• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP BERDASARKAN

ASPEK TEPAT GUNA LAHAN BAGI BANGUNAN HIJAU DI

P.T. DAHANA

WIKA DIANNISA PURNOMO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana”adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013 Wika Diannisa Purnomo

(4)

2

ABSTRAK

WIKA DIANNISA PURNOMO. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH

Pembangunan di Indonesia berkembang sangat pesat. Namun, perkembangan pembangunan ini tidak sebanding dengan pengaruh baiknya terhadap lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep green building yang mengacu pada prinsip keberlanjutan dan penerapan praktik ramah lingkungan. Salah satu contoh penerapan konsep ini terdapat pada bangunan P.T. Dahana. Penelitian ini bertujuan 1) menganalisis pengelolaan serta mempelajari permasalahan dan potensi yang ada dalam pengelolaan lanskap pada P.T. Dahana berdasarkan aspek tepat guna lahan dengan konsep green building, dan 2) menyusun rekomendasi rencana strategi pengelolaan kepada pihak P.T. Dahana untuk mengoptimalkan pengelolaan.Evaluasi pengelolaan ini menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak pengelola kawasan green building di P.T. Dahana ini harus mengembangkan dan membangunstrategi pengelolaan,di antaranya,dengan meningkatan kenyamanan dan produktivitas pengguna area green building, mengembangan area lanskap, meningkatan fungsi roof garden, serta membuatan rencana pengelolaan lanskap.

Kata kunci: Evaluasi, analisis SWOT, rencana pengelolaan lanskap, lanskap bangunan hijau.

ABSTRACT

WIKA DIANNISA PURNOMO.Evaluation of Landscape Management Based on Appropriate Site Development Aspect in Green Building P.T. Dahana. Supervised byWAHJU QAMARA MUGNISJAH

Construction in Indonesia grows rapidly. But, the development of this construction does not equal to its influence for environment. Implementation of green building concept is needed, based on sustainable and eco-friendly principal. P.T. Dahana’s building is one of green building. This research propose to 1) analyze landscape management and find problems and potential factors from landscape management of P.T. Dahana base on appropriate site development in green building concept, and 2)makeastrategic landscape management recomendation to P.T. Dahana to optimize its management. SWOT analysis is used for evaluating its landscape management. The result of this research shows that P.T.Dahana must create and develop strategic landscape management, such as improve user productivity, develop landscape, improve the function roof garden, and make a landscape management plan.

(5)

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP

BERDASARKAN ASPEK TEPAT GUNA LAHAN BAGI

BANGUNAN HIJAU DI P.T. DAHANA

WIKA DIANNISA PURNOMO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

5 Judul Skripsi: Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna

Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana Nama : Wika Diannisa Purnomo

NIM : A44090070

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen

(8)

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana”.Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, antara lain, kepada

1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan selama awal penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Dr. Kaswanto dan Dr. Syartinilia sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukanuntuk perbaikan skripsi;

3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS sebagai pembimbing akademik yang banyak memberikanmotivasi dan nasehat selama tiga tahun terakhir masa perkuliahan jurusan;

4. Bapak Kusuma Tri Hatmaja, ST selaku Building Manager Telkom Property, Ibu Intan selaku pengelola P.T. Dahana, Bapak Suratman selaku Green Professional, dan Bapak Yodi serta Bapak Djarot selaku Rating Development Manager GBCI;

5. PapahIbnu Purnomo, SE, MBA,Mamah Suhendawati, SE, kakak Oghie Martagraha Purnomo, Adik Ranti Noviannisa Purnomo, dan keluarga besar atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada henti;

6. Danang Sutowijoyo yang setia menemani, membantu, dan memberikan semangat selama penelitian;

7. sahabat tersayangYaomi, Renny, Nindy, Tyas, Tibel, Arti, Khonsa, Adis, Ines, dan Imel;

8. sahabat-sahabat dari BEM TPB IPB, BEM Fakultas Pertanian Kabinet Gaharu,Keluarga ARL46, dan nama-nama lainnya yang tidak dapatpenulis sebutkan satu persatu.

Bogor, November 2013

(9)

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix 

DAFTAR GAMBAR x  PENDAHULUAN1  Latar Belakang1  Tujuan 2

Manfaat 3

Kerangka Berpikir 4

TINJAUAN PUSTAKA 4 

Konsep Suistainable Development 4  Konsep Green Building 4  Sistem RatingGreenship 4  Aspek Appropriate Site Development 6  Rencana Pengelolaan 7 

METODOLOGI 8 

Tempat dan Waktu 8 

Bahan dan Alat 8 

Jenis Data 9 

Tahapan Penelitian 8 

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 

Kondisi Umum 13 

Sejarah Perusahaan 13

Batas Tapak 13

Iklim dan Topografi 13

Hidrologi 13

Vegetasi 14

Aspek Pengelolaan 15

Karakteristik Sosial 17

Aspek Tepat Guna Lahan 18

Area Dasar Hijau 19

(10)

8

Aksesibilitas 20

Transportasi Massal 21

Fasilitas untuk Pengguna Sepeda 22

Area Lanskap 24

Iklim Mikro 26

Manajemen Air dan Limpasan Hujan 28

Evaluasi Kegiatan Pengelolaan Green Building P.T. Dahana 30

Analisis SWOT 31

Rencana Pengelolaan 41

Peningkatan Kenyamanan dan Produktivitas bagi Pengguna 41

Pengembangan Area Lanskap 42

Perbaikan Roof Garden 46

Pengelolaan Lanskap Green Building P.T. Dahana 48

SIMPULAN DAN SARAN 50 

Simpulan 50  Saran 50 

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 53

RIWAYAT HIDUP 62

DAFTAR TABEL

1. Total nilai pencapaian akhir P.T. Dahana oleh GBCI 5

(11)

9

11. Daftar transportasiumum yang melalui P.T. Dahana 22

12. Luas area lahan lanskap (site landscaping) 25

13. Pencapaian nilai albedo pada atap green building P.T. Dahana 26 14. Pencapaian nilai albedo pada non-atap green building P.T. Dahana 27  15. Analisis limpasan air pada green building P.T. Dahana 29  16. Analisis jumlah tampungan air pada green building P.T. Dahana29 17. Penentuan nilai bobot faktor internal green building35 18. Penentuan nilai bobot faktor eksternal green building 36

19. Tingkat kepentingan faktor internal 36

20. Tingkat kepentingan faktor eksternal 36

21. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 37

22. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) 37

23. Matriks SWOT green building P.T. Dahana 39

24. Peringkat alternatif strategi 40

25. Rekomendasi jadwal pemeliharaan 49  

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian 3  2.Peta lokasi penelitian 8 

3. Struktur organisasi P.T. Telkom Property 16  4. Grafik usia dan tingkat pendidikan pengguna 18

5. Grafik pekerjaan pengguna 18 6. Grafik tingkat kesesuain pemilihan tapak 20 7. Grafik aksesibilitas pengguna 21 8. Grafik transportasi yang digunakan pengguna 22 9.Grafik kondisi fasilitas untuk pengguna sepeda 23 10.Detil rak sepeda P.T. Dahana 24 11. Area lanskap P.T. Dahana 25

12.Kondisi area lanskap green building P.T. Dahana 26

13. Paving block warna, grass pavers, dan paving block 27

14. Skylight pada auditorium P.T. Dahana 28

(12)

10

16. Kondisi roof gardendan kondisi kolam yang terkena limpasan

tanah roof garden 33

17. Kegiatan pada kawasan Energetic Material Center P.T. Dahana 34 18.Hasil pemetaan matriks IFE dan EFE 38

19. Rekomendasi program bike on bus 42

20. Panduan polyculture di area (inti kawasan / site office) 44 21.Panduan polyculture di area kastin bangunan atau marjin pedestrian 44 22. Panduan polyculture di area transisi 45 23. Panduan polyculture di area alami (tanah rawa) 45 24. Panduan polyculture di area genangan (kolam/rawa) 46

25. Konsep aliran air roof garden P.T. Dahana 47 26. Konsep sistem drainase roof gardendan konsep cups concept 47

27. Rekomendasi struktur organisasi pengelola 48

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner untuk pengguna 54

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia berkembang sangat pesat. Hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat akan suatu tempat, baik area komersial seperti perkantoran atau mal maupun area nonkomersial seperti sekolah atau rumah sakit. Namun perkembangan pembangunan ini tidak sebanding dengan pengaruh baiknyaterhadaplingkungan. Bangunan gedung terutama bangunan yang berdaya guna komersial seperti halnya perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel, dan apartemen, menyumbang emisi CO2 terbesar dalam sektor konsumsi energi untuk sumber daya listrik jika dibandingkan dengan sektor lain, seperti transportasi dan industri (GBCI, 2010a).

