IDENTIFIKASI TOLERANSI TANAMAN
LANSKAP TERHADAP NAUNGAN
AHMAD NAFIS NUGRAHA
DEP ARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Ahmad Nafis Nugraha
ABSTRAK
AHMAD NAFIS NUGRAHA. Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Cahaya merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis pada tumbuhan, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tumbuhan. Faktor cahaya dan toleransi tanaman terhadap naungan dalam suatu perancangan lanskap merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna menjaga keberlangsungan ekosistem lanskap yang mampu menghasikan produk perancangan yang tepat dan berkelanjutan secara visual dan ekologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey deskriptif. Keluaran dari proses identifikasi ini berupa daftar tanaman toleran naungan. Hasil dari proses identifikasi menunjukkan bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan berbeda-beda, yang pada organ daun dapat dimunculkan melalui peningkatan pigmen klorofil (daun berwarna hijau gelap/tua), pertambahan jumlah daun (tajuk padat), maupun pertambahan luas daun (bentuk daun melebar atau meluas). Kestabilan pertambahan jumlah daun, luas permukaan daun, dan performa warna daun yang baik sesuai dengan ciri visual tanaman mengindikasikan tingkat toleransi tanaman yang tinggi terhadap naungan.
Kata kunci: Cahaya, naungan, toleransi tanaman, performa tanaman
ABSTRACT
AHMAD NAFIS NUGRAHA. Identification of Landscape Plants Tolerance to Shade. Supervised by NIZAR NASRULLAH.
Light is an important factor in plants photosynthesis process, while photosynthesis is a key of other metabolic processes in plants. Factors of light and plants shade tolerance in a landscape design is an important thing to be consider in order to safeguard the landscape ecosystem, which is able to generate the visually and ecologically suitable and sustainable design product. The method used in this study is a descriptive survey. The output of this identification is a list of shade-tolerant plants. Results of the identification indicate that adaptation of plants to the shade is different, which at leaf organs can be raised through increased chlorophyll pigment (leaves are dark green), in the number of leaves (dense canopy), and increased leaf area (widened). The stability of increase number of leaves, leaf surface area, and good leaf color performance according to the visual features of the plant indicated a high level of plant tolerance to shade.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
IDENTIFIKASI TOLERANSI TANAMAN
LANSKAP TERHADAP NAUNGAN
AHMAD NAFIS NUGRAHA
DEP ARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan Nama : Ahmad Nafis Nugraha
NIM : A44090063
Disetujui oleh
Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah naungan, dengan judul Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah selaku pembimbing dan Ibu Dr Ir Tati Budiarti serta Bapak Dr Kaswanto yang telah memberi saran dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara yang telah membantu selama proses pengumpulan data, serta kepada saudari Amanda Yuli Tahira atas dukungannya selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, teman, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menghasilkan kerangka acuan perancangan penanaman lanskap yang efektif dan efisien serta memberikan suatu alternatif solusi dalam kegiatan pengelolaan tanaman lanskap terkait faktor toleransi tanaman terhadap keberadaan naungan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Cahaya dan Intensitas Cahaya 4
Naungan 4
Tanaman Lanskap 5
Toleransi Tanaman 5
Vigor Tanaman 5
Rancangan Penanaman 6
METODE 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Alat dan Bahan 8
Batasan Penelitian 8
Metode dan Tahapan Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Profil Umum Tapak 13
Data Pencahayaan Penuh 15
Inventarisasi Tanaman 16
Identifikasi Vigor Tanaman 20
Aspek Toleransi Tanaman 27
Proses Fisiologis pada Tanaman 39
Simpulan 42
Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 46
DAFTAR TABEL
1 Teknik pengambilan data lapang 7
2 Alat dan tujuan penggunaan 8
3 Bahan dan tujuan penggunaan 8
4 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data 9
5 Jenis, sumber, dan tujuan penggunaan data sekunder 10 6 Kriteria dan skala numerik uji skor warna daun tanaman 11 7 Pengelompokan data pengamatan tiap spesies tanaman 11 8 Kriteria dan skala numerik uji skor luas daun tanaman 12 9 Kriteria dan skala numerik uji skor jumlah daun tanaman 12 10 Hasil pengukuran intensitas cahaya penuh pada masing- masing tapak 15
11 Interval kelas naungan 16
12 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari 16 13 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Menteng 17 14 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Kodok 17 15 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Suropati 18 16 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Situ Lembang 18 17 Inventarisasi tanaman ternaungi di Benara Nurseries Indonesia 19 18 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
sangat teduh (taraf < 25%) 20
19 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
teduh (taraf 25% - 50%) 21
20 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas
naungan sangat teduh (taraf < 25%) 22
21 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas
naungan teduh (taraf 25% - 50%) 24
22 Peringkat tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%) 25 23 Peringkat tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%) 26
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 3
2 Peta lokasi penelitian 7
3 Bagan lokasi pengambilan data tapak 7
4 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan groundcover pada
Taman Viaduct Latuharhari 13
5 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan groundcover pada
Taman Menteng 13
6 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan groundcover pada
Taman Kodok 14
7 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan groundcover pada
Taman Suropati 14
8 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan gorundcover pada
9 Perlakuan naungan pada tanaman semak dan groundcover di shade
house Benara Nurseries Indonesia 15
10 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari 16 11 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Menteng 17
12 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Kodok 17
13 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Suropati 18 14 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Situ Lembang 18 15 Model sederhana untuk menjelaskan bagaimana energi cahaya yang
menerpa molekul klorofil dibebaskan kembali setelah molekul
tereksitasi 40
16 Perbedaan tanggapan antara tanaman cocok-ternaung dengan tanaman cocok-terbuka terhadap intensitas cahaya matahari 41
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sampling daun tanaman dengan penanda label elastis 46
2 Pengukuran luas daun tanaman dengan metode fotografi kertas
milimeter transparan 46
3 Pengamatan warna daun tanaman dengan menggunakan Color Chart 46
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembahasan mengenai ekologi tanaman tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Berdasarkan prinsip biologi, mahkluk hidup sangat bergantung kepada faktor- faktor yang ada diluar tubuhnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara alami, kehidupan tumbuhan dibatasi oleh jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (nutrien dan faktor fisik) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan tersebut. Salah satu faktor fisik lingkungan yang sangat mempengaruhi toleransi, pertumbuhan, dan perkembangan tumbuhan adalah cahaya.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang merupakan sumber energi utama bagi ekosistem. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis pada tumbuhan, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tumbuhan (Kramer dan Kozlowski, 1979). Makanan yang dihasilkan dari proses metabolisme akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tumbuhan mulai dari proses perkecambahan biji hingga sampai pada fase tumbuhan dewasa. Dengan demikian, cahaya dapat menjadi faktor pembatas utama di dalam semua ekosistem.
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya (Wirakusumah, 2003). Kompensasi cahaya adalah kondisi penyinaran di mana jumlah CO2 yang digunakan pada proses fotosintesis sama dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan pada proses respirasi (Bidwell, 1979).
Dalam proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap pembesaran dan diferensiasi sel. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat pada terganggunya proses metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Sopandie et al., 2003).
