INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG
BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI
ESTATE
, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN
HULU, RIAU
RATIH LARASATI
A24080149
DEPARTEMEN AGRONOMI
DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Weeds infestations on Different Agroecologi of Oil Palm Plantations Tambusai Estate (Elaeis guieensis Jacq.), PT. Panca Surya Agrindo, Rokan Hulu Distric, Riau
Ratih Larasati1, Edi Santosa2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB
2
Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB
Abstract
Weed control in oil palm plantation can improve the productivity of oil palm trees. This
in was carried out internship Tambusai Estate, Rokan Hulu, Riau, from February to May 2012.
The objective of this apprentice was to improve the knowledge, skills, work experience and
analyze factors that affect weed dynamic in different agroecological areal at oil palm plantation.
Data were collected by direct method for primary data and indirect method for secondary data.
Data of weed were collected using vegetation analysis of 1 m x 1m kuadran. The number of
samples were 264. Weed were scored and tested using cluster analysis and shown as a
dendogram. The results showed that agro-ecological factors, especially soil subgroup
determined weed population and dominance in Tambusai Estate. Weed invasion on palm oil
plantation spread based on the nature of the morphology, botany, and nature of damage to
plants as well as palm oil is the difference in the form agroekologi subgroup of land.The humid
soil conditions is an optimum for weeds Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis
bisserata (Sw.) Schott, and various kinds of other ferns which is the dominant weeds in Tambusai
Estate.
Key words: Agroecological, sum of dominance ratio, weed analysis, weed control
RATIH LARASATI. Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau (Dibimbing oleh EDI SANTOSA).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki prospek agrobisnis yang sangat cerah. Selain itu,
komoditas ini merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia.
Luas pertanaman dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat
setiap tahunnya. Pada perkebunan kelapa sawit, kegiatan pemeliharaan penting
untuk mempertahankan produksi dan kualitas produk kelapa sawit yang
dihasilkan. Salah satu kegiatan pemeliharaan adalah pengendalian gulma.
Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menekan
populasi pesaing tanaman budidaya dan memudahkan dalam pekerjaan
pemanenan hasil tanaman budidaya.
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih
keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman
kerja, serta mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara
lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang
pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma kelapa
sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi dan
dominansi gulma di perkebunan kelapa sawit. Pada pelaksanaannya, pengumpulan
data dilakukan dengan metode langsung (primer) maupun tidak langsung
(sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui pengamatan pada saat bekerja
di lapangan. Data yang diamati yaitu: 1). Evaluasi pengendalian gulma dengan
prinsip 5 tepat (tepat dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi), 2). Kalibrasi alat
semprot, 3). Kalibrasi waktu penyemprotan gulma, dan 4). Pola penyebaran
gulma. Pengambilan data gulma di Tambusai Estate dilakukan dengan cara
pengambilan sampel gulma (inventarisasi gulma). Sampel gulma diambil secara
acak pada tiap 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3 blok, dan pada
Kegiatan pemeliharaan di Tambusai Estate sudah cukup terorganisasi
dengan baik. Namun demikian, perlu ditingkatkan pengawasan pemeliharaan
terutama agar sesuai dengan standar pemeliharaan gulma yang telah ditetapkan
perusahaan. Perbaikan tersebut meliputi peningkatan skill mandor maupun
peningkatan kemampuan pekerja penyemprotan dalam memahami SOP
penyemprotan. SOP penyemprotan di Tambusai Estate meliputi: 1).
Penyemprotan herbisida di dalam piringan radius 2.5 cm, 2). Tinggi semprotan
30-40 cm dan tinggi babat gawangan 10 cm, 3). Dosis yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi riset, 4). Penggunaan alat semprot harus sesuai dengan rotasi,
dosis, dan kerapatan gulma yang ada, dan 5). Tidak menyemprot areal tapal batas
sungai (radius 2 m dari bibir sungai). Perbaikan kedua meliputi kalibrasi alat
sebelum melakukan penyemprotan, dan ketiga adalah meningkatkan ketersediaan
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pemeliharaan.
Berdasarkan pengamatan di Tambusai Estate, gulma yang dominan adalah
gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Nephrolepsis bisserata (Sw.)
Schott. Gulma yang memiliki dominansi tertinggi adalah gulma pakis-pakisan,
gulma ini memiliki adaptasi yang tinggi terhadap ekologi, distribusi luas,
pertumbuhan kembali (regrowth) yang sangat cepat, dan dapat tumbuh di lokasi
dengan intensitas cahaya tinggi maupun rendah. Gulma pakis-pakisan yang
menempel pada pohon sawit walau tidak terlalu berbahaya, tetapi perlu di
dikendalikan karena dapat menahan berondolan sehingga tidak terlihat.
Hasil analisis menunjukkan sebelas kriteria gulma yang menyerang
perkebunan dibagi menjadi tiga grup yaitu grup A, B, dan C. Grup A cenderung
mengelompok berdasarkan karakteristik morfologi gulma. Grup B mengelompok
berdasarkan karakteristik gulma yang memiliki sifat merusak bagi tanaman kelapa
sawit dan Grup C mengelompok berdasarkan karakteristik botani gulma tersebut.
Pada kemiripan 55%, terdapat 6 sub grup gulma yaitu subgrup A1, A2, B1, B2,
C1, dan C2. Sub grup A1 memiliki 2 karakteristik yaitu 1) Karakteristik sulitnya
pengendalian gulma menggunakan herbisida dan 2) Biaya pengendalian mahal.
terhadap kekeringan dan 2) Mengganggu bagi pekerja panen, dengan contoh
gulma Mimosa invisa Mar., Mimosa pigra L. dan Passiflora foetida L.
Sub grup B1 memiliki 2 karakteristik berupa distribusi gulma yang luas
dan dapat merusak tanaman budidaya dengn jenis gulma Asystasia intrusa
(Forssk.) Blume., Nephrolepsis biserrata (Sw.) Schott., dan Stenochlaena palustris
Bedd. Karakteristik gulma yang memiliki potensi sebagai inang HPT merupakan
karakteristik subgrup B2 dengan contoh gulma Paspalum conjugatum P.J. Berg.,
Leptochloa chinensis (L.) Ness., dan Euphorbia hirta L.
Selanjutnya karakteristik untuk subgrup C1 adalah karakteristik
pertumbuhan gulma yang cepat “ regrowth” atau suksesi yang cepat dan memiliki
karakteristik propagul yang mudah terbawa oleh pekerja panen. Dicranopteris
linearis (Burm. f. Underw)., Centotheca lappacea (L.) Desv., Gleichenia linearis
(Burm. F.) C. B. Clarke., dan Imperata cylindrica (L.) Beauv.,
Subgrup C2 adalah karakteristik gulma yang tahan terhadap genangan dan
memiliki perbanyakan masal. Contoh gulma yang termasuk ke dalam subgrup ini
adalah gulma Caladium tuberosum (S. Moore) Bogner M., Chromolaena odorata
(L.) King and H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., Eleusine indica (L. )
Gaertn., dan Pteridium aquilinum (L.) Kuhn.
Faktor agroekologi tanah di Tambusai Estate juga mempengaruhi sebaran
serangan gulma. Kondisi tanah lembab merupakan tempat yang optimum bagi
gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott.,
dan berbagai jenis tumbuhan paku lainnya. Hal ini yang menyebabkan gulma
diatas menjadi gulma dominan dengan NJD rata-rata sebesar 23% setelah
ESTATE
, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN
HULU, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
RATIH LARASATI A24080149
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SAWIT TAMBUSAI
ESTATE
, KAB. ROKAN
HULU, RIAU
Nama : RATIH LARASATI
NIM :
A24080149
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si NIP. 19700520 1996011 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi pada tanggal 25 Januari 1990.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Supriyono dan Ibu Eny Ridaryati.
