• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau"

Copied!
283
0
0

Teks penuh

(1)

INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG

BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI

ESTATE

, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN

HULU, RIAU

RATIH LARASATI

A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI

DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Weeds infestations on Different Agroecologi of Oil Palm Plantations Tambusai Estate (Elaeis guieensis Jacq.), PT. Panca Surya Agrindo, Rokan Hulu Distric, Riau

Ratih Larasati1, Edi Santosa2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

2

Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Abstract

Weed control in oil palm plantation can improve the productivity of oil palm trees. This

in was carried out internship Tambusai Estate, Rokan Hulu, Riau, from February to May 2012.

The objective of this apprentice was to improve the knowledge, skills, work experience and

analyze factors that affect weed dynamic in different agroecological areal at oil palm plantation.

Data were collected by direct method for primary data and indirect method for secondary data.

Data of weed were collected using vegetation analysis of 1 m x 1m kuadran. The number of

samples were 264. Weed were scored and tested using cluster analysis and shown as a

dendogram. The results showed that agro-ecological factors, especially soil subgroup

determined weed population and dominance in Tambusai Estate. Weed invasion on palm oil

plantation spread based on the nature of the morphology, botany, and nature of damage to

plants as well as palm oil is the difference in the form agroekologi subgroup of land.The humid

soil conditions is an optimum for weeds Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis

bisserata (Sw.) Schott, and various kinds of other ferns which is the dominant weeds in Tambusai

Estate.

Key words: Agroecological, sum of dominance ratio, weed analysis, weed control

(3)

RATIH LARASATI. Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau (Dibimbing oleh EDI SANTOSA).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang memiliki prospek agrobisnis yang sangat cerah. Selain itu,

komoditas ini merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Luas pertanaman dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat

setiap tahunnya. Pada perkebunan kelapa sawit, kegiatan pemeliharaan penting

untuk mempertahankan produksi dan kualitas produk kelapa sawit yang

dihasilkan. Salah satu kegiatan pemeliharaan adalah pengendalian gulma.

Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menekan

populasi pesaing tanaman budidaya dan memudahkan dalam pekerjaan

pemanenan hasil tanaman budidaya.

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih

keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman

kerja, serta mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara

lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang

pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma kelapa

sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi dan

dominansi gulma di perkebunan kelapa sawit. Pada pelaksanaannya, pengumpulan

data dilakukan dengan metode langsung (primer) maupun tidak langsung

(sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui pengamatan pada saat bekerja

di lapangan. Data yang diamati yaitu: 1). Evaluasi pengendalian gulma dengan

prinsip 5 tepat (tepat dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi), 2). Kalibrasi alat

semprot, 3). Kalibrasi waktu penyemprotan gulma, dan 4). Pola penyebaran

gulma. Pengambilan data gulma di Tambusai Estate dilakukan dengan cara

pengambilan sampel gulma (inventarisasi gulma). Sampel gulma diambil secara

acak pada tiap 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3 blok, dan pada

(4)

Kegiatan pemeliharaan di Tambusai Estate sudah cukup terorganisasi

dengan baik. Namun demikian, perlu ditingkatkan pengawasan pemeliharaan

terutama agar sesuai dengan standar pemeliharaan gulma yang telah ditetapkan

perusahaan. Perbaikan tersebut meliputi peningkatan skill mandor maupun

peningkatan kemampuan pekerja penyemprotan dalam memahami SOP

penyemprotan. SOP penyemprotan di Tambusai Estate meliputi: 1).

Penyemprotan herbisida di dalam piringan radius 2.5 cm, 2). Tinggi semprotan

30-40 cm dan tinggi babat gawangan 10 cm, 3). Dosis yang digunakan sesuai

dengan rekomendasi riset, 4). Penggunaan alat semprot harus sesuai dengan rotasi,

dosis, dan kerapatan gulma yang ada, dan 5). Tidak menyemprot areal tapal batas

sungai (radius 2 m dari bibir sungai). Perbaikan kedua meliputi kalibrasi alat

sebelum melakukan penyemprotan, dan ketiga adalah meningkatkan ketersediaan

tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pemeliharaan.

Berdasarkan pengamatan di Tambusai Estate, gulma yang dominan adalah

gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Nephrolepsis bisserata (Sw.)

Schott. Gulma yang memiliki dominansi tertinggi adalah gulma pakis-pakisan,

gulma ini memiliki adaptasi yang tinggi terhadap ekologi, distribusi luas,

pertumbuhan kembali (regrowth) yang sangat cepat, dan dapat tumbuh di lokasi

dengan intensitas cahaya tinggi maupun rendah. Gulma pakis-pakisan yang

menempel pada pohon sawit walau tidak terlalu berbahaya, tetapi perlu di

dikendalikan karena dapat menahan berondolan sehingga tidak terlihat.

Hasil analisis menunjukkan sebelas kriteria gulma yang menyerang

perkebunan dibagi menjadi tiga grup yaitu grup A, B, dan C. Grup A cenderung

mengelompok berdasarkan karakteristik morfologi gulma. Grup B mengelompok

berdasarkan karakteristik gulma yang memiliki sifat merusak bagi tanaman kelapa

sawit dan Grup C mengelompok berdasarkan karakteristik botani gulma tersebut.

Pada kemiripan 55%, terdapat 6 sub grup gulma yaitu subgrup A1, A2, B1, B2,

C1, dan C2. Sub grup A1 memiliki 2 karakteristik yaitu 1) Karakteristik sulitnya

pengendalian gulma menggunakan herbisida dan 2) Biaya pengendalian mahal.

(5)

terhadap kekeringan dan 2) Mengganggu bagi pekerja panen, dengan contoh

gulma Mimosa invisa Mar., Mimosa pigra L. dan Passiflora foetida L.

Sub grup B1 memiliki 2 karakteristik berupa distribusi gulma yang luas

dan dapat merusak tanaman budidaya dengn jenis gulma Asystasia intrusa

(Forssk.) Blume., Nephrolepsis biserrata (Sw.) Schott., dan Stenochlaena palustris

Bedd. Karakteristik gulma yang memiliki potensi sebagai inang HPT merupakan

karakteristik subgrup B2 dengan contoh gulma Paspalum conjugatum P.J. Berg.,

Leptochloa chinensis (L.) Ness., dan Euphorbia hirta L.

Selanjutnya karakteristik untuk subgrup C1 adalah karakteristik

pertumbuhan gulma yang cepat “ regrowth” atau suksesi yang cepat dan memiliki

karakteristik propagul yang mudah terbawa oleh pekerja panen. Dicranopteris

linearis (Burm. f. Underw)., Centotheca lappacea (L.) Desv., Gleichenia linearis

(Burm. F.) C. B. Clarke., dan Imperata cylindrica (L.) Beauv.,

Subgrup C2 adalah karakteristik gulma yang tahan terhadap genangan dan

memiliki perbanyakan masal. Contoh gulma yang termasuk ke dalam subgrup ini

adalah gulma Caladium tuberosum (S. Moore) Bogner M., Chromolaena odorata

(L.) King and H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., Eleusine indica (L. )

Gaertn., dan Pteridium aquilinum (L.) Kuhn.

Faktor agroekologi tanah di Tambusai Estate juga mempengaruhi sebaran

serangan gulma. Kondisi tanah lembab merupakan tempat yang optimum bagi

gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott.,

dan berbagai jenis tumbuhan paku lainnya. Hal ini yang menyebabkan gulma

diatas menjadi gulma dominan dengan NJD rata-rata sebesar 23% setelah

(6)

ESTATE

, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN

HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RATIH LARASATI A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

SAWIT TAMBUSAI

ESTATE

, KAB. ROKAN

HULU, RIAU

Nama : RATIH LARASATI

NIM :

A24080149

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si NIP. 19700520 1996011 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi pada tanggal 25 Januari 1990.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Supriyono dan Ibu Eny Ridaryati.