2
Pertimbangan terhadap faktor cahaya dan toleransi tanaman terhadap naungan dalam suatu perancangan lanskap, baik pada skala kecil maupun besar, merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna menjaga keberlangsungan ekosistem lanskap yang mampu menghasikan produk perancangan yang tepat serta berkelanjutan. Penempatan tanaman yang kurang tepat dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses adaptasi tanaman, khususnya terkait faktor cahaya, yang menentukan tingkat vigor tanaman. Vigor mengindikasikan kualitas visual sekaligus fungsi ekologis tanaman dalam suatu sistem lanskap, yang merefleksikan kualitas produk perancangan lanskap secara keseluruhan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini didasarkan pada kesalahan umum yang terjadi pada berbagai produk desain lanskap terkait penggunaan elemen tanaman, khususnya pada kondisi naungan. Penempatan tanaman yang kurang atau bahkan tidak toleran dapat berdampak pada rendahnya kualitas ekologis dan visual tanaman dalam menampilkan performa tanaman secara utuh, yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas fungsi dan estetika lanskap. Lokasi studi yang dipilih mencirikan penggunaan elemen tanaman semak dan groundcover yang beragam, sehingga dari proses identifikasi tanaman dapat dihasilkan keluaran yang optimal.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat toleransi tanaman terhadap naungan pada taman-taman kota di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dan Benara Nurseries Indonesia. Secara khusus tujuannya adalah sebagai berikut.
1. mengidentifikasi tingkat toleransi tanaman terhadap naungan; 2. menyusun daftar tanaman toleran naungan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. menambah acuan dan informasi baru bidang penataan tanaman dalam keilmuan Arsitektur Lanskap terkait produk penelitian tentang identifikasi toleransi tanaman terhadap naungan;
2. menghasilkan kerangka acuan perancangan penanaman lanskap yang efektif dan efisien terkait faktor toleransi tanaman terhadap naungan.
Kerangka Pikir
3 Toleransi tanaman terhadap naungan dapat ditampilkan melalui ciri ekologis (pertumbuhan dan perkembangan tanaman) maupun ciri visual (performa warna), yang berbeda tingkatannya pada intensitas cahaya yang berbeda. Dari proses identifikasi dan analisis terhadap tingkat dan aspek toleransi tanaman terhadap naungan, diperoleh daftar tanaman toleran naungan.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian mencakup survei pendahuluan dan observasi lapang untuk menentukan lingkup lokasi dan
sample penelitian. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data melalui observasi intensif di lapang dan penyusunan data secara terstruktur dalam bentuk tabular dan deskriptif. Kegiatan analisis dilakukan untuk mengidentifikasi aspek dan tingkat toleransi tanaman terhadap naungan guna menghasilkan sintesis berupa daftar tanaman toleran naungan dan rekomendasi aplikasi perancangan penanaman toleran naungan.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Cahaya
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi tingkat
optimasi intensitas cahaya (naungan) Aspek toleransi tanaman terhadap naungan
Jumlah dan luas daun
Performa dan vigor tanaman secara keseluruhan Ciri ekologis Ciri visual
Identifikasi tingkat dan aspek toleransi tanaman
Analisis
4
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya dan Intensitas Cahaya
Cahaya mempunyai peranan yang besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan (Taiz dan Zeiger, 1991). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat daripada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi karena gula yang dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar, direspirasikan, dan energy yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion.
Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Widiastoety et al. (2000) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun, sehingga hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, cadangan makanan berkurang sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Apabila intensitas cahaya terus meningkat, laju fotosintesis tidak lagi meningkat tetapi mulai mendatar. Pada kondisi yang demikian disebut kondisi jenuh cahaya.
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun dalam waktu atau temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), karena sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan.
Naungan
Menurut Taiz dan Zeiger (1991) tanaman toleran naungan dapat mengatur dan mengorientasikan daun sesuai dengan arah dan intensitas cahaya sehingga pada kondisi ternaungi mengarahkan kloroplas agar mengumpul ke dekat lapisan epidermis, akibatnya warna daun menjadi lebih hijau. Percobaan dengan daun Iris yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah stomata berkurang dengan menurunnya intensitas cahaya (Afriana, 2003). Tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya persentase naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang. Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya yang diterima dan untuk mempertahankan laju fotosintesis.
5 Tanaman Lanskap
Tanaman lanskap merupakan tanaman yang digunakan di dalam suatu lanskap dan mampu berfungsi baik secara ekologi maupun visual terhadap sistem lanskap tersebut. Dengan demikian, tanaman lanskap dapat didefinisikan sebagai tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman merupakan elemen utama di dalam lanskap (Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975).
Menurut Booth (1983), unsur tanaman memiliki beberapa sifat yang membedakan dari unsur-unsur perancangan arsitektur lanskap lainnya. Karakteristik penting adalah bahwa tanaman merupaka n unsur yang hidup dan tumbuh. Unsur tanaman bersifat dinamis, yaitu secara teratur berubah warna, tekstur, kelebatan daun, dan karakter keseluruhan sesuai musim dan pertumbuhannya. Kualitas dinamis dari unsur tanaman ini mempunyai implikasi penggunaan dalam perancangan lanskap. Karakteristik kedua yang menonjol adalah bahwa tanaman merupakan unsur perancangan yang hidup sehingga memerlukan beberapa persyaratan lingkungan untuk hidup dan tumbuh dengan baik. Setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhan optimal, sehingga salah satu langkah di dalam perancangan lanskap adalah menetapkan syarat-syarat pertumbuhan tanaman pada tapak.
Toleransi Tanaman
Tanaman menanggapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan melalui dua cara, yaitu dengan meniadakan atau menghindari cekaman dan toleran terhadap cekaman. Mekanisme resistensi tanaman terhadap kondisi cekaman lingkungan tergantung pada kemampuan tanaman sendiri dalam menghindari atau mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan tersebut. Apabila tanaman masih mampu untuk menyesuaikan diri maka tanaman tersebut akan mampu hidup, tumbuh dan berkembang di wilayah tersebut.
Toleransi mencerminkan tanggapan relatif suatu genotip terhadap kendala, sehingga toleransi sering digunakan sebagai kriteria seleksi. Toleransi didefinisikan sebagai selisih antara hasil di lingkungan tanpa kendala dan hasil di lingkungan berkendala, atau secara nisbi adalah persentase penurunan hasil sebagai akibat cekaman lingkungan (Rosielle dan Hamblin, 1981).
Vigor Tanaman
6
Vigor adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum (Sadjad 1994).
Vigor kekuatan tumbuh, vigor daya simpan, vigor konservasi sebelum simpan dan vigor kekuatan tumbuh setelah tanam merupakan parameter vigor tanaman yang menghadapi cekaman dari luar. Faktor-faktornya bersifat eksternal tetapi dampaknya juga ditentukan oleh faktor internal, yang dapat dibedakan sebagai faktor innate, induced dan enforced. Vigor biokimia dan vigor genetik bukan vigor tanaman terhadap cekaman, tetapi lebih merupakan informasi tentang vigor yang berasal dari pengaruh faktor internal atau innate (Sadjad et.al, 1999).
Rancangan Penanaman
Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain.
Hakim dan Utomo (2003) menyatakan bahwa peletakan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi dari tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus dipertimbangkan kesatuan dalam desain. Dalam memilih tanaman untuk desain penanaman, faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sifat fisik yang mencakup warna, tekstur, ukuran, bentuk, aroma dan fungsi, serta sifat ekologis atau hayati tanaman. Sifat ekologis ini meliputi persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan dan pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing features.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Sumber: (1) http://streetdirectory.co.id; (2) http://earth.google.com
Gambar 3 Bagan lokasi pengambilan data tapak Tabel 1 Teknik pengambilan data lapang
Lokasi pengamatan
Tahapan pengamatan
Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
Taman-ta man kota di Keca matan Menteng, Jakarta Pusat
Pengamatan awa l dan
sampling tanaman Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan
Benara Nurseries Indonesia
Pengamatan awa l dan
8
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain sebagai berikut.
