THE INFLUENCE OF ACCOUNT REPRESENTATIVE PERFORMANCE AND TAX AUDIT TO TAX COMPLIANCE
( Survey at Small Taxpayer Office in Bandung Region )
RANI EKA SETIANA 21108180
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung
Nama Penulis : Rani Eka Setiana
NIM : 21108180
Menyetujui, Bandung, Juli 2012
Pembimbing
Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si NIP.0408.03.76.01
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si NIP.4127.34.02.015
Ketua Program Studi Akuntansi
ii
ABSTRAK
Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung)
Kepatuhan wajib pajak diartikan sebagai suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, seiring dengan munculnya tindakan patuh dan sadar oleh wajib pajak maka diperlukan alat yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak seperti peningkatan kinerja account representative dan pemeriksaan pajak.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja account representative, pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak, serta mengetahui pengaruhnya baik secara parsial maupun simultan pada KPP di wilayah Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Penelitian ini dilakukan di 7 KPP wilayah Bandung yang berjumlah 56 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi person,
analisis regresi berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi PSAW 18 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan yang kuat dari kinerja
Account Representative dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hipotesa menunjukkan bahwa kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung.
iii
(Survey at Tax Service Office in Region Bandung)
Taxpayer compliance is defined as an act of obedient and aware of the order of payment and reporting liabilities and period annual taxation of the taxpayer in accordance with tax regulations, along with the act of obedient and conscious by the taxpayer and then necessary tools to improve taxpayer compliance such as improvement account representative performance and the tax audit.
The purpose of this study to determine the overview of accounts representative performance, tax audit and taxpayer compliance, and to know the influence either partially or simultaneously on the KPP Region Bandung. The method used in this research is descriptive method and the verifikatif. The research was conducted in 7 KPP Bandung area, amounting to 56 samples. Statistical test used is the calculation of person correlation, multiple regression analysis, coefficient of determination, a test of hypothesis and the also using application PSAW 18 for windows.
The results shows that the a strong relationship of Account Representative performance and the tax audits and taxpayer compliance. The hypothesis suggests that the Account Representative performance and the tax audit effect on taxpayer compliance. This study also gives empirical evidence that the Account Representative performance and tax audits the significant effect on taxpayer compliance with the tax office in the region Bandung.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim,
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Account
Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP
Pratama di wilayah Bandung”, ini disusun sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman
penulis. Namun penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.
Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Hj. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra.,SE. ,M.Si, Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Sri Dewi Angadini, SE,. M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
v
selesai.
5. Bapak/Ibu Dosen Uiversitas Komputer Indonesia yang telah memberikan
ilmu pengetahuannya dalam egiatan belajar mengajar.
6. Seluruh staf dan karyawan yang terdapat di 7 Kantor Pelayanan Pajak Kanwil
Jawa Barat I yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulisan
dalam memberikan data, informasi, serta pengarahan dalam penyusunan
laporan ini.
7. Buat Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih selalu menjadi orang tua terbaik
buat aku, setiap do‟a, kasih sayang, perhatian dan kebahagian yang tak heni
-hentinya mengalir untukku. Atas dukungan baik secara moril maupun materil
serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada penulis untuk
keberhasilan penulis, serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan
dukungan dan do‟anya.
8. Untuk adik-adikku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dan untuk
seluruh keluarga besarku yang dengan sabar mengarahkanku untuk selalu
yaki dan percaya diri, serta sabar dalam menjalani.
9. Untuk seseorang yang begitu dekat denganku, terima kasih atas pengertian,
perhatian dan kesabarannya.
10. Sahabat-sahabatku Irene, Rislian, Anggun, Bassit, Hendri, Heri, Frega, Faris,
vi
memberikan semangat dalam penulisan laporan ini, serta teman-teman
Akuntansi Angkatan 2008 khususnya kelas AK-4, terima kasih atas
kebersamaannya.
11. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan Usulan
Penelitian ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan
kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang
membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.
