PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN RASAMALA
(Altingia excelsa Noronhae) DENGAN TEKNIK Lateral Root
Manipulation (LRM) DI HUTAN PENDIDIKAN
GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
DESSY CHAHYA LESTARI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN RASAMALA
(Altingia excelsa Noronhae) DENGAN TEKNIK Lateral Root
Manipulation (LRM) DI HUTAN PENDIDIKAN
GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
DESSY CHAHYA LESTARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Dessy Chahya Lestari. E44062427. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, dan pertumbuhannya tetap kerdil dan merana atau mengalami stagnasi. Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik untuk mengatasi tanaman stagnasi dengan melakukan pemotongan akar lateral dan pemupukan.
Penelitian ini mengamati respon pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi terhadap perlakuan LRM. Percobaan dilakukan dengan rancangan petak terbagi dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tinggi, pertambahan jumlah pucuk dan perubahan warna daun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar dengan teknik LRM dan pemberian kompos aktif Teraremed serta pupuk polimer Terabuster dapat merangsang pertumbuhan akar baru. Perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Terabuster 500 cc dan Teraremed sebanyak 1000 g memberikan pengaruh terbaik pada pertambahan jumlah pucuk tanaman rasamala. Pemberian kompos aktif Teraremed serta pupuk polimer Terabuster juga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi pada tanaman rasamala. Perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Terabuster sebanyak 1000 cc dan Teraremed 1000 g memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman rasamala.
SUMMARY
Dessy Chahya Lestari. E44062427. Improve Plant Growth of Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) with Lateral Root Manipulation (LRM) Technique in Gunung Walat Forest Education, Sukabumi. Supervised by Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.
The soil compaction can lead negative effect on function and roots development. The roots cannot develop properly and nutrient absorption will be disrupted. As a result, plant cannot grow normally and its growth was stunted. Lateral Root Manipulation (LRM) is one of techniques that can overcome plant stagnation by cutting the lateral roots and fertilizing.
The research observed the response of rasamala (Altingia excelsa Noronhae) growth with LRM treatment at Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. This experiment conducted by split plot that designed with factorial randomized design. The parameters measure are height, number of new shoots and leaves color.
The results of this research indicate that roots cutting treatment with the technique of the LRM, combine with addition Teraremed and Terabuster polymer fertilizer can stimulate new root growth. Treatment of roots cutting with 500 cc Terabuster and 1000 g Teraremed give the best effect in the number of new shoots of rasamala. Teraremed and Terabuster polymer fertilizer can also increase the height of rasamala. Roots cutting treatment with 1000 cc Terabuster and 1000 g Teraremed could give the best effect on rasamala height.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Kabupaten Sukabumi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor , April 2011
Dessy Chahya Lestari
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi Nama Mahasiswa : Dessy Chahya Lestari
NRP : E44062427
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc NIP 19551205 198003 1 004
Mengetahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr NIP 19641110 199002 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta segala kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan Teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku pembimbing skripsi, kedua orang tua serta seluruh keluarga atas segala do’a, kasih sayang dan semangat yang telah diberikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Januari 1988 dari pasangan Abdul Rojak dan Ketih Suketih. Setelah lulus dari SMA Kornita Bogor tahun 2006. Penulis melanjutkan studi di program mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun yang sama. Selama menuntut ilmu di IPB, Penulis pernah aktif di sejumlah organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai anggota Divisi Informasi dan Komunikasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB tahun 2007-2008, anggota Divisi Scientific Improvement Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 2007-2008, anggota Divisi HRD PC Sylva Fakultas Kehutanan IPB 2008-2009, dan anggota Divisi Bussiness Development
Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 2008-2009.
Penulis mengikuti program magang di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi (2009) dan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dendrologi dan Pengaruh Hutan (2010). Penulis juga pernah mengikuti training “Complying The Government Regulation On Forest Land Reclamation After Mining And Oil/Gas Operation” (2009).
Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari IPB selama satu tahun (2007).
Penulis telah menyelesaikan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (2008) yang bertempat di Kamojang dan Leuweung Sancang, Garut, Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2009) dan Praktik Kerja Profesi di PT. INCO Tbk, Pomalaa-Sulawesi Tenggara (2010).
Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi dibimbing oleh Dr. Ir. Yadi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih terutama kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan
skripsi dan ilmu tentang budi pekerti yang diberikan.
2. Kedua orangtua penulis, Abdul Rojak dan Ketih Suketih serta adikku tercinta Derry Rahmansyah atas segala kasih sayang dan cintanya yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan doa, moril, dan materil.
3. Keluarga besar Abah Karsun Effendi dan Bapak Enjam atas do’a, kasih sayang dan semangat yang telah diberikan.
4. Teguh Adi Setia dan Keluarga senantiasa membantu dan memberikan motivasi serta doa.
5. Sahabat terbaikku: Belinda Bunganagara, Lika Aulia Indina, Dwita Noviani, Thea Catleya Agnita, Widya Asti, Dessy Puji Astuti, Cut Reza, Annisa Anggaraini, Lisa Rachmawati, Devina Guci, Dina Rubina dan Siti Marsugi,. 6. Enike Ratna Sari, Helga Sugiarti, Laura Flowrensia, Anindhita Julian, Nuri
Fathia, Vonnya, Muhammad Kalingga, Riri, Luqman Noor Hakim Fadhillah, Arif Setiawan, Ka PM, Ka Topan, Bang Kristian, Ka Atu, Teh Devi dan Sri Maryani untuk semua motivasi dan semangatnya.
