SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
SUKRI NPM: 20120730149
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN
MUSTAHIK
(Studi Kasus BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh:
SUKRI NPM: 2012073014
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
NOTA DINAS
Lamp. : 3 eks. Skripsi Yogyakarta, 28 Desember2016
Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu‟alaikum wr.wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Sukri
NPM : 20120730149
Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus di BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas Perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing
PENGESAHAN
Judul Skripsi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN MUSTAHIK (Studi Kasus di BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Sukri
NPM : 20120730149
Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 28 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:
Sidang Dewan Skripsi
Ketua Sidang :Sutrisno, S.E.I., M.S.I. (...)
Pembimbing : Mukhlis Rahmanto, Lc., M.A. (...)
Penguji :Dr. Maesyaroh, M.A. (...)
Yogyakarta, 28 Desember 2016
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dekan,
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sukri
Nomor Mahasiswa : 20120730149
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Judul Skirpsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN MUSTAHIK (Studi Kasus di BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakrta, 28 Desember 2016
Yang membuat pernyataan
Sukri
MOTTO
PERSEMBAHAN
Terimakasi untuk kedua orang tua saya, bapak
dan ibu yang telah memberikan doa, bimbingan,
dan semangat selama mengerjakan skripsi ini.
Terimakasi juga untuk kakak-kakak dan adek ku,
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman EPI 2012 terimakasi atas
dukungan dan bantuan-bantuan yang kalian
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr.Wb
Alhamdulilah, puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, hidayah
dan karunia-Nya sehingga penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus di BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta)” ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada program
studi Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Yogyakrta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW sosok teladan dalam segala perilaku keseharian
yang berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, doa dan saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, MSI selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Syarif As‟ad S.E.I., MSI selaku Kepala Program Studi Ekonomi
4. Bapak Mukhlis Rahmanto Lc., MA selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan saran, arahan dan
bimbingan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya kepada peneliti selama
duduk dibangku perkuliahan.
6. Keluarga khususnya Bapak dan Ibu yang telah banyak membantu, baik
secara materil maupun doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Teman-teman EPI 2012 yang telah memberikan semangat kepada peneliti
selama penyusunan skripsi.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannnya skripsi ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat peneliti harapkan dari semua pihak untuk perbaikan.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amin...
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 28 Desember 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
NOTA DINAS ...ii
PENGESAHAN SKRIPSI ...iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
ABSTRAK ...xiv
ABSTRAK ...xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB –LATIN ………xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...7
D. Sistemetika Penulisan ...9
BAB II KAJIAN TEOTI...11
A. Landasan Teori ...11
1. Pendapatan ...11
a. Defenisi Pendapatan ...11
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ...12
c. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Terhadap Kemiskinan ...14
2. Zakat ...15
a. Defenisi Zakat ...15
b. Tujuan Zakat ...16
c. Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik) ...17
d. Pendayagunaan Zakat ...19
e. Zakat dalam Usaha Produktif ...23
3. Lembaga Pengelola Zakat ...26
a. Defenisi Lembaga Pengelola Zakat ...26
b. Asas Lembaga Pengelola Zakat ...27
c. Sistem Pengelolaan ...28
d. Tujuan Pengelolaan Zakat ...31
B. Penelitian Terdahulu ...32
C. Kerangka Pemikiran ...35
D. Hipotesis ...37
A. Objek/Subjek Penelitian ...39
B. Jenis Data ...39
C. Teknik Pengambilan sampel ...40
D. Teknik Pengumpulan Data ...41
E. Variabel Penelitian ...42
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ...46
G. Analisis Data ... ...53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...55
A. Karakteristik Responden ...55
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ...57
C. Pengujian Asumsi Klasik ...59
D. Uji Signifikansi Koefisiensi Regresi ...62
E. Analisi Regresi Berganda ...65
F. Pembahasan ...68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...71
A. Kesimpulan ...71
B. Saran ...73
C. Keterbatasan Penelitian ...74
DAFTAR PUSTAKA...76
DAFTAR TABEL
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ...1
żarisKemiskinan Daerah Yogyakarta ………...2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...54
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...55
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...56
Uji Validitas ...57
Uji Reliabelitas ...58
Uji Heteroskedastisitas ...59
Uji Normalitas Data ...60
Uji Multikolinearitas ...60
Uji Autokorelasi ...61
Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ...62
Uji Signifikansi Simultas (Uji F) ...63
Uji Koefisien Determinasi ( ...64
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana zakat, lembaga pengelola zakat, pendidikan, usia dan motivasi terhadap peningkatan pendapatan mustahik penerima bantuan dana zakat produktif dari BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis data primer, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode penyebaran kuesioner. Untuk alat analisis yang digunakan adalah SPSS - v20.
Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh dana zakat, lembaga pengelola zakat, pendidikan, usia, dan motivasi terhadap peningkatan pendapatan mustahik didapat hasil yang menjelaskan bahwa dana zakat, dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan mustahik dengan nilai signifikansi untuk variable dana zakat sebesar 0,000 < 0,05 dan variable motivasi sebesar 0,009 < 0,05. Untuk varibel usia berpengaruh negatif namun signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05, sedangkan untuk lembaga pengelola zakat dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik dengan nilai signifikansi untuk variable lembaga pengelola zakat sebesar 0,242 > 0,05 dan variable pendidikan sebesar 0,102 > 0,05.Nilai signifikansi determinasi ( ) yang diperoleh adalah 0,960 yang berarti kelima variable berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan sebesar 96% dan untuk 4% lainnya dipengaruhi oleh factor diluar model penelitian. Untuk nilai signifikansi simultan (Uji F) yaitu sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti kelima variable yang digunakan dalam penelitiaan ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik.
ABSTRAK
This study aims to determine the effect of zakat, zakat management institutions, education, age and motivation to increase revenue mustahik productive zakat recipients of BAZNAS Yogyakarta. The type of research used in this thesis is a quantitative study with primary data types, and data collection methods the researchers used questionnaires. For analysis tool used is SPSS. v20.
