• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey pada Instansi Pemkab di Jawa Barat dan Serang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey pada Instansi Pemkab di Jawa Barat dan Serang)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Studi Akuntansi

Dosen pembimbing:

Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si

Oleh :

Nama : Luthfi Nurul Ichsan

NIM : 21109043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

SURAT PERNYATAAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR……….…v

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR GAMBAR………...x

DAFTAR TABEL………...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian…………...………..1

1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah…………...………..7

1.2.1 Identifikasi Masalah………...7

1.2.2 Rumusan Masalah………....7

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………...8

1.3.1 Maksud Penelitian………..……….8

1.3.2 Tujuan Penelitian……....…....………..………..………….…8

1.4Kegunaan Penelitian………..……….8

1.4.1 Kegunaan Praktis……….……....8

(5)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka……….……12

2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Daerah………...12

2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Daearah……...12

2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Daerah…..…...14

2.1.1.3 Siklus Sistem Informasi Akuntansi Daerah………...14

2.1.2 Kompetensi Auditor………...19

2.1.2.1 Pengertian Auditor...………19

2.1.2.2 Komponen Kompetensi Auditor………....21

2.1.3 Kualitas Audit...………..…..………..………..23

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit…………...………...23 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya...25

2.2 Kerangka Pemikiran………..……….28

2.2.1 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit...29

2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit...31

(6)

vi

2.2.4 Paradigma Penelitian...34

2.3 Hipotesis……….………..………..34

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………...………...35 3.2 Metode Penelitian……….……...35

3.2.1 Desain Penelitian………...………..………..37

3.3 Operasional Variabel...40

3.4 Sumber Data...44

3.5 Alat Ukur Penelitian...45

3.6 Populasi dan Sampel...49

3.7 Metode Pengumpulan Data...51

3.8 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...52

3.8.1 Rancangan Analisis...52

3.8.2 Pengujian Hipotesis...56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...60

4.1.1 Gambaran Umum Unit Observasi...60

4.1.1.1 Sejarah Umum Pemda atau Instansi...60

4.1.1.2 Karakteristik Responden...85

(7)

v

4.1.3 Analisis Deskriptif...93

4.1.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Sistem Informasi Akuntansi Daerah (X1)...93

4.1.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi Auditor (X2)...99

4.1.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Audit (Y)...103

4.1.4 Analisis Verifikatif...107

4.1.4.1 Analisis Jalur ...107

4.1.4.2 Pengujian Hipotesis...111

4.1.4.3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit...114

4.2 Pembahasan...115

4.2.1 Pengaruh SIA Daerah (X1) Terhadap Kualitas Audit (Y)...115

4.2.2 Pengaruh Kompetensi Auditor (X2) Terhadap Kualitas Audit...117

(8)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...121

5.2 Saran...122

DAFTAR PUSTAKA………...………123

(9)

i

memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam penyusunan laporan ini,

penulis mengambil judul “Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit".

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat

diharapkan. Semoga dibalik kekurangannya usulan penelitiaan ini masih

dapat memberikan manfaat.

Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang

telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati,

penulis juga mengucapkan teria kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor

Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti SE.,M.Si., Ak.selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

(10)

ii

5. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing dan

Akuntansi Sektor Publik yang telah meluangkan waktunya kepada

penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Surahman dan Fauziah Aziz selaku Ayah dan Ibu tercinta, yang

telah merawat, mendidik, memberi materi, memberi kasih sayang

dan doa yang tulus kepada anakmu ini.

7. Sahabat-sahabatku Bayu Rizki Pratama, Geza Prima Reksa, Lufi

Diantara, azis zahyuza, pipit putri andini, valia valiant, Reza

Revansyah, terimakasih atas bantuan, dukungan, serta memberikan

semangat dalam skripsi ini, serta teman-teman Akuntansi Angkatan

2009 khususnya kelas AK-1 dan ASP, terima kasih atas

kebersamaannya.

8. Sahabat-sahabatku yang di Jakarta khususnya Baonz squad, Nurul

(11)

iii

pahala yang berlipat dari Allah SWT.Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013

(12)

124

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman 2008. Modul Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat

Anwar Nasution. 2009. Sistem Perbendaharaan Negara. Jakarta: okezone

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto. 2002. Uji Validitas dan Uji Reabilitas. Jakarta: Salemba Empat

Armidha Alisjahbana. 2013. Kegagalan Pemda dalam Memahami dan Menerapkan Logika Akuntansi. Jakarta: Okezone

Boediono. 2012. Empat Komisi yang Telah Dibentuk. Jakarta: okezone

Faisal Nardiya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional Terhadap Kualitas Audit.

Ferry Kurni Rizkyansah. 2009. Informasi Keuangan Sangat Penting. Jakarta: Okezone

Harhinto. 2004. Auditor yang Handal. Palembang: Maxilcom

Hadi Purnomo. 2011. Pemeriksaan Berbasis Elektronik atau E-audit. Jakarta: Okezone

Hiro Tugiman. 2009. Standar Profesional Audit Internal. Konisius: Yogyakarta

Husein Umar. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.

Iskandar Dinata. 2006. Standar Auditor Pemerintah. Yogyakarta: Andi Offset

Imam Ghozali. 2006. Teori Reliabilitas. Jakarta: Erlangga

Indra Bastian. 2008. Audit Sektor Publik Edisi Kedua. Jakarta: Visi Global Media

(13)

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Penyusunan Laporan Keuangan Daerah. Yogyakarta: Ekonisa

Indra Bastian. 2005. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Visi Global Media

Indra Bastian. 2003. Rahasia Para Auditor yang Hebat. Jakarta: Lintas Buana

Indra Bastian. 2002. Konsep dan Tuntunan Praktis Auditor Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat

Indra Bastian. 2001. Manual Akuntansi Daerah. BPPE Yogyakarta

James Guthireun Leep Parker. 2010. Accounting Auditing and Accountabilty Journal

Jonathan Sarwono. Konsep Koefisien Determinasi. Yokyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Kholid Haryono. 2011.Pengenmbagan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Berorientasi Pada Kemandirian Audit

Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta

Kunartu. 2008. Modul Sistem Informasi Laporan Keuangan Daerah (SILKD)

Mardiasmo. 2008. Administrasi Negara dan BPKP. Jakarta: okezone

Mardiasmo. 2011. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta: okezone

Mashuri. 2008. Metode Analisis Verifikatif dan Cara Menentukanya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

M.Budi Santosa. 2009. Rendahnya Tingkat Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Okezone

Meinhart et.al. 1987. Auditing Education. New York. Free Press

M.Rizal Yaya. 2012.Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional Terhadap Kualitas Audit.

