SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Studi Akuntansi
Dosen pembimbing:
Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si
Oleh :
Nama : Luthfi Nurul Ichsan
NIM : 21109043
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...i
SURAT PERNYATAAN...ii
ABSTRAK...iii
ABSTRACT...iv
KATA PENGANTAR……….…v
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR GAMBAR………...x
DAFTAR TABEL………...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian…………...………..1
1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah…………...………..7
1.2.1 Identifikasi Masalah………...7
1.2.2 Rumusan Masalah………....7
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………...8
1.3.1 Maksud Penelitian………..……….8
1.3.2 Tujuan Penelitian……....…....………..………..………….…8
1.4Kegunaan Penelitian………..……….8
1.4.1 Kegunaan Praktis……….……....8
v
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka……….……12
2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Daerah………...12
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Daearah……...12
2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Daerah…..…...14
2.1.1.3 Siklus Sistem Informasi Akuntansi Daerah………...14
2.1.2 Kompetensi Auditor………...19
2.1.2.1 Pengertian Auditor...………19
2.1.2.2 Komponen Kompetensi Auditor………....21
2.1.3 Kualitas Audit...………..…..………..………..23
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit…………...………...23 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya...25
2.2 Kerangka Pemikiran………..……….28
2.2.1 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit...29
2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit...31
vi
2.2.4 Paradigma Penelitian...34
2.3 Hipotesis……….………..………..34
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………...………...35 3.2 Metode Penelitian……….……...35
3.2.1 Desain Penelitian………...………..………..37
3.3 Operasional Variabel...40
3.4 Sumber Data...44
3.5 Alat Ukur Penelitian...45
3.6 Populasi dan Sampel...49
3.7 Metode Pengumpulan Data...51
3.8 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...52
3.8.1 Rancangan Analisis...52
3.8.2 Pengujian Hipotesis...56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...60
4.1.1 Gambaran Umum Unit Observasi...60
4.1.1.1 Sejarah Umum Pemda atau Instansi...60
4.1.1.2 Karakteristik Responden...85
v
4.1.3 Analisis Deskriptif...93
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Sistem Informasi Akuntansi Daerah (X1)...93
4.1.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi Auditor (X2)...99
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Audit (Y)...103
4.1.4 Analisis Verifikatif...107
4.1.4.1 Analisis Jalur ...107
4.1.4.2 Pengujian Hipotesis...111
4.1.4.3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit...114
4.2 Pembahasan...115
4.2.1 Pengaruh SIA Daerah (X1) Terhadap Kualitas Audit (Y)...115
4.2.2 Pengaruh Kompetensi Auditor (X2) Terhadap Kualitas Audit...117
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...121
5.2 Saran...122
DAFTAR PUSTAKA………...………123
i
memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam penyusunan laporan ini,
penulis mengambil judul “Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit".
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan. Semoga dibalik kekurangannya usulan penelitiaan ini masih
dapat memberikan manfaat.
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang
telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati,
penulis juga mengucapkan teria kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor
Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti SE.,M.Si., Ak.selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
ii
5. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing dan
Akuntansi Sektor Publik yang telah meluangkan waktunya kepada
penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Surahman dan Fauziah Aziz selaku Ayah dan Ibu tercinta, yang
telah merawat, mendidik, memberi materi, memberi kasih sayang
dan doa yang tulus kepada anakmu ini.
7. Sahabat-sahabatku Bayu Rizki Pratama, Geza Prima Reksa, Lufi
Diantara, azis zahyuza, pipit putri andini, valia valiant, Reza
Revansyah, terimakasih atas bantuan, dukungan, serta memberikan
semangat dalam skripsi ini, serta teman-teman Akuntansi Angkatan
2009 khususnya kelas AK-1 dan ASP, terima kasih atas
kebersamaannya.
8. Sahabat-sahabatku yang di Jakarta khususnya Baonz squad, Nurul
iii
pahala yang berlipat dari Allah SWT.Terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2013
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman 2008. Modul Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat
Anwar Nasution. 2009. Sistem Perbendaharaan Negara. Jakarta: okezone
Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arikunto. 2002. Uji Validitas dan Uji Reabilitas. Jakarta: Salemba Empat
Armidha Alisjahbana. 2013. Kegagalan Pemda dalam Memahami dan Menerapkan Logika Akuntansi. Jakarta: Okezone
Boediono. 2012. Empat Komisi yang Telah Dibentuk. Jakarta: okezone
Faisal Nardiya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional Terhadap Kualitas Audit.
Ferry Kurni Rizkyansah. 2009. Informasi Keuangan Sangat Penting. Jakarta: Okezone
Harhinto. 2004. Auditor yang Handal. Palembang: Maxilcom
Hadi Purnomo. 2011. Pemeriksaan Berbasis Elektronik atau E-audit. Jakarta: Okezone
Hiro Tugiman. 2009. Standar Profesional Audit Internal. Konisius: Yogyakarta
Husein Umar. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.
Iskandar Dinata. 2006. Standar Auditor Pemerintah. Yogyakarta: Andi Offset
Imam Ghozali. 2006. Teori Reliabilitas. Jakarta: Erlangga
Indra Bastian. 2008. Audit Sektor Publik Edisi Kedua. Jakarta: Visi Global Media
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Penyusunan Laporan Keuangan Daerah. Yogyakarta: Ekonisa
Indra Bastian. 2005. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Visi Global Media
Indra Bastian. 2003. Rahasia Para Auditor yang Hebat. Jakarta: Lintas Buana
Indra Bastian. 2002. Konsep dan Tuntunan Praktis Auditor Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat
Indra Bastian. 2001. Manual Akuntansi Daerah. BPPE Yogyakarta
James Guthireun Leep Parker. 2010. Accounting Auditing and Accountabilty Journal
Jonathan Sarwono. Konsep Koefisien Determinasi. Yokyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Kholid Haryono. 2011.Pengenmbagan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Berorientasi Pada Kemandirian Audit
Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Kunartu. 2008. Modul Sistem Informasi Laporan Keuangan Daerah (SILKD)
Mardiasmo. 2008. Administrasi Negara dan BPKP. Jakarta: okezone
Mardiasmo. 2011. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta: okezone
Mashuri. 2008. Metode Analisis Verifikatif dan Cara Menentukanya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
M.Budi Santosa. 2009. Rendahnya Tingkat Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Okezone
Meinhart et.al. 1987. Auditing Education. New York. Free Press
M.Rizal Yaya. 2012.Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional Terhadap Kualitas Audit.