After doing some research on the influence of zakat funds, institutions zakat, education, age, and motivation to increase revenue mustahik obtained results explain the zakat, and motivation significant effect on the increase in revenue mustahik with significant value for the zakat variable 0,000 < 0,05 and the motivation variable of 0.009 < 0.05, for age variable significant negative effect with a significance value of 0.002 < 0.05, while for zakat and educational institutions do not affect the increased revenue mustahik with significant value for the variable zakat management institutions amounted to 0.242 > 0.05 and a variable level of 0.102> 0.05. Value significance of determination ( ) obtained 0,960, that means the five variables significantly influence the increase in revenues of 96% and to 4% more influenced by factors beyond the research model. For the value of simultaneous significance (F test) is equal to 0.000 < 0.05, that means the five variables which used in this observation jointly affect the increased revenue mustahik.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata Arab Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan
0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
أ Alif - Tidak dilambangkan
Ba b be
Ta t Te
ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
خ Kha Kh Ka dan ha
د dal d de
ذ al zet (dengantitik di atas)
ر Ra r Er
ز Zai z Zet
س sin s Es
ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع „ain „... Koma tebalik di atas
gain g Ge
ف Fa f Ef
Qaf q Ki
Kaf k Ka
ل lam l el
Mim m Em
ن nun n en
Wau w we
ه ha h ha
ء Hamzah ... Apostrof
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huru Latin Nama
ــــــــــــــــ Fathah A A
ــــــــــــــــ Kasrah I I
ــــــــــــــــ ḍammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Nama Huru Latin Nama
...
َ
. Fathah Ai a dan i
... . َ kasrah au a dan u
Contoh:
تك Ditulis Kataba
ل ف Ditulis fa‟ala
ركذ Ditulis ukira
هذ Ditulis ya habu
3. Maddah
Harakat dan huruf Nama Huruf dan tanda Nama
...
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua yaitu:
1. Ta marbutah hidup
2. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan
dammah, transliterasinya adalah /t/
3. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
Jika pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta
marbutah itu transliterasinya ha.
Contoh:
ض ر
ل طأا Ditulis rauḍah al-aṭf l
ةر نملا ن دملا Ditulis al-mad nah al-munawwarah
ح ط Ditulis ṭalḥah
5. Syaddah (tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi
tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf sama dengan huruf yang
diberi tanda tasydid.
Contoh:
نَبر Ditulis Rabban
ل َزن Ditulis Nazzala
ربلا Ditulis al-birru
جحلا Ditulis al-ḥajju
6. Kata sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
alif lam (لا). Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariyyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai
bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti
kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah kata
sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan
tanda sandang.
Contoh:
لج َرلا Ditulis ar-rajulu
ةد َسلا Ditulis as-sayyidatu
سمَشلا Ditulis asy-syamsu
رم لا Ditulis al-qamaru
7. Hamzah
Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof.
Namun hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata.
Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
ء َنلا Ditulis An-Nau-u
ء ش Ditulis Syaiun
نإ Ditulis In
رمأ Ditulis Umirtu
لكأ Ditulis Akala
8. Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang
dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan
Contoh:
ن زا َرلا ر خ ل ه َنإ ditulis -Wa innallāha lahuwa khair
ar-r ziq n.
-Wa innall ha lahuwa khairur -raziqīn.
ناز ملا ل كلا ا ف أف Ditulis -Fa aufū al-kaila wa al-mīzān.
-Fa auful-kaila wal-mīz n.
سرم هرجم ه سب Ditulis Bismillāhi majrēhāwa murs h
ع طتسا نم بلا جح س َنلا ع ه ا بس ه لإ
Ditulis -Wa lillāhi ‘alan-nāsihijju al-baiti man-istaṭā’a ilaihi sabīlā.
9. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital dikenal, namun
dalam transliterasi ini huruf tersebut dipergunakan huruf kapital seperti apa
yang berlaku dalam EYD, di antaranya:
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan
permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf yang nama diri tersebut, bukan huruf
awal kata sandangnya.
Contoh:
سر ََإ دمحم م
كبب ذَ ل س َن ل عض ب ل َ أ َنإ ًكر ب
Ditulis Inna awwala baitin wuḍi‟a linn si
lalla i bi Bakkata mubarakan
نأر لا ه ف لزن أ ذَلا ن ضمر ر ش Ditulis -Syahru Ramaḍana al-lazi unzila fīh al-Qur’ān.
-Syahru Ramaḍanal-lazi unzila fīhil
-Qur’ānu.
ن بملا فأ ب هاءر د ل Ditulis -Wa laqad ra’āhu bi al-ufuq
al-mubīni
-Wa laqad ra’āhu bil-ufuqil-mubini.
ن مل لا ر ل دمحلا Ditulis Alḥamdulillāhi rabbi al-‘ālamīn
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana zakat, lembaga pengelola zakat, pendidikan, usia dan motivasi terhadap peningkatan pendapatan mustahik penerima bantuan dana zakat produktif dari BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis data primer, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode penyebaran kuesioner. Untuk alat analisis yang digunakan adalah SPSS. v20.
Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh dana zakat, lembaga pengelola zakat, pendidikan, usia, dan motivasi terhadap peningkatan pendapatan mustahik didapat hasil yang menjelaskan bahwa dana zakat, dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan mustahik dengan nilai signifikansi untuk variable dana zakat sebesar 0,000 < 0,05 dan variable motivasi sebesar 0,009 < 0,05. Untuk varibel usia berpengaruh negatif namun signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05, sedangkan untuk lembaga pengelola zakat dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik dengan nilai signifikansi untuk variable lembaga pengelola zakat sebesar 0,242 > 0,05 dan variable pendidikan sebesar 0,102 > 0,05.Nilai signifikansi determinasi ( ) yang diperoleh adalah 0,960 yang berarti kelima variable berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan sebesar 96% dan untuk 4% lainnya dipengaruhi oleh factor diluar model penelitian. Untuk nilai signifikansi simultan (Uji F) yaitu sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti kelima variable yang digunakan dalam penelitiaan ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik.
ABSTRAK
This study aims to determine the effect of zakat, zakat management institutions, education, age and motivation to increase revenue mustahik productive zakat recipients of BAZNAS Yogyakarta. The type of research used in this thesis is a quantitative study with primary data types, and data collection methods the researchers used questionnaires. For analysis tool used is SPSS. v20.