(14)

126

Paul Jhon Steinbart. 2004. Manajemen Proyek Radikal. Jakarta. Erlangga: Jakarta

Richard F. Neuhsl. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Sembilan, Buku satu, Jakarta: Salemba Empat

Ridwan dan Ahmad Kuncoro. 2007. Transformasi Data Ordinal. Diserstasi FPs-

IKIP Bandung

Rizal Yaya. 2012. Laporan Keuangan Disclaimer. Jakarta: okezone

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Statistik.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. CV Alvabeta, Bandung

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. CV Alvabeta, Bandung.

Sutrisno Agoes (2004). Pendidikan Formal Bidang Akuntansi dan Bidang Auditing. Jakarta: Erlangga

Thomas H. Beechy. 2007. Does Full Accrual Accounting Enhance Accountability.

Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung

Warsito Kawedar. 2008. Modul Sosilisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.

Wati Aristuti. 2010. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Pada BUMN Di Bandung

(15)

Sumber Situs Internet :

http://kompas.com/

http://www.okezone.com/

http://radarbanten.com/

(16)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAAN, DAN HIPPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Daerah

2.1.1.1 Pengertiaan Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah telah memasuki babak baru sejak

diberlakukannya Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 dimana pemerintah daerah

mulai melakukan pencatatan transaksi keuangan secara double entry. Kepmendagri

29 tahun 2002 kemudian diperbarui dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan disempurnakan lagi dengan

Permendagri Nomor 59 tahun 2007. Rangkaian perundangan-undangan ini telah

membuat Pengelolaan Keuangan Daerah bertambah volume pekerjaan dan tingkat

kerumitannya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan secara manual.

Komputerisasi pengelolaan keuangan daerah menjadi menjadi alternatif yang tidak

dapat dihindarkan (Paul Jhon Steinbert, 2004).

Sistem adalah menurut Richard F. Neuhsl :

“Urutan operasi kerja yang biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu

atau lebih departemen,yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang

(17)

Informasi adalah menurut Kusrini dan Andri Koniyo (2007:7):

“Data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna,

yang bermanfaat untuk mengambil keputusan saat ini”.

Sistem Informasi adalah menurut Robert A. Laitch K. Roscoe Bavis (2008:8):

“Suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.

Sistem Informasi Akuntansi Daerah adalah menurut Kusrini dan Andri Koniyo

(2007:10):

“Sistem Informasi akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang

mengubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna

bagi pemakainya”.

Pengelolaan keuangan daerah dimulai sejak perencanaan, penganggaran

pendapatan dan belanja (APBD), administrasi keuangan hingga akuntansi dan

pelaporan. Aplikasi sistem administrasi keuangan daerah yang baik harus mencakup

semua tahapan pengelolaan keuangan daerah tersebut sehingga ada kesinambungan

proses dan data. Kesinambungan proses dan data tersebut akan menghilangkan proses

input ulang data-data dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga akan mengurangi

volume pekerjaan dan meningkatkan konsistensi dan kualitas data karena tidak akan

(18)

14

2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi akuntansi daerah menurut Kunartu (2008:10)adalah:

1. Prosedur-prosedur, baik manual maupun terotomatisasi, yang dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data aktivitas-aktivitas transaksi.

2. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut. 3. Data tentang proses-proses transaksi.

4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur tekhnologi informasi.

Sedangkan di dalam organisasi pemerintah daerah, sistem informasi berfungsi

untuk :

1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktifitas-aktiftas tersebut dan para pelaku aktivitas tersebut.

2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen. 3. Menyediakan pengendalian yang memadai.

4. Operasi yang berguna untuk mengubah data masukan menjadi keluaran.

2.1.1.3 Siklus Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Sistem Informasi akuntansi daerah memiliki beberapa sistem bagian yang

berupa siklus akuntansi. Siklus akuntansi daerah menunjukan suatu prosedur

akuntansi daerah, mulai dari sumber data sampai ke proses pencatatan/pengolahan

akuntansinya. Berikut ini adalah pembagiaan dari siklus akuntansi daerah yang

berbentuk modul menurut (Warsito Kawedar, 2008:69 ) :

1. Modul Penyusunan Anggaran

2. Modul Penataanusahan Keuangan

(19)

1. Modul Penyusunan Anggaran

Modul penyusunan anggaran adalah modul yang digunakan untuk membantu

proses penyusunan anggaran berbasis kinerja sesuai dengan Permendagri Nomor 13

Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Modul Penyusunan Anggaran diinstall dan digunakan oleh SKPD dengan sistem

Batch. Berbeda dengan sistem Online, sistem Batch tidak memerlukan Jaringan

Komputer (Local Area Network). Hal ini untuk mengatasi kendala terbatasnya

jaringan telekomunikasi yang tidak tersedia ke SKPD-SKPD yang berjauhan letaknya

seperti kecamatan-kecamatan. SKPD dapat bekerja menginput data-data Anggaran

(RKA) di lokasi mereka masing-masing. Setelah selesai diinput, data-data RKA dari

seluruh SKPD akan digabungkan (konsolidasi) sehingga menjadi data anggaran

pemerintah daerah. Berikut tabel pendukung dari modul penyusunan anggaran :

A. Tabel Kode Urusan dan Kode SKPD

B. Kode Rekening Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan C. Kode Program dan Kegiatan

D. Tabel Standar Harga Barang dan Jasa (bila ada).

Menurut (Abdul Rohman, 2008:165) Selanjutnya SKPD menginput data

anggaran yang meliputi form-form :

a) RKA-SKPD 1.1: Rincian Anggaran Pendapatan

(20)

16

Bagan alir penyusunan RKA SKPD

Sumber 2008 Gambar 2.1

Bagan alir penyusunan RKA SKPD

Selanjutnya Modul akan menghitung dan menghasilkan form-form yang lain

seperti: RKA-SKPD 4 yang merupakan ringkasan dari seluruh form RKA-SKPD 3.1

dan RKA SKPD 3.2 kemudian RKA-SKPD yang merupakan ringkasan dari seluruh

form. Bila Rencana Kerja dan Anggaran ini telah dibahas dan disetujui maka Modul

akan menghitung dan menghasilkan form-form Dukumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA-SKPD): DPA-SKPD 1.1, DPA-SKPD 2.1, DPA-SKPD 2.2, DPA-SKPD 3.1

DPA-SKPD 3.2, dan DPA-SKPD 4. Setelah data-data RKA dari seluruh SKPD

digabungkan (dikonsolidasikan), modul selanjutnya akan menghitung dan

menghasilkan laporan-laporan seperti: Lampiran I: Ringkasan APBD, Lampiran II:

Peraturan Gubernur/Bupati/Wali kota, Lampiran III: Rincian APBD, Lampiran IV:

Rekapitulasi Belanja menurut Urusan - Organisasi - Program - Kegiatan, Lampiran

V: Rekapitulasi Belanja Daerah.