126
Paul Jhon Steinbart. 2004. Manajemen Proyek Radikal. Jakarta. Erlangga: Jakarta
Richard F. Neuhsl. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Sembilan, Buku satu, Jakarta: Salemba Empat
Ridwan dan Ahmad Kuncoro. 2007. Transformasi Data Ordinal. Diserstasi FPs-
IKIP Bandung
Rizal Yaya. 2012. Laporan Keuangan Disclaimer. Jakarta: okezone
Sarwono. 2006. Metode Penelitian Statistik.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. CV Alvabeta, Bandung
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. CV Alvabeta, Bandung.
Sutrisno Agoes (2004). Pendidikan Formal Bidang Akuntansi dan Bidang Auditing. Jakarta: Erlangga
Thomas H. Beechy. 2007. Does Full Accrual Accounting Enhance Accountability.
Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung
Warsito Kawedar. 2008. Modul Sosilisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
Wati Aristuti. 2010. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Pada BUMN Di Bandung
Sumber Situs Internet :
http://kompas.com/
http://www.okezone.com/
http://radarbanten.com/
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAAN, DAN HIPPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Daerah
2.1.1.1 Pengertiaan Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah telah memasuki babak baru sejak
diberlakukannya Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 dimana pemerintah daerah
mulai melakukan pencatatan transaksi keuangan secara double entry. Kepmendagri
29 tahun 2002 kemudian diperbarui dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan disempurnakan lagi dengan
Permendagri Nomor 59 tahun 2007. Rangkaian perundangan-undangan ini telah
membuat Pengelolaan Keuangan Daerah bertambah volume pekerjaan dan tingkat
kerumitannya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan secara manual.
Komputerisasi pengelolaan keuangan daerah menjadi menjadi alternatif yang tidak
dapat dihindarkan (Paul Jhon Steinbert, 2004).
Sistem adalah menurut Richard F. Neuhsl :
“Urutan operasi kerja yang biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu
atau lebih departemen,yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang
Informasi adalah menurut Kusrini dan Andri Koniyo (2007:7):
“Data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna,
yang bermanfaat untuk mengambil keputusan saat ini”.
Sistem Informasi adalah menurut Robert A. Laitch K. Roscoe Bavis (2008:8):
“Suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.
Sistem Informasi Akuntansi Daerah adalah menurut Kusrini dan Andri Koniyo
(2007:10):
“Sistem Informasi akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang
mengubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna
bagi pemakainya”.
Pengelolaan keuangan daerah dimulai sejak perencanaan, penganggaran
pendapatan dan belanja (APBD), administrasi keuangan hingga akuntansi dan
pelaporan. Aplikasi sistem administrasi keuangan daerah yang baik harus mencakup
semua tahapan pengelolaan keuangan daerah tersebut sehingga ada kesinambungan
proses dan data. Kesinambungan proses dan data tersebut akan menghilangkan proses
input ulang data-data dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga akan mengurangi
volume pekerjaan dan meningkatkan konsistensi dan kualitas data karena tidak akan
14
2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi akuntansi daerah menurut Kunartu (2008:10)adalah:
1. Prosedur-prosedur, baik manual maupun terotomatisasi, yang dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data aktivitas-aktivitas transaksi.
2. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut. 3. Data tentang proses-proses transaksi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur tekhnologi informasi.
Sedangkan di dalam organisasi pemerintah daerah, sistem informasi berfungsi
untuk :
1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktifitas-aktiftas tersebut dan para pelaku aktivitas tersebut.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen. 3. Menyediakan pengendalian yang memadai.
4. Operasi yang berguna untuk mengubah data masukan menjadi keluaran.
2.1.1.3 Siklus Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Sistem Informasi akuntansi daerah memiliki beberapa sistem bagian yang
berupa siklus akuntansi. Siklus akuntansi daerah menunjukan suatu prosedur
akuntansi daerah, mulai dari sumber data sampai ke proses pencatatan/pengolahan
akuntansinya. Berikut ini adalah pembagiaan dari siklus akuntansi daerah yang
berbentuk modul menurut (Warsito Kawedar, 2008:69 ) :
1. Modul Penyusunan Anggaran
2. Modul Penataanusahan Keuangan
1. Modul Penyusunan Anggaran
Modul penyusunan anggaran adalah modul yang digunakan untuk membantu
proses penyusunan anggaran berbasis kinerja sesuai dengan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Modul Penyusunan Anggaran diinstall dan digunakan oleh SKPD dengan sistem
Batch. Berbeda dengan sistem Online, sistem Batch tidak memerlukan Jaringan
Komputer (Local Area Network). Hal ini untuk mengatasi kendala terbatasnya
jaringan telekomunikasi yang tidak tersedia ke SKPD-SKPD yang berjauhan letaknya
seperti kecamatan-kecamatan. SKPD dapat bekerja menginput data-data Anggaran
(RKA) di lokasi mereka masing-masing. Setelah selesai diinput, data-data RKA dari
seluruh SKPD akan digabungkan (konsolidasi) sehingga menjadi data anggaran
pemerintah daerah. Berikut tabel pendukung dari modul penyusunan anggaran :
A. Tabel Kode Urusan dan Kode SKPD
B. Kode Rekening Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan C. Kode Program dan Kegiatan
D. Tabel Standar Harga Barang dan Jasa (bila ada).
Menurut (Abdul Rohman, 2008:165) Selanjutnya SKPD menginput data
anggaran yang meliputi form-form :
a) RKA-SKPD 1.1: Rincian Anggaran Pendapatan
16
Bagan alir penyusunan RKA SKPD
Sumber 2008 Gambar 2.1
Bagan alir penyusunan RKA SKPD
Selanjutnya Modul akan menghitung dan menghasilkan form-form yang lain
seperti: RKA-SKPD 4 yang merupakan ringkasan dari seluruh form RKA-SKPD 3.1
dan RKA SKPD 3.2 kemudian RKA-SKPD yang merupakan ringkasan dari seluruh
form. Bila Rencana Kerja dan Anggaran ini telah dibahas dan disetujui maka Modul
akan menghitung dan menghasilkan form-form Dukumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA-SKPD): DPA-SKPD 1.1, DPA-SKPD 2.1, DPA-SKPD 2.2, DPA-SKPD 3.1
DPA-SKPD 3.2, dan DPA-SKPD 4. Setelah data-data RKA dari seluruh SKPD
digabungkan (dikonsolidasikan), modul selanjutnya akan menghitung dan
menghasilkan laporan-laporan seperti: Lampiran I: Ringkasan APBD, Lampiran II:
Peraturan Gubernur/Bupati/Wali kota, Lampiran III: Rincian APBD, Lampiran IV:
Rekapitulasi Belanja menurut Urusan - Organisasi - Program - Kegiatan, Lampiran
V: Rekapitulasi Belanja Daerah.