Penulis lulus dari SD YKPP Bajubang pada tahun 2002,

kemudian melanjutkan studi ke SLTP N 2 Batanghari selama 6 bulan pada tahun

2002, dan meneruskan pendidikan di SLTP N 7 Kota Jambi pada tahun yang sama

hingga lulus SLTP pada tahun 2005. Setelah lulus dari SLTP penulis melanjutkan

ke SMA N 1 Kota Jambi dan menyelesaikan studi pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,

Program Studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur seleksi nasional masuk

perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Selama kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa: 1). Tahun

2008/2009 sebagai anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Gentra Kaheman

dan UKM Volly IPB, 2). Tahun 2010/2011 sebagai bendahara divisi PSDM

(Pengembangan Sumberdaya Masyarakat) DPM A (Dewan Perwakilan

Mahasiswa) Faperta IPB, 3). Tahun 2011/2012 sebagai anggota divisi syar FKRD

A (Forum Kerohanian Rohis Departemen) Faperta IPB, 4). Panitia IAC (IPB Art

Contest), dan kepanitian lain di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain

itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus yaitu sebagai anggota divisi seni dan

budaya HIMAJA (Himpunan Mahasiswa Daerah Jambi). Penulis pernah

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau”.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih

penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda Supriyono, ibunda Eny Ridaryati, kakak Tika Fajar Wulandari, adik

Bimo Bhirawa Annoraga dan semua keluarga yang memberikan dukungan

selama pendidikan.

2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai

dengan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang

telang banyak membantu dan memberi saran selama proses pendidikan penulis

di Institut Pertanian Bogor.

4. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS sebagai dosen penguji

yang memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Direksi First resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan kegiatan magang, H. Juwahir, SP (General manager), Patria

Darma, SP dan Gita Mustika, SE (Deputy I dan II) selaku staf tertinggi di

Tambusai Estate yang telah memperlancar pelaksanaan dan juga H. Sihotang

asisten afdeling VIII selaku pembimbing lapangan, Hasnan, SP Field manager

Tambusai Estate dan semua keluarga di afdeling VIII (Pak Livontus, Suhardi,

Budi, Subadi, Pakde, Bu Ani, Pak Ca’mat, Pak Yusuf) serta seluruh staf

laboratorium, staf umum dan karyawan Tambusai Estate yang memberikan

arahan teknis lapangan.

6. Sahabat terbaikku (Pipit, Wulan, Dinda, Alma, Ryanda dan Hesti) atas

(10)

INDIGENOUS 45 yang sangat dicintai, tim magang First resources IPB’12

(Yelli yang setia menemani analisis vegetasi gulma), Wahyu, Rani, Ika dan

Dimas), penghuni wisma lestari (Dian, Kak Meri, Kak Novi, Kak Ana, dan

Kak Esy) atas kenangan yang tak terlupakan, teman-teman KKP’11 (Erick,

Syakir, Winda, Santi, Miftah, dan Mae), penghuni pondok iswara (Fya, mbak

Julia, mbak wie, mbak ulfa), teman se - PS (Lisna dan Irvanda) yang selalu

membantu dan menemani mengerjakan tugas akhir, kakak Eky Perdana, SP

atas semangat dan dukungannya, teman sekamar 367 (Arin, Sasti, dan Azza)

yang sangat kusayang, serta Lodeh (lorong 8 TPB) yang setia menemani dari

asrama sampai sekarang.

Bogor, Oktober 2012

(11)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL………..………... xii

DAFTAR GAMBAR……….……….……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...…….. xvii

PENDAHULUAN………...………. 1

Latar Belakang……….………... 1

Tujuan Magang……….……… 2

Hipotesis………... 3

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

Botani Kelapa Sawit………... 4

Syarat Tumbuh………...………... 5

Gulma ………..………...…………... 5

BAHAN DAN METODE……….………. 7

Waktu dan Tempat……… 7

Metode Pelaksanaan………... 7

Pengamatan dan Pengumpulan Data……… 9

Analisis Data ………... 10

KEADAAN UMUM ………... 12

Letak Wilayah Administratif………... 12

Keadaan Iklim dan Tanah………..…………. 12

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan………... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi……… 14

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan……… . 16

ASPEK MANAJERIAL……….. 21

Pendamping Mandor………... 21

Pendamping Asisten Afdeling……… 24

ASPEK TEKNIS………. 25

Pengendalian Gulma………... 25

Pemupukan………. 35

Panen………... 51

Pengolah Minyak Kelapa Sawit………. 63

ASPEK KHUSUS………... 74

  Evaluasi Pengendalian Gulma………... 74

Kalibrasi Alat Semprot dan Waktu Penyemprotan………... 75

Penyebaran Infestasi Gulma……….. 81 

  NJD (Nisbah Jumlah Dominansi Gulma)………... 94

(12)

KESIMPULAN………....………... 109

Kesimpulan………. 109

Saran……….. 109

DAFTAR PUSTAKA………. 110

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate……… 10

2. Luas areal kebun di Tambusai Estate………. 14

3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate……… 15

4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate………... 15

5. Jumlah karyawan staf dan non-staf Tambusai Estate tahun 2012…... 18

6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate……….. 25

7. Daftar penyesuaian harga perawatan……….... 26

8. Rekomendasi takaran pupuk sesuai dosis kg / pohon………... 38

9. Rekomendasi takaran pupuk berdasarkan jumlah untilan………….... 38

10.Rekomendasi supply point ………... 39

11.Persentase kandungan hara janjang kosong tiap ton...………. 45

12.Harga pupuk , Maret 2012………..……… 49

13.Kriteria buah matang berdasarkan berondolan……… 53

14.Daftar perhitungan denda pemanen, mandor panen, dan kerani panen……….. 54

15.Peta kaveld panen afdeling VIII di Tambusai Estate……….... 56

16.Deskripsi alat-alat panen……….. 58

17.Daftar premi pemanen………...………... 59

18.Evaluasi lima tepat metode pengendalian gulma……….. 74

19.Kalibrasi alat penyemprotan Tambusai Estate afdeling VIII………… 76

20.Kalibrasi waktu penyemprotan pada piringan………... 80

21.Lokasi penyebaran gulma di Tambusai Estate……… ……... 82

(14)

23.Hasil evaluasi indeks kriteria infestasi gulma di Tambusai Estate... 86

24.Hasil analisis pengelompokkan berdasarkan tingkat kemiripan sebelas variabel berupa kriteria gulma yang menginfentasi

perkebunan………... 87

25. Perbedaan agroekologi berupa sub grup tanah ……… 91

26. Penyebaran gulma berdasarkan karakteristik gulma dan perbedaan

agroekologi………. 92

27.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada blok N20 afdeling VIII Tambusai Estate………….. 95

28.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada blok X5 afdeling XII Tahun Tanam 2006……… 96

29.Gulma yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……… 98

30.Pengamatan pengendalian Asystasia intrusa dan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1. Peta pengambilan gulma di Tambusai Estate……….…………. 9

2. Struktur organisasi di Tambusai Estate ………..………… 19

3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate…………. 20

4. Babat gawangan di Tambusai Estate………... 26

5. Kegiatan dongkelan anakan kelapa sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan DAK (tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah didongkel (anjang-anjang………… ………... 27

6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida (amiron + metil metsulfuron) yang digunakan di Tambusai Estate , b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road di Tambusai Estate………... 28

7. Cara kerja penyemprotan dalam blok di Tambusai Estate………... 31

8. Tim pengendalian gulma secara kimia yang dilengkapi dengan APD: a). Penggunaan APD (alat pelindung diri) bagi karyawan, b). Sarung tangan dan sepatu merupakan alat yang wajib digunakan di Tambusai Estate…... 32