RKA SKPD 3.1

RKA SKPD 2.1 RKA SKPD 3.2 RKA SKPD 4

(21)

2. Modul Penatausahaan Keuangan

Modul penatausahaan keuangan adalah modul yang digunakan untuk

membantu proses penatausahaan keuangan yang merupakan kelanjutan dari tahap

penyusunan anggaran. Hasil akhir modul penyusunan anggaran yang digunakan pada

tahap Penyusunan Anggaran adalah berupa data-data APBD. Data-data APBD ini

diimpor oleh modul penatausahaan keuangan menjadi data-data DPA (Dokumen

Pelaksanaan Anggaran) yang akan merupakan dasar untuk penerbitan SPD (Surat

Penyediaan Dana) (Warsito Kawedar, 2008:72).

Form-form yang dapat dibuat antara lain:

A. SPD ( Surat Peneyediaan Dana ) B. SPP ( Surat Permintaan Pembayaran ) C. SPM ( Surat Perintah Membayar ) D. SP2D ( Surat Perintah Pencairan Dana ) E. SPJ ( Surat Pertanggung Jawaban )

Berdasarkan data-data yang diinput dapat dcetak laporan-laporan yang

diperlukan:

a) Register-register : SPD,SPP,SPM,SP2D, Pengambilan SPJ, STS.

b) SPJ Funsional

c) Kartu Kredit Kegiatan

d) Laporan Keadaan Kas

e) Laporan Pengecekan Kas Bendahara

3. Modul Akuntansi dan Pelaporan

Modul akuntansi dan pelaporan merupakan modul dasar yang terpenting.

Modul ini mencatat transaksi-transaksi akuntansi dari berbagai sumber dan

(22)

18

pemerintah daerah yang pokok terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Modul akuntansi dapat menghasilkan 3

diantara 4 laporan tersebut. Catatan atas laporan keuangan yang berupa narasi-narasi

dan penjelasan-penjelasan tidak dihasilkan oleh modul. modul menghasilkan laporan

keuangan hingga level SKPD. Masing-masing SKPD menghasilkan Laporan

Realisasi Anggaran, neraca dan laporan arus kas secara otomatis dari

transaksi-transaksi keuangan yang diinput. Selain pada level SKPD, juga dihasilkan laporan

keuangan pemerintah daerah yang merupakan konsolidasi dari seluruh SKPD (Abdul

Rohman, 2008:180).

Menurut (Abdul Rohman, 2008:181) Sebagian besar transaksi pada modul

akuntansi merupakan transaksi-transaksi auto jurnal yang berasal dari

transaksi-transaksi dari modul penatausahaan keuangan. Selebihnya dijurnal melalui jurnal

umum untuk transaksi-transaksi yang bukan berasal dari modul penatausahaan

keuangan seperti transaksi-transaksi jurnal penyesuaian, koreksi, setting saldo awal,

dll. Fasilitas auto jurnal modul akuntansi menghasilkan transaksi yang lengkap.

Jurnal antara SKPD dan BUD secara otomatis menghasilkan transaksi intra lewat

R/K PPKD, dan transaksi belanja modal secara otomatis menghasilkan jurnal

Corollary untuk mencerminkan perubahan nilai asset. Auto jurnal terjadi pada saat

pencairan SP2D, pengesahan SPJ, pengesahan STS dan pengesahan pengembalian.

Jurnal yang dihasilkan adalah satu set jurnal yang lengkap sesuai dengan ketentuan

(23)

Selain laporan keuangan pemerintah daerah, modul akuntansi dan pelaporan

juga menghasilkan beberapa laporan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu

melakukan rekonsiliasi. Setiap angka pada Laporan keuangan dapat ditelusuri asal

usulnya. Laporan-laporan yang dihasilkan antara lain:

1) Laporan Jurnal: Melihat rincian Jurnal baik yang diinput melalui Jurnal Umum maupun yang dihasilkan secara auto jurnal.

2) Trial Balance.

3) Buku Besar (B.IX): Melihat mutasi transaksi yang terjadi pada rekening rekening. Dapat dilihat untuk satu SKPD saja atau gabungan seluruh SKPD. 4) Buku Besar Kegiatan: Untuk melihat mutasi transaksi pada kegiatan tertentu. 5) Daftar Rekening.

6) Lampiran-Lampiran 7) Laporan Anggaran Kas

8) Laporan Pelaksanaan Kegiatan

9) Laporan Target dan Realisasi Pendapatan.

2.1.2 Kompetensi Auditor

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi Auditor

Didalam SPAP Seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1) yang tercantum dalam

standar umum pertama berbunyi :

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahliaan

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.

Standar umum yang pertama ini menegaskan bahwa betapapun kemampuaan

seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan,

ia tidak dapat memenuhi peryaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini,

jika tidak memiliki pengetahuan, pendidikan serta pengalaman memadai dalam

(24)

20

Sedangkan menurut Iskandar Dinata, 2006:36 mengartikan kompetensi adalah

sebagai berikut :

“Kompentensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadiaan yang dimiliki oleh seorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap posotif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya”.

Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang

ahli dibandingkan auditing dan akuntansi. Pencapaiaan keahliaan dimulai dengan

pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktek

audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mencakup

aspek teknis maupun pendidikan umum (SPAP,SA Seksi 210,PSA no.04,2001).

Seorang auditor harus secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang

terjadi dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor harus mempelajari,

memahami dan menerapkan ktentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi

pemerintah dalam standar audit yang ditetapkan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:35) mengatakan bahwa pendidikan formal

auditor dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain adalah

sebagai berikut :

1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).

2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UNA Profesi.

3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan (Registered Accountant).

(25)

5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa melaksanakan audit

untuk dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa

bertindak sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.

Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas

melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit.

2.1.2.2 Komponen Kompetensi Auditor

Kompetensi terbagi dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan,

pengalaman, pendidikan dan pelatihan. (SPAP, PSA No.04, 2001).

1. Pengetahuan 2. Pengalaman 3. Pendidikan 4. Pelatihan

1. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa tinggi

pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai

semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya

sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu

(26)

22

2. Pengalaman

Pengalaman menurut Harhinto, (2004:35) yaitu, melaksanakan audit untuk

dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak

sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.

Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas

melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit.

3. Pendidikan

Pendidikan menurut Hiro Tugiman (2009:31) yaitu, auditor internal harus

selalu memelihara atau mempertahankan kualitas profesionalnya serta kemampuan

teknisnya melalui pendidikan secara berkesinambungan. Mereka harus berusaha

memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar,

prosedur dan teknik-teknik audit.