7. Teman-teman Silvikultur 43 atas segala dukungan, kebersamaan, dan
kekompakan.
8. Keluarga besar Silvikultur 42, 44, dan 45 atas bantuan dan masukannya. 9. Keluarga besar PAU IPB atas bantuan fasilitas, ilmu dan kebersamaannya. 10. Keluarga besar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW): Bapak Agung,
Bapak Rizal, Bapak Udin, Abah Dadang, Aa Medi, Ema, Mas Ragil, Aa Ade, Aa Yudi atas bantuan fasilitas penelitian, ilmu dan kebersamaanya.
12. Keluarga besar Laboratorium Ekologi Hutan: Bapak Iwan Hilwan. Bapak
Istomo, Ibu Yani, Umi Era dan rekan-rekan mahasiswa Laboratorium Ekologi Hutan atas bantuan fasilitas, ilmu dan kebersamaannya.
13. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan; Ibu Hj. Atikah, Desti Hertanti, S.Hut, R.R. Ghufrona, S. Hut dan rekan rekan mahasiswa Laboratorium Pengaruh Hutan atas bantuan fasilitas, ilmu dan kebersamaannya.
14. Keluarga besar PAU IPB atas bantuan fasilitas, ilmu dan kebersamaannya. 15. Keluarga besar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW): Bapak Agung,
Bapak Rizal, Bapak Udin, Abah Dadang, Aa Medi, Ema, Mas Ragil, Aa Ade, Aa Yudi atas bantuan fasilitas penelitian, ilmu dan kebersamaanya.
16. Keluarga besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Ibu Aliya, Ibu Kokom, Bapak Ismail, Bapak Dedi, Mas Ipul, Mba putri, Ibu Lia, dan Bapak Iwan atas bantuan fasilitas dan petunjuknya.
17. Dan semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala masukan sangat diharapkan guna menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Bogor, April 2011
DAFTAR ISI
2.1. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman ... 42.2. Manipulasi Akar Lateral ... 4
2.3. Manfaat Kompos Aktif dan Pupuk Polimer ... 5
2.4. Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) ... 7
4.2. Pertambahan Jumlah Pucuk Rasamala ... 18
4.3. Perubahan Warna Daun Rasamala ... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 22
5.2. Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Bagan kombinasi taraf perlakuan ... 11
2. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian perlakuan dengan teknik LRM (Pemotongan Akar) dan pemberian Teraremed dan Terabuster (Pemupukan) serta interaksi terhadap
parameter tinggi dan jumlah pucuk rasamala ... 13
3. Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perlakuan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter
pertumbuhan tinggi rasamala ... 14
4. Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perlakuan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Rata-rata pertumbuhan tinggi rasamala per-perlakuan... 14
2. Rata-rata pertumbuhan tinggi rasamala per minggu... 16
3. Pertumbuhan tinggi pada perlakuan AYTB2 minggu ke-1 (A) dan minggu ke-8 (B)... 18
4. Rata-rata pertambahan jumlah pucuk rasamala per-perlakuan... 19
5. Pertambahan jumlah pucuk pada perlakuan AYTB1 minggu ke-1 (A) dan minggu ke-8 (B)... 20
6. Contoh perubahan warna daun dari warna hijau tua sedikit ada bintik hitam (A) menjadi hijau muda bintik hitam sedikit berkurang (B)... 21
7. Contoh perubahan warna daun dari hijau tua (C) menjadi hijau muda (D)... ... ... 21
8. Kondisi lapangan lokasi penelitian... 31
9. Pelabelan dan pemilihan jenis tanaman ... 31
10. Pencampuran Teraremed dengan air ... 31
11. Penimbangan Teraremed ... 32
12. Melakukan perlakuan pemotongan akar, pemberian Terabuster dan Teraremed ... ... ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi
rasamala... 26 2. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah pucuk
rasamala... 26 3. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertambahan
tinggi untuk perbandingan anak petak pada taraf petak utama yang
sama... 27
4. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertumbuhan tinggi untuk perbandingan anak petak
pada taraf petak utama yang sama... 38 5. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
pertambahan jumlah pucuk baru untuk perbandingan anak petak
pada taraf petak utama yang sama... 29 6. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter
pertumbuhan tinggi untuk perbandingan petak utama
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai aktivitas manusia seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan pertanian dan pemukiman dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mencegah dan mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih parah, maka perlu dicari berbagai upaya pengendalian yang mengarah pada kegiatan rehabilitasi lahan. Dalam rangka rehabilitasi lahan khususnya lahan kritis, perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat memodifikasi lingkungan tumbuh
tanaman.
Salah satu kendala dalam melakukan rehabilitasi adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat langsung berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, pertumbuhannya tetap kerdil dan merana atau mengalami stagnasi (Setiadi, 2009).
Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik untuk mengatasi tanaman stagnasi dengan melakukan pemotongan akar lateral. Teknik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru yang akan mengabsorp air dan unsur hara agar tanaman dapat bermetabolisme kembali.
Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu memberikan fungsi sebagai tempat tumbuh dan menyediakan bahan makanan bagi kehidupan tanaman. Penelitian ini mengamati respon pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa Noronhae.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi terhadap perlakuan LRM dan pemberian kompos aktif Teraremed dan
pupuk polimer Terabuster untuk merangsang pertumbuhan akar baru dan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.
Menurut Hariangbanga (2009), Teraremed dibuat dari kotoran hewan, batuan, fosfat, arang sekam dan ditambah dengan protein yang dilengkapi dengan
merupakan Liquid foliar fertilizer, mengandung NPK, Magnesium, Kalsium, dan chelated micronutrients. Terabuster memiliki kemampuan larut sangat tinggi
sehingga mudah diserap oleh tanaman, bentuk chelated yang stabil menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal, merangsang pertumbuhan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh perlakuan pemotongan akar terhadap pertumbuhan rasamala (A. excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk polimer Terabuster dan kompos aktif Teraremed pada pertumbuhan tanaman rasamala (A. excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
3. Mengetahui kombinasi pengaruh perlakuan pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer Terabuster dan kompos aktif Teraremed pada pertumbuhan tanaman rasamala (A. excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
1.3. Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Pemotongan akar dengan teknik LRM dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman rasamala (A. excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
2. Pemberian pupuk polimer Terabuster dan kompos aktif Teraremed dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman rasamala (A. excelsa Noronhae) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman
Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu memberikan tempat tumbuh dan menyediakan hara bagi kehidupan tanaman. Media tanam, pada prinsipnya dapat dinilai baik apabila memiliki empat peranan pokok yaitu
mampu menyediakan tunjangan mekanik, memiliki kemampuan menyimpan air, memiliki aerasi yang baik dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman (Hadi, 1999). Bradshaw (1983) dalam Fahmi (2010) mengemukakan bahwa struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai
karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, tetapi pertumbuhannya tetap kerdil dan merana atau mengalami stagnasi (Setiadi, 2009). Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik untuk mengatasi
tanaman stagnasi dengan melakukan kombinasi pemotongan akar lateral dan pemberian pupuk. Teknik ini dapat memanipulasi merangsang pertumbuhan akar baru yang akan menyerap air dan unsur hara, sehingga tanaman dapat bermetabolisme kembali.
2.2. Manipulasi Akar Lateral
Akar merupakan organ tanaman yang penting, karena berperan dalam penyerapan unsur-unsur hara dan air untuk produksi makanan yang diperlukan untuk hidupnya. Akar pertama pada tanaman berasal dari embrio yang
disebut akar primer. Akar primer dan cabang-cabangnya atau akar lateral membentuk sistem perakaran (Tjondronegoro. et al, 1989).
memasok hara bagi tanaman. Salah satu cara manipulasi akar adalah pemotongan. Yahmadi (1979) menyatakan bahwa pemotongan akar tunggang pada tanaman dapat memperbanyak dan mempercepat terbentuknya akar.
Menurut Karyudi, Siagian dan Sunarwidi (1986), akar lateral adalah bagian organ yang penting peranannya bagi pertumbuhan tanaman karena pada bagian tanaman ini terdapat bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Dibeberapa negara telah dikembangkan teknologi peremajaan akar, yaitu akar-akar lateral ujungnya dipotong sehingga diharapkan munculnnya akar baru. Tindakan ini biasanya dilakukan pada saat tanaman tumbuhnya stagnan. Perlakuan lain yang berkaitan dengan akar adalah pengaktifan akar dengan bio organik sehingga akar bisa cepat tumbuh dan mempunyai kemampuan menembus lubang tanam.
2.3. Manfaat Kompos Aktif dan Pupuk Polimer
Selain perakaran yang sehat, tanaman juga membutuhkan adanya sumber unsur hara untuk dapat bermetabolisme dan tumbuh. Teraremed (Kompos aktif) merupakan produk organik hasil fermentasi sederhana, dari bahan-bahan yang berasal dari kotoran hewan, limbah pertanian, sampah, dan sisa limbah ikan serta
hewan. Dibandingkan dengan produk organik lain, Teraremed selain dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian, perkebunan dan pertumbuhan tanaman kehutanan, produk ini juga dapat merangsang pertumbuhan akar baru dan memperbaiki tingkat kesuburan tanah serta pemakaiannya aman bagi lingkungan (Hariangbanga, 2009).
Teraremed dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan jalan memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Selain itu mampu menyediakan unsur-unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Mn, dan Cu Gaur (1975) dalam Hariangbanga (2008).
sebanyak 1000 gram/lubang dengan cara mencampurkannya dengan tanah pada saat penanaman.
Adapun keuntungan memakai Teraremed diantaranya adalah : 1. Ramah lingkungan karena terbuat dari bahan-bahan organik.
2. Mengandung N, P, K, asam amino, mineral dan mikro-organisme yang berguna bagi tanah.
3.Mengembalikan kesuburan tanah dan membangkitkan aktivitas mikro-organisme di dalam tanah.
4.Memperpanjang umur tanaman karena sistem perakarannya menjadi tumbuh bagus dan kuat.
