• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Dan Modal Sosial Pada Berbagai Tingkat Partisipasi Peserta Program Pos Pemberdayaan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Dan Modal Sosial Pada Berbagai Tingkat Partisipasi Peserta Program Pos Pemberdayaan Keluarga"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

   

KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN MODAL SOSIAL PADA

BERBAGAI TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM

POS PEMBERDAYAAN KELUARGA

SUHAERI MUKTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

“KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN MODAL SOSIAL PADA BERBAGAI TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG TELAH DINYATAKAN DALAM NASKAH.

DENGAN INI SAYA MELIMPAHKAN HAK CIPTA DARI KARYA TULIS SAYA KEPADA INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRACT

SUHAERI MUKTI. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN MODAL SOSIAL PADA BERBAGAI TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA. Di bimbing TITIK SUMARTI.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa hubungan kondisi sosial-ekonomi dan modal sosial pada berbagai tingkat partisipasi program Posdaya Mandiri Terpadu, selanjutnya partisipasi program akan dihubungkan dengan akses terhadap manfaat kesejahteraan dan kemampuan ekonomi dari program Posdaya Mandiri Terpadu. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial-ekonomi dan modal sosial yang dimiliki oleh peserta memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi peserta program, dan tingkat partisipasi dalam program mencapai tingkat partisipasi tokenisme Arnstein. Hasil uji korelasi menunjukkan, ada hubungan yang signifikan dan kuat antara kondisi sosial ekonomi dan modal sosial pada tingkat partisipasi program. Hasil lain menunjukkan bahwa tingkat partisipasi juga memiliki korelasi yang signifikan dan kuat dengan akses terhadap manfaat kesejahteraan dan kemampuan ekonomi yang diterima oleh peserta program.

Kata Kunci: Akses Manfaat Kesejahteraan, Partisipasi, Modal Sosial, Kemampuan Ekonomi, Kondisi Sosial Ekonomi.

ABSTRACT

SUHAERI MUKTI. THE STUDY OF ECONOMIC AND SOCIAL

CONDITIONS SOCIAL CAPITAL ON VARIOUS LEVELS OF PARTICIPATION PROGRAM PARTICIPANTS POS FAMILY EMPOWERMENT. Supervised by

TITIK SUMARTI.

The purpose of this study are analyze the influence of socio-economic conditions and social capital on the level of progra’s participation. The correlation level between of program’s participation are access to welfare benefits and economic benefits of the Posdaya Integrated Self. The research was conducted in the village of Cikarawang, District Dramaga. This study uses quantitative and qualitative approaches. The results showed that the socio-economic conditions and social capital owned by the participants related to the level of program participation program, and the level of participation in the program achieved the degree of participation of tokenism Arnstein. Correlation test results demonstrate, there is a significant and strong correlation between socioeconomic conditions and social capital on the level of program participation. Other results show that the participation rate also has a significant and strong correlation with access to welfare benefits and economic benefits received by program participants.

(5)

KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN MODAL SOSIAL PADA

BERBAGAI TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM

POS PEMBERDAYAAN KELUARGA

Suhaeri Mukti

SKRIPSI

Sebagai bagian persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi:

Nama Mahasiswa : Suhaeri Mukti

NIM : I34080049

Judul Proposal Skripsi : Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Dan Modal Sosial Pada Berbagai Tingkat Partisipasi Peserta Program Pos Pemberdayaan Keluarga

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr Ir Titik Sumarti, MS Pembimbing

Diketahui

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(9)

   

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi berjudul Kondisi Sosial Ekonomi Dan Modal Sosial Pada Berbagai Tingkat Partisipasi Peserta Program Pos Pemberdayaan Keluarga.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat perolehan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap program pengembangan masyarakat mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat, kemudian bagaimana partisipasi tersebut berpengaruh terhadap manfaat yang diterima oleh masyarakat. Tujuan lainnya adalah untuk menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

. Perumusan Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Pengembangan Masyarakat 7

Model Pengembangan Masyarakat 7

Konsep Partisipasi 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 12 Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 14

Konsep Modal Sosial 15

Konsep Pemberdayaan 16

Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Keberdayaan Masyarakat 17

Kerangka Pemikiran 20

Hipotesis Penelitian 20

Definisi Operasional 21

PENDEKATAN LAPANGAN. 24

Lokasi dan Waktu. 24

Teknik Sampling 25

Pengolahan dan Analisis Data 26 GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG 26

Letak dan Keadaan Fisik 26

Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian 26 Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya

Mandiri Terpadu) 27

Profil Progam-Program Posdaya Mandiri Terpadu 28 Pengembangan Jambu Kristal 28 Program Ternak Kelinci 29 Program Pembuatan Pupuk Kompos 29

Program Posbindu 29

Pendidikan 30

Lingkungan 30

TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM POSDAYA

MANDIRI TERPADU 32

Ikhtisar 35

KONDISI SOSIAL EKONOMI PESERTA PROGRAM POSDAYA MANDIRI TERPADU DAN HUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

(11)

   

Umur 36

Status Pernikahan 37

Tingkat Pendidikan 38

Pekerjaan 39

Tingkat Pendapatan 40

Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program dalam Program Posdaya Mandiri Terpadu 41 Ikhtisar

43 MODAL SOSIAL PESERTA PROGRAM POSDAYA DAN HUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PESERTA PROGRAM 45

Modal Sosial 45

Kepercayaan 45

Jaringan Sosial 47

Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Peserta dalam

Program Posdaya Mandiri Terpadu 48

Ikhtisar 50

KEBERDAYAAN PESERTA PROGRAM POSDAYA DAN HUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PESERTA PROGRAM 53

Akses terhadap Manfaat Kesejahteraan dan Kemampuan

Ekonomi 53

Analisis Hubungan Keberdayaan dan Tingkat Partisipasi Peserta Program Posdaya

55

Ikhtisar 57

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Model-Model Pengembangan Masyarakat . 8