4. Pelatihan

Pelatihan menurut Indra Bastian (2003:45) menyatakan Satuan Kerja Audit

internal harus terdiri dari para auditor yang memiliki latar belakang pendidikan dan

keahlian yang relevan dengan tugas-tugas audit. Setiap auditor internal harus

memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam menerapkan berbagai standar, prosedur

dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip

manajemen, serta pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti

akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode

(27)

pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan

tersebut.

2.1.3 Kualitas Audit

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit

Kualitas audit menurut Indra Bastian (2002:262) yaitu,

“Kualitas audit dapat diukur dari standar auditing yang dimana standar audit ini memuat persyaratan professional auditor, mutu pelaksanaan audit, dan persyaratan laporan audit yang professional”.

1. Profesional Auditor adalah para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan.

2. Mutu Pelaksanaan Audit adalah para auditor harus menjalankan proses dari awal sampai akhir dengan baik untuk meningkatkan kualitas laporan audit. 3. Persyaratan Laporan Audit yang Profesional adalah bahwa pendidikan formal

auditor dan pengalaman profesionalnya selain itu data yang diperoleh harus saling melengkapi satu sama lain.

Kualitas audit merupakan suatu hal penting yang sudah sejak lama menjadi

pembicaraan baik di kalangan praktisi, pembuat kebijakan ataupun para akademisi.

Hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor berkaitan dengan

kepentingan banyak pihak. Namun demikian pendapat yang diberikan oleh auditor

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila

auditor tersebut dianggap tidak memiliki independensi oleh para pengguna laporan

keuangan. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu kriteria. Standar

auditing merupkansalahsatuukurankualitas audit.

AICPA memberikan prinsip-prinsip sebagai panduan:

1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalam hal keuangan terhadap

(28)

24

2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang

akan mengganggu objektifitas berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi

laporan keuangan.

3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan

klien yang akan mengganggu objektifitas auditor.

Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa

setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi

dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas,

akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari

kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil

tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan

pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan

tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di samping itu

dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor

telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh

(29)

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

(30)
(31)
(32)

28

2.2 Kerangka Penelitiaan

Sesuai dengan Hipotesis dan tujuan penelitiaan didapat kerangka penelitiaan

yang dimana adanya keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah Terhadap

(33)

Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit.

2.2.1 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit

Tahun 2003 telah lahir UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

yang mensyaratkan adanya suatu Standar Akuntansi Pemerintah sebagai basis

penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah yang merupakan tonggak sejarah

lahirnya PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, hal ini penting

mengingat tanpa standar tersebut, pemerintah tidak memiliki dasar acuan standar

pemeriksaan keuangan dan kemudian, lahir Permendagri No.13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari

Kepmendagri No 29 tahun 2002, Pedoman tersebut menjelaskan secara rinci tugas,

wewenang dan prosedur-prosedur tatalaksana keuangan daerah yang lengkap dengan

lampiran dan dokumen-dokumen operasional mengenai pengelolaan keuangan

daerah. Satu tahun berikutnya, peraturan ini direvisi dengan terbitnya Permendagri

No 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No.13 tahun 2006 (Indra

Bastian, 2007).

Maka dari itu, Petugas Pengelolaan Daerah harus merancang sistem informasi

akuntansi keuangan daerah yang berfungsi untuk mengumpulkan dan menyimpan

data tentang aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai

aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut,

(34)

30

dapat meninjau ulang hal-hal yang terjadi. Sehingga lembaga publik, Pemerintah

dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya secara benar melalui

pengesahan yang bertugas melakukan auditing / pemeriksaan keuangan daerah,

lembaga tersebut adalah Badan Pemeriksaan Keeuangan (BPK) badan Negara yang

idependen, BPK melakukan audit secara komprehensif dan memberikan opini

mengenai tingkat kewajaran laporan tersebut (Indra Bastian, 2006).

Menurut Indra Bastian, 2006:10 sesuai dengan exposure draft standar akuntansi

pemerintahan, basis akrual untuk neraca berarti bahwa aktiva, kewajiban, dan ekuitas

dana diakui serta dicatat pada saat kejadian dan kondisi lingkungan berpengaruh pada

keuangan pemerintah, tanpa memerhatikan saat kas atau setara kas diterima atau

dibayar. Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca dengan

penerapan basis akrual adalah

1. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan handal.

2. Investasi, suatu pengeluaran kas atau aktiva dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:

a. Kemungkinan manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial dimasa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.

b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 3. Aktiva tetap, untuk dapat dilakui sebagai aktiva tetap suatu aktifa harus

berwujud dan memenuhi kriteria:

a. Mempunyai manfaat lebih dari dua belas bulan. b. Biaya aktiva dapat diukur secara handal.

c. Tidak dimaksudkan untuk menjual dalam operasi normal entitas. d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

(35)

atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal.

Menurut Indra Bastian, 2006:16 fokus utama kebijakan dan prosedur

pengendalian yang berkaitan dangan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi

dilaksanakan dengan cara mencegah salah saji potensial asersi manajemen dalam

laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan

keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:

1. Sah

2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat

4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar

6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya

7. Telah dimasukan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas secara terkomputerisasi dengan benar.

2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit

Kompetensi merupakan tanggung jawab bagian audit internal dari setiap

auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan harus menugaskan

orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan,

kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan

pemeriksaan secara tepat dan pantas. Jika pekerjaan auditor internal didasarkan pada

kepercayaan pihak lain maka kompetensi auditor internal harus dinilai. Bukti

mengenai kualitas kompetensi dapat diperoleh dari pengalaman yang lalu, penilaian

dan hasil review. Sedangkan laporan yang dihasilkan auditor internal untuk

(36)

32

keuangan telah menyajikan dengan benar dan wajar posisi keuangan pemda, hasil dan

operasi, dan perubahan-perubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

(Sri Hastuti, 2012).

Dasar yang digunakan dalam audit keuangan daerah adalah UU No.15 tahun

2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Sedangkan standar yang digunakan adalah standar akuntansi dalam audit keuangan

daerah adalah PP 24/2005 dan petunjuk teknis, buletin dan jurnal yang dikeluarkan

oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) (Komite Standar Akuntansi

Pemerintah).

Pemerintah daerah berusaha mencapai tujuannya dengan menggunakan kualitas

sumber ekonomi dan sumber daya manusia. Kebanyakan pemerintah mendapatkan

sumber ekonomi dari pihak luar, baik secara individu maupun kelompok. Sering kali,

pihak luar pemerintah berada di luar kendali pemerintah atau dapat dikatakan tidak

masuk dalam kegiatan operasi internal pemerintah. Oleh karena itu, suatu pemerintah

harus memiliki auditor internal yang kompeten guna melakukan pelaporan tentang

administrasi atau pengurusan sumber-sumber. Sedangkan audit keuangan meliputi

audit atas laporan keuangan dan audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan.

Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah laporan

keuangan dari entitas yang yang diaudit yang telah menyajikan secara wajar tentang

posisi keuangan, hasil operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum guna meningkatkan kualitas audit (Indra Bastian

(37)

2.2.3 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Tuntutan reformasi manjemen keuangan daerah, tidak hanya menghasilkan

perubahan di internal pengelola keuangan pemerintah daerah, tetapi juga di kalangan

aparat pengawas daerah. Dengan adanya system akuntansi daerah dan laporan

keuangan daerah, maka peranan PPKD lebih ditekankan untuk memastikan bahwa

sistem akuntansi daerah sudah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah

disajikan dengan wajar (Indra Bastian, 2003:46).

Lahirnya PP 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang

mulai berlaku sejak tahun 2006 membuat seluruh perangkat pemerintah berusaha

menjalankan prinsip-prinsip yang termuat dalam SAP tersebut, sayangnya masih

banyak staf dan pejabat akuntansi pemerintah yang tidak memiliki latar belakang

akuntansi sehingga pelaksanaanya menjadi kendala. IT sebagai bidang komputerisasi

seharusnya mampu menjembatani kendala tersebut dengan melakukan otomasi

terhadap aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan kedalam aktifitas transaksional

petugas sehingga operasional harian akan otomatis membentuk jurnal-jurnal

akuntansi tanpa disadari oleh petugas (Kholid Haryono, 2011).

Untuk itu diperlukan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu

melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi. Dan sangat

(38)

34

dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan memudahkan audit

internal untuk mengaudit laporan keuangan tersebut.

2.2.4 Paradigma Penelitian

(Indra Bastian, 2006)

(Indra Bastian, 2007)

(Indra Bastian, 2003)

(Kholid Haryono, 2011)

(Sri Hastuti, 2012)

(Indra Bastian, 2003)

2.4 Hipotesis

Berdasarakan teori-teori yang di atas dimungkinkan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

H1 Adanya pengaruh yang signifikan antara Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Terhadap Kualitas Audit.

H2 Adanya pengaruh yang signifikan antara Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas

Audit.

H3 Adanya pengaruh yang signifikan antara Sistem Informasi Akuntansi Daerah Dan

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.

Sistem Informasi Akuntansi Keuangan

Daerah (X1)

(Kunartu, 2008)

Kompetensi Auditor (X2)

(Iskandar Dinata,2006)

Kualitas Audit (Y)

(39)

121

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh sistem informasi

akuntansi daerah dan kompetensi daerah terhadap kualitas audit pada 10 Pemda

khususyan DPPKAD se-Jawa Barat dan Serang. Dapat ditarik kesimpulan dan

saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Bahwa di setiap PEMDA yang saya sudah diteliti telah memiliki

keterpaduan tekhnologi Informasi dengan sistem perbendaharaan negara

yang dikelola dengan baik. Sehingga Sistem Informasi Akuntansi Daerah

(X1) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t hitung (5,404) >

t tabel (1,96).

2. Disetiap Pemda yang sudah diteliti bahwa Sumber Daya Manusia yang

mengelola atau mengaudit laporan keuangan pemda sudah memiliki

kompetensi dalam mengaudit laporan keuangan. Sehingga Kompetensi

auditor (X2) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t hitung

(4,507) > t tabel (1,96).

3. Bahwa dengan sistem informasi akuntansi daerah yang baik dan dengan

yang mengelola sistem tersebut dapat mengelola dengan benar sesuai

(40)

122

berkualitas. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel (77,37

> 3,16), sehingga sesuai dengan kriteria uji simultan adalah tolak H0,

artinya variabel bebas variabel SIA (X1) dan kompetensi auditor (X2)

secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel Kualitas audit

(Y).

5.2 Saran

1. Informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam

pengelolaan keuangan daerah terus dilakukan dengan upaya meningkatkan

kualitas pertanggungjawaban keaungan dengan membangun pusat data

sehingga tekhnologi yang dipakai berupa software yang digunakan

disarankan agar memakai yang terbaru dengan aplikasi yang sistematis

agar menghasilkan output yang tersusun sistematis.

2. Sumber Daya Manusia yang mengelola atau mengaudit laporan keuangan

pemda disarankan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi guna

meningkatkan kompetensi auditor agar mendapatkan opini yang baik oleh

auditor eksternal.

3. Sangat dibutuhkan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu

melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi

sehingga menciptakan laporan keuangan dan hasil audit yang akuntabel

(41)

Email korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Informasi teknologi sebagai bidang komputerisasi melakukan otomasi terhadap aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan kedalam aktifitas transaksional petugas sehingga operasional harian akan otomatis membentuk jurnal-jurnal akuntansi tanpa disadari oleh petugas. Untuk itu diperlukan petugas pengelolaan keuangan daerah yang mampu melakukan aktifitas-aktifitas transaksional kedalam sistem komputerisasi sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem informasi akuntansi daerah dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit secara parsial dan simultan pada 10 Pemda di Jawa Barat dan Serang.

Metode Penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis ini adalah pegawai bagian keuangan khusunya DPPKAD di 10 Pemkab Jawa Barat dan Serang yang berjumlah 60 responden. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan menggunakan aplikasi SPSS 20for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh sistem informasi akuntansi daerah terhadap kualitas audit selain itu pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit dan sistem informasi akuntansi daerah dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Besarnya pengaruh secara langsung dan tidak langsung tersebut adalah sebesar 77,10%.

Kata Kunci : Sistem Informasi Akuntansi Daerah, Kompetensi Auditor, Kualitas Audit

ABSTRACT

Information Technology is a field of computerization of the accounting activities done automatically inserted into transactional activity so daily operations officer will be automatically created accounting journal unnoticed by officials. It is necessary for financial management personnel cappable of performing transactional activities into a computerized system to produce aquality report. Purpose of research this is for know how big influence accounting information system this area and competence auditors againts audit quality by partial and simultaneous on 10 regional governments in west java and serang.

This method uses two method research descriptive and verification he unit analysis is the financial part especially employess in 10 local gevernment internal auditors west java and serang that totaled 60 respondens. Testing is the calculation of the statistics used pearson corellation, spearmen, the coefficient of deteremination, hypothesis testing, and using applications.

