MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN DI KPH
BANYUMAS BARAT PERUM PERHUTANI UNIT I PROVINSI
JAWA TENGAH
ERNIATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Erniati
ABSTRAK
ERNIATI. Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh BUDI KUNCAHYO.
Model simulasi pengelolaan hutan di KPH Banyumas Barat merupakan suatu rancangan model pengelolaan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu selama jangka waktu 2012 hingga 2021. Model simulasi ini dibuat dengan pendekatan pemodelan sistem agar variabel-variabel kompleks di dunia nyata dapat dimodelkan dan dianalisis untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Untuk membuat model simulasi ini dibutuhkan software pemodelan Stella versi 9.02 dan
Microsoft Excel. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hutan dan menentukan model pengelolaan hutan terbaik di KPH Banyumas Barat dengan berbagai skenario pengelolaan hasil hutan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengelolaan hutan yang hanya memanfaatkan hasil hutan berupa kayu saja dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan karena besarnya pendapatan tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan hutan secara keseluruhan. Pengelolaan usaha kayu dan hasil hutan bukan kayu menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar 180 milyar rupiah per tahun, sedangkan pada pengelolaan hutan yang hanya memanfaatkan hasil hutan bukan kayu diperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar yaitu sebesar 208 milyar per tahun.
Kata kunci: hasil hutan kayu dan bukan kayu, manfaat dan biaya, model simulasi
ABSTRACT
ERNIATI. Simulation Model of Forest Mangement in KPH Banyumas Barat, Unit I Perum Perhutani Central Java Province. Supervised by BUDI KUNCAHYO.
Simulation model of forest management in KPH Banyumas Barat is a forest product management model including timber and non timber forest product from 2012 until 2021. This simulation model is create by sistem modeling approach so the variables in the real world can be made into a model and can be analyzed to get the result needed. The simulation model is using Stella modeling software version 9.02 and Microsoft Excel. The purpose of this research are to make forest management simulation model and get the best forest management model for KPH Banyumas Barat with several forest product management scenarios. This research results show that forest management with only timber utilization as income could causes big losses for company because income is not able to cover by overall forest management cost. Forest management with timber and non timber forest product utilization as income could generate 180 billion rupiah profit every years, meanwhile for forest management with only non timber product utilization could generate profit 208 billion rupiah every years.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN DI KPH
BANYUMAS BARAT PERUM PERHUTANI UNIT I PROVINSI
JAWA TENGAH
ERNIATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Nama : Erniati NIM : E14090012
Disetujui oleh
Dr.Ir. Budi Kuncahyo, MS. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Ftrop Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai September 2013 ini ialah pengelolaan hasil hutan, dengan judul Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Budi Kuncahyo, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama penulisan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rukim, Bapak Soleh, Bapak Sulistiyadi, Ibu Nia, Bapak Roni, dan seluruh staf KPH Banyumas Barat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, serta teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL` vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 3
Waktu dan Lokasi Penelitian 3
Bahan dan Alat 4
Metode Pengumpulan Data 4
Prosedur Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Penyusunan Model Simulasi Pengelolaan Hutan 5
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan 5
Formulasi Model Konseptual 6
Spesifikasi Model 6
Evaluasi Model 11
Analisis Sensitivitas Model 12
Penggunaan Model 13
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL
1 NPV komoditas HHBK pada tingkat penurunan harga yang berbeda 12
DAFTAR GAMBAR
1 Konseptualisasi submodel dinamika tegakan pinus 7 2 Konseptualisasi submodel usaha pengelolaan getah pinus 7 3 Konseptualisasi submodel usaha pengelolaan minyak kayu putih 8 4 Konseptualisasi submodel usaha pengelolaan jahe merah 9 5 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha kapulaga 9 6 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha porang 10 7 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha wanatani 10 8 Konseptualisasi pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat 11 9 Perbandingan volume produksi getah pinus simulasi dan volume getah
real 12
10 Perbandingan NPV skenario pengelolaan 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Print out persamaan model 18
2 Analisis kelayakan usaha 22
3 Rekapitulasi produksi kayu pinus tahun 2012-2021 KPH Banyumas
Barat 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kehutanan memiliki visi dan misi yaitu menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari ini berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung daerah aliran sungai, meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan berkelanjutan (Perhutani 2011).
KPH Banyumas Barat merupakan salah satu dari dua puluh unit Kesatuan Pemangkuan Hutan yang terdapat di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. KPH ini memproduksi berbagai jenis hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu. Hanya saja sebagai perusahaan kehutanan KPH Banyumas Barat mengalami defisit anggaran selama lima tahun terakhir dengan rata-rata kerugian sebesar Rp 12-27 milyar/tahun pada neraca keuangannya. Sehingga untuk mengurangi kerugian ini dibutuhkan sumber pendapatan tambahan lain. Dilihat dari kawasan pangkuan yang cukup luas dan potensi sumberdaya hutan yang ada, salah satu potensi yang dapat dikembangkan yaitu berupa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), pengembangan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan. Dengan pengembangan pengelolaan HHBK ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pemodelan sistem untuk simulasi pengelolaan hutan di KPH Banyumas Barat dengan menggunakan beberapa skenario pengelolaan hutan.