Tabel 2. Indikator Pemberdayaan Masyarakat 11

Tabel 3. Tangga Partisipasi Arnstein 11

Tabel 4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat 18

Tabel 5. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa

Cikarawang 27

Tabel 6. Kelompok Tani di Desa Cikarawang 2010 27

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Derajat Tingkat Partisipasi Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013

33

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden menurut Golongan Umur Menurut Havighurst dan Jenis Kelamin Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013 36 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden menurut Status Pernikahan

dan Jenis Kelamin Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu

2013 37

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Kelamin Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013 38 Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penggolongan

Pekerjaan dan Jenis Kelamin Peserta Program Posdaya

Mandiri Terpadu 2013 40

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penggolongan Tingkat Pendapatan dan Jenis Kelamin Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013 41

Tabel 13. Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs) Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program Posdaya

Mandiri Terpadu 2013 42

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kepercayaan Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013 45 Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Jaringan

(13)

   

Tabel 16. Tabulasi Silang Tingkat Partisipasi Terhadap Tingkat Kepercayaan Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013

47

Tabel 17. Tabulasi Silang Tingkat Partisipasi Terhadap Kuat Jaringan Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013. 49 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Akses Peserta Program Posdaya

Mandiri Terpadu 2013 Terhadap Manfaat Kesejahteraan 50 Tabel 19 Jumlah dan Persentase Akses Peserta Program Posdaya

Mandiri Terpadu 2013 Terhadap Kemampuan Ekonomi

53  Tabel 20 Tabulasi Silang Tingkat Partisipasi Terhadap Akses Manfaat

Kesejahteraan Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu

2013 54

Tabel 21. Tabulasi Silang Tingkat Partisipasi Terhadap Akses Kemampuan Ekonomi Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013

56

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Keberdayaan Peserta Program Posdaya Mandiri Terpadu 2013

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Hubungan Modal Sosial Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan

Masyarakat 20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Sampling 63 Lampiran 2. Pengolahan Data 64 Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Peneliitian 73 Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam 74 Lampiran 5. Peta Lokasi Penelitian 75

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan dan fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau ketuhanan yang maha esa, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan ( Mulyono, 2010)

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggarakannya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan MDGs, pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Posdaya itu sendiri dapat dibentuk di antara kalangan keluarga maupun antar keluarga, sehingga posdaya dapat saja memiliki basis pribadi, basis kelompok, misalnya posdaya berbasis masjid, posdaya berbasis tanaman, atau posdaya berbasis pendidikan, dan lainnya. Mengenai program utama posdaya terbagi dalam empat hal yang pokok yakni program pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. P2SDM LPPM IPB pada tahun 2009 melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui posdaya di Desa Cikarawang berbasis kelompok tani. Kelompok tani dianggap memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk memberdayakan masyarakat di Desa Cikarawang. Kelompok tani menjadi wadah bagi para petani untuk belajar, berdiskusi, bertukar pengalaman dan untuk menyalurkan aspirasi para petani.

(17)

termasuk dalam empat bidang utama program Posdaya, diantaranya 1) bidang Kesehatan yaitu pelatihan kader Posyandu dan Posbindu Lansia, 2) bidang Pendidikan yaitu pelatihan guru PAUD, Asosiasi PAUD Cikarawang, APE, Pembinaan Remaja dan Perpustakaan Warga, 3) bidang Lingkungan yaitu saung Posdaya, lanjutan komposting, pelatihan pengolahan sampah plastik, komposting skala RT, Gerakan Lingkungan Sehat, Kebun Bergizi, pengembangan pertanian organik dan TOGA, 4) bidang Ekonomi yaitu pembinaan potensi kerajinan dan usaha ekonomi mikro, pengembangan koperasi dan pertanian, peternakan, dan perikanan.

Penduduk Desa Cikarawang hingga tahun 2009 berjumlah 8227 jiwa yang terdiri atas 4199 orang laki-laki dan 4028 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 4721 orang (57%) dari total jumlah penduduk. Untuk di Dusun Cangkrang, Dari total KK yang ada (400 KK), 87,5 persen diantaranya (350 KK) merupakan KK miskin. Proporsi tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tidak Tamat dan Tamat SD (32%) disusul Tamat SMP dan Tamat SMA. Adapun jenis pekerjaan penduduk Desa Cikarawang pada umumnya adalah sebagai buruh bangunan, petani, supir dan pedagang. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Desa Cikarawang dapat terkenal seperti sekarang ini salah satunya dengan adanya jambu kristal. Namun, buah yang dikenal hanya ada di desa ini pun tidak akan banyak diketahui orang bila Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) tidak terbentuk. Sejak dibentuk Posdaya Mandiri Terpadu, warga Desa Cikarawang yang enggan menanam jambu kristal jadi tertarik. Jambu kristal yang menjadi salah satu produk unggulan Posdaya Mandiri Terpadu sebenarnya berasal dari Taiwan. Dari 13 orang penanam jambu kristal yang berpartisipasi dalam program awal, kini sudah ada sekitar 35 orang dengan 7.000 pohon.

(18)

ekonomi rumah tangga dan modal sosial pada berbagai tingkat partisipasi peserta program Posdaya.

PerumusanMasalah Penelitian

Konsep partisipasi berasal dari bahasa Inggris ”participation” yang berarti turut ambil bagian. Nasdian (2006) mengartikan partisipasi sebagai proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing oleh cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi meliputi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah difikirkan atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain; (2) partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, program yang dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang sesungguhnya dari masyarakat setempat.

Secara umum dapat kita lihat suatu rumusan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: 1) Keadaan sosial-ekonomi masyarakat; 2) Kegiatan program pembangunan; 3. Keadaan alam sekitar (Sastropoetro, 1988). Tingkat partisipasi masyarakat diukur berdasarkan parameter teori derajat tingkat partisipasi Arnstein (1969) yaitu: 1) Manipulation; 2) Therapy; 3) Informing ; 4) Consultation; 5) Placation; 6) Partnership;

7) Delegated Power; 8) Citizen Control. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah sejauhmana Tingkat Partisipasi peserta program Posdaya pada masyarakat di Desa Cikarawang.

