• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMUNIKASI ANTAR KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI

KARYAWAN DI PERUSAHAAN MENENGAH

(STUDI KASUS CV.ABC CABANG BOGOR)

Oleh

ADI DESTRIADI SUTISNA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ADI DESTRIADI SUTISNA

. Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi

Kerja Di Perusahaan Menengah (Studi Kasus CV. ABC Cabang Bogor). Di bawah

bimbingan Ma’mun Sarma sebagai ketua dan Fransiska Zakaria sebagai anggota.

Kemampuan berkompetisi merupakan isu utama pada perusahaan karena dari

kemampuan berkompetisi inilah perusahaan mendapatkan keunggulan bersaing yang

selanjutnya menjaga keberlanjutan suatu organisasi. Untuk menjadi perusahaan yang

kuat, sumber daya manusia harus memiliki kompetensi serta kinerja yang baik.

Kompetensi dan kinerja sumber daya manusia harus dijaga karena dua hal inilah yang

akan membentuk keberlanjutan suatu organisasi. Semua kegiatan organisasi dalam

mencapai misi dan tujuannya adalah sangat tergantung kepada manusia yang mengelola

organisasi itu.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi komunikasi antar

karyawan yang dilaksanakan di CV ABC cabang Bogor, (2) menganalisa peran

faktor-faktor komunikasi antar karyawan terhadap Motivasi Karyawan CV ABC cabang Bogor.

Dari lima variabel yang termasuk ke dalam komunikasi antar karyawan, ternyata

hanya empat yang berpengaruh yaitu: empati, sikap mendukung, sikap positif dan

kesetaraan, sedangkan faktor keterbukaan tidak berkorelasi secara nyata. Komunikasi

antar karyawan berguna bagi perusahaan maupun bagi karyawan yang dinilai. Dengan

adanya komunikasi antar karyawan, karyawan dapat mengetahui tingkat kemampuannya

sehingga mereka dapat meningkatkan potensinya. Bagi perusahaan dapat mengambil

keputusan yang berkaitan dengan karyawan.

Faktor-faktor yang berperan nyata terhadap motivasi kerja karyawan adalah faktor

sikap mendukung terhadap motivasi untuk bertanggung jawab, motivasi bekerjasama dan

motivasi bekerja keras. Faktor Kesetaraan, faktor Empati dan faktor sikap positif

ketiga-tiganya berkorelasi terhadap motivasi untuk bertanggung jawab. Variabel keterbukaan

memliki nilai korelasi yang paling kecil dan bersifat

no assosiation

. Dengan demikian

perlu adanya upaya dari pihak manajemen untuk memperbaiki variabel ini.

Komunikasi antar karyawan dari variabel keterbukaan yang perlu diperbaiki

adalah; penerimaan masukkan atau kritik, penyampaian sesuatu yang dianggap benar,

penyampaian masalah pekerjaan kepada atasan, keterbukaan masalah pekerjaan terhadap

rekan kerja dan teguran adanya kesalahan atau penyimpangan yang diperbuat oleh rekan

sekerja. Sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan untuk mengantisipasi atau memperbaiki

kondisi tersebut harus dilakukan baik dengan cara melakukan trainning latihan

dasar-dasar kepemimpinan atau

Team Building

, sehingga tujuan perusahaan untuk memperbaiki

hal ini dapat terwujud.

(3)

ABSTRACT

ADI DESTRIADI SUTISNA. The Role of Communication Among Workers To The

Workers’ In Motivation Of A Midle Class Company (Case Study On CV. ABC Bogor

Chapter). Advised by Ma’mun Sarma as Chairman, and Fransiska Zakaria as member.

The ability to compete is the main issue in modern organization in order to

maintain the existence of the organization. To make the organization stronger, human

resources have to keep their competency and performance because these two factors build

the organisation’s continuation.

This research’ goals are (1) To identify communication among employees at

CV. ABC Bogor Chapter, (2) To analyse the influence of communication factor among

the employees to the employer’s motivation at CV. ABC Bogor Chapter.

There are 5 of 6 communication variables that have strong communication

influence to the company which are: empathy, supportiveness, positive ness and equality.

Meanwhile openness does not have a real correlation. By communication, the manager

will know how far their potential so they could improve it. As for the company, could

make an assessment concerning the workers’ motivation.

Supportive condition to the motivation to be responsible, cooperative, and hard

working have strong effect on employees’ motivation. Equality, empathy and positive

ness correlate with the motivation to be responsible. Meanwhile, openness describes no

association.

Issues to be fixed from the openness are: the acceptance to the advices and

critics, reportance to something considered right, reports of working issue to the

management and openness of problems among workers. The company must act to

anticipate the condition well by occuring a Basic Leadership Training or Team Building.

(4)

PERAN KOMUNIKASI ANTAR KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI

KARYAWAN DI PERUSAHAAN MENENGAH

(STUDI KASUS CV.ABC CABANG BOGOR)

ADI DESTRIADI SUTISNA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan tugas penyelesaian pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Laporan Akhir

: Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi

Karyawan di Perusahaan Menengah

(Studi Kasus CV. ABC Cabang Bogor)

Nama Mahasiswa

: Adi Destriadi Sutisna

Nomor Pokok

: F052050135

Program Studi

: Industri Kecil Menengah

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., MEc

Prof.Dr.Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, MSc

Ketua

Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah,

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MSc

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam

laporan tugas akhir saya yang berjudul:

PERAN KOMUNIKASI ANTAR KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI

KARYAWAN DI PERUSAHAAN MENENGAH

(STUDI KASUS CV. ABC CABANG BOGOR)

Merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi

pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan ini belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 25 Desember 1981. Penulis

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Dahlan Sutisna dan Ibu Sulastri.

Pendidikan yang telah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 5 Leuwidamar,

Banten dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan ke SLTP

Negeri 3 Rangkasbitung, Banten dan lulus pada tahun 1996. Kemudian penulis

melanjutkan ke SMU Negeri 1 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 1999.

Pada tahun 1999 penulis diterima di Program Diploma III Program Studi

Pengelola Perkebunan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor. Setelah lulus pada tahun 2003 dan penulis bekerja di PT Federal International

Finance sampai tahun 2007. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Program

Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2006

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan tugas akhir berjudul Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap

Motivasi Karyawan di Perusahaan Menengah (Studi Kasus CV. ABC Cabang Bogor).

Penulisan laporan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

pada Program Studi Industri Kecil Menengah. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Istri dan Anakku atas segala do’a, dukungan dan bantuannya.

2.

Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku dan keluarga di Lampung atas segala do’a,

dukungan moril maupun material

3.

Dr. Ir. Ma’mun Sarma MS, MEc., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

memberikan saran, petunjuk dan bimbingan dalam pembuatan tugas akhir ini.

4.

Prof. Dr. Ir. Fransiska Zakaria, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian tugas akhir ini.

5.

Dr. Ir. Nora Haris Pandjaitan DEA., selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran.

6.

Kepala Cabang CV. ABC dan jajarannya yang telah mengijinkan penulis untuk

melakukan penelitian di perusahaannya.

(9)

8.

Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu

dan memberikan dorongan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi

penulis sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dalam pengelolaan sumber daya

manusia serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Bogor,

Mei

2007

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

...

ii

RIWAYAT HIDUP

...

vi

KATA PENGANTAR

...

viii

DAFTAR TABEL

...

xi

DAFTAR GAMBAR

...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

...

xiii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………....

1

1.2 Tujuan Penelitian...

3

1.3 Manfaat Penelitian...

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia………... ...

5

2.2 Organisasi...

5

2.3 Komunikasi Organisasi...

7

2.4 Arah Komunikasi dalam Organisasi...

8

2.5 Komunikasi Antar Karyawan...

9

2.6 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi...

11

2.7 Motivasi Diri dalam Mencapai Tujuan Perusahaan...

12

2.8 Konflik Internal Perusahaan...

14

2.9 Kepuasan Kerja...

15

2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi...