5.Menjaga ketahanan kadar air dalam tanah.
Menurut Hariangbanga (2008). Kompos aktif dapat mengaktifkan mikroba tanah yang berfungsi untuk mempercepat sistem humifikasi, sehingga dapat bermanfaat untuk mempercepat pembentukan humus pada daerah perakaran
tanaman, serta dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan mempercepat perkembangan akar tanaman. Selain itu kompos aktif dapat meningkatkan serapan hara tanaman, dan dapat merubah hara dalam bentuk metal organik yang lebih mudah diserap oleh tanaman Green Earth Trainer (2007) dalam Hariangbanga
(2008)
Menurut Hariangbanga (2009), Terabuster merupakan Liquid foliar fertilizer, mengandung NPK, Magnesium, Calcium, dan chelated micronutrients. Produk ini diformulasikan untuk penyerapan melalui foliar, dan digunakan ketika penyerapan unsur hara melalui akar terbatas.
Adapun keunggulan dan manfaat Terabuster diantaranya adalah :
1.Memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman. 2.Bentuk chelated yang stabil menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
2.4. Rasamala (A. excelsa Noronhae)
Rasamala merupakan tanaman khas hutan basah campuran di perbukitan dan pegunungan. Pohon ini sering tumbuh berkelompok dan dapat tumbuh pada ketinggian 500-1.500 m dpl, dengan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm dalam bulan kering. Ditanam pada jarak rapat, karena pohon muda cenderung bercabang jika mendapat banyak sinar matahari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
3.2. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Luas kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah 359 Ha yang terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, Blok
Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha. Secara geografis HPGW berada pada 106°48'27''BT sampai 106°50'29''BT dan -6°54'23''LS sampai -6°55'35''LS. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan secara administrasi kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi.
HPGW terletak pada ketinggian 460-715 m dpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam.
Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29° C dan minimum 19° C di malam hari. Tanah HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol, dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit.
Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon
(Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp, dan akasia (Acacia mangium). Penelitian ini
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garpu tanah, meteran 150 cm, pita meter 60 m, label tanaman, tali rafia, patok, tally sheet, gayung, gelas ukur 10 ml, gelas ukur plastik 1 liter, kamera digital, komputer, alat tulis, drum, pengaduk, golok, sarung tangan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman rasamala berumur ± 1 tahun dalam kondisi stagnan, pupuk polimer Terabuster 2% (20 ml Terabuster dilarutkan dalam 1 liter air), dan kompos aktif Teraremed.
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Pemilihan dan Pemblokan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan kepada lokasi dimana terdapat tanaman stagnasi. Selanjutnya kegiatan pemblokan lokasi dilakukan dengan memasang patok serta tali rafia di sekeliling areal lokasi penelitian yang telah ditentukan sebagai batas lokasi.
3.4.2. Penyusunan Denah Lokasi Penelitian
Pembuatan denah lokasi penelitian dilakukan dengan memberi label bertuliskan kode perlakuan pada tiap tanaman yang akan diberi perlakuan dan selanjutnya dibuat denah berdasarkan letak tanaman dan keterangan perlakuannya.
3.4.3. Pelaksanaan LRM (Lateral Root Manipulation)
Tahapan-tahapan pelaksanaan LRM sebagai berikut (Setiadi 2009) : 1. Memperhatikan posisi tajuk dari tanaman yang akan diberi perlakuan 2. Koakan (galian) dibuat mengelilingi tanaman selebar 20 cm dengan
kedalaman 10-20 cm berdasarkan proyeksi tajuk terluar tanaman
3. Semua akar lateral yang muncul diputuskan pada saat pembuatan galian. Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol
5. Pemberian pupuk polimer Terabuster 2% diberikan dengan cara disiram sebanyak 500 cc/tanaman dan 1000 cc/tanaman. Siraman harus membasahi akar, lalu galian ditutup kembali.
3.4.4. Pengukuran dan Pengamatan
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur langsung parameter setiap satu minggu sekali setelah perlakuan. Parameter yang diukur dan diamati adalah sebagai berikut :
1. Jumlah pucuk
Penghitungan jumlah pucuk dilakukan secara manual setiap satu minggu setelah diberi perlakuan
2. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebelum perlakuan sebagai tinggi awal dan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan meteran 150 cm mulai dari pangkal batang yang telah ditandai hingga titik tumbuh pucuk tanaman (apikal dominan)
3. Perubahan warna daun
Pengamatan perubahan warna daun dilakukan dengan pengamatan visual dengan mengambil foto daun setiap satu minggu setelah diberi perlakuan.