Dunia semakin gencar membangun green building atau bangunan hijau. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan yang hemat energi membatasi pengembangan lahan untuk pembangunan dengan layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material bahan yang dikenal dengan konsep greensehinggapenerapan konsep green building dirasa sangat penting pada pembangunan masa sekarang ini.

Konsep green mengacu pada prinsip keberlanjutan dan menerapkan praktikramah lingkungan. Konsep greenjuga mengusung penerapan teknologi dan best practiceyang dilakukan secara bersamaan sehingga merangsang industri melakukan riset dan inovasi untuk menghasilkan produk yang hijau. Bangunan di Indonesia sendiri masih belum banyak yang menerapkan konsep ini.

Bangunan yang termasuk dalam kategori green building memiliki sistem rating yang merupakan alat bantu bagi para pelaku industri. Standar yang ingin dicapai dari sistem rating ini adalah bangunan hijau yang ramah lingkungan dari tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian sampai pemeliharaan yang dibuat oleh Green Building CouncilIndonesia sebagai sistem penilaian yang harus dipenuhi olehgreen building di Indonesia(GBCI, 2010a).

Lingkungan dan lanskap pada bangunan juga berperan penting dalam penilaian konsep green building ini. Salah satu aspek penilaiannya adalah aspek appropriate site development(tata guna lahan yang tepat) yang bukan sekedar memperhatikan lahan dan lingkungan sekitar, tetapi memperhatikan juga adanya area lanskap berupa vegetasi (softcape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah (Karyono, 2010).

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

a. menganalisis pengelolaan serta mempelajari permasalahan dan potensi yang ada dalam pengelolaan lanskap pada P.T. Dahana berdasarkan aspek tepat guna lahan dengan konsep green building dan

b. menyusun rekomendasi rencana strategi pengelolaan kepada pihak P.T. Dahana untuk mengoptimalkan pengelolaan.

Manfaat Penelitian

Penelitian inidiharapkanmampumemberikanrekomendasi dan informasi tentang pengelolaan lanskap kepadaP.T. Dahana dan pemantauan bangunan hijau oleh Green Building Council Indonesia yang perusahaan tersebut tidak hanya menilai perencanaan gedung bangunan hijau, melainkan jugamengawasi pengelolaan lanskap bangunannya.

Kerangka Berpikir

(15)

3

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Pembangunan di Indonesia yang Berkembang Sangat Pesat

Perkembangan Pembangunan yang Tidak Sebanding dengan Pengaruh Baiknya terhadap Lingkungan

Pembangunan Green Building atau Bangunan Hijau, dalam Kasus Energetic Material Center, P.T. Dahana, Subang

Evaluasi Aspek Tepat Guna Lahan Bangunan

Berkonsep Bangunan Hijau

Evaluasi Pengguna Evaluasi Pengelola

1. Area Dasar Hijau 2. Pemilihan Tapak 3. Aksesibilitas 4. Transportasi Massal 5. Fasilitas untuk

Pengguna Sepeda 6. Lanskap

7. Iklim Mikro 8. Manajemen Air

Limpasan Hujan

1. Karakteristik 2. Aktivitas dan

Perilaku 3. Kondisi Sosial

Ekonomi dan Budaya

1. Organisasi dan Sistem

Pengelolaan 2. Ketenagakerjaan 3. Jadwal

4. Bahan dan Alat

Analisis SWOT

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Sustainable Development

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), bangunan adalah sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, dan menara). Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial, budaya, dan kegiatan khusus:

Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) merupakan sebuah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Terdapat tiga dimensi dari konsep sustainable ini, yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial (Karyono, 2010).

Konsep dari pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

a. sustainable construction, yakni penciptaan dan manajemen yang bertanggung jawab terhadap lingkungan berdasarkan pada sumber daya yang efisien dan prinsip-prinsip ekologi;

b. environmental architecture, yakni penerapan lima prinsip arsitektur lingkungan yang meliputi penerapan interior lingkungan sehat, efisiensi energi, penggunaan bahan ekologi ramah lingkungan, desain yang tepat, dan harmonisasi terhadap lingkungan;

c. greenbuilding, yaknipendekatan bangunan yang ramah lingkungan dari tahap desain hingga produk bangunan yang dihasilkan.

Konsep Green Building

Green building merupakan suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah, atau fasilitas lainnya. Green building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memperhatikan lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan mulai dari pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, hingga renovasi dan perubahan bangunan(GBCI, 2010a).

Sistem Rating GREENSHIP

Sebuah green building diciptakan melalui serangkaian proses berupa persyaratan dalam perancangan bangunan untuk pencapaian rating bangunan tersebut. Sistem rating tersebut merupakan suatu standar terukur yang berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi, penyewa, dan pengguna bangunan.

(17)

5 a. appropriate site development (ASD, tepat guna lahan), yakni penerapan

lahan sehingga menjadi tepat guna serta memberikan rasa aman, nyaman, dan memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di sekitarnya; b. energy efficiency and conservation (EEC, efisiensi dan konservasi

energi), yakni penghematan penggunaan energi dengan pemanfaatan energi alam dengan penerapan pada penerangan, termal, dan teknologi pembaruan energi;

c. water conservation (WC, konservasi air), yakni penerapan konservasi air dengan mengatur penghematan air, pemakaian perangkat air, dan penggunaan sumber air alternatif;

d. material resources and cycle (MRC, sumber daya dan daur ulang material), yakni pengaturan pemakaian material dan/atau peralatan dalam suatu konstruksi (material yang tidak merusak ozon, 3R, dan bersetifikat);

e. indoor air health and comfort (IHC, kualitas udara dan kenyamanan ruangan), yakni penerapan kualitas udara di dalam ruangan dari sisi kualitas udara itu sendiri, pencahayaan, serta tingkat kebisingan suatu ruangan.

f. building and environment management (BEM, manajemen bangunan lingkungan), yakni sistem manajerial mengenai lingkungan dan bangunan dengan merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan mulai tahap desain.

Dalam pencapaian green building terdapat persyaratan awal yang harus dicapai sebelum mencapai rating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada. Masing-masing aspek dibagi ke dalam butir-butir penilaian yang lebih detil dengan masing-masing butir memiliki skor tertentu. Tingkat hijau bangunan yang ditentukan oleh skor. Nilai skor tinggi menunjukkan bangunan mengarah kepada pemenuhan kriteria hijau, sedangkan skor rendah diartikan sebaliknya.Tabel 1 memperlihatkan total nilai yang diraih dalam pencapaianakhir bangunan hijau di P.T. Dahana.