Penulis lulus dari SD YKPP Bajubang pada tahun 2002,
kemudian melanjutkan studi ke SLTP N 2 Batanghari selama 6 bulan pada tahun
2002, dan meneruskan pendidikan di SLTP N 7 Kota Jambi pada tahun yang sama
hingga lulus SLTP pada tahun 2005. Setelah lulus dari SLTP penulis melanjutkan
ke SMA N 1 Kota Jambi dan menyelesaikan studi pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,
Program Studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Selama kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa: 1). Tahun
2008/2009 sebagai anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Gentra Kaheman
dan UKM Volly IPB, 2). Tahun 2010/2011 sebagai bendahara divisi PSDM
(Pengembangan Sumberdaya Masyarakat) DPM A (Dewan Perwakilan
Mahasiswa) Faperta IPB, 3). Tahun 2011/2012 sebagai anggota divisi syar FKRD
A (Forum Kerohanian Rohis Departemen) Faperta IPB, 4). Panitia IAC (IPB Art
Contest), dan kepanitian lain di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain
itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus yaitu sebagai anggota divisi seni dan
budaya HIMAJA (Himpunan Mahasiswa Daerah Jambi). Penulis pernah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau”.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda Supriyono, ibunda Eny Ridaryati, kakak Tika Fajar Wulandari, adik
Bimo Bhirawa Annoraga dan semua keluarga yang memberikan dukungan
selama pendidikan.
2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai
dengan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
telang banyak membantu dan memberi saran selama proses pendidikan penulis
di Institut Pertanian Bogor.
4. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS sebagai dosen penguji
yang memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini.
5. Direksi First resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan kegiatan magang, H. Juwahir, SP (General manager), Patria
Darma, SP dan Gita Mustika, SE (Deputy I dan II) selaku staf tertinggi di
Tambusai Estate yang telah memperlancar pelaksanaan dan juga H. Sihotang
asisten afdeling VIII selaku pembimbing lapangan, Hasnan, SP Field manager
Tambusai Estate dan semua keluarga di afdeling VIII (Pak Livontus, Suhardi,
Budi, Subadi, Pakde, Bu Ani, Pak Ca’mat, Pak Yusuf) serta seluruh staf
laboratorium, staf umum dan karyawan Tambusai Estate yang memberikan
arahan teknis lapangan.
6. Sahabat terbaikku (Pipit, Wulan, Dinda, Alma, Ryanda dan Hesti) atas
INDIGENOUS 45 yang sangat dicintai, tim magang First resources IPB’12
(Yelli yang setia menemani analisis vegetasi gulma), Wahyu, Rani, Ika dan
Dimas), penghuni wisma lestari (Dian, Kak Meri, Kak Novi, Kak Ana, dan
Kak Esy) atas kenangan yang tak terlupakan, teman-teman KKP’11 (Erick,
Syakir, Winda, Santi, Miftah, dan Mae), penghuni pondok iswara (Fya, mbak
Julia, mbak wie, mbak ulfa), teman se - PS (Lisna dan Irvanda) yang selalu
membantu dan menemani mengerjakan tugas akhir, kakak Eky Perdana, SP
atas semangat dan dukungannya, teman sekamar 367 (Arin, Sasti, dan Azza)
yang sangat kusayang, serta Lodeh (lorong 8 TPB) yang setia menemani dari
asrama sampai sekarang.
Bogor, Oktober 2012
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR TABEL………..………... xii
DAFTAR GAMBAR……….……….……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………...…….. xvii
PENDAHULUAN………...………. 1
Latar Belakang……….………... 1
Tujuan Magang……….……… 2
Hipotesis………... 3
TINJAUAN PUSTAKA………... 4
Botani Kelapa Sawit………... 4
Syarat Tumbuh………...………... 5
Gulma ………..………...…………... 5
BAHAN DAN METODE……….………. 7
Waktu dan Tempat……… 7
Metode Pelaksanaan………... 7
Pengamatan dan Pengumpulan Data……… 9
Analisis Data ………... 10
KEADAAN UMUM ………... 12
Letak Wilayah Administratif………... 12
Keadaan Iklim dan Tanah………..…………. 12
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan………... 13
Keadaan Tanaman dan Produksi……… 14
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan……… . 16
ASPEK MANAJERIAL……….. 21
Pendamping Mandor………... 21
Pendamping Asisten Afdeling……… 24
ASPEK TEKNIS………. 25
Pengendalian Gulma………... 25
Pemupukan………. 35
Panen………... 51
Pengolah Minyak Kelapa Sawit………. 63
ASPEK KHUSUS………... 74
Evaluasi Pengendalian Gulma………... 74
Kalibrasi Alat Semprot dan Waktu Penyemprotan………... 75
Penyebaran Infestasi Gulma……….. 81
NJD (Nisbah Jumlah Dominansi Gulma)………... 94
KESIMPULAN………....………... 109
Kesimpulan………. 109
Saran……….. 109
DAFTAR PUSTAKA………. 110
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate……… 10
2. Luas areal kebun di Tambusai Estate………. 14
3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate……… 15
4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate………... 15
5. Jumlah karyawan staf dan non-staf Tambusai Estate tahun 2012…... 18
6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate……….. 25
7. Daftar penyesuaian harga perawatan……….... 26
8. Rekomendasi takaran pupuk sesuai dosis kg / pohon………... 38
9. Rekomendasi takaran pupuk berdasarkan jumlah untilan………….... 38
10.Rekomendasi supply point ………... 39
11.Persentase kandungan hara janjang kosong tiap ton...………. 45
12.Harga pupuk , Maret 2012………..……… 49
13.Kriteria buah matang berdasarkan berondolan……… 53
14.Daftar perhitungan denda pemanen, mandor panen, dan kerani panen……….. 54
15.Peta kaveld panen afdeling VIII di Tambusai Estate……….... 56
16.Deskripsi alat-alat panen……….. 58
17.Daftar premi pemanen………...………... 59
18.Evaluasi lima tepat metode pengendalian gulma……….. 74
19.Kalibrasi alat penyemprotan Tambusai Estate afdeling VIII………… 76
20.Kalibrasi waktu penyemprotan pada piringan………... 80
21.Lokasi penyebaran gulma di Tambusai Estate……… ……... 82
23.Hasil evaluasi indeks kriteria infestasi gulma di Tambusai Estate... 86
24.Hasil analisis pengelompokkan berdasarkan tingkat kemiripan sebelas variabel berupa kriteria gulma yang menginfentasi
perkebunan………... 87
25. Perbedaan agroekologi berupa sub grup tanah ……… 91
26. Penyebaran gulma berdasarkan karakteristik gulma dan perbedaan
agroekologi………. 92
27.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada blok N20 afdeling VIII Tambusai Estate………….. 95
28.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada blok X5 afdeling XII Tahun Tanam 2006……… 96
29.Gulma yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……… 98
30.Pengamatan pengendalian Asystasia intrusa dan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
1. Peta pengambilan gulma di Tambusai Estate……….…………. 9
2. Struktur organisasi di Tambusai Estate ………..………… 19
3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate…………. 20
4. Babat gawangan di Tambusai Estate………... 26
5. Kegiatan dongkelan anakan kelapa sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan DAK (tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah didongkel (anjang-anjang………… ………... 27
6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida (amiron + metil metsulfuron) yang digunakan di Tambusai Estate , b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road di Tambusai Estate………... 28
7. Cara kerja penyemprotan dalam blok di Tambusai Estate………... 31
8. Tim pengendalian gulma secara kimia yang dilengkapi dengan APD: a). Penggunaan APD (alat pelindung diri) bagi karyawan, b). Sarung tangan dan sepatu merupakan alat yang wajib digunakan di Tambusai Estate…... 32
9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS: a). Antigonon leftopus, b). Casia tora, c). Turnera subulata, d). Erechtites valerianifolia, e). Euphorbiaheterophylla, f). Ageratum conyzoides, g).Urena lobata, dan hama UPDKS: h). Setothesa asigna, dan Setora nitens……….. 34
10 Jenis pupuk yang diaplikasikan di Tambusai Estate: a).Pupuk anorganik (rockphospate) dan b). Pupuk organik (janjang press)……… 35