Batasan Penelitian
Kegiatan penelitian dibatasi pada masalah- masalah terkait faktor lingkungan (eksternal) dan faktor tanaman (internal), yaitu sebagai berikut:
1) Karakter lokasi, yang diteliti terbatas pada taman-taman kota yang mengindikasikan penggunaan beragam jenis tanaman hias, serta pada nursery
tanaman hias yang memiliki perlakuan (treatment) khusus untuk tanaman yang tumbuh pada kondisi naungan;
2) Faktor-faktor yang membentuk kondisi lingkungan tanaman, yang dibatasi pada faktor cahaya, keberadaan naungan, dan pengelolaan tanaman. Obyek tanaman yang diteliti terlepas dari pengaruh berbagai faktor lainnya seperti kondisi tanah, iklim, dan sebagainya;
3) Jenis tanaman, yang diteliti terbatas pada jenis penutup tanah (groundcover), dan semak;
4) Aspek naungan, yang dibatasi pada tingkat intensitas cahaya relatif yang diterima oleh tanaman yang ada di bawahnya sebagai obyek pengamatan, terlepas dari jenis dan kerapatan naungan.
Metode dan Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah metode survei deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta yang ada di lapang melalui kegiatan survei dan observasi (pengamatan intensif), khususnya yang terkait dengan aspek toleransi tanaman terhadap naungan. Data diskrit yang diperoleh melalui kegiatan observasi kemudian diolah untuk mendapatkan solusi masalah melalui proses interpretasi data.
Tabel 2 Alat dan tujuan penggunaan
Alat Tujuan penggunaan Luxmeter LX-107 Mengukur intensitas cahaya
Colour Chart Mengamati warna daun
Meteran dan kertas milimeter transparan Mengukur luas daun
Kamera digital Merekam data eksisting tanaman
Laptop Mengolah dan menyusun data, serta menggambar grafis komputer
Tabel 3 Bahan dan tujuan penggunaan
9 Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: (1) survei pendahuluan dan sampling, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan dan analisis data, dan (4) sintesis.
1) Survei Pendahuluan dan Sampling
Untuk menentukan lokasi spesifik penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan untuk mengidentifikasi keberadaan tanaman penutup tanah dan semak yang menerima pengaruh langsung dari keberadaan naungan. Dokumentasi foto dan penitikan lokasi tanaman yang akan diamati pada peta eksisting tapak dilakukan untuk mempermudah proses pengumpulan data lanjut.
Setelah itu, dilakukan penentuan sample tanaman secara acak, yang diwakili oleh organ daun (berdasarkan literatur) sebanyak tiga helai untuk setiap spesies tanaman yang akan diamati pada masing- masing kondisi naungan. Sample ditandai dengan melapisi bagian tangkai daun dengan label elastis.
2) Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei lapang atau observasi langsung dan studi pustaka. Observasi atau studi lapang dilakukan untuk memperoleh data terkait fakta di lapang. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan informasi- informasi lain sebagai data pendukung dan sumber acuan dalam kegiatan analisis data hasil penelitian.
Tahapan inventarisasi dan pengumpulan data dilakukan pada masing-masing lokasi untuk mengidentifikasi jenis-jenis tanaman eksisting, jumlah, dan kondisi fisiknya dikaitkan dengan tingkat vigor tanaman.
Pengumpulan data sekunder meliputi kunjungan ke dinas terkait dan studi pustaka/literatur. Data sekunder ini digunakan untuk memperjelas batasan penelitian terkait kondisi umum sekaligus melengkapi bahan analisis lanjutan dalam menghasilkan rekomendasi akhir.
Tabel 4 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
Kelompok Data Jenis Data Sumber Cara Pengambilan
Aspek tanaman (a) Spesies tanaman (b) Kondisi fisik tanaman
10
Data survei yang dikumpulkan mencakup aspek naungan dan pencahayaan serta aspek tanaman. Pengumpulan data dilakukan satu kali dalam seminggu untuk tiap lokasi. Spesifikasi pengumpulan data sebagai berikut: a. Data naungan dan pencahayaan
Pengumpulan data mencakup pengamatan intensitas cahaya penuh dan ternaungi serta periode penutupan naungan, diamati dengan bantuan alat Luxmeter LX-107 dan observasi berkala pada tiap titik lokasi. Pengukuran terhadap intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat Luxmeter LX-107 yang telah dikalibrasi. Kelas naungan dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu:
1. Teduh (N1), yaitu intensitas cahaya berada pada kisaran 25% - 50% 2. Sangat Teduh (N2), yaitu intensitas cahaya berada pada taraf < 25%
Interval intensitas cahaya ini dipilih karena adanya indikasi pengaruh naungan yang kuat terhadap toleransi tanaman, yang berpengaruh nyata terhadap vigor tanaman. Intensitas cahaya penuh (pada tingkat 100%) diperoleh dari hasil pengukuran pada setiap waktu pengamatan untuk masing- masing lokasi. Pengukuran dilakukan di tempat terbuka pada saat aktivitas matahari meningkat, yaitu pada rentang waktu pukul 11.00-14.00 sebanyak tiga kali dengan selang pengukuran satu jam sekali dan kemudian diambil rataannya.
b. Data tanaman
Pengumpulan data meliputi kegiatan inventarisasi dan pengamatan terhadap kondisi fisik tanaman yang diamati di lapang. Parameter vigor tanaman yang diteliti mencakup tiga aspek yang mengacu pada literatur fisiologi tumbuhan oleh Lakitan (2008) dan analisis pertumbuhan tanaman oleh Sitompul dan Guritno (1995), diantaranya:
1. Jumlah daun tanaman
Parameter jumlah daun diamati pada tiap sampel tanaman utuh pada setiap waktu pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.
2. Luas permukaan daun tanaman
Diukur dengan menggunakan metode fotografi kertas millimeter transparan. Permukaan daun ditempelkan pada suatu alas papan, lalu kertas millimeter transparan diletakkan di atas permukaan daun dan kemudian dipotret. Luas daun dihitung berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun, dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5 Jenis, sumber, dan tujuan penggunaan data sekunder
Jenis data Sumber Tujuan penggunaan Peta eksisting taman-keberadaan tanaman penaung dan tanaman bawah yang potensial; sebagai bahan acuan dalam menyusun
rekomendasi
11
keterangan : n = jumlah kotak Lk = luas setiap kotak
Ukuran luas kotak (Lk) yang digunakan sebagai acuan memiliki ketelitian 1 cm2 (ukuran kotak 1 cm x 1 cm). Kotak yang menutupi pola daun dimasukkan dalam perhitungan apabila memiliki ukuran pola daun tertutupi > 0,5 ukuran acuan, atau sama dengan 0,5 cm2.
3. Warna daun tanaman, yang diamati dengan Color chart dan menggunakan metode skoring kualitatif berdasarkan kriteria vigor warna daun. Deskripsi warna dilambangkan dengan notasi Munsell yang ada pada Color Chart.
3) Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh pada masing- masing titik lokasi pengamatan dikelompokkan ke dalam bentuk tabular seperti yang disajikan pada Tabel 7. Untuk parameter kuantitatif (jumlah dan luas daun), dihitung selisih hasil pengukuran pada setiap pengamatan guna memperoleh tingkat atau presentase pertumbuhan tanaman.
