat warna yang diamati diberi skor
0-3, dimana skor 0 = tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 = penetrasi zat warna
mencapai ½ kedalaman kavitas, skor 2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman
kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas, dan skor 3 = penetrasi zat warna
mencapai dinding aksial kavitas.
Hasil pengamatan kebocoran mikro pada kelompok I diperoleh 8 sampel yang
berskor 1, 1 sampel yang berskor 2, dan 1 sampel yang berskor 3, pada kelompok II
diperoleh 4 sampel yang berskor 1, 2 sampel yang berskor 2, dan 4 sampel yang
berskor 3, pada kelompok III diperoleh 1 sampel yang berskor 1, 6 sampel yang
berskor 2, dan 3 sampel yang berskor 3, dan pada kelompok IV diperoleh 2 sampel
yang berskor 1, 3 sample yang berskor 2, dan 5 sampel yang berskor 3. Data yang
diperoleh dianalisis dengan Kruskal-Wallis Test dan hasilnya terdapat perbedaan
yang signifikan (p < 0,05) diantara keempat kelompok perlakuan. Kemudian
dilakukan uji analisis dengan Mann-Whitney Test dan hasilnya terdapat perbedaan
yang signifikan (p < 0,05) diantara kelompok I dan III serta antara kelompok I dan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah seluruh sampel yang diamati pada
penelitian ini mengalami kebocoran mikro dengan skor yang berbeda-beda dan
terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi
kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
flowable dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit packable serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit flowable dengan sistem
adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable. Selain itu juga terdapat
perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi
kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
flowable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif
total-etch two-step dan resin komposit packable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif self-etch one-one-step dan resin
komposit packable, serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
packable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable.
PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN
PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH TWO-STEP DAN SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V
(PENELITIAN IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
oleh :
PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 2 APRIL 2009
OLEH : Pembimbing
Cut Nurliza, drg., M.Kes NIP : 131 123 786
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatra Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul
PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT FLOWABLE DAN PACKABLE DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH
TWO-STEP DAN SELF-ETCH ONE-STEP PADA RESTORASI KLAS V (PENELITIAN IN VITRO)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
PUTRI REZEKI YANA NIM : 050600083
Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 2 April 2009
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Cut Nurliza, drg., M.Kes NIP : 131 123 786
Anggota tim penguji lain
Nevi Yanti, drg., M.Kes Wandania Farahanny, drg NIP : 131 996 178 NIP : 132 306 493
Medan, 2 April 2009 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Ketua,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatra Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada
kedua orang tua tercinta, Ayah (Alm.H.Muhammad Yusuf) dan Ibu (Hj. Rohana)
yang selalu memberikan bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis dan juga kepada Paman (Muhammad Nur) yang telah setia
membantu penulis demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian sehingga penulis
dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian serta penulisan skripsi ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas
dukungan dan semangat yang telah diberikan oleh abang dan kakak tersayang (Yenni,
Yusnah, Azizah, Nazar), Bunda, Om Syafaruddin, serta kelurga besar penulis.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K), selaku Dekan Fakultas
2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K), selaku Ketua Departemen
Ilmu Konservasi Gigi Universitas Sumatra Utara atas saran dan bantuannya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Cut Nurliza, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM, selaku penasehat akademik yang
telah banyak memberikan nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Konsrvasi Gigi
Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan saran dalam menyempurnakan
skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatra Utara.
7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara yang telah meluangkan waktu
untuk membeikan bimbingan dalam pelaksanaan analisa statistik hasil penelitian.
8. Sahabat-sahabat tersayang penulis di FKG Bunga, Mia, Riris, Ana, Ayu,
Fania, Defrina, Tiwi dan semua teman-teman stambuk 2005 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat alumni SMUN 1 Langsa, Ipit, Ahyat, Eka, Kamil, Kairol,
Dinda, Kak Rissa, Rifka, Frisca, Rahmi, dan semuanya terima kasih atas semangat
dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan mohon maaf apabila ada
kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan dan pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, Maret 2009
Penulis
(Putri Rezeki Yana)
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebocoran Mikro pada Kavitas Klas V ... 8
2.2 Resin Komposit ... 9
2.3 Polimerisasi Resin Komposit ... 14
2.4 Sistem Adhesif ... 14
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 27
4.6 Definisi Operasional... 29
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 30
4.8 Prosedur Penelitian ... 33
4.9 Analisa Data... 41
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 42
BAB 6 PEMBAHASAN ... 51
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Skor Kebocoran dengan penetrasi zat warna pada keempat
kelompok perlakuan... 43
2. Hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis Test... 48
3. Hasil uji statistik dengan Mann-Whiitney Test... 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Restorasi kavitas klas V ... 9
Gambar 2 Kebocoran mikro bakteri, toksin, cairan, dan molekul ke dalam celah marginal... 9
Gambar 3 Alat Penelitian I... 31
Gambar 4 Stereomikroskop Prior... 32
Gambar 5 Alat penelitian II... 32
Gambar 6 Bahan Penelitian... 33
Gambar 7 Perendaman sampel dalam larutan normal saline... 34
Gambar 8 Ukuran preparasi kavitas klas V... 35
Gambar 9 Preparasi kavitas klas V dengan diamond bur berkecepatan tinggi... 36
Gambar 10 Aplikasi etsa (Scotchbond) selama 15 detik... 36
Gambar 11 Pencucian bahan etsa selama 15 detik... 36
Gambar 12 Pengeringan dengan kapas... 36
Gambar 13 Aplikasi Primer/Bonding (Single Bond)... 37
Gambar 14 Light cure Primer/Bonding selama 20 detik... 37
Gambar 15 Aplikasi self-etch (Bond Force) selama 15 detik... 37
Gambar 16 Light cure self-etch selama 10 detik... 37
Gambar 17 Aplikasi resin komposit flowable (Estelite Flow)... 37
Gambar 19 Aplikasi resin komposit packable (Filtek P60)... 38
Gambar 20 Light cure resin komposit packable selama 20 detik... 38
Gambar 21 Proses thermocycling pada suhu 50C... 38
Gambar 22 Proses thermocycling pada suhu 550C... 38
Gambar 23 Persiapan perendaman sampel... 39
Gambar 24 Perendaman sampel dalam zat warna fuchsin red 0,5% selama 24 jam... 39
Gambar 25 Gambaran pemotongan sampel... 40
Gambar 26 Pemotongan gigi dengan diamond disc secara longitudinal... 40
Gambar 27 Pengamatan sampel di bawah stereomikroskop pembesaran 40x... 40
Gambar 28 Sketsa penetuan skor kebocoran mikro berdasarkan dalamnya penetrasi zat warna... 40
Gambar 29 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit flowable dan sistem adhesif total-etch two-step... 44
Gambar 30 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit flowable dan sistem adhesif self-etch one-step... 45
Gambar 31 Hasil foto stereomikroskop restorasi klas V resin komposit packable dan sistem adhesif total-etch two-step... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Alur pikir... 68
Lampiran 2 Skema penelitian... 70
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2009
Putri Rezeki Yana
Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable
dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch
One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)
xii + 76 halaman
Restorasi resin komposit pada daerah servikal sering mengalami kesulitan
karena sedikitnya enamel pada daerah servikal gigi. Oleh karena itu, kebocoran mikro
sangat sering terjadi pada restorasi kavitas klas V. Kebocoran mikro dapat terjadi
karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah dibandingkan
dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel. Selain itu, kebocoran mikro juga
dipengaruhi oleh adanya pengerutan resin komposit selama polimerisasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui perbedaan kebocoran mikro pada
restorasi resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan sistem adhesif
total-etch two-step dan self-etch one-step.
