Saringan 16 mm, 22,4 mm, dan 25 mm)
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1 Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
ACEP WIDIYANTO 20120110060
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(urusan) yang lain.”
(Q.S. Alam Nasyrah ayat 6-7)
“Tiada hasil tanpa usaha”
(My self)
“Ubah keraguan menjadi kepercayaan”
“Ubah khayalan menjadi kenyataan”
(My self)
“Nikmatilah proses yang sedang berlangsung”
(My self)
Kupersembahkan karya yang sederhana ini untuk orang-orang berarti dalam hidupku.
Allah SWT sang pemilik hidup dan Nabi Muhammad SAW suri tauladanku.
Bapakku Atang S, Ibuku Patimah dan kakak - kakaku yang tercinta tanpa henti-hentinya memberikan doa, nasehat dan dukungan moral
maupun material.
Kakak - kakakku, Dian H, Dede M, dan Iwan S, yang selalu
mendukung dan memberi masukan agar terus semangat dalam meraih cita-cita.
Adikku, Agun G, yang selalu menjadi obat jenuh, bosan, malas, dan
selalu memberi api semangat agar terus jalan.
Teman penelitianku Rony W dan Arya D, terimakasih atas kerja samanya.
Teman-Teman Teknik Sipil 2012, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini.
Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Terimakasih atas semuanya doa dan bantuan kalian sangat berarti.
Almamaterku yang kubanggakan Universitas Muhammadiyah
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PENGARUH AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT KASAR BATA RINGAN (Variasi agregat kasar lolos
saringan 16 mm, 22,4 mm dan 25 mm)” dengan baik. Dalam penyusunan tugas
akhir ini banyak sekali pihak yang mendukung dan banyak berperan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Anita Widianti, M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ir. As’at Pujianto, M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan dan penulisan tugas akhir.
3. Restu Faizah, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini.
4. Pinta Astuti, S.T., M.Eng. selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan dalam terselesaikanya ujian dan terselesaikanya penulisan tugas akhir ini.
5. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik atas bantuannya selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis dan semoga penelitian ini berguna bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Yogyakarta, Agustus 2016
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
INTISARI ... xii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang penelitian... 1
B. Rumusan masalah ... 2
C. Tujuan penelitian ... 2
D. Manfaat penelitian ... 2
E. Lingkup penelitian ... 3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Penelitian sebelumnya ... 4
B. Keaslian penelitian ... 8
BAB IIILANDASAN TEORI ... 9
A. Beton ... 9
Pengertian beton ... 9
Faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembuatan beton ... 9
Kelebihan dan kekurangan beton ... 9
2. Agregat ... 15
3. Air... ... 18
C. Agregat kasar pecahan bata ringan ... 19
D. Perencanaan campuran beton ... 20
E. Slump ... 20
F. Perawatan beton ... 21
G. Berat jenis beton ... 21
BAB IVMETODE PENELITIAN ... 22
A. Bahan atau material penelitian ... 22
B.Alat-alat yang digunakan ... 22
C. Pelaksanaan penelitian ... 23
D. Analisis hasil ... 27
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Hasil pemeriksaan bahan susun beton ... 28
1. Hasil pemeriksaan gregat halus (pasir) ... 28
a. Gradasi agregat halus ... 28
b. Kadar air agregat halus... 30
c. Berat jenis dan penyerapan air agregat halus ... 30
d. Berat satuan agregat halus ... 30
e. Kadar lumpur agregat halus ... 30
2. Hasil pemeriksaan agregat kasar pecahan bata ringan) ... 31
a. Kadar air agregat kasar ... 31
b. Berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ... 31
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN... 37 A. Kesimpulan ... 37
B.Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.3 Perbedaan 6 penelitian ... 8
Tabel 3.1 Jenis beton menurut kuat tekannya . ... 11
Tabel 3.2 Rasio kuat tekan beton berbagai umur ... 12
Tabel 3.3 Susunan unsur semen ... 13
Tabel 3.4 Penetapan nilai slump adukan beton ... 20
Tabel 3.5 Berat jenis beton ... 20
Tabel 4.1 Variasi dan jumlah benda uji ... 26
Tabel 5.1 Gradasi kekasaran agregat halus ... 28
Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus ... 29
Tabel 5.3 Kebutuhan campuran tiap 1m³ adukan beton . ... 32
Tabel 5.4 Kebutuhan campuran tiap 1 benda uji... 32
Tabel 5.5 Kebutuhan campuran tiap 3 benda uji ... 33
Tabel 5.6 Hasil uji kuat tekan beton berbagai variasi ... 33
Tabel 5.7 Nilaikuat tekan optimum beton . ... 34
Lampiran III. Berat jenis dan penyerapan air agregat halus ... Lampiran IV. Berat satuan agregat halus ... Lampiran V. Kadar lumpur agregat halus ... Lampiran VI. Pemeriksaan kadar air agregat kasar ... Lampiran VII. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar ... Lampiran VIII. Pemeriksaan keausan agregat kasar ... Lampiran IX. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar ... Lampiran X. Langkah-langkah pencampuran beton ... Lampiran XI. Gambar alat dan bahan ...
Banyak upaya yang dilakukan dimulai dari penerapan bangunan ramah lingkungan (green building) yang mengadopsi reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), recycle (daur ulang), replace (menggantikan) untuk bangunan ramah lingkungan.
Pembuatan beton dengan menggantikan agregat kasar dalam penelitian beton sudah pernah di teliti sebelumnya, agregat kasar yang biasanya digunakan adalah cangkang kemiri, cangkang sawit, bata merah dan batu apung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tekan beton dengan agregat kasar bata ringan variasi lolos saringan 16 mm, 22,4 mm dan 25 mm. Benda uji yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 30 cm, diameter 15 cm, terdiri dari 3 variasi dan masing-masing variasi sebanyak 3 sampel .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton dengan agregat kasar bata
ringan 100% didapat persamaan ܻ= −0,028ܺ² + 1,0568ܺ– 3,1782 pada umur 7 hari dengan variasi agregat kasar lolos saringan 16 mm, 22,4 mm dan 25 mm dengan fas tetap 0,50 berturut-turut yaitu sebesar 6,562 MPa, 6,444 MPa dan 5,741 MPa, sedangkan hasil nilai kuat tekan optimum beton yaitu 6,562 MPa dengan agregat kasar lolos saringan 16 mm.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Beton merupakan campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar yang mengeras menyerupai batu. Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak digunakan di seluruh dunia. Banyak upaya yang dilakukan dimulai dari penerapan bangunan ramah lingkungan (green building) yang mengadopsi reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), recycle (daur ulang),replace(menggantikan) untuk bangunan ramah lingkungan.
Sementara itu banyak bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan
agregat kasar dari limbah bahan bangunan yang biasanya di buanag begitu saja tanpa dimanfaatkan dengan baik,yang contohnya limbah bata merah, kayu, genting,
dan bata ringan. Bata ringan ini biasanya digunakan untuk bahan bangunan sebagai bahan alternatif dari bata merah atau batako sebagai dinding ruanagan.
Ketika penulis melihat limbah bata ringan yang tidak terpakai, timbul pemikiran untuk dijadikan bahan pengganti agregat kasar yang biasanya digunakan didalam campuran beton yaitu agregat kasar berupa keriki. Penulis mengantinya dengan pecahan bata ringan dengan variasi lolos saringan yang berbeda-beda, yang bertujuan untuk mengetahui ukuran agregat kasar yang baik untuk campuran beton. Bata ringan ini memiliki sifat yang mendukung mempunyai berat yang ringan. Maka dari itu timbul pemikiran tentang mendapatkan berat struktur beton yang lebih ringan. Dengan cara mengganti agregat kasar (kerikil) dengan menggunakan pecahan bata ringan.