11.Organisasi pemupukan di Tambusai Estate: a). Organisasi penguntilan, c). Organisasi pengeceran, dan d). Organisasi penaburan………... 36
12.Organisasi penguntilan di Tambusai Estate: a). Pembokaran muatan di gudang pupuk, b). Peralatan di gunakan saat penguntilan, c). Penimbangan pupuk per untilan sesuai dengan takaran, dan d). Untilan pupuk……… 37
14. Kondisi tanaman kekurangan Fe: a). Tingkat defisiensi Fe rendah,
b). Tingkat defisiensi sedang, dan c).Tingkat defisiensi berat………….. 43
15. Kegiatan pengimpusan kelapa sawit: a). Alat mencampurkan pupuk, b). Chelat yang ditaburkan di piringan, c). Kegiatan mencari akar aktif dengan menggunakan dodos, d). Akar aktif, e). Pengisian FeSO4 ke dalam plastik pembungkus akar, dan f). Penimbunan dengan seresah.. 44
16.Tim panen yang sedang melakukan persiapan di Tambusai Estate: a). Check roll dipimpin oleh asisten dan b). Pembagian hanca panen oleh mandor panen……… 51
17.Cara pemanenan yang benar menggunakan APD dengan baik: a). Pemotongan TBS dengan menggunakan egrek, b). Pelangsiran dan penimbunan TBS di TPH, dan c). Pemanenan menggunakan APD……... 55
18.Sistem transportasi TBS di Tambusai Estate:a). Dump truck, b).Pengangkutan TBS dari TPH dengan menggunakan “tojok”, c). Looder, dan d). Rakit (alternatif transportasi TBS dalam hancak di daerah banjir dan rendahan)……….. 61
19.Kehilangan penen TBS (losses) yang ditemukan di Tambusai Estate: a). Losses TBSdi gawangan mati dan b). Losses TBS di parit collection road……….. 62
20.Proses pemasukan TBS ke pabrik PKS: a). Timbangan otomatis di PKS, b). Dump truck yang berisi TBS ditimbang……….. 63
21.TBS di dalam lori dimasukan ke dalam ketel.……… 65
22.Ketel tempat merebus TBS……….……… 65
23.TBS yang telah matang dikeluarkan………... 65
24.Alat yang digunakan pada proses perebusan: a). CVM (alat control sterilisasi) dan b). Pencatat waktu perebusan…..………….. 66
25.Mesin pencacahan dan pemipilan (thresher)……….. 67
26. Mesin pengaduk (digester)……….……… 68
27.Alat pengempaan TBS (screw press)………. 69
28.Crude oil tank dan Vibrating screen………...……… 70
29.Nut silo (tempat penampungan biji sementara)………....………. 70
31.Alat proses pengolahan kernel (inti): a). Alat pengering inti (kernel silo)
dan b). Polishing drum…………...………. 72
32.Dendogram pengelompokkan tingkatan kerusakan gulma di Tambusai Estate……….…………...……….. 88
33.Gulma daun lebar yang dominan di Tambusai Estate ……….. 99
34. Gulma paku-pakuan yang dominan di Tambusai Estate………. 100
35.Gulma rumput yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……….. 100
36.Pola penyebaran dominansi gulma di Tambusai Estate menurut tahun tanam………...……… 102
37.Kematian gulma Chentotecha lappacea (L.) Desv. setelah aplikasi (penyemprotan) herbisida: a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi, b). Kematian gulma setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu aplikasi, d. Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu aplikasi, dan f). Setelah 5 minggu aplikasi………..………. 107
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Hal 1. Peta perkebunan Tambusai Estate………... 114
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL).. 115
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Mandor/ Mandor
besar………. 116
4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/ Kepala
Afdeling……… 118
5. Curah hujan rata-rata di Tambusai Estate……… 120
6. Peta kesesuaian jenis lahan di Tambusai Estate………... 121
7. Summed dominance ratio (SDR) gulma dominan di perkebunan
kelapa sawit di Tambusai Estate……….. 122
8. Data iklim Kabupaten Rokan Hulu, Riau 2005-2010………... 125
9. Efisiensi upah tenaga kerja dan PK SPKL di Afdeling VIII Tambusai
Estate………. 128
10.Areal konsesi dan jumlah pohon Tambusai Estate tahun 2012………… 129
11.Rekapitulasi produksi, produktivitas TBS, CPO, dan kernel oil……….. 129
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia. Permintaan ekspor dari berbagai negara meningkat tajam seiring dengan
perkembangan konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dunia. Pertumbuhan akan
permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 10%, dengan negara
pengkonsumsi CPO terbanyak yaitu China dan Uni Eropa (Hero, 2011). Peluang
industri pengolah kelapa sawit (PKS) masih sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam dan luar negeri terutama dengan meningkatnya harga
minyak mentah dunia dapat menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku
pembuatan bioenergi.
Masa depan agrobisnis kelapa sawit menunjukkan perannya yang penting
bagi ekonomi Indonesia. Perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa
sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat dari 4.2 juta ha
pada tahun 2000 menjadi 7.8 juta ha pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata
sebesar 6% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012). Produksi juga meningkat dari 7
juta ton pada tahun 2000 menjadi 19 juta ton pada tahun 2010 atau meningkat
rata-rata sebesar 9% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012) dengan luasan 7.8 juta ha.
Hal ini menjadikan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di
dunia.
Namun demikian, produktivitas minyak kelapa sawit di perkebunan di
Indonesia masih tergolong rendah. Produktivitas per ha tahun 2010 mencapai 2.5
ton CPO/ha, meningkat produktivitasnya menjadi 2.97 ton CPO/ha/tahun pada
tahun 2011, dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki produktivitas 4.7 CPO
ton/ha/tahun (Hero, 2011). Rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia
dapat disebabkan oleh teknis agronomis yang tidak dijalankan sesuai dengan
rekomendasi, khususnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit (Barchia,
2006). Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit salah satunya adalah pengendalian
gulma. Pengolahan lahan terlalu intensif akan memacu perkecambahan biji gulma,
terutama biji yang terdapat di dalam tanah (Sastroutomo, 1990). Masalah gulma
kehadiran gulma dapat menurunkan produksi kelapa sawit karena adanya
persaingan dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma
juga dapat menurunkan mutu dan produksi, menjadi inang bagi hama, dan
meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya, menurut Hakim (2007) kelapa
sawit akan mempunyai masalah gulma yang serius jika jarak tanam lebar, karena
cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi
gulma.
Pengendalian gulma ini merupakan tahapan penting dalam pemeliharaan
kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kelapa sawit dan
juga mempelancar tata guna air ataupun drainase pada lahan gambut maupun
mineral. Pahan (2010) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus
dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan
anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan
secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di
piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia, dan gulma
berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu.
Tujuan
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih
keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman
kerja dan mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara lebih
khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang
pemeliharaan kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma pada tanaman
kelapa sawit. Selain itu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas pengendalian gulma, melihat dinamika populasi, dan infestasi gulma di
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada kegiatan magang ini adalah:
1. Perbedaan agroekologi akan mempengaruhi dinamika populasi dan infestasi
gulma pada tanaman kelapa sawit.
