ANALISIS PRODUKSI PETERNAKAN SAPI
DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN DELI SERDANG
Bahar Arif Lubis*, Rahmanta**, Supriadi**
*Alumnus S2 PWD USU **Dosen SPs USU
Abstract: The objective of the research was to analyze some factors of the
production of beef cows in Deli Serdang District which had positive influence on production, to examine the business scale and the efficiency of using the input of production, and to analyze the influence of beef cow production on regional development related to the increase of income, the use of manpower, and regional development of Deli Serdang District. The data were analyzed by using regression test with Cobb-Douglas function analysis.The result of the analysis on some factors of dependent production, it was found that capital for cowsheds, manpower, green food, and cattle scale had significant influence on beef cow production, while all kinds of medicines did not have any significant influence on beef cow production. The result of return to scale test showed that business scale increased. The result of business efficiency showed that capital for cowsheds, all kinds of medicines, and cattle scale were not efficient, and manpower as well as green food was also not efficient. Concerning business development, the average population of beef cows increased from 2.8 in 2009 to 5.5 in 2013, and the income obtained from the cattle increased from Rp.382,755 in 2009 to Rp.680,520 in 2013. The continuous increase in beef cow business would influence economy and regional development in Deli Serdang District.
Abstrak: : Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menganalisis beberapa factor produksi sapi potong di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki pengaruh positif pada produksi, untuk menguji skala usaha dan efisiensi penggunaan input produksi, dan untuk menganalisis pengaruh produks sapi potong pada pembangunan daerah terkait dengan peningkatan pendapatan, penggunaan tenaga kerja, dan pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi dengan analisis fungsi Cobb-Douglas. Hasil analisis pada beberapa faktor-faktor produksi tergantung, ditemukan bahwa modal untuk kandang sapi, tenaga kerja, makanan hijau, dan skala ternak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi daging sapisapi, sementara semua jenis obat-obatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daging sapi produksi. Hasil kembali ketes skala menunjukkan bahwa skala usaha meningkat. Hasil efisiensi usaha menunjukkan bahwa modal untuk kandang sapi, semua jenis obat-obatan, dan ternak skala yang tidak efisien, dan tenaga kerja serta makanan hijau juga tidak efisien. Mengenai pengembangan usaha, rata-rata penduduk sapi meningkat dari 2,8 pada 2009 menjadi 5,5 dalam 2013, dan pendapatan yang diperoleh dari sapi meningkat dari Rp.382,755 pada tahun 2009 menjadi Rp.680,520 pada 2013 Peningkatan berkelanjutan dalam bisnis daging sapi akan mempengaruhi ekonomi dan pembangunan daerah di Kabupaten Deli Serdang..
Kata Kunci: peternakan sapi dan pengembangan wilayah
PENDAHULUAN
Pembangunan sub sektor peternakan memiliki peran yang cukup strategis terutama kontribusinya terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja, penyedia
semakin bertambah pula. Kebutuhan konsumsi daging dari tahun ke tahun terus meningkat sementara hewan ternak yang dikembangkan para petani sampai saat ini pola pemeliharaannya masih banyak yang tradisional dan perkembangan populasi ternak dinilai melamban.Hal ini tentunya berakibat terhadap ketersediaan daging ternak.
Dalam kerangka pembangunan ekonomi wilayah, terlihat bahwa peran sub sektor peternakan sangat strategis dan memiliki kaitan kuat dari hulu maupun hilir dibandingkan dengan sektor lainnya.Peran strategis tersebut perlu dioptimalkan sejalan dengan strategi pemerintah membangun 6 (enam) Koridor Pembangunan Ekonomi Indonesia (KPEI).Peran strategis tersebut harus dipahami oleh aparat perencana, agar produk perencana dapat akomodatif terhadap kebutuhan daerah dan aspirasi masyarakat.
Secara makro, sasaran pembangunan sub sektor peternakan Direktorat Jenderal PKH tahun 2012 menargetkan pertumbuhan PDB sebesar RP 35,2 trilyun, penyerapan tenaga kerja 3,44 juta orang atau penambahan tenaga kerja yang diserap sebanyak 128,87 ribu orang. Sedangkan sasaran teknis yang mencakup produksi dan pertumbuhan populasi komoditas utama peternakan pada tahun 2012 dari 10 komoditas ternak, target peningkatan pertumbuhan populasi tertinggi adalah ternak sapi perah sebesar 6,40% disusul ternak sapi potong sebesar 5,73%, ternak domba sebesar 5,07%, dan peningkatan pertumbuhan populasi terendah adalah komodi atas ternak kerbau yang hanya sebesar 1,02%. Ternak sapi potong diharapkan menjadi penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia karena dari perhitungan jumlah populasi ternak dikali dengan bobot ternak maka total produktivitas tertinggi terdapat pada ternak sapi potong, sehingga wajar apabila perhatian pemerintah dalam mengejar swasembada daging tertuju pada upaya pengembangan ternak sapi potong.
Kementerian Pertanian Indonesia melalui Direktorat Jenderal PKH mencanangkan program PSDSK ( Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau ). Sebelumnya, program ini dicanangkan
untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014.
Beberapa strategi yang ditempuh Direktorat Jenderal PKH untuk pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau tahun 2010-2014 adalah :
1. Memperlancar arus produk peternakan
melalui peningkatan efisiensi distribusi.
2. Meningkatkan daya saing produk
peternakan dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
3. Memperkuat regulasi untuk melindungi
peternak dalam negeri.
4. Meningkatkan koordinasi dan
kerjasama antar sektor terkait serta
networking antar daerah.
5. Meningkatkan promosi produk
peternakan untuk ekspor.