Bandung, Juli 2012 Penulis
vii
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... .. 13
1.2.1 Identifikasi Masalah ... .. 13
1.2.2 Rumusan Masalah ... .. 14
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... .. 14
1.3.1 Maksud Penelitian ... .. 14
1.3.2 Tujuan Penelitian ... .. 14
1.4 Kegunaan Penelitian ... .. 15
viii
1.4.2 Kegunaan Akademis ... .. 16
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... .. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... .. 18
2.1.1 Kinerja Account Representative ... .. 18
2.1.1.1 Pengertian Kinerja Account Representative ... .. 18
2.1.1.2 Indikator Kinerja Account Representative ... .. 20
2.1.1.3 Tugas Account Representative berhubungan dengan penunjangan tugas fungsional pemeriksaan ... .. 23
2.1.2 Pemeriksaan Pajak ... .. 24
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... .. 24
2.1.2.2 Indikator Pemeriksaan Pajak ... .. 25
2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... .. 29
2.1.2.4 Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak... .. 32
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 33
2.1.3.1 Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 33
2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 35
2.2 Kerangka Pemikiran ... .. 37
ix
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... .. 50
3.2 Metode Penelitian ... .. 50
3.2.1 Desain Penelitian ... .. 52
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... .. 57
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... .. 61
3.2.3.1 Sumber Data ... .. 61
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... .. 62
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... .. 65
3.2.4.1 Uji Validitas ... .. 67
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... .. 68
3.2.4.2 Uji MSI ... .. 71
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... .. 73
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... .. 73
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis... .. 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung ... .. 88
x
4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung ... .. 92
4.1.3 Aspek-Aspek Kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung ... .. 96
4.2 Karakteristik Responden... .. 97
4.3 Analisis Deskriptif Penelitian ... .. 101
4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Account Representative ... .. 102
4.3.2 Analisis Deskriptif Pemeriksaan Pajak ... .. 110
4.3.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 126
4.4 Analisis Verifikatif Penelitian ... .. 135
4.4.1 Pengujian Asumsi Klasik ... .. 135
4.4.2 Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara parsial ... .. 142
4.4.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara parsial ... .. 143
4.4.4 Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara simultan ... .. 144
xi
4.4.5.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 154
4.4.5.4 Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara simultan ... .. 153
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... .. 159
5.2 Saran ... .. 160
DAFTAR PUSTAKA ... .. 163
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .. 167
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Jumlah WP Badan dalam mengembalikan SPT ... 4
Tabel 1.2 Kepatuhan WP Badan dalam mengembalikan SPT tepat waktu ... 5
Tabel 1.3 Nama dan Alamat Kantor Pelayanan Pajak di wialayah Bandung ... 16
Tabel 1.4 Waktu Penelitian ... 16
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 44
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 57
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 58
Tabel 3.3 Data Pegawai KPP di wilayah Bandung ... 58
Tabel 3.4 Standar Penilaian Untuk Validitas ... 67
Tabel 3.5 Standar Penilaian Untuk Reliabilitas ... 69
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Account Representative ... 70
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemeriksaan Pajak... 70
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ... 71
Tabel 3.9 Kriteria Presentase Tanggapan Responden ... 75
Tabel 3.10 Pedoman Untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi ... 83
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 99
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 100
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 101
Tabel 4.5 Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Responden ... 102
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Account Representative ... 103
xiii
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Pengawasan ... 107 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Bimbingan ... 108 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Membuat dan Memukhtahirkan
Profil Wajib Pajak ... 109 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Menganalisis SPT ... 110 Tabel 4.14 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pemeriksaan
Pajak ... 111 Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Mempelajari Berkas Wajib
Pajak/berkas data ... 114 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Menganalisis SPT dan Laporan
Keuangan Wajb Pajak ... 115 Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengidentifikasi Masalah ... 109 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Pengenalan Lokasi
Wajib Pajak ... 116 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Ruang Lingkup
Pemeriksaaan ... 117 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Menyususn Program
Pemeriksaan ... 118 Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Buku-Buku dan
Dokumen Yang Akan Dipinjam ... 119 Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Menyediakan Sarana
Pemeriksaaan ... 120 Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Memeriksa di tempat
Wajib Pajak ... 121 Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Melakukan Penilaian atas Sistem
xiv
Tabel 4.25 Distribusi Jawaban Responden Memukhtahirkan pemeriksaan atas
buku-buku, catatan dan dokumen ... 122
Tabel 4.26 Distribusi Jawaban Responden Melakukan Konfirmasi Pada Pihak Ketiga ... 123
Tabel 4.27 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Ruang Lingkup Pemeriksaan ... 124
Tabel 4.28 Distribusi Jawaban Responden Kertas Kerja Pemeriksaan ... 125
Tabel 4.29 Distribusi Jawaban Responden Laporan Hasil Pemeriksaan ... 126
Tabel 4.30 Distribusi Jawaban Responden Kesimpulan dan Usul Pemeriksaan ... 126
Tabel 4.31 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak ... 127
Tabel 4.32 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPH Tepat Waktu ... 128
Tabel 4.33 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPH Terlambat/Lewat Waktu ... 129
Tabel 4.34 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan ... 130
Tabel 4.35 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Mendaftarkan Diri ... 131
Tabel 4.36 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan Untuk Menyetor Kembali Surat Pemberitahuan ... 132
Tabel 4.37 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan dalam Penghitungan dan Pembayaran Pajak Yang Terutang ... 133
Tabel 4.38 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan dalam Pembayaran Tunggakan ... 134
Tabel 4.39 Hasil Uji Normalitas Taksiran Model Regresi X-Y ... 136
Tabel 4.40 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 137
Tabel 4.41 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 138
Tabel 4.42 Hasil Perhitungan Koefisien Regresi ... 140
xv
Tabel 4.45 Model summary untuk Korelasi X1 dan X2 terhadap Y ... 144