2. Terdapat perbedaan dominansi gulma yang menginfestasi tanaman kelapa
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010) termasuk divisi
Embryophyta siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili
Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies
Elaeis guineensis Jacq., Elaeis oleifera (H. B. K.) Cortes., dan Elaeis odora.
Tanaman kelapa sawit pada umumnya berasal dari Afrika dan Amerika
Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili
Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan seperti spesies Elaeis
oleifera dan Elaeis odora. Menurut Pahan (2010) Elaeis guineensis berasal dari
Afrika.
Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa
sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat
dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan
diameter 6 - 10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau
horizontal dengan diameter 2 - 4 mm (Sastrosayono, 2006).
Umur produktif kelapa sawit rata - rata adalah 20 - 25 tahun. Pada tiga
tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4 - 6
tahun. Pada usia 7 - 10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode)
dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang
optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11 - 20 tahun mulai mengalami
penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25 - 30 tahun (Pahan,
2010).
Buah muda berwarna hijau pucat, semakin tua berubah menjadi hijau
hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah masih berwarna hitam
(nigrescens), dan buah matang berwarna merah kuning (orange). Buah terlalu
siap panen. Biasanya tandan buah dipanen berdasarkan jumlah jatuhnya
brondolan, yakni minimal 1 - 2 buah per TBS (Sunarko, 2009).
Syarat Tumbuh
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit adalah di atas 2,000 mm dan merata sepanjang tahun. Kekeringan selama 3
bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat (anak daun tidak dapat
memecah). Kondisi tersebut juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah,
karena buah yang sudah cukup umur tidak mau brondol. Hujan yang terlalu
banyak tidak menghambat produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan
penyinaran matahari cukup baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik di banyak jenis tanah, asal tersedia air pada musim hujan dan drainase baik.
Akar akan busuk, jika tanaman tergenang untuk waktu lama (Sastrosayono, 2006).
Tanaman kelapa sawit termasuk heliofil atau menyukai cahaya matahari.
Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa
sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit misalnya, akan
terhambat pertumbuhannya.
Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan
manusia (Sembodo, 2010). Kehadiran gulma menjadi pesaing tanaman kelapa
sawit yang kuat atau kompetitif dalam memperolah air, cahaya, CO2, dan ruang
tumbuh. Kerugian akibat gulma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Kerugian langsung misalnya menjadi kontaminan produk pertanian, melukai
petani, menaikkan biaya produksi, menyita waktu petani atau merusak alat-alat
pertanian. Kerugian tidak langsung misalnya menurunkan hasil pertanian
(Sembodo, 2010), sebagai inang dari penyakit atau parasit tanaman, mengurangi
mutu hasil, menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Sastroutomo, 1990),
dapat mengeluarkan senyawa alelopati, dan mengganggu tata guna air, sehingga
Menurut Rambe et al. (2010) gulma Mikania micrantha (H. B. K) RM.
King. dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 20%. Pada
tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit
yang disebabkan oleh Mikania micrantha (H. B. K) RM. King. sebesar Rp 38 juta
dengan luas serangan 757.5 Ha, Imperata cylindrica (L.) Beauv. sebesar Rp 60
juta dengan luas serangan 1,086 Ha, dan Paspalum conjugatum P.J. Berg. sebesar
Rp 43 juta dengan luas serangan 1,150 Ha.
Metode pengendalian gulma yang dilakukan pada awal penyemaian adalah
kultur teknis. Implementasi kultur teknis dilakukan dengan menanam
kacang - kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada saat awal tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma yang lain adalah
secara biologis, manual, dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan dengan
musuh alami gulma. Tumbuhan liar berperan sebagai inang dari predator atau
parasitoid terhadap ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Pengendalian
kimia dilakukan khususnya area piringan, jalan pikul, dan tempat pemungutan
hasil (TPH) berdasarkan kriteria penutupan gulma. Herbisida yang digunakan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari
hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab.
Rokan Hulu, Riau. Tambusai Estate merupakan salah satu anak perkebunan dari
group First Resources. Perkebunan ini milik swasta asing asal Singapura. First
Resources didirikan tahun 1992 dengan 9 perkebunan di Indonesia, dan terdaftar
di bursa efek Singapura pada tahun 2007. First Resources merupakan salah satu
perusahaan produsen kelapa sawit yang memiliki perkembangan tercepat di Asia
Pasifik. Kegiatan utama yang dilakukan di perkebunan Tambusai Estate yaitu
kegiatan agronomis meliputi pemeliharaan (pengendalian gulma, dan hama
penyakit), pemupukan, pemanenan, dan pemeliharaan jalan. Peta perkebunan
Tambusai Estate dapat dilihat pada Lampiran 1.
Metode Pelaksanaan
Selama magang, penulis turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis
lapangan dibimbing asisten divisi, serta wawancara dan diskusi terkait
pengelolaan kebun. Data pendukung berupa laporan bulanan, laporan tahunan,
dan arsip kebun diperoleh dengan meminta izin manajer kebun. Penulis
melaksanakan aspek teknis dan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan.
Kegiatan yang dilakuan di lapang adalah menjadi kerja harian lepas (KHL),
pendamping mandor, dan pendamping asisten. Jurnal kegiatan selama magang
dapat dilihat di Lampiran 2, 3, dan 4.
Kegiatan penulis pada satu bulan pertama adalah sebagai kerja harian
lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan aktivitas
kebun yaitu, pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pengimpusan,
pengendalian hama penyakit, aplikasi limbah pabrik, perawatan jalan dan
jembatan, sensus pohon dan pemanenan. Kegiatan yang dilakukan penulis selain
kegiatan lapang KHL adalah survei lapang untuk aspek khusus terkait dengan
digunakan untuk membandingkan dominansi gulma yang ada di tanaman sawit
pada tahun tanam yang berbeda (umur tanaman) ataupun menganalisis faktor yang
mempengaruhi serangan gulma pada agroekologi yang berbeda. Selain itu, penulis
meneliti efektivitas pengendalian gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan
Centotheca lappacea (L.) Desv., serta efisiensi upah perawatan KHL.
Bulan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor
dalam melaksanakan aspek manajerial. Pada saat menjadi pendamping mandor,
penulis turut bertugas memberikan pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur
dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku
kerja mandor (BKM). Selain melakukan kerja mandor penulis juga membuat
laporan. Pada saat menjadi mandor, penulis juga melakukan grading buah di TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil), pengecekan APD (Alat Pelindung Diri), kalibrasi
alat penyemprotan, dan juga pemetaan tapal batas. Pada bulan ketiga, penulis
melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten, dengan tugas melakukan kontrol
lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi tingkat divisi dan
kebun, serta mengisi buku harian asisten. Penulis melakukan pengamatan ke
pabrik dan mempelajari cara memperoleh rendemen maupun ALB (Asam Lemak
Bebas) di laboratorium.
Selain kegiatan utama, penulis juga melakukan kegiatan untuk melengkapi
kelengkapan data magang seperti, analisis vegetasi, pengendalian Asystasia
intrusa dan menghitung efektivitas penyemprotan. Kegiatan khusus magang
adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma,
menganalisis faktor yang mempengaruhi serangan gulma, menganalisis efisiensi
upah pemeliharaan gulma serta melakukan pengamatan pada gulma Asystasia
intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. Kegiatan studi
pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara
dan menganalisis RKT (Rencana Kerja Tahunan) serta laporan kerja harian.