Menurut Singarimbun dan Efendi (2008) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat adalah keadaan struktur sosial-ekonomi masyarakat dalam suatu daerah. Struktur sosial-ekonomi masyarakat memiliki empat parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial –ekonomi masyarakat yaitu:

a. Pendidikan b. Kesehatan c. Transportasi d. Mata pencaharian

Kondisi sosial ekonomi masyarakat memiliki kaitan dengan partisipasi masyarakat dalam program-program pengembangan masyarakat, misalkan jaringan-jaringan yang dimiliki oleh masyarakat memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat tersebut terhadap pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, secara garis besar pertanyaan yang akan dibahas lebih lanjut adalah bagaimana hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi peserta program Posdaya pada masyarakat di Desa Cikarawang, .

(19)

tingkat partisipasi paling tinggi adalah manipulasi, terapi, informasi, konsultasi,

placation/menenangkan, kemitraan, delegasi kewenangan dan kontrol warga negara. Banyak pihak yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat, namun cakupan yang dibahas disini adalah modal sosial dan partisipasi masyarakat.

Menurut Ife dan Tesoriero (2008), modal sosial dapat dilihat sebagai sebuah ‘perekat’ yang menyatukan masyarakat – hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas sosial dan komunitas. Artinya modal sosial berperan dalam membentuk perilaku-perilaku sosial dalam masyarakat dan menyatukan masyarakat. Menurut Ridell (1997) dalam Suharto (2006), terdapat tiga parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Modal sosial yang membentuk perilaku-perilaku sosial dalam masyarakat di Desa Cikarawang menarik untuk dikaji hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat. Oleh karena itu yang akan dianalisis selanjutnya adalah sampai sejauh mana hubungan Modal Sosial peserta Program Posdaya dengan Tingkat Partisipasi peserta program dalam program-program Posdaya

Program pengembangan masyarakat yang baik akan memberi hasil yang positif pula. Kegiatan-kegiatan dalam program pengembangan masyarakat memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, baik untuk pelaksana program itu sendiri maupun untuk masyarakat yang menjadi sasaran programnya. Dalam praktiknya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu program, salah satunya adalah partisipasi dari masyarakat dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Partisipasi yang baik seharusnya memberikan hasil yang baik pula bagi tingkat keberdayaan sosial-ekonomi masyarakat peserta program pengembangan masyarakat. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sejauh mana hubungan Tingkat Partisipasi peserta program posdaya terhadap Keberdayaan yang diterima oleh peserta program.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi peserta program Posdaya.

2. Menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi dan tingkat partisipasi peserta program Posdaya.

3. Menganalisis hubungan tingkat modal sosial (kepercayaan, jaringan) dan tingkat partisipasi peserta program Posdaya.

4. Menganalisa hubungan tingkat Partisipasi dan keberdayaan peserta program Posdaya.

Kegunaan Penelitian

(20)

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran yang dilakukan oleh lembaga pelaksana program dalam aktivitas pengembangan masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan peranan program pengembangan masyarakat.

3. Bagi lembaga pembuat program, sebagai sarana membentuk paradigma baru terhadap apa dan bagaimana seharusnya bentuk program pengembangan yang di desain untuk masyarakat.

(21)
(22)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Pengembangan masyarakat merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kondisi masyarakat pada bidang sosial, politik, kultural, dan ekonomi (Suharto, 2005). Masih menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)

menjangkau sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka

Model Pengembangan Masyarakat

Menurut Rothman (1968) dalam Suharto (2005), terdapat tiga model yang berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1) pengembangan masyarakat lokal (locality development), (2) perencanaan sosial, dan (3) aksi sosial. Paradigma ini merupakan format ideal untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Model-model pengembangan masyarakat tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi. Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada “tujuan proses” (process goal) daripada tujuan hasil (task or product goal).

(23)

formal. Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan.

3) Aksi Sosial, dimana di dalam aksi sosial ditujukan kepada perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, pendistribusian sumber, dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari oleh suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi “korban” ketidakadilan struktur. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses maupun hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan, dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi dan keadilan.

Tabel 1. Model-model pengembangan masyarakat

Parameter Pengembangan Masyarakat Lokal Perencanaan Sosial Aksi Sosial

Orientasi tujuan Kemandirian, integrasi, dan

kemampuan masyarakat ( tujuan proses).

Pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat (tujuan hasil)

Perubahan struktur kekuasaan, lembaga dan sumber (tujuan proses dan tugas.

Asumsi mengenai struktur masyarakat dan kondisi masalah

Keseimbangan, kurang kemampuan dalam relasi dalam pemecahan masalah

Masalah sosial nyata: kemiskinan,

Kepentingan umum atau perbedaan-perbedaan yang dapat diselaraskan

Kepentingan yang dapat diselaraskan atau konflik kepentingan

Konflik kepentingan yang tidak dapat diselaraskan: ketiadaan sumber.

Konsepsi mengenai kepentingan umum

Rasionalist-unitary Idealist-unitary Realist-individualist

Orientasi terhadap struktur kekuasaan

Struktur kekuasaan sebagai kolaborator perwakilan

Struktur kekuasaan sebagai pekerja dan sponsor

Struktur kekuasaan sebagai sasaran aksi, dominasi elit harus dihilangkan.

Sistem klien atau sistem perubahan

Masyarakat secara keseluruhan Seluruh atau

sekelompok masyarakat termasuk masyarakat fungsional

Sebagian atau sekelompok masyarakat tertentu.

Konsepsi mengenai klien atau penerima layanan

Warga masyarakat atau negara Konsumen Korban

Peranan masyarakat Partisipan dalam pemecahan masalah Konsumen atau

penerima layanan

Pelaku, elemen, anggota.

Peranan pekerja sosial Pemungkin, koordinator,

pembimbing

Peneliti, analis, fasilitator, pelaksana program

Aktivis, advokasi: agitator, broker, negosiator.

Media perubahan Mobilisasi kelompok-kelompok kecil Mobilisasi organisasi formal

Mobilisasi organisasi massa dan politik.