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...

19

3.2 Metode Pengambilan Sampel...

19

3.3 Metode Pengumpulan Data...

19

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional...

20

3.5 Jenis dan Sumber Data...

23

3.6 Variabel Penelitian...

24

(11)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Perusahaan... 32

4.2 Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi...

39

4.3 Faktor-faktor Pengungkap Motivasi...

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...

53

5.2 Saran...

54

DAFTAR PUSTAKA

………...

55

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis Data yang Digunakan dan Sumbernya ... 23

2. Indikator Komunikasi Antar Karyawan ... 24

3. Indikator Pengungkap Penilaian Motivasi Kerja (Faktor Ekstrinsik).... 25

4. Indikator Motivasi Kerja... ... 26

5. Pengelompokkan Jawaban Responden dari Hasil Kuesioner... 28

6. Kategori Penilaian Koefisien Korelasi Rank Spearmen... 30

7. Tingkat Pendidikan Karyawan... 34

8. Lama Bekerja Karyawan... 36

9. Status Pekerjaan Karyawan... 37

10. Reliabilitas Model... 40

11. Hasil Uji Korelasi Rank Spearmen Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi... ... 40

12. Nilai Korelasi Faktor-faktor Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi Karyawan ... ... 41

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 59 2. Struktur Organisasi CV. ABC Cabang Bogor ... 65 3. Output Uji Reliabilitas... 66 4. Output Analisis Rank Spearman Faktor-faktor Komunikasi dan

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berkompetisi merupakan isu utama pada organisasi modern karena dari kemampuan berkompetisi inilah organisasi medapatkan keunggulan bersaing yang selanjutnya menjaga keberlanjutan suatu organisasi. Untuk menjadi organisasi yang kuat, sumber daya manusia organisasi harus menjaga kompetensi serta kinerjanya. Kompetensi dan kinerja sumber daya manusia harus dijaga karena dua hal inilah yang akan membentuk keberlanjutan suatu organisasi.

Kinerja tidak terlepas dari cara organisasi menjaga stabilitasnya. Organisasi akan stabil dan berkembang baik bila didukung karyawan yang bermotivasi tinggi, sehingga perlu cara agar dapat membentuk organisasi yang didukung oleh karyawan yang bermotivasi tinggi.

(16)

Sumber daya manusia dalam berbagai organisasi, perlu mendapat perhatian agar terwujud kinerja pegawai yang baik. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah komunikasi antar karyawan atau disebut juga komunikasi horisontal dalam upaya memotivasi kerja dari karyawan. Keadaan karyawan yang sering keluar masuk perusahaan adalah salah satu indikasi terjadinya komunikasi yang kurang baik di perusahaan tersebut. Sehingga hal tersebut harus dapat segera diantisipasi dengan mencarikan jalan keluar dari perusahaan tersebut untuk dapat keluar dari keadaan tersebut.

Kemampuan pihak manajemen mengidentifikasi dan menganalisis komunikasi antar karyawan yang dapat memotivasi kinerja para karyawan berbeda satu dengan yang lainnya. Harapannya adalah dapat membantu dalam mengelola sumber daya manusia agar mampu meningkatkan kinerjanya dan loyal, sehingga kinerja organisasi dapat menjadi optimal.

(17)

Dalam usaha meningkatkan pangsa pasar CV. ABC Cabang Bogor, hendaknya perusahaan mengetahui keunggulan-keunggulan dalam persaingan termasuk di dalamnya keunggulan sumber daya manusianya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul perlu diketahui faktor-faktor komunikasi antar karyawan yang mempengaruhi motivasi.

Dengan memanfaatkan sumberdaya manusia yang telah ada, maka salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan yaitu dengan adanya komunikasi antar karyawan yang lancar sehingga tercermin dalam motivasi kerjanya. Motivasi karyawan dapat dimaksimalkan melalui berbagai cara apabila faktor-faktor motivasi yang berpengaruh pada karyawan dapat diidentifikasi, kemudian dianalisis hubungannya dengan kinerja. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya dapat dirumuskan program kinerja dengan memanfaatkan faktor-faktor motivasi tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisa komunikasi antar karyawan dalam kaitannya dengan peningkatan motivasi diri yang berpengaruh pada pencapaian tujuan CV ABC Cabang Bogor.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi antar karyawan yang dilaksanakan di CV ABC Cabang Bogor.

(18)

1.3. Manfaat Penelitian

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Mangkuprawira (2002) menerangkan bahwa sumber daya manusia dapat ditinjau dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia, sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut yang menyangkut kemampuan, baik fisik maupun kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental). Oleh sebab itu, untuk kepentingan akselerasi suatu pembangunan maka peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu syarat utama.

Manajemen sumber daya manusia merupakan penerapan pendekatan sumber daya manusia dimana secara bersama-sama terdapat dua tujuan yang ingin dicapai yaitu (1) tujuan untuk perusahaan; (2) tujuan untuk karyawan. Dua kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan kebersamaan yang utuh. Jika kepentingan yang satu tercapai sedangkan yang lain tidak tercapai maka pendekatan manajemen sumber daya manusia ini dinilai gagal (Mangkuprawira, 2002).

2.2. Organisasi

(20)

tersebut, namun dalam ruang lingkup yang lebih luas terdapat kesepakatan pendapat bahwa organisasi pada umumnya dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan tertentu dan cenderung muncul dalam situasi dimana orang menyadari manfaat organisasi sebagai suatu jalan terbaik dalam pelaksanaan kegiatan bersama.

Reksohadiprodjo dan Handoko (2000) mengemukakan beberapa ciri dan atribut mengenai organisasi, yaitu;

1. Organisasi adalah lembaga sosial yang terdiri dari sekumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang diterapkan

2. Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, oleh karena itu organisasi adalah kreasi sosial yang memerlukan aturan dan kooperasi

3. Organisasi secara sadar dikoordinasikan dan sengaja disusun. Kegiatan-kegiatan dibedakan menurut berbagai pola yang logis. Koordinasi bagian-bagian tugas saling tergantung dan memerlukan penugasan wewenang dan komunikasi.

(21)

2.3. Komunikasi Organisasi

Menurut Devito (1997), komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Termasuk komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi, produktivitas, kebijakan, memo, pernyataan dan surat-surat resmi, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual.

Wursanto (2003) menambahkan pengertian komunikasi yang terjadi di organisasi dengan komunikasi nonformal, yaitu komunikasi antara yang bersifat resmi dengan komunikasi nonformal, yaitu komunikasi antara yang bersifat resmi dengan yang tidak resmi, antar yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan organisasi dengan jalinan pekerjaan yang berkenaan dengan hubungan pribadi.

(22)

Pengirim Pesan Penerima komunikasi yang berhubungan satu sama lain secara hierarkis dan berfungsi dalam lingkungannya.

Komunikasi merupakan faktor penting bagi pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin secara rutin berkomunikasi dengan bawahannya. Menurut Purwanto (1997), komunikasi organisasi adalah komunikasi yang dilakukan dalam ruang lingkup organisasi yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Sedangkan menurut Wayne (2001), komunikasi organisasi didefinisikan sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komuniksasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu dan tersusun secara hierarkis serta berhubungan antara satu dan lainnya.

Komunikasi tidak berlangsung dengan sendirinya tetapi mempunyai proses dimana pengirim menyampaikan pesan sehingga diterima oleh penerima dan terjadi proses umpan balik dari penerima ke pengirim. Proses secara sederhana seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Proses Umpan balik Gambar 1. Proses Komunikasi Sumber: Umar (2004)

(23)

Berkomunikasi dalam organisasi dikenal berbagai pola untuk memperlancar dan menyampaikan informasi yang ada. Pola komunikasi ini berbagai macam bentuknya. Semua pola komunikasi merupakan suatu aliran yang digunakan untuk menyampaikan berbagai maksud dan informasi antar berbagai tingkatan dan jenjang dalam suatu organisasi.