Sampel gulma diambil secara acak dari 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3
blok, dan pada masing-masing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan petak
contoh ini berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa
mengamati tingkat kematian dan pertumbuhan kembali gulma-gulma tersebut
setelah penyemprotan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh penulis secara langsung (primer)
maupun tidak langsung (sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui
pengamatan pada saat bekerja di lapangan melalui prinsip 5 tepat pengendalian
gulma (dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi). Pengamatan tersebut
mengamati 5 penyemprot dan juga kalibrasi alat semprot. Selanjutnya, penilaian
efektivitas pengendalian dilakukan dengan cara pengambilan sampel gulma.
Sampel gulma diambil secara sampling bertingkat pada blok berdasarkan tahun
tanam. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran 1 m x 1 m yang
diambil pada gawangan mati. Jumlah sampel yang diambil 264 buah sampel. Data
sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok
pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1.
Warna
Tahun
Tanam 2002 2003 1999 2004 1997 1998 1995 2006 2005 1996 1991 1990
Tabel 1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate
Tahun Tanam
Blok Luas Lahan
(ha) 10% Luas lahan (ha) Jumlah Sampel Jumlah Sampel Blok
1990 F 24.90 2.49 6 1
1991 E 23.48 2.35 6 1
1995
E 23.19 2.32 6 1
F 23.47 2.35 6 1
G 25.02 2.50 6 1
1996
B 35.94 3.59 6 1
C 63.65 6.37 12 2
F 60.61 6.06 12 2
1997
B 39.22 3.92 12 2
C 29.14 2.91 6 1
E 27.66 2.77 6 1
G 92.49 9.25 18 3
I 30.18 3.02 6 1
K 61.46 6.15 12 2
L 27.20 2.72 6 1
M 25.73 2.57 6 1
N 34.26 3.43 6 1
U 30.48 3.05 6 1
1998
R 28.17 2.82 6 1
S 39.89 3.99 6 1
T 30.70 3.07 6 1
U 29.14 2.91 6 1
1999 P 53.75 5.38 12 2
V 27.75 2.78 6 1
2002
G 16.75 1.68 6 1
O 52.49 5.25 12 2
Q 28.03 2.80 6 1
2003 N 27.62 2.76 6 1
T 29.66 2.97 6 1
2004
M 27.19 2.72 6 1
R 37.87 3.79 6 1
S 29.70 2.97 6 1
2005 O 32.39 3.24 6 1
V 29.85 2.99 6 1
2006 K 27.21 2.72 6 1
X 24.09 2.41 6 1
Analisis Data
Analisis dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan
lappacea. Analisis kuantitatif yang dilakukan disajikan dengan statistika
sederhana yaitu rataan dan persentase.
Data gulma diolah untuk memperoleh NJD (Nisbah Jumlah Dominan) atau
summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan dominansi suatu gulma
yang ada. Jika nilai SDR gulma tinggi maka dominansi gulma di areal tersebut
tinggi, begitupula sebaliknya makin rendah SDR dominansi gulma semakin
rendah. Data juga diolah dengan metode skoring dan diuji dengan multivariate
cluster analysis untuk mengetahui pengelompokan gulma.
Adapun rumus perhitungan SDR menurut Moenandir (1993) adalah:
• Kerapatan mutlak (KM)
KM : Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh.
• Kerapatan nisbi (KN)
KN : KM spesies tertentu x 100%
Jumlah KM semua spesies
• Bahan kering mutlak (BKM)
BKM : Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh, diperoleh dengan
cara dioven
• Berat kering nisbi (BKN)
BKN : Berat Spesies tertentu x 100%
Total BKM semua spesies
• Frekuensi mutlak (FM)
FM : Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu
• Frekuensi nisbi (FN)
FN : FM spesies tertentu x 100%
Total FM semua spesies
• Nilai penting (NP)
NP : KN + BKN + FN
• Nisbah jumlah dominansi (NJD) NJD : KN + BKN + FN
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Tambusai Estate terletak di antara 1000 37’ - 1000 24’ Bujur Timur dan 10
04’ - 10 14’ Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan
Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Sebelah utara Tambusai Estate
berbatasan dengan sungai Air Hitam Simpang Kanan dan sungai Merah, sebelah
selatan berbatasan Desa Kepenuhan Barat, areal SAH Estate, dan Desa
Kepenuhan Tengah. Sebelah barat Tambusai Estate berbatasan Desa Tambusai
Timur, areal PT. Torganda, dan Desa Tambusai Timur, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Kepenuhan Timur dan Sungai Air Hitam Simpang Kiri. Peta kebun
disajikan pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata - rata di Tambusai Estate dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir (2001 - 2011) adalah 1,918 mm dengan jumlah hari hujan rata - rata 117
hari. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi
umumnya terjadi pada bulan April (rata - rata 302 mm), sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata - rata curah hujan sebesar 100 mm.
Menurut kelas iklim Schmidth - Ferguson, keadaan iklim di Tambusai Estate
termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan
hujan tropika.
Tanah di Tambusai Estate tergolong ke dalam ordo entisol. Tanah tersebut
merupakan endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi empat subgrup yaitu: 1).
Typic haplosaprist, 2). Typic endoaquent, 3). Humic dystrudepts, dan 4). Typic
dystrudepts. Sub grup typic haplosaprist memiliki regim kelembaban udic (tidak
pernah kering selama 90 hari kumulatif pada kedalaman 10 – 90 cm dari
permukaan tanah) dan pada kedalaman > 120 cm terdapat muka air tanah,
drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa sangat
rendah. Jenis sub grup typic haplosaprist mencakup areal seluas 3% dari total 11
Ciri-ciri typic endoaqouent memiliki regim kelembaban udic (tidak pernah
kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 40 cm dari
permukaan tanah) dan pada kedalaman > 30 cm terdapat muka air tanah dangkal,
drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation sangat rendah, kejenuhan basa
sangat rendah. Typic endoaquent mencakup areal seluas 125 Ha atau 1% total luas
lahan yang ada di Tambusai Estate.
Subgrup humic dystrudept memiliki ciri-ciri rejim kelembaban udic (tidak
pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah ini mempunyai
epipedon umbrik. Horizon umbrik secara kasat mata berwarna hitam, dan
mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Jenis sub grup humic dystrudept
memiliki cakupan seluas 5,719 Ha atau 48% dari total luas lahan yang ada di
Tambusai Estate. Subgrup typic dystrudepts memiliki ciri rejim kelembaban udic
(tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah memiliki
kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%. Jenis sub grup typic
dystrudepts memiliki cakupan seluas 5,596 Ha atau 46% total luas lahan yang ada
di Tambusai Estate.
