• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah Aliran Sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah Aliran Sungai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

M a n a j e m e n Sungai

Penelitian Kehutanan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kehutanan . A Yani Pabelan PO Box 295 Kartasura,

Abstract

Until 1998, up t o 282 watersheds were degraded. The effects of the degradation are flood, landslide, and drought in many places in Indonesia. Watershed degradation is partially caused by the increasing of land pressure by human populationgrowth, forest destructions, etc. To maximize thefunctionsof watershed on reducing the effects above, it is necessary that the watershedshould be well managed and supported by actual and valid data. As the related t o watershed managements are complex and various, it is necessary t o create some integrated systems that support data management watershed information. These systems will be beneficial for planning, organizing, monitoring, and evaluating. Recently, the development of computer and information technologies has grown up rapidly. It make things easily done, regardless place and time. This technology can be applied t o watershed management system. Integrally, by using this technology, all information referring t o watershed priority, critical land characteristic and quick detect of watershed degradation can be obtained. Watershed management informationsystem isexpected t o beasa tool t o identifychangeofwatershedconditions.

Key database, information system, Watershed management

Degradasi DAS sampoi dengan tahun diperkirakan 282 DAS. degradasi ditunjukkan oleh sering terjadinya banjir, dan kekeringan di wilayah di Indonesia.

terjadinya antara lain karena meningkatnya tekanan lahan akibat pertambahan

penduduk, lahan yang tidak kaidah konservasi penebangan

lain-lain. meningkatkan agar dapat mengurangi maka diperlukan pengelolaan yang baik didukung tersedianya data yang valid Disadari bahwa data yang terkait dengan pengelolaan komplek, meliputi data air, dan sosial, ekonomi budaya. Oleh sebab itu diperlukan sistem pengelolaan data dan sistem informasi DAS bahan perencanaan, pengelolaan, monitoringdan evaluasiserta dapat diandalkan sebagaisalah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Perkembangan di bidang informasi komputerisasi dewasa ini berkembang pesat. Perkembangan seseorang dapat menyelesaikan cepat, bahkan dimensi ruangdan waktu sudah bukan suatu kendala. Oleh karena itu satu untuk pengelolaan DAS secara teritegrasi ialah dengan tersebut. Berdasarkan prosesing data melalui aplikasi model, yaitu Manajemen DAS (SIMDAS) maka diperoleh

Prioritas DAS, kritis, karakteristik selidik cepat degradasi DAS yang meliputi potensi banjir, daerah banjir, potensi kekeringan, kekritisan potensi lahan, kerentanan

kerentanan potensi sosial ekonomi budaya, serta kesesuaian dan rehabilitasi lahan dalam format teks, grafik, peta, foto, dan audio visual. ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasiadanya perubahan-perubahan karakteristik DAS secara cepat.

(2)

Prosiding Lokakarya Pengelolaan DAS: pengembangan Data" 5 September 2007

DAS di lndonesia terus rnengalarni degradasi atau kernunduran fungsi sepertiditunjukkan semakin besarnya jurnlah DAS yangmernerlukan prioritas penanganan, 22 DAS pada tahun rnenjadi berturut-turut 39 dan 62 DAS pada tahun dan 1998. Sekarang diperkirakan sekitar 282 DAS dalam konsisi kritis, kondisi dernikian dari luasnya lahan kritis dalarn DAS di Indonesia diperkirakan rneliputi luas 23,243 juta Ha yangtersebar di kawasan 8,135 juta Ha (35 %) dan di luar kawasan juta Ha (65 %). pada tahun luas lahan kritis di lndonesia juta Ha yang

di dalam kawasan juta Ha dan diluar kawasan juta Ha. Semakin luasnya lahan kritis dalarn DAS rnenunjukkan belum efektifnya sistem pengelolaan DAS yang diterapkan sarnpai dengan s a a t ini (Paimin Pengelolaan DAS merupakan upaya terpadu yang melibatkan beberapa disiplin ilrnu yang bekerja secara rnultidisipliner dalam pengendalian dan pengembangan sumberdaya dengan masukan manajernen dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat. Pengelolaan meliputi pengelolaan SDA, pengelolaan surnberdaya lahan, dan sumberdaya