Tabel 4.47 Koefisien Determinasi ... 145
Tabel 4.48 Hasil Uji Simultan ... 147
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 47
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 48
Gambar 3.1 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 86
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak ... 93
Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 99
Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 99
Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 100
Gambar 4.5 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 101
Gambar 4.6 Hasil Kategorisasi Kinerja Account Representative Pada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 104
Gambar 4.7 Hasil Kategorisasi Pemeriksaan PajakPada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 113
Gambar 4.8 Hasil Kategorisasi Kepatuhan Wajib Pajak Pada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 128
Gambar 4.9 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas) ... 138
Gambar 4.10 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 140
Gambar 4.11 Diagram dan Koefisien Korelasi Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 146
Gambar 4.12 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Pengujian Simultan ... 148
Gambar 4.13 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Uji Pengaruh Kinerja Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 150
xvii
Lampiran I Surat Permohonan Mengadakan Penelitian dari UNIKOM ... 167
Lampiran II Surat Balasan Ijin Penelitian dari Direktorat Jendral Pajak Kantor Wilayah Jawa Barat I ... 168
Lampiran III Berita acara pengisian kuesioner dari 7 KPP ... 169
Lampiran III Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ... 176
Lampiran IV Daftar Kuesioner ... 178
Lampiran V Data Hasil Skoring Jawaban Responden ... 182
Lampiran VI Data Hasil Interval Jawaban Responden ... 185
Lampiran VII Output SPSS ... 189
Lampiran VIII Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 197
Lampiran IX Lembar Revisi Sidang UP ... 198
Lampiran X Kartu Peserta Sidang Seminar UP... 199
Lampiran XI Maping ... 200
18 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kinerja Account Representative
Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan adalah bergantung pada
kinerja sumber daya manusia yang secara langsung atau tidak langsung memberi
kontribusi pada perusahaan, yang meliputi pemangku kepentingan eksternal dan
kepentingan internal yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini KPP modern mempunyai salah satu ciri khas yaitu keberadaan Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadappelaksanaan kewajiban oleh
Wajib Pajak dan melayani penyelesaian Wajib Pajak.
2.1.1.1 Pengertian Kinerja Account Representative
Pengertian kinerja menurut Hersey and Blanchard dalam Tb. Sjafri
Mangkuprawira (2008 : 219) menyatakan bahwa:
“Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.”
Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008 : 218) berpendapat bahwa:
Sedangkan definisi kinerja menurut Mohamad Mahsun (2006:25)
menyatakan bahwa :
“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.
Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat
keberhasilan individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan
atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,
kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada
tolak ukurnya.
Pengertian Account Representative menurut Liberti Pandiangan (2008:27) menyatakan bahwa :
” Account Representative melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian hak Wajib Pajak.”
Pengertian Account Representative menurut John Hutagaol (2007 : 22)
adalah sebagai berikut :
“ Account representative adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang bekerja pada KPP wajib pajak besar yang diberikan kepercayaan dan kewenangan untuk memberikan pelayanan, pembinaan, pengawasan secara langsung kepada wajib pajak”.
Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam
20
yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak dan berwenang
untuk memberikan respon yang efektif, tepat dan benar atas pertanyaan dan
permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya,
memberikas edukasi kepada Wajib Pajak, asistensi secara langsung, serta
mendorong, memofitasi dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib
Pajak yang menjadi tanggung jawab Account Representative.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja Account Representative adalah hasil tingkat keberhasilan dari tugas-tugas yang di lakukan oleh pegawai pajak yang ditujuk oleh Dirjen Pajak yang bekerja pada kantor
pelayanan pajak yang sudah menerapkan sistem perpajakan modern.
2.1.1.2 Indikator Kinerja Account Representative
Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern.
Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan
kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh
Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena
pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Account Representative (AR) juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan
Wajib Pajak dapat secara mudah menghubungi Account Representative (AR)-nya baik secara langsung datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail.
Menurut DJP kinerja Account Representative dapat dinilai atau dilihat melalui :
1. Tanggung Jawab Account Representative
Account Representative yang juga disebut staf pendukung pelaksana dalam setiap kantor pelayanan pajak modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk
memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan
secara efektif dan profesional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan
dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta
mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.
Secara khusus adapun tanggungjawab Account Representative adalah sebagai berikut:
a. Menangani sejumlah kecil Wajib Pajak tertentu
b. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan c. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan
Account Representative memiliki beberapa tanggung jawab lebih terperinci sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.
b. Memberikan penyuluhan tentang kebijakan perpajakan yang berlaku. c. Memberikan bimbingan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. Melakukan pengawasan kepatuhan formal dan material Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Mencari, menggumpulkan dan merekam data dan informasi yang diperoleh ke dalam system informasi perpajakan.
22
2. Tugas Account Representative Berhubungan Langsung Dengan Wajib Pajak
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
98/KMK.01/2006 tentang Account Representative dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Account Representative mempunyai tugas: (1) melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, (2) bimbingan/himbauan/konsultasi teknik
perpajakan kepada Wajib Pajak, (3) penyusunan profil Wajib Pajak, (4) analisis
kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi, dan
(5) melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku
Account Representative yang juga disebut staff pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk
memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan
secara efektif dan professional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan
dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta
mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.
