• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Gizi dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Status Gizi dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN Oleh :

NOVITA F02400100

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan Pada Tanggal 16 November 1980 Di Jakarta

Tanggal Lulus : September 2007 Menyetujui,

Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS Dra. Waysima, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

(2)

SKRIPSI

PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Oleh : NOVITA F02400100

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Oleh : NOVITA F02400100

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(4)

NOVITA. F02400100. Pengaruh Status Gizi dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dibawah bimbingan : DEDDY MUCHTADI dan WAYSIMA

RINGKASAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh status gizi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tujuan khusus penelitian ini yaitu, (1) Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (2) Mengetahui status gizi dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (3) Mengetahui lingkungan belajar di sekolah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (4) Mengetahui lingkungan belajar di rumah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (5) Mengetahui konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi serta menganalisa pengaruhnya terhadap status gizi siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Tipe penelitian ini tergolong penelitian penjelasan (explanatory research). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yang dilakukan di SD favorit dan SD non favorit di Kelurahan Jati Padang yang merupakan daerah dengan SSE (Status Sosial Ekonomi) tertinggi dan pada Kelurahan Kebagusan dengan SSE terendah. Contoh penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar. Jumlah contoh dari SDS Pelita sebanyak 30 siswa, SD Jati Padang 05 Pagi sebanyak 25 siswa, SD Kebagusan 03 Pagi sebanyak 30 siswa dan SDS Raudhatul Jannah sebanyak 20 siswa.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh melalui kuisioner meliputi karakteristik individu, lingkungan belajar di sekolah (persepsi tentang belajar di sekolah, sarana belajar di sekolah dan kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah), lingkungan belajar di rumah (sarana belajar di rumah, suasana belajar di rumah, perhatian orang tua di rumah, lingkungan pergaulan di rumah dan pola belajar di rumah), status gizi dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan serta data konsumsi pangan dengan recall 2x24 jam. Data sekunder meliputi keadaan umum sekolah dan nilai raport dari mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

(5)

badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data hasil penimbangan berat badan anak dihitung dengan menggunakan rumus Z-Score . Untuk mengetahui hubungan antara variabel lingkungan belajar dengan prestasi belajar, status gizi dengan prestasi belajar dan konsumsi pangan dengan status gizi menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

Hasil pengujian validitas kuisioner yang menggunakan metode korelasi Rank Spearman, dari 46 pertanyaan diperoleh 32 pertanyaan yang dinyatakan valid. Hasil yang diperoleh dalam uji reliabilitas kuisioner yang menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai r = 0.822 . Dengan demikian, kuisioner yang digunakan valid dan reliabel.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 105 siswa (responden), didapat bahwa prestasi belajar sebagian besar siswa (41%) berada dalam kategori baik. Konsumsi energi sebagian besar (59.1%) siswa dan protein pada sebagian besar (41.9%) siswa sudah memenuhi kebutuhan energi protein yang dianjurkan. Sebagian besar siswa berada dalam kategori kurang vitamin B1 (95.2% siswa), vitamin B2 (85.7% siswa) dan vitamin B12 (75.2%). Begitu pula dari hasil penelitian berdasarkan kecukupan mineral, sebagian besar siswa berada dalam kategori kurang kalsium (47.6% siswa), seng (79% siswa) dan besi (71.4% siswa). Sedangkan status gizi sebagian besar siswa berada dalam kategori normal (82.9% siswa pada indikator BB/U, 88.6 % siswa pada indikator TB/U dan 72.4% siswa pada indikator BB/TB).

Hasil uji korelasi Rank Spearman antara prestasi belajar dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U menunjukkan hubungan yang sangat nyata positif ( p < 0.01; r = 2.55 ). Hal ini berarti semakin baik status gizi responden jika dilihat pada nilai z – skor berdasarkan TB/U menunjukkan responden semakin berprestasi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang nyata positif antara prestasi belajar dengan lingkungan belajar di sekolah meliputi persepsi tentang belajar di sekolah ( p < 0.01; r = 0.339 ), sarana belajar di sekolah ( p < 0.01; r = 0.395 ) dan kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah ( p < 0.05; r = 0.198 ). Hal ini berarti semakin baik lingkungan belajar di sekolah menunjukkan responden semakin berprestasi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang nyata positif antara prestasi belajar dengan lingkungan belajar di rumah meliputi perhatian orang tua di rumah ( p < 0.05; r = 0.233 ), sarana belajar di rumah ( p < 0.01; r = 0.306 ), suasana belajar di rumah ( p < 0.01; r = 0.307 ) dan pola blajar di rumah ( p < 0,01; r = 0,458 ). Hal ini berarti semakin baik lingkungan belajar di rumah menunjukkan responden semakin berprestasi. Sedangkan pada hasil uji korelasi Rank Spearman antara lingkungan pergaulan di rumah dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p < 0.05; r= 0.091 ).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Novita dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 November 1980. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan (alm) Abdul Mufti Hutagalung dan (alm) Darmasih.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari tahun 1986 di TK Mekar Melati, Jakarta Selatan. Pada tahun 1987 hingga tahun 1993 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SD Cipete Utara 01 Pg, Jakarta Selatan. Kemudian masuk menjadi murid Sekolah Lanjut Tingkat Pertama pada tahun 1993 di SMP Negeri 12 yang juga bertempat di Jakarta Selatan. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan akademis kejenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta Selatan. Penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT sebagai pencipta seluruh alam ini, syukur kepada-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih dari hati dan jiwa yang paling dalam kepada kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, (alm) Abdul Mufti Hutagalung dan (alm) Darmasih, doa ayah dan ibu selalu terasa di dalam hatiku. Terimakasih dengan tulus penulis sampaikan kepada :

1. Yang Terhomat Bapak Prof. Dr. Ir. H. Deddy Muchtadi, MS

selaku pembimbing akademik dan pembimbing pertama tugas akhir penulis, yang selalu sabar menunggu dan membimbing penulis sampai akhir. 2. Yang Terhormat Ibu Dra. Waysima, MSc , selaku pembimbing kedua tugas

akhir penulis, terimakasih atas nasehat – nasehat dari ibu. 3. Yang Terhormat Ibu Dr. Ir. Hj. Endang Prangdimurti, Msi

selaku dosen penguji, terimakasih bu atas kemudahan dan nasehatnya.

4. Yth. Bapak/Ibu Guru serta adik – adik kelas V di SDS Pelita, SDN Jati Padang 05, SDN Kebagusan 03 dan SDS Raudhatul Jannah, belajar yang rajin ya dek! 5. Abang Dani dan Mba Eki (pupu), Uning Ida dan Mas Tri, Kakak Susan dan

Bang Wahyu, terimaksih atas doa dan pelajaran hidupnya dan doakan adikmu ini agar selalu tersenyum.

6. Keponakan – keponakan kecilku : Nina, Naufal, Shinta, (alm) Nur dan Syfa, terimakasih ya sayang selalu membuat oncu/makete tersenyum dengan celoteh dan tingkah laku kalian. Belajar yang rajin ya sekolahnya.

7. Saudariku, Ibu Dias Indrasti, STP , terimaksih atas semua bantuannya, semangatnya dan doanya. Jazakillah Khairon Katsiron, hanya Allah yang dapat membalas.

8. ”Teman – teman” FATETA 37 , terimakasih atas doanya walau entah ada dimana sekarang, pasti kalian mendoakan

9. Teman – teman TPG 37, terimakasih atas doanya. Akhirnya Novi bisa. 10.Mas Chairul Arifin dan keluarga, terimaksih atas nasehat dan doanya.