Tabel 1 Total nilai pencapaian akhir P.T. Dahana oleh GBCI

Kriteria Nilai

Maks Pencapaian Persentase (%)

Tepat guna lahan (appropriate site

development–ASD)

17 15 88

Efesiensi dan konservasi energi (energy and

conservation – EEC)

26 15 57

Konservasi air (water conservation – WAC)

21 21 100

Sumber daya dan daur ulang material

(material resource and cycle – MRC)

14 11 78

Kualitas udara dan kenyamanan ruang (indoor health and comfort –IHC)

10 9 90

Manajemen bangunan lingkungan (building

environment management – BEM)

13 12 92

Total nilai diraih 101 83 84

(18)

6

Aspek Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development)

Menurut Green Building Council Indonesia (2010a), aspek tepat guna lahan merupakan suatu penerapan lahan sehingga menjadi tepat guna serta memberikan rasa aman, nyaman, dan memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di sekitarnya. Aspek ini dibagi oleh beberapa kategori berikut dalam konsep green building.

a. Green area(area hijau)

Green area merupakan salah satu persyaratan dari aspek appropriate site development.Tolok ukur yang dilihat dari persyaratan ini adalahadanya area lanskap berupa vegetasi (softcape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak.

b. Site selection (pemilihan tapak)

Site selection bertujuan menghindari pembangunan di area greenfields dan menghindari pembukaan lahan baru.

c. Aksesibilitas

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial, terdapat definisi tentang fasilitas sosial, yaitu fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalamlingkungan permukiman yang meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, perbelanjaan dan niaga, peribadatan, rekresi/budaya, olahraga dan taman bermain, pemerintah dan pelayanan umum, serta pemakaman umum. Prasarana lingkungan meliputi jalan, saluran pembuangan air limbah, dan saluran pembuangan air hujan serta utilitas umum yang terdiri dari jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, kebersihan/pembuangan sampah, dan pemadam kebakaran. d. Transportasi publik

Tolok ukur yang terdapat dalam aspek ini adalah menyediakan halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyebrangan dan ramp, menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung, dan menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Mentri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

e. Fasilitassepeda

(19)

7 f. Area lanskap

Tersedia area lanskap berupa vegetasi (softscape) minimum 40% luas total lahan termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden. Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam provisnsi sebesar 60% luas tajuk/jumlah tanaman.

g. Iklim mikro

Perbaikan kondisi iklim mikro mencakup kenyamanan suhu, angin, dan kualitas lingkungan manusia di luar ruangan pada sekeliling bangunan sehingga mempengaruhi kondisi udara di dalam ruangan.

h. Stormwater management (manajemen air limpasan hujan)

Tujuan dari kategori ini adalah mengurangi beban jaringan drainase kota dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara terpadu.

Rencana Pengelolaan

Pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus dan Curtis, 1982).

(20)

8

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2013. Lokasi penelitian di kantor manajemen pusat P.T. Dahana, Kecamatan Cibogo, Subang, Jawa Barat (Gambar 2). Data greenship diperoleh dariGreen BuildingCouncil Indonesia yang menjadi lembaga standardisasi penilaian area bangunan hijau.

Gambar 2Peta lokasi penelitian green building P.T. Dahana, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, peralatan tulis menulis, laptop dengan software AutoCAD, Adobe Photoshop CS6, CorelDRAW X5, Microsoft Word, dan Microsoft Excel. Untuk pengambilan data sosial dilakukan wawancara.

(21)

9 Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapang. Data primer ini meliputi hasil pengamatan pada tapak (foto, rekaman, dan lainnya) dan hasil wawancara responden yang bersangkutan, terdiri atas responden utama (pengelolagreen buildingP.T. Dahana, kontraktor pengelola lanskap Telkom Property, dan Green Professional) serta responden umum (pegawai dan masyarakat sekitar P.T. Dahana) dengan jumlahdua puluh orang diambil secara acak. Lampiran 1 menyajikan format kuesioner yang digunakan dalam pengambilan data. Data sekunder merupakan studi pustaka mengenai teori pengelolaan dan konsep green buildingyang digunakan dalam penelitianserta literatur mengenai sejarah dan kondisi tapak.

Tahapan Penelitian

Persiapan

Tahap persiapan mencakup pengumpulan informasi, pengurusan izin penelitian, dan pengenalan lokasi penelitian. Tahap ini juga termasuk pertemuan dengan pihak Green Building Council Indonesia dan P.T. Dahana untuk meminta izin melakukan penelitian.

Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data beberapa aspek yang dibutuhkan, diantaranya, aspek tepat guna lahan bangunan hijau, seperti penilaian area dasar hijau, pemilihan tapak, aksesibilitas, transportasi massal, fasilitas untuk pengguna sepeda, lanskap, iklim mikro, dan manajemen air limpasan hujan. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya tentang perilaku, aktivitas, serta kondisi ekonomi dan budaya dari pengguna tapak dilakukan dengan metode wawancara terhadap pengguna dan pengelola. Aspek teknik meliputi standar-standar ukuran, pengelolaan, dan lainnya serta aspek pengelolaan tentang kegiatan yang sudah ada untuk memelihara fasilitas di tapak.

Metode yang digunakan adalah survei lapang, studi literatur, serta wawancara pihak pengelola (3 orang dari P.T. Telkom Property, P.T. PPdan P.T. Dahana) dan 20 orang dari pegawai dan masyarakat sekitar P.T. Dahana dengan metode sampling secara acak.

Analisis dan Sintesis

Pada tahap ini dilakukan analisis beberapa aspek yang dilakukan dengan metode wawancara langsung ke pengunjung dan pengelola. Analisis tapak menggali informasi tentang potensi dan kendala kondisi fisik dan biofisik di tapak serta penilaian yang dilakukan oleh GBCI. Penilaian dilakukan secara deskriptif, spasial, dan juga menggunakan analisis SWOT. Pada tahap sintesis, dinilai hasil analisis tapak dan SWOT untuk menghasilkan alternatif yang terbaik.

Tahap analisis dibagi menjadi tiga segmen berikut.

(22)

10

Analisis ini dilakukan secara spasial dan deskriptif. Analisis spasial dilakukan terhadap lanskap green buildingP.T. Dahana, elemen lanskap, dan tata letak letak elemen tersebut. Setelah dilakukan analisis spasial, dilakukan analisis deskriptif dari data spasial yang telah diperoleh.

b. Analisis pemanfaatan ruang dan pengelolaan berdasarkan kriteria aspek tepat guna lahan oleh GBCI.

Analisis ini dijabarkan secara deskriptif dan spasial dari data wawancara pengunjung dan pengelola, data terkait pengelolaan, dan pengamatan secara langsung yang dianalisis berdasarkan kriteria GBCI. c. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap

bangunan hijau kawasan P.T. Dahana.

Analisis ini menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk mengetahui apakahbangunan hijau P.T. Dahana, Subang tetap dikelola dengan baik.

Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi manajemen lanskap bangunan hijau P.T. Dahana. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi manajemen program. Analisis SWOT secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal untuk merumuskan hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dan hal-hal menjadi peluang serta ancaman dari luar yang harus dihadapi. Analisis secara kuantitatif dalam SWOT dilakukan dengan pemberian bobot dan rating sehingga menghasilkan matriks SWOT (David, 2009). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).Terdapat beberapa kerangka kerjadalam menggunakan analisis SWOT.

a. Analisis penilaian faktor internal dan eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) untuk mengetahui ancaman dan peluang (David, 2009).

b. Penentuan bobot setiap variabel

Bobot setiap variabel ditentukan sesuai dengan tingkat kepentingannya untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh, yaitu 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (kurang penting), dan 1 (tidak penting). Khusus untuk faktor internal kekuatan, tingkat kepentingan harus diberi nilai 3 atau 4, dan faktor internal kelemahan harus diberi nilai 1 atau 2.

c. Penentuan peringkat (rating) dan penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek

(23)

11 pengelola kurang baik. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan untuk memperoleh skor pembobotan.

Tabel 2 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Nilai peringkat

Matriks IFE Matriks EFE

Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T)

Ancaman sedikit

2 Kekuatan sedang Kelemahan

yang kurang berarti

Peluang sedang, respon cukup baik

Ancaman sedang

3 Kekuatan yang

Ancaman besar

4 Kekuatan yang

Sumber: David (2009)

Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 dapat dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5, dinyatakan kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE, jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5, menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David, 2009).

d. Penentuan alternatif strategi dengan matrik SWOT

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 3). Hubungan kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi.

e. Pembuatan tabel rangking analisis strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan denganmemperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan

akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampaiterkecil dari semua strategi yang ada.