Strategi perubahan Pelibatan masyarakat dalam

pemecahan masalah

Penentuan masalah dan keputusan melalui tindakanrasional para ahli

Katalis dan pengorganisasi masyarakat untuk mengubah struktur kekuasaan.

Teknik perubahan Konsensus dan diskusi kelompok

partisipasi, brainstorming, role playing, bimbingan dan penyuluhan

Advokasi, andragogi, perumusan kebijakan, perencanaan program

(24)

Partisipasi

Konsep partisipasi berasal dari bahasa Inggris ”participation” yang berarti turut ambil bagian. Nasdian (2006) mengartikan partisipasi sebagai proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing oleh cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi meliputi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah difikirkan atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain; (2) partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, program yang dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang sesungguhnya dari masyarakat setempat.

Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2010) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut, dilandasi oleh adanya kesadaran yang dimiliki oleh yang bersangkutan mengenai: a) kondisi yang tidak memuaskan, dan harus diperbaiki; b) kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegitatan manusia atau masyarakatnya sendiri; c) kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat dilakukan; d) adanya kepercayaan diri, bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang bersangkutan.

Pembahasan lebih lanjut mengenai partisipasi telah dikemukakan oleh para ahli yang mengklasifikasikan beberapa model partisipasi.

Arnstein (1969) menjelaskan ada delapan tangga partisipasi masyarakat, yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein, yaitu sebagai berikut:

1) Manipulation

Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ’stempel karet’ dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh pihak penguasa.

2) Therapy

Pada tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk

menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya.

3) Informing

(25)

Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitaan, pamflet dan poster.

4) Consultation

Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah merupakan suatu partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga dari seberapa banyak kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan telah merasa memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.

5) Placation

Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga.

6) Partnership

Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

7) Delegated Power

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu, masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar.

8) Citizen Control

(26)

Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat, yaitu: a) Nonparticipation; b) Degree of tokenism, dan c)

Degree of Citizen Power. Tingkat nonparticipation adalah tingkat partisipasi yang bukan dalam arti sesungguhnya. Tingkat ini terdiri dari jenjang terbawah dari tangga tersebut yaitu tingkat pertama (manipulation) dan tingkat kedua (Therapy). Tingkat Tokenism, yaitu tingkat partisipasi yang tidak serius, terdiri tiga jenjang yaitu tingkat ketiga (informing), tingkat keempat (consultation) dan tingkat kelima (placation). Selanjutnya tingkat keenam (partnership), tingkat ketujuh (delegated power) dan tingkat kedelapan (citizen control) masuk dalam tingkatan Degree of Citizen Power, atau tingkat dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel.2 Tangga Partisipasi Arnstein, 1969 Tangga/Tingkatan

Partisipasi

Hakikat Kesertaan Tingkatan Pembagian Kekuasaan

Manipulasi (Manipulation) Permainan oleh Pemerintah

Tidak ada partisipasi (Non-Participant) Terapi (Therapy)

searah/sosialisasi Tokenism/sekedar justifikasi tapi tidak selalu dipakai sarannya Penentraman (Placation)

Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan Kemitraan (Partnership) Timbal-balik

Dinegosiasikan

Tingkatan kekuasaan ada di

Masyarakat

(Degree of Citizen Power)

Pendelegasian Kekuasaan Sumber: Arnstein (1969)

Mardikanto (2010) juga menjelaskan mengenai tahapan atau tipologi partisipasi, seperti digambarkan pada tabel 3.

Tabel.3 Tipologi Partisipasi

No. TIPOLOGI KARAKTERISTIK

1. Partisipasi pasif/manipulative

• Masyarakat diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi

• Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat

• Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional diluar kelompok sasaran

2. Partisipasi informative • Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

(27)

• Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat 3. Partisipasi konsultatif • Masyarakat berpatisipasi dengan cara berkonsultasi

• Orang luar mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya

• Tidak ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama

• Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan

• Masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindak lanjuti

4. Partisipasi insentif • Masyarakat diberikan korbanan/jasanya untuk memperoleh imbalan berupa insentif/upah

• Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran dalam eksperimen yang dilakukan

• Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan

5. Partisipasi fungsional • Masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek

• Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati

• Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandiriannya

6. Partisipasi interaktif • Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukkan atau penguatan kelembagaan

• Cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik

• Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan

7. Self mobilization (mandiri)

• Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem dan nilai-nilai yang mereka miliki

• Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang diperlukan

• Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan

Sumber: Mardikanto (2010)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Syarat Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat

Secara umum suatu rumusan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu:

1. Keadaan sosial masyarakat 2. Kegiatan program pembangunan

3. Keadaan alam sekitar (Sastropoetro, 1988).

(28)

(1) memiliki kemampuan, baik kemampuan material, pemikiran maupun kemampuan untuk bekerjasama; (2) memiliki ambisius mencapai tujuan; (3) memiliki kemauan untuk dapat ikut kegiatan; (4) memiliki kesempatan untuk dapat ikut kegiatan; (5) kondisi mental tertentu, yang dipengaruhi oleh kondisi emosional tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang; (6) memiliki keyakinan dan harapan pada pimpinan; (7) memiliki tujuan yang ingin dicapai dan (8) sifat suka ikut-ikutan.