berupa upaya penataan, pengendalian, pemulian, pemeliharaan, p e n g a w a s a n , p e r n a n f a a t a n d a n p e n g e r n b a n g a n untuk m e n u j u p e r n b a n g u n a n lingkungan d a n berkelanjutan sesuai dengan potensi daerah setempat. Pengelolaan DAS pada e r a daerah mernbuka peluang bagi pemerintah daerah khususnya provinsi u n t u k rneningkatkan fungsinya sebagai kebijakan pernbangunan daerah d e n g a n t e t a p rnernperhatikan kelebihan dan kekurangan yang melekat pada kabupaten yang rnenjadi wilayahnya. Dalarn ini perlu adanya kesamaan visi keterpaduan pengelolaan surnberdaya berbasis wilayah adrninistrasi dan wilayah DAS. Pengelolaan DAS yang luas wilayahnya dapat rnencapai lebih dari satu wilayah adrninstrasi pemerintahan, rnembutuhkan dukungan ilrnu pengetahuan d a n teknologi

yang t e p a t guna. Dalarn ini pengelola DAS harus marnpu

perencanaan, rnelaksanakan d a n monitoring serta evaluasi secara t e r p a d u dalarn upaya mewujudkan kondisi lingkungan DAS kearah yang lebih baik. Untuk mewujudkan hal itu perlu adanya dukungan d a t a dan informasi kondisi DAS yang akurat d a n rnutakhir. Perkembangan di bidang inforrnasi dan komputerisasi dewasa ini berkembang pesat. Perkembangan rnernungkin-kan seseorang d a p a t rnernperoleh inforrnasi sesuai yang diinginkan dan d a p a t rnenyelesai-kan pekerjaan relatif dan cepat, bahkan dirnensi r u a n g d a n waktu sudah bukan rnerupakan kendala.

Data dan inforrnasi yang terkait dengan pengelolaan DAS rnerupakan data-data yang d a n kornplek, yaitu rneliputi data air, lahan, sosial, ekonorni dan budaya. Kendala yang dihadapi belum adanya suatu sistirn pengelolaan d a t a d a n inforrnasi yang lengkap, terintegrasi d a n tersusun dalam format basisdata yang baku,

diakses, tidak t e r h a d a p redundansi dan inkonsistensi, terjamin kearnanan dan integrasinya serta d a p a t diandalkan sebagai salah satu bahan pertirnbangan dalarn pengambilan kebijakan. Berkaitan dengan tersebut, dalarn upaya meningkatkan pengelolaan DAS yang lebih terarah dan terencana rnaka diperlukan suatu langkah padu dari seluruh instansi yang terkait agar bersarna-sarna dapat rnenentukan suatu model berupa perangkat lunak Sistem inforrnasi Manajemen DAS yangsisternatis.

(3)

SIMDAS adalah seperti halnya prisip suatu sistem, yaitu terdiri dari tiga bagian utama Bagian-bagian adalah masukan (input), proses dan luaran (output). Masukan dalam SIMDAS terdiri dari data-data dasardan peta sebagai dasar untuk memperolah suatu informasi yang dikehenaki dengan serangkaian proses yang harus dilalui. Masukan data pada SIMDAS secara umum terdiri dari karakteristik DAS yang rneliputi data lahan (fisik), air dan ekonomi dan budaya (sosekbud). Masukan- masukan ini secara teknis di-entry ke dalam sistem melalui entry langsung atau dengan file atau link dengan aplikasi tertentu. Proses yang digunakan secara umum adaiah

query, penggunaan penggunaan kriteria dan indikator, sedangkan luarannya pada dasarnya merupakan informasi-informasi yang diperlukan untuk keperluan perencanaan, peiaksanaan dan monitoring dan evaluasi DAS dan kegiatan pendukung lainnya termasuk sebagai bahan dalam penentuan

Proses

1 Sidik

Data

DBMS

dan

Hubungan data dan informasi

kegiatan

Secara terperinci alur kegiatan dalam aplikasi data pada SIMDAS adalah sebagai berikut:

Data yangdiperiukan sebagai masukan pada SIMDAS adalah :

a. DAS, sub-DAS, administrasi, penggunaan lahan, (jenis,

kedalaman letak astronomis, lereng, batuan morfoerosi, geologi, bentuk lahan, morfometri (bentuk DAS, gradien sungai, kerapatan drainase, lereng rata-rata bentuk lahan, meandering, pembendungan oleh percabangan sungai).