3.4.5. Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan pada 24 unit tanaman dengan menggunakan rancangan petak terbagi dengan model Rancangan Acak Kelompok faktorial dan masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari tiga ulangan, masing-masing terdiri dari satu tanaman. Pemberian perlakuan dilakukan secara acak. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :
Petak utama = Faktor perlakuan akar Anak petak = Faktor pemupukan Faktor A = Perlakuan akar
Faktor Pemupukan
TR1 = Teraremed 0 kg TR2 = Teraremed 1 kg
TB1 = Teraremed 1 kg + Terabuster 500 cc TB2 = Teraremed 1 kg + Terabuster 1000 cc
Kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian kompos aktif Teraremed dan pupuk polimer Terabuster yang diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bagan kombinasi berbagai taraf perlakuan
Perlakuan
Keterangan : Perlakuan ANTR1 sama dengan Kontrol
Adapun model rancangan yang digunakan sebagai berikut :
Yijk = µ + Kk + Ai + Pj + γik + (AP)ij + εijk
Yijk = Nilai pengamatan (respons) pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor P
µ = Nilai rata-rata yang sesungguhnya Kk = Pengaruh aditif dari kelompok-k
Ai = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A Pj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor P
(AP)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B γik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor A dalam
kelompok ke-k, sering disebut galat petak utama (galat a)
A dan taraf ke-j faktor B, sering disebut sebagai galat anak petak (galat b).
3.4.6. Analisis Data
Data hasil pengukuran penelitian dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati untuk mengetahui pengaruh interaksi antar perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati. H1 = Paling sedikit ada satu i taraf perlakuan dimana τi ≠ 0; i = 1,...,24
Kesimpulan dari setiap hipotesis yang diuji diperoleh dari pengujian F hitung terhadap F tabel. Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah :
F hitung < F tabel : terima H0 (perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon
yang diamati).
F hitung > F tabel : tolak H0 (perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati).
Jika hasil analisis sidik ragam uji F terdapat pengaruh nyata, maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test, yang bertujuan untuk mengetahui beda rata-rata antar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pengaruh teknik Lateral Root Manipulation (LRM) dengan menggunakan kompos aktif Teraremed, pupuk polimer Terabuster dan kombinasinya terhadap parameter pertumbuhan tinggi dan pertambahan jumlah pucuk tanaman rasamala (A. excelsa Noronhae), dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam untuk parameter tinggi dan jumlah pucuk yang diukur disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian perlakuan dengan teknik LRM (Pemotongan akar) dan pemberian Teraremed dan Terabuster (Pemupukan) serta interaksinya terhadap parameter tinggi dan jumlah pucuk rasamala
Faktor Parameter
Tinggi Jumlah pucuk
Pemotongan akar (A) 0,3508tn 0,1296tn
Pemupukan (P) 0,0025* 0,0048*
A*P <,0001* 0,0055*
Keterangan : Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan (Pr > F)
* = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan
tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan
Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian perlakuan tunggal pemupukan dan kombinasi antara perlakuan teknik LRM dengan pemberian pemupukan (kompos aktif Teraremed dan pupuk polimer Terabuster) berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi dan pertambahan jumlah pucuk pada selang kepercayaan 95% (lihat Lampiran 1 dan 2). Pemotongan akar saja tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan pertambahan pucuk. Hal ini diduga karena pemotongan akar belum cukup untuk memberikan
4.1. Pertumbuhan Tinggi Rasamala (A. excelsa Noronhae)
Tabel 3 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perlakuan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter pertumbuhan tinggi rasamala
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
TB2 : Teraremed 1000 g + Terabuster 1000 cc TB1 : Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc AY : pemotongan akar dengan teknik LRM TR1 : Tanpa Teraremed
AN : tanpa pemotongan akar dengan teknik LRM TR2 : Teraremed 1000 g
Pada Tabel 3 terlihat bahwa pengaruh pemotongan akar dengan pemberian
Terabuster 1000 cc dan Teraremed 1000 g (AYTB2) berbeda nyata dengan kontrol terhadap parameter tinggi tanaman dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 43,10%. Hal yang sama ditujukan oleh pengaruh tanpa pemotongan akar dengan pemberian Teraremed 1000 g (ANTR2) berbeda nyata dengan kontrol terhadap parameter tinggi tanaman dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 38,04 %. Perlakuan lainnya tidak berbeda nyata.
Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa pertumbuhan tinggi terbaik dicapai pada perlakuan AYTB2 dengan persentase pertumbuhan tinggi terhadap kontrol sebesar 43,10% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26,33 cm.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena luka atau penghilangan ujung akar pada pemotongan akar leteral akan menggiatkan pembentukan akar lateral baru, sehingga dengan dilakukannya teknik Lateral Root Manipulation (LRM) ini diharapkan akan tumbuh akar-akar lateral baru yang dapat menyerap unsur hara dan air yang terkandung didalam pupuk polimer Terabuster dan Teraremed (kompos aktif) secara baik.
Teraremed (kompos aktif) dengan bahan dasar kotoran sapi dan arang sekam merupakan sumber karbon organik dan unsur-unsur hara makro lainnya. Peranan bahan organik dalam pertumbuhan tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Sedangkan pupuk polimer (Terabuster) memiliki kemampuan larut sangat tinggi dan sempurna sehingga mudah diserap oleh tanaman, bentuk chelated yang
stabil menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal, merangsang pertumbuhan, meningkatkan produksi tanaman dan meningkatkan kemampuan
fotosintesa tanaman serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress (cekaman) lingkungan dan penyakit (Hariangbanga, 2009).
Dimana menurut Karyudi, Siagian, dan Sunarwidi (1986) dalam Kartika (1997) akar lateral adalah bagian organ yang penting peranannya bagi pertumbuhan tanaman karena pada bagian ini terdapat bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Apabila akar lateral berkembang dengan baik maka penyerapan unsur hara dan air akan baik pula sehingga kebutuhan tanaman akan terpenuhi.