Areal Tambusai Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu
kemiringan 1 - 3% seluas 11,803 Ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.65 - 5.30,
dengan ketinggian tempat 12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 28°C – 31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk
kelapa sawit, Tambusai Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Peta
kesesuaian jenis lahan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas hak guna usaha (HGU) Tambusai Estate adalah sebesar 11,914.40
ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 11,028.66 ha untuk
tanaman menghasilkan (TM) tidak termasuk wilayah KKPA. Selanjutnya, 827.21
ha digunakan jalan (Main and collection road), untuk bangunan atau emplasement
26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. Luas areal Tambusai Estate dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal kebun di Tambusai Estate
Nama Luas areal (ha)
KEBUN INTI
Afdeling 1 719.22
Afdeling 2 700.95
Afdeling 3 740.83
Afdeling 4 722.16
Afdeling 5 779.78
Afdeling 6 795.87
Afdeling 7 729.91
Afdeling 8 798.27
Afdeling 9 824.17
Afdeling 10 684.12
Afdeling 11 759.06
Afdeling 12 750.23
Afdeling 13 713.16
Afdeling 14 560.66
Afdeling 15 750.27
Sub total 11,028.66
PLASMA
KKPA Bunga Tanjung 1 801.00
KKPA Bunga Tanjung 2 801.66
KKPA Pekan Tebih 700.00
Total 13,331.32
Sumber: Kantor Pusat Kebun, Tambusai Estate (April, 2012)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Tambusai Estate adalah
varietas tenera (dura x pisifera), yang terdiri dari tenera Papua New Guinea
(PNG), tenera Socfindo dan tenera Marihat (PPKS). Jarak tanam yang digunakan
adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9.3 x 9.3 x 9.3 m dengan jarak dalam barisan
9.35 m dan jarak antar barisan 8.097 m serta populasi 132 tanaman/ha. Namun,
berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar bisa
lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada populasi yang seharusnya. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pohon pisifera yang
merupakan pohon kelapa sawit jantan untuk perangsang pertumbuhan pohon
tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Tambusai Estate dapat
dilihat pada Tabel 3. Menurut RKAP areal statement tahun 2012, tanaman kelapa
sawit di Tambusai Estate ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu dari tahun
1990 hingga tahun 2006. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate tahun
2004 - 2009 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate
Tahun Tanam
Kebun Inti Tahun
Tanam
Kebun KKPA Luas (ha) Jumlah
Tanaman
Populasi /ha
Luas (ha) Jumlah Tanaman
Populasi /ha
1990 200.64 22,504 132 2007 773.84 103,056 132
1991 248.71 31,126 132 2008 435.80 57,655 132
1995 446.37 58,477 132 2009 811.72 23,405 132
1996 1,246.12 156,723 132
1997 4,030.23 509,897 132
1998 1,540.42 198,440 132
1999 359.40 48,186 132
2002 476.22 63,173 132
2003 658.68 86,222 132
2004 492.88 64,484 132
2005 1,003.51 130,449 132
2006 326.46 38,245 132
Sub total 11,029.64 1,407,926 2,021.36 184,116
Sumber: Kantor pusat kebun, Tambusai Estate (April, 2012)
Tabel 4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate
Tahun Produksi TBS (ton) Produktivitas TBS Berat Janjang
(ton/ha) Rata-rata (kg)
2007 226,511.20 20.45 12.93
2008 257,617.58 23.26 12.22
2009 272,981.51 24.69 13.14
2010 282,810.64 25.78 14.82
2011 305,942.04 27.88 17.35
Pada tahun 2004 telah dibangun pabrik kelapa sawit di Tambusai Estate,
dan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2005 dengan kapasitas terpasang 45
ton TBS/jam. Pembangunan pabrik tahap pertama dilakukan oleh kontraktor
PT. Eka Cipta Bina Karya. Pertambahan produksi TBS yang berasal dari afdeling
dan KKPA (17 afdeling) membuat produksi TBS menjadi 1,100 ton TBS/hari.
Untuk mengantisipasi lonjakan produksi, kapasitas pabrik dinaikkan menjadi 90
ton/jam, pembangunan tahap II dilakukan kontraktor PT. Wijaya Karya pada
tahun 2008. Pada saat ini, Tambusai Estate dapat menghasilkan ± 7 ton CPO
/ha/tahun atau dapat menghasilkan 31 ton TBS/ha/tahun. Tambusai Estate sedang
menjalankan program sertifikasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) / OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series),
ICC (International Carbon Certification) dan telah mendapatkan sertifikasi
(International Organization for Standardization) ISO: 14001: 2008 untuk
manajemen lingkungan dan ISO: 9001: 2005 untuk sertifikasi manajemen mutu
produksi.
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Tambusai Estate dipimpin oleh seorang general manager yang bertugas
memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya
dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun rencana
kerja operasional pabrik. General manager memiliki wewenang untuk mengambil
kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan rencana
kerja, juga menandatangani surat, dokumen, dan perjanjian kerja. Seorang general
manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh deputy general manager,
field manager, field assistant, dan kepala seksi (kasi) administrasi.
Deputy general manager atau wakil general manager bertugas membantu
tugas-tugas general manager dalam melaksanakan kegiatan operasional dalam
mencapai target produksi TBS dan CPO sesuai yang ditetapkan oleh manajemen.
Kepala tata usaha (KTU) bertanggungjawab merencanakan, mengkoordinasikan,
mengawasi dan mengendalikan kegiatan administrasi kebun agar berjalan dengan
baik serta “ up to date”. Status karyawan di Tambusai Estate terdiri atas karyawan
general manager, mill manager, KTU, kasi administrasi, field manager, dan field
assistant, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor pusat kebun,
karyawan traksi, karyawan afdeling, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan
tetap (Tabel 5).
Field manager disebut asisten kepala (askep) bertugas memimpin kegiatan
operasional bidang tanaman dan non tanaman di rayon (tempat kegiatan field
manager dan memiliki tanggung jawab atas 3 - 4 afdeling). Tugas lainnya yaitu
mengendalikan biaya yang berpedoman kepada anggaran yang telah ditetapkan
oleh manajemen. Selain itu, askep juga menjadi penanggungjawab kebun
sementara apabila deputy general manager dinas luar.
Field assistant (asisten lapang) bertugas untuk menyusun rencana
anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, dan tahunan). Dalam melaksanakan
pekerjaannya, seorang field assistant dibantu oleh para mandor dan kerani
afdeling. Mandor panen, mandor perawatan, bertugas dalam pengawasan kegiatan
pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang
telah ditentukan perusahaan, sedangkan kerani afdeling bertugas membantu field
assistant dalam penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan di lapangan serta
administrasi afdeling. Struktur organisasi Tambusai Estate dapat dilihat pada
Tabel 5. Jumlah karyawan staf dan non-staf di Tambusai Estate tahun 2012
No. Jabatan Jumlah
1. Staf
* General manager 1
* Deputy general manager 2
* Mill manager 1
* Kepala administrasi 1
* Kepala tata usaha 1
* Kepala personalia 1
* Kepala timbangan 1
* Asisten sortasi 1
* Asisten proses 2
* Asisten kepala PKS 1
* Asisten laboratorium 1
* Asisten kepala 6
* Asisten maintenance 1
* Asisten tehnik sipil 1
* Asisten kebun 18
* Assisten aplikasi tankos/LA 1
2. PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 112
3. KHT (Karyawan Harian Tetap) 718
4. KHL (Karyawan Harian Lepas) 80
Jumlah 951
ASPEK MANAJERIAL
Selama magang penulis melaksanakan aspek manajerial di Afdeling VIII
Tambusai Estate. Penulis selama mengikuti aspek majerial berperan sebagai
pendamping mandor dan pendamping asisten. Penulis menjadi pendamping
mandor selama 3 minggu dan menjadi pendamping asisten selama 6 minggu.
Selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling, penulis
mengikuti kegiatan meliputi pengawasan di lapangan dan administrasi di kantor
afdeling.
Pendamping Mandor
Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti pengawasan di
lapangan dan kegiatan manajerial terkait administrasi afdeling dengan
mendampingi kerani panen dan kerani afdeling.
Mandor Panen
Mandor panen bertanggung jawab: 1). Membagi pemanen ke dalam hanca
panen sesuai dengan angka kerapatan panen (AKP), 2). Mengawasi panen agar
pemanen tidak memotong buah mentah dan juga brondolan diketiak pohon,
piringan, pasar pikul dan gawangan bersih dikutip, 3). Mengontrol (mengecek)
hanca pemanen dari losses (kehilangan buah), 4). Mencatat jumlah perhitungan
AKP dan melaporkannya kepada asisten afdeling, 5). Koordinasi dengan kerani
panen untuk pengecekan buah, 6). Mengecek peralatan panen, dan 7).