(8)

Terimakasih setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakillah Khairon Katsiron, hanya Allah yang dapat membalas.

Jakarta, 27 Agustus 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Sasaran Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Konsumsi Pangan ... 4

B. Status Gizi ... 5

C. Anak Usia Sekolah ... 7

D. Belajar ... 8

E. Prestasi Belajar ... 9

F. Lingkungan yang Mempengaruhi Belajar ... 10

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

A. Kerangka Pendekatan Studi ... 12

B. Metode Penelitian ... 14

C. Metode Penentuan Sampel ... 14

D. Jenis dan Sumber Data ... 17

1. Data Primer ... 17

2. Data Sekunder ... 18

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner ... 18

1. Pre – Test ... 18

2. Pengujian Validitas Kuisioner... 19

3. Pengujian Reliabilitas Kuisioner ... 22

(10)

G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Gambaran Umum Responden ... 26

1. Karakteristik Responden ... 26

2. Prestasi Belajar ... 27

3. Status Gizi ... 29

4. Lingkungan Belajar di Sekolah ... 31

a. Persepsi tentang Belajar di Sekolah ... 31

b. Sarana Belajar di Sekolah ... 33

c. Kedisiplinan Tata Tertib di Sekolah ... 34

5. Lingkungan Belajar di Rumah ... 36

a. Sarana Belajar di Rumah ... 36

b. Perhatian Orang Tua di Rumah ... 37

c. Suasana Belajar di Rumah ... 39

d. Lingkungan Pergaulan di Rumah ... 40

e. Pola Belajar di Rumah ... 41

6. Konsumsi Pangan ... 42

a. Energi ... 42

b. Protein ... 43

c. Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B12, Vitamin A, Vitamin C ... 44

d. Mineral ( Kalsium, Fosfor, Seng dan Besi )... 48

B. Hubungan beberapa Variabel dengan Prestasi Belajar ... 52

1. Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 52

2. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 53

a. Hubungan antara Persepsi tentang Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 53

b. Hubungan antara Sarana Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 54

(11)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN Oleh :

NOVITA F02400100

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan Pada Tanggal 16 November 1980 Di Jakarta

Tanggal Lulus : September 2007 Menyetujui,

Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS Dra. Waysima, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

(12)

SKRIPSI

PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Oleh : NOVITA F02400100

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

PENGARUH STATUS GIZI

DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

KECAMATAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Oleh : NOVITA F02400100

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(14)

NOVITA. F02400100. Pengaruh Status Gizi dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dibawah bimbingan : DEDDY MUCHTADI dan WAYSIMA

RINGKASAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh status gizi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tujuan khusus penelitian ini yaitu, (1) Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (2) Mengetahui status gizi dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (3) Mengetahui lingkungan belajar di sekolah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (4) Mengetahui lingkungan belajar di rumah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, (5) Mengetahui konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi serta menganalisa pengaruhnya terhadap status gizi siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Tipe penelitian ini tergolong penelitian penjelasan (explanatory research). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yang dilakukan di SD favorit dan SD non favorit di Kelurahan Jati Padang yang merupakan daerah dengan SSE (Status Sosial Ekonomi) tertinggi dan pada Kelurahan Kebagusan dengan SSE terendah. Contoh penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar. Jumlah contoh dari SDS Pelita sebanyak 30 siswa, SD Jati Padang 05 Pagi sebanyak 25 siswa, SD Kebagusan 03 Pagi sebanyak 30 siswa dan SDS Raudhatul Jannah sebanyak 20 siswa.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh melalui kuisioner meliputi karakteristik individu, lingkungan belajar di sekolah (persepsi tentang belajar di sekolah, sarana belajar di sekolah dan kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah), lingkungan belajar di rumah (sarana belajar di rumah, suasana belajar di rumah, perhatian orang tua di rumah, lingkungan pergaulan di rumah dan pola belajar di rumah), status gizi dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan serta data konsumsi pangan dengan recall 2x24 jam. Data sekunder meliputi keadaan umum sekolah dan nilai raport dari mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

(15)

badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data hasil penimbangan berat badan anak dihitung dengan menggunakan rumus Z-Score . Untuk mengetahui hubungan antara variabel lingkungan belajar dengan prestasi belajar, status gizi dengan prestasi belajar dan konsumsi pangan dengan status gizi menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

Hasil pengujian validitas kuisioner yang menggunakan metode korelasi Rank Spearman, dari 46 pertanyaan diperoleh 32 pertanyaan yang dinyatakan valid. Hasil yang diperoleh dalam uji reliabilitas kuisioner yang menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai r = 0.822 . Dengan demikian, kuisioner yang digunakan valid dan reliabel.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 105 siswa (responden), didapat bahwa prestasi belajar sebagian besar siswa (41%) berada dalam kategori baik. Konsumsi energi sebagian besar (59.1%) siswa dan protein pada sebagian besar (41.9%) siswa sudah memenuhi kebutuhan energi protein yang dianjurkan. Sebagian besar siswa berada dalam kategori kurang vitamin B1 (95.2% siswa), vitamin B2 (85.7% siswa) dan vitamin B12 (75.2%). Begitu pula dari hasil penelitian berdasarkan kecukupan mineral, sebagian besar siswa berada dalam kategori kurang kalsium (47.6% siswa), seng (79% siswa) dan besi (71.4% siswa). Sedangkan status gizi sebagian besar siswa berada dalam kategori normal (82.9% siswa pada indikator BB/U, 88.6 % siswa pada indikator TB/U dan 72.4% siswa pada indikator BB/TB).

Hasil uji korelasi Rank Spearman antara prestasi belajar dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U menunjukkan hubungan yang sangat nyata positif ( p < 0.01; r = 2.55 ). Hal ini berarti semakin baik status gizi responden jika dilihat pada nilai z – skor berdasarkan TB/U menunjukkan responden semakin berprestasi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang nyata positif antara prestasi belajar dengan lingkungan belajar di sekolah meliputi persepsi tentang belajar di sekolah ( p < 0.01; r = 0.339 ), sarana belajar di sekolah ( p < 0.01; r = 0.395 ) dan kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah ( p < 0.05; r = 0.198 ). Hal ini berarti semakin baik lingkungan belajar di sekolah menunjukkan responden semakin berprestasi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang nyata positif antara prestasi belajar dengan lingkungan belajar di rumah meliputi perhatian orang tua di rumah ( p < 0.05; r = 0.233 ), sarana belajar di rumah ( p < 0.01; r = 0.306 ), suasana belajar di rumah ( p < 0.01; r = 0.307 ) dan pola blajar di rumah ( p < 0,01; r = 0,458 ). Hal ini berarti semakin baik lingkungan belajar di rumah menunjukkan responden semakin berprestasi. Sedangkan pada hasil uji korelasi Rank Spearman antara lingkungan pergaulan di rumah dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p < 0.05; r= 0.091 ).