Sampel berjumlah 40 buah gigi premolar maksila disimpan dalam larutan
saline kemudian dilakukan preparasi kavitas klas V, lalu seluruh sampel dibagi ke dalam empat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10 sampel yaitu,
kelompok I diaplikasikan sistem adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan
dan direstorasi dengan resin komposit flowable, kelompok III diaplikasikan sistem
adhesif total-etch two-step dan direstorasi dengan resin komposit packable, dan
kelompok IV diaplikasikan sistem adhesif self-etch one-step dan direstorasi dengan
resin komposit packable. Selanjutnya dilakukan proses thermocycling 200 putaran
pada suhu 50C dan 550C selama 30 detik. Untuk mengevaluasi kebocoran mikro
digunakan teknik penetrasi dye dengan larutan fuchsin red 0,5%. Sampel diamati di
bawah stereomikroskop dengan pembesaran 40x setelah dipotong secara longitudinal
dengan diamond disc, kemudian panjang penetrasi zat warna yang diamati diberi skor
0-3, dimana skor 0 = tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 = penetrasi zat warna
mencapai ½ kedalaman kavitas, skor 2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman
kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas, dan skor 3 = penetrasi zat warna
mencapai dinding aksial kavitas.
Hasil pengamatan kebocoran mikro pada kelompok I diperoleh 8 sampel yang
berskor 1, 1 sampel yang berskor 2, dan 1 sampel yang berskor 3, pada kelompok II
diperoleh 4 sampel yang berskor 1, 2 sampel yang berskor 2, dan 4 sampel yang
berskor 3, pada kelompok III diperoleh 1 sampel yang berskor 1, 6 sampel yang
berskor 2, dan 3 sampel yang berskor 3, dan pada kelompok IV diperoleh 2 sampel
yang berskor 1, 3 sample yang berskor 2, dan 5 sampel yang berskor 3. Data yang
diperoleh dianalisis dengan Kruskal-Wallis Test dan hasilnya terdapat perbedaan
yang signifikan (p < 0,05) diantara keempat kelompok perlakuan. Kemudian
dilakukan uji analisis dengan Mann-Whitney Test dan hasilnya terdapat perbedaan
yang signifikan (p < 0,05) diantara kelompok I dan III serta antara kelompok I dan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah seluruh sampel yang diamati pada
penelitian ini mengalami kebocoran mikro dengan skor yang berbeda-beda dan
terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi
kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
flowable dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit packable serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit flowable dengan sistem
adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable. Selain itu juga terdapat
perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) terhadap kebocoran mikro dari restorasi
kavitas klas V yaitu antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
flowable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif
total-etch two-step dan resin komposit packable, antara sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable dengan sistem adhesif self-etch one-one-step dan resin
komposit packable, serta antara sistem adhesif total-etch two-step dan resin komposit
packable dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit packable.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin komposit secara luas telah digunakan untuk merestorasi lesi karies di
daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut
untuk berikatan dengan struktur gigi.Akan tetapi, restorasi resin komposit pada karies
servikal sering mengalami kegagalan.1 Hal ini berdasarkan pada laporan Ozel et al.
(2008) yang menyatakan bahwa kebocoran mikro paling banyak terjadi pada gingival
level yaitu pada dentin atau sementum.2 Kapian (1993) cit. Chimello et al. (2002)
mengatakan bahwa adaptasi marginal resin komposit pada kavitas klas V menjadi
lebih sulit karena sedikit atau tidak adanya enamel pada tepi servikal.3 Hal ini
disebabkan karena kekuatan perlekatan resin komposit terhadap dentin lebih lemah
dibandingkan dengan perlekatan resin komposit terhadap enamel sehingga
menyebabkan terjadinya kebocoran mikro diantara permukaan gigi dan material
restorasi.1 Selain itu, adanya cairan sulkus gingival juga merupakan salah satu
penyebab kegagalan restorasi resin komposit pada daerah servikal.4
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebocoran
mikro dengan pengerutan resin komposit pada restorasi klas V.5 Menurut Sensi et al.