Mengorganisasikan karyawan menggunakan APD dan Zero Accident.
Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban mandor panen yaitu:
Mengisi LHM (Laporan Harian Mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari dan
Mengisi BKM (Buku Kegiatan Mandor). Penulis ikut berperan dalam mengontrol
hanca pemanen (losses), melakukan perhitungan angka kerapatan panen,
melakukan taksasi panen harian, melakukan koordinasi dengan kerani panen
Mandor Pupuk
Mandor pupuk berkewajiban: 1). Membuat bon permintaan barang
(pupuk), 2). Menyiapkan alat/bahan untuk pemupukan (takaran, pikulan, pupuk,
dan lain-lain), 3). Mengawasi penguntilan pupuk, 4). Mengawasi ecer pupuk di
lokasi (blok) yang telah ditentukan, 5). Membagi hanca karyawan sesuai lokasi
yang akan dikerjakan, 6). Mengawasi pelaksanaan pemupukan sesuai rencana
yang telah ditentukan, 7). Mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, 8).
Melaksanakan pengembalian sampel daun sesuai petunjuk perusahaan, 9).
Mengecek jumlah pengembalian karung pupuk yang dikembalikan ke gudang
afdeling, dan 10). Memastikan semua pekerja menggunakan alat pelindung diri
(APD).
Pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk berkoordinasi
dengan asisten afdeling dan kepala asisten afdeling. Saat melakukan pengawasan
pada pekerja pupuk, penulis mengawasi mulai dari penguntilan, bongkar muat,
pelangsiran, hingga proses penaburan pupuk.
Mandor Perawatan
Mandor perawatan bertanggung jawab: 1). Membagi hanca karyawan
sesuai lokasi yang akan dikerjakan, 2). Mengontrol dan mengawasi pekerjaan
karyawan, 3). Melaporkan hasil kerja dan HK, dan 4). Memastikan semua alat
yang akan digunakan dalam kondisi baik atau siap pakai dan bertanggung jawab
terhadap alat-alat yang digunakan karyawan bila terjadi kerusakan.
Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Chemist/
perawatan yaitu mengisi LHM (Laporan Harian Mandor) yang dilaporkan setiap
sore hari dan mengisi rencana kerja harian (RKH) semprot dan realisasi kerja
setiap hari. Selama menjadi pendamping mandor, penulis ikut mendampingi
kegiatan mandor perawatan saat melaksanakan kegiatan aspek manajerial. Penulis
ikut serta mengawasi karyawan yang melakukan rawat jalan, pembersihan
Kerani Afdeling
Kerani afdeling adalah bagian dari anggota kebun yang bertugas mengurus
bagian administrasi tingkat afdeling. Kerani afdeling berkewajiban: 1). Mengisi
papan rencana kerja harian, mingguan atau bulanan untuk memonitoring
pengiriman TBS ke PKS, 2). Realisasi pemupukan, 3). Monitoring stok di gudang,
4). Memeriksa BKM dan mencatat ke buku prestasi kerja, 5). Membuat absensi
tahap I, II, dan III, 6). Merekapitulasi daftar absensi pertahapan dan pengangkutan
janjang kosong, 7). Menyampaikan laporan pagi dan sore afdeling meliputi:
laporan produksi, pemupukan, penyisipan, 8). Membantu memberikan beras, 9).
Membantu pembayaran gajian kecil dan besar serta membuat permintaan dana
operasional, 10). Membuat BPB (Bon Permintaan Barang), 11). Mengisi data
curah hujan, dan 12). Membuat arsip surat keluar dan masuk.
Penulis ikut berperan dalam mengisi papan rencana kerja harian,
mingguan, dan bulanan untuk monitoring pengiriman TBS ke PKS, realisasi
pemupukan, penyemprotan, infus akar. Monitoring stok gudang, membuat laporan
harian asisten (LHA), dan mencatat angka curah hujan yang diambil dari
ombrometer (alat pengukur curah hujan) setiap harinya.
Kerani Panen (I dan II)
Kerani panen berkewajiban: 1). Melakukan grading buah di setiap TPH
setiap hari dan memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS, 2).
Mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH ke dalam BPBh (buku penerimaan
buah), 3). Mengawasi pengangkutan TBS dan TPH sampai ke loading ramp di
PKS agar terangkut dengan baik sehingga tidak ada yang restan (tertinggal) di
lapangan, 4). Mengawasi pengangkutan brondolan agar bersih dari sampah, pasir,
kerikil, dan tidak ada yang tertinggal atau tercecer.
Kerani panen merekapitulasi laporan potong buah dan output janjang,
mencatat kesalahan dan denda pemanen, koordinasi dengan mandor panen jika
dalam pemeriksaan ditemukan buah mentah, dan membuat laporan produksi dan
Pendamping Asisten Afdeling
Selama menjadi pendamping asisten afdeling penulis mengikuti beberapa
kegiatan dan tugas dari asisten. Asisten afdeling bertugas: 1). Menyusun dan
menyerahkan rencana anggaran kerja (RAK) kepada atasan untuk dievaluasi, 2).
Menyusun rencana produksi, perawatan dan taksasi produksi harian, bulanan dan
tahunan dibantu oleh kerani afdeling, 3). Memberikan pemakaian rencana alat
berat dan kendaraan bekerjasama dengan traksi, 4). Mengawasi program
pemupukan, perawatan dan pengendalian hama dan penyakit, 5). Mengawasi
pelaksanaan panen dilapangan atau mengecek kerja kerani panen dan mandor
panen agar tidak ada buah tinggal / restan, buah mentah, maupun brondolan yang
tertinggal serta ketersediaan sarana panen (TPH, titi panen, pasar pikul, dodos,
egrek, dan angkong), 6). Mengawasi keadaan jalan di afdeling baik atau tidaknya
untuk transportasi buah dan pupuk), 7) Memeriksa setiap laporan kegiatan
afdeling seperti: buku mandor, buku asisten, laporan pemakaian kendaraan, alat
berat, permintaan dan pengeluaran bahan kimia atau barang dari gudang sebelum
ASPEK TEKNIS
Pengendalian Gulma Organisasi Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di Tambusai Estate menggunakan sistem borongan.
Setiap rombongan memiliki satu kepala rombongan dan diawasi oleh satu mandor
yang bertugas merencanakan dosis, rotasi, dan hanca yang di semprot.