Pada penelitian ini untuk mempermudah pelaksanaan pengerjaan peneliti menggunakan metode dan tata cara pengguanaan menurut SK-SNI 03-2834-2002 dalam perencanaan campuran.
B. Perumusan Masalah
1. Berapa kuat tekan beton dengan bahan agregat kasar bata ringan dengan …..variasi lolos saringan 16 mm, 22,4 mm, dan 25 mm.
2. Berapakah ukuran agregat kasar yang baik untuk campuran beton. 3. Berapa berat jenis beton dengan menggunakan agregat kasar bata ringan.
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis dapat menjelaskan bahwa penulis akan membuat beton dengan menggunakan agregat kasar pecahan bata ringan, dengan menggunakan variasi agregat kasar lolos saringan 16 mm, 22,4 mm, dan 25 mm dengan agregat kasar pecahan bata ringan 100% tehadap kuat tekan
beton dengan fas 0,5.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton dengan bahan pengganti agregat kasar (pecahan bata ringan), dengan variasi agregat kasar lolos saringan 16 mm, 22,4 mm, dan 25 mm.
2. Untuk mengetahui ukuran agregat kasar yang baik untuk campuran beton. 3. Untuk mengetahui berat jenis beton dengan agregat kasar bata ringan.
D. Manfaat Penelitian
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini menjadi lebih sederhana, tetapi memenuhi persyaratan teknis maka perlu diambil beberapa batasan masalah diantaranya:
1. pengujian agregat kasar meliputi berat jenis, keausan, penyerapan air, kadar air dan berat satuan,
2. pengujian agregat halus meliputi berat jenis, pemeriksaan gradasi agregat halus, kadar lumpur, kadar air,
3. pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari,
4. pengaruh fariasi FAS terhadap kuat tekan beton dan faktor umur terhadap kuat tekan beton,
5. asal agregat kasar dari Limbah Material Pembangunan Pesona Hotel Yogyakarta, Jln. P Diponegoro Daerah Istimewa Yogyakarta,
6. asal agregat halus (pasir) dari Gunung Merapi,
7. menggunakan semenPortland(Tipe 1) merek TIGA RODA kemasan 40kg, 8. air dari Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
9. mengunakan faktor air semen 0.5,
10. benda uji berbentuk silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm, sebanyak 9 buah dan setiap variasi dibuat 3 sample,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang beton sebagai salah satu bahan bangunan terus berkembang dari tahun ke tahun. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendapatkankuat tekan beton yang diinginkan dan dapat dimanfaatkan dalam pengerjaan ketekniksipilan. Hal ini dilakukan tidak lepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai perbandingan dan kajian.adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak lepas dari topik penelitian yaitu mengenai pengaruh
variasi agregat kasar terhadap kuat tekan.
A. Penelitian Sebelumnya yang Mengkaji Agregat Kasar
Purwati (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran butiran terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton kinerja tinggigrade80. Penelitian menggunakan metode trial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran butiran agregat terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan menggunakan metode eksperimen berupa 6 campuran beton grade 80 dengan ukuran butiran agregat maksimum yang bervariasi. Tiap variasi ada 3 sampel,
sehingga total benda uji 18 buah. Benda uji yang digunakan adalah silinder berukuran diameter 7,62 cm dan tinggi 15,24 cm. Pengujian kuat tekan dan modulus
elastisitas dilakukan pada umur beton 28 hari. Kuat tekan beton dengan ukuran butiran yang lebih besar mempunyai nilai kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan beton dengan ukuran butiran kecil. Beton lolos saringan 19 mm memiliki kuat tekan terkecil sebesar 42,66 MPa dan modulus elastisitas 16366,887 MPa, dan beton lolos saringan 0,85 mm memiliki kuat tekan terbesar sebesar 84,7 MPa dan modulus elastisitas 24870,674 MPa. Gradasi agregat yang baik dan ukuran agregat yang kecil akan mampu mengahasilkan kepadatan (density) yang maksimum dan porositas yang minimum. Hal ini berkontribusi dalam menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi.
Gurnasih (2013), melakukan penelitian tentang, kajian optimasi kuat tekan beton dengan simulasi gradasi ukuran butiran agregat kasar. Penelitian
menggunakan metode trial. Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.) Kuat tekan beton yang dihasilkan dari agregat kasar asli hingga agregat kasar 2 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada agregat kasar 3. Pada beton yang berumur 7 hari kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 1 mengalami kenaikan sebesar 12,496% dari beton yang menggunakan agregat kasar asli. Kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 2 mengalami kenaikan sebesar 46,429% dari beton yang mengguanakan agregat kasar 1. Kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 3 mengalami penurunan sebesar 34,524% dari beton yang menggunakan agregat kasar 2. Dan pada beton yang
berumur 28 hari kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 1 mengalami kenaikan sebesar 12,496% dari beton yang menggunakan agregat kasar asli. Kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 2 mengalami kenaikan sebesar 46,429% dari beton yang mengguanakan agregat kasar 1.
2.) Kuat tekan beton yang menggunakan agregat kasar 3 mengalami penurunan sebesar 34,524% dari beton yang menggunakan agregat kasar 2. Hubungan yang didapat untuk mendapatkan nilai optimasi agregat kasar terhadap keausan, modulus kehalusan butir (MKB) agregat kasar, kuat tekan betonnya ialah:
a. Hubungan yang terjadi antara keausan dan modulus kehalusan butir (MKB) agregat kasar pada penelitian ini yaitu berbanding lurus. Agregat yang semakin kecil memengaruhi nilai MKB dan keausannya. Semakin kecil ukuran butiran agregat tersebut maka nilai MKBnya pun semakin kecil / menurun pula dan prosentase lolos ayakan juga mengalami penurunan. b. Hubungan yang terjadi antara kuat tekan betonnya dengan nilai MKB
agregat kasar dapat disimpulkan bahwa nilai MKB agregat terbesar yaitu agregat kasar asli sebesar 8,871 dan menghasilkan kuat tekan sebesar 17,421 MPa untuk 7 hari dan 17,673 MPa untuk 28 hari. Butiran terbesar tidak menjamin bahwa kuat tekannya betonnya juga akan menjadi paling besar diantara agregat lain dan nilai MKB untuk agregat asli tidak masuk kedalam persyaratan gradasi yang baik untuk bahan. Bahkan untuk nilai
tekan sebesar 23,953 MPa untuk 7 hari dan 17,228 MPa untuk 28 hari, yang merupakan agregat dengan butiran terkecil kuat tekannya juga bukan merupakan kuat tekan yang tertinggi. Kuat tekan optimal beton dengan kuat tekan sebesar 36,583 MPa untuk umur 7 hari dan 22,404 MPa untuk umur 28 hari dicapai pada nilai MKB agregat kasar ke 2 yaitu sebesar 7,297.