The results of this study indicate that of study that there strong relationship between the influence of local accounting and information systems auditor competence to audit quality. The amount of iffluence directly and indirectly amounted 77.10%

Keywords : local accounting and information systems, auditor competence

Competence, audit quality

Pendahuluan

Untuk membenahi Sistem Informasi

Akuntansi Daerah di tingkat

(42)

guna meningkatkan kualitas laporan keuangan

dan hasil audit untuk itu, BPK maupun

lembaga-lembaga negara, termasuk lembaga-lembaga pemerintah

harus terus berkomunikasi memastikan semua

pihak terus melakukan upaya untuk

meningkatkan kualitas pertanggungjawaban

keuangannya dengan meningkatkan kualitas itu

adalah dengan pembangunan pusat data BPK

untuk melakukan pemeriksaan berbasis elektronik

atau e-audit dan nantinya juga akan dibangun

hubungan data yang link and match antara

lembaga-lembaga negara termasuk pemerintah

dan pihak terkait pengelolaan keuangan Sehingga

informasi dalam organisasi sangat penting, karena

hampir disegala aspek kegiatan dalam

pelaksanaannya tidak terlepas dari kebutuhan

informasi. Dimana masing-masing pihak yang

terlibat dalam organisasi dapat menjalankan

peranannya dengan baik apabila tersedia

informasi yang tersusun secara sistematis dan

terolah dengan matang (Hadi Purnomo, 2011).

Kegagalan SDM pemda dalam

memahami dan menerapkan logika akuntansi

akan berdampak pada kekeliruan laporan

keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian

laporan dengan standar yang ditetapkan

pemerintah dan dalam hal ini, pemda umumnya

memiliki keterbatasan jumlah SDM yang

menguasai logika akuntansi secara baik sehingga

banyaknya SDM keuangan pemda yang berlatar

belakang nonakuntansi merupakan satu kendala

utama saat ini yang berakibat berbagai pelatihan

yang diadakan pemda maupun pemerintah pusat

tidak memberikan hasil maksimal sehingga upaya

melakukan rekrutmen pegawai berlatar belakang

akuntansi dengan spesifikasi teknis akuntansi

yang baik merupakan suatu pilihan yang tepat

untuk dikembangkan (Mardiasmo, 2008).

Hal ini tentulah cukup memprihatinkan

karena sejatinya hasil audit laporan keuangan

yang akuntabel merupakan hak publik yang harus

dipenuhi kepala daerah yang telah dipilih rakyat

sehingga implementasi standar akuntansi

pemerintah merupakan tantangan besar yang

membutuhkan persiapan matang dan terstruktur

terkait dengan peraturan, sistem, dan sumber daya

manusianya (Mardiasmo, 2011).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian adalah untuk

mengkaji dan menemukan jawaban dan kejelasan

akan fenomena yang berkaitan dengan pengaruh

sistem akuntansi daerah dan kompetensi auditor

terhadap kualitas audit

STUDI KEPUSTAKAAN

TEORI SISTEM INFORMASI

AKUNTANSI DAERAH

Pengelolaan Keuangan Daerah telah memasuki

babak baru sejak diberlakukannya Kepmendagri

Nomor 29 tahun 2002 dimana pemerintah daerah

mulai melakukan pencatatan transaksi keuangan

secara double entry. Kepmendagri 29 tahun 2002

(43)

membuat Pengelolaan Keuangan Daerah

bertambah volume pekerjaan dan tingkat

kerumitannya sehingga tidak memungkinkan lagi

untuk dikerjakan secara manual. Komputerisasi

pengelolaan keuangan daerah menjadi menjadi

alternatif yang tidak dapat dihindarkan. (Paul

Jhon Steinbert, 2004)

Sistem Informasi Akuntansi adalah menurut

Kusrini dan Andri Koniyo (2007:10):

“Sistem Informasi akuntansi merupakan

sebuah sistem informasi yang

mengubah data transaksi bisnis menjadi

informasi keuangan yang berguna bagi

pemakainya.”

Pengelolaan keuangan daerah dimulai

sejak perencanaan, penganggaran pendapatan dan

belanja (APBD), administrasi keuangan hingga

akuntansi dan pelaporan. Aplikasi sistem

administrasi keuangan daerah yang baik harus

mencakup semua tahapan pengelolaan keuangan

daerah tersebut sehingga ada kesinambungan

proses dan data. Kesinambungan proses dan data

tersebut akan menghilangkan proses input ulang

data-data dari satu tahap ke tahap berikutnya

sehingga akan mengurangi volume pekerjaan dan

meningkatkan konsistensi dan kualitas data

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi akuntansi daerah menurut Kunartu (2008:10)adalah:

1. Prosedur-prosedur, baik manual maupun terotomatisasi, yang dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data aktivitas-aktivitas transaksi.

2. Orang-orang yang

mengoperasikan sistem tersebut. 3. Data tentang proses-proses

transaksi.

4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur tekhnologi

informasi.

Sedangkan di dalam organisasi

pemerintah daerah, sistem informasi berfungsi

untuk :

1. Mengumpulkan dan menyimpan aktivitas yang dilaksanakan di suatu organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktifitas-aktiftas tersebut dan para pelaku aktivitas tersebut.

2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi manajemen. 3. Menyediakan pengendalian yang

memadai.

4. Operasi yang berguna untuk mengubah data masukan menjadi keluaran.

TEORI KOMPETENSI AUDITOR

Pengertian Kompetensi Auditor

Didalam SPAP Seksi 210 PSA No.04

(2001:210.1) yang tercantum dalam standar

(44)

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang

atau lebih yang memiliki keahliaan dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor”.

Standar umum yang pertama ini

menegaskan bahwa betapapun kemampuaan

seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk

dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat

memenuhi peryaratan yang dimaksudkan dalam

standar auditing ini, jika tidak memiliki

pengetahuan, pendidikan serta pengalaman

memadai dalam bidang auditing.

Sedangkan menurut Iskandar Dinata,

2006:36 mengartikan kompetensi adalah sebagai

berikut :

“Kompentensi adalah keseluruhan pengetahuan,

kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadiaan yang dimiliki oleh seorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap posotif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya”.

Dalam melaksanakan audit, auditor

harus bertindak sebagai seorang yang ahli

dibandingkan auditing dan akuntansi.

Pencapaiaan keahliaan dimulai dengan

pendidikan formal yang selanjutnya diperluas

melalui pengalaman dalam praktek audit. Selain

itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang

cukup dan mencakup aspek teknis maupun

pendidikan umum (SPAP,SA Seksi 210,PSA

no.04,2001).

Seorang auditor harus secara

terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi

dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor

harus mempelajari, memahami dan menerapkan

ktentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi

pemerintah dalam standar audit yang ditetapkan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:35)

mengatakan bahwa pendidikan formal

auditor dan pengalaman profesionalnya saling

melengkapi satu sama lain adalah

sebagai berikut :

1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi

jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).

2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UnA Profesi. 3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan

(Registered Accountant).

4.Telah mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan (continuing professional education) baik yang diadakan di KAP sendiri, oleh IAI atau seminar dan lokalisasinya.