Menurut Yasin (2013), jika Indonesia akan berswasembada daging, berarti sekitar 90% kebutuhan daging harus dipasok dari ternak potong dalam negeri secara berkesinambungan, sedang sisanya dapat diimpor. Namun dibalik rencana terlaksananya swasembada daging ditahun 2014, ada beberapa tantangan yang dihadapi, baik bersifat internal maupun eksternal. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah sikap skeptis dan pesimis dari beberapa kalangan baik dari pelaku usaha maupun akademisi, bahwa Indonesia tidak mungkin mencapai swasembada daging sapi.
Capaian target swasembada daging Tahun 2014 sangat tergantung pada kesuksesan industri pembibitan sapi, industri feedlot dan penggemukan, industri rumah potong hewan serta industri pengolahan berbasis daging sapi. Tantangan nyata yang sekarang dihadapi meliputi ketersediaan pakan, budidaya ternak, pemasaran, distribusi dan transportasi.
sulit menggunakannya sebagai acuan untuk mengetahui jumlah dan karakteristik ternak yang sebenarnya.
Berdasarkan data sensus ternak sapi dan kerbau di Provinsi Sumatera Utara, diperoleh jumlah populasi sapi potong sebanyak 541.698 ekor dengan jumlah peternak sebanyak 113.806 rumahtangga. Data tersebut menunjukkan populasi ternak terbesar berada di Kabupaten Langkat dengan jumlah ternak 139.457 ekor, disusul Kabupaten Simalungun dengan jumlah populasi 98.335 ekor, kemudian Kabupaten Asahan dan Deli Serdang masing-masing sebesar 67.633 ekor dan 60.278 ekor.
Kabupaten Deli Serdang merupakan penghasil ternak sapi potong terbesar nomor 4 (empat) di Provinsi Sumatera Utara, menjadikan daerah ini sebagai salah satu harapan pemerintah dalam upaya mendukung program-program peningkatan percepatan swasembada daging tahun 2014 melalui peternakan sapi potong. Berdasarkan data PDRB BPS Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011, laju pertumbuhan ternak sapi di Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 6,74% masih lebih tinggi dari target nasional yang ditetapkan dirjen PKH yakni sebesar 5,73%.
Populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang tersebar di seluruh kecamatan. Jumlah ternak sapi potong terbanyak berada di Kecamatan Hamparan Perak dengan jumlah 14.591 ekor atau sekitar 24,21%, kemudian Kecamatan STM Hilir sebanyak 7.032 ekor atau 11,67% sedangkan di Kecamatan lainnya jumlah ternak sapi bervariasi dan populasinya di bawah 10%.
Dari data PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011, sumbangan untuk sektor pertanian hanya sebesar 16,44%, dan salah satunya diperoleh dari sub sektor peternakan yang hanya menyumbang 0,76% dari total PDRB Kabupaten Deli Serdang atau sebesar Rp. 229,38 Milyar, dari total PDRB Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah Rp 45.125,83 Milyar.
Walaupun populasi ternak sapi Kabupaten Deli Serdang berada pada urutan ke 4 (empat) di Sumatera Utara, tetapi nyatanya sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang hanya sebesar 0,76% sementara pada kenyataannya usaha ini telah banyak menyerap tenaga kerja.
Oleh karena itu, apabila usaha peternakan ini dapat ditingkatkan lebih baik lagi, maka selain potensinya yang cukup besar ini masih dapat dikembangkan, juga tenaga kerja yang diserap akan lebih banyak lagi sehingga mendorong pengembangan potensi wilayah di Kabupaten Deli Serdang sebagai akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sub sektor peternakan sapi.
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor produksi
yang berpengaruh positif terhadap produksi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang.
2. Menganalisis keadaan skala usaha
ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang.
3. Menganalisis efisiensi penggunaan
input usaha ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang.
4. Menganalisis produksi ternak sapi
potong dalam pengembangan wilayah dilihat dari peningkatan pendapatan peternak, peningkatan tenaga kerja, peningkatan produksi pakan, peningkatan permintaan obat di Kabupaten Deli Serdang.
METODE
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di wilayahKabupaten Deli Serdang, populasi peternak sapi potong diambil dari data hasil pendataan sensus ternak PSPK BPS Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data tersebut, maka ternak sapi jenis Ongole/PO merupakan populasi terbesar dengan jumlah 31.417 ekor atau sekitar 52% dari populasi ternak yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya dipilih 3 kecamatan yang paling banyak memelihara ternak sapi jenis Ongole/PO yang dianggap dapat mewakili daerah penelitian dengan total rumah tangga sampel peternak mencapai 61,3% dari jumlah peternak sapi potong jenis Ongole/PO yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Teknik Analisis Data
dengan menggunakan alat regresi linear berganda dari rumus Cobb-Douglas yang dilakukan pengujian dengan uji asumsi klasik antara lain uji Homokedastisitas, uji autokorelasi, uji Normalitas dan uji Multikolinearitas. 2) Pengujian keadaan skala usaha. 3). Pengujian Efisiensi Penggunaan Input dan 4). Analisis produksi ternak dalam pengembangan wilayah melalui uji beda terhadap peningkatan jumlah ternak, peningkatan produksi ternak dan peningkatan pendapatan peternak yang dibandingkan antar periode. .
HASIL
Kabupaten Deli Serdang merupakan wilayah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara, secara
geografis terletak pada 02o60’ Lintang
Utara, dan 03o16’ Lintang Selatan dan98o
33’ - 99o 27’ Bujur Timur, dengan
ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut.Suhu udara rata-rata 22,5o C hingga 31,5o C, serta curah hujan rata-rata 218 mm/tahun. Kabupaten Deli Serdang sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 2.497,75 km2 yang tersebar di 22 Kecamatan serta membawahi 380 Desa dan 14 Kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya berada di Kecamatan Hamparan Perak dengan luas
230,15km2 diikuti dengan Kecamatan STM
Hulu dengan luas 223,38 km2sedangkan
kecamatan yang terkecil wilayahnya berada di Kecamatan Deli Tua dengan luas hanya sebesar 9,36 km2 atau 0,37 persen dari luas kabupaten.