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Novita dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 November 1980. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan (alm) Abdul Mufti Hutagalung dan (alm) Darmasih.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari tahun 1986 di TK Mekar Melati, Jakarta Selatan. Pada tahun 1987 hingga tahun 1993 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SD Cipete Utara 01 Pg, Jakarta Selatan. Kemudian masuk menjadi murid Sekolah Lanjut Tingkat Pertama pada tahun 1993 di SMP Negeri 12 yang juga bertempat di Jakarta Selatan. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan akademis kejenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta Selatan. Penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT sebagai pencipta seluruh alam ini, syukur kepada-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih dari hati dan jiwa yang paling dalam kepada kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, (alm) Abdul Mufti Hutagalung dan (alm) Darmasih, doa ayah dan ibu selalu terasa di dalam hatiku. Terimakasih dengan tulus penulis sampaikan kepada :

1. Yang Terhomat Bapak Prof. Dr. Ir. H. Deddy Muchtadi, MS

selaku pembimbing akademik dan pembimbing pertama tugas akhir penulis, yang selalu sabar menunggu dan membimbing penulis sampai akhir. 2. Yang Terhormat Ibu Dra. Waysima, MSc , selaku pembimbing kedua tugas

akhir penulis, terimakasih atas nasehat – nasehat dari ibu. 3. Yang Terhormat Ibu Dr. Ir. Hj. Endang Prangdimurti, Msi

selaku dosen penguji, terimakasih bu atas kemudahan dan nasehatnya.

4. Yth. Bapak/Ibu Guru serta adik – adik kelas V di SDS Pelita, SDN Jati Padang 05, SDN Kebagusan 03 dan SDS Raudhatul Jannah, belajar yang rajin ya dek! 5. Abang Dani dan Mba Eki (pupu), Uning Ida dan Mas Tri, Kakak Susan dan

Bang Wahyu, terimaksih atas doa dan pelajaran hidupnya dan doakan adikmu ini agar selalu tersenyum.

6. Keponakan – keponakan kecilku : Nina, Naufal, Shinta, (alm) Nur dan Syfa, terimakasih ya sayang selalu membuat oncu/makete tersenyum dengan celoteh dan tingkah laku kalian. Belajar yang rajin ya sekolahnya.

7. Saudariku, Ibu Dias Indrasti, STP , terimaksih atas semua bantuannya, semangatnya dan doanya. Jazakillah Khairon Katsiron, hanya Allah yang dapat membalas.

8. ”Teman – teman” FATETA 37 , terimakasih atas doanya walau entah ada dimana sekarang, pasti kalian mendoakan

9. Teman – teman TPG 37, terimakasih atas doanya. Akhirnya Novi bisa. 10.Mas Chairul Arifin dan keluarga, terimaksih atas nasehat dan doanya.

(18)

Terimakasih setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakillah Khairon Katsiron, hanya Allah yang dapat membalas.

Jakarta, 27 Agustus 2007

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Sasaran Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Konsumsi Pangan ... 4

B. Status Gizi ... 5

C. Anak Usia Sekolah ... 7

D. Belajar ... 8

E. Prestasi Belajar ... 9

F. Lingkungan yang Mempengaruhi Belajar ... 10

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

A. Kerangka Pendekatan Studi ... 12

B. Metode Penelitian ... 14

C. Metode Penentuan Sampel ... 14

D. Jenis dan Sumber Data ... 17

1. Data Primer ... 17

2. Data Sekunder ... 18

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner ... 18

1. Pre – Test ... 18

2. Pengujian Validitas Kuisioner... 19

3. Pengujian Reliabilitas Kuisioner ... 22

(20)

G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Gambaran Umum Responden ... 26

1. Karakteristik Responden ... 26

2. Prestasi Belajar ... 27

3. Status Gizi ... 29

4. Lingkungan Belajar di Sekolah ... 31

a. Persepsi tentang Belajar di Sekolah ... 31

b. Sarana Belajar di Sekolah ... 33

c. Kedisiplinan Tata Tertib di Sekolah ... 34

5. Lingkungan Belajar di Rumah ... 36

a. Sarana Belajar di Rumah ... 36

b. Perhatian Orang Tua di Rumah ... 37

c. Suasana Belajar di Rumah ... 39

d. Lingkungan Pergaulan di Rumah ... 40

e. Pola Belajar di Rumah ... 41

6. Konsumsi Pangan ... 42

a. Energi ... 42

b. Protein ... 43

c. Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B12, Vitamin A, Vitamin C ... 44

d. Mineral ( Kalsium, Fosfor, Seng dan Besi )... 48

B. Hubungan beberapa Variabel dengan Prestasi Belajar ... 52

1. Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 52

2. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 53

a. Hubungan antara Persepsi tentang Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 53

b. Hubungan antara Sarana Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar ... 54

(21)

3. Hubungan antara Lingkungan Belajar

di Rumah dengan Prestasi Belajar... 56

a. Hubungan antara Sarana Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar ... 56

b. Hubungan antara Perhatian Orang Tua di Rumah dengan Prestasi Belajar... 57

c. Hubungan antara Suasana Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar... 58

d. Hubungan antara Lingkungan Pergaulan di Rumah dengan Prestasi Belajar... 58

e. Hubungan antara Pola Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar ... 59

4. Hubungan antara Konsumsi Pangan dengan Status Gizi ... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Angka kecukupan gizi rata – rata yang dianjurkan

(per orang per hari) pria dan wanita Usia 10 – 12 tahun ... 5 Tabel 2. Sebaran Sekolah Dasar pada wilayah Pasar Minggu ... 15 Tabel 3. Data sekolah dan jumlah siswa di Kelurahan Jati Padang

dan Kelurahan Kebagusan. ... 17 Tabel 4. Hasil uji validitas kuisioner pada seluruh sampel ... 20 Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan asal sekolah ... 26 Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 26 Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir 27

orang tua ... 27 Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan tingkat prestasi belajar ... 28 Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan status gizi menurut

tiga indikator (BB/U, TB/U dan BB/TB) ... 30 Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan persepsi

tentang belajar di sekolah ... 32 Tabel 11. Sebaran responden berdasarkan sarana belajar di sekolah ... 34 Tabel 12. Pendapat responden terhadap pelaksanaan

tata tertib sekolah ... 35 Tabel 13. Sebaran responden berdasarkan penggunaan

sarana belajar di rumah ... 37 Tabel 14. Sebaran responden berdasarkan

perhatian orang tua di rumah ... 38 Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan suasana belajar di rumah ... 39 Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan

lingkungan pergaulan di rumah ... 40 Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan pola belajar di rumah ... 41 Tabel 18. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan energi ... 42 Tabel 19. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan protein ... 44 Tabel 20. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan vitamin B1 ... 44 Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan vitamin B2 ... 45 Tabel 22. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan vitamin B12 ... 46 Tabel 23. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan vitamin A ... 47 Tabel 24. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan vitamin C ... 47 Tabel 25. Sebaran responden berdasarkan

(23)

kategori tingkat kecukupan fosfor ... 49 Halaman Tabel 27. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan besi ... 50 Tabel 28. Sebaran responden berdasarkan

kategori tingkat kecukupan seng ... 51 Tabel 29. Tabulasi hubungan antara status gizi

( nilai Z – Score indikator TB/U ) dengan prestasi belajar ... 53 Tabel 30. Tabulasi hubungan antara persepsi tentang belajar di sekolah dengan prestasi belajar ... 54 Tabel 31. Tabulasi hubungan antara sarana belajar di sekolah

dengan prestasi belajar ... 55 Tabel 32. Tabulasi hubungan antara kedisiplinan terhadap tata tertib

dengan prestasi belajar ... 56 Tabel 33. Tabulasi hubungan antara perhatian orang tua di rumah

dengan prestasi belajar ... 57 Tabel 34. Tabulasi hubungan antara sarana belajar di rumah

dengan prestasi belajar ... 57 Tabel 35. Tabulasi hubungan antara suasana belajar di rumah

dengan prestasi belajar ... 58 Tabel 36. Tabulasi hubungan antara lingkungan pergaulan di rumah

(24)