Tabel 2.1 Hasil pengujian kuat tekan benda uji
Sumber: (Gurnasih,2013)
Tabel 2.2 Hubungan antara mhb dengan kuat tekan beton
Sumber: (Gurnasih,2013)
Anjani (2015), penelitian tentang pengaruh bahan tambahan superplasticizer dengan variasi 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% dari berat semen dan dengan menggunakan agregat kasar cangkang kemiri 100%. Penelitian mengacu pada SK SNI 03-2834-2002 (Tjokrodimuljo, 2007). Benda uji yang digunakan adalah berbentuk kubus dengan panjang sisi-sisinya 15 cm, terdiri dari 4 variasi dan masing-masing variasi sebanyak 5 sampel (4 sampel untuk uji tekan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton dengan agregat kasar cangkang kemiri 100% didapat persamaan y = -10,59x2+17,173x+17,522
pada umur 28 hari dengan variasi kadarsuperplasticizer0,25%, 0,5%, 0,75%, 1% dengan fas tetap 0,30 berturut-turut yaitu sebesar 21,16 Mpa, 23,46 Mpa, 24,44 Mpa, 24,11 MPa sedangkan hasil nilai kuat tekan optimum beton yaitu 24,44 Mpa
No. Jenis agregat Kuat tekan beton (MPa)
7 hari 28 hari
1 Agregat Asli 17,421 17,673
2 Agregat 1 19,598 19,128
3 Agregat 2 36,583 22,404
4 Agregat 3 23,953 17,228
Jenis Agregat
Modulus kehalusan butir (mkb)
Kuat tekan beton (MPa) 7 hari 28 hari
Agregat kasar asli 8,971 17,421 17,673
Agregat kasar 1 8,042 19,598 19,128
Agregat kasar 2 7,297 36,583 22,404
dengan kadar superplasticizer sebesar 0,75%. Diketahui pula kelecakan atau workability beton segar dengan persamaan y=-88x2+142x+26 pada kadar superplasticizersebesar 0,25% ; 0,5% ; 0,75% ; 1% berturut-turut yaitu sebesar 3 cm, 26 cm, 28 cm 29 cm, untuk hasil slump tertinggi 29 cm dengan kadar superplasticizer1%.
Fathoni (2015), melakukan penelitian ini adalah beton dengan substitusi cangkang sawit sebagai agregat kasar dengan variasi FAS 0,35; 0,40; 0,45 dan 0,50. Sedangkan pengujian kuat tekan dilakukan setelah beton berumur 28 hari.
Perawatan beton dilakukan dengan cara rendaman. Perencanaan campuran beton berdasarkan SK SNI 03-2834-2002. Pada penelitian ini dibuat 20 buah benda uji berbentuk kubus dengan menggunakan cetakan kubus dengan ukuran 150 mm × 150 mm × 150 mm. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kuat tekan beton dengan substitusi agregat kasar cangkang kelapa sawit 100% dengan variasi Faktor Air Semen 0,35; 0,40; 0,45 dan 0,50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semkin besar nilai Faktor Air Semen maka semakin kecil nilai kuat tekan beton. Variasi faktor air semen 0,35; 0,40; 0,45; 0,50 menghasilkan kuat tekan sebesar 17,43 MPa; 15,46 MPa; 13,37 MPa; 11,16 MPa.
Fajri (2010), tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh uji kuat tekan pada beton normal dengan menggunakan agregat limbah AMP (asphal mixing plant) pada bahan pengganti agregat kasar dimana pada 0% dijadikan beton kontrol dan pada persentase 10%, 20% dan 30%. Adapun rancangan adukan beton menggunakan metode DOE (Development of Environment) yang umum dipakai. Setelah melalui penelitian pada pengujian kuat tekan yang dilaksanakan pada umur 7,14, dan 28 hari, persentase penggunaan agregat limbah AMP (asphal mixing plant) yang mengalami peningkatan kuat tekan yang signifikan adalah pada persentase 30%.
MPa. Dengan demikian penambahan agregat limbah AMP (asphal mixing plant) pada campuran beton normal berpengaruh nyata terhadap kuat tekan beton
B. Keaslian Penelitian
Penelitian Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh gradasi agregat kasar
terhadap kuat tekan beton dengan agregat kasar pecahan bata ringan” dengan
variasi agregat kasar lolos saringan 16 mm, 22,4 mm, dan 25 mm untuk beton dengan agregat kasar pecahan bata ringan” belum pernah diteliti sebelumnya.
Perbedaan dari kelima penelitian sebelumnya di tunjukan dalam tabel 2.3 Tabel 2.3 Perbedaan 6 penelitian
Perbedaan Purwati
Metode Trial Trial SK SNI
03-2843-BAB III LANDASAN TEORI
A. Beton 1. Pengertian Beton
Beton merupakan salah satu bahan gabungan dari suatu material-material diantaranya semenPortland, agregat (agregat kasar dan agregat halus), dan air. Beton merupakan material yang bersifat getas. Menurut Mulyono (2005), beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dari material pembentuknya.
2. Faktor yang menentukan keberhasilan dalam pemembuat beton
Ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan dalam membuat beton, diantaranya adalah :
a. Keadaan semen, b. Faktor air semen (fas),
c. Kualitas agregat halus (pasir), d. Kualitas agregat kasar,
e. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton, f. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan
mutu pelaksanaan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Kelebihan beton menurut Mulyono (2005):
a. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan,
b. Termasuk bahan awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh lingkungan, sehingga biaya perawatannya murah,
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi, d. Biaya pemeliharaan yang kecil,
e. Kuat tekannya tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) maka mampu memikul beban yang berat,
Kekurangan beton menurut Mulyono (2005):
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah,
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, c. Berat,
d. Kuat tarik yang kecil sehingga mudah retak, e. Daya pantul suara yang keras,
f. Mengalami kembang susut akibat perubahan suhu. 4. Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat desak beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Nilai kuat tekan beton seringkali menjadi parameter utama untuk mengenali kinerja beton, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum fc’ dengan satuan kg/cm² atau MPa. Nilai kuat tekan beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh karena
itu untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo, 2007).
Kuat tekan silinder beton dapat dihitung dengan Persamaan 3.1 (SNI 031974-1990).
Fc’=P/A ... 3.1 dengan:
Fc’= Kuat tekan kubus beton (MPa)
P = Beban tekan maksimum (kg) A= Luas bidang tekan (cm3)
Pengukuran kuat tekan beton dilakukan dengan membuat sempel benda uji berbentuk silinder dan kubus untuk di uji kekuatannya. Dalam penelitian ini benda uji yang digunakan berbentuk silinder.
Berdasarkan kuat tekannya beton dapat dibagi beberapa jenis sebagaimana terdapat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya
Jenis Beton Kuat Tekan
Beton Sederhana (plain Concrete) Sampai 10 MPa
Beton Normal (Beton Biasa) 15-30 MPa
Beton Pra Tegang 30-40 MPa
Beton Kuat Tekan Tinggi 40-80 MPa
Beton Kuat Tekan Sangat Tinggi >80 MPa
Sumber: (Tjokrodimuljo, 2007).
Beton relatif kuat menahan tekan. Keruntuhan beton sebagian disebabkan karena rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Faktor–faktor yang mempengaruhi keruntuhan beton adalah :
a. Pengaruh cuaca berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh pergantian panas dan dingin,
b. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat,alkali, limbah, dan lain-lain,
5. Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Kekuatan beton akan sebanding (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil (Mulyono, 2005). Kekuatan tekan beton pada kasus tertentu terus akan bertambah sampai beberapa tahun dimuka. Biasanya kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari. Untuk struktur yang menghendaki awal tinggi, maka campuran dikombinasikan dengan semen khusus atau ditambah dengan bahan tambah kimia dengan tetap menggunakan jenis semen tipe I. Laju kenaikan umur beton sangat tergantung dari penggunaan bahan penyusunnya.
Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan itu akan semakin lambat dan laju kenaikan itu akan menjadi relatif sangat kecil setelah berumur 28 hari, sehingga secara umum kekuatan beton tidak naik lagi setelah berumur 28 hari. Sebagai standar kuat tekan beton (jika tidak disebutkan umur secara khusus) adalah kuat tekan beton pada umur 28 hari.