LD = n x Lk
Tabel 6 Kriteria dan skala numerik uji skor warna daun tanaman
Kriteria Deskripsi warna Skala numerik Sangat vigor Warna asli daun muncul, segar, merata, dan tidak pucat,
permukaan daun mengkilap 4 Vigor Warna asli daun sedikit mengalami perubahan, segar dan
tidak pucat
3
Kurang vigor Warna daun pucat, tidak merata, dan permukaan daun
kusam 2
Tidak vigor Warna daun sangat pucat dan kusam, dengan sedikit atau hampir tidak ada perbedaan level warna pada jenis warna yang berbeda
1
Tabel 7 Pengelompokan data pengamatan tiap spesies tanaman Intensitas
Para meter penga matan
12
Untuk dapat memperoleh bobot vigor tanaman dari parameter jumlah dan luas daun tanaman, dilakukan uji skor kualitatif terhadap rataan masing-masing parameter dengan kriteria deskripsi yang bersifat umum untuk semua spesies tanaman yang diamati. Untuk parameter warna daun tanaman, bobot yang digunakan tetap menggunakan skoring kualitatif awal yang diambil skor dominasinya atau dengan pembulatan rataan.
Uji skor dimaksudkan untuk memperoleh peringkat performa tanaman secara keseluruhan pada tiap intensitas cahaya yang diamati. Bobot parameter jumlah daun dan luas daun masing- masing adalah sebesar 30%, sedangkan parameter warna daun memiliki bobot sebesar 40%. Data skor total parameter pengamatan tanaman yang diperoleh diklasifikasikan kembali dalam tiga kategori toleransi tanaman (T) secara keseluruhan, yaitu:
a) peringkat 1 (toleransi tinggi)
Tanaman menampilkan performa ekologis dan visual yang sangat baik dan sehat (vigor), dengan interval 9 < T < 10
b)peringkat 2 (toleransi sedang)
Tanaman menampilkan performa ekologis dan visual yang cukup baik dan berada dalam kondisi yang sehat (cukup vigor), dengan interval 7 < T < 9
c) peringkat 3 (tidak toleran)
Tanaman tidak menampilkan performa ekologis dan visual yang baik dan tidak sehat (tidak vigor), dengan interval T < 7
Dari peringkat toleransi tanaman untuk tiap spesies tanaman yang diamati pada dua kelas naungan, diperoleh daftar spesies tanaman yang paling toleran terhadap keberadaan naungan. Kemudian, dilakukan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi aspek toleransi tanaman dalam menampilkan vigor tanaman secara menyeluruh. Intensitas cahaya yang berbeda pada pengamatan suatu spesies tanaman dalam menentukan vigor tanaman dievaluasi dengan analisis perbandingan guna memperoleh titik atau selang optimum vigor tanaman berdasarkan data survei yang ada. Studi literatur digunakan sebagai data pendukung terkait deskripsi morfologi dan sifat fisik tanaman yang diteliti. Tabel 8 Kriteria dan skala numerik uji skor luas daun tanaman
Kriteria Deskripsi Skala
numerik Vigor Luas daun mengalami pertambahan di atas 5% 3 Kurang vigor Luas daun mengalami pertambahan 2.5-5% 2
Tidak vigor Luas daun tetap atau mengalami pertambahan di bawah
2.5% 1
Tabel 9 Kriteria dan skala numerik uji skor jumlah daun tanaman
Kriteria Deskripsi Skala
numerik Vigor Jumlah daun mengalami pertambahan di atas 5% 3 Kurang vigor Jumlah daun mengalami pertambahan 2.5-5% 2
Tidak vigor Jumlah daun tetap atau mengalami pertambahan di
13
4) Sintesis Data
Data dan informasi hasil analisis disusun berdasarkan tingkat dan aspek toleransi tanaman, sehingga dihasilkan daftar tanaman toleran pada naungan teduh dan naungan sangat teduh, dengan spesifikasi karakter penggunaannya pada desain lanskap dengan fungsi tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Umum Tapak
Taman Viaduct Latuharhari
Taman yang terletak di Jalan Latuharhari ini memiliki luas 3.000 m2 dan merupakan taman semi aktif. Taman ini terbagi dalam dua area yang terpisah oleh Jalan HOS Cokroaminoto, yaitu berupa taman pulau (traffic island) dan taman koleksi tanaman hias dan bunga potong. Warga sekitar lebih memanfaatkan taman sebagai kebun koleksi tanaman hias. Berbagai jenis tanaman penaung tersusun secara acak dengan jarak yang tidak terlalu rapat, serta dengan berbagai komposisi tanaman semak berumpun dan groundcover yang ada di bawahnya.
Taman Menteng
Taman seluas 30 hektar yang terletak di Jalan HOS Cokroaminoto, Kecamatan Menteng ini merupakan salah satu ikon kebanggaan warga Menteng dan Jakarta Pusat, karena menjadi kolase di tengah-tengah kawasan komersial dengan intensitas aktivitas yang tinggi. Terdapat beragam jenis tanaman tropis di taman ini, dengan fasilitas dan aksesoris taman yang menjadikan peran Taman Menteng selain sebagai taman kota juga berfungsi sebagai tama n sosial dan kebun botani kota.
Gambar 4 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan
groundcover pada Taman Viaduct Latu Harhari
Gambar 5 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan
14
Taman Kodok (Situbondo)
Taman Kodok merupakan taman kota dengan skala lingkungan, yang terletak di Jalan Situbondo, Kecamatan Menteng. Taman dengan luas 2.448,27 m2 ini banyak dimanfaatkan warga sebagai area nursery untuk koleksi tanaman. Pada taman ini terdapat banyak pohon peneduh, yang diimbangi dengan keberadaan perdu serta semak yang cukup beragam dengan penutupan yang rapat.
Taman Suropati
Taman dengan luas 13.584 m2 yang terletak di Jalan Suropati, Kecamatan Menteng ini diisi oleh pohon-pohon besar yang tidak hanya membentuk ruang hijau, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang kanop i kota. Selain itu, keberadaan pohon-pohon besar ini turut memodifikasi iklim mikro di lingkungan sekitar taman. Pohon-pohon tersebut diantaranya mahoni (Swietenia mahogani), angsana (Pterocarpus inidicus), pisang kipas (Ravenala madagascariensis), dengan komposisi beberapa tanaman semak dan groundcover
berdaun di bawahnya.
Taman Situ Le mbang
Taman dengan luas 13.288 m2 ini merupakan salah satu taman tertua di wilayah Jakarta. Taman ini terletak di Jalan Situ Lembang, Kecamatan Menteng. Perpaduan antara elemen lunak dan elemen perkerasan serta unsur air, menciptakan gradasi visual yang indah pada taman ini. Berbagai jenis tanaman pohon maupun semak berdaun dan berbunga yang ditanam merumpun melengkapi keindahan taman.
Gambar 6 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan
groundcover pada Taman Kodok
Gambar 7 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan
groundcover pada Taman Suropati
Gambar 8 Berbagai komposisi tanaman penaung, semak, dan
15 Benara Nurseries Indonesia
Nurseri tanaman lanskap dengan luas lahan 300.000 m2 ini terletak di Jalan Inspeksi POJ Tarum Timur Tamelang, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang Timur. Lokasinya berada di perbatasan dua desa, yaitu Desa Kalihurip, Kecamatan Cikampek, dan Desa Cimahi, Kecamatan Klari.
Area produksi di Benara Nurseries Indonesia dibedakan berdasarkan kelompok tanaman, yang terdiri dari tanaman outdoor dan tanaman indoor.
Tanaman outdoor ditempatkan di block area yang berjumlah 5 blok, yaitu blok A, B, C, D, dan E, sedangkan tanaman indoor disimpan di dalam shade house.
Tanaman outdoor merupakan kelompok tanaman yang tumbuh pada kondisi pencahayaan penuh, sedangkan tanaman indoor membutuhkan naungan untuk dapat tumbuh dengan baik. Penelitian yang dilakukan berlokasi di shade house
untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman yang menerima perlakuan naungan.