DAFTAR GAMBAR

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil uji validitas dengan korelasi Spearman pada 30 Sampel ... 67 Lampiran 2. Hasil uji validitas kuisioner pada seluruh sampel (105 responden) dengan korelasi Rank Spearman ... 69 Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas kuisioner dengan Alpha Cronbach ... 70 Lampiran 4. Hasil uji beda T-Test antara prestasi belajar siswa laki-laki dan perempuan ... 71 Lampiran 5. Hasil uji beda T-Test antara prestasi belajar siswa SD favorit dan SD non favorit di kelurahan Jati Padang dan Kebagusan ... 72 Lampiran 6. Hasil uji beda T-Test status gizi siswa laki-laki dan

perempuan ... 73 Lampiran 7. Hasil uji korelasi Spearman status gizi (BB/U dan BB/TB)

dengan prestasi belajar ... 74 Lampiran 8. Sebaran responden berdasarkan status gizi dengan

prestasi belajar ... 75 Lampiran 9. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara konsumsi pangan

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa karena mereka merupakan aset negara yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini. Kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan berujung pada kegagalan dalam membantu mereka untuk menjadi manusia berkualitas, yang berarti gagal dalam menyambung sebuah generasi. Pembinaan dan pengembangan anak memerlukan perhatian penting agar tercapai proses tumbuh kembang yang optimal dan menjadi manusia yang berkualitas.

Fase anak-anak merupakan fase yang paling penting dalam perkembangan seseorang dimana terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Menurut Ismail (1993), fenomena tumbuh kembang terjadi pada fase anak-anak yang berkaitan dengan pertumbuhan anak secara fisik dan perkembangan yang dihubungkan dengan fungsi kematangan organ tersebut. Asupan gizi yang cukup sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Karena, begitu pentingnya pangan, dengan sendirinya tingkat konsumsinya ikut menentukan kualitas manusia sebagai suatu sumber daya pembangunan. Dengan konsumsi pangan yang berkualitas dan seimbang, gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat tercukupi, sehingga kualitas sumber daya manusia akan lebih baik pula.

(27)

B. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh status gizi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tujuan khusus :

1. Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

2. Mengetahui status gizi dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

3. Mengetahui lingkungan belajar di sekolah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

4. Mengetahui lingkungan belajar di rumah dan menganalisa pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

5. Mengetahui konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi serta menganalisa pengaruhnya terhadap status gizi siswa Sekolah Dasar di beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

C. Manfaat Penelitian

(28)

D. Sasaran Penelitian

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktifitas fisik (Atmatsier, 2002). Menurut Nasoetion dan Riyadi (1994), untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus ataupun rusak, melakukan kegiatan dan pertumbuhan sebelum mencapai usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut maka dibutuhkan sejumlah zat gizi yang diperoleh melalui makanan setiap hari.

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Madanijah, 2004). Survei konsumsi pangan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu (a) metode recall (mengingat), (b) metode inventaris, (c) metode pendaftaran dan (d) metode penimbangan (Riyadi, 2001). Makanan yang dikonsumsi anak haruslah merupakan sumber zat gizi yang baik dan yang diperlukan. Menurut Judarwanto (2004), berat badan yang kurang karena kurangnya asupan gizi biasanya disertai dengan kekurangan vitamin, mineral dan zat gizi lainnya sehingga mengakibatkan kecerdasan dan daya tahan tubuh berkurang.

(30)

Nilai kecukupan gizi pada anak laki – laki usia 11 – 12 tahun berbeda dengan anak perempuan dengan usia yang sama. Angka kecukupan gizi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Angka kecukupan gizi rata – rata yang dianjurkan (per orang per hari) pria dan wanita Usia 10 – 12 Tahun

Variabel

Pria BB = 30 kg TB = 135 cm

Wanita BB = 35 kg TB = 140 kg

Energi ( kkal ) 2000 1900

Protein ( g ) 45 54

Vitamin A ( RE ) 500 500

Vitamin B1 ( mg ) 1.0 1.0

Vitamin B2 ( mg ) 1.0 1.0

Vitamin B12 ( mg ) 1.0 1.0

Vitamin C ( mg ) 50 50

Kalsium ( mg ) 700 700

Fosfor ( mg ) 500 450

Besi ( mg ) 14 14

Seng ( mg ) 15 15

Sumber : Muhilal, et al (1998)

B. Status Gizi

(31)

Status gizi pada anak dipengaruhi oleh tiga determinan, yaitu determinan langsung, determinan tidak langsung dan determinan dasar. Determinan langsung merupakan faktor yang terdapat pada tingkat individu. Yang menjadi determinan langsung pada status gizi anak adalah konsumsi makanan dan status kesehatan atau infeksi (Riyadi, 2001).

Selanjutnya menurut Riyadi (2001), determinan tidak langsung adalah determinan yang terdapat pada tingkat rumah tangga yaitu ketahanan rumah tangga, perawatan anak, lingkungan kesehatan, termasuk akses terhadap semua determinan tidak langsung adalah kemiskinan. Dampak kemiskinan terhadap malnutrisi tampak jelas. Determinan dasar adalah potensi sumberdaya yang tersedia di suatu negara wilayah dan masyarakat. Sumberdaya ini dibatasi oleh lingkungan alam, akses terhadap teknologi dan juga mutu sumberdaya manusia.

Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk menilai status gizi, diantaranya adalah antropometri. Pengukuran antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan, lingkaran bagian-bagian tubuh, serta lapisan kulit (Riyadi, 2001).

Penilaian gizi dilakukan sebagai interpretasi informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran konsumsi pangan, biokimia, antropometri dan klinis pada seseorang atau sekelompok orang. Informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan status kesehatan seseorang atau sekelompok penduduk tertentu (Riyadi, 2001).

Antropometri dapat dilakukan dengan beberapa cara pengukuran, yaitu pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagainya. Dari pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi (Soekirman, 1999).

(32)

kombinasi antara tinggi badan dengan umur membentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan kombinasi antara berat badan dengan tinggi badan membentuk indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Soekirman,1999).

C. Anak Usia Sekolah

Anak Usia Sekolah (AUS) adalah anak yang berusia 6 – 12 tahun. Menurut Hurlock (1994), masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tibanya anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi laki-laki, namun secara umum anak usia sekolah adalah anak yang masuk sekolah dasar (SD). Anak SD dibagi atas dua bagian, yaitu kelas rendah yang berumur 6 - 9 tahun dan kelas tinggi yang berumur 10 - 12 tahun.

Kebutuhan energi AUS lebih besar karena mereka banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya olah raga, bermain atau membantu orang tua. Kecukupan energi pada usia ini adalah 80 - 90 kkal/kg BB/hari dan kecukupan proteinnya adalah 1 gram/kg BB/hari (Judarwanto, 2004).

Kebutuhan energi borongan umur 10 - 12 tahun lebih besar dari pada golongan umur 7 - 9 tahunan, hal ini dikarenakan pertumbuhan mereka lebih cepat, terutama penambahan berat badan. Mulai umur 10 - 12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga memerlukan energi yang lebih banyak dari anak perempuan (As’ad, 2002).

(33)

Selama tahap anak sekolah dan remaja, pada umumnya kebiasaan makan anak telah terbina. Kebutuhan zat gizi melonjak pada masa pubertas. Pada anak wanita, pubertas mungkin terjadi pada akhir bersekolah SD atau pada awal Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahap ini mereka mendapat kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpetualang dengan makanan (Samsudin, 1993).

D. Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya - upaya yang dilakukan seseorang. Belajar merupakan hal sangat mendasar bagi manusia dan merupakan proses yang berkesinambungan yang mengubah seseorang dalam berbagai cara (Suparno, 2001).

Masalah belajar di masa anak-anak merupakan hal yang sering dihadapi orang tua dan guru. Keluhan-keluhan yang sering kita dengar adalah anak sukar menangkap pelajaran, cepat lupa bila diajarkan sesuatu, tidak dapat konsentrasi, tidak mengerti huruf, kesukaran dalam membaca, menulis dan berhitung, tidak ada gairah belajar dan sebagainya (Prasetyo, 1993).

Menurut Suparno (2001), cara belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu antara lain kesukaran mencerna pelajaran, kehilangan gairah belajar, disiplin diri dalam belajar, tidak bisa konsentrasi, ketekunan, konsep rendah diri dan gangguan emosi. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu antara lain faktor sosial ekonomi, keadaaan guru, tugas -tugas non akademik, dukungan dari orang sekitar dan masyarakat, keadaan lembaga belajar.

(34)

E. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Menurut Atmodiwirjo (1993), intelegensi berperan sebagai kapasitas global dari individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. Dalam hal ini kapasitas global dimaksudkan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai elemen atau kemampuan yang tidak seluruhnya berdiri sendiri tetapi secara kualitatif dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai kompetensi intelektual yang optimal diperlukan potensi intelektual yang cukup, lingkungan yang positif yang mampu merangsang dan menunjang direalisasikannya potensi yang telah ada serta anak sendiri yang aktif berperan dalam interaksi dengan lingkungan tersebut.

Faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi seorang anak antara lain faktor keturunan, faktor parental yaitu berhubungan dengan faktor gizi dan penyakit yang diderita ibu hamil, kesulitan dalam proses kelahiran yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan seorang anak serta keadaan sosial ekonomi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh penyakit atau cedera otak, serta ketunaan pada alat indra yang mengganggu penerimaan rangsang (sensory input) dari lingkungan sehingga pemprosesan informasi tidak dapat berjalan dengan baik (Atmodiwirjo, 1993).

Menurut Khomsan (2004), mencetak generasi yang sehat dan cerdas harus dimulai sejak anak dalam janin sampai remaja. Berbagai intervensi harus diberikan kepada anak-anak khususnya dalam hal gizi, kesehatan dan pendidikan.

(35)

usia di bawah tiga tahun sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak (Judarwanto, 2004).

Menurut Judarwanto (2004), kurang gizi pada fase cepat tumbuh otak (di bawah usia 18 bulan) akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih) dan kecerdasan anak tersebut tidak bisa lagi berkembang secara optimal. Kurang energi dan protein pada masa anak - anak akan menurunkan IQ yang menyebabkan kemampuan geometrik rendah dan anak tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal. Menurut penelitian Arnelia et al. (1995), rata-rata nilai IQ anak yang pernah menderita gizi buruk sewaktu balita lebih rendah 13,7 point dibandingkan dengan anak yang tidak pernah menderita KEP. Namun IQ yang tinggi tidak selalu menjadi jaminan untuk meraih prestasi belajar di sekolah, tapi harus dibarengi dengan upaya mengasah keterampilan, kerajinan, ketekunan dan kemampuan berfikir.

F. Lingkungan yang Mempengaruhi Belajar

Lingkungan fisik mempengaruhi kualitas belajar seseorang. Rumah atau sekolah yang bising atau tidak nyaman, sirkulasi udaranya yang kurang baik, sempit bahkan berdesak-desakan dan tidak cukup cahaya menyebabkan seseorang sulit konsentrasi dalam belajar (Suparno, 2001).

Menurut Ismail (1993), sangat perlu diciptakan kondisi yang baik untuk belajar. Berbagai kemudahan dapat dimanfaatkan dengan bijaksana, seperti keberadaan televisi sekarang ini. Orang tua sudah sepatutnya mendukung anak dengan cara mendampingi anak belajar. Prasetyo (1993) menambahkan, sikap dari lingkungan sekitar perlu diperhatikan. Sikap lingkungan yang tidak simpatik dapat menanamkan perasaan negatif anak terhadap belajar, yang selanjutnya akan menghambat kelancaran proses belajar anak bila kesiapan belajarnya tercapai.

(36)
(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pendekatan Studi

Anak Usia Sekolah (AUS) adalah anak yang berusia 6 – 12 tahun. Kebutuhan energi 10 - 12 tahun lebih besar dari pada golongan umur 7 - 9 tahunan, hal ini dikarenakan pertumbuhan mereka lebih cepat, terutama penambahan berat badan (As’ad, 2002). Prestasi belajar merupakan hasil penilaian dari proses pembelajaran anak di sekolah dan di lingkungan tempat tinggal mereka.

Konsumsi pangan sangat berhubungan dengan status gizi anak. Jika konsumsi pangan anak tercukupi semua kebutuhan energi dan zat gizinya diharapkan akan menghasilkan status gizi yang baik dan terhindar dari masalah kesehatan kurang gizi. Sebaliknya, jika anak tidak tercukupi semua kebutuhan energi dan zat gizinya maka akan menghasilkan status gizi kurang dan rawan terhadap masalah kesehatan kurang gizi. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak dan kemampuan anak dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga anak yang memiliki status gizi yang kurang, tidak optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah.

(38)

Keterangan : : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi

Prestasi Belajar Anak Kelas V SD

Status Gizi

Pengukuran dengan Antropometrik Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi

Lingkungan belajar di sekolah

(39)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Selain itu juga dilakukan wawancara responden untuk menunjang keakuratan pengisian kuisioner. Tipe penelitian ini tergolong penelitian penjelasan ( explanatory research ) karena penelitian akan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa ( Singarimbun dan Effendi, 1995 ).

C. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam hal ini sampel dipilih berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu, sedangkan pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian. Cara pengambilan sampel ini adalah dengan memilih subgrup dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat – sifat populasi. Jadi dalam hal ini harus diketahui terlebih dahulu sifat – sifat populasi tersebut, dan sampel yang akan ditarik diusahakan supaya mempunyai sifat – sifat seperti populasi tersebut. Hal ini berarti bahwa purposive sampling tidak akan dilakukan dari populasi yang belum kita kenal sifat – sifatnya, atau yang masih harus dikenal terlebih dahulu (Singarimbun dan Effendi, 1995 ).

(40)

( lebih dari 90% ) siswanya dapat memasuki Sekolah Menengah Pertama Negeri setiap tahunnya, dan SD yang dinyatakan sebagai sekolah non favorit adalah Sekolah Dasar yang sebagian kecil ( kurang dari 50 % ) siswanya dapat memasuki Sekolah Menengah Pertama Negeri setiap tahunnya. Serta, jumlah siswa yang menjadi responden dari masing – masing sekolah dasar berdasarkan kesediaan siswa untuk mengisi kuisioner dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data yang dipeoroleh dari kuisioner merupakan jawaban yang lebih benar.