Penduduk Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 berjumlah 1.807.173 jiwa dengan kepadatan 724 jiwa per km2. Jumlah rumah tangga sebanyak 426.634 yang berarti bahwa setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 4-5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari hasil sensus Tahun 2000 ke sensus Tahun 2010 adalah sebesar 2,62 persen rata-rata pertahun.
Sebaran penduduk di Kabupaten Deli Serdang terlihat tidak merata dan
penduduk yang paling banyak terdapat di kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah 388.324 jiwa atau 21,49 persen dari total penduduk Deli Serdang dengan kepadatan
2.035 jiwa/km2 . Penduduk yang paling
sedikit jumlahnya berada di kecamatan Gunung Meriah dengan jumlah penduduk sebanyak 2.508 jiwa atau 0,14 persen dari penduduk Deli Serdang dengan kepadatan
33 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang
paling banyak berada di kecamatan Deli Tua dengan kepadatan 6.538 jiwa/km2.
Luas lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang sekitar 214.797 hektar. Ini menggambarkan bahwa ± 86% wilayah Kabupaten Deli Serdang meruPakan Hijau lahan pertanian yang didalamnya termasuk lahan sawah dan bukan lahan sawah yaitu tanaman holtikultura, perkebunan, tegal, ladang, tambak, kolam, padang penggembalaan dan lain-lain. Luas lahan sawah sekitar 43.106 hektar atau ±17% dari wilayah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari sawah irigasi dan bukan sawah irigasi. Mata pencaharian penduduk paling besar berada pada sektor pertanian yakni sekitar 35%.Sampai saat ini wilayah Kabupaten Deli Serdang masih menjadi andalan di Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah lumbung beras dan masih berswasembada beras.
Selain lahan pertanian, lahan perkebunan di Kabupaten Deli Serdang juga memiliki potensi yang tercatat terus mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari terus bertambahnya luas area perkebunan rakyat dan semakin besarnya animo masyarakat untuk berkebun. Lahan perkebunan pemerintah seperti PTPN ada juga yang dimanfaatkan peternak untuk menggembalakan ternak sapi oleh masyarakat.
Pada sub sektor peternakan, terjadi peningkatan populasi ternak dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan terutama pada ternak sapi potong yang didukung dengan program pemberian kawin suntik/Inseminasi Buatan dan adanya
kegiatan/program pencegahan dan
pengobatan penyakit pada ternak.
ProfilPeternak Sapi Potong
perempuan, hal ini dapat dimaklumi bahwa karena peternakan sapi potong ini masih bersifat sederhana dan pemilik juga sekaligus pengelola sehingga beternak meruPakan Hijau pekerjaan fisik yang lebih sesuai dikerjakan oleh kaum laki-laki.
Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara ≤ 30 tahun hingga ≥ 60 tahun, umur < 30 tahun sebanyak 2 responden (2,04%). Umur responden yang paling dominan berkisar 41-50 tahun sebanyak 39 responden (39,80%), umur 30-40 tahun sebanyak 24 responden (24,49%). Pada penelitian ini juga di jumpairesponden dengan usia > 60 tahun sebanyak 10 responden (10,20%).
Dilihat dari segi umur peternak, secara umum dapat dilihat bahwa umur responden sebagian besar masih berada pada usia produktif. Usia produktif ditandai dengan cukup matang dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan, serta lebih efektif dalam
mengelolah usaha Peternakannya.
Pertimbangan usia juga akan memberi pengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk mengadopsi perubahan-perubahan seperti mengadopsi teknologi dan perubahan-perubahan untuk pengembangan usaha ke arah yang lebih baik.
Pendidikan formal sangat mempengaruhi adopsi teknologi dan perubahan kedepan.Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula dalam menerima suatu informasi. Pendidikan formal responden penelitian adalah : Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak 33 responden (33,67%), pendidikan SLTP/sederajat sebanyak 22 responden (22,45%), Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yang paling dominan sebanyak42 responden (42,86%). Responden dengan tingkat pendidikan Sarjana hanya sebanyak 1 responden (1,02%).
Jumlah tanggungan keluarga responden antara 1-2 jiwa sebanyak 34 responden (34,69%), tanggungan antara 3-4 jiwa sebanyak 45 responden (45,92%), tanggungan antara 5-6 jiwa sebanyak 18 responden (18,37%), dan masih dijumpai juga tanggungan keluarga antara 7-8 jiwa yakni sebanyak 1 responden (1,02%). Dalamkegiatan usaha ternak sapi potong, tanggungan keluarga ini dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam kegiatan Penggembalaan, mencari/mengarit rumput,
membersihkan kandang, perawatan ternak dan kegiatan lainnya.
Kepemilikan ternak menunjukkan tingkat kemampuan peternak dalam penyediaan modal. Umumnya kepemilikan ternak di bagi dalam dua golongan yakni peternak yang memiliki modal sendiri dan peternak yang hanya menerima upah berupa bagi hasil. Responden yang memiliki ternak sendiri sebanyak 84 responden (85,7%) dan yang mengelola ternak dengan sistim bagi hasil/gaduh sebanyak 14 responden (14,3%). Meskipun demikian, ada juga peternak yang memiliki modal sendiri tetapi menerima atau mengelola ternak sapi yang bukan miliknya dan sistim pengelolaannya dengan cara bagi hasil, untuk pengelolaan yang campuran seperti ini tidak dicakup dalam penelitian.
Semakin lama peternak menjalankan kegiatan peternakan sapi biasanya akan semakin tinggi pengalaman yang diperoleh peternak dalam mengelolah usaha ternaknya, pengalaman beternak responden yang paling dominan adalah 5 tahun ke atas sebanyak 68 responden (69,39%), pengalaman beternak selama 4 tahun sebanyak 17 (17,35%) responden, pengalaman beternak 3 tahun sebanyak 10 responden (10,20%) dan peternak yang baru menjalankan usaha peternakan antara 1 sampai 2 tahun hanya sebanyak 3 responden ( 3,06%),
Dalam mengelola ternak sapi, para peternak memelihara ternak sapi potong masih bersifat sederhana dan dalam pola usaha peternakan rakyat dengan kepemilikan yang masih sedikit dan pemeliharaan secara tradisional.