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penyusunan data yang telah terkumpul dari hasil survei menggunakan analisis SWOT untuk memperoleh informasi tentang

a. deskripsi aspek tepat guna lahan lanskap bangunan hijau P.T. Dahana; b. deskripsi aspek pengguna bangunan hijau P.T. Dahana;

(24)

12

Tabel 3 Matriks SWOT

Internal Eksternal

Opportunities Threats

Strengths Menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi

Weaknesses Mendapatkan keuntungan

dari kesempatan yang ada untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan

Meminimumkan kelemahan dan

Menghindari ancaman yang ada

Sumber: David (2009)

Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan

(25)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Sejarah PerusahaanP.T. Dahana

P.T. Dahana berawal dari pembangunan pabrik dinamit (NG Based) pada tahun1966di lingkunganpangkalan TNI-AUTasikmalaya.Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pasar, pada tahun 1991 didirikan P.T. Dahanaoleh ahli teknologi Water Based. Pada tahun 1999 P.T. Dahana mempersiapkan tanah seluas 600 ha di Sumurbarang(Subang) untuk dijadikan pusat industri dan engineeringbahan peledak dan tempat peledakan.

Energetic Material Center P.T. Dahana merupakan kawasan industri yang sedang berkembang menjadi kawasan yang ramah lingkungan. Beberapa penghargaan telah diperoleh seperti penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2012 dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU), penghargaan FutureArc 2009 yang merupakan penghargaan bangunan berwawasan lingkungan, serta penghargaan terhadap Kantor Manajemen Pusat P.T. Dahanayang berkonsep green building dengan peringkat platinum oleh Green Building Council Indonesia. Batas Tapak dan Geografis

P.T. Dahana terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Secara geografis, P.T. Dahana terletak pada koordinat 107° 31' - 107° 54' LS dan 6° 1' - 6° 49' BT. Kawasan Energetic Material Center yang memiliki luas 600 ha terletak di Kecamatan Cibogo dibagian timur Kabupaten Subang. Secara administratif, kawasan ini terletak di beberapa desa, yaitu Desa Padaasih, Desa Sadawarna, dan Desa Sumurbarang. Batas wilayah P.T. Dahana adalah sebagai berikut:

Kecamatan Cipunegara di sebelah utara;

Kabupaten Sumedang /Indramayu di sebelah timur; Kecamatan Subang di sebelah selatan;

Kecamatan Cijambe di sebelah barat.

Iklim dan Topografi

Berdasarkan Stasiun Klimatologi Cinangling Subang, suhu udara pada kawasan ini sekitar 27°C dengan kelembaban udara mencapai 72–91%. Curah hujan rata-ratanya 1.600–3.000 mm setiap tahun, dengan musim kemarau pertahunnya selama 4 bulan.P.T. Dahana terletak pada ketinggian 51–75 m diatas permukaan laut. Topografi pada green buildingP.T. Dahana berupa kawasan yang relatif datar, berkisar antara 0% sampai dengan 35%.

Hidrologi

(26)

14

treatment plant (STP) dan pengolahan air hujan dengan curah hujan rata-rata 23,61mm/tahun (Tabel 4). Sebagian air dari WTP dimanfaatkan kembali oleh pihak pengelola untuk menyiram vegetasi yang berada di kawasan P.T. Dahana.Tabel 4 menyajikan data hidrologi P.T. Dahana.

Tabel 4Data curah hujan tahun 2003-2012

Tahun Jumlah (mm)

Jumlah hari hujan

Rata-rata harian (mm/hari)

2003 2 368 89 26,61

Sumber: Stasiun Klimatologi Cinangling

Tabel5Data hidrologi P.T. Dahana

No. Sumber Air Keterangan

1. Sungai Sungai Cipunegara

2. Air tanah 5-10 meter di bawah permukaan tanah

3. Air hujan Teknologi limpasan air hujan

Sumber: AMDAL P.T. Dahana(2013)

Vegetasi

Green buildingP.T. Dahana memiliki bentuk topografi yang relatif datar dengan vegetasi bervariasi dan tersebar. Jenis vegetasi yang umum terdapat pada tapak adalah pepohonan dan sebagian besar masih dalam proses pertumbuhan. Tanaman lokal pada kawasan ini adalah tanaman nanas, pohon karet, dan pucuk merah. Tabel6, Tabel 7, dan Tabel8 menyajikan jenis dan jumlah vegetasi yang ada di green buildingP.T. Dahana.

Tabel 6Daftar vegetasi tanaman perdu sedang di green buildingP.T. Dahana

No. Jenis tanaman Luas (m2)

1. Philodendron bipinnatifdum (daun pilo) 750

2. Canna indica (bunga kana) 1 050

(27)

15

Tabel7 Daftar vegetasi tanaman pohon di green buildingP.T. Dahana

No. Jenis tanaman Jumlah (batang)

1. Samanea saman (trembesi) 2

2. Tabebuia chrysotricha (tabebuia) 105

3. Agathis dammara (damar) 105

4. Ficus lyrata (biola cantik) 30

5. Dracaena draco(pandan bali) 25

6. Opuntia cochenillifera (kaktus kipas) 12

8. Ravenala madagascariensis (pisang kipas) 30

9. Crateva religiosa (sawo duren) 12

10. Syzygium oleina (pucuk merah) 150

11. Pometia pinnata (matoa) 14

12. Callistemon viminalis (sikat botol) 80

13. Ficus elastica (karet kebo merah) 200

Total jumlah tanaman 765

Sumber: Hasil pengamatan lapang 2013

Tabel 8 Daftar vegetasi tanaman ground coverdi green buildingP.T. Dahana

No. Jenis tanaman Luas (m2)

1. Bromelia agavifolia (Bromellia) 450

2. Arachis pintoi (kacang-kacangan) 750

3. Bromelia grandiflora (Bromelia Merah) 225

4. Excoecaria cochinchinensis (sambang dara) 400

5. Pandanus (pandan) 1500

6. Ixora paludosa (soka) 600

7. Purpureum Schamach (rumput gajah mini) 8 000

Total luas tanaman 11 925

Sumber:Hasil pengamatan lapang 2013

Aspek Pengelolaan

Struktur Organisasi

(28)

16

Gambar 3 Struktur organisasi P.T. Telkom Property

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di kawasan P.T. Dahana sudah cukup memadai sebagai green building. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa fasilitas disekitar bangunan green buildingP.T. Dahana seperti tempat tinggal, keagamaan, olahraga, dan kesehatan, serta memiliki area pembibitan (nursery) yang dapat digunakan untuk menambah dan mengganti tanaman yang rusak.

Efektivitas Pengelolaan, Tenaga Kerja, Jadwal, dan Peralatan

(29)

17 Tabel 9Rincian aktivitas dan frekuensi kegiatan pemeliharaandi P.T Dahana No. Ruang Kegiatan Pemeliharaan Frekuensi

1 2 3 4 5 6 7

1. Halaman sekretariat

Pemotongan rumput liar * Penyiangan rumput liar *

Penggantian pohon mati * Perapihan bunga rambat di

halte *

Penggemburan tanah *

Penyapuan area taman *

Pengecatan Bangunan *

2. Halaman depan

Pemotongan rumput liar * Penyiangan rumput liar * Penggantian pohon mati *

Penggemburan tanah *

Pembersihan area *

Penyapuan area taman *

Pergantian paving block *

3. Halaman sisi gedung

Penyiangan rumput liar * Pemotongan rumput liar * Penggantian pohon mati *

Penggemburan tanah *

Pembersihan area *

Penyapuan area taman *

Pergantian paving block *

4. Area

heliped Pemotongan rumput liar *

5. Kolam air Pembersihan kolam air * Keterangan : 1 = harian, 2 = mingguan, 3 = bulanan, 4 = triwulan, 5= semesteran, 6 = tahunan, 7 = insidental

Alat pemeliharaan yang digunakan adalah mobil dan motor operasional, mesin rumput, beberapa jenis alat kerja infrastruktur, seperti palu konde 1 kg, palu atom, skop besar, sabit rumput, cangkul, gunting rumput, linggis, selang, dan sapu. Bahan yang digunakan adalah pupuk kompos, media tanam, pestisida, serta bahan bakar bensin untuk pengoperasian mobil/motor operasional, dan mesin pemotong rumput. Hasil tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di lapang.