Menurut Simamora (2002), jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Tingkat kelonggaran

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), penelitian sosial bersifat sangat dinamis karena berkaitan dengan manusia sebagai subyek penelitian sehingga memungkinkan munculnya kesalahan-kesalahan dalam pengambilan data di lapangan yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti sehingga diperlukan adanya tingkat kelonggaran dalam perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian. Umumnya tingkat kelonggaran yang digunakan dalam penelitian sosial sebesar 5 % atau 10 %. Tingkat kelonggaran yang akhirnya digunakan dalam penelitian ini adalah 10 %. Hal ini berdasarkan dengan adanya keterbatasan waktu dan biaya dalam melakukan penelitian yang juga menjadi pertimbangan diperhitungkannya besaran tingkat kelonggaran tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, jumlah anak kelas V SD di Kecamatan Pasar Minggu sebanyak 3610 siswa dari 71 Sekolah Dasar yang terbagi dalam tujuh Kelurahan. Sebaran Sekolah Dasar pada tujuh Kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu dapat dilihat pada Tabel 2. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin, diperoleh nilai

(41)

“n” sebesar 97 pada tingkat kelonggaran 10 % dan 360 pada tingkat kelonggaran 5 %. Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 anak kelas V SD. Angka tersebut sudah mencukupi jumlah populasi yang ada.

Tabel 2. Sebaran Sekolah Dasar pada wilayah Pasar Minggu Kelurahan Jumlah Sekolah Dasar

( Negeri dan Swasta )

Keterangan

Cilandak Timur 9 -

Jati Padang 8 SSE tertinggi

Kebagusan 6 SSE terendah

Pejaten Barat 12 -

Pejaten Timur 18 -

Pasar Minggu 10 -

Ragunan 8 -

Total 71

Pada penelitian ini, sesuai dengan purposive sampling yang dipakai dalam menentukan sampel maka diambil dua kelurahan di wilayah kecamatan pasar minggu dengan status sosial ekonomi yang berbeda. Berdasarkan informasi dari Kecamatan Pasar Minggu, Kelurahan Jati Padang merupakan wilayah dengan status sosial ekonomi tertinggi, sedangkan Kelurahan Kebagusan merupakan wilayah dengan status sosial ekonomi terendah, dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada penelitian ini, sesuai dengan purposive sampling yang dipakai dalam menentukan sampel maka diambil sekolah dasar yang termasuk SD favorit dan SD non favorit dari kelurahan Jati Padang dan kelurahan Kebagusan. Dengan demikian, keempat SD yang menjadi sampel adalah Sekolah Dasar dengan kriteria SD paling favorit dan SD paling non favorit (Tabel 2.).

(42)

SDS Pelita (SD favorit) dan 25 siswa di SDN Jati Padang 05 (SD non favorit), serta sampel dari kelurahan Kebagusan didapatkan 30 siswa di SD Kebagusan 03 (SD favorit) dan 20 siswa di SDS Raudhatul Jannah (SD non favorit), dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data sekolah dan jumlah siswa di Kelurahan Jati Padang dan Kelurahan Kebagusan.

Kelurahan No. Nama sekolah Jumlah

(43)

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner dan observasi langsung, yang meliputi :

1. Karakteristik individu meliputi nama, umur tanggal lahir.

2. Keadaan umum sekolah dan tempat tinggal meliputi keadaan fisik diantaranya sarana belajar, sanitasi dan kebersihan lingkungan : keadaan non fisik meliputi lingkungan pergaulan dan perhatian orang tua di rumah.

3. Kedisiplinan terhadap tata tertib yang ada di sekolah dan rumah. 4. Pola belajar yang meliputi rutinitas belajar dalam sehari, lama belajar,

frekuensi belajar, kebiasaan belajar yang meliputi suasana belajar, metode belajar dan cara mendalami pelajaran.

5. Status gizi yang diukur dari berat badan dan tinggi badan contoh diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak.

6. Konsumsi pangan yang meliputi jumlah, jenis, frekuensi, waktu makan termasuk makanan jajan. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan metode recalll 2x 24 jam.

2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri :

1. Keadaan umum sekolah yang diperoleh dari masing-masing anak. 2. Informasi mengenai prestasi belajar anak di sekolah diperoleh dari

total nilai raport pada tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahas Inggris dan Matematika.

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner

(44)

Pengujian kuisioner dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian. Pengujian ini meliputi pre – test, uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner. Pre-test dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang pertanyaan yang kurang dimengerti atau menimbulkan bias, sehingga dapat diperbaiki berdasarkan saran dari responden tersebut. Jumlah responden yang diambil untuk Pre-test tidak ada patokan yang pasti dan sangat tergantung pada homogenitas responden. Dalam pre-test, pada umumnya digunakan sebanyak 30 - 50 kuisioner dan disarankan untuk memilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Hasil pre–test menunjukkan bahwa tulisan atau huruf yang digunakan dapat terlihat dan jelas terbaca oleh responden. Sebagian besar pertanyaan kuisioner telah dimengerti oleh responden, akan tetapi ada satu pertanyaan yang kurang dimengerti yaitu kata “bising” pada salah satu parameter pertanyaan mengenai suasana belajar di rumah. Oleh karena itu, kata bising dalam pertanyaan tersebut diubah menjadi “ramai”. Setelah pertanyaan tersebut diperbaiki, maka dilakukan uji validitas kuisioner kepada 30 orang responden.

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun dan Effendi, 1995)

2. Pengujian Validitas Kuisioner

(45)

dengan variabel yang ingin diukur. Apabila penyusunan pertanyaan telah sesuai dengan prosedur, maka kuisioner telah memenuhi validitas logis. Validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian, mengembangkan variable penelitian dan menyusun kuisioner (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Spearman. Setiap skor item pertanyaan diuji korelasinya dengan jumlah total skor pertanyaan kuisioner yang diberikan. Jika salah satu item pertanyaan tersebut korelasi dengan skor total maka soal tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya, jika tidak korelasi maka dinyatakan tidak valid.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuisioner minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang responden tersebut maka distribusi skor ( nilai ) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.

Hasil uji validitas yang diperoleh dari 46 pertanyaan hanya 15

pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai korelasi r > 0.521 ( Lampiran 1 ), sehingga 30 pertanyaan harus ditiadakan dalam kuisioner.

Namun menanggapi bahwa 30 pertanyaan tersebut merupakan parameter penelitian yang harus diteliti maka dilakukan lagi uji validitas kuisioner kepada seluruh sampel ( 105 orang responden ). Hasil uji validitas berdasarkan beberapa kelompok parameter dapat dilihat pada Tabel 4 , di bawah ini.

Hasil uji validitas kuisioner juga dapat dinyatakan tidak valid karena kurang bervariasinya jawaban yang diberikan dalam kuisioner, sehingga para responden menjawab dengan jawaban yang mendekati jawabannya. Seperti pada kelompok parameter tentang suasana belajar di rumah pada nomer pertanyaan ke-dua, kemungkinan responden memberikan jawaban “ya” karena tidak ada jawaban “agak” atau “sangat”.

(46)

Kelompok parameter No r-korelasi Sig.(2 – tailed) Hasil uji Persepsi tentang belajar

di sekolah 1 0.365 0.000 Valid

Persepsi tentang cara

guru mengajar pelajaran Matematika

1 0.573 0.000 Valid

2 0.538 0.000 Valid

3 0.437 0.000 Valid

Persepsi tentang cara

guru mengajar pelajaran Bahasa Indonesia

1 0.288 0.003 valid

2 0.328 0.001 valid

3 0.328 0.001 valid

Persepsi tentang cara

guru mengajar pelajaran Bahasa Inggris

1 0.056 0.572 tidak valid 2 0.141 0.153 tidak valid 3 0.021 0.831 tidak valid

Sarana belajar di sekolah

1 - - tidak valid

2 - - tidak valid

3 0.434 0.000 valid

5 0.126 0.200 tidak valid

(47)
(48)

Berdasarkan Tabel 4 , pada beberapa pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan tidak valid. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama, seperti pada kelompok parameter persepsi tentang cara guru mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan pada kelompok parameter pertanyaan tentang sarana belajar di sekolah pada nomor pertanyaan 1, 2 dan 3 dinyatakan tidak valid karena semua responden menjawab dengan jawaban yang sama karena berdasarkan hasil observasi di sekolah pada keempat sekolah tersebut memiliki sarana yang ditanyakan dalam kuisioner dalam hal ini adalah sarana ruang perpustakaan dan para guru pengajar setempat selalu mengingatkan siswa untuk mengunjungi ruang perpustakaan tersebut.