Laju kenaikan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis semen portland, suhu sekeliling beton, faktor air semen dan faktor lain yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton. Hubungan antara umur dan kuat tekan beton dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rasio kuat tekan beton berbagai umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semenportlandbiasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
SemenPortland
dengan mutu tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
Sumber : PBI 1971, NI-2, dalam Tjokrodimuljo (2007 )
B. Bahan Penyusun Beton
Pada umumnya, beton mempunyai rongga udara sekitar 1-2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25-40% dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60-75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik beton mempunyai karakteristik yang spesifiknya terdiri dari beberapa bahan penyusun sebagai berikut :
1. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker, terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengangipssebagai bahan pembantu (Tjokrodimuljo, 2007).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting (Mulyono, 2005).
Dalam pencampuran beton semen dan air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang berfungi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo, 2007).
Tabel 3.3. Susunan Unsur SemenPortland
Unsur Komposisi (%)
Kapur (CaO) 60–65
Silika (SiO2) 17–25
Alumina (A12O3) 3–8
Besi (Fe2O2) 0,5–6
Magnesia (MgO) 0,5–4
Sulfur (SO3) 1–2
Soda/Potash (Na2O + K2O) 0,5–1
Sifat–sifat kimia dari bahan pembentuk ini mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan, sebagaimana hasil susun kimia yang terjadi diperoleh senyawa dari semenPortland.
Walaupun kompleks, namun pada dasarnya menurut (Tjokrodimuljo, 2007) disebutkan 4 unsur yang paling penting untuk pembentukan semen
yaitu:
a. Trikalsium silikat(C3S) atau 3CaO.SiO2
Senyawa ini segera mulai berhidrasi dalam beberapa jam dengan melepas sejumlah panas. Kuantitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan pengaruh terhadap kekuatan beton pada awal umurnya, terutama pada 14 hari sebelumnya.
b. Dikalsium silikat(C2S) atau 2CaO.SiO2
Senyawa ini bereaksi dengan air lebih lambat, sehingga hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari. c. Trikalsium aluminat(C3S) atau 3CaO.A12O3
Senyawa ini berhidrasi dan bereaksi sangat cepat, sangat berpengaruh pada panas hidrasi tertinggi dan memberikan kekuatan setelah 24 jam.
d. Tetrakalsium aluminoferit(C4AF) atau 4CaO.A12O3.Fe2O3
Senyawa ini kurang begitu besar pengharuhnya terhadap kekuatan dan sifat-sifat semen keras lainnya.
Perbedaan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Semenportlanddi
Indonesia [Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam, (SK SNI S-04-1989F)] semenportlanddibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
b. Jenis II, yaitu semenportlanduntuk konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semenportlanduntuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi.
d. Jenis IV, yaitu semenportlanduntuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
e. Jenis V, yaitu semenportlanduntuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Proses hidrasi yang terjadi pada semen portland dapat dinyatakan dalam persamaan kimia sebagai berikut :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O (3CaO.2SiO2.3H2O) + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O (3CaO.2SiO2.3H2O) + Ca(OH)2
3(3CaO.Al2O3) + 6H2O (3CaO. Al2O3.6H2O)
4CaO. Al2O3.Fe2O3+ 6H2O (3.CaO(Al.Fe)2O36H2O)
Hasil utama yang terjadi pada semen Portland adalah 3CaO.2SiO2.3H2O atau C3S2H3atau CSH yang biasa disebuttobermoriteyang berbentuk gel. Hasil yang lain berupa kapur bebas Ca(OH)2merupakan sisa dari reaksi antara C3S dan C2S dengan air. Kapur bebas ini dalam jangka panjang cenderung melemahkan beton karena dapat bereaksi dengan zat asam maupun sulfat yang ada di lingkungan sekitar sehingga menimbulkan proses korosi pada beton.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton (Tjokrodimuljo, 2007).
persyaratan (Tjokrodimuljo, 1996) sebagai berikut : a. Butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut,
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % untuk agregat halus dan 1 % ...untruk agregat kasar,
c. Tidak mengandung zat organik,
d. Tidak mengandung garam yang menghisap air dari udara, e. Bersifat kekal, tidak hancur atau berubah karena cuaca, f. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik.
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah didasarkan pada ukuran butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran butir-butir besar disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir-butir kecil disebut agregat halus. Dalam pelaksanaanya agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok (Tjokrodimuljo, 2007) yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm,
b. Kerikil, untuk besar butiran antara 5 mm dan 40 mm,
c. Pasir, untuk besar butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Menurut Tjokrodimuljo (2007), berdasarkan berat jenisnya agregat juga
dibedakan menjadi 3, yaitu: a. Agregat normal
Agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini biasanya berasal dari agregat granit, basal, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan berberat jenis sekitar 2,3 juga dapat disebut beton normal.
b. Agregat berat
Berat jenis agregat ini lebih dari 2,8 misalnya magnetik (Fe3O4), barites (BaSO4), atau sebuk besi. Beton yang dihasilkan juga berat jenisnya tinggi (sampai 5) yang efektif sebagai dinding pelindung/perisai radiasi sinar X. c. Agregat ringan
untuk elemen struktural-ringan. Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga struktur pendukungnya dan fondasinya lebih kecil.
Agregat ringan dapat diperoleh secara alami maupun buatan, misalnya : 1) Agregat ringan alami misalnya:diotomite, pumice, volcanic cinder, 2) Agregat ringan buatan misalnya: tanah bakar (bloated clay), abu terbang
(sintered fly-ash), busa terak tanur tinggi (foamed blast furnace slag). Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah (misalnya kerikil) atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam, membakar tanah liat, dan sebagainya.
Agregat pecahan batu (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan memecah batu menjadi butiran sebesar yang diinginkan dengan cara meledakkan, memecah, mengayak, dan seterusnya.
Pori-pori dalam butir agregat mungkin terisi air. Berdasarkan banyaknya kandungan air di dalam agregat, maka kondisi agregat dibedakan menjadi beberapa tingkat kandungan airnya, yaitu :
(Tjokrodimuljo, 2007) :
a. Kering tungku yaitu keadaan dimana butiran agregat benar-benar tidak berisi air.
b. Kering udara yaitu keadaan dimana butir-butir agregat mengandung sedikit air (tidak penuh) di dalam porinya dan permukaan butirnya kering. Oleh karena itu agregat pada kondisi ini masih dapat menyerap air.
c. Jenuh kering muka yaitu keadaan dimana pada permukaan butir agregat tidak ada air, akan tetapi di dalam butir agregat berisi air. Agregat pada kondisi ini tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air.
d. Basah yaitu kondisi dimana butir-butir agregat mengandung banyak air, baik di permukaan maupun di dalam butiran agregat. Sehingga bila digunakan dalam adukan akan menambah jumlah air.
agregat menjadi semakin besar dan butiran agregat dengan ukuran yang bervariasi akan membuat volume pori antara agregat menjadi semakin besar dan butiran agregat dengan ukuran yang bervariasi akan membuat volume pori antara agregat menjadi kecil (Tjokrodimuljo, 1996).
3. Air
Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan beton karena dapat menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin antara campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan.
Air juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri serta mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama semen akan bergerak keatas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan membuat tekan beton menjadi lemah.