Karakteristik Sosial

(30)

18

Karakteristik sosial pengguna gedung green buildingP.T. Dahana ini, diantaranya, adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Untuk mengetahui karakteristik pengguna area gedung, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 20 responden. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna gedung adalah pria dari kelompok usia 25-55 tahun (75%) dan 14- 25 tahun (25%)(Gambar 4).Pengguna green buidingP.T. Dahana ini memiliki pekerjaan sebagaikaryawan BUMN atau PNS (50%), pegawai swasta (40%), dan pelajar atau mahasiswa (10%) (Gambar 5) dengan tingkat pendidikan sarjana (30%), Diploma (5%), SMA (30%), dan SMP (25%), SD (5%)(Gambar 4).

Gambar 4 Grafik usia (kiri) dan tingkat pendidikan pengguna (kanan)

Gambar 5 Grafik pekerjaan pengguna

Aspek Tepat Guna Lahan/Appropriate Site Development (ASD) Bangunan Hijau

Perkembangan kawasan urban yang semakin pesatbertolak belakang dengan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH). Pembangunan di Indonesia umumnya kurang memperhatikan faktor lingkungan dan keberlanjutannya.Pembangunan dengan menggunakan lahan baru dinilai lebih murah daripada menggunakan lokasi yangsudah dilengkapi oleh berbagai fasilitas penunjang. Hal tersebut dapat meningkatkan laju urban sprawl sehingga konversi lahan pedesaan menjadi lahan perkotaan semakin meningkat.

(31)

19 bangunan tersebut diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif terhadap lingkungan hidup dan lingkungan sekitarnya.

Aspek tepat guna lahan merupakan suatu konsep pemanfaatan lahan agar menjadi tepat guna serta memberikan rasa aman, nyaman, dan memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakatsekitar (GBCI, 2010a). Aspek ini terdiri atas tujuh kategori dalam konsep green building, yaituarea dasar hijau(basic green area), pemilihan tapak(site selection), aksesibilitas(community accessibility), transportasi(public transportation), sepeda(bicycle), area lanskap (site landscaping), iklim mikro (microclimate), dan manajemen limpasan air(storm water management).

Area Dasar Hijau(Basic Green Area)

Area dasar hijau memiliki tolok ukur persyaratan aspek tepat guna lahan, yaitu adanya arealanskap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) diatas permukaan tanah atau di bawah tanah dengan luas area minimum 10% dari total luas lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak. Luas lahan total 24.800 m2. Luas tapak terdiri dari tapak bangunan, lahan hijau bebas basement, luas jalan dan lahan parker,serta luas roof garden. Luas tapak bangunan sebesar 2.536,27 m2, luas lahan hijau bebas basement sebesar 9.939,66 m2, luas jalan dan parkir sebesar 7.519,51 m2 dan luas roof gardensebesar 4.804,56 m2(Tabel 10).

Tabel 10Luasarea dasar hijau (basic green area)

Lahan Luas

Total lahan 24800,00 m2

Total lahan softscape bebas basement 9939,66 m2

Persentase lahan softscape terhadapluas total lahan 40,08 %

Sumber: P.T. Pembangunan Perumahan Pemilihan Tapak(Site Selection)

Pemilihan tapak bertujuan menghindari pembangunan di area greenfields dan pembukaan lahan baru, seperti pembangunan kembali di daerah bekas lahan yang sudah mengalami kerusakan dan dikenal dengan istilah brownfield. Pembangunan di area greenfields akan menggunakan kawasan pertanian yang berfungsi sebagai sumber pasokan makanan dan daerah penyangga. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan tapak yang sesuai untuk mengoptimalkan lahan yang ada dan menghindari kerusakan lingkungan.

Menurut Green Building Council Indonesia (2010b), kategori site selection memiliki dua tolok ukur berikut.

a. Pembangunan di dalam kawasan perkotaan yang harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang telah memenuhi standar

(32)

20

b. Adanya revitalisasi pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai di bawah standar Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia 32/PERMEN/M/2006 dan paragraf ketiga Pasal 68. Berdasarkan penilaian responden, sebagian besar respondenmenyatakan bahwa pemilihan tapak pada daerah ini sesuai untuk dijadikan kawasan perkantoran dengan persentase sebesar 45%, sedangkan 30% responden menyatakan kurang sesuai, 20% responden menyatakan sangat sesuai, dan 5% responden menyatakan tidak sesuai(Gambar 6). Persentase kesesuaian kawasan perkantoran yang mendapatkan nilai tinggi didukung oleh adanya manfaat fungsional kondisi tata letak kawasan tersebut seperti terciptanya lingkungan kerja yang sehat sehingga mampu mengoptimalkan produktivitas dan memberikan kenyamanan tenaga kerjanya. Namun, kondisi sekitar kawasan yang masih belum berkembang membuat responden menyatakan kawasan tersebut kurang sesuai dijadikan perkantoran.

Gambar 6 Grafik tingkat kesesuaian pemilihan tapak

Pembangunangreen building terletak di kawasan yang masih berdensitas rendah dengan tingkat hunian <300 orang/ha. Pembangunan bangunan hijau ini didasari dengan konsep asitektur lokal yang ramah lingkungan. Tapak yang terletak di Cibogo, Subang, Jawa Barat,tidak dibangun pada lahan yang masih produktif dan memang diperuntukkan bagi kawasan multifungsi, melainkandalam keadaan awal berupa lahan kosong dengan keadaan baik dan pembangunan ini bertujuan menghijaukan kawasan sekitar serta melestarikan habitat dan sumber daya alam.

Aksesibilitas

Menurut Green Building Council Indonesia (2010c) kategori aksesibilitas memiliki empat tolok ukur berikut:

a. terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1.500 m dari tapak;

b. membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan dengan jalan sekunder atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m; c. menyediakan fasilitas yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan

akses kendaraan bermotor yang menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, dengan terdapat minimal 3 fasilitas umum;

(33)

21 Fasilitas umum dibuat untuk memudahkan dan mendukung proses kegiatan baik para tenaga kerja maupun masyarakat sekitar. Namun, fasilitas umum yang terdapat disekitar area bangunan P.T. Dahanamasih dirasa kurang. Jarak area green building yang cukup jauh dari tengah kota membuat bangunan ini masih perlu mengembangkan fasilitas-fasilitas yang lebih memadai seperti SPBU, rumah sakit, pasar, dan tempat makan. Kondisi tersebut yang membuat 65% responden menyatakan kurang baik. Berdasarkan Gambar 7,35% respondenlainnya beranggapan bahwa fasilitas/akses telah tersedia dengan aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan akses kendaraan bermotor menghubungkan langsung bangunan satu dengan bangunan lain. Fasilitas umum yang tersedia disekitar area dengan radius 1.500 m adalahgedung serbaguna, kantor polisi, kantor pemadam kebakaran, halte bus, kantor kelurahan dan desa, klinik kesehatan, lapangan olahraga dan taman umum, mesjid, rumah makan, dan toko kelontong.

Gambar 7 Grafik aksesibilitas pengguna

Transportasi Massal

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Transportasi perkotaan umumnya memiliki lebih dari satu jenis transportasi, di antaranya, bus umum, angkutan perkotaan, metromini, bemo, taksi, ojek, dan becak.

Transportasi umum yang kurang dikelola dengan baik serta akses yang sulitakan menyebabkan kondisi yang kurang teratur di segala aspek. Kondisi lalu lintas yang semakin bertambah padat dengan banyaknya kendaraan pribadi dan transportasi umum menyebabkan kemacetan jaringan transportasi di perkotaan besar di Indonesia. Transportasi massal pada green building ini bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, yang secara langsung memberikan manfaat pada pengurangan emisi CO2 dari kendaraan bermotor (Mediastika, 2013).Tolok ukur yang terdapat pada ketogori ini (GBCI, 2010d) adalah sebagai berikut:

a. menyediakan halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp;

b. menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung;

(34)

22

Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Pada kawasan bangunan green buildingP.T. Dahana ini, terdapat halte transportasi umum dalam jangkauan 220,38 m dari area gedung, yang dilalui oleh beberapa kendaraan atau angkutan umum. Selain itu, juga terdapat fasilitas jalur pedestrian sepanjang 218,25 m di dalam area gedung untuk menuju halte terdekat. Tabel 11 menyajikan daftar transportasi umum yang melalui P.T. Dahana.