Data Pencahayaan Penuh
Nilai intensitas cahaya penuh terbagi menjadi dua, yang secara umum dibedakan sesuai dengan kondisi biofisik tapak yang mengindikasikan adanya pengaruh terhadap tingkat pencahayaan. Hasil pengukuran intensitas cahaya menunjukkan total rataan intensitas cahaya sebesar 56 098 lux pada taman kota dan 60 791 lux pada Benara Nurseries Indonesia (Tabel 10).
Dari data tersebut, ditentukan interval intensitas cahaya untuk dua kelas naungan yang akan diterapkan pada setiap spesies tanaman yang diamati, yaitu naungan teduh (taraf 25% - 50%) dan sangat teduh (taraf < 25%). Interval intensitas cahaya pada dua kelas naungan disajikan pada tabel berikut.
Gambar 9 Naungan pada tanaman semak dan groundcover di
shade house Benara Nurseries Indonesia
Tabel 10 Hasil pengukuran intensitas cahaya penuh pada masing- masing tapak Tapak Intensitas cahaya (lux) Rataan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Taman-taman kota di Kecamatan
16
Inventarisasi Tanaman
Taman Viaduct Latuharhari
Tanaman ternaungi pada taman ini terdiri dari jenis tanaman penutup tanah (groundcover) hingga semak sedang. Perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman ternaungi disebabkan oleh kerapatan tajuk dan ketinggian pohon penaung serta penutupan cahaya oleh bangunan dan struktur jalan layang di sekeliling tapak.
Taman Menteng
Tanaman ternaungi pada taman ini terdiri dari jenis tanaman penutup tanah (groundcover) hingga semak rendah. Jenis penaung didominasi oleh pohon pendek hingga sedang dengan formasi berumpun, sehingga intensitas cahaya yang diidentifikasi sebagian besar berada pada taraf yang cukup rendah. Penggunaan tanaman sebagian besar bertujuan sebagai display dan border atau pembatas. Tabel 12 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari
Intensitas cahaya (lux)
Periode
ternaungi Nama ilmiah Nama lain 8 850 6 jam Ipomea sp. Telo-telo
Penuh Hymenocalis speciosa Spider lily
Penuh Ruellia malacosperma Dwarf ruellia
6 100 Penuh Ctenanthe oppenheimiana Never-never plant
Penuh Neomarica longifolia Yellow walking iris
5 200 Penuh Codiaeum sp. Puring
Gambar 10 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari Tabel 11 Interval kelas naungan
Tapak
Intensitas cahaya kelas naungan (lux) Sangat teduh
(< 25%)
Teduh (25% - 50%) Taman-taman kota di Kec. Menteng, Jakpus < 14 024.5 14 024.5 - 28 049
17
Taman Kodok (Situbondo)
Tanaman ternaungi pada taman ini terdiri dari jenis tanaman penutup tanah (groundcover) hingga semak rendah. Keberadaan tajuk pohon yang sangat rapat mengakibatkan intensitas cahaya berada pada taraf yang sangat rendah.
Taman Suropati
Tanaman ternaungi pada taman ini terdiri dari jenis tanaman penutup tanah (groundcover) hingga semak sedang, yang terdapat pada planter box maupun pada bagian lawn. Susunan pohon besar sebagai penaung dalam formasi yang teratur menutupi hampir seluruh bagian taman, sehingga intensitas cahaya tergolong merata.
Tabel 14 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Kodok Intensitas
cahaya (lux)
Periode
ternaungi Nama ilmiah Nama lain
1 400 6 jam Pandanus pygmaeus Pandan variegata 1 300 Penuh Spathiphyllum wallisii Peace lily
1 000 Penuh Dieffenbachia amoena Daun bahagia
590 Penuh Canna sp. Kana
520 Penuh Pandanus pygmaeus Pandan variegata
Gambar 11 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Kodok
Tabel 13 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Menteng Intensitas
cahaya (lux)
Periode
ternaungi Nama ilmiah Nama lain
8 000 Penuh Syngonium podophyllum Singonium
6 400 6 jam Scindapsus aureus Sirih belanda
6 000 Penuh Syngonium podophyllum Singonium
1 950 Penuh Scindapsus aureus Sirih belanda
Penuh Ruellia malacosperma Dwarf ruellia
1 400 Penuh Hymenocalis speciosa Spider lily
18
Taman Situ Le mbang
Tanaman ternaungi pada taman ini terdiri dari jenis tanaman penutup tanah (groundcover) hingga semak sedang. Keberadaan penaung yang tergolong jenis pohon-pohon tinggi dalam jumlah kecil menyebabkan sebagian besar penutupan naungan bersifat tidak penuh.
Benara Nurseries Indonesia
Inventarisasi tanaman di shade house Benara Nurseries Indonesia dibagi ke dalam tiga blok utama, yaitu Blok I, II, dan III. Terdapat perlakuan ulangan untuk masing- masing spesies tanaman pada tiap blok utama, yang ditempatkan pada blok-blok lain secara acak dengan intensitas cahaya yang berbeda dari blok utama (Blok I.A, I.B, II.A, II.B, III.A, dan III.C). Terdapat 31 spesies tanaman yang diamati, yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 15 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Suropati Intensitas
cahaya (lux)
Periode
ternaungi Nama ilmiah Nama lain
3 250 Penuh Spathiphyllum wallisii Peace lily
Penuh Philodendron sp. Daun pilo 2 800 6 jam Philodendron xanadu Daun pilo 2 350 Penuh Dieffenbachia maculata Daun bahagia
1 275 Penuh Costus woodsonii Pacing
Gambar 13 Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Suropati
Tabel 16 Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Situ Lembang Intensitas
cahaya (lux)
Periode
ternaungi Nama ilmiah Nama lain
7 600 4 jam Heliconia ‘American dwarf’ Pisang hias
6 100 4 jam Aglaonema bowmannii Sri rezeki
5 500 4 jam Philodendron sp. Daun pilo
3 000 Penuh Heliconia ‘American dwarf’ Pisang hias 2 600 Penuh Dracaena surculosa var. punculata Drasena
2 300 Penuh Costus woodsonii Pacing
19 Tabel 17 Inventarisasi tanaman ternaungi di Benara Nurseries Indonesia
Intensitas cahaya (lux) Periode ternaungi Blok Nama ilmiah
22 000 Penuh I.A Philodendron ‘Orange Fire’ Homalomena lindenii Aspidistra sichuanensis ‘Ginga’ Aglaonema ‘Donna Carmen’ Syngonium podophyllum ‘Gold’ Peperomia obtusifolia Philodendron sp. ‘Gold’ Homalomena ‘Emerald Gem’ Dracaena ‘Gold’
Dracaena fragrans ‘Lemon Lime’ Aglaonema jubile Aglaonema ‘Blue Steam’ Aglaonema silverado
5 000 Penuh III.B Dracaena ‘Gold’
20
Identifikasi Vigor Tanaman
Pengamatan parameter vigor tanaman
Indikator pengamatan dari ketiga parameter vigor tanaman yang diamati terfokus pada organ daun, karena daun merupakan organ produsen fotosintat utama yang merupakan indikator pertumbuhan tanaman. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Atas dasar ini, luas dan jumlah daun menjadi pilihan parameter, karena laju fotosintesis per satuan tanaman ditentukan sebagian besar oleh total luas daun (Sitompul dan Guritno,1995). Sedangkan untuk warna daun, bobot terbesar (40%) diterapkan karena warna daun mengindikasikan kualitas vigor tanaman dalam konteks visual, mewakili fungsi penting tanaman lanskap meningkatkan keindahan lanskap (Booth, 1983). Hasil pengamatan terhadap tanaman disajikan dalam tabel berikut. Tabel 18 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