Analisis rasional dalam uji validitas jauh lebih penting dari pada analisis empirik. Setiap instrumen penelitian haruslah memenuhi persyaratan validitas isi dan konstruk, tetapi tidak ada tuntutan keharusan untuk memenuhi validitas empirik. Namun, jika kita bermaksud melengkapinya dengan salah satu jenis validitas empirik tersebut tentu hal itu baik – baik saja. Oleh karena itu, fokus perhatian uji validitas adalah pada analisis rasional, dan bukan analisis kuantitatif yang mempergunakan jasa statistik ( Nurgiyantoro et al, 2004 ).

Hasil uji validitas pada seluruh sampel dalam bentuk tabel korelasi Rank – Spearman dapat dilihat pada Lampiran 2. Walau demikian hasil yang diperoleh, beberapa pertanyaan yang tidak valid tetap ada dalam kuisioner penelitian karena pertanyaan tersebut diperlukan untuk mendapatkan data informasi tambahan tetapi tidak dimasukkan nilainya dalam uji reliabilitas.

3. Pengujian Reliabilitas Kuisioner

(49)

persepsi akan sulit mendapatkan hasil yang konsisten karena gejala sosial tidak semantap gejala fisik, sehingga dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan kesalahan pengukuran ( measurement error ).

Pada penelitian ini, pengukuran reliabilitas dilakukan dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, dengan rumus :

r = K Σσi2 K - 1 σ2

r = koefisien reliabilitas yang dicari k = jumlah butir pertanyaan ( soal )

σi2 = varians butir – butir pertanyaan ( soal ) σ2

= varians skor tes

Varians butir itu sendiri dapat diperoleh dengan rumus :

ΣXi2 ( ΣXi ) 2 σi2 = N

N

σi2 = varians butir pertanyaan ke-n

ΣXi = jumlah skor jawaban subyek untuk butir pertanyaan ke-n

Menurut Nurgiyantoro et al, ( 2004 ), instrumen yang berupa alat tes atau angket yang dibuat untuk keperluan pengajaran, indeks reliabilitas dinyatakan reliable jika harga r yang diperoleh paling tidak mencapai 0.60.

(50)

dari nilai tabel yaitu 0.6. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

F. Pengolahan dan Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diinterpretasikan. Pada umumnya, analisis data menggunakan metode statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, metode statistik memungkinkan peneliti dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi karena adanya hubungan sistematis antara variabel – variabel yang diteliti atau hanya terjadi secara kebetulan ( Singarimbun dan Effendi, 1995 ).

Pada kuisioner, pertanyaan yang merupakan jawaban positif diberi skor 2 dan untuk pertanyaan dengan jawaban negatif diberi skor 1. Pertanyaan kuisioner dengan interval jawaban 3 sampai dengan 1, yang paling positif diberi skor 3 dan untuk pertanyaan yang paling negatif diberi skor 1. Sedangkan pertanyaan dengan jawaban “ada” diberi skor 2 dan skor 1 untuk jawaban “tidak ada”.

Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa secara statistik deskriptif dan inferesia. Secara deskriptif, data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang bertujuan untuk menganalisa setiap variable yang diteliti dan disusun secara tersendiri serta dilakukan juga uji beda T– test pada beberapa parameter data. Setelah itu secara inferensia, data dianalisa dengan menggunakan program SPSS 12.0 for Windows untuk menggunakan metode korelasi Spearman.

(51)

bahan makanan (DKBM) pada program Nutri Survey. Kemudian tingkat konsumsi pangan dikelompokan menjadi gizi lebih (Konsumsi > 100% kebutuhan sehari), cukup (konsumsi 70 – 100% kebutuhan sehari) dan kurang (Konsumsi < 70 kebutuhan sehari) ( Aswar, 2004).

Data status gizi diperoleh dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data hasil penimbangan berat badan anak dihitung dengan menggunakan simpang baku z-score (Riyadi, 2001), dengan menggunakan rumus :

z-score = Nilai Individu – Nilai Median Nilai Standar Deviasi

Nilai z-score yang berada dalam interval –2 sampai dengan 2 tergolong dalam kategori normal. Nilai z-score <-2 tergolong dalam kategori gizi kurang dan nilai z-score >2 tergolong dalam kategori gizi lebih (Riyadi, 2001).

Analisa korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih serta untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan jika terdapat hubungan yang signifikan antara variable tersebut. Dengan demikian, hubungan antara variabel persepsi tentang belajar disekolah, sarana belajar, lingkungan pergaulan, kedisiplinan terhadap tata tertib, pola belajar, konsumsi pangan, status gizi serta prestasi belajar menggunakan uji Spearman Rank Order Correlation.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Responden 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat dari asal sekolah, jenis kelamin dan pendidikan terakhir orang tua. Survai dilakukan oleh 105 orang responden siswa Sekolah Dasar pada usia 11 – 12 tahun. Anak usia sekolah 10 – 12 tahun dinilai sudah cukup mampu memahami instruksi yang diberikan peneliti lewat kuisioner selama pengambilan data, sehingga menunjang tercapainya tujuan penelitian. 105 siswa responden tersebut berasal dari empat Sekolah Dasar di wilayah kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. 30 siswa dari SDS Pelita dan 25 siswa dari SDN Jati Padang 05, yang keduanya berada di kelurahan Jati Padang dengan status sosial ekonomi masyarakatnya tertinggi di kecamatan Pasar Minggu. Sedangkan 30 siswa dari SDN Kebagusan 03 dan 20 siswa dari SDS Raudhatul Jannah, yang keduanya berada di kelurahan Kebagusan Besar dengan status sosial ekonomi masyarakatnya terendah di kecamatan Pasar Minggu. Data sebaran responden berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan asal sekolah

Asal sekolah n %

SDS. Pelita 30 28.6 SDN. Jati Padang 05 25 23.8 SDN. Kebagusan 03 30 28.6 SDS. Raudhatul Jannah 20 19.0

Total 105 100

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin n %

(53)

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir orang tua terbagi menjadi 8 kelompok. Sebagian besar orang tua responden berpendidikan terakhir pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dengan persentase sebesar 63.8 % pada Bapak dan 56.2 % pada Ibu. Ada beberapa orang tua responden berpendidikan terakhir Sarjana sebesar 16.2 % pada Bapak dan 11 % pada Ibu. Tabel 7 menyajikan data sebaran pendidikan terakhir orang tua responden. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua responden dalam penelitian ini dinilai cukup mampu mengakses informasi yang diperlukan untuk kelangsungan dan kesejahteraan keluarganya. Data pendidikan terakhir orang tua responden diperlukan untuk mengetahui berapa banyak yang dapat memahami bentuk pola asuh dan pola makan yang benar terhadap anaknya.

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua Pendidikan

2. Prestasi Belajar

(54)

belajar atau prestasi antara lain untuk mengetahui apakah proses belajar telah berlangsung efektif atau sebaliknya.