After doing some research on the influence of zakat funds, institutions zakat, education, age, and motivation to increase revenue mustahik obtained results explain the zakat, and motivation significant effect on the increase in revenue mustahik with significant value for the zakat variable 0,000 <0, 05 and the motivation variable of 0.009 <0.05, for age variable significant negative effect with a significance value of 0.002 <0.05, while for zakat and educational institutions do not affect the increased revenue mustahik with significant value for the variable zakat management institutions amounted to 0.242> 0.05 and a variable level of 0.102> 0.05. Value significance of determination ( ) obtained 0,960, that means the five variables significantly influence the increase in revenues of 96% and to 4% more influenced by factors beyond the research model. For the value of simultaneous significance (F test) is equal to 0.000 <0.05, that means the five variables which used in this observation jointly affect the increased revenue mustahik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam
upaya membangun perekonomian, salah satunya adalah kemiskinan.
Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik tercatat jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang (11,22%).
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada september 2014,
maka selama enam bulan tersebut terjadi kenaikan jumlah penduduk
miskin sebesar 0,86 juta orang. Sementara apabila dibandingkan dengan
Maret tahun 2014 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan sebanyak
0,31 juta orang (BPS, 2015).
Tabel 1.1
Jumlah dan Persentase penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2014-Maret 2015
Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase
(Juta Orang) Penduduk Miskin
Tabel 1.1 memperlihatkan data jumlah penduduk miskin
berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode September 2014-Maret
2015, jumlah penduduk miskin didaerah perkotaan mengalami kenaikan
sebesar 0,29 juta sedangkan daerah perdesaan mengalami kenaikan sebesar
0,57 juta orang.
Pada table 1.2 diperoleh jumlah penduduk miskin di Kota
Yogyakarta tahun 2014-2015. Dalam data tersebut terlihat Garis
kemiskinan pada Maret 2015 adalah Rp 335.886,- per kapita per bulan.
Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2014 yang garis kemiskinannya
sebesar Rp 313.452,- per kapita per bulan, terjadi kenaikan sebesar 7,16
persen dan jika dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang
besarnya Rp 321.056,- per kapita per bulan, maka tampak adanya
kenaikan garis kemiskinan sebesar 4,62 persen. Terjadinya peningkatan
garis kemiskinan ini sejalan dengan terjadinya inflasi Maret 2014 ke Maret
2015 yang sebesar 5,13 persen, serta inflasi September 2014 - Maret 2015
Mar-15 236 342 75 907 312 249
datang jika hal tersebut dibiarkan dan tidak mendapat perhatian khusus.
Yahya et.al (2010) dalam Garry (2011: 1) kemiskinan erat kaitannya
dengan ketimpangan distribusi pendapatan, tidak meratanya distribusi
pendapatan akan memicu terjadinya ketimpagan pedapatan yang
merupakan awal dari muculnya masalah kemiskinan.
Dalam hal mengatasi masalah kesenjangan distribusi pendapatan
dan pengurangan kemiskinan tersebut pengembangan usaha produktif
seperti UMKM dapat menjadi solusi tepat, karena UMKM dapat menyerap
tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha
kecil baik tradisional maupun moderen (Tambunan, 2012). Setiawan
(2011) dalam Wulansari (2013: 3) dengan memberikan pinjaman dalam
bentuk micro credit merupakan salah satu upaya dalam mengatasi
kemiskinan, hal ini didasarkan bahwa masyarakat miskin terbagi pada
beberapa klasifikasi yaitu: pertama, masyarakat yang sangat miskin (the
extreme poor) adalah mereka yang tidak yang berpenghasilan dan tidak
memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat dikategorikan miskin
namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor),
yang berpenghasilan namun tidak banyak. Dalam pemberian bantuan,
lebih diprioritaskan kepada orang miskin yang termasuk dalam kelompok
near poor yang merupakan orang miskin yang masih memiliki kegiatan
produktif tetapi termasuk kelompok yang susah dalam mengakses modal
dan ketika terjadi gejolak ekonomi, kelompok ini adalah yang paling
rentan terkena dampaknya. Kelompok miskin golongan near poor lebih
diproritaskan dalam pemberian bantuan agar dapat mengembangkan
usahanya. Mengembangkan kelompok usaha ini secara riil strategis,
setidaknya dilihat beberapa alasan yaitu: 1) mereka telah mempunyai
kegiatan ekonomi produktif sehingga kebutuhannya adalah pengembangan
dan peningkatan kapasitas bukan penumbuhan, sehingga lebih mudah dan
pasti; 2) apabila kelompok ini diberdayakan secara tepat, mereka akan
secara mudah berpindah menjadi sektor usaha kecil; 3) secara efektif
mengurangi kemiskinan yang diderita oleh mereka sendiri, maupun
membantu penanganan rakyat miskin kategori fakir miskin, serta usia
lanjut dan muda.
Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah guna mendukung
kegiatan usaha produktif masyarakat ini dengan memberikan bermacam
kebijakan, dan program-program seperti Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Namun mengingat terbatasnya anggaran untuk bantuan modal usaha
dibandingkatn dengan jumlah masyarakat yang membutuhkan
itu, diperlukan sumber pendanaan lainnya yang bisa membantu
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini.
Zakat sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar untuk
dijadikan sebagai solusi dalam masalah pendanaan dalam membantu
mengembangkan usaha masyarakat menengah kebawah, dikarenakan
indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama
muslim sehingga diharapkan potensi ini dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin guna merealisasikan pengentasan kemiskinan. Ketuan Umum
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Didin Hafidhuddin dalam Antara
News.com menyatakan potensi zakat Indonesia mencapai Rp 200 triliun
lebih dan ini dapat membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan
(Antara News.com, 29 Juli 2015).
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang amat vital dalam
pembangunan kesejahteraan umat Islam. Zakat memiliki hikma yang dapat
dikatagorikan dalam dua dimensi: dimensi vertikan dan dimensi
horizontal. Dalam hal ini, zakat menjadi perwujudan dari ketundukan
(‘ibadah) seseorang kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari
ungkapan solidaritas-kepedulian sosial (ibadah sosial). Bisa dikatakan,
seseorang yang melaksanakan zakat dapat mempererat hubungannya
dengan Allah (hablun min Allah) dan hubungan sesama manusia (hablun
min annas). Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada
Di indonesia, pengelolaan zakat diatur dalam Undang-Undang No.