Dalam pemakaian air untuk adukan beton sebaiknya air memenuhi
persyaratan ( Tjokrodimuljo,2007 ) sebagai berikut : a. Air harus bersih,
b. Tidak mngandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya, yang dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh dari 2 gram per liter,
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton ( asam, zat organic, dan sebagainya ) lebih dari 15 gram/liter,
d. Tidak mengandungkhlorida ( Cl ) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk beton pra-tegang kandungan khlorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram per liter,
C. Agregat Kasar Pecahan Bata Ringan
Bata ringan merupakan sebuah bahan bangunan yang berbentuk persegi panjang yang berwarna putih dan memiliki pori di dalamnya, bentuknya menyerupai bahan bangunan batako. Batar ringan itu sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut :
• Panjang = 60 cm • Tinggi = 20 cm
• Lebar = 7,5 cm - 10 cm • Berat = 650 kg/m² • Kuat tekan = 4,0 N/mm²
Gambar 3.2. Bata Ringan
D. Perencanaan Campuran Beton
Tujuan dari perencanaan campuran beton adalah untuk menentukan jumlah komposisi yang tepat antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Perancangan adukan beton bertujuan untuk mendapatkan beton yang baik sesuai dengan bahan dasar yang tersedia (Tjokrodimuljo, 2007). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan campuran beton adalah sebagai berikut :
1. Kuat tekan sesuai rencana pada usia 28 hari, 2. Sifat mudah dikerjakan (workabilitiy), 3. Sifat awet,
4. Ekonomis.
Dalam perancangan campuran beton (mix design) ini menggunakan SK SNI : 03-2834-2002 (Tjokrodimuljo, 2007). Langkah-langkah pokok cara perancangan campuran beton (mix design) menurut standar ini dapat dilihat pada Lampiran 12.
E.Slump
Nilaislumpdigunakan untuk pengukuran terhadap tingkat kelecakan adukan beton segar, yang berpengaruh pada tingkat kemudahan pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump maka beton semakin encer dan semakin mudah dikerjakan. Sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin kental dan semakin sulit dikerjakan. Penetapan nilai slump untuk berbagai pengerjaan beton dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Penetapan nilaislumpadukan beton.
No Pemakaian beton Slump(cm)
maksimum Minimum
1 Dinding, plat pondasi, pondasi telapak 12,5 5,0
2 Pondasi telapak bertulang struktur bawah
9 2,5
3 Plat, balok bertulang, kolom, dinding 15 7,5
4 Pengeras jalan 7,5 5
5 Pembetonan masal 7,5 2,5
F. Perawatan Beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai proses hidrasi cukup sempurna (kira-kira selama 28 hari).Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga agar air didalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi proses penguapan air dari permukaan beton segar, sehingga air dari dalam beton segar mengalir keluar, dan beton segar kekurangan air untuk hidrasi, sehingga timbul retak-retak pada
permukaan betonya (Tjokrodimuljo, 2007 ).
Untuk menghindari terjadinya retak-retak pada beton karena proses hidrasi yang terlalu cepat, maka dilakukan perawatan beton dengan cara :
1. menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab, 2. menaruh beton segar di atas genangan air, dan 3. menaruh beton segar di dalam air.
G. Berat Jenis Beton
Tabel 3.5 Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya
Jenis Beton Berat jenis Pemakaian
Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur
Beton ringan 1,00–2,00 Struktur ringan
Beton normal 2,30–2,40 Struktur
Beton berat < 3,00 Perisai sinar X
Sumber: (Tjokrodimuljo, 2007).
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Bahan atau Material Penelitian
Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Bahan-bahan tersebut antara lain:
1. Agregat kasar pecahan bata ringan yang berasal dari Limbah Pembangunan Pesona Hotel Yogyakarta, Jln. P Diponegoro Daerah Istimewa Yogyakarta, 2. Agregat halus berupa pasir dari Gunung Merapi,
3. Air yang diambil dari Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 4. SemenPortland(Tipe 1) merek Tiga Roda kemasan 40kg,
5. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 9 buah (3 buah untuk setiap variasi) berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 30 cm, diameter 15 cm,
6. Tempat penelitian Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
B. Alat–Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11. Alat-alat tersebut diantaranya:
1. Timbangan merk Ohauss dengan ketelitian 0,1 gram, untuk mengetahui berat dari bahan-bahan penyusun beton,
2. Saringan standar ASTM, dengan ukuran 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm,
3. Shave shaker machinedengan merkTatonas, untuk mengayak agregat halus dan bata ringan,
4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merkMC, untuk menakar volume air,
5. Erlenmeyerdengan merkPyrex, untuk pemeriksaan berat jenis, 6. Mesinlos angelesuntuk pemeriksaan keausan agregat kasar, 7. Concrete mixeruntuk mencampur semua bahan pembuat beton,
8. Wajan dan nampan besi untuk mencampur dan mengaduk campuran benda uji.
9. Sekop, cetok, dan talam, untuk menampung dan menuang adukan beton ke dalam cetakan,
10. Penumbuk besi untuk menumbuk beton yang sudah dimasukkan kedalam cetakan,
11. Cetakan beton berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 30 cm, diameter 15
cm,
12. Mesin uji tekan beton merk Hung Ta kapasitas 50 MPa, digunakan untuk menguji dan mengetahui nilai kuat tekan dari beton yang dibuat,
13. Mistar dan kaliper, untuk mengukur dimensi dari alat-alat benda uji yang digunakan.
C. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan mix design, pembuatan benda uji hingga pengujian kuat tekan benda uji di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mulai
Perawatan Benda Uji Pembuatan Benda Uji Perancangan Campuran Persiapan Bahan dan Alat
Pemeriksaan Bahan
Variasi Agregat Kasar
Lolos Saringan 16 mm, 22,4 mm, 25 mm Agregat Halus
1. Gradasi 2. Kadar Air 3. Berat Jenis 4. Penyerapan Air 5. Kadar Lumpur 6. Berat Satuan
Bata Ringan
1. Berat Jenis 2. Penyerapan Air 3. Kadar Air 4. Keausan
Memenuhi
Pengujian Kuat Tekan Beton
Analisis Hasil dan Kesimpulan Ya
1. Persiapan Bahan dan Alat
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan alat dan bahan. Persiapan alat yang disiapkan berbeda-beda pada setiap jenis pengujiannya. Bahan yang dipersiapkan berupa agregat halus dan agregat kasar (pecahan bata ringan).
2. Pemeriksaan agregat halus
a. Pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)
Analisa gradasi ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir dengan menggunakan saringan/ayakan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990.
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus (pasir)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan SK SNI : 03-1970-2008.
c. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (pasir)
Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus berdasarkan SK SNI S-041989- Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus (pasir).
d. Pemeriksaan kadar air agregat halus (pasir)
Pemeriksaan kadar air dilakukan berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat halus (pasir).
e. Pemeriksaan berat satuan agregat halus (pasir)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berat satuan agregat halus (pasir).
3. Pemeriksaan agregat kasar pecahan bata ringan
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (bata ringan) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis dan mengetahui persentase berat air yang mampu diserap oleh pecahan bata ringan.
Selesai
b. Pemeriksaan kadar air pecahan bata ringan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat kasar.
c. Pemeriksaan keausan agregat bata ringan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keausan agregat kasar bata ringan.
4. Perancangan campuran beton
Rancangan campuran beton yang akan dibuat adalah sebagai berikut : a. Menggunakan cetakan silinder dengan sisi-sisinya berukuran 15 cm. b. Ukuran agregat kasar lolos saringan 16 mm, 22,5 mm dan 25 mm. c. Faktor air semen 0,50.
Tabel variasi campuran beton berdasarkan variasi pecahan bata ringan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Variasi dan jumlah benda uji
No Variasi Jumlah benda
uji tekan 1 Semen+air+pasir + agregat kasar lolos saringan 16 mm 3 2 Semen+air+pasir + agregat kasar olos saringan 22,4 mm 3 3 Semen+air+pasir + agregat kasar lolos saringan 25 mm 3
Jumlah 9
5. Pembuatan benda uji
Sebelum dilakukan pembuatan benda uji yaitu mempersiapkan bahan-bahan sesuai takaran yang ditentukan di dalammix design concrete. Metode pembuatan beton yaitu sebagai berikut:
a. Agregat kasar pecahan bata ringan dan agregat halus dicampur kedalam Concrete Mixer,
c. Kemudian campuran beton segar di keluarkan dari Concrete Mixer lalu di lakukan pemeriksaanslump,
d. Kemudian campuran beton segar dicetak kedalam cetakan Silinder dengan ukuran 30 cm x 15 cm dengan dilakukan penumbukan setiap sepertiga dari tinggi silinder.