Menurut Nawangsari (1997), ada tiga arah umum komunikasi dalam organisasi yaitu:

1. Komunikasi vertikal dari atas ke bawah

Misalnya, dalam menetapkan job instructions yaitu pelaksanaan perintah-perintah pekerjaan, memberi penjelasan tentang kebiasaan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.

2 Komunikasi vertikal dari bawah ke atas

Komunikasi ini dapat berupa usulan dari bawahan, kritik, ataupun

grapevine yaitu kabar dari mulut ke mulut atau desas-desus. 3. Komunikasi horisontal

Komunikasi ini dapat terjadi antara karyawan atau pejabat setingkat yang dapat terjadi seperti dalam konferensi, ceramah, pertemuan informal.

Contoh kecil yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan dalam komunikasi informal adalah penyelenggaraan program Out Bond dengan melibatkan semua departemen dalam mempererat hubungan kekeluargaan di antara karyawan. Penyelenggaraan program kegiatan ini biasanya rutin dilakukan setiap tahun tergantung kebijakan manajemen.

(24)

Menurut Umar (2004), komunikasi horisontal didefinisikan berdasarkan hubungan merupakan komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sederajat/sejajar dalam suatu organisasi. Dengan demikian hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi antar pribadi. Tidak dapat dihindari, selalu ada hubungan tertentu antara dua orang. Definisi hubungan ini mencakup juga kelompok kecil orang.

Berkaitan dengan arus informasi dalam komunikasi organisasi. Tubbs dan Moss (2001) menyatakan bahwa komunikasi horisontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasinya. Tujuan komunikasi horisontal antara lain untuk mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Pada umumnya manajer sering melakukan tukar-menukar informasi dengan sesama manajer pada departemen yang berbeda, terutama bila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.

(25)

Gambar 2. Hubungan Komunikasi Antar Karyawan Horizontal Sumber: Umar (2004)

2.6. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat sangat efektif dan dapat pula sangat tidak efektif. Sedikit saja perjumpaan antar pribadi yang gagal total atau berhasil total, tetapi ada perjumpaan yang lebih efektif dari pada yang lain. Menurut Umar (2004) komunikasi antar pribadi yang efektif dapat dilihat dari lima kualitas umum yang perlu dipertimbangkan yaitu :

a. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi, yaitu :

o Komunikator antar pribadi harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, harus mau mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Manajer Umum

Manajer Pemasaran

Manajer Bengkel

Bagian Penjualan

Bagian Promosi

Bagian Bengkel

Bagian Penelitian

(26)

o Kesediaan komunikasi untuk berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan.

o Adanya “kepemilikan” perasaan dan pikiran. b. Empati (Empathy)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.

c. Sikap Mendukung (Supportivenes)

Sikap mendukung berupa sikap yang deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik, bukan sangat yakin.

d. Sikap Positif (Positivenes)

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antar pribadi dengan cara menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang menjadi teman kita berinteraksi.

e. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasana setara. Harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.7. Motivasi Diri dalam Mencapai Tujuan Perusahaan

(27)

tujuan yang sesuai dengan sasaran organisasi maupun sasaran pribadinya. Jadi pembentukan motivasi kerja dalam diri seseorang dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri maupun lingkungan luar dari individu. Perbedaan antara faktor-faktor yang membentuk motivasi kerja ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan motivasi kerja antar individu. Faktor internal pada seseorang dapat mempengaruhi motivasi kerjanya dalam organisasi.

Motivasi adalah fungsi yang merupakan pekerjaan seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain untuk bertindak (Herudjito, 1986). Usaha-usaha untuk memotivasi karyawan, misalnya untuk menyesuaikan pekerjaan dengan orang yang tepat, mengintegrasikan tujuan perusahaan dengan tuuan pribadi karyawan, dan memberikan kesempatan partisipasi yang lebih luas kepada para pegawai dalam mengelola perusahaan (Kasim, 1993).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi terdiri dari faktor ekstrinsik motivasi kerja karyawan antara lain: Hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan kompensasi. Faktor ini dipakai oleh Manubowo (2003) dalam penelitiannya. Sedangkan faktor-faktor instrinsik motivasi kerja antara lain usia, pengalaman, pendidikan, kesehatan, etos kerja, keterampilan dan kepribadian.

(28)

Suatu kebutuhan adalah suatu yang penting, tidak dapat dihindari. Istilah kebutuhan juga digunakan untuk merujuk kepada kekurangan sesuatu. Jadi kebutuhan adalah sesuatu yang kurang dan harus dipenuhi serta dipandang sebagai keadaan internal yang menyebabkan keidakseimbangan dalam diri. Ini menyebabkan orang terdorong untuk berperilaku tertentu dalam rangka memuaskan kebutuhan sehingga diri menjadi seimbang kembali.

Menurut Umar (2004), Motivasi kerja merupakan suatu yang menimbulkan semangat kerja. Semangat itu timbul karena adanya harapan terhadap imbalan yang akan diterima bila mencapai prestasi kerja. Pengharapan berkenaan dengan keyakinan seseorang tentang kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil-hasil tertentu. Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ke 3 prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa:

1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu 2. Hasil tersebut punya nilai positif baginya

3. Hasil tersebut dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan seseorang.

2.8. Konflik Internal Perusahaan

Menurut Umar (2004), Konflik adalah suatu perselisihan atau perjuangan diantara dua pihak yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan/ atau mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya.

(29)

kelompok, konflik organisasi dan konflik dalam diri pribadi. Akibat negatif konflik terutama terletak pada misalnya:kehancuran komunikasi, keterjalinan, serta kerjasama. Akibat dari itu semua aktifitas produksi menjadi terganggu karena akan terjadi penghamburan waktu dan energi untuk memenangkan konflik, individu-individu yang terlibat akan mengalami stres dan frustasi yang pada gilirannya akan mengurangi kepuasan kerja dan lain sebagainya.

Akan tetapi jika tanpa ada sedikit konflik, maka organisasi bisa menjadi tidak tegar menghadapi lingkungannya yang terus berubah sehingga perubahan-perubahan yang wajar justru akan mengurangi ketidaknyamanan karena individu menolak perubahan. Jadi konflik tetap diperlukan asal tetap terkendali sehingga konflik tetap menjadi salah satu sumber motivasi penting untuk mengembangkan pembaharuan berbagai metode.

2.9. Kepuasan Kerja

Menurut Umar (2004), dapat dijelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan kerjanya termasuk komunikasi antar karyawan. Dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan mengaitkannya pada output yang dihasilkannya. Contoh:

1. Kepuasan kerja dengan produktivitas 2. Kepuasan kerja dengan turnover

(30)

4. Kepuasan kerja dengan efek lainnya seperti dengan kesehatan fisik-mental, kemampuan mempelajari pekerjaan baru dan kecelakaan kerja.

Menurut Umar (2004), dalam berkomunikasi banyak rintangan yang dapat terjadi dalam suatu organisasi, misalnya tidak memadainya komunikasi dapat merintangi persetujuan antara dua kelompok yang posisinya saling melengkapi. Oleh karena posisi yang saling melengkapi itulah perlu dihindari kesulitan-kesulitan, misalnya kesulitan dalam bahasa dan pengetahuan akan informasi yang diterima yang dapat menciptakan perbedaan persepsi.

2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Studi yang telah dilakukan berkaitan dengan motivasi kerja telah dilakukan oleh Manubowo (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan cenderung setuju dengan dilakukannya penilaian prestasi kerja, namun pelaksanannya menurut pandangan responden belum cukup baik, dimana sosialisasi tentang waktu, metode kriteria dan standar penilaian masih kurang terlihat. Disamping itu juga karyawan merasa bahwa pemberitahuan hasil penilaian tidak transparan.

(31)

Penilaian responden terhadap motivasi untuk bertanggung jawab dalam bekerja sesuai standar menunjukkan nilai yang mendekati cukup, sedangkan motivasi untuk bertangung jawab dalam menerima sangsi bila tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau berbuat kesalahan adalah rendah. Jadi rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan sangat tinggi dengan dilakukannya penilaian prestasi.