9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS: a). Antigonon leftopus, b). Casia tora, c). Turnera subulata, d). Erechtites valerianifolia, e). Euphorbiaheterophylla, f). Ageratum conyzoides, g).Urena lobata, dan hama UPDKS: h). Setothesa asigna, dan Setora nitens……….. 34

10 Jenis pupuk yang diaplikasikan di Tambusai Estate: a).Pupuk anorganik (rockphospate) dan b). Pupuk organik (janjang press)……… 35

11.Organisasi pemupukan di Tambusai Estate: a). Organisasi penguntilan, c). Organisasi pengeceran, dan d). Organisasi penaburan………... 36

12.Organisasi penguntilan di Tambusai Estate: a). Pembokaran muatan di gudang pupuk, b). Peralatan di gunakan saat penguntilan, c). Penimbangan pupuk per untilan sesuai dengan takaran, dan d). Untilan pupuk……… 37

(16)

14. Kondisi tanaman kekurangan Fe: a). Tingkat defisiensi Fe rendah,

b). Tingkat defisiensi sedang, dan c).Tingkat defisiensi berat………….. 43

15. Kegiatan pengimpusan kelapa sawit: a). Alat mencampurkan pupuk, b). Chelat yang ditaburkan di piringan, c). Kegiatan mencari akar aktif dengan menggunakan dodos, d). Akar aktif, e). Pengisian FeSO4 ke dalam plastik pembungkus akar, dan f). Penimbunan dengan seresah.. 44

16.Tim panen yang sedang melakukan persiapan di Tambusai Estate: a). Check roll dipimpin oleh asisten dan b). Pembagian hanca panen oleh mandor panen……… 51

17.Cara pemanenan yang benar menggunakan APD dengan baik: a). Pemotongan TBS dengan menggunakan egrek, b). Pelangsiran dan penimbunan TBS di TPH, dan c). Pemanenan menggunakan APD……... 55

18.Sistem transportasi TBS di Tambusai Estate:a). Dump truck, b).Pengangkutan TBS dari TPH dengan menggunakan “tojok”, c). Looder, dan d). Rakit (alternatif transportasi TBS dalam hancak di daerah banjir dan rendahan)……….. 61

19.Kehilangan penen TBS (losses) yang ditemukan di Tambusai Estate: a). Losses TBSdi gawangan mati dan b). Losses TBS di parit collection road……….. 62

20.Proses pemasukan TBS ke pabrik PKS: a). Timbangan otomatis di PKS, b). Dump truck yang berisi TBS ditimbang……….. 63

21.TBS di dalam lori dimasukan ke dalam ketel.……… 65

22.Ketel tempat merebus TBS……….……… 65

23.TBS yang telah matang dikeluarkan………... 65

24.Alat yang digunakan pada proses perebusan: a). CVM (alat control sterilisasi) dan b). Pencatat waktu perebusan…..………….. 66

25.Mesin pencacahan dan pemipilan (thresher)……….. 67

26. Mesin pengaduk (digester)……….……… 68

27.Alat pengempaan TBS (screw press)………. 69

28.Crude oil tank dan Vibrating screen………...……… 70

29.Nut silo (tempat penampungan biji sementara)………....………. 70

(17)

31.Alat proses pengolahan kernel (inti): a). Alat pengering inti (kernel silo)

dan b). Polishing drum…………...………. 72

32.Dendogram pengelompokkan tingkatan kerusakan gulma di Tambusai Estate……….…………...……….. 88

33.Gulma daun lebar yang dominan di Tambusai Estate ……….. 99

34. Gulma paku-pakuan yang dominan di Tambusai Estate………. 100

35.Gulma rumput yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……….. 100

36.Pola penyebaran dominansi gulma di Tambusai Estate menurut tahun tanam………...……… 102

37.Kematian gulma Chentotecha lappacea (L.) Desv. setelah aplikasi (penyemprotan) herbisida: a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi, b). Kematian gulma setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu aplikasi, d. Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu aplikasi, dan f). Setelah 5 minggu aplikasi………..………. 107

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal 1. Peta perkebunan Tambusai Estate………... 114

2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL).. 115

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Mandor/ Mandor

besar………. 116

4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/ Kepala

Afdeling……… 118

5. Curah hujan rata-rata di Tambusai Estate……… 120

6. Peta kesesuaian jenis lahan di Tambusai Estate………... 121

7. Summed dominance ratio (SDR) gulma dominan di perkebunan

kelapa sawit di Tambusai Estate……….. 122

8. Data iklim Kabupaten Rokan Hulu, Riau 2005-2010………... 125

9. Efisiensi upah tenaga kerja dan PK SPKL di Afdeling VIII Tambusai

Estate………. 128

10.Areal konsesi dan jumlah pohon Tambusai Estate tahun 2012………… 129

11.Rekapitulasi produksi, produktivitas TBS, CPO, dan kernel oil……….. 129

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di

dunia. Permintaan ekspor dari berbagai negara meningkat tajam seiring dengan

perkembangan konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dunia. Pertumbuhan akan

permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 10%, dengan negara

pengkonsumsi CPO terbanyak yaitu China dan Uni Eropa (Hero, 2011). Peluang

industri pengolah kelapa sawit (PKS) masih sangat besar untuk memenuhi

kebutuhan pasar dalam dan luar negeri terutama dengan meningkatnya harga

minyak mentah dunia dapat menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku

pembuatan bioenergi.

Masa depan agrobisnis kelapa sawit menunjukkan perannya yang penting

bagi ekonomi Indonesia. Perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa

sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat dari 4.2 juta ha

pada tahun 2000 menjadi 7.8 juta ha pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata

sebesar 6% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012). Produksi juga meningkat dari 7

juta ton pada tahun 2000 menjadi 19 juta ton pada tahun 2010 atau meningkat

rata-rata sebesar 9% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012) dengan luasan 7.8 juta ha.

Hal ini menjadikan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di

dunia.

Namun demikian, produktivitas minyak kelapa sawit di perkebunan di

Indonesia masih tergolong rendah. Produktivitas per ha tahun 2010 mencapai 2.5

ton CPO/ha, meningkat produktivitasnya menjadi 2.97 ton CPO/ha/tahun pada

tahun 2011, dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki produktivitas 4.7 CPO

ton/ha/tahun (Hero, 2011). Rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia

dapat disebabkan oleh teknis agronomis yang tidak dijalankan sesuai dengan

rekomendasi, khususnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit (Barchia,

2006). Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit salah satunya adalah pengendalian

gulma. Pengolahan lahan terlalu intensif akan memacu perkecambahan biji gulma,

terutama biji yang terdapat di dalam tanah (Sastroutomo, 1990). Masalah gulma

(20)

kehadiran gulma dapat menurunkan produksi kelapa sawit karena adanya

persaingan dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma

juga dapat menurunkan mutu dan produksi, menjadi inang bagi hama, dan

meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya, menurut Hakim (2007) kelapa

sawit akan mempunyai masalah gulma yang serius jika jarak tanam lebar, karena

cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi

gulma.

Pengendalian gulma ini merupakan tahapan penting dalam pemeliharaan

kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kelapa sawit dan

juga mempelancar tata guna air ataupun drainase pada lahan gambut maupun

mineral. Pahan (2010) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus

dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan

anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan

secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di

piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia, dan gulma

berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih

keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman

kerja dan mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara lebih

khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang

pemeliharaan kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma pada tanaman

kelapa sawit. Selain itu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pengendalian gulma, melihat dinamika populasi, dan infestasi gulma di

(21)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada kegiatan magang ini adalah:

1. Perbedaan agroekologi akan mempengaruhi dinamika populasi dan infestasi

gulma pada tanaman kelapa sawit.