RKA SKPD 3.1
RKA SKPD 2.1 RKA SKPD 3.2 RKA SKPD 4
2. Modul Penatausahaan Keuangan
Modul penatausahaan keuangan adalah modul yang digunakan untuk
membantu proses penatausahaan keuangan yang merupakan kelanjutan dari tahap
penyusunan anggaran. Hasil akhir modul penyusunan anggaran yang digunakan pada
tahap Penyusunan Anggaran adalah berupa data-data APBD. Data-data APBD ini
diimpor oleh modul penatausahaan keuangan menjadi data-data DPA (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran) yang akan merupakan dasar untuk penerbitan SPD (Surat
Penyediaan Dana) (Warsito Kawedar, 2008:72).
Form-form yang dapat dibuat antara lain:
A. SPD ( Surat Peneyediaan Dana ) B. SPP ( Surat Permintaan Pembayaran ) C. SPM ( Surat Perintah Membayar ) D. SP2D ( Surat Perintah Pencairan Dana ) E. SPJ ( Surat Pertanggung Jawaban )
Berdasarkan data-data yang diinput dapat dcetak laporan-laporan yang
diperlukan:
a) Register-register : SPD,SPP,SPM,SP2D, Pengambilan SPJ, STS.
b) SPJ Funsional
c) Kartu Kredit Kegiatan
d) Laporan Keadaan Kas
e) Laporan Pengecekan Kas Bendahara
3. Modul Akuntansi dan Pelaporan
Modul akuntansi dan pelaporan merupakan modul dasar yang terpenting.
Modul ini mencatat transaksi-transaksi akuntansi dari berbagai sumber dan
18
pemerintah daerah yang pokok terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Modul akuntansi dapat menghasilkan 3
diantara 4 laporan tersebut. Catatan atas laporan keuangan yang berupa narasi-narasi
dan penjelasan-penjelasan tidak dihasilkan oleh modul. modul menghasilkan laporan
keuangan hingga level SKPD. Masing-masing SKPD menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran, neraca dan laporan arus kas secara otomatis dari
transaksi-transaksi keuangan yang diinput. Selain pada level SKPD, juga dihasilkan laporan
keuangan pemerintah daerah yang merupakan konsolidasi dari seluruh SKPD (Abdul
Rohman, 2008:180).
Menurut (Abdul Rohman, 2008:181) Sebagian besar transaksi pada modul
akuntansi merupakan transaksi-transaksi auto jurnal yang berasal dari
transaksi-transaksi dari modul penatausahaan keuangan. Selebihnya dijurnal melalui jurnal
umum untuk transaksi-transaksi yang bukan berasal dari modul penatausahaan
keuangan seperti transaksi-transaksi jurnal penyesuaian, koreksi, setting saldo awal,
dll. Fasilitas auto jurnal modul akuntansi menghasilkan transaksi yang lengkap.
Jurnal antara SKPD dan BUD secara otomatis menghasilkan transaksi intra lewat
R/K PPKD, dan transaksi belanja modal secara otomatis menghasilkan jurnal
Corollary untuk mencerminkan perubahan nilai asset. Auto jurnal terjadi pada saat
pencairan SP2D, pengesahan SPJ, pengesahan STS dan pengesahan pengembalian.
Jurnal yang dihasilkan adalah satu set jurnal yang lengkap sesuai dengan ketentuan
Selain laporan keuangan pemerintah daerah, modul akuntansi dan pelaporan
juga menghasilkan beberapa laporan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu
melakukan rekonsiliasi. Setiap angka pada Laporan keuangan dapat ditelusuri asal
usulnya. Laporan-laporan yang dihasilkan antara lain:
1) Laporan Jurnal: Melihat rincian Jurnal baik yang diinput melalui Jurnal Umum maupun yang dihasilkan secara auto jurnal.
2) Trial Balance.
3) Buku Besar (B.IX): Melihat mutasi transaksi yang terjadi pada rekening rekening. Dapat dilihat untuk satu SKPD saja atau gabungan seluruh SKPD. 4) Buku Besar Kegiatan: Untuk melihat mutasi transaksi pada kegiatan tertentu. 5) Daftar Rekening.
6) Lampiran-Lampiran 7) Laporan Anggaran Kas
8) Laporan Pelaksanaan Kegiatan
9) Laporan Target dan Realisasi Pendapatan.
2.1.2 Kompetensi Auditor
2.1.2.1 Pengertian Kompetensi Auditor
Didalam SPAP Seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1) yang tercantum dalam
standar umum pertama berbunyi :
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahliaan
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum yang pertama ini menegaskan bahwa betapapun kemampuaan
seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan,
ia tidak dapat memenuhi peryaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini,
jika tidak memiliki pengetahuan, pendidikan serta pengalaman memadai dalam
20
Sedangkan menurut Iskandar Dinata, 2006:36 mengartikan kompetensi adalah
sebagai berikut :
“Kompentensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadiaan yang dimiliki oleh seorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap posotif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya”.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang
ahli dibandingkan auditing dan akuntansi. Pencapaiaan keahliaan dimulai dengan
pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktek
audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mencakup
aspek teknis maupun pendidikan umum (SPAP,SA Seksi 210,PSA no.04,2001).
Seorang auditor harus secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor harus mempelajari,
memahami dan menerapkan ktentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi
pemerintah dalam standar audit yang ditetapkan.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:35) mengatakan bahwa pendidikan formal
auditor dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain adalah
sebagai berikut :
1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).
2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UNA Profesi.
3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan (Registered Accountant).
5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa melaksanakan audit
untuk dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa
bertindak sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas
melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit.
2.1.2.2 Komponen Kompetensi Auditor
Kompetensi terbagi dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan,
pengalaman, pendidikan dan pelatihan. (SPAP, PSA No.04, 2001).