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan adalah bekerja lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan dengan pendidikan dan pelatihan. Pada kondisi ini karyawan yang melakukan pekerjaannya lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan adalah karyawan yang telah terdidik dan dilatih. Faktor lain yang berpengaruh adalah bergaul dengan efektif jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan bakatnya, dan faktor lainnya adalah dewasa dengan iklim yang mendukung.

Berdasarkan penelitian Manubowo (2003) ada beberapa faktor yang digunakan kembali dalam penelitian ini dan menjadi acuan dalam penentuan peran komunikasi antar karyawan terhadap motivasi yang akan dianalisis pada penelitian ini. Pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bagaimana melihat pengaruh faktor-faktor komunikasi antar karyawan terhadap motivasi kerja. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman untuk mengidentifikasi adanya korelasi atau tidak antara variabel bebas apa saja terhadap variabel terikat.

(32)

perusahaan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan harapan karyawannya. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut, perusahaan akan lebih mudah untuk mendorong kinerja yang optimal, sehingga akan semakin termotivasi.

Faktor produktivitas yang berpengaruh nyata dengan penilaian prestasi kerja adalah faktor kedewasaan, dengan ditunjukkan dengan nilai korelasi Rank Spearman 0,411 menunjukkan hubungan yang lemah (moderately low association). Tingkat kedewasaan responden yang cukup baik dilatarbelakangi oleh pendidikan yang dimiliki oleh responden itu sendiri, sehingga cara berfikir mereka menunjang timbulnya kesadaran untuk melakukan pekerjaan seoptimal mungkin.

Penelitian Hanafie (1998), berdasarkan hasil analisis efektivitas komunikasi interpersonal pimpinan menyatakan hubungan sangat nyata (taraf 1%) dengan produktivitas kerja pegawai (r = 0,404). Walaupun nyata, karena r < 0,70 menunjukkan tingkat hubungan rendah, berarti ada faktor-faktor lain yang kurang diperhitungkan dalam penelitian ini yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV ABC khusus penjualan sepeda motor buatan Jepang cabang Bogor dan pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2007. Hal terpenting yang menjadikan alasan pemilihan perusahaan ini sebagai lokasi penelitian adalah karena masalah motivasi kerja merupakan suatu topik utama di dalam program pengembangan SDM di perusahaan tersebut.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di mana yang menjadi responden adalah semua karyawan CV ABC cabang Bogor yang berjumlah 37 karyawan. Dalam penelitian ini, aspek yang terpenting adalah bukan pada berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat yang dianggap dapat mewakili populasi, tetapi lebih menekankan pada jenis informasi apa yang perlu digali untuk mempelajari suatu fenomena dan menentukan dari mana informasi tersebut tepat untuk didapatkan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(34)

konsumen. Jenis pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner adalah pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia ataupun menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

3.4. Kerangka Pemikiran Operasional

CV ABC Cabang Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan menjual kendaraan bermotor buatan Jepang. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil maupun besar beroperasi dengan mengkombinasikan sumber daya melalui cara – cara yang tepat agar dapat menghasilkan produk dan jasa. Sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut bersifat terbatas, sehingga pemberdayaan dan pengoptimalannya oleh perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat penting untuk dilakukan.

CV. ABC Cabang Bogor dalam menciptakan sumber daya yang berkualitas dalam arti sumber daya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaannya sebagai pelaksana aktivitas perusahaan, memiliki energi, bakat serta keandalan sangat penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut ditentukan oleh komitmen karyawan untuk dapat berkerja dengan giat agar mencapai sasaran perusahaan. Komitmen kerja karyawan ditentukan oleh motivasi dan komunikasi yang dimiliki setiap individu.

Efektivitas komunikasi antar karyawan menggunakan 5 dimensi dari Umar (2004) yaitu :

1. Keterbukaan (Openness) 2. Empati (Empathy)

(35)

4. Sikap Positif (Positiveness) 5. Kesetaraan (Equality)

Dimensi komunikasi antar karyawan merupakan independent variable atau variable bebas, sedangkan dependen variable atau variabel terikat yaitu faktor-faktor motivasi:

1. Motivasi Bekerja keras 2. Motivasi Bekerjasama 3. Motivasi Bertanggung jawab

(36)

HALAMAN KHUSUS, DI PRINT DI

FILE BERBEDA

(37)

3.5. Jenis dan Sumber Data

[image:37.612.133.517.389.593.2]

Penelitian ini menggunakan beberapa jenis data yang berasal dari berbagai sumber mencakup data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen dan karyawan. Wawancara dilakukan dengan panduan kuesioner yang dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan acuan berdasarkan studi kepustakaan tentang komunikasi antar karyawan dan motivasi kerja, maka dapat disusun alat pengungkap data atas dua hal pokok yang diteliti, yang meliputi: a) Indikator-indikator penilaian komunikasi antar karyawan, dan b) Indikator-indikator-Indikator-indikator penilaian motivasi kerja. Jenis dan sumber data untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis data yang digunakan dan sumbernya

No. Jenis Data Sumber Data

A.

B.

Data Primer :

1. Jawaban kuesioner tentang: a. Komunikasi antar pribadi b. Motivasi

Data Sekunder :

1. Rencana Strategis (Renstra) 2. Komposisi karyawan 3. Susunan Organisasi 4. Keadaan umum organisasi 5. Literatur pendukung

1. Responden semua karyawan

1. Renstra CV ABC cabang Bogor 2. Laporan Tahunan

3. Perpustakaan

(38)

karyawan. Sedangkan bagian kedua berkaitan dengan kondisi responden yang sebenarnya yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tanggapan responden atas pelaksanaan komunikasi antar karyawan yang terjadi.

3.6. Variabel Penelitian

[image:38.612.134.510.390.547.2]

Variabel dalam penelitian terdiri atas variabel dependen dan independen. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari variabel indikator-indikator pengungkap data komunikasi antar karyawan adalah keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Indikator pengungkap data komunikasi antar karyawan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Indikator Komunikasi antar Karyawan

No. Indikator

1 Keterbukaan (Openness)

2 Empati (Empathy)

3 Sikap Mendukung (Supportiveness)

4 Sikap Positif (Positiveness)

5 Kesetaraan (Equality)

(39)
[image:39.612.133.512.92.653.2]

Tabel 3. Indikator Pengungkap Penilaian Motivasi Kerja (faktor Ekstrinsik)

No. Indikator

1 Hubungan atasan dan bawahan

a. kedekatan hubungan dengan karyawan di dalam pekerjaan

b. kedekatan hubungan dengan atasan di luar pekerjaan (diluar jam kerja)

c. pengetahuan atasan terhadap keluarga mereka d. pemberian pujian oleh atasan

e. pemberian kritikan dan teguran atasan

2 Hubungan sesama rekan kerja (komunikasi horisontal) a. pemberian bantuan kepada sesama rekan kerja

b. pemberian semangat,dorongan dan saran yang positif kepada sesama rekan kerja

c. hubungan responden dengan keluarga rekan kerja 3 Peraturan dan kebijakan perusahaan

a. jam kerja

b. pemberlakuan sangsi c. peraturan lembur

d. pemberian bonus, cuti tahunan, dan insentif lainnya 4 Kondisi kerja

a. kenyamanan tempat kerja

b. kelengkapan peralatan tempat kerja c. fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja d. sistem pembagian kerja

5 Kompensasi

a. gaji pokok yang diterima

(40)
[image:40.612.132.518.199.471.2]

Adapun variabel dependennya adalah motivasi kerja. Indikator-indikator motivasi kerja terdiri dari motivasi untuk bekerja keras, motivasi untuk bekerjasama dan motivasi untuk bertanggungjawab. Indikator pengungkap penilaian motivasi kerja dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Indikator Motivasi Kerja

No. Indikator

1 Motivasi untuk bekerja keras

a. bekerja keras menyelesaikan pekerjaan di luar jam kerja dengan dihitung kerja lembur

b. bekerja keras menyelesaikan pekerjaan di luar jam kerja tanpa dihitung kerja lembur

2 Motivasi untuk bekerja sama

c. membantu menyelesaikan tugas rekan kerja d. membantu kesulitan rekan kerja

3 Motivasi untuk bertangung jawab a. bekerja sesuai standar

b. menerima sangsi bila tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau berbuat kesalahan

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan beberapa cara yang diuraikan berikut ini.