PEMBAHASAN
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak
Dari hasil penelitian terhadap 98 rumah tangga peternakan yang tersebar di Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal yang menjadi sampel penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi jenis ongole/POdi Kabupaten Deli Serdang yang dilakukandengan perhitungan komputasi meggunakan program pengolahan
Statistical Product and Service Solutions
(multiple regression linier), maka hasil Uji Analisis Statistik tersebut dirangkum dalam Tabel 1.
Dari hasil pengolahan analisis statistik menunjukkan hasil bahwa
koefisien determinasi (R2) sangat kuat
yakni sebesar 96,8 persen artinya
bahwavariasi faktor produksi dapat dijelaskan dengan variabel independen dalam model dan hanya sekitar 3,2 persen saja variabel yang berada diluar model.
Dari uji anova atau F test, diperoleh
Fhitung sebesar 556,737 dengan probabilitas
(α <0,05), hal ini membuktikan bahwa
model regresi dapat digunakan untuk melihat pengaruh perubahan faktor produksi akan mempengaruhi perubahan produksi ternak sapi potong.
Selanjutnya untuk membuktikan apakah terjadinya korelasi diantara data pengamatan atau tidak, berdasarkan hasil uji Durbin Watson menunjukkan hasil sebesar 1,925 artinya angka tersebut mendekati angka 2 maka hal ini menunjukkan tidak adanya auto korelasi antara data pengamatan.
Hasil analisis statistik menunjukkan variableyangsignifikandanberpengaruh pada produksi ternakadalah variabel modal kandang, tenaga kerja, pakan hijau, serta skala ternak. Sedangkan untuk variabel obat-obatan hasilnya berpengaruh negatif dan tidak signifikan.Hasil uji ini dirumuskan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,980 + 0,112 X1 + 0,221 X2+ 0,022 X3
- 0,019 X4+ 0,737 X5
Dimana : Y =Produksi X1= Modal Kandang
X2= Tenaga Kerja
X3= Pakan Hijau
X4=Obat-obatan
X5= Skala Ternak
Penjelasan dari faktor-faktor produksi ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Variabel Modal Kandang (X1) terhadap Produksi Ternak
Secara persial dapat dilihat bahwa
besarnya modal kandang (X1) terhadap
produksi berpengaruh positif dan
signifikan, pada pengujian α = 5% dimana
nilai t hitung3,450 > dari t tabel 1,660.
Koefisien regresi sebesar 0,112 pada
variabel X1 menunjukkan bahwa untuk
peningkatan 1 % modal kandang mempengaruhi peningkatan 0, 112 % produksi.Hal ini menunjukkan bahwa peningkatanmodal kandang yang semakin baik akan secara nyata meningkatkan hasil produksi.
2. Pengaruh variabel Tenaga Kerja (X2)
terhadap Produksi Ternak
Faktor Tenaga Kerja (X2) terhadap
produksi juga memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi pada
pengujian α = 5 %, dimana nilai t
hitung4,618> dari t tabel 1,660. Koefisien
regresi sebesar 0,221 pada variabel (X2)
pada persamaan regresi, hal ini menunjukkan jika Penambahan tenaga kerja sebesar 1 %, maka produksi akan meningkat sebesar 0,221%. Artinya bahwa
peningkatan tenaga kerja keterbandingannya dengan produksi sekitar
satu berbanding lima, hal ini menunjukkan penambahan tenaga kerja atau jam kerja akan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi. Penambahan tenaga kerja atau jam kerja dapat dilakukan untuk meningkatkan perawatan terhadap ternak atau menjaga kebersihan kandang untuk kenyamanan ternak.
3. Pengaruh variabel Pakan Hijau (X3)
terhadap Produksi Ternak
Koefisien regresi Pakan Hijau (X3)
sebesar 0,022 berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi artinya bahwa setiap penambahan 1 % Pakan Hijau akan mempengaruhi produksi sebesar 0,022 % produksi. Secara parsial besarnya Pakan Hijau berpengaruh positif dan signifikan
pada pengujianα = 5% dimana nilai t
hitung2,159 > dari t tabel 1,660.Artinya
4. Pengaruh variabel Obat-obatan (X4)
terhadap Produksi Ternak
Koefisien regresi obat-obatan (X3)
sebesar -0,019 berpengaruh negatif dan tidak signifikan ( 0,512) serta t hitung -0,658
< t tabel 1,660 artinya bahwa pada pengujian
α = 5% , pemakaian obat-obatan ternak dalam penelitian ini tidak signifikan hasilnya mempengaruhi produksi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemakaian obat-obatan ternak berdasarkan hasil penelitian di 3 (tiga) kecamatan yang terpilih sampel ternyata tidak merata, bahkan datanya tidak dapat menggambarkan pengaruh pemakaian obat-obatan terhadap produksi.Berdasarkan informasi peternak karena belum terjangkaunya wilayah peternak dari jangkauan petugas peternakan kabupaten, sehingga dalam perawatan dan pengobatan ternak yang sakit, masih banyak peternak menggunakan cara-cara tradisional.
5. Pengaruh variabel Skala Ternak (X5)
terhadap Produksi Ternak
Koefisien regresi Skala Ternak (X3)
sebesar 0,737 berpengaruh positif artinya bahwa setiap penambahan 1 %Skala Ternak akan mempengaruhi produksi sebesar 0,737 %. Secara parsial besarnya Skala Ternak ternak berpengaruh positif dan signifikan
pada pengujian α = 5% dimana nilai t
hitung18,198> dari t tabel 1,660. Besarnya
koefisien pada Skala Ternak ini karena Skala Ternak merupakan variabel input utama untuk menghasilkan output, peningkatan pemberian Skala Ternak ini berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi.