1. Pengetahuan 2. Pengalaman 3. Pendidikan 4. Pelatihan
1. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa tinggi
pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai
semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya
sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
22
2. Pengalaman
Pengalaman menurut Harhinto, (2004:35) yaitu, melaksanakan audit untuk
dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak
sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas
melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit.
3. Pendidikan
Pendidikan menurut Hiro Tugiman (2009:31) yaitu, auditor internal harus
selalu memelihara atau mempertahankan kualitas profesionalnya serta kemampuan
teknisnya melalui pendidikan secara berkesinambungan. Mereka harus berusaha
memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar,
prosedur dan teknik-teknik audit.
4. Pelatihan
Pelatihan menurut Indra Bastian (2003:45) menyatakan Satuan Kerja Audit
internal harus terdiri dari para auditor yang memiliki latar belakang pendidikan dan
keahlian yang relevan dengan tugas-tugas audit. Setiap auditor internal harus
memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam menerapkan berbagai standar, prosedur
dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip
manajemen, serta pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti
akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode
pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan
tersebut.
2.1.3 Kualitas Audit
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit
Kualitas audit menurut Indra Bastian (2002:262) yaitu,
“Kualitas audit dapat diukur dari standar auditing yang dimana standar audit ini memuat persyaratan professional auditor, mutu pelaksanaan audit, dan persyaratan laporan audit yang professional”.
1. Profesional Auditor adalah para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan.
2. Mutu Pelaksanaan Audit adalah para auditor harus menjalankan proses dari awal sampai akhir dengan baik untuk meningkatkan kualitas laporan audit. 3. Persyaratan Laporan Audit yang Profesional adalah bahwa pendidikan formal
auditor dan pengalaman profesionalnya selain itu data yang diperoleh harus saling melengkapi satu sama lain.
Kualitas audit merupakan suatu hal penting yang sudah sejak lama menjadi
pembicaraan baik di kalangan praktisi, pembuat kebijakan ataupun para akademisi.
Hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor berkaitan dengan
kepentingan banyak pihak. Namun demikian pendapat yang diberikan oleh auditor
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila
auditor tersebut dianggap tidak memiliki independensi oleh para pengguna laporan
keuangan. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu kriteria. Standar
auditing merupkansalahsatuukurankualitas audit.
AICPA memberikan prinsip-prinsip sebagai panduan:
1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalam hal keuangan terhadap
24
2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang
akan mengganggu objektifitas berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi
laporan keuangan.
3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan
klien yang akan mengganggu objektifitas auditor.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi
dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas,
akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari
kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil
tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan
pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan
tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di samping itu
dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor
telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
28
2.2 Kerangka Penelitiaan
Sesuai dengan Hipotesis dan tujuan penelitiaan didapat kerangka penelitiaan
yang dimana adanya keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah Terhadap
Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit.
2.2.1 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit
Tahun 2003 telah lahir UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang mensyaratkan adanya suatu Standar Akuntansi Pemerintah sebagai basis
penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah yang merupakan tonggak sejarah
lahirnya PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, hal ini penting
mengingat tanpa standar tersebut, pemerintah tidak memiliki dasar acuan standar
pemeriksaan keuangan dan kemudian, lahir Permendagri No.13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari
Kepmendagri No 29 tahun 2002, Pedoman tersebut menjelaskan secara rinci tugas,
wewenang dan prosedur-prosedur tatalaksana keuangan daerah yang lengkap dengan
lampiran dan dokumen-dokumen operasional mengenai pengelolaan keuangan
daerah. Satu tahun berikutnya, peraturan ini direvisi dengan terbitnya Permendagri
No 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No.13 tahun 2006 (Indra
Bastian, 2007).
Maka dari itu, Petugas Pengelolaan Daerah harus merancang sistem informasi
akuntansi keuangan daerah yang berfungsi untuk mengumpulkan dan menyimpan
data tentang aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai
aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut,
30
dapat meninjau ulang hal-hal yang terjadi. Sehingga lembaga publik, Pemerintah
dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya secara benar melalui
pengesahan yang bertugas melakukan auditing / pemeriksaan keuangan daerah,
lembaga tersebut adalah Badan Pemeriksaan Keeuangan (BPK) badan Negara yang
idependen, BPK melakukan audit secara komprehensif dan memberikan opini
mengenai tingkat kewajaran laporan tersebut (Indra Bastian, 2006).
Menurut Indra Bastian, 2006:10 sesuai dengan exposure draft standar akuntansi
pemerintahan, basis akrual untuk neraca berarti bahwa aktiva, kewajiban, dan ekuitas
dana diakui serta dicatat pada saat kejadian dan kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memerhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca dengan
penerapan basis akrual adalah
1. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan handal.
2. Investasi, suatu pengeluaran kas atau aktiva dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Kemungkinan manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial dimasa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 3. Aktiva tetap, untuk dapat dilakui sebagai aktiva tetap suatu aktifa harus
berwujud dan memenuhi kriteria:
a. Mempunyai manfaat lebih dari dua belas bulan. b. Biaya aktiva dapat diukur secara handal.
c. Tidak dimaksudkan untuk menjual dalam operasi normal entitas. d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal.
Menurut Indra Bastian, 2006:16 fokus utama kebijakan dan prosedur
pengendalian yang berkaitan dangan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi
dilaksanakan dengan cara mencegah salah saji potensial asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
1. Sah
2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas secara terkomputerisasi dengan benar.
2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit
Kompetensi merupakan tanggung jawab bagian audit internal dari setiap
auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan harus menugaskan
orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan secara tepat dan pantas. Jika pekerjaan auditor internal didasarkan pada
kepercayaan pihak lain maka kompetensi auditor internal harus dinilai. Bukti
mengenai kualitas kompetensi dapat diperoleh dari pengalaman yang lalu, penilaian
dan hasil review. Sedangkan laporan yang dihasilkan auditor internal untuk
32
keuangan telah menyajikan dengan benar dan wajar posisi keuangan pemda, hasil dan
operasi, dan perubahan-perubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
(Sri Hastuti, 2012).
Dasar yang digunakan dalam audit keuangan daerah adalah UU No.15 tahun
2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Sedangkan standar yang digunakan adalah standar akuntansi dalam audit keuangan
daerah adalah PP 24/2005 dan petunjuk teknis, buletin dan jurnal yang dikeluarkan
oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) (Komite Standar Akuntansi
Pemerintah).