6. Perawatan benda uji (curing)
Cara perawatan benda uji adalah sebagai berikut :
a. Setelah 24 jam cetakan beton silinder dibuka, lalu beton di bersihkan, b. Beton ditimbang dan diberi nama sesuai dengan variasi pecahan bata ringan, c. Kemudian, beton direndam di dalam air untuk menjaga agar tidak terjadi pengeringan yang lebih cepat atau proses hidrasi sehingga dapatmenimbulkan retak-retak pada permukaan beton,
d. Setelah itu, beton diangkat sesuai umur rencana beton dan didiamkan dalam suhu ruang sampai siap untuk diuji kuat tekan betonnya.
7. Pengujian kuat tekan
Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan mesin uji tekan beton yang berkapasitas kuat tekan menycapai 50 MPa, yang secara langsung dapat memberikan nilai kuat tekan benda uji, dengan beban yang dapat dibaca pada skala pembebanan. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Beban maksimum yang dapat diterima oleh benda uji dapat diketahui pada saat angka penunjuk tekanan mencapai nilai tertinggi yang diikuti hancur atau retaknya beton setelah menerima beban maksimum.
D. Analisis Hasil
Setelah pelaksanaan penelitian selesai, maka akan didapatkan beberapa data yang nantinya akan digunakan untuk membuat pembahasan dan kesimpulan dari penelitian ini. Adapun data-data yang didapatkan sebagai berikut :
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Beton
Pemeriksaan bahan susun beton yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut:
1. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) a. Gradasi Agregat Halus
Berdasarkan hasil pengujian, gradasi agregat halus (pasir dari Gunung Merapi) termasuk dalam daerah gradasi no. 2, yaitu pasir agak kasar dengan modulus halus butir sebesar 2,237 % seperti yang terlihat dalam Lampiran 1. Hasil pemeriksaan dapat dilihat dalam Tabel 5.1 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 5.1. Gradasi Kekasaran Agregat Halus
Lubang(mm) % Berat Butiran Lolos Saringan
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Tjokrodimulyo, (2007)
Tabel 5.2. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir
Ukuran
Berat Tertahan
(gram)
Berat Tertahan
(%)
Berat Tertahan Komulatif
(%)
Berat Lolos Komulatif
(%)
No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100
No.8 (2,4 mm) 0 0 0 100
No.16 (1,2 mm) 165 16,5 16,5 83,5
No.30 (0,6 mm) 281 28,1 44,6 55,4
No.50 (0,3mm) 268 26,8 71,4 28,6
No.100 (0,15 mm) 196 19,6 91 9
Pan 90 9 100 0
Total 1000 100 % 223,7 Daerah 2
Sumber : Hasil penelitian, 2016
Gambar 5.1 Grafik Gradasi Butiran
b. Kadar Air Agregat Halus
Kadar air agregat halus perlu di ketahui karena kadar air agregat halus akan mempengaruhi terhadap jumlah air yang diperlukan di dalam campuran beton. Pada pengujian kadar air pasir di dapat nilai rata-rata sebesar 6,04%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
Hasil pemeriksaan berat jenis pasir jenuh kering muka didapat sebesar 2,7 sehingga pasir ini dapat digolongkan menjadi agregat normal karena hasilnya terletak diantara 2,5 sampai 2,7. Penyerapan air dari keadaan kering menjadi keadaan jenuh kering muka adalah 1,6%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
d. Berat Satuan Agregat Halus
Berat satuan ini berfungsi untuk mengidentifikasi apakah agregat ini porous atau mampat. Semakin besar berat satuan maka semakin mampat agregat tersebut. Hal ini akan berpengaruh juga nantinya pada proses pengerjaan beton dalam jumlah besar dan juga berpengaruh pada kuat tekan
beton. Berdasarkan hasil pengujian pemeriksaan berat satuan agregat halus didapat sebesar 1,54 gr/cm³. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.
e. Kadar Lumpur Agregat Halus
Kadar lumpur agregat halus rata-rata diperoleh sebesar 1,2%, lebih kecil dari batas yang ditetapkan untuk beton normal sebesar 5%. Pasir dapat
2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar Pecahan Bata Ringan a. Kadar Air Agregat Kasar
Kadar air rata-rata yang terdapat dalam bata bingan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah 5,633%. Syarat kadar air maksimum untuk agregat normal adalah 2% (SK SNI 03-2834-2002). Dari hasil pengujian, agregat ini mengandung kadar air melebihi dari syarat. Kadar air yang dikandung agregat kasar yang melebihi ketentuan dapat mempengaruhi kuat tekan beton dikarenakan beton itu akan kelebihan jumlah air. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Berat jenis bata ringan jenuh kering muka adalah 1,05 sehingga dapat digolongkan menjadi agregat ringan, karena nilainya kurang dari 2,0 (SK SNI 03-2834-2002). Penyerapan air dari keadaan kering menjadi keadaan jenuh kering muka adalah 55,9%. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
c. Keausan Agregat Kasar
Keausan Bata Ringan sebesar 19,76% lebih kecil dari yang ditetapkan yaitu sebesar 40%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketahanan agregat terhadap durabilitas bagus, karena persyaratan agregat untuk beton < 40% ( Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
d. Berat Satuan Agregat Kasar
B. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Rencana kebutuhan bahan untuk tiap adukan beton dapat dilihat pada.Tabel 5.3, 5.4 dan 5.5. Perhitungan perencanaan campuran beton dengan metode SKSNI 03-28342002 (Tjokrodimuljo, 2007) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 5.3 Kebutuhan campuran untuk tiap 1 m3adukan beton
Lolos
16 204,9 409,8 700,16 1095,13
22.4 204.9 409,8 682,21 1113,08
25 204.9 409,8 682,21 1113,08
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015
Tabel 5.4 Kebutuhan campuran untuk tiap 1 benda uji berbagai variasi
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015 Lolos
22,4 1,08 2,17 3,61 5,90
Tabel 5.5 Kebutuhan campuran untuk tiap 3 benda uji berbagai variasi
16 3,24 6,51 11,13 17,4
22,4 3,24 6,51 10,83 17,7
25 3,24 6,51 10,83 17,7
C. Hubungan Variasi Ukuran Agregat dengan Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dimana pada umur ini kekuatan beton ini masih bisa meningkat lagi kekuatannya.
Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada tabel 5.6 dan gambar 5.2, untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 5.6 Hasil uji kuat tekan beton dengan variasi
Lolos saringan (mm)
Benda uji Fc’ silinder (Mpa) Fc’ Rata-rata
16
Berdasarkan Gambar 5.2 Nilai kuat tekan beton mengalami kenaikan seiring dengan semakin besarnya ukuran agregat kasar, namun kenaikan kuat tekan optimum beton menurun kembali ketika agregat kasar melewati lolos saringan 19 mm. Dari grafik di atas dapat peroleh nilai optimum kuat tekan beton pada agregat kasar lolos saringan 19 mm yaitu sebesar 6,793 MPa yang didapatkan dari peramaan = 0,028 ² + 1,0568 3,1782. Tabel nilai kuat tekan optimum beton dapat di lihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Nilai kuat tekan optimum beton
No Lolos saringan (mm)
Kuat tekan optimum (MPa)
1 16 6,562
2 16,5 6,636
3 17 6,695
4 17,5 6,740
5 18 6,772
6 18,5 6,789
No Lolos saringan (mm)
Kuat tekan optimum (MPa)
7 19 6,793
8 19,5 6,782
9 20 6,757
10 20,5 6,719
11 21 6,666
12 21,5 6,6
13 22 6,519
14 22,5 6,424
15 23 6,316
16 23,5 6,193
17 24 6,057
18 24,5 5,906
19 25 5,741
Sumber: Hasil pengujian, 2015
D. Berat Jenis Beton
Berat jenis beton ringan kurang dari 1000 kg/m³ - 2000 kg/m3. Beton biasanya dipakai untuk elemen-non-struktural, akan tetapi mungkin pula untuk elemen struktural-ringan. Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga struktur pendukungnya dan fondasinya lebih kecil.