5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa melaksanakan audit

untuk dapat sampai pada suatu pernyataan

pendapat, auditor harus senantiasa bertindak

sebagai seseorang yang ahli dalam bidang

akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian

keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan

formalnya, yang diperluas

melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya

dalam bidang praktik audit.

Komponen Kompetensi Auditor

Kompetensi terbagi dalam 4 (empat)

(45)

4. Pelatihan

1. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Meinhard et.al

(1987) diukur dari seberapa tinggi pendidikan

seorang auditor karena dengan demikian auditor

akan mempunyai semakin banyak pengetahuan

(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya

sehingga dapat mengetahui berbagai masalah

secara lebih mendalam, selain itu auditor akan

lebih mudah dalam mengikuti perkembangan

yang semakin kompleks.

2. Pengalaman

Pengalaman menurut Harhinto,

(2004:35) yaitu, melaksanakan audit untuk dapat

sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor

harus senantiasa bertindak sebagai seseorang

yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang

auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai

dengan pendidikan formalnya, yang diperluas

melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya

dalam bidang praktik audit.

3. Pendidikan

Pendidikan menurut Hiro Tugiman

(2009:31) yaitu, auditor internal harus selalu

memelihara atau mempertahankan kualitas

profesionalnya serta kemampuan teknisnya

4. Pelatihan

Pelatihan menurut Indra Bastian

(2003:45) menyatakan Satuan Kerja Audit

internal harus terdiri dari para auditor yang

memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian

yang relevan dengan tugas-tugas audit. Setiap

auditor internal harus memiliki pengetahuan dan

kecakapan dalam menerapkan berbagai standar,

prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip

dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip

manajemen, serta pemahaman terhadap dasar

dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi,

ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan,

keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem

informasi yang dikomputerisasi. Semuanya bisa

diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang dilakukan

lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan

tersebut.

Pengertian Kualitas Audit

Kualitas audit menurut Indra Bastian

(2002:262) yaitu, kualitas audit dapat diukur dari

standar auditing yang dimana standar audit ini

memuat persyaratan professional auditor, mutu

pelaksanaan audit, dan persyaratan laporan audit

yang professional. Kualitas audit merupakan

suatu hal penting yang sudah sejak lama menjadi

(46)

kebijakan ataupun para akademisi. Hal ini

dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor

berkaitan dengan kepentingan banyak pihak.

Namun demikian pendapat yang diberikan oleh

auditor terhadap laporan keuangan suatu

perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila

auditor tersebut dianggap tidak memiliki

independensi oleh para pengguna laporan

keuangan. Untuk mengukur kualitas audit maka

diperlukan suatu kriteria. Standar auditing

merupkansalahsatuukurankualitas audit.

AICPA memberikan prinsip-prinsip

sebagai panduan:

1. Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung

dalam hal keuangan terhadap klien.

2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak

terlibat dalam konflik kepentingan yang akan

mengganggu objektifitas berkenaan dengan

cara-cara yang mempengaruhi laporan

keuangan.

3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak

memiliki hubungan dengan

klien yang akan mengganggu objektifitas

auditor.

Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia,

Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa setiap anggota

harus mempertahankan integritas, objektivitas

dan independensi dalam melaksanakan tugasnya.

Seorang auditor yang mempertahankan integritas,

akan bertindak jujur dan tegas dalam

mempertimbangkan fakta, terlepas dari

kepentingan pribadi. Auditor yang

mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil

tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak

tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor

yang menegakkan independensinya, tidak akan

terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai

kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta yang dijumpainya

dalam pemeriksaan. Di samping itu dengan

adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai

sejauh mana seorang auditor

telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika

yang telah ditetapkan oleh profesinya.

Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dengan Kualitas Audit

Menurut, Indra Bastian (2006;16), Fokus

utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang

berkaitan dangan sistem akuntansi adalah bahwa

transaksi dilaksanakan dengan cara mencegah

salah saji potensial asersi manajemen dalam

laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem

akuntansi yang efektif dapat memberikan

keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat

atau terjadi adalah:

1. Sah

2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat

4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar 6. Telah dicatat dalam periode

yang seharusnya

(47)

Kompetensi merupakan tanggung jawab

bagian audit internal dari setiap auditor internal.

Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan

harus menugaskan orang-orang yang secara

bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan,

kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang

diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan

secara tepat dan pantas. Jika pekerjaan auditor

internal didasarkan pada kepercayaan pihak lain

maka kompetensi auditor internal harus dinilai.

Bukti mengenai kualitas kompetensi dapat

diperoleh dari pengalaman yang lalu, penilaian

dan hasil review. Sedangkan laporan yang

dihasilkan auditor internal untuk menujukan

dengan dasar yang cukup dan tepat dari

bukti-bukti audit, apakah laporan keuangan telah

menyajikan dengan benar dan wajar posisi

keuangan pemda, hasil dan operasi, dan

perubahan-perubahannya sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku. (Sri Hastuti, 2012)

Dasar yang digunakan dalam audit

keuangan daerah adalah UU No.15 tahun 2004

tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara. Sedangkan standar yang

digunakan adalah standar akuntansi dalam audit

keuangan daerah adalah PP 24/2005 dan petunjuk

teknis, buletin dan jurnal yang dikeluarkan oleh

ekonomi dan sumber daya manusia. Kebanyakan

pemerintah mendapatkan sumber ekonomi dari

pihak luar, baik secara individu maupun

kelompok. Sering kali, pihak luar pemerintah

berada di luar kendali pemerintah atau dapat

dikatakan tidak masuk dalam kegiatan operasi

internal pemerintah. Oleh karena itu, suatu

pemerintah harus memiliki auditor internal yang

kompeten guna melakukan pelaporan tentang

administrasi atau pengurusan sumber-sumber.