23 tahun 2011 yang berisi pedoman teknis pengelolaan zakat yang
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta
pendayagunaan zakat. Pada awalnya dana ZIS terutama zakat lebih sering
digunakan dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumtif untuk keperluan
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari namun saat ini pendistribusian
zana zakat sampai pada zakat sebagai sumber dana produktif yang
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian.
Zakat produktif adalah mendistribusikan dana zakat kepada para
mustahik dengan cara produktif. Zakat produktif diberikan untuk modal
usaha, agar dengan usahanya itu mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sepanjang hayat (Asnaini, 2008). Secara teoritis, ekonomi
mustahik diberdayakan secara produktif biasanya mustahik sudah
memiliki usaha sendiri atau kalaupun pada awalnya tidak memiliki usaha
sendiri maka dengan program pembinaan yang dilakukan oleh
masing-masing lembaga para mustahik didorong untuk memiliki usaha sendiri
sehingga mampu menopang kehidupannya dimasa yang akan datang.
Badan Amil Zakat Nasional merupakan lembaga keuangan syariah
yang bertugas menghimpun dana masyarakat dan mendistribusikannya
kembali. BAZNAS merupakan salah satu lembaga yang telah banyak
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang
masyarakat dengan zakat produktif Badan Amil Zakat Nasional Daerah
Istimewah Yogyakarta mempunyai Program Rumah Makmur BAZNAS
yang dimana dana zakat produktif disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan tambahan modal untuk usaha yang sedang dijalanai, atau
diberikan sebagai modal untuk membuat suatu usaha yang diharapkan
nanti dapat membantu hidup meraka kedepannya.
Dari adanya realistis empirik tentang praktik sosial berupa
distribusi dana zakat produktif inilah yang menjadi ketertarikan penulis
lebih lanjud untuk melakukan kajian mengenai “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan Mustahik (Studi Kasus di Rumah Zakat
Yogyakarta) ”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jumlah dana zakat yang disalurkan berpengaruh pada
peningkatan pendapatan mustahik?
2. Apakah lembaga pengelolah zakat memiliki pengaruh terhadap
peningkatan pendapatan mustahik?
3. Apakah tingkat pendidikan mustahik berpengaruh pada peningkatan
pendapatan mustahik?
4. Apakah usia mustahik berpengaruh pada peningkatan pendapatan
mustahik?
5. Apakah motivasi berpengaruh pada peningkatan pendapatan
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah dana zakat yang
diterima mustahik terhadap peningkatan pendapatan setelah
menerima zakat.
b. Menganalisis seberapa besar pengaruh lembaga pengelola zakat
yang memberikan pendampingan, pengawasan, dan pelatihan
terhadap peningkatan pendapatan mustahik.
c. Menganalisis pengaruh latar belakang pendidikan yang dimiliki
oleh mustahik terhadap peningkatan pendapatannya setelah
menerima zakat.
d. Menganalisis seberapa besar pengaruh usia mustahik terhadap
peningkatan pendapatannya setelah menerima zakat modal usaha.
e. Menganalisis seberapa besar pengaruh motivasi terhadap
peningkatan pendapatan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sumber pengetahuan, rujukan, serta acuan bagi semua pihak yang
membutuhkan guna pengembangan lebih lanjud.
b. Kegunaan Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dengan menjadikan penelitian ini sebagai solusi untuk mengetahui
faktor yang dapat membantu meningkatkan pendapan mustahik.
D. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari beberapa
bab atau bagian yaitu BAB I: Pendahuluan, BAB II: Tinjauan Pustaka dan
Kerangka Teori, BAB III: Metode Penelitian, BAB IV: Hasil dan
Pembahasan, BAB V: Penutup.
1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, sistematika pembahasan.
2. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan
kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu
berupa artikel ilmiah, hasil penelitian maupun buku.
3. BAB III: METODE PENELITIAN
Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti
berserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, defenisi
konsep dan fariabel, serta analisis data yang digunakan.
4. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi: (1) Hasil Penelitian. Klasifikasi bahasan disesuaikan dengan
pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus
digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan
tersendiri.
5. BAB V: PENUTUP
Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi.
Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian
yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Kesimpulan
diperoleh berdasarkan hasil analisi dan interpretasi data yang telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Landasan Teori 1. Pendapatan
a. Defenisi pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh
seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis
masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, beternak,
buruh, serta berdagang dan juga bekerja pada sektor pemerintah
dan swasta (Pitma, 2015:38).
Pada konsep ekonomi, menurut Adam Smith penghasilan
adalah jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa harus mengakibatkan
penurunan modal, termasuk modal tetap (fixed capital) dan modal
berputar (circulating capital). Hicks mengatakan bahwa
penghasilan adalah jumlah yang dikonsumsi oleh seseorang selama
jangka waktu tertentu. Sementara itu, Henry C Simon yang
memandang dari sudut penghasilan perorangan, mendefenisikan
penghasilan sebagai jumlah dari nilai pasar barang dan jasa yang
dikonsumsi dan perubahan nilai kekayaan yang ada pada awal dan
akhir satu periode (Hafido, 2015:33).
Standar Akutansi Keuangan (2002: 23.2) mendefinisikan
pendapatan sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk bruto
selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
Pada hakikatnya pendapatan yang diterima oleh seseorang
maupun badan usaha tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti tingkat pendidikan dan pengalaman seorang, semakin tinggi
tingkat pendidikan dan pengalaman maka makin tinggi pula tingkat
pendapatanya, kemudian juga tingkat pendapatan sangat
dipengaruhi oleh modal kerja, jam kerja, akses kredit, jumlah
tenaga kerja, tanggungan keluarga, jenis barang dagangan (produk)
dan faktor lainya. Pada umumnya masyarakat selalu mencari
tingkat pendapatan tinggi untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya, akan tetapi dibatasi oleh beberapa faktor tersebut
(Pitma, 2015:38).