Slamet (1985) dalam Mardikanto (2010) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan dalam tiga unsur pokok, yaitu:

1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah:

a. Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan pembangunan, sejak di tingkat pusat sampai di jajaran birokrasi yang paling bawah

b. Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan

c. Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan

2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi utamanya ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut:

a. Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan b. Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya c. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

diri

d. Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan

e. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya

3) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya)

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal

(29)

Kondisi sosial Ekonomi Masyarakat dan Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ekonomi masyarakat adalah keadaan struktur sosial-ekonomi masyarakat dalam suatu daerah. Lima parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial-ekonomi masyarakat (Singarimbun dan Efendi 2008) yaitu:

a. Usia

b. Jenis kelamin c. Tingkat pendidikan d. Pekerjaan

e. Tingkat pendapatan

Badan Pusat Statistik (2009) menetapkan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan yakni berdasarkan kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi rumahtangga, sosial dan budaya serta perumahan dan lingkungan.

a. Kesehatan dan gizi

Salah satu aspek penting dalam menilai kesejahteraan adalah dengan melihat kualitas fisik penduduk yang mana dapat dilihat dari derajat kesehatan berupa angka kematian bayi dan angka harapan hidup.

b. Pendidikan

Indikator lainnya adalah rata-rata lamanya sekolah dan banyaknya angka putus sekolah. Secara umum rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka putus sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan baca tulis penduduk dewasa merupakan ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, yang tercermin dari angka melek huruf yaitu persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya.

c. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat, sebagian besar dari mereka utamanya yang telah memasuki usia kerja diharapkan terlibat di lapangan kerja tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian.

d. Taraf dan pola konsumsi rumahtangga

Data pengeluaran sehari-hari dapat mengungkapkan tentang pola konsumsi rumahtangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran makanan dan non makanan. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran untuk makan bergeser ke pengeluaran non makanan.

(30)

e. Perumahan dan Lingkungan

Rumahtangga dengan jenis lantai menggunakan keramik atau marmer mempunyai tingkat kesejahteraan lebih baik dari pada rumahtangga yang mempergunakan jenis lantai semen, ubin, atau tanah. Jenis lantai ini juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keluarga.

Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan) karena luas lantai dapat menunjukkan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Ukuran rumah yang relatif sempit yaitu kurang dari 10 m2 peranggota rumahtangga.

Rumah dapat dijadikan indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, maka secara tidak langsung dapat diasumsikan bahwa semakin sejahtera rumahtangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan antara lain dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar rumahtangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir.

Indikator kualitas perumahan yang lain adalah rumah tinggal dengan atap layak (tidak beratap dedaunan) dan berdinding permanen.

Modal Sosial

Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan melalui hubungan sosial. Dalam pendekatan ini, modal dipandang sebagai aset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin, 2004). Definisi lain modal sosial adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dan Cullen, 2000 dalam Nasdian 2006). Sementara menurut Ife dan Tesoriero (2008), modal sosial dapat dilihat sebagai sebuah ‘perekat’ yang menyatukan masyarakat – hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas sosial dan komunitas.

Ridell (1997) dalam Suharto (2005), menjabarkan terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepercayaan

(31)

baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam, 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.

2. Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama. Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

3. Jaringan

Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995) mengemukakan argumennya bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.

Partisipasi mensyaratkan terjadinya suatu pemberdayaan masyarakat, sehingga ketika masyarakat berusaha meningkatkan partisipasinya dalam suatu program pengembangan masyarakat, semakin besar pula kemungkinan masyarakat tersebut untuk memperoleh keberdayaan (Usman, 2003)

Pemberdayaan

Menurut Ife (1995), pemberdayaan berarti ”providing people with the resource, opportunities, knowledge, and skills toincrease their capacity to determine their own future, and to participate in and affect life of their community”. Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Implikasinya, pemberdayaan merupakan proses pengubahan hubungan subyek (penguasa)-obyek (yang dikuasai) antara pihak luar dengan masyarakat menjadi hubungan subyek-subyek. Dengan demikian, pemberdayaan merupakan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah (Pranarka dan Molejarto 1996).

(32)

yang diperlukan guna memperbaiki mutu hidupnya (baik secara individual, kelompok dan massyarakat dalam arti luas).

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Suharto, 2005).

Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Keberdayaan Masyarakat

Program pengembangan masyarakat yang baik akan memberi hasil yang positif pula. Kegiatan-kegiatan dalam program pengembangan masyarakat memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, baik untuk pelaksana program itu sendiri maupun untuk masyarakat yang menjadi sasaran programnya. Dalam praktiknya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu program, salah satunya adalah partisipasi dari masyarakat dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Partisipasi yang baik seharusnya memberikan hasil yang baik pula bagi tingkat keberdayaan sosial-ekonomi masyarakat peserta program pengembangan masyarakat

Menurut Kieffer (1981) dalam Suharto (2005), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

a) Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

b) Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

c) Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan dengan’ (power with). Indikator keberdayaan ekonomi masyarakat antara lain:

(33)

2. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Menurut indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

Tabel 4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Jenis Hubungan

Kekuasaan di dalam: meningkatkan kesadaran dan keinginan untuk

berubah

•Evaluasi positif terhadap kontribusi sumber yang ada pada rumah tangga

dan masyarakat

• Kepercayaan diri dan kebahagiaan

• Keinginan memiliki kesejahteraan yang

setara

• Keinginan membuat keputusan mengenai diri dan orang lain

• Keinginan untuk mengontrol jumlah

anak

Assertiveness dan otonomi

• Keinginan untuk menghadapi

• Keinginan terlibat dalam proses-proses budaya, hukum, dan

politik. Kekuasaan untuk :

Meningkatkan

•Akses terhadap pelayanan keuangan mikro

•Akses terhadap pendapatan

•Akses terhadap aset-aset produktif

dan kepemilikan rumah tangga

•Akses terhadap pasar

•Penurunan beban dalam pekerjaan

• Status kesehatan dan gizi

• Kesadaran mengenai dan akses terhadap pelayanan kesehatan

reproduksi

• Ketersediaan pelayanan kesejahteraan publik

• Mobilitas dan akses terhadap dunia di luar

rumah

• Pengetahuan mengenai proses hukum, politik dan

kebudayaan

• Kemampuan menghilangkan hambatan formal yang

merintangi akses terhadap proses hukum, politik, dan

kebudayaan

Kekuasaan atas : Perubahan pada

• Kontrol atas ukuran konsumsi keluarga

dan aspek bernilai lainnya dari

pembuatan

• Aksi individu dalam menghadapi dan mengubah persepsi budaya kapasitas dan

(34)

tangga, masyarakat, atas aset produktif

dan kepemilikan keluarga

• Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga

•Tindakan individu menghadapi diskriminasi atas

akses terhadap sumber dan pasar

keputusan keluarga berencana

• Aksi individu untuk mempertahankan diri dari kekerasan

keluarga dan masyarakat

tingkat keluarga dan masyarakat

• Keterlibatan individu dan pengambilan peran dalam proses budaya, hukum, dan

politik

Kekuasaan dengan: Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk menghadapi

•Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama dalam pekerjaan publik

dan modern

•Mampu memberi gaji terhadap orang

lain

•Tindakan bersama menghadapi diskriminasi pada

akses terhadap sumber (termasuk hak atas

tanah), pasar dan diskriminasi gender pada konteks ekonomi

makro

• Penghargaan tinggi terhadap dan

peningkatan pengeluaran untuk

anggota keluarga.