sangat teduh (taraf < 25%) No. Spesies tanaman Intensitas
cahaya (lux) 1. Spathiphyllum wallisii 10 000
3 250 2. Costus woodsonii 14 000
2 300 4. Scindapsus aureus 6 400
1 950 5. Ruellia malacosperma 8 850
1 950 6. Hymenocalis speciosa 8 850
1 400 9. Heliconia ‘American
dwarf’ 11 000 3 000 10. Pandanus pygmaeus 1 400
550 11. Aglaonema bowmannii 12 000
6 100
17. Dracaena surculosa var.
punculata
21 Tabel 18 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
sangat teduh (taraf < 25%) (lanjutan) No. Spesies tanaman Intensitas
cahaya (lux) 20. Homalomena ‘Emerald
Gem’ 10 000 3 800 21. Spathiphyllum lepricon 10 000
3 800 22. Dracaena fragrans
‘Lemon Lime’ 10 000 3 800 24. Aglaonema jubilee 10 000
8 000 25. Aglaonema silverado 10 000
8 000 27. Aglaonema costatum 10 000
8 000 28. Calathea makoyana 14 000
12 000
31. Calatea lacineri 14 000 12 000 33. Peperomia obtusifolia 14 000
12 000 34. Syngonium podophyllum
‘Gold’ 14 000 12 000 35. Aspidistra sichuanensis
‘Ginga’ 14 000 10.2 0.3 45.4 2.7 4
Jumlah Daun (JD), Pe rta mbahan Jumlah Daun ( JD), Luas Daun (LD), Pe rta mbahan Jumlah Daun ( LD), Warna Daun (WD)
Tabel 19 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%)
No. Spesies tanaman Intensitas cahaya (lux) 1. Cordyline insignis 18 000
16 000 3. Homalomena lindenii 22 000
18 000 4. Philodendron ‘Marble’ 18 000
22
Skoring kualitatif
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, dilakukan skoring kualitatif untuk parameter jumlah dan warna daun tanaman untuk mempermudah pembobotan total nilai vigor tanaman. Pertambahan jumlah dan luas daun dari setiap spesies tanaman selama tiga kali pengamatan disusun ke dalam bentuk presentase, kemudian dilakukan skoring seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab metode.
Tabel 19 Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%) (lanjutan)
No. Spesies tanaman Intensitas cahaya (lux) 8. Calathea picturata 18 000
16 000 10. Philodendron ‘Orange
Fire’ 22 000 18 000
14. Aspidistra sichuanensis
‘Ginga’ 16 000 9.4 0.2 43.1 2.2 3
Jumlah Daun (JD), Pe rta mbahan Jumlah Daun ( JD), Luas Daun (LD), Perta mbahan Ju mlah Daun ( LD), Warna Daun (WD)
Tabel 20 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%)
23 Tabel 20 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
24
Hasil skoring tersebut kemudian disusun kembali dalam tabel peringkat vigor tanaman pada masing- masing kelas taraf naungan, sehingga dihasilkan 18 spesies tanaman yang toleran pada kelas naungan sangat teduh dan 4 spesies tanaman yang toleran pada kelas naungan teduh. Terdapat spesies tanaman ya ng toleran pada berbagai tingkat intensitas cahaya dalam satu kelas naungan dan pada kelas naungan yang berbeda, namun terdapat pula tanaman yang hanya toleran pada tingkat intensitas cahaya tertentu dalam satu kelas naungan.
Tabel 21 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%)
Tabel 20 Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%) (lanjutan)
25 Tabel 22 Peringkat tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%) No. Spesies tanaman Intensitas
cahaya (lux) Peringkat Deskripsi
1. Ruellia malacosperma 8 850
1 950
1 Toleransi tinggi
2. Philodendron sp. 5 500
3 250
3. Calatea lacineri 14 000
12 000
4. Spathiphyllum wallisii 10 000
3 250
5. Costus woodsonii 2 300
1 275
6. Syngonium podophyllum 8 000
7. Hymenocalis speciosa 1 400
8. Pandanus pygmaeus 1 400
9. Aglaonema bowmannii 6 100
10. Philodendron sp. ‘Gold’ 10 000
11. Ipomea sp. 8 850
12. Spathiphyllum lepricon 3 800
13. Dracaena fragrans ‘Lemon Lime’ 10 000
14. Aglaonema ‘Blue Steam’ 8 000
15. Aglaonema costatum 10 000
8 000
16. Zamioculcas zamifolia 14 000
17. Peperomia obtusifolia 12 000
18. Aspidistra sichuanensis ‘Ginga’ 14 000
19. Spathiphyllum wallisii 1 300 2 Toleransi sedang
20. Costus woodsonii 14 000
21. Syngonium podophyllum 6 000
22. Scindapsus aureus 6 400
1 950
23. Hymenocalis speciosa 8 850
24. Ctenanthe oppenheimiana 14 000 6 100 25. Heliconia ‘American dwarf’ 3 000
26. Aglaonema bowmannii 12 000
27. Dieffenbachia amoena 1 000
28. Canna sp. 650
29. Philodendron xanadu 2 800
30. Dracaena surculosa var. punculata 2 600
31. Codiaeum sp. 5 200
32. Spathiphyllum lepricon 10 000
33. Dracaena fragrans ‘Lemon Lime’ 3 800 34. Aglaonema ‘Blue Steam’ 10 000
35. Aglaonema jubilee 10 000
8 000
36. Dracaena ‘Gold’ 10 000
5 000
37. Calathea makoyana 14 000
12 000
26
Tabel 23 Peringkat tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%) No. Spesies tanaman Intensitas
cahaya (lux)
Peringkat Deskripsi
1. Aglaonema ‘Donna Carmen’ 18 000 16 000
1 Toleransi tinggi
2. Calathea picturata 16 000
3. Philodendron ‘Orange Fire’ 22 000
4. Zamioculcas zamiifolia 16 000
5. Cordyline insignis 16 000 2 Toleransi sedang
6. Cordyline rubra 22 000
18 000
7. Homalomena lindenii 22 000
18 000
8. Philodendron ‘Marble’ 18 000
9. Aglaonema sp. ‘Dop’ 18 000
16 000 10. Spathiphyllum sp. ‘Petite’ 16 000
11. Calathea picturata 18 000
12. Aglaonema ‘Chiang Mai’ 18 000 16 000 13. Philodendron ‘Orange Fire’ 18 000
14. Calathea insignis 16 000
15. Marantha sp. 16 000
16. Aspidistra sichuanensis ‘Ginga’ 16 000
17. Cordyline insignis 18 000 3 Tidak toleran
18. Philodendron ‘Marble’ 16 000
19. Spathiphyllum sp. ‘Petite’ 18 000
Tabel 22 Peringkat tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%) (lanjutan) No. Spesies tanaman Intensitas
cahaya (lux) Peringkat Deskripsi
39. Peperomia obtusifolia 14 000
40. Syngonium podophyllum ‘Gold’ 14 000 12 000
41. Marantha sp. 14 000 3 Tidak toleran
42. Heliconia ‘American dwarf’ 11 000
43. Pandanus pygmaeus 550
44. Dieffenbachia maculata 2 350
45. Homalomena ‘Emerald Gem’ 10 000 3 800
46. Aglaonema silverado 10 000
27 Aspek Toleransi Tanaman
Spathiphyllum waliisii
Tanaman ini mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada rentang intensitas cahaya yang sangat lebar. Titik toleransi optimalnya tercapai pada intensitas 10.000 lux dan 3.250 lux dengan periode naungan penuh, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun 5,0% - 8,4%, pertambahan luas daun 6,7% - 9,0% dan skor warna daun pada skala numerik 3 - 4. Pada intensitas ini, spathiphyllum waliisii termasuk ke dalam kategori toleransi tinggi.