Uji Return To Scale (RTS)
Return to scale (skala usaha) menunjukkan besarnya perubahan output akibat perubahan secara proporsional dari input (faktor produksi).Pengujian skala usaha terhadap koefisien seluruh variabel untuk membuktikan bahwa apakah (b1+b2+b3+b4+b5) =1 yang berarti bahwa
perubahan input secara keseluruhan akan sama dengan perubahan output(Constan) atau (b1+b2+b3+b4+b5) ≠ 1 artinya hasil
yang diperoleh ada kemungkinan > 1
(Increase) atau hasilnya bisa< 1(Decrease). Untuk mendapatkan informasi apakah
terjadi constant RTS atau tidak, maka
hipotesisnyasebagai berikut :
HO :b1+b2+b3+ b4+b5 = 1
Keadaan skala usaha tetap/konstan H1:b1+b2+b3+b4+b5 ≠1
Keadaan skala usaha menaik/increase atau skala usahamenurun/decrease.
Selanjutnya penghitungan return to scale (skala usaha) dapat dihitung dari hasil persamaan regresi yang telah diperoleh dari Tabel 1. dibawah, selanjutnya untuk mengetahui keadaan skala usaha pada wilayah penelitian, maka secara sederhana perhitungannya dapat ditentukan. Pada
Tabel 2. terlihat bahwa hasil uji
menunjukkan keadaan skala usaha yang sedikit menaik yakni sebesar 1,073, hal ini menggambarkan bahwa laju pertambahan output lebih tinggi 0,073 % dari laju pertambahan input artinya biaya rata-rata akan sedikit menurun seiring dengan bertambahnya output.
Tabel 1. Analisis Pengaruh Faktor- Faktor Produksi Terhadap Produksi Ternak
No. Variabel Koeffisien
Regresi hitung ignifikan
1.
enaga Kerja akan Hijau Obat-obatan kala Ternak R2
Sumber :Diolah dari Data Primer,2013
Tabel 2. Hasil Analisis Pengujian Skala Usaha Variabel Faktor Produksi
No. Variabel Koeffisien
regresi
Uji Efisiensi Penggunaan input
Efisiensi penggunaan faktor produksi (input) yang mempengaruhi produksi pada usaha peternak sapi potong di kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal sebagai wilayah sampel peternak di Kabupaten Deli Serdang, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya,maka asumsi hipotesis yang diajukan adalah :
H0 : k = 1,
pemakaian faktor produksi sudah efisien. H1:k ≠ 1,
pemakaian faktor produksi belum efisien jika k > 1 dan tidak efisienjika k < 1. Apabila k = �.�.��
�.�� maka untuk menguji k =1
dimana : b = koefisiensi elatisitas produksi (koefisiensi regresi)
Y = produksi rata-rata pertahun.
Py = harga produksi.
X= jumlah faktor produksi ( X1-n),
Px= harga faktor produksi.
Besarnya ragam dan simpangan baku dari k, yaitu : penggunaan faktor produksi dapat dilakukan dengan memanfatkan nilai koefisien regresi dari masing-masing variabeldependen, rata-rata penggunaan input, rata-rata harga input
dan produksi di kecamatan yang menjadi sampel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan
rata-rata penggunaan modal kandang (X1)
adalah seluas 41,60 M2, pemakaian tenaga
kerja (X2) sebesar 5,46 jam HOK,
pemakaian pakan hijau (X3) sebanyak 28,29
Kg, pemakaian obat-obatan (X4) sebanyak
6,85 liter, danpemeliharaan skala ternak (X5) sebanyak 5,47 ekor. Sedangkan rata-rata produksi ternak sapi seberat 88,896 Kg dengan harga pasar yang berlaku Rp. 85.000,- per Kg. Selanjutnya perkiraan biaya sewa kandang rata-rata Rp. 100.000,-
per M2, upah tenaga kerja perjam Rp.
10.000,-, harga pakan hijau per Kg sebesar Rp. 1.000,-, harga obat-obatan Rp. 50.000,- serta harga skala ternak sapi per ekor Rp. 6.000.000,-.
Rata-rata penggunaan faktor produksi tersebut dapat digunakan untuk
menaksir besarnya nilai k seperti pada Tabel 3.
Tabel 3.Nilai rata-rata Variabel Produksi, Faktor Produksi dan Nilai k padaPeternak Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Uraian b Y Py X Px k Var (bVar (k t
Obat -obata (X4)
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2013
Selanjutnya nilai k ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Variabel modal kandang (X1) dengan
nilai (k) = 0,203 < 1 dan hasil statistik uji t menunjukkan t hitung = -13,29< t tabel
1,98, membuktikan menolak hipotesis nol, artinya pemakaian modal kandang untuk pemeliharaan ternak sapi potong tidak efisien dan perlu pengurangan modal kandang. Pengurangan modal
kandang dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dengan mengurangi luas kandang atau penyederhanaan kualitas bahan dari bahan kayu menjadi bambu atau atap seng menjadi atap rumbia untuk menghemat biaya modal kandang.
b. Variabel tenaga kerja (X2) dengan nilai
(k) = 30,589 > 1 dan hasil statistik uji t menunjukkan t hitung = 4,45> t tabel 1,98,
membuktikan menolak hipotesis nol, artinya pemakaian tenaga kerja untuk pemeliharaan ternak sapi potong belum efisien dan perlu penambahan tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja dalam pemeliharaan ternak dapat dilakukan dengan menambah jam kerja atau menambah jumlahtenaga kerja, untuk merawat ternak menjadi lebih baik, karena
perawatan ternak yang lebih baik akan meningkatkan produksi ternak.