Menurut Miller (1997) dalam Yuliani (2011: 33), ada berbagai
faktor yang menjadi penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Usia, pekerja muda biasanya masih terbatas keterampilan
dan pengalamannya. Produk fisik marjinal mereka lebih
rendah daripada rata-rata produk fisik marjinal yang
dihasilkan oleh para pekerja yang lebih berumur dan
2) Karakteristik bawaan, besarnya pendapatan kalangan
tertentu besarnya sangat ditentukan oleh karakteristik
bawaan mereka. Sejauh mana besar kecilnya pendapatan
dihubungkan dengan karakteristik bawaan masih
diperdebatkan, apalagi keberhasilan seseorang seringkali
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan masyarakatnya.
3) Keberanian mengambil resiko, mereka yang bekerja di
lingkungan kerja yang berbahaya biasanya memperoleh
pendapatan lebih besar. Cetaris Paribus, siapapun yang
berani mempertaruhkan nyawanya dibidang kerja akan
mendapatkan imbalan lebih besar.
4) Ketidapastian dan variasi pendapatan. Bidang-bidang kerja
yang hasilnya serba tidak pasti, misalnya bidang kerja
pemasaran, mengandung resiko yang lebih besar. Mereka
yang menekuni bidang itu dan berhasil, akan menuntut dan
menerima pendapatan yang lebih besar, melebihi mereka
yang bekerja di bidang-bidang yang lebih aman.
5) Bobot latihan, bila karakteristik bawaan dianggap sama
atau diabaikan, maka mereka yang mempunyai bobot
latihan yang lebih tinggi pasti akan memperoleh
pendapatan yang lebih besar.
6) Kekayaan warisan, Mereka yang memiliki kekayaan
mampu memperoleh pendapatan daripada mereka yang
tidak memiliki warisan, sekalipun kemampuan dan
pendidikan mereka setara.
7) Ketidaksempurnaan pasar, monopoli, monopsoni, kebijakan
sepihak serikat buruh, penetapan tingkat upah minimun
oleh pemerintah, ketentuan syaratsyarat lisensi, sertifikat
dan sebagainya, semuanya turut melibatkan
perbedaan-perbedaan pendapatan dikalangan kelas-kelas pekerja,
8) Diskriminasi, di pasar tenaga kerja sering terjadi
diskriminasi ras, agama, atau jenis kelamin dan itu semua
merupakan penyebab variasi tingkat pendapatan.
c. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan terhadap Kemiskinan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya
ketidakmerataan pendapatan merupakan salah satu inti masalah
pembangunan, terutama di negara sedang berkembang. Melalui
pembahasan yang mendalam mengenai masalah ketidakmerataan
dan kemiskinan dapat dijadikan dasar untuk menganalisis masalah
pembangunan yang lebih khusus seperti pertumbuhan penduduk,
pengangguran, pembangunan pedesaan, pendidikan, dan
sebagainya. Todaro (2000) dalam Garry (2011: 50), menyebutkan
bahwa pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap kemsikinan dipengaruhi oleh adanya pertambahan
terhadap penduduk miskin, terutama yang paling miskin.
Kebanyakan keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga
banyak, sehingga memburuknya kemiskinan mereka dengan
sendirinya akan dibarengi dengan memburuknya ketimpangan
pendapatan atau kesejahteraan.
Salah satu penyebab dari kemsikinan adalah adanya
ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya
akan menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Secara
umum, ketimpangan distribusi pendapatan sejalan dengan tingkat
kemiskinan. Ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin
melebar menunjukkan terjadinya peningkatan kemiskinan di suatu
wilayah (Garry, 2011:50). Diketahui bahwa ketimpangan distribusi
pendapatan adalah awal terjadinya masalah kemiskinan yang
menurun, oleh karena itu dibutuhkan suatu mekanisme
pendistribusian pendapatan agar dapat lebih merata.
2. Zakat
a. Defenisi zakat
Kata zakat adalah bentuk dasar (mashdar) dari kata zakaa
yang secara bahasa berarti: berkah (al-barakah), tumbuh
subur/berkembang (al-nama’), suci (al-thaharah), dan penyucian
Adapun pengertian zakat menurut istilah fiqih adalah
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada golongan yang berhak menerimanya. Yang dimaksud
dengan definisi „tertentu‟ di atas yakni bahwa harta yang
diwajibkan Allah untuk dizakatkan itu sudah tentu jenisnya,
tertentu jumlahnya, dan tertentu batas waktunya (Syakir,
2010:194).
b. Tujuan Zakat
Tujuan Zakat, antara lain:
1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar
dari kesulitan hidup serta penderitaan.
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
para gharimin, ibnussabil, dan mustahiq lainnya.
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama
umat Islam dan manusia pada umumnya.
4) Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.
5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)
dari hati orang-orang miskin.
6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin dalam suatu masyarakat.
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
8) Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban
dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.10
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pada BAB II Tentang
Tujuan Zakat di jelaskan Pada Pasal 5 Berbunyi :
1) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam
menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.
2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dal
upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial.
3) Meningkatkan hasil guna dan berdaya guna
c. Golongan yang berhak menerima zakat (mustahik)
Mustahik adalah orang atau badan yang berhak menerima
zakat. Ada delapan golongan (ashnaf) yang berhak menerima harta
zakat berdasarkan pada firman Allah SWT, dalam QS.
At-“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”(QS. At-Taubah/9: 60).
Berdasarkan ayat di atas maka 8 golongan yang berhak
menerima zakat (mustahiq) adalah sebagai berikut (Syakir,
2010:217-218):
1) Fakir adalah orang yang melarat hidupnya karena ketiadaan
sarana (harta) dan prasarana (tenaga) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2) Miskin adalah orang yang serba kekurangan, tidak pernah
terpenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun mungkin sudah
berusaha secara maksimal.
3) Amil adalah pengurus atau pengelola zakat yang bertugas
mengumpulkan dan mendistribusikan harta zakat kepada
para mustahik.
4) Mu‟allaf adalah orang yang terbujuk hatinya masuk Islam
atau orang yang mempunyai potensi memeluk agama Islam.
5) Riqab adalah budak atau tawanan perang dalam rangka
membebaskan merekadari perbudakan atau penawanan.