Tabel 11Daftar transportasiumum yang melalui P.T. Dahana

No. Jenis Angkutan Trayek

1. Bus Antarkota dalam Provinsi (P.O.Widya) Bekasi - Rajagaluh,

Cikarang - Rajagaluh

2. Bus Antarkota dalam Provinsi (P.O. Bintang

Sinepa)

Bekasi - Rajagaluh

3. Travel Antarkota Antarprovinsi (Travel Mitra) Jakarta - Purwokerto

4. Angkutan Kota Subang - Haurgeulis

Berdasarkan penilaian responden, terlihat bahwa sebagian besar pegawai mengakses green buildingP.T. Dahana dengan menggunakan motor (60%). pegawai lainnya berjalan kaki (20%), dan penggunaan angkutan umum yang sebanding dengan penggunaan mobil pribadi dengan persentase sebesar 10%(Gambar 8). Hal ini disebabkan oleh adanya fasilitas perumahan yang disediakan pengelola yang mempunyai jarak yang cukup jauh dengan area perkantoran (green building). Selain itu, tidak semua pegawai memilih untuk menempati wilayah perumahan karena sebagian besar pegawai berasal dari masyarakat sekitar kawasan sehingga kebanyakan pegawai memilih menggunakan motor.Kondisi tersebut kurang sesuai dengan tujuanGBCI mengenai konsep

efisiensi energi sehingga untuk

mengurangi penggunaaan

kendaraan bermotor P.T.

Dahana harus membuat solusi

atau kebijakan yang dapat

mengurangi polusi kendaraan

bermotor.

Gambar 8 Grafik transportasi yang digunakan pengguna

Fasilitas untuk Pengguna Sepeda

(35)

23 tempat parkir, rambu/signage,dan elemen pendukung lainnya. Tempat parkir sepeda adalah fasilitas yang sangat penting untuk mendukung aktivitas bersepeda. Tempat parkir sepeda harus diperhatikan dalam memfasilitasi pengguna sepeda, tempat parkir yang kurang aman dan nyaman dapat membuat pengguna sepeda malas untuk bersepeda. Berdasarkan London Cycling Design Standards, terdapat empat syarat dalam merencanakan tempat parkir sepeda.

a. Tempat parkir harus mendukung semua jenis sepeda tanpa harus merusaknya.

b. Tempat parkir harus dapat mengamankan frame dan roda sepeda agar dapat berdiri.

c. Tempat parkir tidak boleh menghalangi dan membahayakan pejalan kaki.

d. Pada tempat umum, tempat parkir tidak boleh mengganggu lingkungan. Berdasarkan Green BuildingCouncil Indonesia terdapat beberapa tolok ukur pada kategori ini:

a. adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung;

b. jika butir 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya toiletsebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda.

Green buildingP.T. Dahana telah menyediakan fasilitas tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 2 unit parkir per 20 pengguna gedung yang terletak pada gedung Diklat dan EMC. Jenis tempat parkir yang terdapat pada green buildingP.T. Dahanaadalah jenis rak sepeda(Gambar 9). Rak sepeda adalah tempat parkir sepeda yang dapat dipasang diberbagai lokasi dan mampu menunjang sepeda dengan frame yang tegak di dua tempat untuk mencegah sepeda jatuh dan memungkinkan frame sepeda menjadi tempat untuk mengunci satu atau dua roda sepeda dengan ukuran rak sepeda yang cukup sesuai untuk tempat parkir sepeda. Namun,berdasarkan Gambar 10,85% responden masih menganggap fasilitas pengguna sepeda belum memadai, dan 15% responden menganggap cukup memadai.Jumlah pengguna sepeda di area P.T. Dahana yang

masih minim disebabkan oleh

jarak tempuh ke lokasi yang cukup

jauh, kondisi cuaca yang panas

serta kurangnya fasilitas pengguna

sepeda sehingga memungkinkan

para pegawai lebih memilih

menggunakan kendaraan

bermotor untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu, pihak pengelola

P.T. Dahana disarankan

(36)

24

Gambar9 Grafik kondisi

fasilitas untuk pengguna sepeda

Gambar 10Detil rak sepeda P.T. Dahana Area Lanskap

Indonesia memiliki kondisi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam tinggi yang dapat mendukung perkembangan ekologi lanskap dengan baik. Hal ini meliputi penataan ruang berdasarkan struktur lahan, fungsi lingkungan, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi lingkungannya. Ekologi lanskap yang tertata baik diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi green building dalam optimalisasi ruang terbuka hijau (RTH) pada lahan pembangunan green building.

Lanskap pada lahan green building ini bertujuan memelihara dan memperluas kehijauan kota yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mengurangi limpasan permukaan terhadap beban sistem drainase sehingga meminimalkan dampak terhadap neraca air bersih dan sistem air tanah, mengurangi zat polutan dan efek heat island, serta konsep konservasi lahan dan menangani polusi (Mediastika, 2013).

Berdasarkan Green BuildingCouncil Indonesia, terdapat tiga tolok ukur pada kategori ini:

a. adanya area lanskap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) dan terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan, dengan luas area yang diperhitungkan termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan;

(37)

25 c.penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala

provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% luas tajuk/ jumlah tanaman.

Green buildingP.T. Dahana memiliki persentase lahan hijau sebesar 59.45% dari luas total lahan (Tabel 12). Area lanskap berupa roof garden, taman pada welcome area, indoor garden, serta lahan terbuka hijau sekitar area yang 60% menggunakan tanaman lokal dan budidaya lokal.

Tabel 12 Luas area lahan lanskap (site landscaping)

Lahan Luas

Luas total lahan 24800,00 m2

Luas total roof garden 4804,56 m2

Luas total lahan hijau keseluruhan 14744,22 m2

Persentase lahan hijau 59,45 %

Sumber: P.T. Pembangunan Perumahan(2013)

Area lanskap pada bangunan ini sudah cukup optimal dengan menghadirkan area indoor garden, roof garden, area outdoor garden, serta lahan parkir yang cukup (Gambar 11).Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar

(38)

26

terawat dengan baik serta tidak adanya

pengelolaan lanskap khusus pada area

bangunan yang terdapat pada

kawasan industri.

Gambar 11 Area lanskap indoor (A), area roof garden(B), area lanskap outdoor (C), area lahan parkir (D), area lahan kosong P.T. Dahana (E)

Gambar 12 Kondisi area lanskap green buildingP.T. Dahana

Iklim Mikro

Tujuan dari kategori ini adalah memperbaiki kondisi iklim mikro yang mencakup kenyamanan suhu, angin, dan kualitas lingkungan manusia di luar ruangan di sekeliling bangunan sehingga mempengaruhi kondisi udara di dalam ruangan.Kategori ini memiliki empat tolok ukur berikut:

a. menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan;

b.

menggunakanberbagaimaterialuntukmenghindariefekheatislandpadaare anon-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan;

c. desain yang menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.2.3.c mengenai Sabuk Hijau, dan/atau;

d. desain lanskap yang menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung.

P.T. Dahana menggunakan material dropoff, glass, koral sikat, beton, dan aspaltuntuk menghindari efek heat islandpada bangunan green buildingnya sehingga dihasilkan nilai albedo (daya refleksi panas matahari) sebesar 0,38832 (Tabel 13) pada area atap gedung dan lanskap.Komposisi lahan vegetasi hijau dengan penerapan grass pavers pada area parkir serta paving block pada jalan menghasilkan nilai albedo sebesar 0,43245 (Tabel 14) pada area non-atap gedung. Albedo berhubungan erat dengan suhu udara. Semakin besar nilai albedo,semakin tinggi suhu udara di daerah tersebut (Mediastika, 2013).