2. Terdapat perbedaan dominansi gulma yang menginfestasi tanaman kelapa

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010) termasuk divisi

Embryophyta siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili

Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies

Elaeis guineensis Jacq., Elaeis oleifera (H. B. K.) Cortes., dan Elaeis odora.

Tanaman kelapa sawit pada umumnya berasal dari Afrika dan Amerika

Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili

Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan seperti spesies Elaeis

oleifera dan Elaeis odora. Menurut Pahan (2010) Elaeis guineensis berasal dari

Afrika.

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang

embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar

(radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang,

tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa

sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat

dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan

diameter 6 - 10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau

horizontal dengan diameter 2 - 4 mm (Sastrosayono, 2006).

Umur produktif kelapa sawit rata - rata adalah 20 - 25 tahun. Pada tiga

tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit

tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4 - 6

tahun. Pada usia 7 - 10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode)

dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang

optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11 - 20 tahun mulai mengalami

penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25 - 30 tahun (Pahan,

2010).

Buah muda berwarna hijau pucat, semakin tua berubah menjadi hijau

hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah masih berwarna hitam

(nigrescens), dan buah matang berwarna merah kuning (orange). Buah terlalu

(23)

siap panen. Biasanya tandan buah dipanen berdasarkan jumlah jatuhnya

brondolan, yakni minimal 1 - 2 buah per TBS (Sunarko, 2009).

Syarat Tumbuh

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa

sawit adalah di atas 2,000 mm dan merata sepanjang tahun. Kekeringan selama 3

bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat (anak daun tidak dapat

memecah). Kondisi tersebut juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah,

karena buah yang sudah cukup umur tidak mau brondol. Hujan yang terlalu

banyak tidak menghambat produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan

penyinaran matahari cukup baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan

baik di banyak jenis tanah, asal tersedia air pada musim hujan dan drainase baik.

Akar akan busuk, jika tanaman tergenang untuk waktu lama (Sastrosayono, 2006).

Tanaman kelapa sawit termasuk heliofil atau menyukai cahaya matahari.

Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa

sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit misalnya, akan

terhambat pertumbuhannya.

Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan

manusia (Sembodo, 2010). Kehadiran gulma menjadi pesaing tanaman kelapa

sawit yang kuat atau kompetitif dalam memperolah air, cahaya, CO2, dan ruang

tumbuh. Kerugian akibat gulma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

Kerugian langsung misalnya menjadi kontaminan produk pertanian, melukai

petani, menaikkan biaya produksi, menyita waktu petani atau merusak alat-alat

pertanian. Kerugian tidak langsung misalnya menurunkan hasil pertanian

(Sembodo, 2010), sebagai inang dari penyakit atau parasit tanaman, mengurangi

mutu hasil, menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Sastroutomo, 1990),

dapat mengeluarkan senyawa alelopati, dan mengganggu tata guna air, sehingga

(24)

Menurut Rambe et al. (2010) gulma Mikania micrantha (H. B. K) RM.

King. dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 20%. Pada

tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit

yang disebabkan oleh Mikania micrantha (H. B. K) RM. King. sebesar Rp 38 juta

dengan luas serangan 757.5 Ha, Imperata cylindrica (L.) Beauv. sebesar Rp 60

juta dengan luas serangan 1,086 Ha, dan Paspalum conjugatum P.J. Berg. sebesar

Rp 43 juta dengan luas serangan 1,150 Ha.

Metode pengendalian gulma yang dilakukan pada awal penyemaian adalah

kultur teknis. Implementasi kultur teknis dilakukan dengan menanam

kacang - kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada saat awal tanaman

kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma yang lain adalah

secara biologis, manual, dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan dengan

musuh alami gulma. Tumbuhan liar berperan sebagai inang dari predator atau

parasitoid terhadap ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Pengendalian

kimia dilakukan khususnya area piringan, jalan pikul, dan tempat pemungutan

hasil (TPH) berdasarkan kriteria penutupan gulma. Herbisida yang digunakan

(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari

hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab.

Rokan Hulu, Riau. Tambusai Estate merupakan salah satu anak perkebunan dari

group First Resources. Perkebunan ini milik swasta asing asal Singapura. First

Resources didirikan tahun 1992 dengan 9 perkebunan di Indonesia, dan terdaftar

di bursa efek Singapura pada tahun 2007. First Resources merupakan salah satu

perusahaan produsen kelapa sawit yang memiliki perkembangan tercepat di Asia

Pasifik. Kegiatan utama yang dilakukan di perkebunan Tambusai Estate yaitu

kegiatan agronomis meliputi pemeliharaan (pengendalian gulma, dan hama

penyakit), pemupukan, pemanenan, dan pemeliharaan jalan. Peta perkebunan

Tambusai Estate dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pelaksanaan

Selama magang, penulis turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis

lapangan dibimbing asisten divisi, serta wawancara dan diskusi terkait

pengelolaan kebun. Data pendukung berupa laporan bulanan, laporan tahunan,

dan arsip kebun diperoleh dengan meminta izin manajer kebun. Penulis

melaksanakan aspek teknis dan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan.

Kegiatan yang dilakuan di lapang adalah menjadi kerja harian lepas (KHL),

pendamping mandor, dan pendamping asisten. Jurnal kegiatan selama magang

dapat dilihat di Lampiran 2, 3, dan 4.

Kegiatan penulis pada satu bulan pertama adalah sebagai kerja harian

lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan aktivitas

kebun yaitu, pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pengimpusan,

pengendalian hama penyakit, aplikasi limbah pabrik, perawatan jalan dan

jembatan, sensus pohon dan pemanenan. Kegiatan yang dilakukan penulis selain

kegiatan lapang KHL adalah survei lapang untuk aspek khusus terkait dengan

(26)

digunakan untuk membandingkan dominansi gulma yang ada di tanaman sawit

pada tahun tanam yang berbeda (umur tanaman) ataupun menganalisis faktor yang

mempengaruhi serangan gulma pada agroekologi yang berbeda. Selain itu, penulis

meneliti efektivitas pengendalian gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan

Centotheca lappacea (L.) Desv., serta efisiensi upah perawatan KHL.

Bulan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor

dalam melaksanakan aspek manajerial. Pada saat menjadi pendamping mandor,

penulis turut bertugas memberikan pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur

dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku

kerja mandor (BKM). Selain melakukan kerja mandor penulis juga membuat

laporan. Pada saat menjadi mandor, penulis juga melakukan grading buah di TPH

(Tempat Pengumpulan Hasil), pengecekan APD (Alat Pelindung Diri), kalibrasi

alat penyemprotan, dan juga pemetaan tapal batas. Pada bulan ketiga, penulis

melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten, dengan tugas melakukan kontrol

lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi tingkat divisi dan

kebun, serta mengisi buku harian asisten. Penulis melakukan pengamatan ke

pabrik dan mempelajari cara memperoleh rendemen maupun ALB (Asam Lemak

Bebas) di laboratorium.

Selain kegiatan utama, penulis juga melakukan kegiatan untuk melengkapi

kelengkapan data magang seperti, analisis vegetasi, pengendalian Asystasia

intrusa dan menghitung efektivitas penyemprotan. Kegiatan khusus magang

adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma,

menganalisis faktor yang mempengaruhi serangan gulma, menganalisis efisiensi

upah pemeliharaan gulma serta melakukan pengamatan pada gulma Asystasia

intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. Kegiatan studi

pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara

dan menganalisis RKT (Rencana Kerja Tahunan) serta laporan kerja harian.