3.7.1. Uji Validitas

(41)

(

1

)

6

1 2

2

− −

=

n n

di

ρ .... ... (3)

dengan :

ρ

= Korelasi Rank Spearman

di = Perbedaan antara pasangan peringkat Xi dan Yi.

n = Jumlah pasangan.

Perhitungan korelasi Rank Spearman masing-masing butir pertanyaan yang ada menggunakan bantuan software SPSS 12.0 for Windows. Butir pertanyaan valid jika ρ tabel pada α = 5% sesuai dengan jumlah responden.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item yang valid mempunyai validitas yang tinggi pula. Butir pertanyaan yang valid datanya digunakan sampai akhir proses pengolahan data. Butir pertanyaan yang tidak Valid diabaikan atau datanya tidak dogunkan lagi pada proses analisis selanjutnya.

a. Pengelompokan Jawaban

Teknik rentang kriteria digunakan untuk menilai persepsi responden terhadap variabel komunikasi antar pribadi dan motivasi yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner. Tahapan yang digunakan dalam teknik rentang kriteria ini adalah sebagai berikut:

(42)
[image:42.612.133.484.158.297.2]

Hasil jawaban responden yang terkumpul dari hasil penyebaran kuisioner pada tahap awal dikelompokkan seperti diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengelompokkan Jawaban Responden dari Hasil Kuisioner.

Diskripsi

pertanyaan

Jumlah Jawaban Tiap Skala Skor

1 2 3 4 5

1. n1.1 n1.2 n1.3 n1.4 n1.5 S1

2. n2.1 n2.2 n2.3 n2.4 n2.5 S2

3. n3.1 n3.2 n3.3 n3.4 n3.5 S3

... ... ... ... ... ... ...

i. n1.1 n1.2 n1.3 n1.4 n1.5 S1

Sumber : Diadopsi dan dimodifikasi dari Umar (2004),

b. Menghitung Skor

Setelah jawaban dikelompokkan maka selanjutnya dihitung skor (S1)

setiap butir pertanyaan (Tabel 5). Skor tiap pertanyaan diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(

)

= j ij

i b n

S x ... (4)

dengan : Si = Skor baris ke-i

bj = Skala pada kolom ke-j

nij = Frekuensi jawaban pada baris ke-i dan kolom ke-j

3.7.2. Uji Reliabilitas

(43)

melakukan uji coba kuesioner pada responden. Uji coba kuesioner dilakukan pada 37 karyawan.

Dalam penentuan valid atau tidaknya model yang dipakai yaitu dengan menggunakan uji Realibilitas. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkan ke dalam rumus:

2 (r.tt) r.tot =

1 + r.tt

Dimana :

r.tot : angka realibilitas keseluruhan item

r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Menurut Ancok (1995) kriteria pernyataan dikatakan valid bila skor pernyataan berkorelasi positif dan nyata dengan skor faktor (r hit > r tab dengan

db = n-2 dan α 0,05

3.7.3 Korelasi faktor-faktor komunikasi antar pribadi yang berpengaruh

pada motivaasi karyawan

Analisis korelasi faktor-faktor motivasi yang berpengaruh pada karyawan terhadap kinerjanya juga menggunakan korelasi rank Spearman ( )ρ . Nilai ρ

(44)

a. Tanda positif (+) menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel yang ada sangat erat dan arah korelasinya sejalan atau searah.

b. Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel yang ada sangat erat namun arah korelasinya bertolak belakang.

c. jika ρ mengarah ke angka (0) nol, dapat diakatakan bahwa variabel yang ada

tidak berkorelasi atau tidak mempunyai hubungan.

Hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 12.0 for Windows, diperloh nilai ρ (koefisien relasi) dan signifikansi. Jika menggunakan

signifikansi maka ketentuan atau keputusan pengujian adalah sebagai berikut :

a. Untuk α = 0,05 jika signifikansi < taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan H1

diterima.

b. Untuk α = 0,01 jika signifikansi < taraf nyata 0,01 maka Ho ditolak dan H1

diterima

Apabila menggunakan statistika pengujian, keputusan pengujiannya yaitu :

a. Untuk α = 0,05, jika ρ tabel pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan H1

diterima

b. Untuk α = 0,01, jika ρ hitung > ρ tabel pada taraf nyata 0,01 maka Ho ditolak

dan H1 diterima.

(45)
[image:45.612.135.505.106.215.2]

Tabel 6. Kategori Penilaian Koefisien Korelasi rank Spearman

No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1. 2. 3. 4.

0,00 – 0,25 0,26 – 0,50 0,51 – 0,75 0,76 – 1,00

No Association

Moderately low Association Moderately high Association High Association

Sumber: Singarimbun dan Effendi (1989)

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan

4.1.1. Lokasi Perusahaan

CV ABC Cabang Bogor terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lokasi geografis CV ABC Cabang Bogor sangat strategis, karena pangsa pasar motor di wilayah ini masih sangat besar.

Keberadaan CV ABC Cabang Bogor memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dengan karyawan CV ABC Cabang Bogor yang berasal dari daerah setempat. Selain itu, meningkatkan PDRB dari sektor perdagangan unit sepeda motor Honda.

4.1.2. Struktur Organisasi dan Rincian Pekerjaan

CV ABC Cabang Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Cabang yang dibantu oleh Kepala Marketing, Kepala Administration/Finance dan Kepala Bengkel. Gambar struktur organisasi CV ABC dapat dilihat pada Lampian 2.

Berikut ini, tugas dan wewenang dari masing-masing pejabat CV ABC Cabang bogor:

1. Kepala Cabang

(47)

2. Kepala Marketing

1. Menjalankan fungsi kepala marketing dalam mencapai target perusahaan 2. Memberikan perintah dan acuan program kepada tim marketing

3. Mengkoordinasikan program - program dengan atasan

4. Membuat program-program

5. Koordinasi dengan Kepala Seksi lainnya untuk mencapai tujuan. 6. Membuat analisa pasar untuk menentukan kondisi program

7. Memberikan laporan penjualan

3. Kepala Operasi

1. Menjalankan fungsi kepala operasi untuk mencapai target perusahaan 2. Memberikan perintah dan acuan sistem operasi kepada tim

3. Mengkoordinasikan sistem operasi dengan atasan. 4. Mengontrol berjalannya sistem operasi.

5. Memberikan laporan min-max stok persediaan 6. Koordinasi dengan kepala seksi lainnya

4. Kepala Administrasi /Finance

1. Menjalankan fungsi kepala administration/finance untuk mencapai target perusahaan.

2. Mengkoordinasikan sistem kepada team.

3. Membuat laporan keuangan dan analisa kepada atasan. 4. Membuat analisa transaksi

5. Menjalankan transaksi ke Bank.

(48)

5. Kepala Bengkel

1. Menjalankan fungsi Administrasi bengkel

2. Mengkoordinasikan sistem servis yang baik kepada team

3. Melakukan service motor exelence terhadap kepuasan konsumen bengkel

4.1.3. Profil Karyawan

4.1.3.1. Tingkat Pendidikan Karyawan

Menurut Kurniawan (2000) selain ditentukan tingkat jabatan, masa kerja partisipasi dalam pembuatan keputusan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, artinya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih banyak kontribusi pendapat, gagasan, dan saran bagi organisasi, karena responden bersangkutan berkeinginan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya.