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan tingkat prestasi belajar

Kategori prestasi n %

Sangat baik

28 26.6

Baik 43 41

Cukup 34 32.4

Kurang 0 0

Total 105 100

Berdasarkan hasil perhitungan uji beda T- test prestasi belajar antara siswa laki – laki dan perempuan (Lampiran 4) , menunjukkan bahwa nilai t = -1.129 lebih kecil dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.262. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa laki – laki dan perempuan. Hasil perhitungan uji beda T-test prestasi belajar siswa laki – laki dan perempuan pada SD favorit di Kelurahan Jati Padang dan Kebagusan, menunjukkan bahwa nilai t = -1.426 lebih kecil dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.159. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa laki – laki dan perempuan pada SD favorit di kedua Kelurahan tersebut. Demikian pula pada hasil perhitungan uji beda T-test prestasi belajar siswa laki – laki dan perempuan pada SD non favorit di Kelurahan Jati Padang dan Kebagusan, menunjukkan bahwa nilai t = -0.223 lebih kecil dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.825. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa laki – laki dan perempuan pada SD non favorit di kedua Kelurahan tersebut. Kemampuan prestasi belajar tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, siswa yang rajin belajar dan sangat memanfaatkan waktunya untuk belajar akan menjadi siswa yang berprestasi.

(55)

SSE terendah menunjukkan bahwa nilai t = 0.688 lebih besar dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.495. Artinya, ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar pada SD favorit dan SD non favorit di kedua Kelurahan tersebut, lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan hasil perhitungan uji beda T-test prestasi belajar SD favorit antara Kelurahan Jati Padang dengan Kelurahan Kebagusan menunjukkan bahwa nilai t = 3.049 lebih besar dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.003. Begitu pula pada SD non favorit antara Kelurahan Jati Padang dengan Kelurahan Kebagusan menunjukkan bahwa nilai t = 1.844 lebih besar dari taraf signifikan (2-tailed) yaitu 0.072. Artinya, ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar SD favorit antara Kelurahan Jati Padang dengan Kelurahan Kebagusan dan juga ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar SD non favorit di kedua Kelurahan tersebut, lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan SSE (Status Sosial Ekonomi) mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3. Status Gizi

Berdasarkan Tabel 9, status gizi responden diukur dengan menggunakan tiga indikator status gizi, yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Menurut Soekirman (1999), untuk mengetahui secara tepat status gizi anak sebaiknya menggunakan tiga indikator status gizi tersebut, sehingga dapat disimpulkan secara tepat keadaan gizi anak. Jika dilihat berdasarkan BB/U sebagian besar responden ( 82.9 % ) berstatus gizi normal. Berdasarkan indikator TB/U sebagian besar responden ( 88.6 % ) juga tergolong dalam kategori normal. Status gizi responden berdasarkan BB/TB sebagian besar responden ( 72.4% ) berada dalam kategori normal.

(56)

badannya. Menurut Soekirman (1999), berat badan berkorelasi dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.

Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan status gizi

Variabel n %

Status gizi (BB/U)

Normal 87 82.9

Kurang 18 17.1

Total 105 100

Status gizi (TB/U)

Normal 93 88.6

Kurang 12 11.4

Total 105 100

Status gizi (BB/TB)

Normal 77 73.3

Lebih 12 11.4

Kurang 16 15.2

Total 105 100

(57)

4. Lingkungan Belajar di Sekolah

a. Persepsi tentang Belajar di Sekolah

Berdasarkan pada Tabel 10, hampir semua responden (92.4 %) menyatakan senang belajar di sekolah dengan alasan sebesar 64.9 % responden banyak mendapatkan teman di sekolah. Sedangkan ada 8 siswa atau 7.6 % responden tidak senang belajar di sekolah. Hal ini sebagian besar dikarenakan responden tidak senang dengan cara guru mengajar pada salah satu mata pelajaran.

Berdasarkan beberapa mata pelajaran yang ditanyakan pada kuisioner, sebesar 73.3 % responden senang belajar Matematika, 78.1 % responden senang dengan cara mengajar guru Matematika, 80 % responden mengerti dengan pelajaran matematika yang diajarkan di kelas. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, 90.5 % responden senang belajar Bahasa Indonesia, 93.3 % responden senang dengan cara mengajar guru Bahasa Indonesia, 96.2 % responden mengerti dengan pelajaran matematika yang diajarkan di kelas. Pada pelajaran Bahasa Inggris, 97.1 % responden senang belajar Bahasa Inggris, 96.2 % responden senang dengan cara mengajar guru Bahasa Inggris, 99 % responden mengerti dengan pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan di kelas.

(58)

Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan persepsi tentang belajar di sekolah

Persepsi tentang belajar di sekolah n %

Kesenangan belajar di sekolah

Senang 97 92.4

Tidak senang 8 7.6

Total 105 100

Hal-hal yang membuat siswa senang belajar di sekolah

Banyak teman 63 64.9

Cara guru mengajar 24 24.7

Ada tempat olahraga 2 2.1

Ada perpustakaan 5 5.2

Tidak menjawab 3 3.1

Total 97 100

Hal-hal yang membuat siswa tidak senang belajar di sekolah

Senang dengan cara guru mengajar matematika

Ya 82 78.1

Senang belajar Bahasa Indonesia

Ya 95 90.5

Tidak 10 9.5

Total 105 100

Senang dengan cara guru mengajar Bahasa Indonesia

Ya 98 93.3

Tidak 7 6.7

Total 105 100

Mengerti pelajaran Bahasa Indonesia

Ya 101 96.2

Tidak 4 3.8

Total 105 100

Senang belajar Bahasa Inggris

Ya 102 97.1

Tidak 3 2.9

Total 105 100

Senang dengan cara guru mengajar Bahasa Inggris

Ya 101 96.2

Tidak 4 3.8

Total 105 100

Mengerti pelajaran Bahasa Inggris

Ya 104 99

Tidak 1 1

Gambar

Tabel 1.  Angka kecukupan gizi rata – rata yang dianjurkan (per orang per
Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi
Tabel 2.  Sebaran Sekolah Dasar pada wilayah Pasar Minggu
Tabel 3.  Data sekolah dan jumlah siswa di Kelurahan Jati Padang dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu (1) membandingkan pemenuhan komponen kriteria mikrobiologi (Codex, 1997 dan 2012) pada peraturan cemaran mikroba

Veteran, Malang 65145 Jawa Timur * Email : iqbalharindra94@gmail.com ABSTRAK Pemilihan varietas yang tepat dapat menjadi salah satu langkah petani dalam budidaya tanaman jagung,

Strategi komunikasi adalah cara tertentu yang dilakukan komunikator terhadap simbol-simbol yang disampaikan kepada kelompok penerima pesan yang dituju. Strategi yang

P.T.Joyful Bakery Makassar yang menjadi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri khususnya produksi barang dan jasa berupa makanan

Seperti sebuah rumah, setiap unitnya menghadirkan tata letak ruangan dengan pengaturan fungsi yang optimal seperti kamar tidur yang lega, ruang tamu yang leluasa, adanya ruang

Berdasarkan hasil pembahasan pada lima dimensi kualitas pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi yang memerlukan prioritas penangan sesuai dengan tingkat kepuasan

dipaduserasikan dengan peran produktif sesuai dengan kompetensi yang dimiliki perempuan berkeluarga tersebut. Ini maknanya eksistensi seorang ibu satu

Pada puncaknya, ketika keberadaan negara Republik Indonesia nyaris diragukan oleh dunia internasional akibat serangan militer Belanda II (pecah pada 19 Desember 1948),