Adapun tugas Account representative yang berhubungan dengan wajib pajak antara lain:
a. Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak
b. Melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada Wajib Pajak
c. Membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak
d. Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP
2.1.1.3 Tugas Account Representative Berhubungan Dengan Penunjangan Tugas Fungsional Pemeriksa
Tugas dari Account Representative yang berhubungan dengan penunjangan tugas fungsional pemeriksa dilakukan melalui mekanisme
pengawasan (terhadap) Wajib Pajak, yaitu :
1) Account Representative melakukan pengawasan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak melalui sistem informasi perpajakan dan
menindaklanjuti dengan penerbitan Surat teguran dan/atau Surat Tagihan
Pajak apabila terdapat kewajiban formal yang tidak atau belum dipenuhi
oleh Wajib Pajak.
2) Account Representative melakukan pengawasan terhadap keputusan material Wajib Pajak dan menindaklanjutinya dengan mengusulkan secara
tertulis kepada Kepala Kantor dengan tembusan Kepala Seksi Pemeriksaan
agar terhadap Wajib pajak dilakukan pemeriksaan pajak apabila Wajib
Pajak tersebut tidak atau belum memenuhi kewajiban material.
3) Mencari, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dan/atau informasi
eksternal yang bersumber dari unit/instansi taerkait antara lain Pemerintah
Daerah, Direktorat Jendral Bea Cukai, PLN, Telkom, Indosat, Deperindag,
Bapepam, Pasar Bursa, Notaris, Imigrasi, Internet dan Media Masa.
4) Mengetahui ruang lingkup usaha Wajib Pajak secara menyeluruh meliputi
24
2.1.2 Pemeriksaan Pajak
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara pemeriksaan pajak (tax audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan
pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh pada Undang-undang perpajakan.
Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum
pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion
dan merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak Pasal 1 ayat (2) definisi pemeriksaan sebagai berikut :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”
Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 40), definisi pemeriksaan adalah :
Mardiasmo (2009:50)menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak yaitu:
“Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.
Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 245) mengemukakan
pemeriksaan pajak sebagai berikut :
“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem
self assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan”.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, yang dimaksud dengan
pemeriksaan pajak adalah kegiatan menghimpun dan mengolah data atau
keterangan secara profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.1.2.2 Indikator Pemeriksaan Pajak
Dalam menjalankan sebuah pemeriksaan maka aparat pajak harus
mengetahui terlebih dahulu tahap-tahap yang harus dilakukannya. Menurut Siti
Kurnia Rahayu (2010:286) tahapan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Persiapan Pemeriksaan Pajak
Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau
persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak
berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang
26
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 286). Persiapan pemeriksaan ialah :
“Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan seperti mempelajari berkas wajib pajak/berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak, mengidentifikasi masalah, melakukan pegenalan lokasi wajib pajak, menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam, dan menyediakan sarana pemeriksaan.”
Persiapan dilakukan untuk mencari segala informasi mengenai wajib pajak,
agar pelaksanaanya dapat terarah. Dengan penguasaan informasi yang baik
hak-hak wajib pajak akan terjaga, pemeriksa tidak akan salah menggunakan metode
perhitungan yang akan mengakibatkan kerugian bagi wajib pajak maupun Negara.
Kegiatan dalam persiapan pemeriksaan pajak diantaranya : a. Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data
b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak c. Mengidentifikasi masalah
d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak e. Menentukan ruang lingkup perusahaan f. Menyusun program pemeriksaan
g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam h. Menyediakan sarana pemeriksaan.
Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh
gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program
pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 292) dalam bukunya Perpajakan
Indonesia - Konsep dan Aspek Formal. Pelaksanaan pemeriksaan ialah :
kepada wajib pajak danMelakukan sidang penutup (Closing Conference).”
Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
pemeriksa dan meliputi:
1. Memeriksa ditempat wajib pajak.
2. Melakukan penilaian atas system pengendalian intern 3. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.
4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.
5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.
6. Memberitahukan hasil pemriksaan kepada wajib pajak. 7. Melakukan sidang penutup.
3. Laporan Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 323) Laporan Hasil Pemeriksaan ialah:
“Laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir tahun Laporan Pemeriksaan pelaksanaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan“.