(2004), tekanan pengerutan resin komposit selama polimerisasi akan menghasilkan
kekuatan yang bersaing dengan kekuatan perlekatan, sehingga dapat mengganggu
pengikatan terhadap dinding kavitas, hal ini merupakan salah satu penyebab utama
(1994) cit. Siswadi (1999), kontraksi polimerisasi dapat menyebabkan terbentuknya
celah (gap) yang dapat mengurangi kerapatan tepi, timbulnya rasa sakit setelah
penumpatan, terjadinya karies sekunder, dan tidak didapatnya titik kontak.7 Kontraksi
polimerisasi merupakan masalah terbesar pada semua material restorasi berbahan
dasar resin.5,8 Selain itu, perbedaan koefisien ekspansi termal antara struktur gigi dan
resin komposit dapat menyebabkan terjadinya perbedaan perubahan volume yang
mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.3,9 Feilzer et al. (1988) cit Bala (2003)
mengatakan penyusutan saat polimerisasi dan perbedaan koefisien ekspansi termal
dari material resin komposit diperkirakan sebagai penyebab utama dari terjadinya
kebocoran mikro.9
Menurut Kidd (1976) cit Yalcin et al. (2006), kebocoran mikro merupakan
jalan masuk bakteri, cairan, atau molekul melalui celah diantara dinding kavitas dan
bahan restorasi.10 Infilltrasi marginal cairan-cairan mulut, bakteri, molekul-molekul,
dan ion-ion melalui kebocoran mikro merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya
perkembangan karies rekuren, diskolorasi marginal, hipersensitivitas post operatif,
dan penyakit pulpa.3,11
Sehubungan dengan karakteristik resin komposit yaitu adanya pengkerutan
selama polimerisasi, maka keberhasilan restorasi resin komposit pada dasarnya juga
tergantung pada adhesif atau perlekatan yang efektif dan tahan lama pada struktur
enamel dan dentin.12 Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya
kebocoran mikro antara permukaan gigi dan resin komposit, salah satunya adalah
penggunaan dentin bonding agents yang efektif untuk mengurangi kebocoran mikro
seluruhnya.13 Vargas et al. (1994) mengatakan bahwa bahan adhesif dentin digunakan
untuk mengatasi kekurangan resin komposit dalam membentuk ikatan antara struktur
gigi dengan resin komposit. Ikatan tersebut diharapkan lebih kuat dari kontraksi
polimerisasi sehingga dapat mengurangi terbentuknya celah.7 Untuk memperoleh
suatu perlekatan yang baik, monomer-monomer adhesif dentin harus dapat
berpenetrasi ke dalam jaringan kolagen.14 Anna et al. (1985) cit. Siswadi (1999)
menyatakan bahwa kebocoran tepi gingiva dapat dikurangi secara bermakna dengan
memakai bahan adhesif dentin yang tepat dan dengan teknik yang tepat.7
Sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8, tetapi sistem
adhesif yang sekarang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5, generasi
ke-6, dan generasi ke-7, dimana keempat generasi tersebut masing-masing
mengandung 3 unsur utama yaitu bahan etsa, primer dan bahan adhesif.15,16
Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat
dibagi atas empat kategori yaitu total-etch three-step adhesive system, total-etch
two-step adhesive system, self-etch two-two-step adhesive system dan self-etch one-two-step adhesive system.15
Pada penelitian ini peneliti menggunakan sistem adhesif yang berbeda yaitu
total-etch two-step dan self-etch one-step untuk melihat keefektifan kedua bahan
adhesif ini dalam mencegah terjadinya kebocoran mikro. Pada sistem adhesif
total-etch, seluruh smear layer akan disingkirkan dan serat kolagen akan terpapar akibat etsa asam sehingga dapat menciptakan kondisi yang baik untuk retensi mikromekanis
melalui infiltrasi monomer resin, tetapi penyingkiran seluruh smear layer dari
Untuk mengatasi hal tersebut, digunakan bahan etsa dengan tingkat keasaman yang
rendah (pada sistem self-etch) sehingga smear layer tidak disingkirkan tetapi
dimodifikasi dan digunakan sebagai substrat perlekatan.19,20 Self-etch one-step
adhesive merupakan alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi self-etch one-step adhesive
adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah
yang dibutuhkan dalam prosedur bonding. Sistem adhesif self-etch one-step
mengeliminasi prosedur pencucian sehingga sistem ini lebih sederhana untuk
digunakan serta dapat mengurangi sensitivitas teknik.21
Dalam usaha untuk meningkatkan adaptasi bahan restorasi, suatu bahan
restorasi resin komposit tipe baru telah dikembangkan, yaitu resin komposit flowable.
Ferdianakis (1998) cit. Cilli et al. (2000) melakukan penelitian terhadap kebocoran
mikro pada restorasi klas I. Hasilnya terdapat pengurangan yang bermakna pada
kebocoran mikro dengan meggunakan resin komposit flowable dibandingkan dengan
resin komposit konvensional.22
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengamati kebocoran mikro dari
berbagai jenis resin komposit dengan menggunakan sistem adhesif self-etch dan
total-etch pada restorasi kelas V. Owens, Johnson dan Harris (2004) melakukan penelitian
untuk membandingkan kebocoran mikro resin komposit packable dengan
menggunakan sistem adhesif self-etch dan total-etch pada restorasi klas V. Dari
penelitian tersebut diperoleh bahwa sistem adhesif total-etch menunjukkan kebocoran
mikro (pada email) yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan sistem
Selain itu, Owens dan Johnson (2006) juga melakukan penelitian in vitro
untuk mengevaluasi kebocoran mikro dari resin komposit packable dengan
menggunakan sistem adhesif self-etch pada restorasi klas V. Dari penelitian tersebut
dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap kebocoran mikro
pada daerah tepi mahkota dan apikal antara kelompok yang menggunakan sistem
adhesif dan kelompok kontrol (tanpa aplikasi sistem adhesif).24
Chimello et al. (2002) juga melakukan penelitian untuk membandingkan
kebocoran mikro antara resin komposit flowable dan packable dengan menggunakan
teknik total-etch dan self-etching primer. Hasilnya, kebocoran mikro pada restorasi
resin komposit flowable tidak jauh berbeda dibandingkan dengan resin komposit
packable.3
Yazici, Baseren, dan Dayanga (2003) menyimpulkan dari hasil penelitiannya
bahwa resistensi dari resin komposit flowable terhadap kebocoran mikro tidak jauh
berbeda dengan resin komposit packable.1 Beznos (2001) mengatakan bahwa resin
komposit flowable tidak dapat mengurangi kebocoran tepi secara keseluruhan.25
Almeida et al. (2003) cit. Irawan (2005) melakukan penelitian in vitro
terhadap kebocoran tepi pada restorasi klas II dengan menggunakan 5 jenis resin
komposit packable dengan menggunakan resin komposit flowable sebagai pelapis.
Hasilnya, penggunaan komposit flowable dibawah resin komposit packable memberi
efek yang sama untuk menguragi kebocoran tepi. 26
Secara teoritis dikatakan bahwa resin komposit flowable memiliki sifat
viskositas yang rendah dan daya alir yang tinggi sehingga dapat beradaptasi terhadap
Behle (1998), Bayne et al. (1998) cit. De Goes et al. (2008) mengatakan bahwa sifat
yang penting dari resin komposit flowable yaitu memilki modulus elastisitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit packable.27 Selain itu, Yazici et al.