(4)

Prosiding Pengelolaan DAS: pengembangan Data" 5 September 2007

c. Sosekbud: jumlah penduduk, kepadatan penduduk (geografis dan agraris), tingkat pendidikan, kepadatan, rara-rata pendapatan, tingkat kesejahteraan,

tungan terhadap lahan, kegiatan dasarwilayah kelembagaan.

d. Peta-peta: administrasi, penggunaan lahan, lereng, geologi, TGHK, bentuk lahan.

e. Pengelolaan: drainase, air, kebutuhan air, lndeks Penggunaan Air (IPA), KTA, infrastruktur.

f. Rehabilitasi: lokasi, tahun, kegiatan, tingkat keberhasilan d a n peta.

2. Proses

Beberapa proses yang digunakan dalam mengolah sampai menjadi luaran basisdata sistem (DBMS) dengan menggunakan fasilitas yang terdapat di dalam perangkat-perangkat lunak yangdigunakan, yaitu:

a. Aritmatika untukpengolahan data d a n debit b. Pemrograman (visual basic)

c. Beberapa persamaan untuk DAS (bentuk DAS, Dd, lereng rata-rata, gradien luas d a n lain-lain)

d. Kriteria d a n indikator untukpenentuan DAS prioritas d a n sidik cepat degradasi D AS

a. Karakteristik DAS (lahan, hidrologi dan sosekbud), yaitu gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfornetri, topografi, geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidroiogi dan manusia. informasi karakteristik DAS ini meliputi satuan wilayah DAS dan wilayah administrasi.

b. Tingkat prioritas DAS, yaitu penetapan kriteria urutan prioritas DAS berdasarkan parameter karakteristik DAS: lahan, hidrologi, sosial ekonomi, investasi, dan pembangunan wilayah yang dibagi mejadi tiga prioritas, yakni

DAS Prioritas I, Prioritas dan Prioritas

c. Sidik cepat degradasi sub-DAS, yaitu metoda penyidikan degradasi sub-DAS yang berbasiskan pada sistem karakterisasi, untuk digunakan sebagai salah satu unsur utama penyusunan perencanaan pengelolaan sub-DAS yang rasionai d a n aplikatif, yaitu:

Potensi d a n daerah yakni sistem penilaian dalam

sistern karakterisasi tingkat sub-DAS yang disusun untuk menyatakan tingkat kerentanan d a p a t digunakan dalam tingkat degradasi suatu sub-DAS, yang kemudian digunakan sebagai basis perencanaan pengelolaan.

Kerentanan kekeringan dan potensi air, yaitu m e t o d a untuk mengetahui tingkat kerentanan kekeringan dan potensi air yang didasarkan pada

(5)

Sungai

aktual tahunan, bulan kering, geologi, dan parameter terkait dengan aspek rnanajernen, yakni kebutuhan debit minimum spesifiktahunan. Kekritisan d a n potensi lahan, yaitu r n e t o d e u n t u k mernforrnulasikan karakteristik lahan atau tingkat kekritisan lahan maupun potensinya, yang terdiri dari 5 faktor dan 2 faktor manajemen yang ditetapkan terhadap lahan.

- Kerentanan yaitu untuk m e n e n t u k a n formulasi kerentanan P a r a m e t e r penyusunnya dibedakan a n t a r a parameter alami, yakni hujan harian komulatif 3 hari berurutan, lereng lahan,

keberadaan (regolit)

sarnpai kedap. Sedangkan aspek manajemen meliputi penggunaan lahan, infrastrukturdan kepadatan pemukiman.

Kerentanan d a n potensi sosekbud, yaitu dinamika karakteristik DAS yang mencerminkan dinamika keseimbangan alami d a n dinamika karakteristik kependudukan, ekonomi d a n kelembagaan masyarakat.