Tabel 5.8 Berat Jenis Beton
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan;
1. Dari hasil penelitian didapat hasil kuat tekan beton dengan agregat kasar pecahan bata ringan lolos saringan 16 mm rata-rata nilainya adalah 6,55 MPa, saringan 22,4 mm adalah 6,43 MPa, dan saringan 25 mm rata-ratanya adalah 5,72 MPa.
2. Agregat kasar yang paling terbaik dari ketiga variasi adalah saringan 16 mm, didapat nilai kuat optimum beton sebesar 6,562 MPa. Namun berdasarkan gambar regresi kuat tekan optimum beton berada di lolos saringan 19 mm dengan nilai kuat tekan optimum sebesar 6.793 MPa.
3. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, didapat berat jenis beton sebesar 1545,03 kg/m3.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat di berikan setelah di laksanakan penelitian ini adalah:
1. Perlu diteliti ukuran agregat yang lolos saringan < 16 mm dan > 25 mm. 2. Perlu diteliti untuk persentase penggantian agregat kasar untuk
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UMY,Yogyakarta.
ASTM, 1985.American Standart Test MaterialVol. E,New York
Departemen Pekerjaan Umum, SK SNI-S-04-1989-F,Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat, Pustran Balitbang PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), SK SNI-03-1968,Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar, Pustran Balitbang PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), SK SNI-03-1974,Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standar Nasional, Jakarta.
Fajri, R (2014),Pengaruh Pemakaian Agregat Kasar Dari Limbah AMP Terhadap Kuat Tekan Beton f’c 18,5 MPa,TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian.
Fathoni, N (2015),Pengaruh Limbah Cangkang Sawit Sebagai Subtitusi Agregat Kasar Dengan Variasi FAS 0,35;0,40;0,45;0,50 Terhadap Kuat Tekan Beton,TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UMY,Yogyakarta.
Gurnasih, A (2013),Kajian Optimasi Kuat Tekan Beton Dengan Simulasi Gradasi Ukuran Butiran Agregat Kasar, TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNY,Yogyakarta.
Mulyono, T. (2005),Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.
Purwati, A (2014), Penelitian Tentang Pengaruh Ukuran Butiran Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton Kinerja Tinggi Grade 80,
TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
SK SNI-03-2834,2002,Tata Cara Peritungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,,Pustran Balitbang PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), SK SNI-03-1968, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar, Pustran Balitbang PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), SK SNI-03-1974,Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standar Nasional, Jakarta.
Mulyono, T. (2005),Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.
Gurnasih, A (2013),Kajian Optimasi Kuat Tekan Beton Dengan Simulasi Gradasi Ukuran Butiran Agregat Kasar, TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNY,Yogyakarta.
Fathoni, N (2015),Pengaruh Limbah Cangkang Sawit Sebagai Subtitusi Agregat Kasar Dengan Variasi FAS 0,35;0,40;0,45;0,50 Terhadap Kuat Tekan Beton,TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
UMY,Yogyakarta.
Anjani, M (2015),Penelitian Tentang Pengaruh Bahan Tambahan
Superplasticizer Dengan Variasi 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% Dari Berat Semen Dan Dengan Denggunakan Agregat Kasar Cangkang Kemiri 100%. TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
UMY,Yogyakarta.
Purwati, A (2014), Penelitian Tentang Pengaruh Ukuran Butiran Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton Kinerja Tinggi Grade 80,
TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Purwati, A (2014),Pengaruh Pemakaian Agregat Kasar Dari Limbah AMP Terhadap Kuat Tekan Beton f’c 18,5 MPa,TugasAkhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas TeknikUniversitas Pasir Pengaraian.
Ukuran Tertahan (gram)
Tertahan
(%)
Tertahan Komulatif
(%)
Komulatif
(%)
No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100
No.8 (2,4 mm) 0 0 0 100
No.16 (1,2 mm) 165 16,5 16,5 83,5
No.30 (0,6 mm) 281 28,1 44,6 55,4
No.50 (0,3mm) 268 26,8 71,4 28,6
No.100 (0,15 mm) 196 19,6 91 9
Pan 90 9 100 0
Total 1000 100 % 223,7 Daerah 2
Jumlah berat tertahan komulatif (%) Modulus Hasil Butiran (MHB)=
Jumlah berat tertahan (%) 223,7
= =2,237 %
100
Uraian Benda uji 1 Benda uji 2 Benda uji 3 Pasir jenuh kering muka (B1) 500 gram 500 gram 500 gram Pasir setelah keluar oven (B2) 497 gram 498 gram 498 gram
Kandungan air (B1-B2) 3 gram 2 gram 2 gram
Kadar air = x 100% 6,04 % 4,02 % 4,02 %
Rata-rata kadar air 4,693 %
a. Kandungan air = Berat jenuh kering muka - berat pasir kering tungku
= 500 - 497 = 3 gram
b. Kadar air = x 100%
= x 100%
= 6,04 %
c. Rata-rata kadar air =
Tabel Hasil Analisis Berat Jenis Agregat Halus (pasir)
Uraian Berat
Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt) 1087 gr
Berat pasir setelah kering (Bk) 500 gr
Berat piknometer berisi air (B) 773 gr
Berat pasir keadaan jenuh kering muka (SSD) 508 gr
a. Berat jenis curah (bulk specific gravity)
= = = 2,57
b. Berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)
= = = 2,73
c. Berat jenis tampak (apparent specific gravity)
= = = 2,68
d. Penyerapan air agregat halus (pasir)
a. Berat satuan
- Bejana : h = 30,03 cm d = 15,14 cm
- Berat bejana kosong (B1) = 10700 gram - Berat bejana berisi pasir SSD (B2) = 19000 gram
- Volume bejana kosong (V) = x π x d2x h
= x π x (15,14)2x 30,30
= 5406,26 cm3
Berat satuan =
=
✁
= 1,54 gram/cm3
b. Berat satuan
- Bejana : h = 32,10 cm d = 15,14 cm
- Berat bejana kosong (B1) = 11000 gram - Berat bejana berisi pasir SSD (B2) = 19400 gram
- Volume bejana kosong (V) = x π x d2x h
= x π x (15,13)2x 32,10
= 5771,29 cm3
Berat satuan =
=
✁
= 1,46 gram/cm3
Rata-rata berat satuan =
✁ ✁
Tabel Hasil Analisis kadar lumpur agregat halus (pasir)
Uraian Berat
Benda uji 1 Benda uji 2 Benda uji 3 Pasir jenuh kering muka (SSD) (B1) 500 gram 500 gram 500 gram Pasir setelah keluar oven (B2) 494 gram 486 gram 493 gram
Kandungan air (B1-B2) 6 gram 14 gram 7 gram
Kadar lumpur = x 100% 1,2% 2,8% 1,4%
a. Kandungan air = B1- B2
= 500 - 486
= 14 gram
b. Kadar lumpur = x 100%
= x 100%
= 2,8 %
c. Rata-rata kadar lumpur =
✂ ✂ ✂
Tabel Hasil Analisis kadar air bata ringan