c. Variabel Pakan Hijau (X3) dengan nilai
menunjukkan t hitung = 1,83< t tabel 1,98,
membuktikan menolak hipotesis nol, artinya pemakaian pakan hijau belum efisien dan perlu penambahan pakan hijau. Penambahan pakan hijau sangat perlu dilakukan karena untuk meningkatkan bobot ternak. Untuk ternak dengan pula penggemukan, penambahan pakan hijau konsentrat sangat baik bagi ternak sehingga peningkatan bobot sapi bisa lebih cepat, hal ini menjadi berpengaruh terhadap waktu pemeliharaan karena peningkatan bobot akan mempersingkat masa pemeliharaan sampai tiba waktunya ternak di jual.
d. Variabel obat -obatan (X4) dengan nilai
(k) = -0,419 < 1 dan hasil statistik uji t menunjukkan t hitung = -2,22< t tabel 1,98,
membuktikan menolak hipotesis nol, artinya pemberian obat -obatan untuk peningkatan produksi ternak sapi potong tidak efisien dan perlu pengurangan obat-obatan. Pengurangan obat-obatan dapat dilakukan apabila perawatan ternak dilakukan secara baik, memberi makan yang cukup kebutuhan sesuai standar kesehatan ternak, membersihkan/memandikan ternak, menjaga kesehatan dan kebersihan kandang sehingga ternak terbebas dari penyakit ternak.
e. Variabel Skala Ternak (X5) dengan nilai (k) = 0,170 < 1 dan hasil statistik uji t menunjukkan t hitung = -87,95< t tabel
1,98, membuktikan menolak hipotesis nol, artinya pemakaian skala ternak sapi potong tidak efisien. Pengurangan skala ternak diartikan karena hasil atau produksi yang di peroleh menjadi tidak efisien. Hal ini bisa saja terjadi akibat dari pola pemeliharaan yang masih tradisional, atau bisa juga akibat pemilihan skala ternak yang kurang baik mutunya, artinya pemilihan skala ternak harus lebih selektif dari segi harga maupun kualitas. Pola pemeliharaan ternak juga berpengaruh terhadap efisiensi skala ternak, karena dalam pola pemeliharaan pengembangbiakan secara tradisional umumnya perkembangan bobot ternak sangat lamban dan belum memanfaatkan pengetahuan dan tata cara pengelolaan yang baik.
Hasil pengujian hipotesis efisiensi penggunaan input/faktor produksi menunjukan bahwa keseluruhan faktor produksi pemeliharaan ternak sapi potong berada pada kondisi tidak dan belum efisien.
Menurut Soekartawi (2003 : 49) yang sering terjadi dilapangan kondisi usaha yang efisien tidak atau sulit tercapai karena berbagai hal antara lain :
a). Pengetahuan petani/peternak dalam menggunakan faktor produksi adalahterbatas.
b.) Kesulitan peternak/petani memperoleh faktor produksi dalam jumlah dan waktu yang tepat.
c). Adanya faktor luar yang menyebabkan petani tidak berusaha tani secara efisien.
Analisis Produksi Ternak Sapi dalam Pengembangan Wilayah.
Analisis produksi pengembangan ternak sapi potong dalam pengembangan wilayah dapat diukur dari beberapa variabel diantaranya perkembangan peternakan yang terjadi melalui pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan peternak yang diukur dari konsumsi rumah tangga yang diperoleh dari hasil usaha ternak, adanya peningkatan populasi ternak dari tahun ketahun dan nilai produksi ternak yang terus meningkat yang akan berimbas pada peningkatan
pendapatan peternak yang dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi karena peningkatan pendapatan peternak maupun pekerja sektor peternakan akan meningkatkan daya beli/konsumsi rumah tangga mereka, selanjutnya akan menggairahkan pasar dan berkembangnya pasar akan mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya terdorong tumbuh dan berkembang sehngga pemerataan pendapatan akan terjadi, selanjutnya akan
memberi pemasukan pendapatan
pemerintah daerah melalui retribusi dan pajak. Pendapatan pemerintah tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan diantaranya peningkatan sarana dan prasarana, yang pada akhirnya akan mendorong pengembangan wilayah di daerah tersebut maupun daerah sekitarnya.
permintaan akan tenaga kerja yang terus meningkat, sehingga apabila tenaga kerja yang digunakan selama ini hanya merupakan tenaga kerja keluarga, maka bagi para peternak yang umumnya memiliki ternak yang jumlahnya lebih dari 5 ekor, maka membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak yang akan digunakan untuk menggembala ternak, mengarit, merawat ternak bahkan mengumpulkan kotoran ternak yang dapat dijual untuk menambah pendapatan peternak.
Dengan semakin meningkatnya usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Deli Serdang ini, turut pula mendorong industri lainnya baik yang berhubungan secara langsung maupun yang tidak berhubungan secara langsung. Seperti dijelaskan pada Bab I, maka pengembangan usah ternak ini dapat mendorong usaha lainnya, sehingga pada industi hilir akan tercipta industi-industi baru maupun menambah perkembangan industri yang sudah ada sebelumnya (industri hulu). Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, sehingga suatu wilayah akan lebih cepat berkembang apabila terdapat kegiatan ekonomi yang berkembang secara terus menerus dan pada akhirnya akan mendorong sektor lainnya turut berkembang karena manusia sebagai pelaku dan pengguna produk mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan kebutuhannya sangat beragam.
Untuk melihat apakah terjadi peningkatan usaha peternakan sapi potong disbanding dengan periode sebelumnya, maka dilakukan ujibeda rata-rata terhadap jawaban responden tentang peningkatan rata-rata pendapatan peternak, peningkatan jumlah ternak dan peningkatan produksi ternak yang datanya dibandingkan antara tahun 2009 dengan tahun 2013. Hasil analisa yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Analisis Peningkatan Jumlah Ternak Sapi Potong
Hipotesis yang diajukan adalah terjadinya peningkatan jumlah ternak sapipotong di Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji beda rata-rata peningkatan jumlahternak sapipotong menunjukkan bahwapada tahun 2009 rata-rata jumlah ternak sebesar 2,81 dan pada tahun 2013
naik menjadi 5,52, selanjutnya hasil uji beda jumlah ternak ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Jumlah Ternak Sapi antara Tahun2009 dengan Tahun 2013 (dalam ekor)
No. Uraian Tahun
2009
Tahun 2013 1.