(2003) cit. Sensi (2004) mengatakan bahwa hal utama yang rasional di balik
penggunaan resin komposit flowable adalah pembentukan sebuah lapisan elastis yang
dapat mengimbangi tekanan polimerisasi shrinkage.6
Dari uraian para peneliti tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian
terhadap perbedaan kebocoran mikro dari resin komposit flowable dan packable
dengan menggunakan sistem adhesif total-etch two-step dan self-etch one-step pada
restorasi klas V.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas timbul permasalahan yaitu :
a. Apakah ada kebocoran mikro pada restorasi klas V dengan menggunakan
sistem adhesif total-etch two-step dan self-etch one-step serta resin komposit flowable
dan packable ?
b. Apakah ada perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif total-etch
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengamati kebocoran mikro dengan menggunakan sistem adhesif
total-etch two-step dan self-etch one-step serta resin komposit flowable dan packable pada restorasi klas V.
b. Untuk mengetahui perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif
total-etch two-step dan self-total-etch one-step dengan menggunakan resin komposit flowable dan packable pada restorasi klas V.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pertimbangan untuk memilih sistem adhesif yang dapat
menghasilkan penutupan tepi restorasi dengan baik pada restorasi kavitas klas V.
b. Sebagai pertimbangan untuk memilih jenis resin komposit yang dapat
menghasilkan penutupan tepi restorasi dengan baik pada restorasi kavitas klas V.
c. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai kebocoran mikro pada
restorasi klas V dengan sistem adhesif.
d. Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi
masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi untuk mempertahankan kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini, material restorasi resin komposit secara umum telah menjadi
pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah servikal sesuai
dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan
struktur gigi.28 Kelemahan bahan restorasi resin komposit yaitu terjadinya pengerutan
selama polimerisasi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kebocoran tepi antara
tumpatan dan struktur gigi. Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin
komposit dengan struktur gigi adalah dengan menggunakan teknik etsa asam dan
bahan bonding adhesive. Aplikasi bahan bonding bertujuan untuk melapisi kavitas
dan mengimbangi kontraksi resin komposit saat mengalami polimerisasi.29
2.1 Kebocoran Mikro pada Kavitas Klas V
G.V Black menggambarkan kavitas klas V yaitu kavitas yang terdapat pada
permukaan labial atau bukal dan lingual dari gigi anterior maupun posterior dan
mengenai sementum.30 Restorasi kavitas klas V sering mengalami kegagalan karena
sedikitnya enamel yang terdapat pada servikal gigi.1 Daerah yang sangat rentan
terhadap kebocoran mikro adalah dinding gingival pada restorasi klas II dan klas V.7
Pada kavitas klas V, sebagian dari restorasi menutupi email dan sebagian lagi
menutupi dentin (gambar 1). Email dan dentin memiliki karakteristik komposisi yang
berbeda, yaitu dentin mengandung air yang lebih banyak sehingga dentin menjadi
mencegah bahan adhesif untuk membentuk suatu retensi mekanis yang baik. Oleh
karena itu, kebocoran mikro dapat terjadi pada restorasi klas V.14 Kebocoran mikro
dapat menyebabkan masuknya asam, enzim, ion dan produk bekteri melalui celah
restorasi sehingga terjadi diskolorasi marginal, sensitivitas pasca perawatan, keries
sekunder dan kerusakan pulpa (gambar 2).3,11
2.2 Resin Komposit
Menurut definisi, komposit adalah suatu material yang terdiri dari dua atau
lebih komponen-komponen.32 Resin komposit merupakan bahan kompleks yang pada
umumnya terdiri atas komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan
pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler, sistem
inisiator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan atau polimerisasi, stabilisator
(inhibitor) dan pigmen.32,33 Sistem komposit modern mengandung filler seperti
(resin) dan komponen inorganik (filler) disatukan ke dalam suatu sistem yang akan
mempengaruhi polimerisasi. Biasanya partikel-partikel filler dilapisi dengan suatu
agent pengghubung yang dapat mengikat komponen organik (resin).32 Kebanyakan
matriks resin mengandung monomer aromatik dengan viskositas tinggi yaitu
bis-GMA (bisphenol-A diglycidyl dimethacrylate) yang disintesis oleh Bowen di USA
pada tahun 1960. Monomer dengan viskositas rendah juga tergabung di dalamnya,
seperti TEGMA (triethylene glycol dimethacrylate), EGMA (ethylene glycol
dimethacrylate) dan HEMA (hydroxyl-ethyl methacrylate).33
Resin komposit merupakan monomer dimetakrilat, oleh karena itu bahan ini
mengeras melalui mekanisme tambahan yang diawali oleh radikal bebas yang dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu :8,30
a. Diaktivasi kimiawi
Resin yang diaktifkan secara kimiawi terdiri dari dua pasta yang mengandung
inisiator benzoil peroksida dan aktivator amin tersier. Bila kedua pasta diaduk, amin
tersier bereaksi dengan benzoil peroksida membentuk radikal bebas dan polimerisasi adisi dimulai.
b. Diaktivasi sinar
Resin yang diaktifkan dengan sinar tampak terdiri dari satu pasta saja. Sistem
pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator
champoroquinone dan aktivator amin terdapat dalam pasta tersebut. Bila kedua komponen ini tidak disinari, maka keduanya tidak akan bereaksi. Sebaliknya, bila
disinari dengan panjang gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator
Lutz dan Philips (1983) mangklasifikasikan resin komposit berdasarkan
ukuran partikel filler dan distribusinya, yaitu :7,33
a. Resin komposit makrofil
Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-5 µ m. Resin komposit
tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur, dapat dipolish tetapi
hasilnya tidak begitu baik (semipolishable) dan warnanya lebih stabil. Bahan ini
diindikasikan untuk restorasi kavitas klas IV, untuk gigi posterior dan pembuatan
core.
b. Resin komposit mikrofil
Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Resin komposit
tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan
sangat baik serta mengkilat dan warnanya stabil. Bahan ini diindikasikan untuk
restorasi kavitas klas III, kavitas klas V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial
veneers.