Uraian Benda uji 1 Benda uji 2 Benda uji 3 Berat bata ringan kering muka (B1) 500 gram 500 gram 500 gram Berat bata ringan keluar oven (B2) 472 gram 476 gram 472 gram
Kandungan air (B1-B2) 28 gram 24 gram 28 gram
Kadar air = x 100% 5,93% 5,04% 5,93%
Rata-rata kadar air 5,633%
a. Kandungan air = Berat jenuh kering muka - berat pasir kering tungku
= 500 - 472
= 28 gram
b. Kadar air = x 100%
= x 100%
= 5,93 %
c. Rata-rata kadar air =
✄ ✄ ✄
Tabel hasil pemeriksaan berat jenis bata ringan
No. Uraian Berat (gram)
1. Berat bata ringan setelah dikeringkan (Bk) 1000
2. Berat bata ringan dibawah air (Ba) 81
3. Berat bata ringan keadaan jenuh kering muka (Bj) 1559
Perhitungan berat jenis curah (bulk specific gravity)
= = = 0,676
Berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)
= = = 1,05
Berat jenis tampak (apparent specific gravity)
= = = 1,08
Penyerapan air agregat kasar (bata ringan)
Tabel Hasil Analisis Keausan Bata Ringan
Jenis Pengukuran Berat Benda Uji
Berat Sebelum Masuk Mesin Los Angless (B1) 5000 Berat Setelah Masuk Mesin Long Angless (B2) 4012
Keausan = x 100% 19,76
Perhitungan Keausan Bata Ringan = x 100%
= x 100%
Berat satuan
- Bejana : h = 30 cm d = 15 cm
- Berat bejana kosong (B1) = 10700 gram
- Berat bejana berisi pasir SSD (B2) = 15500 gram
- Volume bejana kosong (V) = x π x d2x h
= x π x (15)2x 30
= 5301,43 cm3
Berat satuan =
=
☎
1. Ambil kuat tekan beton yang direncanakan (f`cr) pada umur tertentu. 2. Hitung deviasi standar menurut ketentuan berikut:
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian contoh beton pada masa lalu, maka nilai deviasi standar S tidak dapat dihitung. b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa
yang mempunyai 15 buah sampai 29 buah dan dari pengujian yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang dari 45 hari kalender, maka nilai deviasi standar harus dikalikan faktor pengali yang tercantum dalam Tabel L-10.1
Tabel L-10.1 Faktor Pengali Deviasi Standar
Jumlah Contoh Faktor Pengali
<15 15 20 25 30 atau >30
Tidak ada 1,16 1,08 1,03 1,00
3. Menghitung nilai tambah (M) dihitung dengan cara berikut:
a. Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus berikur (diambil yang terbesar):
M = 1,34. S Atau
M = 2,33 S - 3,5
21 s.d. 35 8,5
Lebih dari 35 10,0
4. Menetapkan kuat tekan beton (Fe) rata-rata menurut rumus: Fcr’ fc’ + M
dengan: fc’ = Kuat tekan beton, MPa fcr’ = Kuat tekan rata-rata, MPa M = Nilai tambah, MPa 5. Menetapkan jenis semen Portland 6. Menetapkan jenis agregat halus. 7. Menetapkan jenis agregat kasar.
8. Menetapkan faktor air semen, untuk benda uji silinder dipergunakan Gambar L-10.1.
9. Menetapkan faktor air semen maksimum dipergunakan Tabel L-10.5. 10. Menetapkan nilai faktor air semen yang dipakai yaitu yang terkecil. 11. Menetapkan nilalslumpdipergunakan Tabel L-10.3.
Tabel L-10.3 Penetapan NilaiSlumpadukan beton
Pemakaian Beton Maks (cm) Min (cm)
Dinding, plat fondasi, fondasi telapak bertulang Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur di bawah ini
Pelat, balok, kolom dan dinding Pengerasan jalan
12. Menetapkan ukuran agregat maksimum
13. Menetapkan kebutuhan kadar air bebas, dipergunakan Tabel L-10.4.
20
Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus:
A = 2/3 Ah + 1/3 Ak
dimana:
A = Jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat kasarnya 14. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen yaitu kadar air
dibagi dengan faktor air semen.
15. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin, dapat dilihat pada Tabel L-10.5.
16. Tentukan jumlah semen yaitu yang dipakai yang terbesar. 17. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen.
18. Menentukan golongan pasir lihat Tabel L-10.8
19. Perbandingan pasir dan kerikil (pasir terhadap campuran) dipergunakan Gambar L-10.2.
20. Menentukan beratjenis agregat campuran pasir dan kerikil. 21. Menentukan berat jenis beton, dapat dilihat Gambar L- 10.3.
Tabel L-10.5. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dalam Lingkungan Khusus
Jenis Pembetonan Jumlah Semen Minimum Per M3Beton (Kg)
Nilai Faktor Air Semen Maksimum Beton di dalam ruang
bangunan:
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh konden-sasi atau uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan:
a. Tidak telindung dari hujan dan terik matahari langsung
b. Terlindung dan hujan dan terik matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam air:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat
dan alkali dari tanah
Konsentrasi Sulfat Dalam Bentuk
290 330 380 0,50
Tipe I +
270 310 360 0,55
Tipe II atau
340 380 430 0,45
Tipe II atau
tipeV 290 330 380 0,50
1,0-330 370 420 0,45
Jenis Beton
Berhubungan Dengan
Semen Maksimum
Tipe Semen Ukuran Agregat Maksimum
0,50 Tipe II atau
tipe V 290 330
Air Laut 0,45 Tipe II atau
tipe V 330 370
Tabel L-10.8. Batas Gradasi Pasir
Lubang Ayakan % Berat Butir_Yang_Terlewat_Ayakan Britis
(mm)
ASTM
(No) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4 4,75 3/16 inc 90–100 90 - 100 90–100 95–100
2,36 8 60–95 75 - 100 85–100 95–100
1,18 16 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 30 15-34 35-59 60-79 80- 100
0,3 50 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 100 0-10 0-10 0-10 0-15
Keterangan: Daerah 1 = Pasir kasar Daerah 2 = Pasir agak kasar Daerah 3 = Pasir agak halus Daerah 4 = Pasir halus
2. Deviasi Standar (sd)
3. Nilai tambah (M) 7 Mpa
4. Kuat tekan rata-rata rencana (f’cr = fc’+ M) 27 Mpa
5. Jenis semen Biasa (Tipe 1)
6. Jenis agregat halus (alami/pecahan) Alami 7. Jenis agregat kasar (alami/batupecah) Batu pecah
8. Faktor air semen 0,5
9. Nilai slump 7,5-15 Cm
10. Ukuran maks agregat kasar 22,4 dan 25 Mm
11. Kebutuhan air 204,9 liter/m3
12. Kebutuhan semen (ws = point 11/FAS) 409,8 kg/m3
13. Penyesuaian jumlah air atau FAS Tidak ada
14. Daerah gradasi agregat halus Daerah 2
15. Perbandingan agregat halus dan kasar 38% dan 62% % 16. Bj agregat camp (P/100*Bj agg.hls+k/100*Bj agg.kasar) 2,6582
17. Berat beton 2410 kg/m3
18. Kebutuhan agregat campuran (17-11-12) 1795,3 kg/m3
19. Keb. agregat halus (Point 18*15) 682,214 kg/m3
20. Keb. agregat kasar (Point 18-19) 1113,086 kg/m3
21. Kesimpulan: 1 adukan/m3
22. Air 204,9 liter/m3
23. Semen 2,1725 kg/m3
24. Agg. halus 3,6167 kg/m3
25. Agg. kasar 5,9009 kg/m3
26. Total 2410 kg/m3