Pemerintah daerah berusaha mencapai tujuannya dengan menggunakan kualitas
sumber ekonomi dan sumber daya manusia. Kebanyakan pemerintah mendapatkan
sumber ekonomi dari pihak luar, baik secara individu maupun kelompok. Sering kali,
pihak luar pemerintah berada di luar kendali pemerintah atau dapat dikatakan tidak
masuk dalam kegiatan operasi internal pemerintah. Oleh karena itu, suatu pemerintah
harus memiliki auditor internal yang kompeten guna melakukan pelaporan tentang
administrasi atau pengurusan sumber-sumber. Sedangkan audit keuangan meliputi
audit atas laporan keuangan dan audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan.
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah laporan
keuangan dari entitas yang yang diaudit yang telah menyajikan secara wajar tentang
posisi keuangan, hasil operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum guna meningkatkan kualitas audit (Indra Bastian
2.2.3 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Tuntutan reformasi manjemen keuangan daerah, tidak hanya menghasilkan
perubahan di internal pengelola keuangan pemerintah daerah, tetapi juga di kalangan
aparat pengawas daerah. Dengan adanya system akuntansi daerah dan laporan
keuangan daerah, maka peranan PPKD lebih ditekankan untuk memastikan bahwa
sistem akuntansi daerah sudah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah
disajikan dengan wajar (Indra Bastian, 2003:46).
Lahirnya PP 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang
mulai berlaku sejak tahun 2006 membuat seluruh perangkat pemerintah berusaha
menjalankan prinsip-prinsip yang termuat dalam SAP tersebut, sayangnya masih
banyak staf dan pejabat akuntansi pemerintah yang tidak memiliki latar belakang
akuntansi sehingga pelaksanaanya menjadi kendala. IT sebagai bidang komputerisasi
seharusnya mampu menjembatani kendala tersebut dengan melakukan otomasi
terhadap aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan kedalam aktifitas transaksional
petugas sehingga operasional harian akan otomatis membentuk jurnal-jurnal
akuntansi tanpa disadari oleh petugas (Kholid Haryono, 2011).
Untuk itu diperlukan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu
melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi. Dan sangat
34
dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan memudahkan audit
internal untuk mengaudit laporan keuangan tersebut.
2.2.4 Paradigma Penelitian
(Indra Bastian, 2006)
(Indra Bastian, 2007)
(Indra Bastian, 2003)
(Kholid Haryono, 2011)
(Sri Hastuti, 2012)
(Indra Bastian, 2003)
2.4 Hipotesis
Berdasarakan teori-teori yang di atas dimungkinkan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
H1 Adanya pengaruh yang signifikan antara Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Terhadap Kualitas Audit.
H2 Adanya pengaruh yang signifikan antara Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit.
H3 Adanya pengaruh yang signifikan antara Sistem Informasi Akuntansi Daerah Dan
Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.
Sistem Informasi Akuntansi Keuangan
Daerah (X1)
(Kunartu, 2008)
Kompetensi Auditor (X2)
(Iskandar Dinata,2006)
Kualitas Audit (Y)
121
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh sistem informasi
akuntansi daerah dan kompetensi daerah terhadap kualitas audit pada 10 Pemda
khususyan DPPKAD se-Jawa Barat dan Serang. Dapat ditarik kesimpulan dan
saran sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
1. Bahwa di setiap PEMDA yang saya sudah diteliti telah memiliki
keterpaduan tekhnologi Informasi dengan sistem perbendaharaan negara
yang dikelola dengan baik. Sehingga Sistem Informasi Akuntansi Daerah
(X1) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t hitung (5,404) >
t tabel (1,96).
2. Disetiap Pemda yang sudah diteliti bahwa Sumber Daya Manusia yang
mengelola atau mengaudit laporan keuangan pemda sudah memiliki
kompetensi dalam mengaudit laporan keuangan. Sehingga Kompetensi
auditor (X2) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t hitung
(4,507) > t tabel (1,96).
3. Bahwa dengan sistem informasi akuntansi daerah yang baik dan dengan
yang mengelola sistem tersebut dapat mengelola dengan benar sesuai
122
berkualitas. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel (77,37
> 3,16), sehingga sesuai dengan kriteria uji simultan adalah tolak H0,
artinya variabel bebas variabel SIA (X1) dan kompetensi auditor (X2)
secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel Kualitas audit
(Y).
5.2 Saran
1. Informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam
pengelolaan keuangan daerah terus dilakukan dengan upaya meningkatkan
kualitas pertanggungjawaban keaungan dengan membangun pusat data
sehingga tekhnologi yang dipakai berupa software yang digunakan
disarankan agar memakai yang terbaru dengan aplikasi yang sistematis
agar menghasilkan output yang tersusun sistematis.
2. Sumber Daya Manusia yang mengelola atau mengaudit laporan keuangan
pemda disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi guna
meningkatkan kompetensi auditor agar mendapatkan opini yang baik oleh
auditor eksternal.
3. Sangat dibutuhkan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu
melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi
sehingga menciptakan laporan keuangan dan hasil audit yang akuntabel
Email korespondensi : [email protected]
ABSTRAK
Informasi teknologi sebagai bidang komputerisasi melakukan otomasi terhadap aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan kedalam aktifitas transaksional petugas sehingga operasional harian akan otomatis membentuk jurnal-jurnal akuntansi tanpa disadari oleh petugas. Untuk itu diperlukan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem informasi akuntansi daerah dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit secara parsial dan simultan pada 10 Pemda di Jawa Barat dan Serang.
Metode Penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis ini adalah pegawai bagian keuangan khusunya DPPKAD di 10 Pemkab Jawa Barat dan Serang yang berjumlah 60 responden. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan menggunakan aplikasi SPSS 20for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh sistem informasi akuntansi daerah terhadap kualitas audit selain itu pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit dan sistem informasi akuntansi daerah dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Besarnya pengaruh secara langsung dan tidak langsung tersebut adalah sebesar 77,10%.
Kata Kunci : Sistem Informasi Akuntansi Daerah, Kompetensi Auditor, Kualitas Audit
ABSTRACT
Information Technology is a field of computerization of the accounting activities done automatically inserted into transactional activity so daily operations officer will be automatically created accounting journal unnoticed by officials. It is necessary for financial management personnel cappable of performing transactional activities into a computerized system to produce aquality report. Purpose of research this is for know how big influence accounting information system this area and competence auditors againts audit quality by partial and simultaneous on 10 regional governments in west java and serang.