Perhitungan setiap karakteristik sub-DAS dilakukan dengan menjumiahkan seluruh hasil kali dari skor dan b o b o t pada setiap p a r a m e t e r dibagi Berdasarkan parameter penyusun formula karakteristiksub-DAS maka pada b o b o t dengan skor (nilai kategori) tinggi sub-DAS dalam kondisi t e r h a d a p degradasi. Kategori tingkat karakter setiap dinyatakan berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot tersebut, dengan menggunakan klasifikasi peringkat tersaji

I. tingkat sub-DAS

d. Lahan kritis, menyajikan informasi tingkat kekritisan lahan di dalam d a n luar kawasan yakni dari tingkat kritis, kritis, potensial kritis, agak kritis dan tidak kritis. Selain itu juga rnenyajikan informasi rencana d a n realiasasi keberhasilan rehabilitasi yangdisajikan dalam satuan wilayah DAS d a n administrasi. e. Kesesuaian lahan, rnenyajikan penilaian kesesuaian lahan berdasarkan hasil antara kondisi fisik iklirn d a n lahan dan persyaratan t u m b u h tanarnan.

f. Rehabilitasi dan lahan, menyajikan penilaian luas lahan yang direhabilitasi, jenis kegiatan rehabilitasi (persemaian, p e n a n a m a n d a n

an), jenis dan jumlah tanarnan dan prosentase keberhasilan.

2.2 Tahapan Data

Perancangan basisdata teknikentitiy relationship

(6)

Prosiding Lokakarya Pengelolaan Data" September 2007

kunci utama dari masing-masing file melalui query dan Form design. Pada tahap ini dilakukan pemahaman-pemahaman mengenai data-data atau masukan untuk mengidentifikasi s e m u a kernungkinan entity yang t e r d a p a t di dalam file yang bersangkutan. Pada setiap entity diberi atribut-atribut yang bersifat deskriptif dan mampu membedakan dengan entity lainnya. itu kumpulan entity diberi atribut lain yangrnenyatakan relasi-relasi antara suatu entity dengan entity lainnya. Hasil t a h a p ini pada umumnya direpresentasikan dengan menggunakan model data semantik a t a u model data ER (entity relationship), Tipe ER ini antara terdiri dari "one t o o n e relationship 2 file", "one t o many relationship file", "many t o many file" dan lain-lain.

2. Menyusun Struktur Data

Pada tingkat ini adalah menyusun tabel-tabel basisdata dengan mengidentifikasi subyek-subyek yang akan di-tracked oleh basisdatanya. Kemudian diberikan atribut-atribut (fields) berikut spesifikasinya untuk setiap spesifikasi yang ada. Atribut-atribut yang direlasikan harus mencakup primary key dan foreign key yang rnenandai relasi suatu

dengan tabel-tabel lainnya.

3. Menentukan hubungan antarentity

Pada tingkat ini digunakan primary key d a n foreign key untuk m e m b u a t hubungan- hubungan entity ( m e m b u a t relationship antartabel). Selain itu, juga dilakukan proses normalisasi dan menambahkan tabel-tabel intersection sebagai akibat adanya entities dengan relasi-relasi many t o many.

4. Manipulasi data

Data Manipulation Language (DML) adalah bahasa y a n g digunakan untuk mendiskripsikan struktur basisdata atribut (fields), tipe data, di dalam basisdata.

5. Menentukan dan m e m b u a t

Pada tingkat ini adalah mengidentifikasi bagaimana m e m a n d a n g data-data yang terdapat di dalam basisdata. Jika perspektif ini telah teridentifikasi maka

sebagai tampilan. Setiap tampilan ini didefinisikan dengan menggunakan tabel-tabel yang sesuai, dengan tampilan ini pula records yang ditampilkan d a p a t dibatasi dengan gunakan kriteria-kriteria tertentu.

6. Me-review integritas d a t a

Tahap ini adalah fase terakhir yang terdiri dari langkah. Pertama adaiah review setiap untuk mernastikan bahwa kriteria-kriteria perancangannya. Kedua, me-review dan memeriksa semua spesifikasi field yang telah dibuat. Ketiga, menguji validitas setiap relasi yang telah dibuat. Keempat, membandingkan diskripsi yangtelah dibuat dengan apa yangtelah dihasilkan oleh basisdatanya.