Setelah dilakukannya tahapan-tahapan pemeriksaan maka harus dibuat
laporan hasil akhir pemeriksaan yang berisi laporan mengenai proses pemeriksaan
yang perlu diperpertanggungjawabkan oleh pemeriksa pajak. Laporan hasil
pemeriksaan merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP),
yang sifatnya terikat hukum yang memiliki pengaruh terhadap wajib pajak
maupun pemeriksa pajak. Dalam penerbitan SKP harus mengikuti persyaratan
legal formalnya, berbagai data dan informasi, perhitungan, teknik dan metode
yang digunakan dalam pemeriksaan, proses pengambilan kesimpulan, hingga
pengikhtisaran dalam suatu Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan dengan teliti,
28
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LPP supaya dapat
dimanfaatkan oleh pemeriksa berikutnya antara lain, gambaran kegiatan usaha
wajib pajak, gambaran system akuntansi, daftar buku dan dokumen yang
dipinjam, produksi data, dan usulan pemeriksa yang berisi „apabila dikemudian
hari ditemukan data baru dan atau data lain yang belum terungkap dalam
pemeriksaan ini maka diusulkan untuk diterbitkan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Laporan pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Kertas Kerja Pemeriksaan
Memuat mengenai prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan,
pengujian-pengujian yang telah dilaksanakan, sumber-sumber informasi
yang telah diperoleh, dan kesimpulan yang di ambil oleh pemeriksa.
2. Laporan Hasil pemeriksaan
Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan
wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai
besarnya pajak-pajak yang terutang.
3. Kesimpulan dan usul pemeriksaan
Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak
yang terhutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan,
2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 199 / PMK.03 / 2007 Pasal 2,
tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 199/PMK.03/2007
tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang dikutip
oleh Siti Kurnia Rahayu (2010 : 245-246) , menetapkan bahwa pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dapat
dilakukan dalam hal Wajib Pajak sebagai berikut :
a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi.
c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran.
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
e. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan lain pemeriksaan adalah dalam rangka:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Wajib Pajak mengajukan keberatan; d. Pencocokan data atau alat keterangan;
30
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 260) Pemeriksaan akan berjalan
lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pemeriksaan pajak, faktor-faktor tersebut adalah :
1. Teknologi Informasi (Information technology)
2. Jumlah Sumber Daya Manusia (the number of human resources) 3. Kualitas Sumber Daya (the quality of human resources)
4. Sarana dan Prasarana Pemeriksaan (audit facilities)
1. Teknologi informasi
Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak.
Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan
perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique (CAAT).
2. Jumlah sumber daya manusia
Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja
pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya
manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk
mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas
pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan
pemeriksaan.
3. Kualitas sumber daya
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar
belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi
pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi
adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan
4. Sarana dan prasarana pemeriksaan
Sarana prasarana pemeriksaan seperti computer Sangay diperluka. Audit Command Language (ACL), contohnya Sangay membantu pemeriksa di dalam mengolah data untuk tujuan analisa dan penghitungan pajak.
Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat
kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala tersebut
antara lain:
1. Psikologis
Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa
pajak mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak
maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila
timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah
pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.
2. Komunikasi
Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran
pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil
pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan
pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan
kewajiban pemeriksa. Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya
disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak
menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau dokumen tambahan yang
mendukung penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka
32
2.1.2.4 Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 262) pemeriksaan dapat dibedakan
berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari :
1. Pemeriksaan Lapangan
2. Pemeriksaan Kantor
Dirinci lebih jelas lagi tentang Ruang Lingkup pemeriksaan Pajak adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal.
Jangka waktu pemeriksaan dalam pemeriksaan 1. 4 bulan
2. Sejak terbit SP2 (surat erintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (lapangan hasil pemeriksaan)
3. Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.
2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak dikantor unit pemeriksaan (DJP).
Jangka waktu pemeriksaan kantor : 1. 3 bulan
2. Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan tanggal lapangan hasil pemeriksaan (LHP)
3. Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.
Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.
Untuk pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan diatur lebih lanjut sebagai berikut :
a. Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari wajib
pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Semakin tinggi
risiko ketidakpatuhan wajib pajak, pemeriksaannya dilaksanakan melalui
b. Apabila ditemukan indikasi trnasaksi yang terkait dengan transfer pricing
dan/ atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi
keuangan, pemeriksaan kantor diubah menjadi pemeriksaan lapangan.
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang
tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai
kebenarannya.
Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (2010:138)
(Moh.Zain:2004) dalam Siti Kurnia Rahayu adalah:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:
1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”
Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139)
mengatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:
“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”
Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi
34
secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem
perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar dan melapor kewajibannya.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000
yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:112) , menyatakan
bahwa:
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh
adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban
perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban
perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT).
Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi (2008:21) dalam Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan
bahwa:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138), menjelaskan ada dua jenis
“Ada dua macam kepatuhan yaitu: (1). Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. (2). Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan”.
2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
A. Kepatuhan Formal Wajib Pajak
1) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) Wajib Pajak telah menjalankan
kewajiban formal jika:
“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban formalnya.”
Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa
Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang
ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut
dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.
2) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu
(Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)
Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali
SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan
36
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:46) adalah sebagai
berikut :
”Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.
3) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:46) adalah sebagai
berikut :
”Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.
Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan
kewajibannya walawpun dengan keterlambatan waktu, namun dapa dikategorikan
sebagai Wajib Pajak yang patuh.
B. Kepatuhan Material Wajib Pajak
Kepatuhan material yang dikemukakan oleh Safri Nurmantu dalam Siti
Kurnia Rahayu (2010 : 138), menyatakan bahwa :
Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 139) menyatakan
bahwa:
“Kepatuhan material wajib pajak dapat diidentifikasi dari : - kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,
- kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT),
- kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan
- kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.”