Sampel gulma diambil secara acak dari 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3

blok, dan pada masing-masing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan petak

contoh ini berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa

(27)

mengamati tingkat kematian dan pertumbuhan kembali gulma-gulma tersebut

setelah penyemprotan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh penulis secara langsung (primer)

maupun tidak langsung (sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui

pengamatan pada saat bekerja di lapangan melalui prinsip 5 tepat pengendalian

gulma (dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi). Pengamatan tersebut

mengamati 5 penyemprot dan juga kalibrasi alat semprot. Selanjutnya, penilaian

efektivitas pengendalian dilakukan dengan cara pengambilan sampel gulma.

Sampel gulma diambil secara sampling bertingkat pada blok berdasarkan tahun

tanam. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran 1 m x 1 m yang

diambil pada gawangan mati. Jumlah sampel yang diambil 264 buah sampel. Data

sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok

pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1.

Warna

Tahun

Tanam 2002 2003 1999 2004 1997 1998 1995 2006 2005 1996 1991 1990

(28)

Tabel 1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate

Tahun Tanam

Blok Luas Lahan

(ha) 10% Luas lahan (ha) Jumlah Sampel Jumlah Sampel Blok

1990 F 24.90 2.49 6 1

1991 E 23.48 2.35 6 1

1995

E 23.19 2.32 6 1

F 23.47 2.35 6 1

G 25.02 2.50 6 1

1996

B 35.94 3.59 6 1

C 63.65 6.37 12 2

F 60.61 6.06 12 2

1997

B 39.22 3.92 12 2

C 29.14 2.91 6 1

E 27.66 2.77 6 1

G 92.49 9.25 18 3

I 30.18 3.02 6 1

K 61.46 6.15 12 2

L 27.20 2.72 6 1

M 25.73 2.57 6 1

N 34.26 3.43 6 1

U 30.48 3.05 6 1

1998

R 28.17 2.82 6 1

S 39.89 3.99 6 1

T 30.70 3.07 6 1

U 29.14 2.91 6 1

1999 P 53.75 5.38 12 2

V 27.75 2.78 6 1

2002

G 16.75 1.68 6 1

O 52.49 5.25 12 2

Q 28.03 2.80 6 1

2003 N 27.62 2.76 6 1

T 29.66 2.97 6 1

2004

M 27.19 2.72 6 1

R 37.87 3.79 6 1

S 29.70 2.97 6 1

2005 O 32.39 3.24 6 1

V 29.85 2.99 6 1

2006 K 27.21 2.72 6 1

X 24.09 2.41 6 1

Analisis Data

Analisis dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan

(29)

lappacea. Analisis kuantitatif yang dilakukan disajikan dengan statistika

sederhana yaitu rataan dan persentase.

Data gulma diolah untuk memperoleh NJD (Nisbah Jumlah Dominan) atau

summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan dominansi suatu gulma

yang ada. Jika nilai SDR gulma tinggi maka dominansi gulma di areal tersebut

tinggi, begitupula sebaliknya makin rendah SDR dominansi gulma semakin

rendah. Data juga diolah dengan metode skoring dan diuji dengan multivariate

cluster analysis untuk mengetahui pengelompokan gulma.

Adapun rumus perhitungan SDR menurut Moenandir (1993) adalah:

• Kerapatan mutlak (KM)

KM : Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh.

• Kerapatan nisbi (KN)

KN : KM spesies tertentu x 100%

Jumlah KM semua spesies

• Bahan kering mutlak (BKM)

BKM : Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh, diperoleh dengan

cara dioven

• Berat kering nisbi (BKN)

BKN : Berat Spesies tertentu x 100%

Total BKM semua spesies

• Frekuensi mutlak (FM)

FM : Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu

• Frekuensi nisbi (FN)

FN : FM spesies tertentu x 100%

Total FM semua spesies

• Nilai penting (NP)

NP : KN + BKN + FN

• Nisbah jumlah dominansi (NJD) NJD : KN + BKN + FN

(30)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Tambusai Estate terletak di antara 1000 37’ - 1000 24’ Bujur Timur dan 10

04’ - 10 14’ Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan

Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Sebelah utara Tambusai Estate

berbatasan dengan sungai Air Hitam Simpang Kanan dan sungai Merah, sebelah

selatan berbatasan Desa Kepenuhan Barat, areal SAH Estate, dan Desa

Kepenuhan Tengah. Sebelah barat Tambusai Estate berbatasan Desa Tambusai

Timur, areal PT. Torganda, dan Desa Tambusai Timur, sebelah timur berbatasan

dengan Desa Kepenuhan Timur dan Sungai Air Hitam Simpang Kiri. Peta kebun

disajikan pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan rata - rata di Tambusai Estate dalam kurun waktu 10 tahun

terakhir (2001 - 2011) adalah 1,918 mm dengan jumlah hari hujan rata - rata 117

hari. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi

umumnya terjadi pada bulan April (rata - rata 302 mm), sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata - rata curah hujan sebesar 100 mm.

Menurut kelas iklim Schmidth - Ferguson, keadaan iklim di Tambusai Estate

termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan

hujan tropika.

Tanah di Tambusai Estate tergolong ke dalam ordo entisol. Tanah tersebut

merupakan endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi empat subgrup yaitu: 1).

Typic haplosaprist, 2). Typic endoaquent, 3). Humic dystrudepts, dan 4). Typic

dystrudepts. Sub grup typic haplosaprist memiliki regim kelembaban udic (tidak

pernah kering selama 90 hari kumulatif pada kedalaman 10 – 90 cm dari

permukaan tanah) dan pada kedalaman > 120 cm terdapat muka air tanah,

drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa sangat

rendah. Jenis sub grup typic haplosaprist mencakup areal seluas 3% dari total 11

(31)

Ciri-ciri typic endoaqouent memiliki regim kelembaban udic (tidak pernah

kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 40 cm dari

permukaan tanah) dan pada kedalaman > 30 cm terdapat muka air tanah dangkal,

drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation sangat rendah, kejenuhan basa

sangat rendah. Typic endoaquent mencakup areal seluas 125 Ha atau 1% total luas

lahan yang ada di Tambusai Estate.

Subgrup humic dystrudept memiliki ciri-ciri rejim kelembaban udic (tidak

pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah ini mempunyai

epipedon umbrik. Horizon umbrik secara kasat mata berwarna hitam, dan

mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Jenis sub grup humic dystrudept

memiliki cakupan seluas 5,719 Ha atau 48% dari total luas lahan yang ada di

Tambusai Estate. Subgrup typic dystrudepts memiliki ciri rejim kelembaban udic

(tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah memiliki

kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%. Jenis sub grup typic

dystrudepts memiliki cakupan seluas 5,596 Ha atau 46% total luas lahan yang ada

di Tambusai Estate.

Areal Tambusai Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu

kemiringan 1 - 3% seluas 11,803 Ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.65 - 5.30,

dengan ketinggian tempat 12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata

tahunan berkisar antara 28°C – 31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk

kelapa sawit, Tambusai Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Peta

kesesuaian jenis lahan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Luas hak guna usaha (HGU) Tambusai Estate adalah sebesar 11,914.40

ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 11,028.66 ha untuk

tanaman menghasilkan (TM) tidak termasuk wilayah KKPA. Selanjutnya, 827.21

ha digunakan jalan (Main and collection road), untuk bangunan atau emplasement

26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. Luas areal Tambusai Estate dapat

dilihat pada Tabel 2.