Sedangkan audit keuangan meliputi audit atas

laporan keuangan dan audit atas hal yang

berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan

keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan

apakah laporan keuangan dari entitas yang yang

diaudit yang telah menyajikan secara wajar

tentang posisi keuangan, hasil operasi atau usaha,

dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum guna meningkatkan kualitas

audit. (Indra Bastian 2003;54)

Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi Daerah dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Tuntutan reformasi manjemen

keuangan daerah, tidak hanya menghasilkan

perubahan di internal pengelola keuangan

(48)

pengawas daerah. Dengan adanya system

akuntansi daerah dan laporan keuangan daerah,

maka peranan PPKD lebih ditekankan untuk

memastikan bahwa sistem akuntansi daerah sudah

berjalan dengan baik dan laporan keuangan

daerah disajikan dengan wajar. (Indra Bastian,

2003:46)

Lahirnya PP 24/2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP) yang mulai berlaku

sejak tahun 2006 membuat seluruh perangkat

pemerintah berusaha menjalankan prinsip-prinsip

yang termuat dalam SAP tersebut, sayangnya

masih banyak staf dan pejabat akuntansi

pemerintah yang tidak memiliki latar belakang

akuntansi sehingga pelaksanaanya menjadi

kendala. IT sebagai bidang komputerisasi

seharusnya mampu menjembatani kendala

tersebut dengan melakukan otomasi terhadap

aktifitas-aktifitas akuntansi yang dimasukkan

kedalam aktifitas transaksional petugas sehingga

operasional harian akan otomatis membentuk

jurnal-jurnal akuntansi tanpa disadari oleh

petugas. (Kholid Haryono, 2011)

Untuk itu diperlukan petugas

pengelolaan keuangan daerah yang mampu

melakukan aktifitas-aktifitas transaksional

kedalam sistem komputerisasi. Dan sangat

dibutuhkan petugas yang kompeten dalam

menjalankan setiap transaksinya sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas

dan memudahkan audit internal untuk mengaudit

laporan keuangan tersebuT.

HIPOTESIS

Berdasarakan teori-teori yang di atas

dimungkinkan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

H1 Adanya pengaruh yang signifikan antara

Sistem Informasi Akuntansi Daerah

Terhadap Kualitas Audit.

H2 Adanya pengaruh yang signifikan antara

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas

Audit.

H3 Adanya pengaruh yang signifikan antara

Sistem Informasi Akuntansi Daerah Dan

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis ini adalah pegawai bagian keuangan khusunya DPPKAD di 10 Pemkab Jawa Barat dan Serang yang berjumlah 60 responden. Pengujian statistik

yang digunakan adalah perhitungan korelasi

Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan menggunakan aplikasi SPSS 20for windows.

Kesimpulan

1. Bahwa di setiap PEMDA yang saya

sudah diteliti telah memiliki

keterpaduan tekhnologi Informasi

dengan sistem perbendaharaan negara

yang dikelola dengan baik. Sehingga

Sistem Informasi Akuntansi Daerah

(49)

mengelola atau mengaudit laporan

keuangan pemda sudah memiliki

kompetensi dalam mengaudit laporan

keuangan. Sehingga

Kompetensi auditor (X2) berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit (Y) (t

hitung (4,507) > t tabel (1,96).

3. Bahwa dengan sistem informasi

akuntansi daerah yang baik dan dengan

yang mengelola sistem tersebut dapat

mengelola dengan benar sesuai dengan

kemampuan maka hasil laporan

keuangan akan baik dan berkualitas.

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa F

hitung > F tabel (77,37 > 3,16),

sehingga sesuai dengan kriteria uji

simultan adalah tolak H0, artinya

variabel bebas variabel SIA (X1) dan

kompetensi auditor (X2) secara

bersama-sama signifikan

mempengaruhi variabel Kualitas audit

(Y).

Saran

1. Informasi dan komunikasi yang

dilakukan oleh pihak yang terkait

dalam pengelolaan keuangan daerah

tekhnologi yang dipakai berupa

software yang digunakan disarankan

agar memakai yang terbaru dengan

aplikasi yang sistematis agar

menghasilkan output yang tersusun

sistematis.

2. Sumber Daya Manusia yang mengelola

atau mengaudit laporan keuangan

pemda disarankan untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi guna

meningkatkan kompetensi auditor agar

mendapatkan opini yang baik oleh

auditor eksternal.

3. Sangat dibutuhkan petugas

pengelolaan keuangan daerah yang

mampu melakukan aktifitas-aktifitas

transaksional kedalam sistem

komputerisasi sehingga menciptakan

laporan keuangan dan hasil audit yang

akuntabel yang sesuai dengan standar

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Nasution. 2009. Sistem Perbendaharaan

Negara. Jakarta: okezone

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Boediono. 2012. Empat Komisi yang Telah

Dibentuk. Jakarta: okezone

Faisal Nardiya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesional

Terhadap Kualitas Audit.

Hadi Purnomo. 2011. Pemeriksaan Berbasis Elektronik atau E-audit. Jakarta:

Okezone

Hiro Tugiman. 2009. Standar Profesional Audit

Internal. Konisius: Yogyakarta

Husein Umar. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.

Indra Bastian. 2005. Audit Sektor Publik. Visi Global Media, Jakarta.

Indra Bastian. 2001. Manual Akuntansi Daerah. BPPE. Yogyakarta.

Iskandar Dinata. 2006. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Visi Global

Media

James Guthireun Leep Parker. 2010. Accounting Auditing and Accountabilty

Journal

Kholid Haryono. 2011. Pengenmbagan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan

Daerah Berorientasi Pada

Kemandirian Audit

Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi

Akuntansi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta

Kunartu. 2008. Modul Sistem Informasi Laporan

Keuangan Daerah (SILKD)

Mardiasmo. 2008. Administrasi Negara dan

BPKP. Jakarta: okezone

Mardiasmo. 2011. Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintah. Jakarta:okezone

M.Budi Santosa. 2009. Rendahnya Tingkat

Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Akuntansi. Edisi Sembilan, Buku satu,

Jakarta: Salemba Empat

Ridwan dan Ahmad Kuncoro. 2007.

Rizal Yaya. 2012. Laporan Keuangan

Disclaimer. Jakarta: okezone

Robert A. Laitch K. Roscoe Bavis. Guildine for govermental Financial Report.

New York.

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Statistik.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gramedia Pustaka, Jakarata.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif

dan Kuantitatif. Bandung

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi.

CV Alvabeta, Bandung.

Thomas H. Bech. 2007. Does Full Accrual

Accounting Enhance Accountability.

Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung.

Warsito Kawedar. 2008. Modul Sosilisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Daerah.

Wati Aristuti. 2010. Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal

(51)

Gambar

Gambar 2.1 Bagan alir penyusunan RKA SKPD

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi, Independensi, Kualitas Audit, Pengetahuan, Pengalaman, Lama Hubungan dengan Klien, Tekanan dari Klien, Telaah dari Rekan Auditor, Jasa Non Audit... iii

Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dan standar audit dapat memengaruhi baik atau buruknya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di KAP Jawa Tengah dan

mengetahui pengaruh kompetensi, due professional care dan independensi terhadap kualitas audit pada auditor KAP wilayah Surakarta dan Semarang. Penelitian ini menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh Kompetensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit; 2) pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi, independensi, integritas, pengalaman kerja, dan etika auditor terhadap kualitas hasil audit dengan mengambil

Oleh karena itu maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (2) Apakah

Penelitian dengan judul Pengaruh Pengalaman Auditor, Kompetensi Auditor, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta

Kompetensi auditor dalam melaksanakan audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan, sehingga semakin berkompeten