Tabel 13 Pencapaian nilai albedo pada atap green buildingP.T. Dahana

Albedo Pencapaian nilai

(39)

27

Luas albedo atap 1 591,32

Subtotal 402,09

Albedo atap 2 (beton) 0,45

Luas albedo atap 2 219,04

Subtotal 98,56

Albedo atap 3 (Clear glass) 0,13

Luas albedo atap 720

Subtotal 93,6

Luas albedo atap keseluruhan 1530,36

Nilai albedo atap 0,38832

Tabel 14Pencapaian nilai albedo pada non-atap green buildingP.T. Dahana

Albedo Pencapaian nilai

Albedo non-atap 1 (paving block) 0,45

Luas Albedo non Atap 1 6283,32

Subtotal 2827,49

Albedo non-atap 2 (grass block) 0,45

Luas albedo non atap 2 1236,19

Subtotal 556,286

Albedo non-atap 3 (U-Ditchtertutup) 0,45

Luas albedo non Atap 3 457,565

Subtotal 205,904

Albedo non-atap 4 (pearl stone/koral sikat) 0,29

Luas albedo non atap 4 838,904

Subtotal 243,282

Albedo non-atap 5 (concrete stampmerah) 0,4

Luas albedo non atap 5 291,12

Subtotal 116,448

Albedo non-atap 6 (paving merah) 0,4

Luas albedo non-atap 6 341,74

Luas albedo non-atap keseluruhan 9448,84

Nilai albedo non-atap 0,43245

Selain perhitungan nilai albedo pada material yang digunakan, desain pada

(40)

28

adanya pelindung atau peneduh. Desain lanskap menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang pada pejalan kaki di area luar gedung(Gambar 14).

Gambar 13 Paving block warna pada area lanskap (A), grass pavers pada lahan parkir (B), paving block pada area pedestrian (C)

Gambar 14 Skylight pada auditorium P.T. Dahana

Perubahan lahan hijau menjadi lahan terbangun menjadi salah satu penyebab meluasnya iklim mikro pada urban heat island, yaitu bertambah luasnya area yang bersuhu tinggi atau diatas 30 °C yang akan menyebabkan penurunan kenyamanan kehidupan manusia (Tursilowati 2007). Kondisi di Indonesia yang suhu udaranya relatif panas menjadi bertambah panas sehingga manusia membutuhkan pendingin seperti AC dan kipas angin yang lebih besar. Situasi ini akan berdampak pada pemborosan energi listrik dan polusi yang menyebabkan green house effect. Perlu dipikirkan penataan ruang yang memperhitungkan luasan dan formasi area hijau serta tingginya kepadatan penduduk agar perubahan iklim mikro di setiap kota tidak akan berdampak pada pemanasan global.

Manajemen Air Limpasan Hujan

Manajemen air limpasan hujan pada area bangunan ini bertujuan mengurangi beban jaringan drainase kota dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara terpadukarena jika tidak dikelola dengan baik limpasan air hujan akan menimbulkan genangan air dan polusi air permukaan.

Pada green buildingP.T. Dahana ini untuk mengurangi run off air hujan sekaligus mengoptimalkan biaya investasi yang dibutuhkan, dilakukan upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan, dengan menggunakan teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan serta pemanfaatan kembali air hujan untuk flushing dan irigasi tanaman.

(41)

29 digunakan pada cooling tower dan chilled water(Gambar 15).P.T. Dahana juga memiliki sistem pengolahan limbah cair, yaitu sewage treatment plant (STP). Sebagian hasil dari WTP digunakan lagi oleh pihak pengelola untuk menyirami vegetasi yang berada di kawasan P.T. Dahana.

Pengolahan air hujan dilakukan dengan mengalirkan air yang turun ke kolam lalu disaring dan dialirkan ke ground tank untuk irigasi lanskap dengan jumlah limpasan air hujan 127,341 m3 (Tabel 15) dengan curah hujan rata-rata 23,6 mm.Upaya penampungan air hujan pada kawasan ini dilakukan dengan mengalirkan aliran limpasan air hujan melalui kolam ikan sirkular, bak raw+clean water, saluran u-dict berlubang. Penampungan air hujan dilakukan dengan sistem sumur resapan dan biopori dengan teknologi sumur tertutup dan terbuka sebagai sarana penyerapan kembali kedalam tanah sebagai prasyarat perizinan bangunan dengan total jumlah tampungan 140,97 m3 (Tabel 16).

Tabel 15Analisis limpasan air pada green buildingP.T. Dahana

Luas (m2) Koef. Run off Volume (m3)

Halaman

Paving block 951,00 0,7 15,71

Luas lahan parkir (grassblock) 1 236,00 0,5 14,59

Paving block warna 508,55 0,7 8,40

Pearl stone warna 620,00 0,7 10,25

Classica tile 834,00 0,8 15,75

Pearl stone natural 371,50 0,7 6,14

Greenroof 4 804,56 0,2 22,68

Halaman rumput 7 140,00 0,25 42,14

Jumlah 16 465,61 135,68

Atap auditorium 630 0,95 14,13

Jumlah 14,13

Jumlah limpasan air total 149,81

85% limpasan air total 127,341

Keterangan: Koefisien run off berdasarkan McGueen (1989) dalam Suripin (2003)

Tabel 16 Analisis jumlah tampungan air pada green buildingP.T. Dahana

Tampungan Luas

Kolam ikan sirkular 14,70

Raw water tank (80 m3) 80,00

U-Dict berlubang 1,27

Landscape tank 15,00

Kolam Ponds alami 30,00

Jumlah tampungan air 140,97

(42)

30

Gambar 15 Menara tankP.T. Dahana (A) dan instalasi raw water tank(B dan C) Evaluasi Kegiatan PengelolaanGreen BuildingP.T. Dahana

Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan pemeliharaan dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya (Arifin dan Arifin, 2005).Pada green buildingP.T. Dahana kegiatan pengelolaan lanskap diserahkan kepada P.T. Telkom Property yang bekerjasama dengan pengelolaan aset di P.T. Dahana.

Sistem organisasi pada pengelolaan P.T. Dahana masih memerlukan perbaikan. Pemeliharaan taman pada umumnya merupakan bagian dari suatu Divisi Arsitektur Pertamanan yang biasanya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja spesifik, yaitu bagian pemeliharaan taman, bagian pemeliharaan bangunan taman, bagian perpipaan dan utilitas, dan bagian bengkel dan pergudangan (Arifin dan Arifin, 2005). Strutur organisasi green buildingP.T. Dahana masih belum memperlihatkan pembagian kerja yang jelas untuk area lanskap. Para tenaga kerja hanya mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan zonasi enam gedung yang ada pada area gedung ini. Olehkarena itu, diperlukan pembagian kerja yang spesifik berdasarkan bagian-bagian yang telah ditentukan agar tercapai efesiensi dan efektivitas pada pengelolaan green buildingP.T. Dahana.

Pengelola area lanskap pada green buildingP.T. Dahana bermitra dengan pihak kontraktor. Tenaga kerja pemeliharaan lanskap yang berjumlah 10 orang dengan leader lanskap berjumlah satu orang dirasa cukup untuk memenuhi pengerjaan areal lanskap green building tersebut. Sebagian besar tenaga kerja pemeliharaan lanskap berasal dari masyarakat sekitar. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuantentang pemeliharaan lanskap, bimbingan pengawas terhadap kerja lapang, serta kesadaran pekerja untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.

Menurut Arifin dan Arifin (2005) ketersediaan jadwal pekerjaan yang terencana dengan baik dengan pembuatan jadwal pekerjaan yang ditentukan oleh hubungan bentuk kegiatan pemeliharaan dengan frekuensi pemeliharaan yang jelas akan membuat operator tenaga kerja dapat bekerja secara efektif. Berdasarkan pengamatan lapang dan jadwal kegiatan pemeliharan lanskap yang dimiliki oleh P.T. Dahana, jadwal yang dimiliki oleh pihak pengelola dirasa kurang, kegiatan pemeliharaan lanskap hanya terdiri dari kegiatan yang bersifat intensif dan insidential, yaitu pemotongan rumput liar, penyiangan rumput liar, penggantian pohon mati, perapihan bunga rambat di halte, penggemburan tanah merah, penyapuan dan pengepelan, dan pengecatan bangunan.