c. Resin komposit hybrid
Resin komposit hybrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Resin komposit
tipe ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap fraktur, dapat dipolish
dengan baik dan warnanya stabil. Resin komposit hybrid mengandung dua macam
filler yaitu partikel makrofil dengan penambahan partikel mikrofil. Resin komposit hybrid kurang baik pada pemolesan dibanding dengan resin komposit mikrofil, tetapi tipe ini lebih tahan terhadap abrasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan restorasi
Selain itu, dengan berkembangnya nanotekhnologi telah diperkenalkan tipe
resin komposit terbaru yaitu resin kompositnanofiller. Ukuran partikel filler resin ini yaitu sebesar 20-75 nm. Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu
nanomer dan nanocluster. Partikel nanomer mengandung silika dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 25-70 nm dengan penambahan silane dan secara sempurna dapat
berikatan dengan matriks resin, dan partikel nanocluster mengandung SiO2
nanocluster dengan ukuran 0,4-1 µ m. Kombinasi partikel filler nanomer dan nanocluster dapat mengurangi celah interstitial dari partikel filler sehingga dapat
meningkatkan muatan filler, sifat fisik yang lebih baik dan juga dapat dipolish lebih
baik.10, 34, 35
Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler
nya, yaitu :36
a. Resin komposit flowable
Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai
bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V.1 Resin komposit ini
memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase
komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %.36 Komposisi filler
inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak menyebabkan resin
komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau
kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau
menutupi celah kavitas yang kecil.3,12,27 Resin komposit flowable memiliki modulus
elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan
dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah penumpatan.12 Selain
itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat
mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi.28 Indikasi bahan restorasi ini
ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II
dengan tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan
sebagai liner.12
b. Resin komposit packable
Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin
komposit condensable.26 Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler
yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya
berkisar antara 48-65 % volume.36 Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan
kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi
celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi filler juga
menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi, memiliki
koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan struktur gigi, dan adanya
perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan
dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki
kandungan filler yang tinggi.9,22,26,34,35 Resin komposit packable diindikasikan untuk
gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi
masalah kehilangan kontak.35 Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I,
2.3 Polimerisasi Resin Komposit
Salah satu kelemahan resin komposit yaitu terjadinya pengkerutan selama
polimerisasi, sehingga menimbulkan stress yang terkonsentrasi pada daerah
interfasial.21 Stress yang terjadi pada daerah interfasial diakibatkan oleh kompetisi
gaya yang dihasilkan antara stress pengkerutan polimerisasi resin komposit dan gaya
adhesi terhadap substrat gigi.37 Pengkerutan polimerisasi merupakan masalah terbesar
pada semua bahan restorasi berbahan dasar resin. Penyusutan yang terjadi bervariasi
antara 1-5 % volume. Pengkerutan polimerisasi berkaitan dengan c-factor yang
merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang
bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan
polimerisasi. Pada resin komposit aktivasi sinar, pengkerutan terjadi kearah sumber
sinar, sedangkan pada resin komposit aktivasi kimiawi, pengkerutan terjadi ke arah
tengah dari massa resin. Adanya kontraksi polimerisasi menyebabkan terjadinya
kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas sehingga
mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi.8 Selain itu, resin
komposit memiliki koefisien ekspansi termal tiga atau empat kali lebih besar daripada
koefisien ekspansi termal struktur gigi.1 Perbedaan koefisien ekspansi termal antara
struktur gigi dan resin komposit ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
perubahan volume yang mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.3,9
2.4 Sistem Adhesif
Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke
Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang
menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu
kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding
agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan
beban melalui perlekatannya.38
Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin komposit pada jaringan
gigi adalah penggunaan teknik etsa asam dan bahan bonding adhesive.29 Buonocore
(1955), memperkenalkan konsep bonding dengan etsa asam yaitu memodifikasi
pembukaan email dengan menggunakan bahan yang bersifat asam.15,19
Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran
mikroskopik pada permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore
sehingga diperoleh ikatan fisik antara resin komposit dan email yang membentuk
retensi mikromekanis.14,15 Keberhasilan usaha tersebut telah mendorong para peneliti
untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah dietsa perlekatan
resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan
perlekatan terhadap permukaan email. Kesulitan ini disebabkan karena dentin
merupakan jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.15 Email
merupakan jaringan yang hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin
merupakan jaringan hidup yang terdiri dari komponen inorganik (45%), komponen
organik (33%), dan air.17 Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra
tubulus yang lembab dan heterogen.18 Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang
mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin yang menghalangi perlekatan.1,39
Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear
layer.40 Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan
dentin akibat preparasi dentin.17,40 Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga menurunkan permeabilitas dentin.40 Untuk
mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin untuk menyingkirkan smear
layer.15 Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear layer.7 Smear
layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan
peritubular dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding
sehingga terbentuk hybrid layer.33,40
Perkembangan sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8,
tetapi sistem adhesif yang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5,
generasi ke-6 dan generasi ke-7.15,16
Sistem adhesif generasi ke-4 menggunakan sistem adhesif total-etch sebagai
karakter utamanya, yaitu sistem adhesif etch three-step. Sistem adhesif
total-etch menggunakan asam phosphor selama 15-20 detik, asam ini secara bersamaan
menghasilkan efek pada email (pola pengetsaan) dan dentin (menyingkirkan seluruh
smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif.16,39-41
Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah
total-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch two-step. Sistem
adhesif ini disebut juga dengan one-bottle adhesive system karena merupakan
kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah
pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phosphor 35-37 % selama
15-20 detik.16,40
Sistem adhesif generasi ke-6 menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai
karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch two-step. Sistem adhesif ini
merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin
adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitivitas dan
untuk mencegah kolapsnya kolagen.16,40
Sistem adhesif generasi ke-7 juga menggunakan sistem adhesif self-etch
sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch one-step. Sistem adhesif ini
disebut juga dengan all-in-one adhesive system. Pada sistem adhesif ini bahan etsa,
primer, dan adhesif terdapat dalam satu kemasan sehingga hanya terdiri dari satu
tahap aplikasi.16,40
Generasi tersebut masing-masing mengandung 3 unsur utama yaitu :15
1. Bahan etsa
Bahan etsa asam menyebabkan permukaan gigi yang dietsa dengan bahan
yang bersifat asam menjadi kasar atau tidak rata. Bahan etsa dapat meningkatkan
kekasaran mikroskopik melalui dekalsifikasi permukaan enamel dengan pembuangan
kristal mineral prismatik dan interprismatik. Selain itu, bahan etsa juga dapat
meningkatkan energi bebas permukaan enamel untuk menghasilkan infiltrasi
permukaan dentin dengan melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan
intertubular dentin sehingga serabut tubulus dentin terbuka dan kolagen pada
intertubular dentin terekspose untuk inflitrasi monomer (pada sistem adehsif
total-etch) atau memodifikasi smear layer (pada sistem adhesif self-total-etch).Bahan etsa juga disebut sebagai bahan kondisioner karena fungsinya untuk mengkondisikan atau
memodifikasi struktur permukaan gigi agar dapat menerima bahan adhesif sehingga
dapat membentuk ikatan yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam
phosphor adalah bahan yang paling baik sebagai bahan etsa.15,40,42
2. Bahan Primer
Primer merupakan suatu monomer dengan viskositas rendah yang bersifat
hidrophilik, sehingga menyebabkan bahan ini mudah beradaptasi dengan permukaan
dentin yang juga bersifat hidrofilik. Proses priming menghasilkan suatu ikatan
kimiawi, yaitu interaksi intermolekuler antara gugus karboksil atau gugus fosfat dari
monomer bahan primer dengan kolagen (pada total-etch adhesive system) atau
dengan kristal hidroksiapatit yang melapisi kolagen (pada self-etch adhesive system).