• Tindakan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan publik

• Peningkatan jaringan untuk memp[eroleh dukungan pada saat

krisis.

• Tindakan bersama untuk membela orang

lain menghadapi perlakuan salah dalam

keluarga dan masyarakat.

• Partisipasi dalam gerakan-gerakan

menghadapi subordinasi gender yang bersifat kultural,

politis, hukum pada tingkat masyarakat

dan makro

Sumber: Soeharto (2006)

Kerangka Pemikiran

(35)

ekonomi didasarkan pada: a) Usia; b) Jenis kelamin; c) Tingkat pendidikan; d) Pekerjaan; e) Tingkat pendapatan; f) Kesehatan; h) status perkawinan; g) Jenis Usaha dan tingkat modal sosial didasarkan: a) Tingkat Kepercayaan peserta program posdaya b) Tingkat Jaringan pada peserta program posdaya. Kemudian selanjutnya akan dilihat hubungan antara tingkat partisipasi peserta program dalam program pengembangan masyarakat dengan manfaat yang diterima. Indikator yang digunakan untuk mengukur manfaat yang diterima peserta yaitu peningkatan keberdayaan peserta program.

Gambar 1. KerangkaPemikiran Analisis Hubungan Modal Sosial Terhadap Partisipasi Peserta program dalam Program Posdaya

Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya: 1. Kondisi sosial ekonomi memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi peserta Program Posdaya

2’ Tingkat Kepercayaan peserta program memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi peserta program dalam Program Posdaya

3. Jaringan yang dimiliki peserta program memliki hubungan dengan tingkat partisipasi peserta program dalam Program Posdaya

Keterangan:

Memiliki Hubungan Modal Sosial (Ridell,1997)

Tingkat Kepercayaan peserta program posdaya

-Tingkat Jaringan peserta program posdaya

Kondisi Sosial Ekonomi (Singarimbun dan Efendi,2008)

-Umur -Jenis Kelamin -Tingkat Pendidikan

- Jenis Pekerjaan - Tingkat Pendapatan

-Status Pernikahan

Keberdayaan Peserta Program (Suharto,2006)

1) Tingkat Keberdayaan ekonomi

2) Tingkat Kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan

7) Delegated Power

8) Citizen Control Tingkat partisipasi

(36)

4. Tingkat Partisipasi peserta program memiliki hubungan dengan keberdayaan peserta program Posdaya.

Definisi Operasional

1. Program Posdaya adalah seluruh program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan di Desa Cikarawang dari saat terbentuknya posdaya hingga saat penelitian ini dilaksanakan, yaitu:

a) Kesehatan b) Pendidikan c) Lingkungan d) Ekonomi

2. Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Pengukuran data secara ordinal yang dibagi ke dalam kategori: (1) Masa awal dewasa (18-30 tahun) ; (2) Masa usia pertengahan (31-55 Tahun) ; dan (3) Masa tua ((31-55 ke atas) =.

3. Jenis Kelamin adalah sifat fisik responden sebagaimana tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki responden, yang dibedakan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Pengukuran data secara nominal dengan menggunakan kode untuk masing-masing jenis kelamin, yaitu Laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 2.

4. Tingkat Pendidikan adalah jenis pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden, diukur secara ordinal yang dibedakan ke dalam tiga kategori: (1) Rendah, jika tidak tamat dan tamat SD dan sederajat; (2) Sedang, jika menempuh pendidikan SLTP; (3) Tinggi, jika menempuh pendidikan SMA/MA dan pernah menempuh pendidikan di Akademi/Perguruan Tinggi.

5. Pekerjaan adalah sumber nafkah yang menjadi mata pencaharian responden sebagai jalan untuk memperoleh uang dan barang. Pengukuran data secara nominal yang dibagi kedalam kategori 1) Petani 2) Pedagang 3) Karyawan 4) Wiraswasta/lainnya..

6. Tingkat Pendapatan adalah hasil kerja berupa uang yang diterima responden ditambah pendapatan rumah tangga atas pekerjaan utamanya setiap bulan ( menggunakan standar garis kemiskinan Bank Dunia ). Pengukuran data secara ordinal yang dibagi ke dalam tiga kategori: (1) Rendah, jika pendapatan sebesar Rp. 600. 000,- s.d Rp. 1.000.000,- ; (2) Sedang, jika Rp. 1.100.000,- s.d Rp. 2.000.000,- ; dan (3) Tinggi, jika > Rp. 2.000.000,-

7. Status Pernikahan adalah identitas pernikahan individu yang menjadi responden saat diwawancarai. Pengukuran data secara nominal dengan memberi kode untuk membedakan masing-masing status, yaitu Menikah = 1 ; Belum Menikah = 2 ; Cerai ( janda/duda)

8. Modal Sosial adalah bentuk jaringan kerja sosial dan ekonomi di masyarakat yang terjadi antar individu dan kelompok baik formal maupun informal yang bermanfaat dan menguntungkan. Besarnya modal sosial dalam penelitian ini, diukur melalui 2 indikator, yaitu kepercayaan dan jaringan.

a. Tingkat Kepercayaan (trust) peserta program posdaya adalah perasaan tanpa saling curiga, baik dengan pendamping maupun sesama peserta program, cenderung saling ingin memajukan diantara peserta program posdaya. Pengukurannya didasarkan pada pernyatan tertutup dimana responden hanya bisa menjawab “Sangat Setuju”; “Setuju”, “Ragu-Ragu”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”

(37)

2=Tidak Setuju 1= Sangat Tidak Setuju

Skor minimum untuk tingkat kepercayaan individu adalah 1x10 = 10 dan skor maksimumnya adalah 5x10 = 50. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (50-10)/3 = 13,3. Dengan demikian dapat diketahui derajat modal sosial untuk tingkat kepercayaan responden adalah:

Skor: 10-23,3 = Rendah 23,4-36,6 = Sedang 36,7-50 = Tinggi

b. Kuat Jaringan (networking) peserta program posdaya adalah interaksi dan relasi individu (peserta program) dengan individu lain dalam komunitas atau dengan individu di luar komunitas (pasar, pemodal). Pengukurannya didasarkan pada pernyataan tertutup.