3. Hasil

3.1.

Pengelolaan d a t a d a n informasi DAS merupakan proses input, yaitu menyusun struktur, pengelompokkan dan penyimpanan data spasial menggunakan perangkat lunak dan data non spasial kedalam format menggunakan perangkat lunak MS.

(7)

Access. Dalam ini data spasial, berbentuk peta-peta tematik DAS (peta administrasi pemerintahan, penggunaan lahan, kelas lereng, kemampuan lahan, kesesuaian lahan, keias erosi, tingkat bahaya erosi, kedalaman air geologi, geomorfologi, sosekbud dll.). Data non spasial berupa terdiri dari data administrasi wilayah dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, penggunaan lahan, kelas lereng, jenis kemampuan lahan, kesesuaian lahan, keias erosi, tingkat bahaya erosi, sungai, indek bentuk, tebal debit tahunan, koefisien limpasan, kedalaman air hujan, tebal debit tahunan, koefisien limpasan, geologi, sosekbud, kelembagaan dan lain.

Data non-spasial yang terdapat pada perangkat data tabular yang berasal dari data non spasial yang terdapat pada perarigkat lunak Data ini diperoleh melalui proses Link dari ke MS. Access. Dalam ini untuk proses entry dan update data dapat dilakukan pada kedua perangkat dalam bahwa apabila melakukan entry data pada perangkat lunak secara otomatis data tersebuttersimpan pada MS. Access, demikian pula sebaliknya.

model SIMDAS ini menggunakan menggunakan data dari DAS Jeneberang-Propinsi Sulawesi Seluruh karakteristik DAS (Lereng,

gunaan lahan dan lainnya) informasinya dapat mulai dari tingkat DAS dan DAS, kabupaten, kecamatan dan desa. Gambar menyajikan contoh data spasial dan non spasial karakteristik DAS pada tingkat Desa untuk parametertanah.

(8)

"Sistem Informasi DAS: pengembangan Data" 5 September 2007

lnformasi model SIMDAS ini disajikan dalam dua bentuk, yaitu satuan wilayah DAS, sub-DAS d a n satuan wilayah administrasi (Kabupaten, Kecamatan dan Desa). lnformasi ini dirasa diperlukan karena dapat membantu dalam mengatasi adanya perbedaan satuan pengelolaan DAS dan adminisrasi. Dalam aplikasi SIMDAS ini dapat memberikan hal itu. Selain adanya dua bentuk informasi ini juga membantu di dalam penyelenggaraan kegiatan perencanaan dan lapangan. Sebagai contoh untuk mencari informasi lokasi dalam satuan DAS atau sub-DAS yang kemungkinan ditemukan di maka dengan bantuan satuan wilayah adminis-trasi relatif d a p a t ditemukan.

Link Data

Salah satu ciri khas aplikasi SIMDAS ini adalah d a p a t menggabungkan beberapa perangkat lunak. Sebagai contoh melalui MS. Access dengan fasilitas link-nya dengan perangkat lunak yang terkait dapat menampilkan informasi dalam bentukgambar, foto, peta, citra dan informasi dalam bentuk audio visual. Salah satu informasi yang dapat disajikan dari aplikasi model ini adalah yang di bagian hulu DAS Jeneberang (lereng puncak Gunung Bawa Karaeng) pada tahun yang berdampak pada tercemanya airdan pendangkalan di Bili-Bili.

3.3.

Berawal dari kemajuan teknologi iformasi maka aplikasi model SIMDAS ini disusun menjadi 2 model. Model dan kedua didesain khusus untuk dioperasionalkan di tingkat sedangkan model kedua untuk dioperasionalkan di tingkat wilayah (daerah). Apabila aplikasi model dihubungkan jaringan elektronik (internet), rnaka akan d a p a t dilakukan sharingdata, pelaporan, monitoringaktivitas pengelolaan DAS ada di daerah. Berdasarkan sistem yang berbasis teknologi informasi ini maka diharapkan d a p a t rneningkatkan sistem perencanaan, pelaksanaan d a n monitoringpengelolaan DAS.