Perlakuan ANTR2 pun memberikan pertumbuhan tinggi yang cukup baik dengan persentase pertumbuhan tinggi terhadap kontrol sebesar 38,04% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 25,4 cm (lihat Gambar 1).
pun masih mempunyai kemampuan yang baik dalam menyerap hara yang yang terkandung di dalam Teraremed (kompos aktif) 1000g.
Perlakuan ANTB1, AYTB1, ANTB2, AYTR2, dan AYTR1 memberikan hasil pertumbuhan tinggi yang kurang baik terhadap kontrol dengan persentase masing-masing sebesar -10,16%, -13,03%, -18,48%, -22,22%, dan -28,42% dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 16,53 cm, 16 cm, 15 cm, 14,33 cm dan 13,17cm (Lihat Gambar 1 dan Tabel 3).
Jika dilihat dari perlakuan-perlakuan (ANTB1, AYTB1, ANTB2, AYTR2, dan AYTR1) yang memberikan hasil pertumbuhan tinggi yang kurang baik terhadap kontrol, dapat dilihat bahwa perlakuan AYTR1 lah yang memberikan hasil pertumbuhan tinggi terendah. Hal ini disebabkan karena tidak dilakukannya pemupukan, maka luka atau penghilangan ujung akar pada pemotongan akar leteral tidak dapat menyerap unsur hara yang terkandung dalam Teraremed (kompos aktif) dan pupuk polimer (Terabuster).
Gambar 2 Rata-rata pertumbuhan tinggi rasamala (A. excelsa Noronhae) per minggu.
Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur dan dapat
Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi yang paling cepat sampai pada minggu ke-delapan ditunjukkan oleh perlakuan ANTR2 dan AYTB2 yang masing-masing mencapai 25,4 cm dan 26,33 cm.
Menurut Hariangbanga (2009) kompos aktif Teraremed dapat merangsang pertumbuhan akar baru dan dapat menyuplai unsur hara. Walaupun perlakuan ANTR2 akarnya tidak dipotong, tetapi fungsi akar yang memang sudah ada pada tanaman Rasamala itu sendiri mempunyai kemampuan yang baik dalam menyerap hara yang yang terkandung di dalam Teraremed (kompos aktif) 1000g.
Selain perakaran yang sehat, tanaman juga membutuhkan adanya sumber unsur hara untuk dapat bermetabolisme dan tumbuh dengan baik. Adanya Teraremed pada perlakuan AYTB2 dapat merangsang akar baru, sehingga dapat tumbuh akar-akar baru yang dapat menyerap unsur hara dan air yang terkandung didalam Terabuster secara baik. Dimana Terabuster tersebut memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman dan dalam bentuk yang
langsung dapat diserap tanaman serta dapat merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman serta meningkatkan kemampuan fotosintesa tanaman (Hariangbanga, 2009).
Perlakuan AYTB2 pada minggu ke-7 terlihat lebih tinggi pertumbuhannya
karena akar baru sudah terbentuk jadi penyerapannya lebih baik dibandingkan yang tidak dipotong akarnya, dalam hal ini perlakuan ANTR2 (lihat Gambar 2).
Sedangkan pertumbuhan tinggi yang cukup lambat sampai pada minggu ke-delapan ditunjukkan oleh perlakuan AYTR1 yang mencapai 13,7 cm, walaupun pada minggu ke-3 dan minggu ke-5 mengalami kenaikkan tinggi yang cukup baik.
Gambar 3 Pertumbuhan tinggi pada perlakuan AYTB2 minggu ke-1 (A) dan minggu ke-8 (B).
4.2. Pertambahan Jumlah Pucuk Rasamala (A. excelsa Noronhae)
Tabel 4 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perlakuan pemupukan dengan berbagai taraf terhadap parameter pertambahan jumlah pucuk rasamala
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
TB2 : Teraremed 1000 g + Terabuster 1000 cc TB1 : Teraremed 1000 g + Terabuster 500 cc AY : pemotongan akar dengan teknik LRM TR1 : Tanpa Teraremed
AN : tanpa pemotongan akar dengan teknik LRM TR2 : Teraremed 1000 g
Pada Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh pemotongan akar dengan pemberian Terabuster 500 cc dan Teraremed 1000 g (AYTB1) dan perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Terabuster 1000 cc dan Teraremed 1000 g (AYTB2) berbeda nyata dengan kontrol terhadap parameter pertambahan jumlah pucuk tanaman dengan peningkatan terhadap kontrol masing-masing sebesar 32,26% dan 22,58%. Hal yang sama ditujukan oleh pengaruh tanpa pemotongan akar dengan pemberian Terabuster 1000 cc dan Teraremed 1000 g (ANTB2) dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 3,23%.
Gambar 4 Rata-rata pertambahan jumlah pucuk rasamala (A. excelsa Noronhae) per-perlakuan.