This method uses two method research descriptive and verification he unit analysis is the financial part especially employess in 10 local gevernment internal auditors west java and serang that totaled 60 respondens. Testing is the calculation of the statistics used pearson corellation, spearmen, the coefficient of deteremination, hypothesis testing, and using applications.
The results of this study indicate that of study that there strong relationship between the influence of local accounting and information systems auditor competence to audit quality. The amount of iffluence directly and indirectly amounted 77.10%
Keywords : local accounting and information systems, auditor competence
Competence, audit quality
Pendahuluan
Untuk membenahi Sistem Informasi
Akuntansi Daerah di tingkat
guna meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan hasil audit untuk itu, BPK maupun
lembaga-lembaga negara, termasuk lembaga-lembaga pemerintah
harus terus berkomunikasi memastikan semua
pihak terus melakukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pertanggungjawaban
keuangannya dengan meningkatkan kualitas itu
adalah dengan pembangunan pusat data BPK
untuk melakukan pemeriksaan berbasis elektronik
atau e-audit dan nantinya juga akan dibangun
hubungan data yang link and match antara
lembaga-lembaga negara termasuk pemerintah
dan pihak terkait pengelolaan keuangan Sehingga
informasi dalam organisasi sangat penting, karena
hampir disegala aspek kegiatan dalam
pelaksanaannya tidak terlepas dari kebutuhan
informasi. Dimana masing-masing pihak yang
terlibat dalam organisasi dapat menjalankan
peranannya dengan baik apabila tersedia
informasi yang tersusun secara sistematis dan
terolah dengan matang (Hadi Purnomo, 2011).
Kegagalan SDM pemda dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi
akan berdampak pada kekeliruan laporan
keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian
laporan dengan standar yang ditetapkan
pemerintah dan dalam hal ini, pemda umumnya
memiliki keterbatasan jumlah SDM yang
menguasai logika akuntansi secara baik sehingga
banyaknya SDM keuangan pemda yang berlatar
belakang nonakuntansi merupakan satu kendala
utama saat ini yang berakibat berbagai pelatihan
yang diadakan pemda maupun pemerintah pusat
tidak memberikan hasil maksimal sehingga upaya
melakukan rekrutmen pegawai berlatar belakang
akuntansi dengan spesifikasi teknis akuntansi
yang baik merupakan suatu pilihan yang tepat
untuk dikembangkan (Mardiasmo, 2008).
Hal ini tentulah cukup memprihatinkan
karena sejatinya hasil audit laporan keuangan
yang akuntabel merupakan hak publik yang harus
dipenuhi kepala daerah yang telah dipilih rakyat
sehingga implementasi standar akuntansi
pemerintah merupakan tantangan besar yang
membutuhkan persiapan matang dan terstruktur
terkait dengan peraturan, sistem, dan sumber daya
manusianya (Mardiasmo, 2011).
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian adalah untuk
mengkaji dan menemukan jawaban dan kejelasan
akan fenomena yang berkaitan dengan pengaruh
sistem akuntansi daerah dan kompetensi auditor
terhadap kualitas audit
STUDI KEPUSTAKAAN
TEORI SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI DAERAH
Pengelolaan Keuangan Daerah telah memasuki
babak baru sejak diberlakukannya Kepmendagri
Nomor 29 tahun 2002 dimana pemerintah daerah
mulai melakukan pencatatan transaksi keuangan
secara double entry. Kepmendagri 29 tahun 2002
membuat Pengelolaan Keuangan Daerah
bertambah volume pekerjaan dan tingkat
kerumitannya sehingga tidak memungkinkan lagi
untuk dikerjakan secara manual. Komputerisasi
pengelolaan keuangan daerah menjadi menjadi
alternatif yang tidak dapat dihindarkan. (Paul
Jhon Steinbert, 2004)
Sistem Informasi Akuntansi adalah menurut
Kusrini dan Andri Koniyo (2007:10):
“Sistem Informasi akuntansi merupakan
sebuah sistem informasi yang
mengubah data transaksi bisnis menjadi
informasi keuangan yang berguna bagi
pemakainya.”
Pengelolaan keuangan daerah dimulai
sejak perencanaan, penganggaran pendapatan dan
belanja (APBD), administrasi keuangan hingga
akuntansi dan pelaporan. Aplikasi sistem
administrasi keuangan daerah yang baik harus
mencakup semua tahapan pengelolaan keuangan
daerah tersebut sehingga ada kesinambungan
proses dan data. Kesinambungan proses dan data
tersebut akan menghilangkan proses input ulang
data-data dari satu tahap ke tahap berikutnya
sehingga akan mengurangi volume pekerjaan dan
meningkatkan konsistensi dan kualitas data
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi akuntansi daerah menurut Kunartu (2008:10)adalah:
1. Prosedur-prosedur, baik manual maupun terotomatisasi, yang dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data aktivitas-aktivitas transaksi.
2. Orang-orang yang
mengoperasikan sistem tersebut. 3. Data tentang proses-proses
transaksi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur tekhnologi
informasi.
Sedangkan di dalam organisasi
pemerintah daerah, sistem informasi berfungsi
untuk :
1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktifitas-aktiftas tersebut dan para pelaku aktivitas tersebut.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen. 3. Menyediakan pengendalian yang
memadai.
4. Operasi yang berguna untuk mengubah data masukan menjadi keluaran.
TEORI KOMPETENSI AUDITOR
Pengertian Kompetensi Auditor
Didalam SPAP Seksi 210 PSA No.04
(2001:210.1) yang tercantum dalam standar
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang
atau lebih yang memiliki keahliaan dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum yang pertama ini
menegaskan bahwa betapapun kemampuaan
seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk
dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi peryaratan yang dimaksudkan dalam
standar auditing ini, jika tidak memiliki
pengetahuan, pendidikan serta pengalaman
memadai dalam bidang auditing.
Sedangkan menurut Iskandar Dinata,
2006:36 mengartikan kompetensi adalah sebagai
berikut :
“Kompentensi adalah keseluruhan pengetahuan,
kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadiaan yang dimiliki oleh seorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap posotif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya”.
Dalam melaksanakan audit, auditor
harus bertindak sebagai seorang yang ahli
dibandingkan auditing dan akuntansi.