[image:48.612.134.425.520.624.2]

CV ABC Cabang Bogor didukung oleh total karyawan sebanyak 37 orang karyawan. Komposisi tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Karyawan

No. Pendidikan %

1 Sarjana Penuh (S1) 24,3

2 Diploma 18,9

3 SLTA 56

Total 100 Sumber : Kepala Cabang CV ABC Cabang Bogor (2007)

(49)

status, prestise dan kewibawaan seseorang dalam suatu organisasi. Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi, mempunyai kesempatan untuk menempati jabatan-jabatan strategis yang lebih tinggi.

Berdasarkan data tenaga kerja tersebut, sebesar 56% adalah berpendidikan SMA, sebesar 18,9% berpendidikan Diploma dan sebesar 24,3% berpendidikan Sarjana Penuh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya pendidikan karyawan dari organisasi tersebut. Akan tetapi hal ini sesuai dengan kebutuhan CV ABC Cabang Bogor, karena sebagian besar ditempatkan dalam divisi yang dalam tugas dan wewenangnya hanya meniru atau menduplikasi pola-pola yang diinstruksikan misalnya sales, office boy, sopir dan staf biasa lainnya. Tenaga-tenaga yang relatif terdidik yakni yang berpendidikan Diploma dan Sarjana sebagian besar ditempatkan di kantor, sesuai dengan tingkat kompleksitas permasalahan yang dihadapi sehingga antar karyawan dapat berkomunikasi dengan baik

4.1.3.2. Lama Bekerja Karyawan Terhadap Komunikasi dalam Perusahaan

(50)
[image:50.612.128.386.182.284.2]

Lama Bekerja karyawan dapat dilihat dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, maka lama bekerja karyawan pada CV ABC Cabang Bogor dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Lama Bekerja Karyawan

Lama Bekerja %

< 1 Tahun 18,9

1-3 Tahun 29,7

> 3 Tahun 51,35

Total 100

Berdasarkan hasil kuesioner, maka jumlah karyawan bekerja kurang dari 1 tahun sebanyak 18,9%, kemudian yang telah bekerja selama 1-3 tahun sebanyak 29,7%, dan yang telah bekerja 3-5 tahun sebanyak 51,35%. Berdasarkan pengamatan langsung dan jawaban yang diberikan terhadap kuesioner, lama bekerja karyawan ini juga memberikan pengaruh dalam penilaian komunikasi yang berlangsung dalam perusahaan. Karyawan yang bekerja lebih lama, pada umumnya lebih mengetahui dan mengenal komunikasi yang telah berjalan dalam perusahaan. Sehingga kondisi nyata terhadap komunikasi dalam perusahaan lebih tergambar. Sementara untuk karyawan yang bekerja kurang dari 1 tahun masih sulit menggambarkan kondisi nyata kondisi komunikasi yang berlangsung dalam perusahaan.

4.1.3.3. Status Pekerjaan Karyawan

(51)
[image:51.612.126.388.101.187.2]

Tabel 9. Status Pekerjaan Karyawan

Status Karyawan %

Pegawai tetap 51,3

Pegawai kontrak 48,6

Total 100

(52)

pegawai kontrak terkadang masih sering menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

4.1.3.4. Kegiatan Pengembangan SDM

Menurut Bernardin dan Russel (1998) dalam Surjahadedi (2001), pengembangan sumberdaya manusia pada dasarnya terdiri dari proses yang sistematis yang terdiri dari assesment, pembinaan dan evaluasi. Tujuan dari masing-masing proses tersebut adalah sebagai berikut:

Assesment adalah tahapan proses untuk mengumpulkan informasi guna

menentukan apakah pelatihan sangat diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi. Bila diperlukan maka lebih lanjut ditentukan jenis dan tipe pelatihan. Untuk itu diperlukan informasi tentang pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan karakteristik lainnya yang harus dilatih/diajarkan . Informasi tersebut dikumpulkan melalui pelaksanaan 3 macam analisis: organisasi/kelembagaan, tugas/kerja dan kemampuan individu.

• Pembinaan adalah merancang kegiatan pelatihan dengan mengkaitkan

dengan kegiatan di lingkungannya.

• Evaluasi adalah upaya untuk menentukan apakah program pelatihan telah

berjalan dengan efektif atau belum.

(53)

Pelatihan karyawan CV ABC Cabang Bogor yang akan diselenggarakan dalam rangka memperbaiki sikap kerja, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Disamping itu, penyelenggaraan pelatihan ini sebagai sarana untuk memotivasi dan menyaring karyawan yang direkomendasikan untuk mengisi posisi diatasnya. Hal ini dilakukan karena perusahaan menilai karyawan berdasarkan kemampuan, loyalitas, disiplin dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Agar pelatihan dapat dilaksanakan dengan optimal, telah ditetapkan sistem pelatihan, dimana dalam acaranya dilakukan dengan kerjasama dengan Main

Dealer sepeda motor di Bandung. Pelatihan-pelatihan yang pernah diadakan CV ABC Cabang Bogor melalui kerjasama dengan Main Dealer antara lain; pelatihan dasar-dasar kepemimpinan dan pelatihan bengkel khusus mekanik.

4.2. Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi Karyawan

Komunikasi antar karyawan berguna bagi perusahaan maupun bagi karyawan yang dinilai. Dengan adanya komunikasi antar karyawan, karyawan dapat mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki sehingga mereka dapat meningkatkan potensinya. Bagi perusahaan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan karyawan.

(54)
[image:54.612.131.356.104.189.2]

Tabel 10. Reliabilitas Model

N %

Cases Valid 37 100,0 Excluded(a) 0 ,0

Total 37 100,0

Berdasarkan hasil pengujian, faktor-faktor komunikasi antar karyawan (X1) dan faktor pengungkap motivasi (X2) yang diteliti semuanya berhubungan

dilihat dari signifikansinya adalah 0,000. Hasil pengujian korelasinya dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji korelasi Rank Spearman faktor-faktor komunikasi antar karyawan dan pengungkap motivasi terhadap motivasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Rank Spearmen Komunikasi antar Karyawan Terhadap Motivasi

Correlations

1,000 ,362* ,626** . ,027 ,000

37 37 37

,362* 1,000 ,562**

,027 . ,000

37 37 37

,626** ,562** 1,000

,000 ,000 .

37 37 37

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N x1 x2 y Spearman's rho

x1 x2 y

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

[image:54.612.137.505.424.578.2]
(55)

Coefficien nya yang lebih besar sebesar 0,626 dibanding dengan faktor Pengungkap Motivasi (X2) sebesar 0,562.

[image:55.612.132.513.299.655.2]

Dari hasil analisis dari faktor komunikasi antar karyawan pada Tabel 12, yang paling berpengaruh terhadap motivasi secara berurutan adalah Sikap Mendukung, Kesetaraan, Empati, Sikap Positif, dan Keterbukaan. Untuk lebih jelasnya hasil analisis Rank Spearman faktor-faktor komunikasi antar karyawan terhadap motivasi dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 12. Nilai Korelasi Faktor-faktor Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi Karyawan CV ABC Cabang Bogor

No Variabel Komunikasi Antar Karyawan Variabel Motivasi Koefisien Korelasi Tingkat Signifikansi 1 Sikap Mendukung

Bertanggungjawab 0,750** 0,000

Bekerjasama 0,679** 0,000 Bekerjakeras 0,523** 0,001 2 Kesetaraan Bertanggungjawab 0,504** 0,001

Bekerjasama 0,122 0,470 Bekerjakeras 0,292 0,079

3 Empati Bertanggungjawab 0,450** 0,005

Bekerjasama 0,304 0,067 Bekerjakeras 0,272 0,103 4 Sikap Positif Bertanggungjawab 0,448** 0,005

Bekerjasama 0,215 0,201 Bekerjakeras 0,128 0,449

5 Keterbukaan Bertanggungjawab 0,029 0,863

(56)

4.2.1. Sikap Mendukung

Sikap mendukung berupa sikap yang deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan strategik dan bukan sangat yakin. Faktor Komunikasi Antar Karyawan pertama yang paling berpengaruh terhadap Motivasi adalah sikap mendukung. Korelasi aspek Sikap Mendukung terhadap motivasi kerja karyawan untuk bertanggung jawab sebesar 0,750 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,750 dikategorikan assosiation sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek sikap mendukung dengan motivasi kerja untuk bertanggung jawab.