Pengendalian gulma secara manual di Tambusai Estate meliputi, babat gawangan
manual dan DAK (Dongkel Anak Kayu). Pengendalian gulma secara kimia
dilakukan pada pasar pikul, piringan, TPH, dan wipping. Pengendalian gulma
secara kimia pada afdeling VIII menggunakan 5 HK untuk pasar pikul, piringan
maupun long bad, 3 HK untuk babat gawangan, 3 HK untuk DAK (Dongkel Anak
Kayu), 1 HK untuk chemis TPH, 4 HK untuk wipping. Pelaksanaan seluruh
kegiatan pengendalian gulma sesuai dengan panduan penyusunan budget
pengendalian gulma di Tambusai Estate pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate
No. Jenis Pekerjaan Satuan Premi
1. Mandor pupuk Kg Rp 8/Kg
2. Mandor pemeliharaan Ha Rp 1,500/ha
- Premi penyelesaiaan Pemeliharaan piringan
- Premi pemeliharaan pasar Ha Rp 500/ha Pikul
- Premi pemeliharaan TPH Ha Rp 500/ha
- Premi pemeliharaan gawangan Ha Rp 1,500/ha
- Premi pemeliharaan tunas Ha Rp 1,000/ha
- Premi pemeliharaan wipping Ha Rp 100/ha
Lalang
- Premi pemeliharaan hama penyakit Ha Rp 150/ha - Premi pemeliharaan penyisipan Ha Rp 100/ha
- Premi pemeliharaan spot lalang Ha Rp 100/ha
Tabel 7. Daftar penyesuaian harga perawatan
No. Uraian Satuan (Rp/ha)
1. Chemis piringan
14,000 2. Chemis pasar pikul
3. Babat gawangan manual 35,000
- T.T 1990-1999 35,000
- T.T 2000-2006 40,000
4. Dongkel anak kayu sawit
- T.T 1990-1999 45,000
- T.T 2000-2006 50,000
5. Garuk piringan manual
T.T 1990-2006 60,000
6. Tunas kelapa sawit
- T.T 1990-1991 650
- T.T 1995-2006 550
7. Pemupukan manual
- Dosis 0-1.49 kg/pohon 12,000
- M/B pupuk 7
- Until pupuk 17
- Dosis > 1.49/kg/pohon 15,000
Sumber: SE, Tambusai Estate 2011
Pengendalian Gulma Secara Manual
Babat gawangan secara manual digunakan untuk mengendalikan gulma
Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott., Mikania micranta (H. B. K) RM. King.,
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Stenochlaena palustris Bedd., Lygodium
palmatum (Bernh.) Swartz., dan berbagai macam gulma yang terdapat pada
gawangan dengan tinggi babatan maksimum 20 - 30 cm dari permukaan tanah.
Alat yang digunakan pada babat gawangan adalah parang babat yang tajam dan
parang pincuk. Kegiatan babat gawangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Tenaga kerja babat juga termasuk sistem borongan. Seorang pembabat
biasanya dapat menyelesaikan 1.5 ha - 2 ha/hari. Upah tenaga babat gawangan
adalah Rp 35,000/ha. Pekerja juga tidak memperoleh premi karena yang
bersangkutan menggunakan sistem borongan. Semua semak yang ada di
gawangan dibabat menggunakan parang babat.
Dongkel anak kayu merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara
mendongkel atau mencabut sampai ke akarnya. Jenis gulma yang didongkel
adalah gulma daun lebar berkayu seperti: Melastoma affine D. Don, Foterandia
L., Merremia umbellata (L.) Hallier f., Chromolaena odorata (L.) King and
H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., dan tukulan (anak sawit liar) (Gambar
5a) yang terdapat pada gawangan, pasar pikul serta pada piringan kelapa sawit.
Dongkel anak kayu dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang,
atau langsung dicabut dengan tangan, gulma yang telah dicabut diletakan di
anjang-anjang yang terletak di pinggir blok atau jalan (Gambar 5b).
[image:45.595.105.511.114.808.2]
(a) (b)
Gambar 5. Kegiatan dongkel anakan sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan dongkel anak kayu (Tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah di dongkel (anjang-anjang)
Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp 45,000/ha. Jenis
pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan sistem borongan, jadi tidak ada premi yang
diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan
1 - 1.5 ha/hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII,
terdapat beberapa orang pendongkel yang hanya mampu menyelesaikan setengah
hektar per hari. Menurunnya kemampuan tersebut disebabkan oleh faktor usia
Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia merupakan pengendalian gulma yang
dilakukan dengan cara menyemprot langsung pada gulma (Gambar 6 b) dengan
menggunakan herbisida (Gambar 6 a). Pengendalian gulma secara kimia di
Tambusai Estate diaplikasikan pada piringan, TPH, pasar pikul dan “long bad”
kelapa sawit.
(a) (b)
Gambar 6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida amiron + metil metsulfuron,b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road.
Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik berbahan aktif
glifosat dan metil metafuron dengan merek dagang Rapid® 20 WG, Bionasa®
480 As, Basta® 150 WSC, Ally® 20 WDG, Amiron-M® 20 WG dan
Bravoxone® 276 SL. Bahan aktif herbisida di atas berturut-turut yaitu
Isopropilamina glifosat (Rapid®, Bionasa® dan Basta®) dan Metil metsulfuron
(Ally® dan Amiron-M®).
Herbisida sistemik lebih cocok digunakan untuk mengendalikan gulma
berdaun sempit seperti Axonopus compresus (Sw.) P. Beauv., Centotheca
lappacea (L.) Desv., Cynodon dactylon (L.) Pers., Cyrtococcum accresens
(Poac.)., Digitaria adscendens (H.B.K) Henr., dan Eleusine indica (L.) Gaertn.,
dan gulma berdaun lebar lunak yang tidak berkayu seperti Asystasia intrusa
(Forssk.) Blume., Ageratum conyzoides L., Cleome rutidosperma D.C., dan
Euphorbia hirta L. Penyemprotan herbisida dilakukan di piringan, TPH dan pasar
yaitu Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., sedangkan di pasar pikul adalah
Centotecha lappacea (L.) Desv.
Larutan herbisida dicampur dengan air terlebih dahulu di gudang pupuk
sebelum dibawa ke lapang atau ke afdeling. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pencurian atau penjualan bahan aktif. Perbandingan campuran glifosat dengan air
adalah 1:1, artinya untuk 1 liter bahan aktif diencerkan dengan 1 liter air.
Dosis herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan, TPH, dan
pasar pikul di Afdeling VIII umumnya menggunakan dosis yang sama.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII, dosis untuk glifosat
adalah 60 cc/tangki dan amiron 5 g/tangki. Dari pengamatan yang dilakukan
terhadap lima orang penyemprot didapat jumlah pohon rata – rata yang disemprot
untuk satu tangki adalah 61 pohon dengan ukuran tangki 15 liter, sehingga dosis
per hektarnya adalah sebagai berikut :
Luas efektif piringan yang disemprot/ha luas lahan
= πr2 x 132
= 3.14 x (2.5 m)2 x 132
= 2,590. 5 m2
Jika 1 tangki digunakan untuk semprot 61 pohon, maka dosis per
hektarnya adalah :
= 15/ (3.14 x (2.5 m)2 x 61) x 10,000
= 125.300 l/ ha atau
= 8 tangki/ ha
Dosis anjuran = 450 cc/ ha luas efektif = 30 tangki
Biaya pengendalian secara kimiawi contoh perhitungannya dibagi menjadi
biaya pengendalian kimiawi di piringan dan pasar pikul. Contoh perhitungan
biaya per hektar pada piringan di blok L24 (luas = 21.14 ha, jumlah HK = 5 HK,
Jumlah kebutuhan rapid = 211 g dan amiphosate = 4.20 liter) yaitu: 1). Mencari
jumlah upah terlebih dahulu yang didapat dari luasan efektif x upah/ha,
didapatkan (21.14 ha x Rp 14,000/ha = Rp 295,960), 2). Menentukan biaya bahan
dari (jumlah rapid x harga rapid) + (jumlah amiphosate x harga amiphosate),
biaya/ha = biaya bahan/luas efektif (Rp 124,470/ 21.14 ha = Rp 5,888/ha), 4).
Mencari jumlah biaya/ha (no. 1 + no.2)/luasan efektif (Rp 295,960 + Rp 124,470)/
21.14 ha = Rp 19,887.8/ha).
Contoh perhitungan pengendalian secara kimiawi pada pasar pikul pada
blok L25 dengan luas = 10.68 ha, jumlah HK = 5 HK, upah = Rp 7,000 / ha,
jumlah rapid = 53 g dengan harga satuan Rp 150, dan Amiphosate 1 liter dengan
harga Rp 22,100) yaitu: 1). Mencari jumlah upah = luasan efektif x upah/ha
(10.68 ha x Rp 7,000/ha = Rp 74,760), 2). Menentukan biaya rapid dan amiphosat