(32)

Tabel 2. Luas areal kebun di Tambusai Estate

Nama Luas areal (ha)

KEBUN INTI

Afdeling 1 719.22

Afdeling 2 700.95

Afdeling 3 740.83

Afdeling 4 722.16

Afdeling 5 779.78

Afdeling 6 795.87

Afdeling 7 729.91

Afdeling 8 798.27

Afdeling 9 824.17

Afdeling 10 684.12

Afdeling 11 759.06

Afdeling 12 750.23

Afdeling 13 713.16

Afdeling 14 560.66

Afdeling 15 750.27

Sub total 11,028.66

PLASMA

KKPA Bunga Tanjung 1 801.00

KKPA Bunga Tanjung 2 801.66

KKPA Pekan Tebih 700.00

Total 13,331.32

Sumber: Kantor Pusat Kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Tambusai Estate adalah

varietas tenera (dura x pisifera), yang terdiri dari tenera Papua New Guinea

(PNG), tenera Socfindo dan tenera Marihat (PPKS). Jarak tanam yang digunakan

adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9.3 x 9.3 x 9.3 m dengan jarak dalam barisan

9.35 m dan jarak antar barisan 8.097 m serta populasi 132 tanaman/ha. Namun,

berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar bisa

lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada populasi yang seharusnya. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pohon pisifera yang

merupakan pohon kelapa sawit jantan untuk perangsang pertumbuhan pohon

(33)

tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Tambusai Estate dapat

dilihat pada Tabel 3. Menurut RKAP areal statement tahun 2012, tanaman kelapa

sawit di Tambusai Estate ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu dari tahun

1990 hingga tahun 2006. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate tahun

2004 - 2009 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate

Tahun Tanam

Kebun Inti Tahun

Tanam

Kebun KKPA Luas (ha) Jumlah

Tanaman

Populasi /ha

Luas (ha) Jumlah Tanaman

Populasi /ha

1990 200.64 22,504 132 2007 773.84 103,056 132

1991 248.71 31,126 132 2008 435.80 57,655 132

1995 446.37 58,477 132 2009 811.72 23,405 132

1996 1,246.12 156,723 132

1997 4,030.23 509,897 132

1998 1,540.42 198,440 132

1999 359.40 48,186 132

2002 476.22 63,173 132

2003 658.68 86,222 132

2004 492.88 64,484 132

2005 1,003.51 130,449 132

2006 326.46 38,245 132

Sub total 11,029.64 1,407,926 2,021.36 184,116

Sumber: Kantor pusat kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

Tabel 4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate

Tahun Produksi TBS (ton) Produktivitas TBS Berat Janjang

(ton/ha) Rata-rata (kg)

2007 226,511.20 20.45 12.93

2008 257,617.58 23.26 12.22

2009 272,981.51 24.69 13.14

2010 282,810.64 25.78 14.82

2011 305,942.04 27.88 17.35

(34)

Pada tahun 2004 telah dibangun pabrik kelapa sawit di Tambusai Estate,

dan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2005 dengan kapasitas terpasang 45

ton TBS/jam. Pembangunan pabrik tahap pertama dilakukan oleh kontraktor

PT. Eka Cipta Bina Karya. Pertambahan produksi TBS yang berasal dari afdeling

dan KKPA (17 afdeling) membuat produksi TBS menjadi 1,100 ton TBS/hari.

Untuk mengantisipasi lonjakan produksi, kapasitas pabrik dinaikkan menjadi 90

ton/jam, pembangunan tahap II dilakukan kontraktor PT. Wijaya Karya pada

tahun 2008. Pada saat ini, Tambusai Estate dapat menghasilkan ± 7 ton CPO

/ha/tahun atau dapat menghasilkan 31 ton TBS/ha/tahun. Tambusai Estate sedang

menjalankan program sertifikasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) / OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series),

ICC (International Carbon Certification) dan telah mendapatkan sertifikasi

(International Organization for Standardization) ISO: 14001: 2008 untuk

manajemen lingkungan dan ISO: 9001: 2005 untuk sertifikasi manajemen mutu

produksi.

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Tambusai Estate dipimpin oleh seorang general manager yang bertugas

memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya

dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun rencana

kerja operasional pabrik. General manager memiliki wewenang untuk mengambil

kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan rencana

kerja, juga menandatangani surat, dokumen, dan perjanjian kerja. Seorang general

manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh deputy general manager,

field manager, field assistant, dan kepala seksi (kasi) administrasi.

Deputy general manager atau wakil general manager bertugas membantu

tugas-tugas general manager dalam melaksanakan kegiatan operasional dalam

mencapai target produksi TBS dan CPO sesuai yang ditetapkan oleh manajemen.

Kepala tata usaha (KTU) bertanggungjawab merencanakan, mengkoordinasikan,

mengawasi dan mengendalikan kegiatan administrasi kebun agar berjalan dengan

baik serta “ up to date”. Status karyawan di Tambusai Estate terdiri atas karyawan

(35)

general manager, mill manager, KTU, kasi administrasi, field manager, dan field

assistant, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor pusat kebun,

karyawan traksi, karyawan afdeling, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan

tetap (Tabel 5).

Field manager disebut asisten kepala (askep) bertugas memimpin kegiatan

operasional bidang tanaman dan non tanaman di rayon (tempat kegiatan field

manager dan memiliki tanggung jawab atas 3 - 4 afdeling). Tugas lainnya yaitu

mengendalikan biaya yang berpedoman kepada anggaran yang telah ditetapkan

oleh manajemen. Selain itu, askep juga menjadi penanggungjawab kebun

sementara apabila deputy general manager dinas luar.

Field assistant (asisten lapang) bertugas untuk menyusun rencana

anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, dan tahunan). Dalam melaksanakan

pekerjaannya, seorang field assistant dibantu oleh para mandor dan kerani

afdeling. Mandor panen, mandor perawatan, bertugas dalam pengawasan kegiatan

pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang

telah ditentukan perusahaan, sedangkan kerani afdeling bertugas membantu field

assistant dalam penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan di lapangan serta

administrasi afdeling. Struktur organisasi Tambusai Estate dapat dilihat pada

(36)

Tabel 5. Jumlah karyawan staf dan non-staf di Tambusai Estate tahun 2012

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

* General manager 1

* Deputy general manager 2

* Mill manager 1

* Kepala administrasi 1

* Kepala tata usaha 1

* Kepala personalia 1

* Kepala timbangan 1

* Asisten sortasi 1

* Asisten proses 2

* Asisten kepala PKS 1

* Asisten laboratorium 1

* Asisten kepala 6

* Asisten maintenance 1

* Asisten tehnik sipil 1

* Asisten kebun 18

* Assisten aplikasi tankos/LA 1

2. PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 112

3. KHT (Karyawan Harian Tetap) 718

4. KHL (Karyawan Harian Lepas) 80

Jumlah 951

(37)
(38)
[image:38.842.101.784.80.402.2]
(39)

ASPEK MANAJERIAL

Selama magang penulis melaksanakan aspek manajerial di Afdeling VIII

Tambusai Estate. Penulis selama mengikuti aspek majerial berperan sebagai

pendamping mandor dan pendamping asisten. Penulis menjadi pendamping

mandor selama 3 minggu dan menjadi pendamping asisten selama 6 minggu.

Selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling, penulis

mengikuti kegiatan meliputi pengawasan di lapangan dan administrasi di kantor

afdeling.

Pendamping Mandor

Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti pengawasan di

lapangan dan kegiatan manajerial terkait administrasi afdeling dengan

mendampingi kerani panen dan kerani afdeling.

Mandor Panen

Mandor panen bertanggung jawab: 1). Membagi pemanen ke dalam hanca

panen sesuai dengan angka kerapatan panen (AKP), 2). Mengawasi panen agar

pemanen tidak memotong buah mentah dan juga brondolan diketiak pohon,

piringan, pasar pikul dan gawangan bersih dikutip, 3). Mengontrol (mengecek)

hanca pemanen dari losses (kehilangan buah), 4). Mencatat jumlah perhitungan

AKP dan melaporkannya kepada asisten afdeling, 5). Koordinasi dengan kerani

panen untuk pengecekan buah, 6). Mengecek peralatan panen, dan 7).

Mengorganisasikan karyawan menggunakan APD dan Zero Accident.

Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban mandor panen yaitu:

Mengisi LHM (Laporan Harian Mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari dan

Mengisi BKM (Buku Kegiatan Mandor). Penulis ikut berperan dalam mengontrol

hanca pemanen (losses), melakukan perhitungan angka kerapatan panen,

melakukan taksasi panen harian, melakukan koordinasi dengan kerani panen

(40)

Mandor Pupuk

Mandor pupuk berkewajiban: 1). Membuat bon permintaan barang

(pupuk), 2). Menyiapkan alat/bahan untuk pemupukan (takaran, pikulan, pupuk,

dan lain-lain), 3). Mengawasi penguntilan pupuk, 4). Mengawasi ecer pupuk di

lokasi (blok) yang telah ditentukan, 5). Membagi hanca karyawan sesuai lokasi

yang akan dikerjakan, 6). Mengawasi pelaksanaan pemupukan sesuai rencana

yang telah ditentukan, 7). Mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, 8).

Melaksanakan pengembalian sampel daun sesuai petunjuk perusahaan, 9).

Mengecek jumlah pengembalian karung pupuk yang dikembalikan ke gudang

afdeling, dan 10). Memastikan semua pekerja menggunakan alat pelindung diri

(APD).

Pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk berkoordinasi

dengan asisten afdeling dan kepala asisten afdeling. Saat melakukan pengawasan

pada pekerja pupuk, penulis mengawasi mulai dari penguntilan, bongkar muat,

pelangsiran, hingga proses penaburan pupuk.

Mandor Perawatan

Mandor perawatan bertanggung jawab: 1). Membagi hanca karyawan

sesuai lokasi yang akan dikerjakan, 2). Mengontrol dan mengawasi pekerjaan

karyawan, 3). Melaporkan hasil kerja dan HK, dan 4). Memastikan semua alat

yang akan digunakan dalam kondisi baik atau siap pakai dan bertanggung jawab

terhadap alat-alat yang digunakan karyawan bila terjadi kerusakan.

Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Chemist/

perawatan yaitu mengisi LHM (Laporan Harian Mandor) yang dilaporkan setiap

sore hari dan mengisi rencana kerja harian (RKH) semprot dan realisasi kerja

setiap hari. Selama menjadi pendamping mandor, penulis ikut mendampingi

kegiatan mandor perawatan saat melaksanakan kegiatan aspek manajerial. Penulis

ikut serta mengawasi karyawan yang melakukan rawat jalan, pembersihan

(41)

Kerani Afdeling

Kerani afdeling adalah bagian dari anggota kebun yang bertugas mengurus

bagian administrasi tingkat afdeling. Kerani afdeling berkewajiban: 1). Mengisi

papan rencana kerja harian, mingguan atau bulanan untuk memonitoring

pengiriman TBS ke PKS, 2). Realisasi pemupukan, 3). Monitoring stok di gudang,

4). Memeriksa BKM dan mencatat ke buku prestasi kerja, 5). Membuat absensi

tahap I, II, dan III, 6). Merekapitulasi daftar absensi pertahapan dan pengangkutan

janjang kosong, 7). Menyampaikan laporan pagi dan sore afdeling meliputi:

laporan produksi, pemupukan, penyisipan, 8). Membantu memberikan beras, 9).

Membantu pembayaran gajian kecil dan besar serta membuat permintaan dana

operasional, 10). Membuat BPB (Bon Permintaan Barang), 11). Mengisi data

curah hujan, dan 12). Membuat arsip surat keluar dan masuk.

Penulis ikut berperan dalam mengisi papan rencana kerja harian,

mingguan, dan bulanan untuk monitoring pengiriman TBS ke PKS, realisasi

pemupukan, penyemprotan, infus akar. Monitoring stok gudang, membuat laporan

harian asisten (LHA), dan mencatat angka curah hujan yang diambil dari

ombrometer (alat pengukur curah hujan) setiap harinya.

Kerani Panen (I dan II)

Kerani panen berkewajiban: 1). Melakukan grading buah di setiap TPH

setiap hari dan memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS, 2).

Mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH ke dalam BPBh (buku penerimaan

buah), 3). Mengawasi pengangkutan TBS dan TPH sampai ke loading ramp di

PKS agar terangkut dengan baik sehingga tidak ada yang restan (tertinggal) di

lapangan, 4). Mengawasi pengangkutan brondolan agar bersih dari sampah, pasir,

kerikil, dan tidak ada yang tertinggal atau tercecer.

Kerani panen merekapitulasi laporan potong buah dan output janjang,

mencatat kesalahan dan denda pemanen, koordinasi dengan mandor panen jika

dalam pemeriksaan ditemukan buah mentah, dan membuat laporan produksi dan

(42)

Pendamping Asisten Afdeling

Selama menjadi pendamping asisten afdeling penulis mengikuti beberapa

kegiatan dan tugas dari asisten. Asisten afdeling bertugas: 1). Menyusun dan

menyerahkan rencana anggaran kerja (RAK) kepada atasan untuk dievaluasi, 2).

Menyusun rencana produksi, perawatan dan taksasi produksi harian, bulanan dan

tahunan dibantu oleh kerani afdeling, 3). Memberikan pemakaian rencana alat

berat dan kendaraan bekerjasama dengan traksi, 4). Mengawasi program

pemupukan, perawatan dan pengendalian hama dan penyakit, 5). Mengawasi

pelaksanaan panen dilapangan atau mengecek kerja kerani panen dan mandor

panen agar tidak ada buah tinggal / restan, buah mentah, maupun brondolan yang

tertinggal serta ketersediaan sarana panen (TPH, titi panen, pasar pikul, dodos,

egrek, dan angkong), 6). Mengawasi keadaan jalan di afdeling baik atau tidaknya

untuk transportasi buah dan pupuk), 7) Memeriksa setiap laporan kegiatan

afdeling seperti: buku mandor, buku asisten, laporan pemakaian kendaraan, alat

berat, permintaan dan pengeluaran bahan kimia atau barang dari gudang sebelum

(43)

ASPEK TEKNIS

Pengendalian Gulma Organisasi Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di Tambusai Estate menggunakan sistem borongan.

Setiap rombongan memiliki satu kepala rombongan dan diawasi oleh satu mandor

yang bertugas merencanakan dosis, rotasi, dan hanca yang di semprot.

Pengendalian gulma secara manual di Tambusai Estate meliputi, babat gawangan

manual dan DAK (Dongkel Anak Kayu). Pengendalian gulma secara kimia

dilakukan pada pasar pikul, piringan, TPH, dan wipping. Pengendalian gulma

secara kimia pada afdeling VIII menggunakan 5 HK untuk pasar pikul, piringan

maupun long bad, 3 HK untuk babat gawangan, 3 HK untuk DAK (Dongkel Anak

Kayu), 1 HK untuk chemis TPH, 4 HK untuk wipping. Pelaksanaan seluruh

kegiatan pengendalian gulma sesuai dengan panduan penyusunan budget

pengendalian gulma di Tambusai Estate pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate

No. Jenis Pekerjaan Satuan Premi

1. Mandor pupuk Kg Rp 8/Kg

2. Mandor pemeliharaan Ha Rp 1,500/ha

- Premi penyelesaiaan Pemeliharaan piringan

- Premi pemeliharaan pasar Ha Rp 500/ha Pikul

- Premi pemeliharaan TPH Ha Rp 500/ha

- Premi pemeliharaan gawangan Ha Rp 1,500/ha

- Premi pemeliharaan tunas Ha Rp 1,000/ha

- Premi pemeliharaan wipping Ha Rp 100/ha

Lalang

- Premi pemeliharaan hama penyakit Ha Rp 150/ha - Premi pemeliharaan penyisipan Ha Rp 100/ha

- Premi pemeliharaan spot lalang Ha Rp 100/ha

(44)
[image:44.595.234.388.586.702.2]

 

Tabel 7. Daftar penyesuaian harga perawatan

No. Uraian Satuan (Rp/ha)

1. Chemis piringan

14,000 2. Chemis pasar pikul

3. Babat gawangan manual 35,000

- T.T 1990-1999 35,000

- T.T 2000-2006 40,000

4. Dongkel anak kayu sawit

- T.T 1990-1999 45,000

- T.T 2000-2006 50,000

5. Garuk piringan manual

T.T 1990-2006 60,000

6. Tunas kelapa sawit

- T.T 1990-1991 650

- T.T 1995-2006 550

7. Pemupukan manual

- Dosis 0-1.49 kg/pohon 12,000

- M/B pupuk 7

- Until pupuk 17

- Dosis > 1.49/kg/pohon 15,000

Sumber: SE, Tambusai Estate 2011

Pengendalian Gulma Secara Manual

Babat gawangan secara manual digunakan untuk mengendalikan gulma

Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott., Mikania micranta (H. B. K) RM. King.,

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Stenochlaena palustris Bedd., Lygodium

palmatum (Bernh.) Swartz., dan berbagai macam gulma yang terdapat pada

gawangan dengan tinggi babatan maksimum 20 - 30 cm dari permukaan tanah.