Pencapaiaan keahliaan dimulai dengan
pendidikan formal yang selanjutnya diperluas
melalui pengalaman dalam praktek audit. Selain
itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang
cukup dan mencakup aspek teknis maupun
pendidikan umum (SPAP,SA Seksi 210,PSA
no.04,2001).
Seorang auditor harus secara
terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor
harus mempelajari, memahami dan menerapkan
ktentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi
pemerintah dalam standar audit yang ditetapkan.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:35)
mengatakan bahwa pendidikan formal
auditor dan pengalaman profesionalnya saling
melengkapi satu sama lain adalah
sebagai berikut :
1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi
jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).
2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UnA Profesi. 3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan
(Registered Accountant).
4.Telah mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan (continuing professional education) baik yang diadakan di KAP sendiri, oleh IAI atau seminar dan lokalisasinya.
5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa melaksanakan audit
untuk dapat sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senantiasa bertindak
sebagai seseorang yang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian
keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan
formalnya, yang diperluas
melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya
dalam bidang praktik audit.
Komponen Kompetensi Auditor
Kompetensi terbagi dalam 4 (empat)
4. Pelatihan
1. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Meinhard et.al
(1987) diukur dari seberapa tinggi pendidikan
seorang auditor karena dengan demikian auditor
akan mempunyai semakin banyak pengetahuan
(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya
sehingga dapat mengetahui berbagai masalah
secara lebih mendalam, selain itu auditor akan
lebih mudah dalam mengikuti perkembangan
yang semakin kompleks.
2. Pengalaman
Pengalaman menurut Harhinto,
(2004:35) yaitu, melaksanakan audit untuk dapat
sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor
harus senantiasa bertindak sebagai seseorang
yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai
dengan pendidikan formalnya, yang diperluas
melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya
dalam bidang praktik audit.
3. Pendidikan
Pendidikan menurut Hiro Tugiman
(2009:31) yaitu, auditor internal harus selalu
memelihara atau mempertahankan kualitas
profesionalnya serta kemampuan teknisnya
4. Pelatihan
Pelatihan menurut Indra Bastian
(2003:45) menyatakan Satuan Kerja Audit
internal harus terdiri dari para auditor yang
memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian
yang relevan dengan tugas-tugas audit. Setiap
auditor internal harus memiliki pengetahuan dan
kecakapan dalam menerapkan berbagai standar,
prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip
dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip
manajemen, serta pemahaman terhadap dasar
dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi,
ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan,
keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem
informasi yang dikomputerisasi. Semuanya bisa
diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang dilakukan
lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan
tersebut.
Pengertian Kualitas Audit
Kualitas audit menurut Indra Bastian
(2002:262) yaitu, kualitas audit dapat diukur dari
standar auditing yang dimana standar audit ini
memuat persyaratan professional auditor, mutu
pelaksanaan audit, dan persyaratan laporan audit
yang professional. Kualitas audit merupakan
suatu hal penting yang sudah sejak lama menjadi
kebijakan ataupun para akademisi. Hal ini
dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor
berkaitan dengan kepentingan banyak pihak.
Namun demikian pendapat yang diberikan oleh
auditor terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila
auditor tersebut dianggap tidak memiliki
independensi oleh para pengguna laporan
keuangan. Untuk mengukur kualitas audit maka
diperlukan suatu kriteria. Standar auditing
merupkansalahsatuukurankualitas audit.
AICPA memberikan prinsip-prinsip
sebagai panduan:
1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung
dalam hal keuangan terhadap klien.
2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak
terlibat dalam konflik kepentingan yang akan
mengganggu objektifitas berkenaan dengan
cara-cara yang mempengaruhi laporan
keuangan.
3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak
memiliki hubungan dengan
klien yang akan mengganggu objektifitas
auditor.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia,
Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa setiap anggota
harus mempertahankan integritas, objektivitas
dan independensi dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang auditor yang mempertahankan integritas,
akan bertindak jujur dan tegas dalam
mempertimbangkan fakta, terlepas dari
kepentingan pribadi. Auditor yang
mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil
tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak
tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor
yang menegakkan independensinya, tidak akan
terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta yang dijumpainya
dalam pemeriksaan. Di samping itu dengan
adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai
sejauh mana seorang auditor
telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika
yang telah ditetapkan oleh profesinya.
Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit
Menurut, Indra Bastian (2006;16), Fokus
utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang
berkaitan dangan sistem akuntansi adalah bahwa
transaksi dilaksanakan dengan cara mencegah
salah saji potensial asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem
akuntansi yang efektif dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat
atau terjadi adalah:
1. Sah
2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar 6. Telah dicatat dalam periode
yang seharusnya
Kompetensi merupakan tanggung jawab
bagian audit internal dari setiap auditor internal.
Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan
harus menugaskan orang-orang yang secara
bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang
diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan
secara tepat dan pantas. Jika pekerjaan auditor
internal didasarkan pada kepercayaan pihak lain
maka kompetensi auditor internal harus dinilai.
Bukti mengenai kualitas kompetensi dapat
diperoleh dari pengalaman yang lalu, penilaian
dan hasil review. Sedangkan laporan yang
dihasilkan auditor internal untuk menujukan
dengan dasar yang cukup dan tepat dari
bukti-bukti audit, apakah laporan keuangan telah
menyajikan dengan benar dan wajar posisi
keuangan pemda, hasil dan operasi, dan
perubahan-perubahannya sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku. (Sri Hastuti, 2012)
Dasar yang digunakan dalam audit
keuangan daerah adalah UU No.15 tahun 2004
tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Sedangkan standar yang
digunakan adalah standar akuntansi dalam audit
keuangan daerah adalah PP 24/2005 dan petunjuk
teknis, buletin dan jurnal yang dikeluarkan oleh
ekonomi dan sumber daya manusia. Kebanyakan
pemerintah mendapatkan sumber ekonomi dari
pihak luar, baik secara individu maupun
kelompok. Sering kali, pihak luar pemerintah
berada di luar kendali pemerintah atau dapat
dikatakan tidak masuk dalam kegiatan operasi
internal pemerintah. Oleh karena itu, suatu
pemerintah harus memiliki auditor internal yang
kompeten guna melakukan pelaporan tentang
administrasi atau pengurusan sumber-sumber.