6) Gharim adalah orang yang terililit hutang dan dia tidak bisa
melunasi hutangnya kecuali dengan bantuan orang lain.
kemudian karena salah perhitungan dia kemudian jadi
bangkrut dan menjadi banyak hutang. Tidak ada zakat bagi
orang yang terlilit hutang akibat kegiatan maksiat, berjudi
dan semacamnya.
7) Sabilillah adalah jihad dan dakwa Islam, baik secara
individu (perorang) maupun secara kolektif (dalam bentuk
lembaga atau organisasi dakwa).
8) Ibnu sabil musafir yang kehabisan bekal untuk melanjudkan
perjalanannya.
d. Pendayagunaan zakat
Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannya dengan
bagaimana cara pendistribusiannya. Kondisi ini dikarenakan jika
pendistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka
pendayagunaan zakat akan lebih optimal dalam Undang-Undang
No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai
pendayagunaan adalah:
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar
Dalam pendayaan dana zakat, terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat ataua lembaga pengelola
zakat. Hal tersebut termasuk didalam keputusan Menteri Agama RI
No. 373 tahun 2003 tentang pengelolaan dana zakat. Adapun
jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:
1) Berbasis Sosial
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk
pemberian dana langsung berupa santunan sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan pokok mustahik. Ini disebut juga
Program Karitas (santunan) atau hibah konsumtif. Program
ini merupakan bentuk yang paling sederhana dari
penyaluran dana zakat. Tujuan utama bentuk penyaluran ini
adalah antara lain:
a) Untuk menjaga keperluan pokok mustahik.
b) Menjaga martabat dan kehormatan mustahik dari
minta-minta.
c) Menyediakan wahana bagi mustahik untuk
meningkatkan pendapatan.
d) Mencegah terjadinya eksploitasi terhadap mustahik
untuk kepentingan yang menyimpang.
2) Berbasis pengembangan ekonomi
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk
maupun tidak langsung, yang pengelolaannya bisa
melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik
sasaran.penyaluran dana zakat ini diharapkan hasilnya
dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.
Naution (2008) dalam Wulansari (2013: 23) dalam
pendistribusian dana zakat, pada masa kekinian dikenal dengan
istilah zakat konsumtuif dan zakat produktif. Hampir seluruh
lembaga pengelola zakat menerapkan metode ini. Secara umum
kedua katagori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pemberian
zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahik.
Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian
dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif,
adapun penjelasan lebih rinci dari keempat bentuk penyaluran
zakat tersebut adalah:
1) Konsumtif Tradisional
Maksud pendistribusian zakat secara konsumtif
tradisional adalah bahwa zakat dibagikan kepada mustahik
dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi
sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang
kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat
mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahik
karena mengalami musibah. Pola ini merupakan program
jangka pendek dalam rangka mengatasi permasalahan umat.
2) Konsumtif Kreatif
Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif
adalah yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif
dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam
mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang
dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat-alat
sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana
ibadah seperti sarung dan mukenah, bantuan alat pertanian,
seerti cangkul untuk petani, gerobak jualan untuk pedagang
kecil.
3) Produktif Konvensional
Pendistribusian zakat secara produktif konvensional
adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang
produktif, dimana dengan menggunakan barang-barang
tersebut, para muzakki dapat menciptakan suatu usaha,
seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perah atau
untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit.
4) Produktif Kreatif
Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah
zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal
pembangunan sekolah, sarana kesehatan atau tempat ibadah
maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi
pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.
e. Zakat dalam usaha produktif
Implikasi zakat adalah memenuhi kebutuhan masyarakat
yang kekurangan, memperkecil jurang kesenjangan ekonomi,
menekan jumlah permasalahan sosisal, dan menjaga kemampuan
beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha. Dengan kata
lain zakat menjaga konsumsi masyarakat pada tingkat yang
minimal, sehingga perekonomian dapat terus berjalan. Zakat
menjadikan masyarakat tumbuh dengan baik, zakat dapat
mendorong perekonomian.
Sariningrum (2011) dalam Wulansari (2013: 25) Zakat
bukanlah pajak, tetapi pungutan khusus yang hanya diwajibkan
bagi umat muslim yang mampu. Zakat merupakan pendapatan
khusus pemerintah yang harus dibelanjakan untuk
kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk membantu pengangguran, fakir
miskin, dan sebagainya. Zakat membentuk masyarakat untuk
bekerja sama bertindak sebagai lembaga penjamin dan penyedia
dana cadangan bagi masyarakat muslim.
Tujuan zakat yaitu memperbaiki taraf hidup rakyat
Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Media
orang miskin. Adapun sasaran zakat, yaitu antara lain memperbaiki
taraf hidup, pendidikan dan beasiswa, mengatasi masalah
ketenagakerjaan atau pengangguran, dan program pelayanan
kesehatan.
Zakat terhadap produksi dengan asumsi para muzakki
adalah golongan yang umumnya bekerja sebagai produsen, maka
manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat
konsumsi yang terus terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan
dibelanjakan oleh mustahik untuk mengkonsumsi barang dan jasa
dari produsen. Jadi semakin tinggi jumlah zakat, maka semakin
tinggi pula konsumsi yang dapat mendorong ekonomi. Saat ini
zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan yang sifatnya hanya
konsumtif, akan lebih bermanfaat jika zakat dapat peberdayakan
secara produktif. Karena ini yang akan membantu para mustahik
tidak hanya dalam jangka pendek tetapi untuk jangka yang lebih
panjang. Keberadaan zakat yang memang pada mulanya ditujukan
untuk memberantas kemiskinan menimbulkan
pemikiran-pemikiran dan inovasi dalam penyaluran dana zakat itu sendiri,
salah satunya sebagai bantuan dalam usaha produktif.
Dengan adanya zakat, maka akan adanya distribusi
pendapatan dari muzakki dan middle income ke penerima zakat.
Pada awalnya mustahik berada pada golongan paling bawah.
pendapatannya melalui usaha produktif dengan dari dana zakat
yang mereka terima. Diharapkan susunan masyarakat akan berubah
atau dengan tujuan menjadikan mustahik menjadi seorang
muzakki.