Dari Gambar 4 dapat terlihat bahwa pertambahan jumlah pucuk terbaik dicapai pada perlakuan AYTB1 dengan persentase pertambahan jumlah pucuk terhadap kontrol sebesar 32,26% dengan rata-rata pertambahan jumlah pucuk sebanyak 41 buah (lihat Lampiran 6). Hal ini disebabkan oleh hubungan antara pertumbuhan pucuk yang akan berkembang menjadi daun dan akar saling mendukung. Sehingga dapat dikatakan bahwa munculnya pucuk baru merupakan respon dari adanya pertumbuhan akar baru. Dalam hal ini, adanya pemotongan akar pada perlakuan AYTB1 yang diberi perangsang akar oleh Teraremed dan sumber unsur hara yang terkandung didalam Terabuster dapat dengan mudah diserap oleh tanaman Rasamala.
Perlakuan AYTB2 lebih rendah dari AYTB1 dengan persentase pertambahan jumlah pucuk terhadap kontrol sebesar 22,58% dengan rata-rata pertambahan jumlah pucuk sebanyak 38 buah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena konsentrasi Terabuster yang lebih besar diduga terlalu tinggi pada rasamala sehingga respon yang diberikan menjadi lebih rendah dan kurang efektif.
Selain itu hubungan antara pertumbuhan pucuk yang akan berkembang menjadi daun dan akar saling mendukung. Sehingga dapat dikatakan bahwa munculnya pucuk baru merupakan respon dari adanya pertumbuhan akar baru.
sebanyak 32 buah (lihat Gambar 4). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi Terabuster yang lebih besar, jadi walaupun akar tidak dipotong, unsur hara dalam Terabuster dapat membantu meningkatkan pertambahan pucuk. Karena akar yang memang sudah ada pada tanaman rasamala itu sendiri, dimana akar tersebut dengan tanpa pemotongan akar pun masih mempunyai kemampuan yang baik dalam menyerap unsur hara yang yang terkandung di dalam Terabuster 1000 cc.
Selain Terabuster yang dapat menyediakan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman, menurut Hariangbanga (2009) Teraremed (kompos aktif) dapat merangsang pertumbuhan akar baru dan memperbaiki tingkat kesuburan tanah serta pemakaiannya aman bagi lingkungan. Selain itu, didalam kompos aktif terdapat asam amino sebagai pengikat (katalisator) unsur lain sehingga membuat pertumbuhan dan produksi menjadi maksimal, mikrobiologi yang terdiri dari mikroba perambat, pelepas, dan mikroba perombak atau pengurai bahan organik,
selain itu terdapat enzim, dan hormon alami yang berfungsi merangsang pertumbuhan pucuk muda.
Perlakuan ANTR2 memberikan hasil pertambahan jumlah pucuk terendah dengan persentase penurunan jumlah pucuk terhadap kontrol sebesar -58,06%
dengan rata-rata pertambahan jumlah pucuk sebanyak 13 buah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanaman rasamala itu sendiri yang memang lebih buruk diantara tanaman yang lainnya, jadi apabila dibandingkan dengan kontrol ANTR2 lebih rendah dan selama 2 bulan belum menunjukkan pertambahan jumlah pucuk yang lebih baik.
Gambar 5 Pertambahan jumlah pucuk pada perlakuan AYTB1 minggu ke-1 (A) dan minggu ke-8 (B).
4.3. Perubahan Warna Daun
Sebagian besar warna daun pada saat perlakuan berwarna hijau tua sedikit
ada bintik hitam dan putih namun ada juga yang hanya berwarna hijau tua saja. Setelah pengamatan selama 2 bulan (8 minggu), dapat dilihat perubahan warna yang sedikit mulai berubah. Mulai dari yang warna hijau tua sedikit ada bintik hitam dan putih menjadi hijau muda bintik hitam dan putih sedikit berkurang, dan
dari warna hijau tua menjadi hijau muda.
Hal ini berkaitan dengan unsur nitrogen yang disediakan oleh Terabuster yang memiliki kemampuan larut sangat tinggi dan sempurna sehingga mudah diserap oleh tanaman. Fungsi nitrogen adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan untuk membantu proses pembentuk klorofil (Hardjowigeno (2003) dalam Fahmi (2010)). Sehingga perubahan warna daun menjadi lebih cerah dapat dikatakan adanya pertumbuhan akar baru pada tanaman tersebut menyebabkan penyerapan unsur hara dari Terabuster menjadi lebih baik.
Gambar 6 Contoh perubahan warna daun dari warna hijau tua sedikit ada bintik hitam (A) menjadi hijau muda bintik hitam sedikit berkurang (B).
Gambar 7 Contoh perubahan warna daun dari hijau tua (C) menjadi hijau muda (D).
A
B
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan pemotongan akar tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
sebesar -28,42% dan pertambahan jumlah pucuk sebesar -45,16% pada tanaman rasamala dibandingkan dengan tanpa pemotongan akar (kontrol). 2. Pemberian Teraremed 1000 g pada tanaman rasamala tanpa perlakuan
pemotongan akar dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 38,04%.
Sedangkan pemberian Teraremed 1000 g dan Terabuster 1000 cc tanpa perlakuan pemotongan akar dapat meningkatkan pertambahan jumlah pucuk tanaman rasamala sebesar 3,23% terhadap kontrol.
3. Perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed sebanyak 1000 g dan Terabuster sebanyak 1000 cc memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman rasamala sebesar 43,10% terhadap kontrol. Sedangkan perlakuan pemotongan akar dengan pemberian Teraremed sebanyak 1000 g dan Terabuster 500 cc memberikan pengaruh terbaik pada pertambahan jumlah pucuk tanaman rasamala sebesar 32,26% terhadap kontrol.
5.2. Saran
1. Teknik LRM ini sebaiknya dilakukan pada tanaman dengan kondisi stagnan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan pertumbuhan tanaman.
2. Teknik LRM dapat dijadikan alternatif untuk pemeliharaan tanaman stagnasi 3. Perlu adanya analisis tanah sebelum dilakukan penelitian agar pemupukan
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Dephut. 2002. Informasi Singkat Benih. www.dephut.go.id [27 Desember 2011]
Fadhillah, L. N. H. 2010. Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) dengan Perlakuan Pupuk Polimer Terabuster dan Kompos Aktif Teraremed [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Departemen Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.
Fahmi, I. 2010. Aplikasi Pupuk Majemuk NPK dan Kompos Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Semai Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) di Media Tanam Tailing Tambang Emas [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Departemen Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.
Fauziah, A. B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif Untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Departemen Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.
Hadi, Mustava. 1999. Peningkatan Kualitas Media Semai Melalui Pemanfaatan Limbah Mahkota Nanas, Ekstrak Kulit Buah Jagung (Zea mays L.) dan Cendawan Trichoderma viride Bagi Pertumbuhan Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Handayani M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha Wight.) [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Jurusan Budidaya Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Cetakan 5. Akademika Presindo. Jakarta.
Hariangbanga G. 2008. Rehabilitasi Lahan Tailing dengan Teknik Bio-Organik dan Asam Humat di PT Antam Tbk Unit Pertambangan Emas Cikotok Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Universitas Trisakti.
Hariangbanga G. 2009. Green Earth Products. Bogor: Green Earth Trainer.
Kartika, N. H. 1997. Pengaruh Pemotongan Akar dan Sifat Fisik Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Panili Vanilla planifolia Andrews [skripsi]. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Prosea. 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama, ed. Sutarno, H. Rifai, M. Nasution, R.E. Seri Pengembangan Prosea 5(1)1. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea p.61.
Setiadi, Y. 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilition After Mining And Oil/Gas Operation. Bogor Green Earth Trainer.
Tjondronegoro, P. D., M. Natasaputra, T. Kusumaningrat, A.W. Gunawan, M. Djaelani, dan A. Suwanto. 1989. Botani Umum III. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, IPB. Bogor. 149 hal.
Lampiran 1. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman rasamala
Sumber Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit P-value
Perlakuan 11 563.5812500 51.2346591 11.99 <.0001
Galat 12 51.2783333 4.2731944
Total 23 614.8595833
Sumber Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit P-value Pemotongan
Lampiran 2. Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah pucuk tanaman rasamala
Sumber Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhit P-value
Perlakuan 11 2121.291667 192.844697 4.65 0.0067
Galat 12 497.666667 41.472222 Total 23 2618.958333
Lampiran 3. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertambahan tinggi untuk perbandingan anak petak pada taraf petak utama yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*Tt
A 26.333 3 AYTB2
A
A 25.400 3 ANTR2
B 18.400 3 KONTROL
B
C B 16.533 3 ANTB1
C B
C B 16.000 3 AYTB1
C B
C B 15.000 3 ANTB2
C
C 14.333 3 AYTR2
C
Lampiran 4. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertambahan tinggi untuk perbandingan petak utama pada taraf anak petak yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*Tt
A 26.333 3 AYTB2
A
A 25.400 3 ANTR2
B 18.400 3 KONTROL
B
B 16.533 3 ANTB1
B
B 16.000 3 AYTB1
B
B 15.000 3 ANTB2
B
B 14.333 3 AYTR2
B
Lampiran 5. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertambahan jumlah pucuk untuk perbandingan anak petak pada taraf petak utama yang sama.
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*Tt
A 41.000 3 AYTB1
A
B A 37.333 3 AYTB2
B A
B A 31.667 3 ANTB2
B A
B A 31.000 3 KONTROL
B A
B A 29.000 3 AYTR2
B
B C 27.333 3 ANTB1
C
D C 16.667 3 AYTR1
D
D 12.333 3 ANTR2
Lampiran 6. Beda perlakuan pada hasil uji Duncan terhadap parameter pertambahan jumlah pucuk untuk perbandingan petak utama pada taraf anak petak yang sama
Duncan's Multiple Range Test
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Duncan Grouping Nilai Tengah N A*Tt
A 41.000 3 AYTB1
A
A 37.333 3 AYTB2
A
B A 31.667 3 ANTB2
B A
B A 31.000 3 KONTROL
B A
B A 29.000 3 AYTR2
B A
B A C 27.333 3 ANTB1
B C
B C 16.667 3 AYTR1
C
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian.
Gambar 8 Kondisi lapang lokasi penelitian.
Gambar 9 Pelabelan dan pemilihan jenis tanaman.
Gambar 11 Penimbangan Teraremed.
Gambar 12 Melakukan perlakuan pemotongan akar. pemberian Terabuster dan Teraremed.