Sedangkan audit keuangan meliputi audit atas
laporan keuangan dan audit atas hal yang
berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan
apakah laporan keuangan dari entitas yang yang
diaudit yang telah menyajikan secara wajar
tentang posisi keuangan, hasil operasi atau usaha,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum guna meningkatkan kualitas
audit. (Indra Bastian 2003;54)
Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Tuntutan reformasi manjemen
keuangan daerah, tidak hanya menghasilkan
perubahan di internal pengelola keuangan
pengawas daerah. Dengan adanya system
akuntansi daerah dan laporan keuangan daerah,
maka peranan PPKD lebih ditekankan untuk
memastikan bahwa sistem akuntansi daerah sudah
berjalan dengan baik dan laporan keuangan
daerah disajikan dengan wajar. (Indra Bastian,
2003:46)
Lahirnya PP 24/2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang mulai berlaku
sejak tahun 2006 membuat seluruh perangkat
pemerintah berusaha menjalankan prinsip-prinsip
yang termuat dalam SAP tersebut, sayangnya
masih banyak staf dan pejabat akuntansi
pemerintah yang tidak memiliki latar belakang
akuntansi sehingga pelaksanaanya menjadi
kendala. IT sebagai bidang komputerisasi
seharusnya mampu menjembatani kendala
tersebut dengan melakukan otomasi terhadap
aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan
kedalam aktifitas transaksional petugas sehingga
operasional harian akan otomatis membentuk
jurnal-jurnal akuntansi tanpa disadari oleh
petugas. (Kholid Haryono, 2011)
Untuk itu diperlukan petugas
pengelolaan keuangan daerah yang mampu
melakukan aktifitas-aktifitas transaksional
kedalam sistem komputerisasi. Dan sangat
dibutuhkan petugas yang kompeten dalam
menjalankan setiap transaksinya sehingga dapat
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas
dan memudahkan audit internal untuk mengaudit
laporan keuangan tersebuT.
HIPOTESIS
Berdasarakan teori-teori yang di atas
dimungkinkan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
H1 Adanya pengaruh yang signifikan antara
Sistem Informasi Akuntansi Daerah
Terhadap Kualitas Audit.
H2 Adanya pengaruh yang signifikan antara
Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit.
H3 Adanya pengaruh yang signifikan antara
Sistem Informasi Akuntansi Daerah Dan
Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis ini adalah pegawai bagian keuangan khusunya DPPKAD di 10 Pemkab Jawa Barat dan Serang yang berjumlah 60 responden. Pengujian statistik
yang digunakan adalah perhitungan korelasi
Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan menggunakan aplikasi SPSS 20for windows.
Kesimpulan
1. Bahwa di setiap PEMDA yang saya
sudah diteliti telah memiliki
keterpaduan tekhnologi Informasi
dengan sistem perbendaharaan negara
yang dikelola dengan baik. Sehingga
Sistem Informasi Akuntansi Daerah
mengelola atau mengaudit laporan
keuangan pemda sudah memiliki
kompetensi dalam mengaudit laporan
keuangan. Sehingga
Kompetensi auditor (X2) berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t
hitung (4,507) > t tabel (1,96).
3. Bahwa dengan sistem informasi
akuntansi daerah yang baik dan dengan
yang mengelola sistem tersebut dapat
mengelola dengan benar sesuai dengan
kemampuan maka hasil laporan
keuangan akan baik dan berkualitas.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa F
hitung > F tabel (77,37 > 3,16),
sehingga sesuai dengan kriteria uji
simultan adalah tolak H0, artinya
variabel bebas variabel SIA (X1) dan
kompetensi auditor (X2) secara
bersama-sama signifikan
mempengaruhi variabel Kualitas audit
(Y).
Saran
1. Informasi dan komunikasi yang
dilakukan oleh pihak yang terkait
dalam pengelolaan keuangan daerah
tekhnologi yang dipakai berupa
software yang digunakan disarankan
agar memakai yang terbaru dengan
aplikasi yang sistematis agar
menghasilkan output yang tersusun
sistematis.
2. Sumber Daya Manusia yang mengelola
atau mengaudit laporan keuangan
pemda disarankan untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi guna
meningkatkan kompetensi auditor agar
mendapatkan opini yang baik oleh
auditor eksternal.
3. Sangat dibutuhkan petugas
pengelolaan keuangan daerah yang
mampu melakukan aktifitas-aktifitas
transaksional kedalam sistem
komputerisasi sehingga menciptakan
laporan keuangan dan hasil audit yang
akuntabel yang sesuai dengan standar
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Nasution. 2009. Sistem Perbendaharaan
Negara. Jakarta: okezone
Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Boediono. 2012. Empat Komisi yang Telah
Dibentuk. Jakarta: okezone
Faisal Nardiya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional
Terhadap Kualitas Audit.
Hadi Purnomo. 2011. Pemeriksaan Berbasis Elektronik atau E-audit. Jakarta:
Okezone
Hiro Tugiman. 2009. Standar Profesional Audit
Internal. Konisius: Yogyakarta
Husein Umar. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.
Indra Bastian. 2005. Audit Sektor Publik. Visi Global Media, Jakarta.
Indra Bastian. 2001. Manual Akuntansi Daerah. BPPE. Yogyakarta.
Iskandar Dinata. 2006. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Visi Global
Media
James Guthireun Leep Parker. 2010. Accounting Auditing and Accountabilty
Journal
Kholid Haryono. 2011. Pengenmbagan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan
Daerah Berorientasi Pada
Kemandirian Audit
Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi
Akuntansi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Kunartu. 2008. Modul Sistem Informasi Laporan
Keuangan Daerah (SILKD)
Mardiasmo. 2008. Administrasi Negara dan
BPKP. Jakarta: okezone
Mardiasmo. 2011. Implementasi Standar
Akuntansi Pemerintah. Jakarta:okezone
M.Budi Santosa. 2009. Rendahnya Tingkat
Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Akuntansi. Edisi Sembilan, Buku satu,
Jakarta: Salemba Empat
Ridwan dan Ahmad Kuncoro. 2007.
Rizal Yaya. 2012. Laporan Keuangan
Disclaimer. Jakarta: okezone
Robert A. Laitch K. Roscoe Bavis. Guildine for govermental Financial Report.
New York.
Sarwono. 2006. Metode Penelitian Statistik.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif. Bandung
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi.
CV Alvabeta, Bandung.
Thomas H. Bech. 2007. Does Full Accrual
Accounting Enhance Accountability.
Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung.
Warsito Kawedar. 2008. Modul Sosilisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah.
Wati Aristuti. 2010. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal