PENGARUH KEMASAN TERHADAP MUTU FISIK
BABY
CORN
(
Zea mays
L.) SELAMA SIMULASI TRANSPORTASI
RAISA OKTAVIANI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Baby Corn (Zea mays L.) Selama Simulasi Transportasi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
RAISA OKTAVIANI. Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Baby Corn (Zea mays L.) Selama Simulasi Transportasi. Dibimbing oleh LILIK PUJANTORO.
Pendistribusian baby corn dari petani hingga distributor di pasar pada umumnya dilakukan menggunakan plastik polietilen dengan berat baby corn mencapai 25 kg per kemasan dan diangkut seadanya oleh para petani. Hal ini menyebabkan baby corn sering mengalami kerusakan fisik seperti patah dan retak. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis dan mutu fisik baby corn selama simulasi transportasi dan penyimpanan selama 8 hari. Pada penelitian ini kemasan yang digunakan adalah (i) kombinasi krat dan plastik polietilen, (ii) kombinasi kardus dan plastik polietilen, (iii) krat dan (iv) kardus. Lama simulasi transportasi adalah 2 jam. Parameter yang diamati adalah kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut dan kadar air. Penggunaan kemasan plastik polietilen mampu menekan kerusakan mekanis dan susut bobot. Berdasarkan uji pembobotan dan analisis sidik ragam kemasan yang terbaik untuk transportasi baby corn adalah kombinasi kardus dan plastik polietilen.
Kata kunci: Baby corn, simulasi, transportasi, kemasan
ABSTRACT
RAISA OKTAVIANI. The influences of packaging materials during simulated transportation on the physical properties of baby corn (Zea mays L.). Supervised byLILIK PUJANTORO.
Distribution of baby corn from farmers to distributors in the market is generally transported using polyethylene plastic (25 kg/pack) with less consideration of its quality during the transportation. This condition causes baby corn often suffer from physical damages, such as broken and cracked. The purpose of this research was to study the influences of packaging materials on the mechanical damage and physical properties of baby corn during simulated transportation with addition of 8 days storage. Within this study, packaging materials chosen (considered as treatments) were: (i) combination between crates and polyethylene plastic, (ii) cardboard and polyethylene plastic, (iii) solely crates, and (iv) cardboard. Simulation was carried out at 2 hours transportation. The use of polyethylene plastic is capable of pressed the mechanical damage and reduced weight. The quantified physical parameters were mechanical damage, reduced weight, hardness, total dissolved solids and moisture content. Therefore, based on the reduced weight test and in combination with analysis of variance, the suitable packaging material for transporting baby corn was the one which combined from cardboard and polyethylene plastic.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
PENGARUH KEMASAN TERHADAP MUTU FISIK
BABY
CORN
(
Zea mays
L.) SELAMA SIMULASI TRANSPORTASI
RAISA OKTAVIANI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Baby Corn (Zea mays L.) Selama Simulasi Transportasi
Nama : Raisa Oktaviani NIM : F14090112
Disetujui oleh
Dr Ir Lilik Pujantoro, MAgr Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kasih dan anugerahNya saja sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Baby Corn (Zea mays L.) Selama Simulasi Transportasi”. Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Mei 2013 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilik Pujantoro, MAgr selaku dosen pembimbing atas bimbingan, masukan dan arahannya selama penelitian hingga penyusunan karya ilmiah ini, dan Dr Ir Rokhani, Msi serta Dr Ir Dyah Wulandani, Msi selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sulyaden yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan menyediakan fasilitas selama penelitian. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Sugiarto, Ibu Esni, dan Jimmy Septyanto atas doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 46 khususnya Kristen, Gina L, Eti, Citta, Tiara, Selvi, Gina A, Jeni, Vina, Riris, Awanis, Dian, Rahma, Riska, Lisa, Aiya, Stevy, teman-teman Kompers PMK, Kopral 46, YONM dan teman-teman satu bimbingan Ka Anto, Ka Zega, dan Victor atas dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Bahan 3
Alat 4
Prosedur Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Kesetaraan Simulasi 11
Mutu Fisik Baby corn 11
Kerusakan Mekanis 12
Susut Bobot 13
Kekerasan 15
Total Padatan Terlarut 16
Kadar Air 17
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
1 Sifat fisik dan kimia baby corn sebelum transportasi 11 2 Susut bobot baby corn pasca simulasi transportasi dan selama
penyimpanan 8 hari 14
3 Tingkat kekerasan baby corn pasca simulasi transportasi dan selama
penyimpanan 8 hari 16
4 Total padatan terlarut baby corn pasca simulasi transportasi dan selama
penyimpanan 8 hari 17
5 Kadar air baby corn pasca simulasi transportasi dan selama
penyimpanan 8 hari 18
DAFTAR GAMBAR
1a Krat 3
1b Kardus 3
1c Plastik Polietilen 3
2 Meja simulator 3
3 Timbangan Mettler PM-4800 4
4 Rheometer 4
5 Refractometer 4
6 Oven 5
7 Stopwatch 5
8 Baby corn 6
9a Baby corn dalam kemasan kardus + plastik polietilen 6 9b Baby corn dalam kemasan krat + plastik polietilen 6
9c Baby corn dalam kemasan kardus 6
9d Baby corn dalam kemasan krat 6
10 Simulasi transportasi 7
11 Sampel baby corn 7
12 Diagram alir penelitian simulasi transportasi baby corn 8
13a Luka pecah 12
13b Luka memar 12
13c Luka gores 12
14 Grafik kerusakan mekanis baby corn pasca simulasi transportasi 12 15 Diagram kerusakan mekanis baby corn pasca simulasi transportasi 13 16 Grafik perubahan susut bobot baby corn pasca simulasi transportasi 14 17 Grafik perubahan kekerasan baby corn pasca simulasi transportasi 15 18 Grafik perubahan total padatan terlarut baby corn pasca simulasi
transportasi 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji konstruksi BPPT
1986 21
2 Tabel total kerusakan mekanis baby corn pasca simulasi transportasi
dan selama 8 hari penyimpanan 23
3 Analisis ragam susut bobot 23
4 Analisis ragam kekerasan 24
5 Analisis ragam total padatan terlarut 25
6 Analisis ragam kadar air 26
7 Metode pembobotan menggunakan tabel digital logic, sifat berskala dan
indeks sifat berbobot 27
8 Data pengukuran dan perhitungan kekerasan baby corn sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 28 9 Data pengukuran dan perhitungan susut bobot baby corn sebelum
simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 29 10 Data pengukuran dan perhitungan TPT baby corn sebelum simulasi
transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 30
11 Data pengukuran dan perhitungan kadar air baby corn sebelum simulasi
transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dibandingkan dengan produk segar jagung lainnya (Agustina 1992).
Baby corn biasanya dipanen pada saat awal perkembangannya, yaitu 2- 4 hari setelah munculnya rambut. Meskipun baby corn merupakan tongkol muda yang belum sempurna pertumbuhannya, namun baby corn telah memiliki kandungan gizi (Yodpetch dan Bautista 1983). Menurut Palungkun dan Budiarti (2002), menyatakan keterlambatan panen dapat menurunkan mutu baby corn. Keterlambatan panen menyebabkan tongkol semakin besar, sebaliknya panen yang dilakukan terlalu awal akan menyebabkan ujung baby corn mudah patah.
Baby corn yang telah dipanen umumnya akan mengalami peningkatan kecepatan respirasi sehingga mempercepat kerusakan baby corn. Dengan menurunkan suhu dapat mengurangi panas yang dihasilkan sehingga kecepatan respirasi menurun dan kesegaran baby corn dapat dipertahankan. Berdasarkan fenomena tersebut, baby corn yang disimpan pada suhu kamar hanya dapat bertahan 4 hari, sedangkan penyimpanan temperatur 10⁰C bertahan sampai 15 hari (Pengarteni 2006).
Transportasi merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah atau sayur (Pantastico 1989). Selama ini baby corn diangkut seadanya oleh para petani sehingga menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan mekanis pada baby corn. Menurut Satuhu (2004), perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan mencapai kurang dari 30-50%. Purwadaria (1992), menyatakan bahwa goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun rel kereta dapat mengakibatkan kememaran, susut berat, dan memperpendek masa simpan.
2
Menurut Satuhu (2004), bahan dan bentuk kemasan secara umum dapat dibedakan menjadi kemasan langsung dan tidak langsung. Kemasan langsung yaitu kemasan utama yang berhubungan dengan buah yang dikemas, sedangkan kemasan tidak langsung yaitu kemasan kedua dari buah yang tidak bersentuhan langsung. Kemasan karton lebih banyak digunakan untuk produk hortikultura di pasar internasional dengan kapasitas antara 8-22.7 kg, ukuran kemasan tergantung dari produk yang dikemas (Wisnu B et al. 1996). Menurut Tarwiyati (2007), penggunaan kemasan kardus dapat mempertahankan berat bersih kubis segar dibandingkan dengan penggunaan keranjang karena kardus dapat menekan transpirasi dan getaran. Sementara Asgar (1989), menjelaskan bahwa pengepakan yang baik adalah kemasan dalam keranjang plastik karena mengalami kerusakan mekanis yang lebih kecil dibandingkan pengepakan dalam peti kayu dan karung plastik. Menurut Winarno (1981), penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat dan sifat permeabilitasnya terhadap uap air dan oksigen.
Untuk mengetahui jenis kerusakan yang terjadi selama transportasi dilakukan simulasi transportasi sehingga dapat diketahui cara mengurangi kerusakan tersebut ketika baby corn akan ditransportasikan secara nyata ke konsumen. Alat simulasi transportasi dirancang untuk memperoleh gambaran tentang kerusakan mekanis yang diterima oleh produk hortikultura apabila terkena goncangan. Alat ini sesuai dengan kondisi jalan dalam dan luar kota. Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan mudah sekali rusak setelah dipanen (Purwadaria 1992).
Oleh karena itu penelitian tentang pemilihan jenis kemasan yang tepat diharapkan dapat mengurangi kerusakan baby corn selama proses pengangkutan dan transportasi. Sehingga mutu baby corn dapat dipertahankan dari kerusakan selama transportasi.
Perumusan Masalah
Baby corn merupakan jagung yang dipanen saat masih muda dan memiliki sifat fisik mudah patah bagian ujungnya, sehingga apabila ditransportasikan dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada baby corn akibat getaran yang ditimbulkan saat proses transportasi. Untuk mengurangi dampak kerusakan mekanis serta mempertahankan mutu fisik dari baby corn selama transportasi maka diperlukan penelitian tentang pengemasan yang tepat untuk baby corn selama transportasi.
Tujuan Penelitian
1. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat kerusakan mekanis baby corn selama simulasi transportasi dan 8 hari penyimpanan.
2. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap mutu fisik baby corn selama simulasi transportasi dan 8 hari penyimpanan.
3. Menentukan jenis kemasan yang terbaik untuk transportasi baby corn. Manfaat Penelitian
3 sehingga distributor sayuran maupun konsumen dapat memperoleh baby corn dengan dengan kondisi fisik dan mutu yang baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, bahan utama yang digunakan yaitu baby corn yang dikemas dengan empat perlakuan yaitu (i) kardus + plastik polietilen, (ii) kardus, (iii) krat + plastik polietilen, dan (iv) krat. Kemudian disimulasi transportasi dengan frekuensi 3.45 Hz dan amplitudo 4.82 cm selama 2 jam. Lalu dilakukan penyimpanan selama 8 hari pada suhu 15ºC untuk melihat pengaruh dari simulasi transportasi terhadap kerusakan mekanis, dan mutu fisik (susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, dan kadar air) baby corn. Untuk melihat pengaruh terhadap kerusakan mekanis, mutu fisik dan menentukan kemasan terbaik untuk transportasi baby corn menggunakan analisis sidik ragam ANOVA dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret hingga Mei 2013.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah baby corn dengan umur panen 4 hari sejak munculnya rambut, yang diperoleh dari petani di Ciapus, Bogor. Bahan lain yang dipergunakan adalah krat 48 x 35 x 35 cm , kardus 48 x 35 x 35 cm , dan plastik polietilen 20 x 35 cm untuk kemasan selama pengangkutan. Kemasan kardus dan plastik polietilen telah diberi lubang ventilasi masing-masing 2 %. Massa baby corn untuk setiap kemasan masing-masing 10 kg. Jenis kemasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 1.
4
Alat
1. Meja Simulator
Meja simulator digunakan untuk simulasi transportasi. Meja simulator dapat dilihat pada gambar 2 .
2. Timbangan Mettler PM-4800
Timbangan mettler PM-4800 digunakan untuk menimbang baby corn untuk mengukur susut bobot. Timbangan mettler PM-4800 dapat dilihat pada gambar 3.
3. Rheometer CR-500 DX
Rheometer CR-500 DX digunakan untuk mengukur kekerasan dari baby corn. Gambar rheometer CR-500 DX dapat diamati pada gambar 4.
Gambar 2 Meja simulator
Gambar 3 Timbangan Mettler PM-4800
5 4. Refractometer
Refractometer digunakan untuk kandungan total padatan terlarut pada baby corn. Gambar refractometer dapat diamati pada gambar 5.
5. Peralatan Analisis Kadar Air
Peralatan analisis kadar air ini meliputi cawan alumnimium, oven dan desikator. Gambar oven dapat dilihat pada gambar 6.
6. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung lama simulasi transportasi baby corn. Gambar stopwatch dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 5 Refractometer
Gambar 6 Oven
6
Prosedur Penelitian
Penyiapan Baby Corn
Baby corn yang telah dipanen dengan umur seragam dikupas dari kelobotnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan rambut baby corn lalu disortasi. Baby corn yang dipilih adalah baby corn yang tidak memiliki kerusakan atau cacat, tidak busuk dan memiliki massa antara 18.92-25.93 gram. Setelah itu akan diambil beberapa sampel baby corn untuk diukur bobot awal, kekerasan, total padatan terlarut, dan kadar air sebagai data awal.
Pengemasan Baby Corn
Pengemasan baby corn dilakukan dengan empat perlakuan, untuk perlakuan pertama baby corn dikemas dengan plastik polietilen sebagai kemasan primer dengan berat untuk setiap kemasan 1 kg, kemudian baby corn yang telah selesai dikemas dengan berat 10 kg dimasukkan ke dalam kardus (gambar 9a), perlakuan kedua baby corn dikemas dengan plastik polietilen 1 kg lalu dimasukkan ke dalam krat sebagai kemasan sekunder dengan berat 10 kg (gambar 9b), sedangkan untuk perlakuan ketiga dan keempat baby corn akan dikemas dalam kardus (gambar 9c) dan krat (gambar 9d) masing-masing 10 kg tanpa menggunakan plastik polietilen sebagai kemasan primer. Untuk posisi penyusunan baby corn dalam kemasan dilakukan dengan cara bagian ujung baby corn disusun saling berhadapan, hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko patah bagian ujungnya saat ditransportasi.
Gambar 8 Baby corn
(a) (b) (c) (d)
Gambar 9 Pengemasan baby corn dalam (a) kombinasi kemasan kardus dan plastik polietilen, (b) kombinasi kemasan krat dan plastik polietilen , (c)
7 Simulasi Transportasi
Simulasi transportasi dilakukan dengan menggunakan meja getar. Setiap kemasan diatur di atas meja getar. Kemudian simulasi dilakukan dengan amplitudo 4.82 cm dan frekuensi 3.45 Hz selama 2 jam.
Pengambilan Data
Setelah simulasi masing-masing sampel perlakuan akan diambil secara acak dari setiap kemasan untuk diamati tingkat kerusakan mekanis, untuk mengukur susut bobot, tingkat kekerasan, total padatan terlarut dan kadar air baby corn. Penyimpanan Baby Corn
Baby corn kemudian disimpan didalam refrigerator pada suhu 15ºC selama 8 hari. Setiap hari akan diamati kerusakan mekanis , dan setiap dua hari akan diukur susut bobot kekerasan, total padatan terlarut, dan kadar air baby corn. Analisis Data
Analisis data hasil pengukuran menggunakan analisis sidik ragam ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) serta penentuan indeks sifat berbobot. Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada gambar 12.
Persiapan Sampel BabyCorn
Pengambilan sampel baby corn dilakukan dengan memilih baby corn yang memiliki massa antara 18.92-20 gram, dan jumlah sampel yang dimbil untuk setiap kemasan adalah dua buah baby corn. Setelah sampel disiapkan dilakukan pengukuran kekerasan, selanjutnya total padatan terlarut, dan kadar air.
Gambar 10 Simulasi transportasi baby corn
8
Baby corn segar dengan umur panen seragam
Pensortasian baby corn
Pengukuran kekerasan,TPT, dan kadar air sebelum simulasi
Pengemasan baby corn dengan empat perlakuan
Krat + plastik polietilen
Kardus + plastik polietilen
Krat Kardus
Peletakan kemasan di atas meja simulator, dengan amplitudo 4.82 cm dan frekuensi 3.45 Hz dan simulasi selama 2 jam
Pengamatan kerusakan mekanis dan pengujian kekerasan, susut bobot, TPT dan kadar air pasca simulasi
Penyimpanan 8 hari pada suhu 15ºC
Pengamatan setiap hari untuk kerusakan mekanis dan pengukuran setiap 2 hari untuk susut bobot, kekerasan, TPT, dan kadar air
Pengumpulan dan pengolahan data menggunakan analisis sidik ragam ANOVA dan uji lanjut DMRT serta penentuan indeks sifat berbobot .
Hasil
9 Prosedur Analisis Data
Kerusakan Mekanis
Pengamatan terhadap tingkat kerusakan mekanis baby corn dilakukan sebelum dan setelah kegiatan transportasi dan selama masa penyimpanan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat kerusakan seperti luka gores, memar, dan pecah dari masing-masing kemasan. Kegiatan pengujian dilakukan secara visual.
Persamaaan yang digunakan untuk menghitung kerusakan mekanis yang terjadi adalah:
Kekerasan
Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan baby corn terhadap jarum penusuk dari rheometer. Baby corn akan ditusuk dengan jarum, besarnya tekanan yang diperlukan untuk menusuk baby corn menunjukkan kekerasannya. Alat diset pada kedalaman 10 mm dengan beban maksimum 10 kg dan diameter jarum 5 mm. Uji kekerasan dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu: bagian tengah baby corn, bagian ujung baby corn, dan bagian pangkal baby corn. Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan menggunakan timbangan mettler PM-4800. Penurunan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan berat bahan sejak sebelum dilakukan simulasi transportasi, awal penyimpanan sampai akhir penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut :
Susut bobot (%) = x 100 %...(2) Keterangan
W = Bobot awal bahan (gram) Wa = Bobot akhir bahan (gram) Total Padatan Terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refractometer. Baby corn dihancurkan kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan baby corn yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Angka yang tertera pada refractometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (ºBrix) yang mewakili rasa manis.
Kadar Air
Kadar air dihitung dengan cara menimbang baby corn yang telah dioven seberat 5 gram dengan timbangan analitik dan membandingkannya dengan bobot awal sebelum penyimpanan. Pertama-tama cawan kosong dikeringkan dalam oven dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sejumlah sampel ditimbang dalam cawan, cawan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC selama
Rusak (%) = ah a
10
6 jam. Cawan dan sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang setelah dingin. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar air (%) = h a a a
a a
x
...(3)Analisis Data
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan dua kali ulangan.
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk 1 = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ɛ ij………...(4)
Dengan :
i : 1,2 (kemasan primer) j : 1,2 (kemasan sekunder) Keterangan:
Yij : Respon percobaan karena pengaruh bersama taraf ke i-faktor A,
taraf ke-j faktor B
µ : Pengaruh nilai tengah yang sebenarnya Ai : Pengaruh perlakuan A taraf ke-i
Bj : Pengaruh perlakuan B taraf ke-j
(AB)ij : Pengaruh interaksi perlakuan A taraf ke i dengan perlakuan B
taraf ke-j
Ɛ ij : Pengaruh kesalahan percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j
pada ulangan ke – 1 Penentuan Indeks Sifat Berbobot
Indeks sifat berbobot a
a a a
x
faktor pembobot………...(5)Nilai tertinggi tidak melebihi 100.
= sifat berskala a a
a a a a a
x 100
……...(6)Untuk sifat-sifat yang diharapkan bernilai rendah seperti susut bobot, maka faktor skala:
= sifat berskala a ah a a a
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesetaraan Simulasi
Simulasi transportasi digunakan untuk memperoleh gambaran data yang menggambarkan penurunan mutu fisik baby corn pasca transportasi. Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi penggetaran berdasarkan angkutan truk selama 1 jam dapat dilihat pada lampiran 1.
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan persamaan yang terdapat pada lampiran 1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan frekuensi 3.45 Hz dan amplitudo 4.82 cm selama 2 jam yang setara dengan perjalanan sejauh 141.028 km. Dalam perhitungan nilai dari frekuensi, amplitudo dan lama simulasi sangat menentukan terhadap jarak yang ditempuh oleh angkutan pada keadaan yang sebenarnya.
Berdasarkan amplitudo yang dihasilkan selama simulasi mewakili kondisi jalan buruk aspal dengan frekuensi 3.45 Hz dan jarak ditempuh sejauh 141.028 km setara dengan jarak Bandung ke Bogor. Hal tersebut dapat mewakili kondisi pendistribuasian baby corn apabila ditransportasi dari Bandung ke Bogor dengan kondisi jalan buruk aspal pada keadaan sebenarnya.
Yang menjadi dasar perbedaan antara jalan dalam dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding dengan luar kota, jalan buruk aspal dan jalan buruk batu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan simulasi penggetaran diatas meja getar pada penelitian yang akan datang. Misalkan pengangkutan akan dilaksanakan antar daerah yang masih ada di pulau Jawa maka simulasi tidak perlu dilakukan selama 8 jam, mungkin cukup dengan penggetaran selama 2 sampai 3 jam saja sudah mewakili kondisi pengangkutan di lapang (Darmawati 1994).
Mutu Fisik Baby Corn
Mutu berkaitan dengan kenampakan, tekstur, citarasa dan nutrisi suatu produk. Berikut ini merupakan hasil pengukuran sifat fisik dan sifat kimia pada pada baby corn sebelum simulasi transportasi.
Hasil pengukuran menunjukkan adanya keragaman pada sifat fisik dan kimia pada baby corn. Hal ini terjadi karena baby corn diambil dari kebun yang berbeda walaupun umur petiknya sama Hal inilah yang dapat menyebabkan adanya perbedaan fisiologis pada tanaman. Pengambilan baby corn dari kebun
Tabel 1 Sifat fisik dan kimia baby corn sebelum transportasi
Parameter Satuan Kisaran Rataan
Bobot (gram) 18.92-25.93 22.42
Kekerasan Mpa 0.78-1.41 1.09
Total padatan terlarut º Brix 4.80-7.00 5.90
Kadar air % 49.69-68.18 58.94
12
yang berbeda dikarenakan jumlah baby corn yang tersedia dalam satu kebun tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan untuk penelitian sehingga harus dilakukan penambahan dengan cara mengambil dari kebun yang lain namun tetap mengutamakan baby corn dengan umur petik yang sama
Kerusakan Mekanis
Penurunan mutu fisik baby corn dikelompokkan menjadi luka gores, luka pecah, dan luka memar. Pengelompokkan kerusakan mekanis dilakukan secara visual dengan cara melihat langsung kenampakan luar dari baby corn. Penampakan kerusakan luka pada baby corn dapat dilihat pada gambar 13.
Baby corn dalam kemasan akan mengalami guncangan selama simulasi transportasi. Guncangan tersebut menyebabkan baby corn mengalami pergeseran dan pergerakan sehingga baby corn akan mengalami pembebanan baik berupa tekanan yang mengakibatkan luka pecah, benturan yang mengakibatkan luka memar atau gesekan yang mengakibatkan luka gores. Kerusakan mekanis yang terdeteksi langsung setelah simulasi transportasi hanya sedikit, oleh karena itu dibutuhkan penyimpanan baby corn agar kerusakan mekanis dapat terdeteksi semua karena aktivitas respirasi dari baby corn. Data pengukuran dan perhitungan kerusakan mekanis pada baby corn pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari dapat dilihat pada lampiran 2.
(a) (b) (c)
Gambar 13 Kerusakan baby corn luka pecah (a), luka memar (b), luka gores (c)
13 Berdasarkan gambar 14 terlihat kerusakan mekanis baby corn yang dikemas dengan menggunakan krat + plastik polietilen sebagai kemasan primer lebih rendah dibandingkan dengan baby corn yang dikemas dengan krat, kemasan kardus + plastik polietilen, dan kardus. Kombinasi krat dan plastik polietilen menghasilkan tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah karena krat mempunyai permukaan yang halus, tidak melukai produk lebih kuat sedangkan plastik polietilen mempunyai sifat yang lunak, fleksibel dan mempunyai kekuatan benturan yang baik, sehingga kombinasi kedua jenis kemasan ini mampu meminimalisir kerusakan mekanis baby corn saat transportasi.
.
Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa kerusakan mekanis paling banyak yaitu luka memar yang ditunjukkan dengan terbentuknya bagian yang berwarna sedikit berbeda dan terasa lunak apabila ditekan. Setiap baby corn yang mengalami luka pecah, gores atau memar baik besar maupun kecil, dikategorikan sebagai baby corn yang mengalami kerusakan mekanis. Hal inilah yang menyebabkan tingginya tingkat kerusakan mekanis baby corn. Berdasarkan tabel digital logic (lampiran 7) faktor pembobot untuk kerusakan mekanis yaitu 0.4.
Susut Bobot
Kerusakan mekanis mempengaruhi susut bobot, karena baby corn yang mengalami kerusakan mekanis tersebut akan kehilangan air dan proses penguapan lebih cepat terjadi. Selain dipengaruhi oleh kerusakan mekanis, susut bobot juga dipengaruhi oleh jenis kemasan, dimana baby corn yang dikemas menggunakan plastik polietilen lebih sedikit mengalami penurunan susut bobot.. Hal ini dikarenakan sifat plastik yang dapat mengurangi kecenderungan bahan pangan kehilangan sejumlah air. Menurut Mc. Gergor (1989) bahwa terjadinya susut bobot atau kehilangan berat pada produk disebabkan oleh penanganan yang kasar dan kehilangan kadar air. Susut pada saat setelah simulasi lebih banyak disebabkan oleh faktor metabolisme baby corn yaitu respirasi. Persentase penurunan susut bobot baby corn dapat dilihat pada gambar 16.
14
Berdasarkan gambar 16 diketahui susut bobot terendah pada akhir penyimpanan dihasilkan oleh perlakuan kardus + plastik polietilen sebesar 8.59% sedangkan susut bobot tertinggi dihasilkan oleh kemasan krat sebesar 41.6%. Hal ini disebabkan kemasan krat lebih terbuka sehingga kurang mampu menahan kehilangan air akibat transpirasi, sedangkan kemasan kardus + plastik polietilen lebih bisa menahan kehilangan air karena sifat plastik yang permeabilitas ditambah sifat kardus yang mampu menahan transpirasi dan getaran. Susut pasca simulasi transportasi lebih banyak disebabkan oleh faktor metabolisme baby corn yaitu respirasi. Kerusakan mekanis serta pengaruh baby corn yang telah dikupas dari kelobotnya menyebabkan susut bobotnya lebih cepat karena baby corn kehilangan pelindung alami yaitu kulit jagung sehingga proses transpirasi berjalan lebih cepat.
Gambar 16 Grafik perubahan susut bobot baby corn sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari
Tabel 2 Pengaruh kemasan terhadap susut bobot baby corn setelah simulasi dan selama penyimpanan 8 hari
Perlakuan Susut bobot baby corn pada hari ke-
Kardus + plastik 9987.1± 14.00a
15 Berdasarkan hasil uji lanjut pada tabel 2, menunjukkan bahwa setelah simulasi hingga hari ke 8 penyimpanan terlihat pengaruh yang signifikan antar masing-masing perlakuan. Pengujian tersebut dilakukan pada setiap dilakukannya pengukuran susut bobot baby corn setelah simulasi transportasi dan selama penyimpanan berlangsung. Berdasarkan tabel digital logic (lampiran 7) faktor pembobot untuk susut bobot yaitu 0.3.
Kekerasan
Kekerasan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kesegaran buah atau sayuran. Pada saat dilakukan pengukuran baby corn ditusuk dengan jarum, besarnya tekanan yang diperlukan untuk menusuk baby corn menunjukkan nilai kekerasan baby corn. Pengukuran kekerasan baby corn dilakukan sebelum dan setelah simulasi transportasi. Hal ini dilakukan karena pengukuran kekerasan dapat menjadi indikasi terjadinya kerusakan pada baby corn. Semakin menurun nilai tekan dari baby corn, maka mutu dari baby corn tersebut semakin menurun karena sudah tidak seperti sebelumnya.
Tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Proses respirasi lebih cepat akibat terlukanya kulit buah sehingga mempercepat proses respirasi yang membutuhkan air dan air tersebut diambil dari sel sehingga menyebabkan pengurangan air dari sel. Tingkat perubahan kekerasan pada baby corn sebelum dan setelah simulasi transportasi ditunjukkan pada gambar 17.
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa kekerasan baby corn rata-rata mengalami penurunan hingga penyimpanan hari ke-6, akan tetapi pada hari ke-8 kekerasan baby corn cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan baby corn akan menurun seiring dengan lamanya penyimpanan. Perubahan kekerasan tertinggi pada kemasan kardus dan krat sedangkan perubahan kekerasan terendah pada kemasan kardus + plastik polietilen. Penggunaan plastik polietilen mampu menahan transpirasi baby corn selama simulasi transportasi sehingga kekerasan cenderung dapat dipertahankan. Berdasarkan tabel digital logic faktor pembobot untuk sifat kekerasan yaitu 0.1
16
Hasil uji lanjut pada tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis perlakuan kemasan terhadap penurunan kekerasan baby corn, karena nilai rataan yang ditunjukkan oleh uji statistik pada parameter kemasan menunjukkan nilai yang hanya berselisih kecil sehingga tidak bisa diketahui beda nyatanya.
Total Padatan Terlarut
Kandungan gula atau total padatan terlarut menunjukkan rasa manis atau derajat kematangan dari suatu buah. Pengamatan total kandungan gula berguna sebagai indikator adanya perubahan atau kerusakan pada bahan.
Tabel 3 Tingkat kekerasan baby corn pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari pada suhu simpan 15ºC
Perlakuan Kekerasan baby corn pada hari ke -
0 2 4 6 8
Kekerasan baby corn (Mpa)a Krat + Plastik 1.19±
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT
17 Berdasarkan gambar 18 nilai TPT baby corn pada kemasan krat mulai dari hari ke-2 penyimpanan hingga hari ke-8 penyimpanan mengalami peningkatan sedangkan pada perlakuan kemasan lainnya mulai dari hari ke-2 hingga hari ke-8 penyimpanan nilai TPT baby corn mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan rasa manis baby corn cenderung menurun selama penyimpanan. Berbagai faktor termasuk suhu penyimpanan dapat mempengaruhi susunan gula dalam baby corn .
Berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis kemasan berpengaruh signifikan pada hari ke 4, sedangkan setelah simulasi transportasi atau hari 1 dan ke 2 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu penyimpanan yang cenderung mempengaruhi nilai TPT baby corn bukan jenis perlakuan. Berdasarkan tabel digital logic (lampiran 7) faktor pembobot untuk sifat TPT sebesar 0.1.
Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Menurut Wills et al. (1981), susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Kadar air tertinggi hingga masa akhir masa penyimpanan yaitu pada kemasan dengan perlakuan krat + plastik polietilen yaitu 56.87% sedangkan kadar air terendah yaitu pada perlakuan kardus yaitu sebesar 52.28%. Kadar air pada baby corn menunjukkan banyaknya jumlah air yang terkandung dalam bahan tersebut, pada grafik perubahan kadar air menunjukkan semakin lama disimpan maka jumlah kadar air yang tersimpan pada baby corn semakin berkurang yang ditunjukkan dengan menurunnya grafik hingga hari ke 8.