2. 3. 4. 5.
Rata-rata Standar deviasi Signifikasi t - hitung t - tabel
2,81 3,336 0,000 7,374 1,660
5,52 5,138
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2013
Hasil analisis statistik rata-rata jumlah ternak sapi potong diperoleh nilai t
hitung sebesar 7,374 dan nilai t tabel sebesar
1,660. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa jumlah t hitung>t tabel.Kesimpulannya
adalah hasil perbandingan nilai t hitung
dengan nilai t tabel terdapat perbedaan yang
nyata rata-rata jumlah ternak sebelum pengembangan komoditi ternak sapi potong pada tahun 2009dan setelah pengembangan komoditi ternak sapi potong pada tahun 2013.
b. Analisis Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong
Peningkatan produksi ternaksapi potong diukur dariharga pasar ternak tersebut apabila dijual pada tahun yang
bersangkutan. Hipotesis yang digunakan
adalah terjadinya peningkatan produksi ternak sapi di Kecamatan yang terpilih sampel. Hasil uji beda rata-rata produksi ternak sapi yang dimiliki peternak dapat dilihat pada Tabel 5.berikut :
Tabel 5. Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Produksi Ternak Sapi antara Tahun 2009 dengan Tahun 2013 (dalam Rupiah)
No. Uraian Tahun
Rata-rata Standar deviasi
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2013
Hasil analisis statistik rata-rata produksi ternak sapi potong diperoleh nilai
thitung sebesar 6,772 dan nilai t tabel sebesar
1,660. Hasil analisis ini menunjukan bahwa nilai produksi t hitung>t table yang berarti
hipotesis tersebut diterima.Penerimaan hipotesisi ini menyimpulkan terdapat perbedaan yang nyata rata-rata produksi ternak sebelum tahun 2009 dan tahun 2013 atau dengan kata lain terjadi peningkatan produksi ternak sapi potong. Kesimpulannya adalah hasil perbandingan nilai t - hitung dengan nilai t - tabel terdapat perbedaan yang nyata rata-rata produksi ternak sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2013.
Peningkatan hasil produksi rata-rata sapi potong tahun 2009 dari sebesar Rp. 16.040.816,- meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp.44.854.081.- terlihat signifikan.
c. Analisis Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Potong
Peningkatan pendapatan peternaksapi potong diukur darihasil
rata-rata/bulan usaha ternak yang dikonsumsi peternak pada tahun yang bersangkutan.
Hipotesis yang digunakan adalah terjadinya peningkatan pendapatanpeternak sapi di Kecamatan yang terpilih sampel.
Hasil uji beda rata-rata pendapatanpeternak sapipotongdapat dilihat pada Tabel 6.berikut :
Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Pendapatan Peternak antaraTahun 2009 dengan Tahun2013 (dalam Rupiah)
No. Uraian Tahun
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2013
Hasil analisis statistik rata-rata pendapatan peternak pada Tabel 6.diperoleh nilai t hitung sebesar 9,370 sedangkan nilai t
tabel adalah sebesar 1.660, nilai t hitung> t tabel.
Hasil analisis ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pendapatan peternaksebelum tahun 2009 dengan tahun 2013.Perhitungan ini sesuai dengan rata-rata peningkatan modal produksi tahun 2009 sebesar Rp. 382.755,-/bulan menjadi Rp. 680.520,-/bulan pada tahun 2013.
Peranan beternak sapi potong dalam pengembangan wilayah, dalam penelitian ini diukur dari peningkatan jumlah ternak sapi potong, peningkatan produksi ternak sapi potong dan peningkatan pendapatan ternak sapi potong.Analisis peningkatan jumlah ternak sapi potong menunjukkan adanya peningkatan jumlah ternak sapi potong pada tahun 2013 dibandingkan dengan jumlah ternak sapi potong pada tahun 2009.Analisis peningkatan produksi ternak sapi potong juga menunjukkan adanya peningkatan produksi ternak sapi potong pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009.Demikian juga halnya pada analisis peningkatan pendapatan ternak sapi potong yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan tahun 2013 dibanding dengan tahun 2009.
Perak, Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal, maka menunjukkan perkembangan yang memuaskan/signifikan, terjadi peningkatan pendapatan peternak, peningkatan produksi ternak akan meningkatkan permintaan tenaga kerja,
selanjutnya perekonomian menjadi
berkembang karena bertambahnya lapangan pekerjaan, bertambahnya pendapatan dan bertambahnya permintaan akan barang, sehingga pasar turut berkembang akibat dari uang beredar lebih banyak dan transaksi barang di pasar meningkat, peningkatan yang terjadi terus menerus di atas, akan berdampak dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.
KESIMPULAN
Berdasarkanuraianpenelitiandanpe mbahasantentangusahapengembanganterna ksapipotong di kabupaten Deli Serdangdapatdiambilkesimpulansebagaiberi kut :
1. Faktor-faktor produksi usaha
peternakansapipotong di Kabupaten Deli Serdanga seperti modal kandang,
tenagakerja, pakanhijau danskala
ternak berpengaruhpositif dan
signifikanterhadapproduksi ternak,
sedangkanvariabel obat-obatan
hasilujimenunjukkanpengaruh negatif danhasilnyatidaksignifikan.
2. Ujiskalausahaterhadapusahaternaksapi
potonghasilnyamenunjukkanskalausah a yang menaik(increase).
3. Uji terhadap tingkat efisiensi ekonomi
(variabel dependen) meyimpulkan bahwa hasilnya menunjukkan variabel pemakaian tenaga kerja dan pemberian pakan hijau belum efisien sedangkan untuk variabel pemakaian modal kandang, obat-obatan serta skala ternak adalah tidak efisien.