Nilai: 3= jika jawaban C 2 = jika jawaban B 1 =jika jawaban A Skor minimum untuk kuat jaringan adalah 1x10 =10 dan skor maksimumnya adalah 3x10 = 30. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (30-10)/3 = 6,7. Dengan demikian dapat diketahui derajat modal sosial untuk kuat jaringan mitra dampingan adalah:

Skor: 10-16,6 = Rendah 16,7-23,3 = Sedang 23,4-30 = Tinggi

9. Tingkat Partisipasi adalah keikutsertaan yang tinggi (keterlibatan langsung semua anggota program posdaya, memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam hasil maupaun evaluasi, yang dicapai peserta program dalam delapan derajat partisipasi Arnstein. Delapan tangga Partisipasi Arnstein tersebut pengukurannya didasarkan pada pernyataan tertutup pilihan ganda:

Nilai: 1= Jawaban A 2= Jawaban B 3= Jawaban C 4= Jawaban D 5= Jawaban E 6= Jawaban F 7= Jawaban G 8= Jawaban H

Skor minimum bagi setiap individu adalah 4. Adapun skor maksimum bagi setiap individu adalah 32. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (32-4)/3 = 9,3. Dengan demikian dapat diketahui derajat partisipasi responden adalah: Skor: 4-13,3 = Rendah 13,4-22,6 = Sedang 22,7-32 = Tinggi

Dengan demikian dapat diketahui derajat tingkat partisipasi individu adalah:

1. Manipulation=1

2. Therapy= 2

3. Informing = 3

4. Consultation= 4 5. Placation= 5 6. Patnership= 6 7. Delegation Power=7 8. Citizen Power= 8

Tingkat partisipasi Arstein disederhanakan menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Non-partisipasi (tangga 1 dan 2); (2) tokenisme (tangga 3-5); dan (3)

(38)

10.Kemampuan Mengakses Manfaat Kesejahteraan, adalah kemampuan masyarakat mengembangkan peranan dan fungsi serta akses terhadap suatu sumberdaya, memiliki kontrol terhadap pengambilan keputusan, sehingga mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya . Pengukurannya didasarkan pada pernyataan tertutup, dimana responden hanya bisa menjawab “Sangat Setuju”; “ Setuju”; “Ragu-Ragu”; “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju”

Nilai: 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Ragu-Ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju

Skor minimum adalah 1x13 = 13 dan skor maksimumnya adalah 5x13 = 65. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (65-13)/3 = 17,3. Dengan demikian dapat diketahui tingkat keberdayan ekonomi mayarakat adalah:

Skor: 13-30,3 = Rendah 30,4-47,6 = Sedang 47,7-65 = Tinggi

11.Kemampuan Ekonomi, adalah kemampuan masyarakat mengembangkan peranan dan fungsi serta akses terhadap suatu sumberdaya Ekonomi, memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, sehingga mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya. Pengukurannya didasarkan pada pernyataan tertutup, dimana responden hanya bisa menjawab “Sangat Setuju”; “ Setuju”; “Ragu-Ragu”; “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju”

Nilai: 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Ragu-Ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju

Skor minimum adalah 1x13 = 13 dan skor maksimumnya adalah 5x13 = 65. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (65-13)/3 = 17,3. Dengan demikian dapat diketahui tingkat keberdayan ekonomi mayarakat adalah:

(39)

PENDEKATAN LAPANGAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun, 2008). Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui pendekatan lapang secara langsung. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan dan observasi. Satuan unit analisis responden untuk data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan rumah tangga.

Lokasi Dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Cikarawang termasuk kedalam kawasan pelaksanaan Program Posdaya IPB.

Teknik Sampling

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh warga peserta program Posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sebanyak 120 orang. Unit analisanya adalah individu. Pemilihan sampel dilakukan melalui teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Dari total 120 peserta program diambil 50 sampel. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Terdapat sebanyak 4 informan, yaitu: AB (ketua Gapoktan Hurip), N (ketua KWT Melati), NP (Tokoh Masyarakat), NA (Ketua Posdaya Mandiri Terpadu). Sementara untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi, serta wawancara mendalam. Wawancara mendalam diarahkan dengan panduan pertanyaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari wawancara kuesioner, wawancara mendalam, serta observasi langsung. Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kebijakan, program serta kegiatan pengembangan masyarakat, data demografi penduduk, juga data-data lain yang diperlukan terkait dengan topik penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

(40)
(41)
(42)

GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG

Letak dan Keadaan Fisik

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Letak Desa Cikarawang tidak terlalu terpencil karena hanya berjarak 10 km dari kota kecamatan dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum. Desa Cikarawang relatif lebih dekat dengan Kota Bogor dibanding Kabupaten Bogor, karena merupakan desa perbatasan dengan Kota Bogor. Jarak ke ibukota kabupaten kurang lebih 40 km dan harus ditempuh selama 1-2 jam. Desa Cikarawang terdiri dari 3 dusun, salah satunya adalah Dusun Cangkrang yang memiliki permasalahan dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Dusun Cangkrang termasuk dalam wilayah RW 01 Desa Cikarawang dan mempunyai 5 RT, dimana RT 1 dan 2 terletak di sepanjang aliran irigasi teknis sehingga dekat dengan lahan pertanian sedangkan RT 3 – 5 di bagian lain yang dipisahkan dengan RT 1 dan 2 oleh jalan raya.

Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus di sebelah Barat. Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah sebesar 300 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu rata-rata yaitu berkisar antara 250-300 C. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194,6 hektar atau lebih kurang 73 % dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18,2 hektar (6,9 %) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3 %). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37,9 hektar (14,4 %) dan 4,3 hektar (2,7 %) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Dengan lahan untuk pertanian seluas 194,6 hektar,

Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar. Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani Cikarawang adalah ubi jalar dan kacang tanah.

Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

(43)

   

Jaya(lihat tabel 6). Secara lengkap Tabel 5 menyajikan berbagai jenis profesi penduduk Desa Cikarawang.

Tabel 5. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang 2010

No. Mata Pencaharian Persentase

1. Petani dan Buruh Tani 35,9 2. Pembantu Rumah Tangga 20,1

3. Karyawan Swasta 14,8

4. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 14,1

5. PNS 11,7

6. Lain-lain 3,4

Jumlah 100,0

Sumber: Data potensi Desa Cikarawang 2010

Desa Cikarawang memiliki empat kelompok tani yang secara jelas disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Kelompok Tani di Desa Cikarawang 2010

No. Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota 1 Kelompok Tani Hurip 125 Orang 2 Kelompok Tani Mekar 100 Orang 3 Kelompok Tani Setia 100 Orang 4 Kelompok Tani Subur Jaya 100 Orang

Sumber:Data potensi Desa Cikarawang 2010

Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya Mandiri Terpadu)

Sejak tahun 2007 P2SDM LPPM IPB telah mengembangkan posdaya di kota dan Kabupaten Bogor. Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah upaya pemberdayaan masyarakat dengan menghidupkan modal sosial kegotongroyongan pemberdayaan dan kemandirian di masyarakat. Posdaya bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui empat bidang utama kegiatan, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Kewirausahaan dan Lingkungan. Bentuk kerjasama kemitraan untuk pengembangan masyarakat. Pada tahun 2009, P2SDM LPPM IPB bekerjasama denagan PT. AkzoNobel Car Refinishes Indonesia (ANCRI) melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui posdaya di Desa Cikarawang berbasis kelompok tani. Kelompok tani dianggap memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk memberdayakan masyarakat di Desa Cikarawang. Kelompok tani menjadi wadah bagi para petani untuk belajar, berdiskusi, bertukar pengalaman dan untuk menyalurkan aspirasi para petani.

(44)

Mandiri Terpadu berasal dari keswadayaan anggota-anggota dan bantuan donatur-donatur. Unsur kepengurusan Posdaya Mandiri Terpadu meliputi Koordinator Umum, Sekretaris dan Bendahara. Dikarenakan cakupan wilayah kegiatan yang luas, maka koordinator umum dibantu oleh koordinator dari masing-masing dusun. Koordiantor Dusun dibantu oleh 4 orang koordinator bidang yang menjadi fokus kegiatan Posdaya. Adapun beberapa kegiatan Posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang yaitu, Intensifikasi Pertanian ubi jalar, pengembangan varietas unggul, pengembangan alat pengupas ubi jalar, pengembangan pertanian organik ubi jalar dan pembentukan koperasi.

Selain itu, terdapat beberapa program lain yang termasuk dalam empat bidang utama program Posdaya, diantaranya 1) bidang Kesehatan yaitu pelatihan kader Posyandu dan Posbindu Lansia, 2) bidang Pendidikan yaitu pelatihan guru PAUD, Asosiasi PAUD Cikarawang, APE, Pembinaan Remaja dan Perpustakaan Warga, 3) bidang Lingkungan yaitu saung Posdaya, lanjutan komposting, pelatihan pengolahan sampah plastik, komposting skala RT, Gerakan Lingkungan Sehat, Kebun Bergizi, pengembangan pertanian organik dan TOGA, 4) bidang Ekonomi yaitu pembinaan potensi kerajinan dan usaha ekonomi mikro, pengembangan koperasi dan pertanian, peternakan, dan perikanan.

Berdasarkan proses terbentuknya Posdaya Mandiri Terpadu dan program-program yang dilaksanakan, model pengembangan masyarakat yang digunakan lebih cenderung kepada model perencanaan sosial. Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu. Perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas” (task goal) daripada ”tujuan proses”. Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups) atau kelompok rawan sosial ekonomi. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka sebagai “konsumen” atau “penerima pelayanan”. Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal. Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan

Profil Progam-Program Posdaya Mandiri Terpadu

Pengembangan Jambu Kristal

Gambar

GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG
Tabel 16. Tabulasi Silang Tingkat Partisipasi Terhadap Tingkat
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Hubungan Modal Sosial
Tabel 1. Model-model pengembangan masyarakat
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil proses data mining menunjukkan bahwa secara umum tanpa memandang merek kendaraan bermotor, konsumen yang bersifat setia dengan jenis Undevided Brand Loyalty

Dengan melihat nilai rata-rata kelas kontrol dan eksperimen dari 79.84375 menjadi 90.46875, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Reciprocal Teaching

Menurut Sutrisno (2010), kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas, hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN HAKIM MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ) MAHASISWA NASIONAL XV TAHUN 2017 DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TENTANG

Hasil kajian struktur interaksi terhadap karakteristik agronomi hasil, berat tongkol, kadar air panen, dan usia masak fisiologis menunjukkan klasifikasi genotipe stabil dan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan aplikasi mahasiswa IPB, mendapatkan padanan aplikasi serupa yang dapat berfungsi pada sistem operasi GNU/Linux, dan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan media pembelajaran biologi berbasis Adobe Flash Cs4 pada materi pokok avertebrata untuk siswa kelas X SMA/MA, (2)

Berdasarkan observasi awal di SMAN 11 Muaro Jambi pada 13 April 2019 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika sulit diterima oleh siswa disebabkan kurangnya