Korelasi aspek sikap mendukung terhadap motivasi untuk bekerja sama adalah 0,679 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,679 dikategorikan assosiation sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek sikap mendukung dengan motivasi kerja untuk bekerjasama.

Korelasi aspek sikap mendukung terhadap motivasi untuk bekerjakeras adalah 0,523 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,523 dikategorikan assosiation sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek sikap mendukung dengan motivasi kerja untuk bekerjakeras.

(57)

tegas dan juga penghargaan atas prestasi yang telah dicapai guna memacu motivasi karyawan tersebut.

4.2.2. Kesetaraan

Komunikasi antar karyawan akan lebih efektif bila suasana setara. Kesetaraan disini diartikan sebagai suatu bentuk pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Faktor Komunikasi Antar Karyawan kedua yang berpengaruh terhadap Motivasi adalah Kesetaraan. Aspek kesetaraan berkorelasi terhadap motivasi kerja karyawan untuk bertanggung jawab sebesar 0,504 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,504 dikategorikan assosiation sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek kesetaraan dengan motivasi kerja untuk bertanggung jawab.

Korelasi aspek kesetaraan terhadap motivasi kerja karyawan untuk bekerjasama sebesar 0,122 dengan tingkat signifikansi 0,470. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,122 dikategorikan no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek kesetaraan dengan motivasi kerja untuk bekerjasama.

(58)

Kondisi variabel kesetaraan tersebut hanya berkorelasi terhadap motivasi untuk bertanggung jawab dimana antar karyawan CV ABC Cabang Bogor terdapat hubungan emosional dilihat dari kedekatan diantara karyawan yang mendapat perlakuan yang sama dari manajemen dengan bersedia menerima sangsi bila berbuat kesalahan atau tidak dapat menyelesaikan tugasnya, dan bekerja sesuai dengan peraturan dan standar yang ditetapkan perusahaan.

4.2.3. Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain. Faktor Komunikasi Antar Karyawan ketiga yang berpengaruh terhadap Motivasi adalah Empati. Aspek empati berkorelasi terhadap motivasi kerja karyawan untuk bertanggung jawab sebesar 0,450 dengan tingkat signifikansi 0,005. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,450 dikategorikan

assosiation sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek empati dengan motivasi kerja untuk bertangung jawab.

Korelasi aspek empati terhadap motivasi kerja karyawan untuk bekerjasama sebesar 0,304 dengan tingkat signifikansi 0,067. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,304 dikategorikan no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek empati dengan motivasi kerja untuk bekerjasama

(59)

tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek empati dengan motivasi kerja untuk bekerjakeras.

Kondisi variabel tersebut terjalin suatu nilai sosial dengan selalu memberikan pertolongan atau bantuan apabila ada teman kerjanya yang mendapat kesulitan dan adanya sikap perhatian antar sesama rekan kerja sehingga mampu menyeleaikan pekerjaannya dengan tanpa pamrih dalam masalah pekerjaanya dari perusahaan.

4.2.4. Sikap Positif

Sikap positif dapat didefinisikan adalah mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antar karyawan dengan cara menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang menjadi teman kita berinteraksi. Faktor Komunikasi Antar Karyawan keempat yang berpengaruh terhadap Motivasi adalah sikap positif. Aspek sikap positif berkorelasi terhadap motivasi kerja karyawan untuk bertanggung jawab sebesar 0,448 dengan tingkat signifikansi 0,005. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,448 dikategorikan assosiation

sehingga diketahui terdapat hubungan yang nyata antar aspek sikap positif dengan motivasi kerja untuk bertanggung jawab.

(60)

Korelasi aspek sikap positif terhadap motivasi kerja karyawan untuk bekerjakeras sebesar 0,128 dengan tingkat signifikansi 0,449. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,128 dikategorikan no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek sikap positif dengan motivasi kerja untuk bekerjasama.

Kondisi Variabel tersebut terjalin dimana antara karyawan CV ABC Cabang Bogor selalu menerapkan azas pra-duga tak bersalah antar karyawan, tertanamnya kepercayaan yang kuat terhadap karyawan lain yang dipercayakan untuk menyelesaikan tugasnya (bekerjakeras), sikap sopan, jujur dan perlakuan tidak semena-mena terhadap orang lain masih terjalin dengan baik.

4.2.5. Keterbukaan

Menurut Irwandi (2004), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel keterbukaan dalam berkomunikasi antar karyawan atau dari atasan ke bawahan dengan tingkat motivasi untuk kehadiran karyawan mengindikasikan bahwa semakin terbukanya ruang komunikasi antar atasan dan bawahan, maka akan berdampak kepada tingkat kehadiran dalam bekerja karena dari interaksi tersebut akan terjalin hubungan yang harmonis, bawahan merasa dihargai, dilibatkan dalam setiap kegiatan, dalam praktek korelasi tersebut memperlihatkan bahwa pegawai yang puas akan hadir di tempat tugas, kecuali ada alasan yang benar-benar kuat sehingga tidak hadir. Sebaliknya bawahan yang merasa tidak puas akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak masuk kerja.

(61)

motivasi kerja karyawan untuk bertanggung jawab sebesar 0,029 dengan tingkat signifikansi 0,863. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,029 dikategorikan

no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek keterbukaan dengan motivasi kerja untuk bertanggung jawab.

Korelasi aspek keterbukaan terhadap motivasi kerja karyawan untuk bekerjasama sebesar -0,151 dengan tingkat signifikansi 0,374. Dengan skala Champion ini nilai korelasi -0,151 dikategorikan no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek keterbukaan dengan motivasi kerja untuk bekerjasama

Korelasi aspek keterbukaan terhadap motivasi kerja karyawan untuk bekerjakeras sebesar 0,192 dengan tingkat signifikansi 0,256. Dengan skala Champion ini nilai korelasi 0,192 dikategorikan no assosiation sehingga diketahui tidak terdapat hubungan yang nyata antar aspek empati dengan motivasi kerja untuk bekerjakeras.

(62)

4.3. Faktor-faktor Pengungkap Motivasi yang Mempengaruhi Motivasi

Dari hasil analisis dari faktor-faktor pengungkap motivasi karyawan CV ABC Cabang Bogor yang paling berpengaruh terhadap motivasi secara berurutan adalah variabel hubungan sesama rekan kerja, Peraturan dan kebijakan perusahaan, hubungan atasan dan bawahan, kondisi kerja dan kompensasi.

[image:62.612.131.514.273.474.2]

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Korelasi Faktor-faktor Pengungkap Motivasi Terhadap Motivasi Karyawan CV ABC Cabang Bogor

No Variabel Faktor

Pengungkap Motivasi

Koefisien Korelasi Tingkat Signifikansi

1 Hubungan Sesama

Rekan Kerja

0,564** 0,000

2 Peraturan dan

Kebijakan Perusahaan

0,499** 0,002

3 Hubungan Atasan dan Bawahan

0,486** 0,002

4 Kondisi Kerja 0,465** 0,004

5 Kompensasi 0,217 0,196

Keterangan: **) Korelasi signifikan pada α 1%

4.3.1. Hubungan Sesama Rekan Kerja

(63)

Hubungan sesama rekan kerja adalah interaksi yang terjadi antar sesama karyawan dapat dilihat responden bersedia memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran kepada rekan kerjanya dan responden juga mengetahui keluarga rekan kerjanya. Dengan demikian secara umum hubungan sesama rekan kerja tergolong baik.

Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar responden yang sudah bekerja lama diperusahaan mempunyai banyak teman, baik teman kerja maupun teman diluar kerja sehingga sifat kekeluargaan yang dimiliki semakin kuat diantar mereka.

4.3.2. Peraturan dan Kebijakan Perusahaan

(64)

Pada Tabel 13 dapat dilihat responden bersedia adanya pemberlakuan sangsi, peraturan lembur, dan pemberian bonus yang diberikan perusahaan. Dengan demikian secara umum responden cukup setuju dengan peraturan dan kebijakan perusahaan. Responden berpendapat peraturan dan kebijakan perusahaan itu dibuat memang untuk kebaikan mereka dan juga kebaikan perusahaan. Bila hal ini berlangsung selaras maka jalannya perusahaan akan lancar.

4.3.3. Hubungan Atasan dan Bawahan

Hubungan atasan dan bawahan harus terjalin dengan baik. Masing-masig posisi harus dapat menyesuaikan dengan masing-masing fungsinya. Faktor Pengungkap Motivasi ketiga yang paling berpengaruh terhadap Motivasi adalah Hubungan Atasan dan Bawahan dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,486 dengan tingkat signifikansi adalah 0,002. Dalam skala Champion nilai korelasi sebesar 0,486 dikategorikan sebagai association sehingga diketahui terdapat hubungan antara Hubungan Atasan dan Bawahan dengan motivasi kerja karyawan CV ABC Cabang Bogor.

(65)

dalam manajemen untuk mengetahui faktor-faktor apa yang sebenarnya dapat membangkitkan motivasi kerja karyawan.

4.3.4. Kondisi Kerja

Kondisi kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang diharapkan menyenangkan di tempat kerja. Faktor pengungkap motivasi keempat yang berpengaruh terhadap Motivasi adalah kondisi kerja dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,465 dengan tingkat signifikansi adalah 0,004. Dalam skala Champion nilai korelasi sebesar 0,465 dikategorikan sebagai association sehingga diketahui terdapat hubungan antara hubungan atasan dan bawahan dengan motivasi kerja karyawan CV ABC Cabang Bogor.

Kondisi kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang menyenangkan di tempat kerja. Kondisi ini meliputi ketenangan kerja, perlengkapan kerja, fasilitas keselamatan kerja, kenyamanan ruang kerja, keamanan tempat kerja, dan sistem pembagian kerja. Kondisi kerja dinyatakan baik bila karyawan menilai bahwa pihak perusahaan turut memberikan perhatian yang serius terhadap hal-hal tersebut. Kepuasan karyawan terhadap ketenangan dan kenyamanan tempat kerja menjadi tolak ukur baik tidaknya kondisi kerja yang ada. Pada Tabel 13 dapat dilihat hasil uji korelasi 0,465 dengan demikian secara umum responden cukup puas dengan kondisi kerja yang ada di perusahaan CV ABC Cabang Bogor.

4.3.5. Kompensasi

(66)

(fasilitas/tunjangan) atas pekerjaan yang telah dilakukan. Faktor Pengungkap Motivasi kelima yang berpengaruh terhadap Motivasi adalah kompensasi dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,217 dengan tingkat signifikansi adalah 0,196. Dalam skala Champion nilai korelasi sebesar 0,217 dikategorikan sebagai no association sehingga diketahui tidak terdapat hubungan antara kompensasi dengan motivasi kerja karyawan CV ABC Cabang Bogor.

(67)

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari lima variabel yang termasuk ke dalam komunikasi antar karyawan yang berpengaruh adalah empat variabel yaitu: empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Sedangkan faktor keterbukaan tidak berkorelasi secara nyata. Faktor-faktor yang berperan nyata terhadap motivasi kerja karyawan adalah faktor sikap mendukung terhadap motivasi untuk bertanggung jawab, motivasi bekerjasama dan motivasi bekerja keras. Faktor kesetaraan, faktor empati dan faktor sikap positif ketiga-tiganya berkorelasi terhadap motivasi untuk bertanggung jawab. Variabel keterbukaan memiliki nilai korelasi yang paling kecil dan bersifat no assosiation, sehingga perlu adanya upaya dari pihak manajemen untuk memperbaiki variabel ini.

Dari hasil analisis dari faktor-faktor pengungkap motivasi karyawan CV ABC Cabang Bogor yang berkorelasi mulai dari high association sampai no association terhadap motivasi secara berurutan adalah variabel hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, hubungan atasan dan bawahan dan kondisi kerja, sedangkan faktor kompensasi tidak berkorelasi nyata terhadap faktor motivasi.

5.2. Saran

(68)

Intensitas pertemuan ini dapat dilakukan tidak hanya dalam suasana formal, tetapi juga dalam suasana informal. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh manajemen yaitu dengan mengadakan pertemuan mingguan ataupun pertemuan bulanan atau bahkan acara-acara out bond sangat penting untuk dilakukan.

Komunikasi antar karyawan dari variabel keterbukaan yang perlu diperbaiki adalah; penerimaan masukkan atau kritik, penyampaian sesuatu yang dianggap benar, penyampaian masalah pekerjaan kepada atasan, keterbukaan masalah pekerjaan terhadap rekan kerja dan teguran adanya kesalahan atau penyimpangan yang diperbuat oleh rekan sekerja.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D. 1995. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Di dalam

Singarimbun M, Efendi S (editor). Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.

LP3ES. Jakarta.

Anonimus, 2001. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Institut Pertanian

Bogor. Bogor

Buhler, P. 2007.

Alpha Teach Yourself Manageent Skills

dalam 24 jam. Cetakan 2.

Prenada. Jakarta.

CV. ABC Cabang Bogor. 2007. Struktur Organisasi.

Devito, JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Alih Bahasa oleh Agus Dharma. Ed

ke-7. Erlangga. Jakarta

Hanafie, ZH. 1998.

Peranan Komunikasi Interpersonal Pimpinan; Kasus Motivasi

dan Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Baros Kotamadya

Sukabumi

. Tesis. Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan

Pedesaan. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Herudjito, YM. 1986. Dasar-dasar Manajemen. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Faperta IPB. Bogor.

Ikhsan, MM. 2007.

UU Ketenagakerjaan

(online). Tersedia http://mmodjo.blogspot.

Com/, (diakses bulan Mei 2007).

Indrawijaya, I. 2000. Perilaku Organisasi. Sinar Baru. Bandung.

Irwandi, D. 2004.

Hubungan Karakteristik Tenaga Fungsional Iklim Komunikasi

Organisasi dengan Kepuasan Kerja di BPTP Lampung

. Tesis. Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pr

Gambar

Gambar 2. Hubungan Komunikasi Antar Karyawan Horizontal
Tabel 1. Jenis data yang digunakan dan sumbernya
Tabel 2. Indikator  Komunikasi antar Karyawan
Tabel 3. Indikator Pengungkap Penilaian Motivasi Kerja (faktor Ekstrinsik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

E.. oleh pendidik atau guru. 50 bukan hanya memahami metode pembelajaran yang baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran yaitu “ hubungan,

a) Melakukan pengamatan terhadap karakteristik siswa kelas IV SD. b) Menentukan media yang sesuai untuk pembelajaran IPS di SD. c) Menyusun konsep pelaksanaan penelitian tindakan

melakukan pembetulan surat pemberitahuan atas jems pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir

The aim of this research is to find out whether active knowledge sharing is effective to teach reading in recount text at junior high school especially of eight grade students

Ciri anatomi : Ciri diagnostik yang teramati pada preparat fosil kayu adalah: pori (pembuluh) tata baur, hampir seluruhnya soliter, bidang perforasi sederhana,

Hasil yang dicapai berupa sebuah aplikasi sistem pakar dengan menggunakan metode fuzzy logic yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit hepatitis dengan

Furqon SyariefHidayatulloh S.Ag., M.Pd.I.. fi) &lt;ITAB SULLAM AT-TAUFIQ (STRATEGI MENGGAPAI.. セ