4. Pengembanganusahaternaksapipotong
di Kabupaten Deli Serdang
berpengaruh dalam pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah ternak, peningkatan
produksidanpeningkatanpendapatanpet ernak yang berpengaruh terhadap pendapatan dan peningkatan tenaga kerja.
SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Pengembanganusahaternaksapipotongm
asihdapatditingkatkanlagidenganpolape meliharaan yang lebihbaik, pemberianpakantambahan
dapatmempercepat peningkatan bobotternaksapipotong dengan pola penggemukan serta memilihbibit yang baikuntukdikembangkandanmenambaht enagakerjauntukmerawatsapi agar sapimenjadilebihsehat.
2. Diharapkanperanaktifpemerintahdaerah
dapatlebihditingkatkan, mengingat kondisi wilayahKabupaten Deli Serdang yang begituluas, dan masihbanyak peternak yang tidakmemperolehbantuanpemerintah yang tertuang dalam program Renstra Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2014 baikberupapenyuluhanmaupunbantuanp emberianinseminasibuatandanobat-obatanuntukpenyakitternak.
3. Agar pihakperkebunandapatbekerja
sama dengan peternak sapi apabila
dimungkinkan areal perkebunan
untukdipakaisebagaitempatpenggembal aanternaksapi.
4. Agar lembagakeuanganseperti bank
ataukoperasidapatmemberikanbantuan modal usaha kepada peternak danadanyasuratjaminandaripemerintahd
esauntukmedukung status kepemilikanternaksebagaijaminan
pinjaman modal usaha.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik, 2011. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 [PSPK2011] Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik, 2013. Deli Serdang dalam Angka 2013.
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2008.Rencana Strategis Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun2009-2014.(tidak
dipublikasikan)
Agung, I.G.N., Pasay,N.H.A., Sugiharso.
2008. Teori Ekonomi Mikro, Suatu
Analisis Produksi Terapan, Jakarta. Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Mudrajat.K.2003. Metode Riset untuk
Bisnis dan Ekonomi . Penerbit Erlangga,Jakarta.
Santosa, P.B., dan Ashari.2003.Statistik Teori dan Aplikasi dengan Program MS.Excel&SPSS . Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Samuelson,P.A. and Nordhaus, W.D. 2003.
Ilmu Mikro Ekonomi .alih bahasa oleh Nur Rosyidah,Anna Elly dan Bosco Carvalo, Penerbit PT.Media Global Edukasi,Jakarta.
Santosa, S.2004. Buku latihan SPSS
Statistik Parametrik. Penerbit
PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia – Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Gunawan, S.R. 2005.Analisis Regresi
Linear Ganda dengan SPPS. Edisi
Pertama, Penerbit Graha Ilmu
Yogyakarta.
Suryawati . 2004. Teori Ekonomi Mikro,
UPP, AMP, YPKN, Jogyakarta. Mersyah, R. 2005. Desain Sistim Budi
Daya Sapi Potong Berkelanjutan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. [Disertasi] Bogor : Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Umar, H. 2004. Riset Sumber Daya
Manusia dalam Organisasi. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Antriyandarti, E. 2012. Ekonomika Mikro
untuk Ilmu Pertanian, Yogyakarta, Penerbit Nuha Litera.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian
,Penerbit USU Press, Medan.
Sirojuzilam.2011. Problematika Wilayah
Kota dan Daerah, Penerbit USU Press, Medan.
Santosa, S. 2010. Statistik
NonParametrik,Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional,
Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Tarigan, R. 2009. Perencanaan
Pembangunan Wilayah, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta .
Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2010.Regional Pembangunan, Perencanaan, dan Ekonomi, Penerbit USU Press, Medan.
Soekartawi, 1994.Teori Ekonomi Produksi,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Yasin, S. 2013. Produksi Ternak
Ruminansia, Penerbit Pustaka Reka Cipta, Bandung.
Yulianto, P. dan Saparinto, C. 2012. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3 Bulan Panen, Penerbit Penebar Sradaya Jakarta.
Matatula, M. J. 2010. Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Potong Pola Gaduhan diKecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat.
Agroforesti Volume V, Nomor 3.
Pahlawati, S. 2012. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan caraPengembangan SapiPotong
denganPola Kemitraan. Lingkungan
Hidup.
Ramadhani, Y. 2011. Analisis Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi dengan Pendekatan Cobb-Douglas
dan Regresi Bergnda, Jurnal
Teknologi. Volume 4 Nomor 1, Juni 2011, 61-53.
Mardiningsih, D., Ekowati, T. dan Hernowo, N. 2012. Analisis SWOT UsahaPenggemukan Sapi Potong di
Kabupaten Wonogiri, Animal
Agriculture, Vol 1 No.2 2012 p.302-310
Sofyan, H. Y. dan Saleh, Y. E. 2006. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi PotongdiKecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,
AgribisnisPeternakan, Vol 2 No. 1 2006.
Fahrul, Rombe, M.B. dan Hoddi, A.H. 2010. Analisis Pendapatan Peternakan SapiPotong diKecamatan Ternate Rilau, Kabupaten Barru,
Jurnal AgribisnisVolume
3.September 2011.
Elly, F.H., Sinaga, B.M., Kuntjoro, S.U.
dan Kusnadi, N. 2007.
Pengembangan Usaha Ternak Sapi
Rakyat melalui
IntegritasSapi-Tanaman di Sulawesi Utara. Litbang
Suryana, 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis denganPola Kemitraan.
Litbang Pertanian 28(1) 2009. Putranto, E. H. 2006.Analisis Keuntungan
Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, Kota
Semarang), [Tesis]. Semarang :
Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana.
Lubis, W. O. 2010. Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi terhadap
Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang. [Tesis].
Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.
Effendy, 2010. Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani Kecamatan
Poso Pesisir Kabupaten Poso, J.