Tabel 4 Total padatan terlarut baby corn pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari pada suhu simpan 15ºC
Perlakuan Total padatan terlarut baby corn pada hari ke -
0 2 4 6 8
Total padatan terlarut baby corn (ºBrix)a Krat + Plastik 5.45±
18
Gambar 19 Grafik perubahan kadar air baby corn sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan dengan berbagai jenis kemasan
Penggunaaan kemasan plastik polietilen sebagai kemasan primer mampu melindungi baby corn dari kehilangan air selama masa penyimpanan. Hal ini dikarenakan sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1981).
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa perlakuan kemasan krat + plastik polietilen, kardus + plastik polietilen, krat dan kardus hanya berpengaruh pada hari ke 4 penyimpanan, selain hari ke-4 perlakuan kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar air. Berdasarkan tabel digital logic (lampiran 7) faktor pembobot untuk sifat kadar air yaitu 0.1.
0
Krat + Plastik Krat Kardus + Plastik Kardus
Tabel 5 Kadar air baby corn pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari pada suhu penyimpanan 15 ºC
Perlakuan Kadar air baby corn pada hari ke -
19
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kerusakan mekanis tertinggi pada perlakuan tanpa penggunaan kemasan plastik polietilen yaitu kemasan kardus. Tingkat kerusakan mekanis terendah pada kombinasi kemasan krat dan plastik polietilen.
2. Perlakuan kemasan kardus, krat, kombinasi kardus dan plastik polietilen, serta kombinasi krat dan plastik polietilen berpengaruh nyata terhadap susut bobot, total padatan terlarut, dan kadar air.
3. Berdasarkan metode pembobotan menggunakan tabel digital logic, sifat berskala dan indeks sifat berbobot (lampiran 7) kemasan terbaik untuk transportasi baby corn adalah kombinasi kardus dan plastik politilen karena nilai indeks sifat berbobot ( ) yaitu 93.63, lebih besar dari nilai indeks sifat berbobot ( ) kemasan lainnya.
Saran
1. Sebaiknya dilakukan penambahan bantalan pada kemasan sekunder guna menahan efek getaran saat ditransportasi sehingga kerusakan mekanis baby corn dapat diminimalisir.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis dan ukuran kemasan dengan kapasitas yang lebih kecil untuk meminimalisir kerusakan mekanis baby corn.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. 1992. Pengaruh Saat dan Cara Pembuangan Bunga Jantan Terhadap Produksi Jagung Semi. Skripsi. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Asgar Ali. 1989. Percobaan Pengepakan dan Pengangkutan Kubis Putih. Buletin Penelitian Hortikultura 17 (14) : 37-47.
Broto Wisnu, Amiarsi Dwi, Sunarmi dan Santausa Sassya. 1996. Teknik Pengemasan Buah Nenas dalam Kemasan Karton Untuk Mempertahankan Mutu Segarnya. Jurnal Hortikultura 6 (3) : 287-302.
Darmawati, E. 1994. Simulasi Komputer Untuk Perancangan Kemasan Karton Bergelombang Dalam Pengangkutan Buah-Buahan. Tesis MS. Program Studi Keteknikan, Bogor.
Dieter, G. E. 1987. Engineering Design - a Material and Processing Approach. McGraw-Hill Book Co., N.Y., USA
Kitinoja, L dan Kader, AA. 2003. Small-Scale Postharvest Handling Practices : A Manual For Horticultural Crops. USA. University of California, Davis. Mc Gregor, B.M.1989. Tropical Products Transport Handbook. United States
Department of Agricultural, USA.
20
Palungkun dan Budiarti. 2001. Sweet Corn Baby corn. Penebar Swadaya. Jakarta PP 75.
Pangerteni, DS.2006. Aplikasi Irradiasi Gamma Pada Daya Simpan Baby Corn (Zea mays L) Segar. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional Teknis Non Peneliti, Patir Batan.
Pantastico, ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Purwadaria HK. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-Buahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Satuhu, Suyanti. 2004. Penanganan dan pengolahan buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Setyoningrum F. 2009. Pengaruh Penggunaan Tomat Apel Belum Matang Terhadap Mutu Pasta Tomat di PT Mitra Aneka Food – Kuningan. Subang : Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI.
Siagian, M.H dan Harahap, R. 2001. Pengaruh Pemupukan dan Populasi Tanaman Jagung terhadap Produksi Baby Corn pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Penelitian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Vol 7 (3) PP : 331-340.
Soedibyo, M. 1992. Alat simulasi pengangkutan buah-buahan segar dengan mobil dan kereta api. Jurnal Hortikultura 2(1) : 66-73.
Tarwyati, D.N. 2007. Kajian Pengaruh Kemasan Terhadap Kerusakan Fisik Kubis Segar Selama Transportasi. Tesis. Program Studi Teknologi Pasca Panen. Institut Pertanian Bogor.
Wills RH, TH Lee, D Graham, WB Nc Glasson, EG Hall. 1981. Postharvest : An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits and Vegetables. Australia: NSW Press.
Winarno FG, BSL Jenie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Winarno FG, MA Wiratakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta : Sastra Hudaya.
21 Lampiran 1 Konversi Angkutan Truk Berdasarkan Data Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986
Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992), Mutmainnah 2008).
Bila alat simulasi dengan guncangan vertical digunakan dalam 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah :
Y = ⁄ x setara jarak tempuh selama 1 jam
Dimana : x = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2 / jam) z = jumlah luas seluruh bak truk (cm2 / jam)
Y= Jarak yang ditempuh truk (km) Data pengukuran guncangan truk :
Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur guncangan truk yang diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam untuk jalan dalam dan luar kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk (aspal) dan jalan buruk berbatu. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Data pengukuran guncangan truk pada berbagai keadaan jalan Jumlah kejadian
Sumber (Lembaga Uji Konstruksi, BPPT 1986)
Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km.
Asumsi :
1. Kecepatan truk di jalan dalam kota dan luar kota 60 km/jam sedangkan di jalan buruk aspal dan jalan buruk berbatu 30 km/jam
2. Frekuensi getaran bak truk 1.442 Hz A. Transportasi Jalan Luar Kota
Berdasarkan data tabel di atas, maka :
1. Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = Σ (Ni x Ai)/ Σ (Ni) Dimana : P = Rata-rata getaran bak truk
22
Lampiran 1 (lanjutan)
A = Amplitudo getaran vertikal (cm) jalan luar kota 2. Luas satuan siklus bak truk kondisi jalan kota = ∫
Dimana : T = Periode (detik/getaran)
Ω = Kecepatan sudut (getaran/detik)
3. Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota :
1.742 cm
4. Jika diketahui frekuensi bak truk = 1.442 Hz Maka :
5. Luas siklus getaran bak truk di jalan luar kota ∫
= 0.00115 cm2 / getaran
6. Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detik/menit x 1.442 getaran /detik x 0.00115 cm2/ getaran =2.985 cm2
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
Frekuensi = 3.45 Hz Amplitudo = 4.82 cm
Tt =
ωt =
Amplitudo rata-rata getaran bak truk (At) = 1.742 cm
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam (Lt (0.5)) Lt (0.5) = t x f x lt
Lt = 30 menit 60 detik /menit = 1.442 getaran/menit x 0.00115 cm2/getaran Lt = 2.985 cm2
T =
23 Data meja getar :
Luas satu siklus getaran vibrator (Lm) Lm = ∫
Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam
= 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 2.985 getaran/detik = 107728 getaran/jam
Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam (Lm(1)) = 10728 getaran/jam x 0.001308 cm2/getaran = 14.0322 cm2/jam
Kesetaraan panjang jalan selama 30 menit dengan 30 km
=
Karena dilakukan selama 2 jam maka jarak yang ditempuh = 2 x 70.514 km
= 141.028 km
Lampiran 2 Tabel total kerusakan mekanis baby corn pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari
Perlakuan Luka
24 Perlakuan 3 2808701.91 936233.97 15577.6 0.0001
R 1 328.96 328.96 5.47 0.1013 Perlakuan 3 6803629.55 2267876.52 22787.9 < 0.001
R 1 834.36 834.36 8.38 0.0627 Perlakuan 3 13957428.13 4652476.04 80333.4 <.001
R 1 635.46 635.46 10.97 0.0453 Perlakuan 3 14390561.02 47968553.67 48483.8 <.001
R 1 1759.43 1759.43 17.78 0.0024
25
Lampiran 5 Analisis ragam total padatan terlarut Total padatan terlarut hari ke-0
Sumber
Total padatan terlarut hari ke-2 Sumber
Total padatan terlarut hari ke-4 Sumber
Total padatan terlarut hari ke-6 Sumber
26
Lampiran 7 Metode pembobotan menggunakan tabel digital logic, sifat berskala dan indeks sifat berbobot a. Tabel digital logic
Simbol Sifat 1,2 1,3 1,4 1,5 2,3 2,4 2,5 3,4 3,5 4,5 Positif Decision
Faktor Pembobot
1 Kerusakan 1 1 1 1 4 0.4
2 Susut bobot 0 1 1 1 0 3 0.3
3 Kekerasan 0 0 1 1 0.1
4 TPT 0 0 0 1 1 0.1
5 Kadar air 0 0 1 0 1 0.1
Pembagi 10
b. Nilai penurunan mutu fisik baby corn pasca simulasi transportasi dan penyimpanan 8 hari
Kemasan Kerusakan mekanis (%) Susut bobot (%) Kekerasan (MPa) TPT (Brix) Kadar air (%)
Krat + Plastik 29 9.51 0.95 4.92 56.87
Krat 53 41.6 1.21 4.80 53.43
Kardus + Plastik 34 8.6 1.16 7.62 56.48
Kardus 57 20.3 0.90 6.03 52.28
c. Tabel sifat berskala ( ) dan indeks sifat berbobot ( ) pasca simulasi β jam dan penyimpanan 8 hari Kemasan
0.4 0.3 0.1 0.1 0.1
Krat + Plastik 100 90.43 78.51 64.56 100 91.46
Krat 54.72 20.67 100 62.99 93.95 53.78
Kardus + Plastik 85.29 100 95.86 100 99.31 93.63
Kardus 50.87 42.36 74.38 79.13 91.92 57.59
2
Lampiran 8 Data pengukuran dan perhitungan kekerasan baby corn sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari dengan berbagai jenis kemasan
Hari Perlakuan Ulangan 1 Rataan Ulangan 2 Rataan
Ujung Tengah Pangkal Ujung Tengah Pangkal
H0 (Sebelum
simulasi)
Krat + Plastik 1.850 1.500 1.400 1.583 1.400 1.350 1.050 1.266
Krat 1.100 1.000 0.950 1.016 1.600 1.250 0.900 1.250
Kardus + Plastik 1.450 1.350 1.300 1.366 1.400 1.500 1.850 1.583
Kardus 1.295 1.250 1.200 1.248 1.800 2.099 0.850 1.583
H0 (Setelah simulasi)
Krat + Plastik 0.950 1.000 1.100 1.016 1.300 1.350 1.450 1.366
Krat 1.005 1.160 0.995 1.053 0.990 1.300 1.255 1.181
Kardus + Plastik 1.390 1.610 1.535 1.511 1.130 1.420 1.405 1.318
Kardus 1.005 1.160 0.995 1.053 1.250 1.300 1.255 1.268
H2
Krat + Plastik 1.050 1.000 0.850 0.966 1.600 1.350 1.150 1.366
Krat 1.400 1.250 1.350 1.333 1.050 1.100 1.150 1.100
Kardus + Plastik 1.500 1.200 0.700 1.133 1.130 1.420 1.405 1.318
Kardus 1.200 1.100 1.050 1.116 1.350 0.850 1.050 1.083
H4
Krat + Plastik 1.210 1.115 1.210 1.178 0.935 0.515 0.615 0.688
Krat 1.050 0.615 0.445 0.703 1.210 1.310 0.710 1.076
Kardus + Plastik 1.075 0.810 0.945 0.943 0.825 0.605 0.635 0.688
Kardus 0.915 1.160 1.015 1.030 1.125 0.990 0.870 0.995
H6
Krat + Plastik 1.300 1.250 0.455 1.001 1.100 1.100 0.310 0.836
Krat 0.810 1.110 0.500 0.806 1.200 0.750 0.350 0.766
Kardus + Plastik 0.650 0.700 0.700 0.683 0.700 0.700 0.750 0.716
Kardus 0.650 0.750 0.700 0.700 1.000 1.100 0.560 0.886
H8
Krat + Plastik 1.400 1.000 0.650 1.016 0.850 1.450 0.410 0.903