Alat yang digunakan pada babat gawangan adalah parang babat yang tajam dan

parang pincuk. Kegiatan babat gawangan dapat dilihat pada Gambar 4.

(45)

Tenaga kerja babat juga termasuk sistem borongan. Seorang pembabat

biasanya dapat menyelesaikan 1.5 ha - 2 ha/hari. Upah tenaga babat gawangan

adalah Rp 35,000/ha. Pekerja juga tidak memperoleh premi karena yang

bersangkutan menggunakan sistem borongan. Semua semak yang ada di

gawangan dibabat menggunakan parang babat.

Dongkel anak kayu merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara

mendongkel atau mencabut sampai ke akarnya. Jenis gulma yang didongkel

adalah gulma daun lebar berkayu seperti: Melastoma affine D. Don, Foterandia

L., Merremia umbellata (L.) Hallier f., Chromolaena odorata (L.) King and

H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., dan tukulan (anak sawit liar) (Gambar

5a) yang terdapat pada gawangan, pasar pikul serta pada piringan kelapa sawit.

Dongkel anak kayu dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang,

atau langsung dicabut dengan tangan, gulma yang telah dicabut diletakan di

anjang-anjang yang terletak di pinggir blok atau jalan (Gambar 5b).

[image:45.595.105.511.114.808.2]

(a) (b)

Gambar 5. Kegiatan dongkel anakan sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan dongkel anak kayu (Tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah di dongkel (anjang-anjang)

Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp 45,000/ha. Jenis

pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan sistem borongan, jadi tidak ada premi yang

diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan

1 - 1.5 ha/hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII,

terdapat beberapa orang pendongkel yang hanya mampu menyelesaikan setengah

hektar per hari. Menurunnya kemampuan tersebut disebabkan oleh faktor usia

(46)

Pengendalian Gulma Secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia merupakan pengendalian gulma yang

dilakukan dengan cara menyemprot langsung pada gulma (Gambar 6 b) dengan

menggunakan herbisida (Gambar 6 a). Pengendalian gulma secara kimia di

Tambusai Estate diaplikasikan pada piringan, TPH, pasar pikul dan “long bad

kelapa sawit.

(a) (b)

Gambar 6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida amiron + metil metsulfuron,b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road.

Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik berbahan aktif

glifosat dan metil metafuron dengan merek dagang Rapid® 20 WG, Bionasa®

480 As, Basta® 150 WSC, Ally® 20 WDG, Amiron-M® 20 WG dan

Bravoxone® 276 SL. Bahan aktif herbisida di atas berturut-turut yaitu

Isopropilamina glifosat (Rapid®, Bionasa® dan Basta®) dan Metil metsulfuron

(Ally® dan Amiron-M®).

Herbisida sistemik lebih cocok digunakan untuk mengendalikan gulma

berdaun sempit seperti Axonopus compresus (Sw.) P. Beauv., Centotheca

lappacea (L.) Desv., Cynodon dactylon (L.) Pers., Cyrtococcum accresens

(Poac.)., Digitaria adscendens (H.B.K) Henr., dan Eleusine indica (L.) Gaertn.,

dan gulma berdaun lebar lunak yang tidak berkayu seperti Asystasia intrusa

(Forssk.) Blume., Ageratum conyzoides L., Cleome rutidosperma D.C., dan

Euphorbia hirta L. Penyemprotan herbisida dilakukan di piringan, TPH dan pasar

(47)

yaitu Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., sedangkan di pasar pikul adalah

Centotecha lappacea (L.) Desv.

Larutan herbisida dicampur dengan air terlebih dahulu di gudang pupuk

sebelum dibawa ke lapang atau ke afdeling. Hal ini dilakukan untuk menghindari

pencurian atau penjualan bahan aktif. Perbandingan campuran glifosat dengan air

adalah 1:1, artinya untuk 1 liter bahan aktif diencerkan dengan 1 liter air.

Dosis herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan, TPH, dan

pasar pikul di Afdeling VIII umumnya menggunakan dosis yang sama.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII, dosis untuk glifosat

adalah 60 cc/tangki dan amiron 5 g/tangki. Dari pengamatan yang dilakukan

terhadap lima orang penyemprot didapat jumlah pohon rata – rata yang disemprot

untuk satu tangki adalah 61 pohon dengan ukuran tangki 15 liter, sehingga dosis

per hektarnya adalah sebagai berikut :

Luas efektif piringan yang disemprot/ha luas lahan

= πr2 x 132

= 3.14 x (2.5 m)2 x 132

= 2,590. 5 m2

Jika 1 tangki digunakan untuk semprot 61 pohon, maka dosis per

hektarnya adalah :

= 15/ (3.14 x (2.5 m)2 x 61) x 10,000

= 125.300 l/ ha atau

= 8 tangki/ ha

Dosis anjuran = 450 cc/ ha luas efektif = 30 tangki

Biaya pengendalian secara kimiawi contoh perhitungannya dibagi menjadi

biaya pengendalian kimiawi di piringan dan pasar pikul. Contoh perhitungan

biaya per hektar pada piringan di blok L24 (luas = 21.14 ha, jumlah HK = 5 HK,

Jumlah kebutuhan rapid = 211 g dan amiphosate = 4.20 liter) yaitu: 1). Mencari

jumlah upah terlebih dahulu yang didapat dari luasan efektif x upah/ha,

didapatkan (21.14 ha x Rp 14,000/ha = Rp 295,960), 2). Menentukan biaya bahan

dari (jumlah rapid x harga rapid) + (jumlah amiphosate x harga amiphosate),

(48)

biaya/ha = biaya bahan/luas efektif (Rp 124,470/ 21.14 ha = Rp 5,888/ha), 4).

Mencari jumlah biaya/ha (no. 1 + no.2)/luasan efektif (Rp 295,960 + Rp 124,470)/

21.14 ha = Rp 19,887.8/ha).

Contoh perhitungan pengendalian secara kimiawi pada pasar pikul pada

blok L25 dengan luas = 10.68 ha, jumlah HK = 5 HK, upah = Rp 7,000 / ha,

jumlah rapid = 53 g dengan harga satuan Rp 150, dan Amiphosate 1 liter dengan

harga Rp 22,100) yaitu: 1). Mencari jumlah upah = luasan efektif x upah/ha

(10.68 ha x Rp 7,000/ha = Rp 74,760), 2). Menentukan biaya rapid dan amiphosat

Gambar

Gambar 3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate
Tabel 7. Daftar penyesuaian harga perawatan
Gambar 5. Kegiatan dongkel anakan sawit di Tambusai Estate: a).
Gambar 9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS: a).
+7

Referensi

Dokumen terkait