3.4. Bantu

Aplikasi model SIMDAS ini disusun sedemikian rupa agar dengan secara relatif d a p a t dioperasionalisasikan oleh setiap pengelola DAS mulai dari tingkat operator sampai dengan penentu kebijakan. Melalui ikon yang terdapat dalam desktop maka pengguna aplikasi model ini dapat menelusuri informasi-informasi yang terdapat di

dalamnya bagaimana mengoperasionalkan perangkat-

perangkat lunak yangada, seperti perangkat lunak untuk operasional interpretasi citra d a n lain-lain sehingga para penentu kebijakan tidak tergantung pada operator. Demikian pula halnya bagi operator juga tersedia fasilitas-fasilitas untuk mengaplikasikan perangkat-perangkat lunak yangada untuk melakukan kegiatan pengelolaan DAS.

Secara teknis aplikasi SIMDAS dengan dukungan teknologi informasi diharapkan dapat menjadi suatu model yang untuk dapat diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan DAS. Selain itu aplikasi model juga diharapkan d a p a t membantu di dalam mengidentifikasi adanya perubahan-perubahan karakteristik DAS secara cepat.

Disadari bahwa model SIMDAS ini masih perlu untuk terus dikembangkan rnengingat masih t e r d a p a t beberapa aplikasi yang masih perlu diformulasikan, antara lain formula untuk rnemprediksi secara dini terjadinya bencana banjir,

(9)

Daerah Sungai

kekeringan daerah-daerah yang terkena dampaknya. karena itu model ini diberi bet-status

Anonim Microsoft Access Relational Database Management System f o r Window User Guide

Anonim Pedoman Penetapan Tingkat DAS. Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Kehutanan

Arsyad dan Kyoji H. Pengelolaan Database di Penelitian Pengembangan

Bioteknologi d a n Forest Tree Improvement

Project Phase 2000.

Arsyad Hadi d a n Setiawan Pengembangan Database Daerah Aliran Sungai. Balai Penelitian d a n Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS lndonesia Bagian Timur

Handayani W. Kajian Karakteristik Lahan Untuk Penentuan Kriteria d a n lndikator Kinerja DAS J e n e b e r a n g . Hasil Penelitian Balai Penelitian d a n Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS lndonesia Bagian Timur Makassar

Kristanto H. 1998. Konsep d a n Perancangan Database. Penerbit Andi

Mairi Ekonomi dan Budaya Untuk Penentuan Kriteria dan

lndikator Kinerja DAS Jeneberang. Hasil Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS lndonesia Bagian Timur Makassar

Prahasta E. Konsep-Konsep Dasar lnformasi Ceografis. Penerbit lnformatika

Pairnin, Sukresno d a n Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS). Penelitian d a n Pengembangan d a n Konservasi

Tjakrawarsa Kajian Karakteristik Hidrologi Untuk Penentuan Kriteria d a n lndikator DAS J e n e b e r a n g . Hasil Penelitian Balai Penelitian d a n Pengernbangan Teknologi Pengelolaan DAS lndonesia Bagian Timur Makassar

Gambar

Gambar 1. Hubungan data dan informasi

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai kelompok adalah konsep dasar dan sesuatu yang harus dipercayai oleh anggota kelompok.  Nilai kelompok membentuk inti

Kapak yang dibuat dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya untuk tempat menggenggam, kapak tersebut disebut

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Power Point Terhadap Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar ... 88

bahwa payoff dari dua portofolio akan sama dengan harga saham jika strike price lebih. rendah atau

Dalam kerahiman Allah yang dinyatakan dalam Kristus, kita mampu memaafkan dan mengampuni kesalahan sesama kita dan kita juga memperbaharui situasi hidup kita

Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai dari standar etik (Kode Etik

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DANKELUARGA.. BERENCANA (KB SUNTIK 3 BULAN) FISIOLOGIS NY P UMUR 30 TAHUN G2P1A0

“ Wahai Nabi, apakah kau tidak memperhatikan orang-orang munafik dan tidak heran dengan mereka yang menjadikan kelompok Yahudi yang dimurkai oleh Allah sebagai teman