Bahan adhesif biasanya tersedia dalam bentuk larutan dengan 60-80 % pelarut.
Contoh : BPDM / HEMA, HPDM / NTG-GMA, 4 META / MMA, glutaraldehyde.15
3. Bahan Bonding (resin adhesif)
Bahan resin adhesif umumnya bersifat hidrophobik dan kompatibel dengan
primer dan resin komposit.15 Perlekatan resin adhesif yang terpolimerisasi dengan
fibril kolagen (pada sistem total-etch) dan sisa kristal hidroksiapatit (pada sistem
dapat berupa resin konvensional, contohnya Bis-GMA/TEGMA, yang kompatibel
dengan primer dan resin komposit.15
Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif
dapat dibagi atas empat kategori yaitu :15
1. Total-etch adhesive system
Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,43 antara lain :
a. Three-step total-etch adhesive
Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan
dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif.
Bahan primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component).15
Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin
secara bersamaan menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik.
Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban
dentin sulit dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk
lebih rendah dari perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.40
b. Two-step total-etch adhesive
Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle
component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu
tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin
adhesif.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan
dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai
2. Self-etch adhesive system
Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa.43 Bahan etsa
dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :
a. Two-step self-etch adhesive
Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian
dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif
generasi ke-6.16 Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan
larutan aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah
resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya adalah larutan harus
diperbaharui secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat
dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang
dapat diramalkan dibandingkan dengan larutan asam phosphor, karena asam yang
digunakan lebih lemah.40
b. One-step self-etch adhesive (all in one)
Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga
hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.15 Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi
ke-7.16
One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan
aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi
dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.
sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin
dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini
dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi,
jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi
(pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan
rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya
mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Restorasi RK Klas V
Masalah : - Hipomineralisasi email
- Cairan sulkus gingival
- Kontraksi polimerisasi RK
Perlekatan RK terganggu
Upaya pencegahan
SISTEM ADHESIF
Total-Etch • Menyingkirkan seluruh Self-Etch
smear layer
• Membuka tubulus dentin secara keseluruhan
• Melarutkan seluruh hidroksiapatit
• Jaringan kolagen terekspose
• Lapisan hibrid dalam
• Memodifikasi smear layer
• Tidak membuka tubulus dentin secara keseluruhan
• Melarutkan sebagian hidroksiapatit
• Jaringan kolagen tidak terekspose
• Lapisan hibrid dangkal
Resin Komposit Resin Komposit
Flowable Packable Flowable Packable
• Daya alir tinggi
Kebocoran mikro ?? Kebocoran mikro ↓ Kebocoran mikro ?? Kebocoran mikro ↑
Restorasi resin komposit klas V sering mengalami kegagalan karena adanya
cairan sulkus gingiva dan terjadi hipomineralisasi email pada daerah servikal. Resin
komposit memiliki kekuatan perlekatan yang berbeda terhadap email dan dentin,
dimana perlekatannya lebih kuat terhadap email, namun karena terjadi
hipomineralisasi email, resin komposit akan berikatan dengan dentin yang
menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih lemah dibandingkan dengan perlekatan
terhadap email. Selain itu, sifat semua bahan restorasi berbahan dasar resin yaitu
terjadinya pengerutan selama polimerisasi. Ketiga hal ini dapat menyebabkan
perlekatan resin komposit terhadap struktur gigi menjadi terganggu sehingga dapat
terbentuk celah di antara bahan restorasi dan permukaan struktur gigi.
Untuk mencapai keberhasilan restorasi dan mendapatkan tepi restorasi yang
bebas celah, maka penggunaan bahan adhesif sangat diperlukan. Bahan adhesif
total-etch two-step menggunakan asam phosphor 37 % yang akan membuang smear layer
secara keseluruhan pada permukaan dentin, akibatnya tubulus dentin menjadi terbuka.
Sifat asamnya yang kuat dapat melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan
intertubular dentin di sekitar kolagen sehingga jaringan kolagen menjadi terekspose.
Bahan primer akan masuk ke dalam tubulus dentin dan ke sekitar serabut kolagen
yang terbuka, kemudian resin akan berpenetrasi ke dalam jaringan kolagen dan akan
menghasilkan mechanical interlocking dengan dentin untuk membentuk hybrid layer.
Sistem adhesif self-etch one-step merupakan penggabungan ketiga langkah
dalam sistem adhesif yaitu etsa, primer, dan bonding sekaligus dalam satu botol,
sehingga sistem ini lebih sederhana dibandingkan dengan sistem adhesif total-etch
substrat gigi. Asam bersama primer akan mendemineralisasi permukaan dentin dan
secara simultan akan mengisi ke dalam daerah yang terdemineralisasi dan
memodifikasi smear layer tanpa membuka tubulus dentin.