Dana zakat produktif diwujudkan dalam bentuk bantuan
modal terhadap usaha mustahik. Zakat produktif yaitu zakat yang
diberikan oleh lembaga amil kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan modal, bantuan dana zakat produktif
sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu
untuk mengembangkan kondisi enonomi dan potensi produktivitas
mustahik. Dalam istilah ekonomi, zakat adalah merupakan
tindakan tranfer of income (pemindahan kekayaan) dari golongan
kaya (agniya/the have) kepada golongan yang tidak berpunya (the
have not). Tindakan pengalihan mengubah sifat zakat dari
dogmatis menjadi ekonomis, terutama ketika zakat dimobilisasi
sedemikian rupa untuk kepentingan ekonomi produktif. Zakat
untuk usaha produktif merupakan zakat yang harus diberikan
kepada mustahik sebagai modal atau sumber pendapatan bagi
mustahik. Dalam pendayagunaan dana zakat untuk
aktivitas-aktivitas produktif memiliki beberapa prosedur. Aturan tersebut
terdapat dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
pengelola zakat, Bab V pasal 29 yaitu sebagai berikut :
2) Menetapkan jenis usaha produktif.
3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan.
4) Melakukan pemantauan pengendalian dan pengawasan.
5) Melakukan evaluasi.
6) Membuat laporan.
3. Lembaga Pengelola Zakat
a. Defenisi Lembaga Pengelola Zakat
Lembaga pengelola zakat adalah sebuah institusi yang bertugas
dalam pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, baik yang dibentuk oleh
masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. Menurut UU
No.23 Tahun 2011 dinyatakan bahwa:
“Pengelola zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.” Berdasarkan peraturan perundangan-undangan,
di Indonesia terdapat dua jenis Organisasi Pengelola Zakat, yaitu
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat adalah Lembaga Pengelola Zakat yang dibentuk
oleh pemerintah dan terdiri atas pemerintah dan masyarakat,
sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang dibentuk
oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial,
dan kemaslahatan umat yang bertugas mengumpulkan,
b. Asas Lembaga Pengelola Zakat
Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelola Zakat memiliki
asas-asas yang menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011,
disebutkan bahwa asas-asas Lembaga Pengelola Zakat adalah:
1) Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Lembaga
Pengelola Zakat haruslah berpedoman sesuai dengan syariat
Islam, mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara
pendistribusian zakat.
2) Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi organisasi
yang dapat dipercaya.
3) Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus mampu
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik.
4) Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola
Zakat harus mampu bertindak adil.
5) Kepastiam Hukum. Dalam pengelolaan zakat haruslah terdapat
jaminan kepastian hukum bagi mustahik dan muzakki.
6) Terintegrasi. Pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis
dalam upaya ,meningkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat
7) Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus dapat
c. Sistem pengelolaan
Setiap lembaga pengelola zakat dalam oprasional kegiatannya
perlu memiliki sistem-sistem dalam pengelolaan, diantaranya (Ahmad
Hasan, 2013: 134):
1) Tersistem dan Prosedural
Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua
kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan
tertulis sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung pada
figur tertentu, tetapi bergantung pada sistem. Jika terjadi
pergantian personel, aktivitas lembaga tidak akan terganggu.
2) Manajemen Terbuka
Sebagai suatu lembaga publik, lembaga pengelola zakat
sudah selayaknya menerapkan manajemen terbuka, yaitu adanya
hubungan timbal balik antara pengelola zakat dan masyarakat.
Dengan demikian, akan terjadinya sistem kontrol yang melibatkan
unsur luar, yaitu masyarakat sendiri melalui publikasi hasil
pengumpulan dan penyaluran di media massa.
3) Mempunyai Rencana Kerja
Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan
kemampuan sumber daya manusia lembaga. Dengan dimilikinya
4) Mempunyai Komite Penyaluran
Agar dana dapat tersalur kepada yang benar-benar berhak,
harus ada suatu mekanisme yang jelas, salah satunya adalah
dibentuknya komite penyaluran. Tugas komite ini adalah
menyeleksi setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah
dana yang disalurkan telah sesuai dengan ketentuan syariah,
priorotas, dan kebijakan lembaga? Prioritas penyaluran perlu
dilakukan. Hal ini harus berdasarkan survei lapangan, baik dari
sisi asnaf mustahik maupun bidang garapan (ekonomi,
pendidikan, dakwah, kesehatan, sosial, dan sebagainya). Prioritas
ini harus dilakukan karena terbatasnya sumber daya dan dana dari
lembaga.
5) Memiliki Sistem Akutansi dan Manajemen Keuangan
Sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana
masyarakat, lembaga pengelula zakat harus memiliki sistem
akutansi dan manajemen keuangan yang baik meskipun sederhana
dalam rangka pertanggungjawaban keuanagn lembaga tersebut.
Hal ini disebabkan oleh:
a) Akuntabilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan karena
berbagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan
b) Keamanan dana relatif lebih terjamin karena terdapat sistem
kontrol yang jelas. Semua transaksi akan lebih mudah
ditelusuri;
c) Efisiensi dan efektivitas relatif lebih mudah dilakukan.
6) Diaudit
Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi, diauditnya
suatu lembaga pengelola zakat sidah menjadi keniscayaan, baik
oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili
oleh Komisi Pengawas, sedangkan auditor eksternal dapat
diwakili oleh kantor akutansi publik, lembaga legislatif, atau
lembaga audit independen lainnya. Ruang lingkup audit meliputi:
a) Aspek keuangan;
b) Aspek kinerja (efisiensi dan efektivitas);
c) Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah Islam;
d) Penerapan peratuaran perundang-undangan.
7) Publikasi
Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada
publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya
pengelola. Caranya dapat melalui media massa, dikirimkan
langsung kepada para muzakki, atau ditempel dalam papan
pengumuman yang ada di kantor pengelola zakat yang
laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima
bantuan, dan sebagainya.