Pada intensitas yang lebih rendah (1.300 lux), tanaman termasuk ke dalam kategori toleransi sedang, dengan warna daun lebih pucat yang ditandai dengan keberadaan guratan berwarna hijau muda pada tulang-tulang daun, dengan jumlah dan luas daun yang relatif kecil. Namun, pada intensitas terendah ini masih dapat ditemukan tanaman yang memunculkan bunga, walaupun hanya pada sebagian kecil tanaman saja dan bunga kurang menampilkan performa yang baik. Berbeda dengan tanaman yang berada pada intensitas yang lebih tinggi (3.250 lux dan 10.000 lux) yang tidak memunculkan bunga. Hal ini mungkin diakibatkan oleh faktor naungan pohon dengan tajuk yang lebih renggang sehingga cahaya matahari langsung masih dapat menembus ke bawah permukaan tajuk, sehingga dapat memacu proses pembungaan. Dengan demikian, semakin rendah intensitas cahaya (dari batas intensitas 10.000 lux), maka semakin lambat pertumbuhan dan semakin rendah kualitas warna tanaman.
Costus woodsonii
Tanaman yang memiliki nama lain pacing ini mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada rentang intensitas cahaya yang sangat lebar. Titik toleransi optimalnya tercapai pada intensitas 1.275 lux - 2.300 lux dengan periode naungan penuh, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun 12,7% - 15,5%, pertambahan luas daun 3,1% - 3,7% dan skor warna daun pada skala numerik 4. Pada intensitas yang lebih tinggi (14.000 lux), skor vigor tanaman mengalami sedikit penurunan pada faktor warna daun yang lebih pucat dan tanaman tidak memunculkan bunga, sementara pada intensitas yang lebih rendah, terdapat beberapa daun yang menguning dan sedikit layu.
Semakin rendah intensitas cahaya, semakin tinggi jumlah daun dan warna daun semakin gelap atau tua. Perbedaan ini mengindikasikan bentuk adaptasi tanaman ini dalam menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah.
Syngonium podophyllum
28
Dengan demikian, dapat terlihat bahwa pada intensitas yang semakin rendah, bentuk adaptasi tanaman dalam menekan batas toleransi terhadap naungan diindikasikan oleh warna hijau pada daun yang lebih dominan guna mengoptimalkan efektivitas daun dalam menyerap cahaya.
Scindapsus aureus
Tanaman ini termasuk ke dalam kelompok toleransi sedang, dengan titik toleransi optimal berkisar pada rentang yang cukup lebar yang ditemukan pada pengamatan, yaitu pada 1.950 lux – 6.400 lux. Pada rentang ini, rata-rata
Adaptasi tanaman dalam menghadapi cekaman naungan ditunjukkan oleh pertambahan jumlah dan luas daun serta perubahan warna, yang mengindikasikan proses optimalisasi dalam tanaman untuk dapat menyerap cahaya dengan lebih efektif.
Ruellia malacosperma
Ruellia malacosperma mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada rentang intensitas cahaya yang cukup lebar. Pada intensitas 1.950 lux dan 8.850 lux, pertumbuhannya tetap optimal dan berada pada kategori toleransi tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 5,1% untuk intensitas yang lebih tinggi dan 7,8% untuk intensitas yang lebih rendah. Rata-rata pertambahan luas daun sebesar 6,2% untuk intensitas yang lebih tinggi dan 8,6% untuk intensitas yang lebih rendah.
Performa warna daun yang paling baik d itemui pada intensitas yang lebih tinggi (8.850 lux), dengan skala numerik 4 berwarna hijau tua, dan skala numerik 3 pada intensitas yang lebih rendah (1.950 lux), berwarna hijau muda dengan permukaan yang sedikit lebih mengkilap. Pada kedua tingkat intensitas cahaya ini, hampir seluruh sampel daun mengalami perubahan warna menjadi lebih tua dari minggu ke minggu.
Pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi pada intensitas terendah mengindikasikan bentuk adaptasi tanaman dalam menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah. Pada intensitas yang lebih tinggi, tanaman memunculkan bunga walaupun hanya pada sebagian kecil tanaman saja, sedangkan pada intensitas terendah tidak memunculkan bunga. Hymenocalis speciosa
29 4,5% dan pertambahan luas daun sebesar 1,6%. Skor warna daun diwakili oleh skala numerik 4 untuk kedua tingkat intensitas tersebut.
Pada intensitas 1.400 lux, pertambahan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas 8.850 lux, yang terlihat pada penutupan rumpun tanaman yang masif atau padat, serta dengan pertambahan luas daun yang juga relatif lebih besar. Namun, pada intensitas 1.400 lux tanaman tidak memunculkan bunga, sedangkan pada intensitas 8.850, sebagian kecil tanaman masih dapat memunculkan bunga. pertambahan luas daun sebesar 5,6%.
Pada intensitas yang lebih rendah, pertumbuhannya lebih optimal, yaitu dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 10,1% dan pertambahan luas daun sebesar 6,5%. Namun, yang membedakannya adalah faktor warna daun, dengan skala numerik 4 pada intensitas yang lebih tinggi dan skala numerik 3 pada intensitas yang lebih rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh warna daun yang lebih terang dan kekuningan pada intensitas yang lebih tinggi, dibandingkan dengan warna yang dominan kehijauan pada intensitas yang lebih renda h.
Ctenanthe oppenheimiana
Pada intensitas cahaya 6.100 lux dan 14.000 lux yang ditemui pada pengamatan di lapang, tanaman ini termasuk ke dalam kategori toleransi sedang. Pada intensitas yang lebih tinggi, rata-rata pertambahan jumlah daunnya sebesar 5,4% dan pertambahan luas daun sebesar 1,9%. Pada intensitas yang lebih rendah, rata-rata pertambahan jumlah daunnya sebesar 8,4% dan pertambahan luas daun sebesar 2,1%. Morfologi daun pada intensitas yang lebih rendah lebih memanjang dibandingkan dengan tanaman pada intensitas yang lebih tinggi (melebar).
Pada intensitas yang lebih rendah, daun menampilkan kombinasi warna hijau tua dan rona kemerahan yang cerah dengan skala numerik 4, sedangkan pada intensitas yang lebih tinggi, kombinasi warna yang ditampilkan oleh daun berada pada skala numerik 3, yaitu berupa warna hijau tua dan putih, dengan hanya sedikit rona kemerahan.
Heliconia ‘American Dwarf’
30
Pandanus pygmaeus
Pada pengamatan tanaman di lapang, ditemui dua tingkat intensitas cahaya dengan rentang yang sempit namun mengindikasikan tingkat vigor tanaman yang signifikan. Pada intensitas 1.400 lux, tanaman termasuk ke da lam kategori toleransi tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 4,3% dan pertambahan luas daun sebesar 6,9%. Sementara itu, pada intensitas 550 lux, tanaman termasuk ke dalam kategori tidak toleran, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 2,1% dan pertambahan luas daun sebesar 3,3%.
Tanaman menampilkan warna hijau kekuningan (skala numerik 4) pada bagian tepian permukaan daun pada intensitas yang lebih tinggi, sedangkan pada intensitas yang lebih rendah, tanaman menampilkan warna hijau pucat (skala numerik 3) pada bagian tepian permuk aan daun. Berbeda dengan tanaman lainnya, pada intensitas yang lebih tinggi, pertambahan jumlah dan luas daun justru lebih besar dibandingkan dengan tanaman pada intensitas yang lebih rendah. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh intensitas cahaya yang sangat rendah yang diterima oleh tanaman sehingga melebihi batas toleransi tanaman.