Selanjutnya pada restorasi dilakukan pengamatan terhadap kebocoran mikro
dengan menggunakan metode penetrasi zat warna untuk melihat apakah ada
perbedaan kebocoran mikro antara keempat kelompok perlakuan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Dari uraian yang telah disebutkan, maka hipotesis untuk penelitian ini yaitu
ada perbedaan kebocoran mikro antara sistem adhesif total-etch two-step dan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Eksperimental Laboratorium Komparatif
4.2 Tempat dan Waktu
Tempat :
a. Departemen Konservasi Gigi FKG USU Medan
b. Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan
Waktu :
Desember 2008 – Februari 2009
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.
b. Sampel
Gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dan
diperoleh dari praktek dokter gigi di kota Medan, dengan kriteria sampel sebagai
berikut :
- Tidak ada karies
- Tidak ada fraktur
- Belum pernah direstorasi
4.4 Besar Sampel
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chimello et al. (2002) dan Yazici
et al. (2003), maka besar sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 40 buah
gigi premolar atas.1,3 Gigi premolar tersebut dibagi menjadi empat kelompok
perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 sampel.
- Kelompok I :
Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin
komposit flowable (10 sampel).
- Kelompok II:
Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin
komposit flowable (10 sampel).
- Kelompok III :
Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif total-etch two-step dan resin
komposit packable (10 sampel).
- Kelompok IV :
Restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel tergantung
Kebocoran mikro dengan
metode penetrasi zat warna
Variabel tak terkendali
- Keberadaan smear layer
- Kontraksi polimerisasi resin
komposit
- Variasi struktur anatomi gigi P
atas
- Ketajaman mata bur
- Ketajaman diamond disc
- Kecepatan mata bur
- Masa/jangka waktu pencabutan
gigi P atas sampai perlakuan
- Masa/jangka waktu perlakuan
sampel sampai pengamatan
kebocoran mikro Variabel terkendali
- Gigi P atas yang diekstraksi untuk
keperluan ortodonti
- Perendaman gigi P atas dalam saline
setelah ekstraksi
- Desain dan ukuran preparasi kavitas klas V
- Jenis dan bentuk mata bur : diamond
berbentuk bulat, inverted, dan silindris
- Jangka waktu aplikasi bahan adhesif
- Jangka waktu penyinaran light cured
- Arah penyinaran light cured tegak lurus
terhadap permukaan bahan tambalan
- Cara peletakan resin komposit
incremental
- Suhu dan proses thermocycling
- Jangka waktu perendaman dalam zat warna
- Jenis bur polish Variable bebas
- Sistem adhesif total-etch two-step
- Sistem adhesif self-etch one-step
- Resin komposit flowable
a. Variabel Bebas
- Sistem adhesif total-etch two-step
- Sistem adhesif self-etch one-step
- Resin komposit flowable
- Resin komposit packable
b. Variabel Tergantung
Kebocoran mikro dengan metode penetrasi zat warna
c. Variabel Terkendali
- Gigi P atas
- Perendaman gigi P atas dalam saline setelah ekstraksi
- Desain dan ukuran preparasi kavitas klas V
- Jenis dan bentuk mata bur : diamond berbentuk bulat, inverted, dan silindris
- Jangka waktu aplikasi bahan adhesif
- Jangka waktu penyinaran light cured
- Arah penyinaran light cured tegak lurus terhadap permukaan bahan tambalan
- Cara peletakan resin komposit incremental
- Suhu dan proses thermocycling
- Jangka waktu perendaman dalam zat warna
- Jenis bur polish
d. Variabel Tak Terkendali
- Keberadaan smear layer
- Kontraksi polimerisasi resin komposit
- Ketajaman mata bur
- Ketajaman diamond disc
- Kecepatan mata bur
- Masa / jangka waktu pencabutan gigi P atas sampai perlakuan
- Masa / jangka waktu preparasi sampai pengamatan kebocoran mikro
4.6 Definisi Operasional
- Kavitas klas V adalah kavitas yang terdapat pada daerah servikal gigi yang
dapat mengenai daerah email dan dentin atau sementum baik pada permukaan fasial
maupun lingual.
- Resin komposit packable adalah resin komposit yang mengandung
komposisi filler yang tinggi dan komposisi resin yang lebih rendah sehingga dapat
menyebabkan kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat.
- Resin komposit flowable adalah resin komposit yang mengandung
komposisi filler yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak sehingga
menyebabkan bahan ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau
kekentalannya cukup rendah.
- Sistem adhesif total-etch two-step adalah sistem adhesif yang menggunakan
asam phosphor untuk menyingkirkan smear layer secara keseluruhan dan membuka
tubulus dentin dan terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing yang
- Sistem adhesif self-etch one-step (all in one) adalah sistem adhesif yang
ketiga unsur utamanya yaitu bahan etsa, primer, dan bonding terdapat dalam satu
kemasan sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.
- Kebocoran mikro merupakan jalan masuk bakteri, cairan, atau molekul
diantara dinding kavitas dan bahan restorasi.
- Kebocoran mikro diamati dengan melihat penetrasi zat warna fuchsin red
0,5 % pada tepi restorasi melalui stereomikroskop (Prior) pembesaran 40 x.
- Derajat kebocoran mikro ditentukan dengan mengamati perluasan fuchsin
red 0,5 % pada sisi yang terpanjang sepanjang tepi restorasi dan dinilai dengan menggunakan sistem penilaian standar pada skor 0-3 (Yazici), dimana :1
0 = tidak ada penetrasi zat warna
1 = penetrasi zat warna mencapai ½ kedalaman kavitas
2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman kavitas tanpa mencapai
dinding aksial kavitas
3 = penetrasi zat warna mencapai dinding aksial kavitas
4.7 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat Penelitian :
- Diamond bur
- Bur polis
- Sonde lurus dan plastis instrument
- Pinset
- Alat thermocycling dan termometer
- Lampu spiritus
- Bais
- Stereomikroskop (Prior) pembesaran 40 x - Diamond disc
- Stopwatch
- Spuit 5 ml untuk irigasi
- Pus-pus untuk mengeringkan kavitas
- Cotton pellet - Glass slab
- Jangka dan mistar
Gambar 3. Alat Penelitian I : A. Alat thermocycling pada suhu 550C, B. Alat thermocycling pada suhu 50C, C. Visible Light Curing Unit
A B
b. Bahan Penelitian :
- Resin komposit flowable (Estelite Flow Quick)
- Resin komposit packable (Filtek P60, 3M, ESPE)
Gambar 4. Stereomikroskop (Prior)
Gambar 5. Alat penelitian II : A. Pus-pus, B. Mistar, C.Semen Spatula, D. Plastis Instrumen, E. Semen Stopper, F. Sonde Lurus, G. Pinset, H. Jangka, I. Bur polish, J. Aplikator bahan adhesif, K. Diamond disc, L. Diamond Bur (round, silindris, inverted), M. Spuit
A B
C D
E
F G
H
I J
K L
- Self-etch one-step(Bond Force)
- Total-etch (Scotchbond)
- Bonding (Single Bonding)
- Saline untuk penyimpanan sampel penelitian
- Wax
- Cat kuku
- Sticky wax
- Fuchsin red 0,5 %
4.8 Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Sampel
Sampel sebanyak 40 buah gigi premolar atas yang telah diekstraksi untuk
keperluan ortodonti, dimasukkan ke dalam larutan saline (gambar7). Kemudian Gambar 6. Bahan Penelitian : A. Bonding
(Single Bond), B. Bahan etsa (Etchant, 3M), C. Self-etch (Bond Force), D. Resin komposit packable (Filtek P60), E. Resin komposit flowable (Estelite Flow)
A B C
D
sampel dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 10
sampel.