2.2 Kerangka Pemikiran
Suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya,
salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan dilakukannya pembiayaan pembangunan diberbagai sektor kehidupan dan
sumber utama pembiayaan pembangunan tersebut adalah berasal dari pajak.
Mengingat pentingnya peranan Pajak yang merupakan salah satu
penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dalam menunjang penyelenggaraan negara menyebabkan pemerintah mulai
mengoptimalkan penerimaan yang berasal dari pajak. Penerimaan pajak
merupakan jumlah iuran yang dibayar oleh masyarakat dimana dipungut
berdasarkan undang-undang yang berlaku yang diterima oleh negara dalam suatu
masa yang nantinya digunakan oleh negara untuk membayar pengeluaran negara
berupa pemeliharaan berbagai fasilitas untuk digunakan umum.
Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak orang Pribadi
ataupun Badan diberi kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana
Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
38
diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan
mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.
DJP memiliki peranan yang penting dalam menjamin bahwa Wajib Pajak
mengerti akan kewajiban perpajakannya. Peranan ini diserahkan secara langsung
kepada para petugas yang berkompeten dalam menunjang suksesnya sistem
kemandirian yang diberikan kepada Wajib Pajak Indonesia. Account Representaive adalah merupakan ciri utama dari Kantor Pajak Modern. Para petugas Account Representaive diharuskan mengetahui seluk beluk dari setiap Wajib Pajaknya mulai dari status, penghasilan, jenis usaha sampai dengan modus
yang digunakan dalam menghindari pajak. Kenyataan yang terjadi di lapangan
saat ini adalah Account Representaive menghadapi berbagai halangan salah satunya yaitu Wajib Pajaknya belum terbuka dan tingkat kepatuhannya masih
rendah. Pentingnya meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak maka para
Account Representative menggunakan strategi watching, sounding, dan conselling. Seorang Account Representative pun harus bekerja sesuai dengan kode etik yang telah ditentukan oleh DJP, seperti Menghormati agama, budaya dan adat
istiadat wajib pajak yang ditangani‟y tanpa harus membeda-bedakannya, bekerja
secara professional, memberikan pelayanan sebaik mungkin, bertutur kata sopan,
menaati perintah kedinasan, dan ikut serta dalam hal mengamankan data di
lingkungan DJP. Secara lebih khusus Account Representaive lebih fokus pada pekerjaan berupa menganalisa dan memonitoring kepatuhan pembayaran pajak
yang diperlukan Wajib Pajak, memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan
proses keberatannya, dan menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan
perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.
Para petugas Account Representative bekerja pada suatu bagian yaitu Seksi Waskon yaitu Pengawasan dan Konsultasi yang menguasai semua jenis
pajak, misalnya untuk Wajib Pajak Badan. Dengan demikian petugas Account Representaive adalah petugas yang mengetahui dan menguasai seluruh jenis pajak dengan baik (all taxes in one hand). Agar self assessment system dapat berjalan secara efektif, maka keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum (low enforcement) merupakan hal yang esensial. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah
selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang
ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kepercayaan tersebut.
Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan
pemerintah kepada masyarakat maka sudah menjadi rahasia umum bahwa segala
pengelakan atau penyeludupan ini bisa saja terjadi. Dengan sistem self assessment
yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap Wajib Pajak.
Hal utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan
pajak yang mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak
yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Fiskus harus melakukan pemeriksaan
40
apakah SPT telah diisi secara lengkap atau tidak dan apakah terdapat kesalahan
dalam pengisiannya atau tidak. Penting bagi DPJ untuk memiliki Fungsional
Pemeriksa yang handal dan tanggap dalam menjalankan tugasnya. Untuk
menunjang kelancaran tugas dari Fungsional Pemeriksa tersebut sangatlah penting
pula peranan dari Account Representative dalam membantu tugas Fungsional
Pemeriksa terutama dalam melakukan Risk Based Audit terhadap Profil Wajib
Pajak.
Adanya penerapan sistem modernisasi perpajakan dterutama dengan
penunjukkan Account Representatve dalam membina dan melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak, maka DJP tidak menutup mata terhadap
pentingnya pelayanan berkaitan dengan kualitas pelayanan (umum). Kinerja
pelayanan yang baik akan memungkinkan diperolehnya manfaat ganda apabila
dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu langkah penting yang yang dilakukan
oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan
adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak serta
mengoptimalisasikan penerimaan negara.
Kinerja yang dijalankan oleh account representative menurut Liberty Pandiangan (2007:50) bertujuan untuk menilai kepatuhan wajib pajak yang
nantinya data dari wp yang didapatkan oleh account representative di gunakan untuk proses pemeriksaan pajak, data tersebut dilihat dari profil wajib pajak yang
telah dianalisa oleh account representative. Kinerja account representative dapat
hasil tersebut juga dapat diketahui bagaimana pemeriksaan pajak tersebut.
Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa
institusi dalam hal ini DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih
jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin
mengetahui bagaimana aparat pajak menghadapi para Wajib Pajak yang tidak
patuh. Dengan cara ini, peraturan yang responsive akan dapat mewujudkan
kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan ligitimasi system perpajakan kita.
Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela
pula.
2.2.1 Keterkaitan antara Kinerja Account Representative dengan
Kepatuhan Wajib Pajak
Account representative merupakan petugas pajak yang memiliki peranan yang kuat dalam membina Wajib Pajak dalam menjalani kewajibannya sehingga
dapat menuju kepada kepatuhan yang diharapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Adapun Teori Penghubung Pengaruh Kinerja Account Representative
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Amilin dan Nina Anisah (2008:146)
menyatakan bahwa:
”Kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, sebagai account representative harus bisa memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik.”
Sedangkan Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:133)menyatakan bahwa:
42
yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative (AR), pemanfaatan IT secara maksimal, SDM yang professional .”
Dari penjelasan diatas memberikan suatu ketegasan bahwa hal utama yang
menjadi ciri modernisasi perpajakan di Indonesia yaitu dengan ditujuknya tenaga
Account Representative untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak dan pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang
professional.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:135) tentang pentingnya Kinerja
Pelayanan menyatakan bahwa:
”Kinerja pelayanan yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assesment untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan secara tidak langsung akan meningkatkan pula penerimaan pajak .”
Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Direktorat Jenderal Pajak melalui Account Representative berkewajiban memberikan konsultasi dan pengawasan untuk membantu segala permasalahan
yang dihadapi Wajib Pajak. Pentingnya memiliki Account Representative yang berkinerja akan dapat memberikan pelayanan yang lebih memadai sehingga dapat
tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan
secara formal, yaitu melalui ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Account Representative yang berkinerja baik akan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja para Fungsional Pemeriksaan yang bertugas melakukan pemeriksaan guna
menguji tingkat kepatuhan bagi Wajib Pajak yang diperiksa. Profil Wajib Pajak
pemeriksaan guna mencapai target utama yang diharapkan yaitu untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak.
2.2.2 Hubungan Pemeriksaan Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Keterkaitan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak
dalam penelitian ini berdasarkan dari pernyataan Siti Kurnia Rahayu (2010: 246)
yang menyatakan bahwa :
“Tujuan yang terutama dari pemeriksaan adalah pengujian kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kewajiban-kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak, termasuk di dalamnya tidak terkecuali adalah kewajiban para pemungut dan pemotong pajak”.
Ditambahkan juga dari pernyatan menurut Gunadi (2005) yang
menyatakan bahwa :
“Tax Compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu sarana (tools) dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak adalah pemeriksaan”.
Dalam penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana
pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat
kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu
dalam penyampaian SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh
tingkat kebenaran laporan Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau
44
Dibawah ini merupakan table penelitian terdahulu yang merupakan
[image:47.595.65.552.189.756.2]perbandingan penelitian sekarang dan terdahulu :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti (tahun)
Jurnal
Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan
1 Amilin dan Nina Anisah,
trikonomika vol 7 no.2 desember 2008 Pengaruh persepsi peran account representati ve pada tingkat kepatuhan wajib pajak Hasil penelitian
menunjukan bahwa peran account represintative yang ada pada kantor pelayanan pajak pratama gambir dua jakarta belum cukup efektif dalam meningkatkan keptuhan wajib pajak. hal ini terbukti dari hasil
penelitian yang menunjukan bahwa hanya variabel pelayanan yang memberikan pengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel konsultasi dan pengawasan tidak
berpengaruh signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Meneliti tentang Account Representative dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tidak meneliti tentang pemeriksaa n pajak
2 Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara Audit Selection Strategy for Improving Tax Compliance – Application of Data Mining Techniques Pemilihan strategi pemeriksaan dapat mengecek penyalahgunaan pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan analisis algoritma data mining menggunakan model hybrid memiliki pengaruh yang baik terhadap
pemilihan strategi pemeriksaan terhadap kepatuhan mencapai 86%.
Meneliti tentang kepatuhan wajib pajak Tidak meneliti tentang kinerja Account Representati ve dan pemeriksaa n pajak
3 Gunadi,
Jurnal Perpajakan Fungsi Pemeriksaa n terhadap peningkatan
Indonesia Vol 4, No 5,
Februari 2005 : 4-9
ISSN : 1412-0518 Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance ) kecenderungan yang semakin meningkat. Dalam upaya untuk peningkatan Kepatuhan wajib pajak ini, maka pemeriksaan sebagai salah satu sarananya (tools). Analisa mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktifitas pemeriksaan menunjukan rasio yang semakin meningkat yang diharapkan merupakan gambaran keberhasilan pemeriksaan pajak untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sekaligus meningkatkan penerimaan negara. dan pemeriksaan Account Representati ve
4 Whedy
Prasetyo,
JEAM Vol X No. 1/2011
ISSN: 1412-5366
Pemeriksaa n Pajak Dan Peranannya Pada Kepatuhan Wajib Pajak Dan Petugas Pajak Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pemeriksaan dilakukan dengan
meningkatkan mutu atau kualitas pemeriksa pajak. Dari pihak wajib pajak sendiri dituntut peran serta yang positif agar
pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan secara efektif, yang memungkinkan diperolehnya
umpan balik guna meningkatkan
pemahamannya tentang penerapan peraturan
perpajakan yang benar, yang pada akhirnya akan
46
tersebut kepatuhan antara wajib pajak dan petugas pajak dapat terjaga yang disesuaikan dengan tujuan untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tanpa ada kebijakan atau unsur yang lainnya.