(43)

31

Analisis SWOT

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Green building di P.T. Dahana Analisis SWOT merupakan salah satu metode penentuan strategi pengelolaan dengan menganalisis faktor internal dan eksternal. Penentuan strategi pengelolaan lanskap green buildingP.T. Dahanadilakukan dengan mengevaluasi faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses),serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dimiliki oleh bangunan tersebut.

Faktor Internal berupa Kekuatan (Strengths)

Bangunan sudah tersertifikasi green building oleh GBCI

Bangunan Kantor Manajemen Pusat P.T. Dahana merupakan bangunan yang telah tersertifikasi green building oleh Green Building Council Indonesia dengan peringkat platinum. Bangunan ini telah memenuhi kriteria greenship dengan tujuan mendapatkan kinerja gedung lebih baik. Greenship menjembatani konsep bangunan ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan. Dalam greenship terdapat enam aspek untuk menuju green building, yaitu aspek tepat guna lahan, efesisensi dan konservasi energi, konservasi air, sumber daya dan daur ulang material, kualitas udara dan kenyamanan ruang, dan manajemen bangunan lingkungan.

Perencanaan keanekaragaman vegetasi dan daerah hijau cukup baik Perencanaan konsep landscape dengan menggabungkan penanaman tanaman hias, tanaman penghijauan, dan tanaman produktif yang sebagian besar menggunakan tanaman lokal kurang lebih 60% dari jumlah tanaman yang ada. Bangunan hijau di P.T. Dahanamemiliki area lanskap berupa beberapa taman, diantaranya, roof garden, indoor garden, dan ruang terbuka hijau. Lanskap lahan yang berbukit dan berumput juga berfungsi menyaring zat-zat polutan sekaligus mencegah tergenangnya air. Lanskap pada bangunan P.T. Dahanajuga berfungsi menghindari efek heat island, berperan dalam keseimbangan ekosistem setempat dan sebagai lahan resapan,serta menjaga keberlanjutan lingkungan.

Adanya pengelolaan air dan banjir

(44)

32

yang menggunakan grass pavers pada lahan parkir bangunan khususnya untuk mengurangi pengaliran dan penampungan air.

Koordinasi yang baik antarpihak

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan dilakukan oleh pihak pengelola (P.T. Telkom Property), pihak kontraktor (P.T. Pembangunan Perumahan) serta pihak P.T. Dahana yang berkoordinasi dengan baik. Masing-masing bertanggung jawab dalam menjalankan perannya untuk bekerjasama dalam mengelola kawasan dan bangunan tersebut.

Pemeliharaan lanskap bermitra dengan kontraktor

Pemeliharaan lanskap green building di Kantor Manajaemen Pusat P.T. Dahana dalam pelaksanaannya bermitrakan dengan pihak kontraktor. Hal ini memudahkan dalam mekanisme kerja dan kesinambungan kegiatan di lapang yang perencanaannya sudah cukup matang.

Faktor Internal berupa Kelemahan (Weakness)

Tidak adanyapengelolaan khusus pada area lanskap bangunan

Pengelolaan lanskap bangunan meliputi pemeliharaan lanskap, infrastruktur, kebersihan, air, dan lainnya sebenarnya sudah cukup memadai. Namun, pengelolaannya kurang terkordinir dan kurang didukung oleh tenaga kerja yang menguasai lapang sehingga tampak adanya tanaman yang tidak tumbuh, lahan kosong yang penuh dengan tanaman liar, dan kolam air yang terisi endapan tanah dari roof garden.

Tenaga kerja kurang sesuai dengan keahlian

Hasil pekerjaan yang baik dapat tercipta dari kualitas tenaga kerjanya. Namun, tenaga kerja yang ada khususnya untuk pemeliharaan lanskap bekerja kurang sesuai dengan keahliaannya. Pihak kontraktor menggunakan sumber daya manusia setempat untuk pengerjaan lanskap yang rata-rata berpendidikan SD hingga SMA/SMK.

Tidak adanya pengelolaan khusus pada area lanskap bangunan,khususnya pada kawasan industri

Pengaruh aktivitas manusia di aspek industri terutama industri yang menyumbang panas (kalor) telah menjadi kekhawatiran dunia dalam pemanasan global. Kekhawatiran ini dampaknya sistemik,yaitu turunnya sejumlah organisme hingga mencapai kepunahan sehingga menyebabkan rusaknya ekosistem wilayah sekitar industri.Green buildingP.T. Dahana memerlukan pengelolaan khusus karena lokasi green building terletak pada kawasan industri, yaitu kawasan Energetic Material Center. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan area lanskap yang sesuai untuk daerah kawasan industri.

Pengelolaan dan perencanaan pada area roof garden kurang baik

(45)

33

Gambar 16 Kondisi roof garden pada gedung sekretariat (A), gedung EMC (B), gedung diklat (C), serta kondisi kolam yang terkena limpasan tanah (D)

Fasilitas, sarana, dan prasarana masih belum memadai

Fasilitas, sarana, dan prasarana dalam green buildingP.T. Dahana masih belum memadai, berdasarkan hasil kuisioner,pengguna masih memerlukan fasilitas untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan pengguna, seperti adanya ATM, rumah sakit, dan fasilitas transportasi dari pihak P.T. Dahana.

Faktor Eksternal Berupa Peluang (Opportunity) Lokasi mendukung bagi sumberdaya manusia

Kawasan P.T. Dahana memiliki wilayah yang cukup luas dan terletak di pinggiran kota. Penentuan letak kawasan perkantoran merupakan salah satu kebijakan pengelolaan P.T. Dahana dengan tujuan membuat tenaga kerjanya lebih fokus dalam bekerja dan tidak terganggu oleh keramaian kotasehingga efektivitas dan efesiensi pekerjaan dapat tercapai

Iklim tropis

Lokasi green buildingP.T. Dahana yang berada di kawasan tropis menunjang pertumbuhan tanaman (Tabel 4, 5 dan 6) dengan baik. Hal tersebut mempengaruhi dan mempermudah kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan yang berlangsung.

Faktor Eksternal Berupa Ancaman (Threat) Konflik dengan warga sekitar

(46)

34

timbul, antara lain, penggunaan lahan P.T. Dahana dan perusakan dan pengambilan beberapa tanaman yang mengganggu kegiatan di lapang.Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial, faktor ekonomi, dan kurangnya pengetahuan warga sekitar.

Lokasi terletak pada kawasan pabrik bom, nuklir, dan bahan peledak Lokasi green building terletak pada kawasan Energetic Material Center. Kegiatan pada kawasan ini adalah pembuatan bom, nuklir,dan bahan peledak serta uji coba bahan peledak. Secara tidak langsung kawasan ini dapat mempengaruhi ekosistem lingkungan sekitar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Tabel 1 Total nilai pencapaian akhir P.T. Dahana oleh GBCI
Gambar 2Peta lokasi penelitian green building P.T. Dahana, Kecamatan Cibogo,
Tabel 2 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation      (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Žmogus, kuris galvoja tik apie save ir visur ieško sau naudos, negali būti laimingas. Nori gyventi sau -

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Wilopo, 2006) yang menguji pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi,

Fatwa DSN – MUI tentang bagi hasil dengan cara musyarakah ditetapkan dengan nomor 08/DSN – MUI / IV / 2000 Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa bagi hasil dengan cara musyarakah

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan rekrutmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja di koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan lebih memprioritaskan para alumni

Generate a Length-3 Sequential Patterns Based on the annotation generated from the matrix, scan the database one more time and generate the item-repeating patterns and

Untuk menjamin pelaksanaan program-program bidang permukiman/Cipta Karya guna percepatan pencapaian target yang telah ditetapkan baik arahan kebijakan pemerintah pusat

Dari hasil penilaian kelengkapan dan kebenaran dokumen administrasi atas peserta lelang yang memasukan dokumen penawaran diatas, dokumen administrasi yang dinyatakan memenuhi syarat

Hal ini ditandai dengan kadar protein karbonil pada lensa yang diberikan curcumin tidak mengalami perbedaan yang bermakna, yakni 33.16119.83 nm/ml pada kelompok konkol