b. Perlakuan sampel penelitian
1. Preparasi Sampel
Outline form desain restorasi klas V digambar pada permukaan bukal seluruh
sampel dengan bantuan jangka dan mistar untuk mendapatkan ukuran yang akurat,
dengan jarak okluso-gingival 2 mm, jarak mesio-distal 3 mm dengan tepi servikal
berada 1 mm di atas cemento-enamel junction (gambar 8). Preparasi dilakukan
dengan menggunakan diamond bur berbentuk bulat dan inverted dengan kecepatan
tinggi (gambar 9). Mata bur ditandai terlebih dahulu untuk mendapatkan kedalaman
preparasi sebesar 2 mm.1
2. Restorasi Sampel
Permukaan bukal yang telah dipreparasi, dicuci dan dikeringkan. Kelompok I
dan III dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif total-etching. Bahan etsa asam
phosphor 37% diaplikasikan selama 15 detik (gambar 10). Bahan asam ini pertama
kali diaplikasikan pada margin email dan selanjutnya diperluas dari arah superfisial
ke dentin yang lebih dalam, kavitas dicuci selama 15 detik (gambar 11), dikeringkan
dengan kertas penghisap atau kapas untuk menjaga kelembaban kavitas (gambar 12).
Pada permukaan yang telah dietsa diaplikasikan bahan bonding dengan menggunakan
sikat khusus (gambar 13), kemudian light-cured selama 20 detik (gambar 14). Pada
kelompok II dan IV dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif self-etch one-step.
Bahan self-etch one-step diaplikasikan selama 15 detik (gambar 15), keringkan
dengan kertas penghisap atau kapas, dan light-cured selama 10 detik (gambar 16).
Pada kelompok I dan II diaplikasikan resin komposit flowable menggunakan
teknik incremental (gambar 17), dan setiap lapis harus disinari selama 10 detik Gambar 8. Ukuran preparasi kavitas
(gambar 18). Pada kelompok III dan IV diaplikasikan resin komposit packable
menggunakan teknik incremental (gambar 19), dan setiap lapis di light-cured selama
20 detik (gambar 2).
Seluruh sampel yang telah direstorasi disimpan selama 24 jam dalam saline
pada suhu 370C kemudian restorasi dipolis dengan mengunakan bur polish.
Gambar 9. Preparasi kavitas klas V dengan diamond bur berkecepatan tinggi
Gambar 10. Aplikasi etsa (Scotchbond) selama 15 detik
Gambar 11. Pencucian bahan etsa selama 15 detik
Gambar 13. Aplikasi Primer/Bonding (Single Bond)
Gambar 14. Light cure Primer/Bonding selama 20 detik
Gambar 15. Aplikasi self-etch (Bond Force) selama 15 detik
Gambar 16. Light cure self-etch selama 10 detik
Gambar 17. Aplikasi resin komposit flowable (Estelite Flow)
3. Proses Thermocycling
Seluruh sample tersebut dilakukan proses thermocycling 200 putaran pada
temperatur 50C (gambar 21) dan 550C (gambar 22) dengan didiamkan pada
masing-masing temperatur selama 30 detik dan waktu transfer 10 detik.1 Gambar 19. Aplikasi resin komposit
packable (Filtek P60)
Gambar 20. Light cure resin komposit packable selama 20 detik layer by layer
Gambar 22. Proses thermocycling pada suhu 550C
4. Perendaman dalam Larutan Fuchsin red 0,5 %
Apex seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax dan seluruh permukaan gigi
dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali permukaan restorasi dan 1 mm di sekitar tepi
restorasi, kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket
(gambar 23D). Setelah itu dilakukan perendaman dalam larutan fuchsin red 0,5 %
selama 24 jam pada suhu 370C (gambar 24). Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan
dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.1,44
5. Pengukuran Kebocoran Mikro
Semua sampel dipotong secara longitudinal melalui bagian tengah restorasi
menggunakan diamond disc dengan menempatkan gigi pada bais (gambar 26).
Gambar 23. Gambar 24. Perendaman sampel dalam
zat warna fuchsin red 0,5% selama 24 jam
A
B C
Pengamatan kebocoran mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna
fuchsin red 0,5 % pada tepi restorasi melalui stereomikroskop pembesaran 40 x (gambar 27). Pengukuran dilakukan oleh dua orang untuk menghindari subjektifitas.
Derajat kebocoran mikro ditentukan dengan mengamati perluasan fuchsin red 0,5 %
dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan menggunakan
sistem penilaian standard dengan skor 0-3 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Yazici et al. (gambar 28).1,44,45
Gambar 28. Sketsa penetuan skor kebocoran mikro berdasarkan dalamnya Gambar 25. Gambaran pemotongan
sampel
Gambar 26. Pemotongan gigi dengan diamond disc secara longitudinal
Pemilihan sisi dengan penetrasi zat warna yang terpanjang akan menunjukkan
sampai sejauh mana kebocoran mikro yang terjadi sehingga hasil yang diperoleh
benar-benar menunjukkan kemampuan bahan restorasi dan sistem adhesif tersebut
dalam memberikan penutupan kavitas yang optimal.
4.9 Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa secara nonparametrik dengan menggunakan uji
Kruskal Wallis Test untuk melihat perbedaan diantara seluruh kelompok perlakuan terhadap kebocoran mikro dan uji Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan
diantara kelompok I dan II, kelompok I dan III, kelompok I dan IV, kelompok II dan
III, kelompok II dan IV, serta kelompok III dan IV pada restorasi klas V dengan
menggunakan sistem adhesif yang berbeda yaitu total-etch two-step dan self-etch