8) Komitmen Perbaikan Terus-menerus
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dilakukannya
peningkatan dan perbaikan terus-menerus. Oleh karena itu, agar
tidak dilindas zaman, perlu diadakan perbaikan manajemen
pengelola zakat secara terus-menerus sesuai dengan tuntutan
perubahan dan kebutuhan meliputi jasa pelayanan, SDM, dan
lingkukan melalui sistem Total Quality Management (TQM) yang
berlandaskan pada usaha peningkatan kualitas sebagai strategi
usaha dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan (muzakki,
mustahik, dan masyarakat) dengan melibatkan seluruh unsur
pegawai dalam lembaga. Selanjudnya, kualitas organisasi
ditentukan oleh masyarakat/pelanggan prioritas utama dalam
jaminan kualitas ialah memiliki priranti yang andal dan sahih
tentang penilaian pelanggan/masyarakat terhadap badan/Lembaga
Pengelola Zakat. Piranti tersebut dapat berupa angket atau
publikasi dalam transparansi dalam penggalangan dan
pendayagunaan zakat.
d. Tujuan Pengelolaan Zakat
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, tujuan pengelolaan zakat
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah
sebuah OPZ untuk mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri,
yaitu optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien dan efektif,
OPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada dengan
maksimal.
2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan
Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang
disalurkan benar-benar sampai pada orang yang tepat dan
menyalurkan dana zakat tersebut dalam bentuk yang produktif
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif dapat dilakukan
dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home
industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan mustahik diantaranya adalah;
1. Anisa Nur Rakhma (2014) yang meneliti salah satu program
penyaluran dana ZIS pada Lazis Baitul Ummah Semarang yang
disalurkan dalam bentuk modal usaha. Dengan hasil penelitian yaitu;
variabel jumlah ZIS produktif, pendampingan usaha, jumlah anggota
keluarga, frekuwensi ZIS produktif, dan umur mustahik secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
mustahik. Sementara itu, secara parsial hanya variabel frequensi ZIS
produktif dan umur mustahik yang berpengaruh signifikan terhadap
kesejaterahan mustahik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif deskriptif, dan teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, sedangkan metode
pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder.
2. Stevani Fitria Osika Fajrin (2015) dalam jurnalnya yang berjudul
Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Keuntungan Usaha Mikro
Mustahik (Studi Kasus LAZ El-Zawa UIN Maliki Malang). Metode
yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk mengetahui besarnya variabel-variabel dalam
mempengaruhi tingkat keuntungan usaha mikro mustahik.
Variabel-variabel yang dianalisis meliputi total output, modal usaha mikro
mustahik, dan keaktifan mustahik. Variabel tersebut disusun menjadi
sebuah model yang diestimasi menggunakan analisis regresi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variabel yang paling dominan
diantara variabel lainnya adalah modal usaha mikro. Hal ini dilihat dari
dengan hasil yang diperoleh variabel total output sebesar 0.182 dan
keaktifan mustahik yang sebesar 25709.018. Dan penelitian ini juga
menunjukan bahwa variabel keaktifan mustahik tidak berpengaruh
positf terhadap keuntungan usaha mikro mustahik. Jadi apabila
semakin sering atau besar keaktifan mustahik dalam kelompok tidak
mempengaruhi meningkat atau menurunnya keuntungan mustahik.
3. Hafidoh (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Pemanfaatan Dana
Zakat Produktif Terhadap Tingkat Penghasilan Mustahik di Pos
Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Yogyakarta. Yang meneliti mustahik
penerima dana zakat produktif melalui pemberian modal usaha mandiri
masyarakat PKPU Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian lapangan (Field Research) yakni penelitian dilakukan
dengan melakukan survei langsung ke objek penelitian. Variabel yang
digunakan yaitu pemanfaatan dana zakat produktif (X), dan tingkat
pendapatan mustahik (Y). Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, didapat hasil bahwa pemanfaatan dana zakat produktif yang
digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi mustahik mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penghasilan mustahik
di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Yogyakarta, dengan nilai
t-hitung yang diperoleh sebasar 0,00 < 0,05.
4. Penelitian lainnya adalah Dewi Ariani (2014) dengan penelitianyang
berjudul Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Pendapatan Penerima
Mandiri di Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tengah. Sampel
penelitian menggunakan purposive sampling, dengan kriteria penerima
pinjaman bergulir yang menerima pinjaman hingga beberapa tahap
berjumlah 110 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu angket, pengamatan, dan dokumentasi. Dari
haril pengolahan data yang telah dilakukan variabel motivasi kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan pendapatan
penerima pinjaman bergulir pada LKM Balai Gadang Mandiri,
Kelurahan Gadang Tengah. Dengan nilai konstanta atau intersep garis
regresi sebesar 0,548, nilai koefisien regresi sebesar 0,012, dan nilai
sebesar 0,014.
Penelitian ini mempunyai beberapa perbadaan dengan penelitian
yang sebelumnya. Perbedaannya yakni yang pertama adalah pada tempat
penelitian yakni BAZNAS Daerah Istimewah Yogyakarta. Kedua, terletak
pada variabel-variabel penelitiannya.
C. Kerangka Pemikiran
Adapun model konseptual yang dikembangkan dalam penelitian ini
yang dibangun berdasarkan rumusan masalah dan variabel yang
Gambar Skema Model penelitian 2.1
Keterangan:
Variabel dependent (variabel yang dipengaruhi) dalam hal
ini pendapatan mustahik (Y).
Variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dalam
hal ini dana zakat produktif (X1)
Variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dalam
hal ini lembaga pengelola zakat (X2)
Variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dalam
hal ini pendidikan (X3)
Variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dalam
hal ini motivasi (X4)
Variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dalam
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan toeritis atau sementara dalam
penelitian. Berdasarkan skema di atas, hipotesis susunan untuk menjawab
pertanyaan penelitian atas permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dana zakat.
Ho: Dana zakat yang diberikan tidak mempengaruhi
peningkatan pendapatan mustahik.
H1: Dana zakat yang diberikan mempengaruhi peningkatan
pendapatan mustahik.
2. Lembaga Penyalur Zakat
Ho: Lembaga penyalur bantuan tidak mempengaruhi
peningkatan pendapatan mustahik.
H1: Lembaga penyalur bantuan mempengaruhi peningkatan
pendapatan mustahik.
3. pendidikan
Ho: Latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi
peningkatan pendapatan mustahik.
H1: Latar belakang pendidikan mempengaruhi peningkatan