Aglaonema bowmannii
Selama pengamatan di lapang, tanaman ini ditemui pada intensitas 12.000 dan 6.100 lux. Pada intensitas yang lebih tinggi (12.000 lux), rata-rata pertambahan jumlah daunnya sebesar 7,0% dan pertambahan luas daun sebesar 1,5%, sehingga tanaman termasuk dalam kategori toleransi sedang. Sementara itu, pada intensitas yang lebih rendah (6.100), rata-rata pertambahan jumlah daunnya sebesar 14,6% dan pertambahan luas daunnya sebesar 2,8%, sehingga tanaman ini termasuk dalam kategori toleransi tinggi. Skor warna da un pada kedua intensitas berada pada skala numerik 4.
Pada intensitas yang lebih tinggi, daun didominasi oleh warna putih kehijauan dengan hanya sedikit warna hijau tua pada bagian tepian daun, sementara pada intensitas yang lebih rendah, keberadaan warna hijau tua pada bagian tepian daun jauh lebih banyak. Namun, morfologi daun melebar dengan luas daun yang lebih besar ditemui pada intensitas yang lebih tinggi, walaupun pertambahan luas daunnya memang lebih lambat.
Homalomena ‘Emerald Gem’
Dari hasil pengamatan terhadap dua tingkat intensitas cahaya, yaitu pada intensitas 10.000 lux dan 3.800 lux, tanaman termasuk dalam kategori tidak toleran. Rata-rata pertambahan jumlah daunnya berkisar antara 2,1% - 2,4% dan pertambahan luas daunnya sebesar 1,6% - 1,8%. Walaupun skor warna daun pada kedua intensitas berada pada skala numerik 4 (sangat baik), namun pertambahan jumlah dan luas daun yang sangat rendah lebih mempengaruhi vigor tanaman secara keseluruhan. Selain itu, walaupun perbedaan intensitas cahaya berada dalam rentang yang cukup lebar, tidak pula dijumpai perbedaan yang signifikan pada ketiga parameter pengamatan tanaman, yang diwakili oleh skor yang sedikit lebih baik pada tanaman dengan intensitas yang lebih rendah.
Spathiphyllum lepricon
31 3,8% dan pertambahan luas daun sebesar 5,9%, serta skor warna daun pada skala numerik 3. Sementara itu, pada intensitas 3.800 lux, tanaman termasuk dalam kategori toleransi tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 3,2%, pertambahan luas daun sebesar 6,6%, dan skor warna daun pada skala numerik 4.
Faktor pembeda peringkat toleransi terletak pada aspek warna daun. Pada intensitas yang lebih tinggi, daun menampilkan warna hijau muda yang sedikit pucat, sedangkan pada intensitas yang lebih rendah, daun menampilkan warna hijau yang lebih tua dan segar.
Dracaena fragrans ‘Lemon Lime’
Pada intensitas 10.000 lux, tanaman ini termasuk dalam kategori toleransi tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 6,1% dan pertambahan luas daun sebesar 11,3%. Sementara itu, pada intensitas 3.800 lux, tanaman ini termasuk dalam kategori toleransi sedang, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 4,5% dan pertambahan luas daun 9,8%. Skor warna daun untuk kedua intensitas berada pada skala numerik 3. Faktor pembeda peringkat toleransi terletak pada aspek jumlah daun, yang pertambahannya lebih besar pada intensitas yang lebih tinggi.
Pada intensitas yang lebih tinggi, daun tanaman menampilkan warna hijau kekuningan menyerupai warna lemon di bagian tepian daun, serta warna hijau tua pada guratan yang berada di bagian tulang daun. Namun, hanya ditemui satu dari tiga sampel dengan warna hijau tua yang sempurna. Sementara itu, pada intensitas yang lebih rendah, daun tanaman menampilkan warna hijau pekat di bagian tepian daun, serta warna hijau tua pada guratan yang berada di bagian tulang daun, dengan penampilan yang relatif sama pada semua sampel.
Aglaonema ‘Blue Steam’
Pada intensitas 10.000 lux, tanaman ini termasuk dalam kategori toleransi sedang, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 2,8%, pertambahan luas daun sebesar 6,1%, dan skor warna daun pada skala numerik 3. Sementara itu, pada intensitas 8.000 lux, tanaman ini termasuk dalam kategori toleransi tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 2,7%, pertambahan luas daun sebesar 5,6%, dan skor warna daun pada skala numerik 4.
Secara keseluruhan, pengamatan parameter pada kedua intensitas memiliki hasil yang relatif sama, namun dibedakan oleh faktor warna daun, yang lebih baik pada intensitas yang lebih rendah. Skor warna daun yang baik ini diindikasikan oleh warna daun hijau tua yang merata dan tampak segar dengan pemukaan daun yang mengkilap, sementara warna hijau muda, agak pucat, dan sedikit tidak merata mewakili skala numerik skor warna daun yang lebih kecil, seperti yang ada pada tanaman dengan intensitas yang lebih tinggi.
Aglaonema jubilee
32
sangat baik, namun rendahnya rata-rata pertambahan jumlah dan luas daun menyebabkan tanaman berada pada tingkat toleransi sedang.
Aglaonema silverado
Pada intensitas 10.000 lux dan 8.000 lux yang ditemui di lapang, tanaman ini termasuk dalam kategori tidak toleran, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun yang sangat rendah, yaitu sebesar 1,9% dan pertambahan luas daun yang juga rendah, yaitu sebesar 2,1% – 2,4%. Namun, skor warna daun untuk kedua tingkat intensitas termasuk sangat baik, yaitu berada pada skala numerik 4. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan dalam parameter pengamatan antara kedua tingkat intensitas cahaya.
Dracaena ‘Gold’
Dalam pengamatan di lapang, tanaman ini ditemui pada intensitas 10.000 lux, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 9,0% dan pertambahan luas daun sebesar 2,1%, serta pada intensitas 5.000 lux dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 7,8% dan pertambahan luas daun sebesar 4,9%. Skor warna daun untuk kedua intensitas berada pada skala numerik 4. Dengan demikian, pada kedua tingkat intensitas cahaya, tanaman ini termasuk ke dalam kategori toleransi sedang.
Pada intensitas yang lebih rendah, morfolo gi daun menampakkan bentuk yang lebih melebar dengan luas daun yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman pada intensitas yang lebih tinggi. Pada intensitas yang lebih tinggi, terdapat dua dari tiga sampel daun yang mengalami perubahan warna dari hijau kekuningan (skala numerik 4) menjadi hijau (skala numerik 3).
Aglaonema costatum
Dalam pengamatan di lapang, tanaman ini ditemui pada intensitas 10.000 lux, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 13,2% dan pertambahan luas daun sebesar 4,6%, serta pada intensitas 8.000 lux dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 12,0% dan pertambahan luas daun sebesar 2,5%. Skor warna daun untuk kedua tingkat intensitas berada pada skala numerik 4. Dengan demikian, pada kedua tingkat intensitas cahaya, ta naman ini termasuk ke dalam kategori toleransi tinggi.
Pada intensitas yang lebih tinggi, corak putih pada warna daun lebih terdistribusi secara merata pada permukaan daun dengan warna dominan hijau tua yang mengkilap pada seluruh sampel. Sementara itu, pada intensitas yang lebih rendah, dua dari tiga sampel daun menampilkan corak putih yang lebih sedikit dengan warna dominan hijau tua yang terlihat sedikit kusam. Bahkan, pada salah satu sampel ditemui perubahan warna hijau menjadi lebih pucat.
Calathea makoyana