Krat 0.660 1.450 1.100 1.070 1.350 1.450 1.000 1.266
Kardus + Plastik 1.150 1.100 1.200 1.150 1.100 1.100 1.650 1.283
Kardus 1.050 0.850 1.050 0.983 0.910 1.150 0.395 0.818
3 Lampiran 9 Data pengukuran dan perhitungan susut bobot baby corn sebelum simulasi
transportasi dan selama 8 hari penyimpanan dengan berbagai jenis kemasan
Hari Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
H0 ( Sebelum simulasi ) Krat + Plastik 10026.5 10020.1 10023.3
Krat 10001.4 10003 10002.2
Kardus + Plastik 10034.1 10033.7 10033.9
Kardus 10000.3 10007 10003.6
H0 (Setelah simulasi ) Krat + Plastik 9968.5 9988.1 9978.3
Krat 9868.4 9873.4 9870.9
Kardus + Plastik 9977.2 9997 9987.1
Kardus 9952.2 9949 9950.6
H2 Krat + Plastik 9768.9 9773.7 9771.3
Krat 8280.1 8285.2 8282.6
Kardus + Plastik 9656.7 9669.9 9663.3
Kardus 9412.5 9440.7 9426.6
H4 Krat + Plastik 9349.7 9367.9 9358.8
Krat 7150.9 7188.6 7169.7
Kardus + Plastik 9481.3 9503.7 9492.5
Kardus 8686.3 8689.7 8688
H6 Krat + Plastik 9120.1 9136.1 9128.1
Krat 5920.7 5944 5932.3
Kardus + Plastik 9198.7 9202.3 9200.5
Kardus 8201.5 8229.9 8215.7
H8 Krat + Plastik 9050.1 9090.5 9070.3
Krat 5829.7 5845.04 5837.3
Kardus + Plastik 9150.3 9193.3 9172
4
Lampiran 10 Data pengukuran dan perhitungan total padatan terlarut baby corn sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan dengan berbagai jenis kemasan
Hari Perlakuan Ulangan 1 Rataan(ºBrix) Ulangan 2 Rataan(ºBrix)
Ujung Tengah Pangkal Ujung Tengah Pangkal
H0 (Sebelum simulasi)
Krat + Plastik 5.00 6.00 6.00 5.67 5.90 5.10 6.10 5.70
Krat 5.60 5.30 6.20 5.70 6.20 6.50 5.50 6.07
Kardus + Plastik 5.00 5.70 4.80 5.17 7.00 5.80 5.20 6.00
Kardus 5.30 6.20 5.70 5.73 5.70 4.80 5.17 5.22
H0 (Setelah simulasi)
Krat + Plastik 6.30 5.80 5.30 5.80 5.50 5.60 4.20 5.10
Krat 6.00 5.50 6.20 5.90 5.60 5.50 5.80 5.63
Kardus + Plastik 7.10 5.30 3.80 5.40 6.20 6.40 6.30 6.30
Kardus 7.40 6.50 7.70 7.20 6.00 5.70 6.30 6.00
H2
Krat + Plastik 5.50 5.60 4.90 5.33 5.40 5.50 5.30 5.40
Krat 7.20 6.10 5.50 6.27 6.30 6.80 7.60 6.90
Kardus + Plastik 6.10 5.20 5.60 5.63 5.30 4.30 4.70 4.77
Kardus 6.40 6.50 6.70 6.53 6.30 5.90 5.50 5.90
H4
Krat + Plastik 5.70 5.40 5.40 5.50 5.60 4.50 4.30 4.80
Krat 7.10 6.70 6.80 6.87 7.20 6.50 6.10 6.60
Kardus + Plastik 4.60 3.50 3.00 3.70 5.80 5.70 6.60 6.03
Kardus 6.80 6.40 7.20 6.80 5.80 5.20 5.80 5.60
H6
Krat + Plastik 4.90 5.00 4.60 4.83 6.20 5.70 6.30 6.07
Krat 5.00 6.70 5.70 5.80 7.70 7.60 8.80 8.03
Kardus + Plastik 4.70 4.30 4.50 4.50 4.90 5.20 4.00 4.70
Kardus 5.30 4.90 5.80 5.33 5.60 5.90 5.90 5.80
H8
Krat + Plastik 6.30 5.00 4.90 5.40 4.10 4.60 4.60 4.43
Krat 5.70 8.50 7.00 7.07 6.50 9.60 8.40 8.17
Kardus + Plastik 4.50 4.90 5.10 4.83 4.00 5.10 5.20 4.77
Kardus 5.80 6.10 6.00 5.97 5.90 6.90 5.50 6.10
5 Lampiran 11 Data pengukuran dan perhitungan kadar air baby corn sebelum simulasi
transportasi dan selama 8 hari penyimpanan dengan berbagai jenis kemasan
Hari Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
H0 ( Sebelum simulasi ) Krat + Plastik 55.46 59.51 57.49
Krat 68.18 60.35 64.27
Kardus + Plastik 49.29 61.19 55.24
Kardus 60.71 52.38 56.54
H0 (Setelah simulasi ) Krat + Plastik 63.19 62.82 63.00
Krat 54.16 58.64 56.40
Kardus + Plastik 59.93 63.90 61.92
Kardus 60.75 51.60 56.18
H2 Krat + Plastik 62.54 60.99 61.76
Krat 60.04 49.70 54.87
Kardus + Plastik 58.68 60.96 59.82
Kardus 50.85 57.56 54.21
H4 Krat + Plastik 58.73 58.31 58.52
Krat 55.32 53.09 54.20
Kardus + Plastik 59.81 56.50 58.15
Kardus 53.35 53.47 53.41
H6 Krat + Plastik 59.22 55.43 57.33
Krat 54.98 53.09 54.03
Kardus + Plastik 57.65 56.04 56.84
Kardus 52.12 53.67 52.90
H8 Krat + Plastik 58.53 55.21 56.87
Krat 53.16 53.69 53.43
Kardus + Plastik 56.28 56.69 56.48
Kardus 53.98 50.59 52.29
6
Lampiran 12 Tampilan baby corn pada masa simpan Hari
ke Krat + Plastik Krat Kardus + Plastik Kardus
0
2
4
7
Lampiran 12 Lanjutan Hari
ke
Krat + Plastik Krat Kardus + Plastik Kardus
6
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuala Kurun, Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Oktober 1991 dari ayah Sugiarto dan Ibu Esni. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kurun pada tahun 2009. Pada tahun ynag sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknik Pertanian (sekarang bernama Teknik Mesin dan Biosistem), Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota himpunan profesi mahasiswa HIMATETA 2011-2012. Penulis juga menjadi wakil koordinator bidang pembinaan komisi persekutuan di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB 2011. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian acara-acara di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti masa perkenalan Departemen (SAPA 2011).
Penulis melaksanakan praktik lapangan pada bulan Juli-Agustus 2012 di PT. Lumbung Nasional Flour Mill, Bekasi dengan judul Mempelajari Aspek-Aspek Keteknikan Pertanian Dalam Proses Produksi Tepung Terigu Di PT. Lumbung Nasional Flour Mill.