5 Jefrey A. Dubin and Louis L. Wilde
National Tax Journal Vol. XLI An Empirical Analysis of Federal Income Tax Auditing and Compliance
Beberapa faktor sosial ekonomi cenderung tidak memiliki dampak langsung terhadap audit yang
memiliki efek dramatis terhadap kepatuhan. Ini suatu hasil yang
menggembirakan,
mereka mendukung pendeka tan ekonomi untuk
masalah kepatuhan dan menunjukkan
bahwa hasil data yang lebih baik dan analisis lebih lanjut bisa sangat tinggi.
Meneliti tentang Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak Tidak meneliti tentang Kinerja Account Representati ve
6 Yongzhi Niu, Ph. D. 2010 Tax Audit Impact on Voluntary Compliance
Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan kepatuhan sukarela. Temuan
menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara. Objek penelitiannya sama yaitu tentang pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak
7. OECD Center For Tax Policy And Administration (2004) Compliance Measureme nt (Pengukura n Kepatuhan) Perlunya pengelompokkan ketidakpatuhan secara efektif dan efisien dengan menggunakan metode Siklus Manajemen Risiko. Pengelompokkan penting menerapkan strategi yang berbeda bagi setiap
kelompok ketidakpatuhan. OECD mengelompokkan ke dalam tiga kelompok
(Amilin dan Nina Anisah : 2008)
(Gunadi : 2005)
(Whedy Prasetyo : 2011)
(Jefrey A. Dubin ) ketidakpatuhan dilakukan dengan presentase koreksi penghasilan netto. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku WP tidak patuh adalah Faktor Ekonomi dan Faktor Perilaku.
8. James Alm dan Michael McKee (2006) Audit Certainty, Audit Productivity ,and Taxpayer Compliance
Efek kepatuhan mengubah probabilitas pemeriksaan sama dengan efek dari perubahan yang setara dalam produktivitas
pemeriksaan. Maka otoritas pajak dapat meningkatkan kepatuhan melalui strategi yang lebih mudah. Namun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas pemeriksaan saja tidak efektif. Akan efektif apabila produktivitas pemeriksaan dikombinasikan dengan probabilitas pemeriksaan yang lebih tinggi bahwa dampak keseluruhan pada kepatuhan adalah positif.
Objek penelitiannya sama yaitu tentang pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak
Berdasarkan uraian di atas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya
[image:50.595.65.552.111.490.2]dalam paradigma penelitian dan skema kerangka pemikiran berikut :
48
[image:51.595.99.553.100.754.2]
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran Sistem Administrasi Perpajakan Modern Penyempurnaan Proses Bisnis Penyempurnaan MSDM Restrukturisasai Organisasi Account Representative
- Menganalisis SPT
- Mengawasi kepatuhan perpajakan - Melakukan pencatatan profil WP - Menginformasikan ketentuan
perpajakan terbaru
Kinerja Account Representative - Tanggungjawab AR
- Tugas AR yang berhubungan dengan WP
Kepatuhan Wajib
Pajak Pemeriksaan
Pajak
Kepatuhan WP: - Aspek Formal - Aspek Material
Pemeriksaan Pajak : - Tahapan persiapan
pemeriksaan
- Tahapan pelaksanaan pemeriksaan
- Tahapan pelaporan
Teori penghubung:
”Kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak
saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, sebagai account representative harus bisa memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai
warga negara yang baik.”
(Amilin dan Nina Anisah : 2008)
“Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan
pajak”.
(Gunadi : 2005)
Hipotesis
“ Adanya pengaruh
2.3 Hipotesis Penelitian
Pengertian hipotesis menurut Umi Narimawati (2008:20) adalah sebagai
berikut:
“ (1)Merupakan ungkapan berupa jawaban sementara atas masalah penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran; (2) Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris melalui suatu analisis ( berdasarkan data dilapangan); (3) Kesimpulan yang sifatnya masih sementara perlu di uji secara empiris melalui suatu analisis (berdasarkan data di lapangan).”
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang diberikan peneliti
yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka
pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis memberikan hipotesis bahwa:
“Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak berpengaruh
50 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2009:13) pengertian objek penelitian adalah sebagai
berikut :
“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable ten