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hutan dan menentukan model pengelolaan hasil hutan terbaik di KPH Banyumas Barat dengan berbagai skenario pengelolaan hasil hutan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Model simulasi pengelolaan hutan ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi perusahaan dalam pengelolaan hasil hutan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Memberikan informasi mengenai hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi untuk dikembangkan di KPH Banyumas Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Bukan Kayu
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut-II/2007 Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.
Secara ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi namun pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat (lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.21/Menhut-II/ 2009).
Menurut Sudarmalik, Rochmayanto dan Purnomo (2006), HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu yaitu:
1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya tidak diakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan, dan lain-lain.
2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume. 3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan
membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan usaha pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat.
3 5. Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu, batang, buah dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.
Pemodelan Sistem
Menurut Purnomo (2012) pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan seni. Sebuah pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan urutan yang sesuai. Sebuah seni karena pemodelan mencakup bagaimana menuangkan persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya. Bergantung pada tujuan pemodelan, hutan dan lautan dapat dimodelkan sebagai sekumpulan formulasi matematika yang terintegrasi. Berikut langkah-langkah dalam pemodelan sistem:
a. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan b. Konseptualisasi model
c. Spesifikasi model d. Evaluasi model e. Penggunaan model.
Analisis Ekonomi
Analisis Kelayakan Usaha
Teknik analisis rasio manfaat terhadap biaya atau Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara besaran manfaat dengan besaran biaya yang diperoleh atau dikeluarkan oleh suatu investasi yang sedang dianalisis, karena yang diperbandingkan adalah manfaat dan biayanya maka metode ini sering disebut metode analisis rasio manfaat dan biaya. Pada dasarnya BCR akan membandingkan antara manfaat yang diperoleh dari suatu investasi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan investasi tersebut, pembandingan tersebut haruslah kompatibel dan didasarkan pada referensi waktu yang sesuai. Berdasarkan referensi waktu memandangnya, perolehan manfaat dan pengeluaran biayanya dapat didasarkan pada saat ini (present), saat akan datang (net present), dan dapat pula merupakan rataan tahunannya (annual equivalent) (Nugroho 2004).
Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar 2007).
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
4
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengolahan data berupa alat tulis, komputer dengan perangkat lunak Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Stella versi 9.02.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder terkait kegiatan pengelolaan hasil hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder sebagai berikut:
a. Laporan inventarisasi hutan KPH Banyumas Barat tahun 2011.
b. Lapotan produksi hasil hutan KPH Banyumas Barat tahun 2008-2012. c. Laporan keuangan KPH Banyumas Barat tahun 2008-2012.
d. Rencana pengaturan kelestarian hutan (RPKH) KPH Banyumas Barat periode 2012-2021.
e. Rencana Pengembangan Sumber Daya Hutan (SDH) dan Usaha KPH Banyumas Barat tahun 2012-2021.
Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data meliputi: 1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan
2. Konseptualisasi model yaitu penyusunan model simulasi sesuai dengan tujuan dan batasan yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan ragam metode seperti diagram stok (stock) dan aliran (flow).
3. Spesifikasi model yaitu perumusan terhadap model yang telah dibangun dan kemudian membangun model kuantitatifnya. Basic time unit yang digunakan adalah tahun.
4. Evaluasi model yang berfungsi membandingkan kewajaran dan kelogisan model dengan data sebenarnya di lapangan. Evaluasi model dilakukan terhadap data hasil simulasi dengan data sekunder yang didapat dari perusahaan.
5. Penggunaan model, pada tahap ini dibuat skenario-skenario pengelolaan hutan ke depan. Skenario-skenario yang digunakan antara lain:
a. Skenario pengelolaan kayu yaitu hasil hutan yang dikelola dibatasi hanya kayu saja.
b. Skenario kayu dan HHBK saat ini yaitu hasil hutan yang dikelola merupakan kayu dan HHBK yang telah dimanfaatkan oleh KPH Banyumas Barat saat ini
c. Skenario kayu dan HHBK pilihan yaitu pemanfaatan sumberdaya hutan yang telah dilakukan ditambah dengan HHBK lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan
5 6. Kelayakan finansial
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pengelolaan hutan. Kriteria yang digunakan antara lain Net Present Value ( NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR). a. Net Present Value (NPV)
NPV = ∑
Keterangan:
Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
i = suku bunga (discount rate) (%)
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, sebagai berikut:
NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan
NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan dan tidak rugi, sehingga tergantung pihak manajemen perusahaan.
NPV < 0, maka proyek lebih baik tidak dilaksanakan karena mengalami kerugian.
b. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR
=
∑ ∑
Keterangan :
Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
t = umur proyek (tahun)
i = suku bunga (discount rate) (%)
BCR > 1 ; maka proyek layak atau menguntungkan
BCR < 1 ; maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan Model Simulasi Pengelolaan Hutan
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
6 1. Dinamika tegakan yang dibuat dibatasi hanya untuk kelas perusahaan pinus
KPH Banyumas Barat.
2. Penanaman didefenisikan sebagai besarnya tambahan jumlah pohon pada kelas umur terkecil selama periode tertentu.
3. Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon terhadap banyaknya pohon per hektar pada kelas umur tertentu yang berasal dari kelas umur di bawahnya selama periode waktu tertentu.
4. Umur yaitu interval yang menentukan kelas umur pinus yaitu 5 tahun.
5. Harga adalah bentuk nominal yang digunakan untuk menilai suatu komoditas dalam satuan rupiah.
6. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga Bank Nasional Indonesia (BNI) yaitu sebesar 13%.
7. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sepuluh tahun mulai tahun 2012 sampai tahun 2021.
Formulasi Model Konseptual
Model simulasi pengelolaan hutan ini terdiri dari dari model utama dan beberapa sub model yaitu:
1. Submodel dinamika tegakan pinus 2. Submodel pengelolaan usaha getah pinus
3. Submodel pengelolaan usaha minyak kayu putih 4. Submodel pengelolaan usaha jahe merah
5. Submodel pengelolaan usaha kapulaga 6. Submodel pengelolaan usaha porang 7. Submodel pengelolaan usaha wanatani
8. Model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat (model utama)
Spesifikasi Model
Submodel dinamika tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh.)
Submodel ini menggambarkan dinamika tegakan pinus di KPH Banyumas Barat. Pembentukan model ini bertujuan untuk mendapatkan besarnya volume tebangan kayu per tahun. Tegakan pinus dibagi ke dalam sembilan Kelas Umur (KU) yaitu KU I hingga KU IX. Masing-masing KU memiliki luas yang berbeda, luas tegakan ini diambil berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang terdapat dalam Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) tahun 2012-2021. KU I hingga KU IX merupakan state variable yang sangat dipengaruhi oleh umur dan
upgrowth. State variable berupa KU ini akan mengalami pergeseran KU setiap satu tahun sekali yaitu besarnya tambahan pohon per hektar pada KU tertentu yang berasal dari KU di bawahnya. Hal ini dapat dilihat pada model yaitu adanya transfer materi berupa upgrowth dari KU terkecil hingga KU terbesar.
Hal lain yang sangat mempengaruhi dinamika tegakan ini adalah adanya
7 kayu/ha. Konseptualisasi submodel dinamika tegakan pinus disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Konseptualisasi submodel dinamika tegakan pinus
Submodel pengelolaan usaha getah pinus (Pinus merkusii Jungh.)
Getah pinus merupakan hasil hutan bukan kayu yang utama bagi KPH Banyumas Barat, hal ini dibuktikan dengan besarnya pemasukan dari hasil penjualan getah dibandingkan dengan HHBK lainnya bahkan hasil hutan kayu sekalipun. Besarnya volume getah produksi pada submodel ini diasumsikan sama dengan besarnya produksi getah yang terdapat di dalam rencana produksi getah periode 2012 hingga 2021 dalam RPKH. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha getah pinus dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha getah pinus
Harga gondorukem dan terpentin beberapa tahun terakhir cukup fluktuatif namun pada tahun 2013 harga gondorukem cukup membaik di pasar internasional maupun lokal. Harga gondorukem bulan oktober tahun ini yaitu sebesar US$ 1975 per ton (Ratri 2013). Harga terpentin diasumsikan sama dengan tahun 2010 yaitu sekitar US$ 2200 per ton. Sedangkan dalam Fachrodji (2010) diperoleh biaya produksi gondorukem adalah US$ 666 atau setara dengan Rp6 526 800/ton. Hal ini tentu berpengaruh positif bagi Perhutani karena sebagian besar produksi gondorukem dan terpentin yang diproduksi Pabrik Gondorukem dan Terpentin
KU I KU II KU III KU IV KU V KU VI KU VII KU VIII KU IX
8 (PGT) Perhutani lebih banyak diekspor ke luar negeri seperti ke Cina, India, Jepang, dan lain-lain.
Submodel pengelolaan usaha minyak kayu putih
Tanaman kayu putih (Malaleuca leucadendron) adalah salah satu penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi cukup tinggi di pasaran. Tanaman kayu putih terdapat di BKPH Rawa Timur seluas 1 105.3 ha dan di BKPH Rawa Barat seluas kurang lebih 250 ha. Lahan ini memiliki 1 005 279 pohon kayu putih dengan potensi produksi 1.4 ton/ha daun kayu putih.
Kegiatan pengelolaan usaha minyak kayu putih ini dilakukan melalui kerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). LMDH yang sudah mendirikan pabrik penyulingan minyak kayu putih akan memasok bahan baku berupa daun kayu putih dari pesanggem. Masing-masing pabrik penyulingan ini memiliki kapasitas produksi 1.3 ton. Pada proses produksi minyak kayu putih 1 ton daun kayu putih dapat menghasilkan rata-rata 5.5 kg minyak kayu putih. Harga minyak kayu putih di pasaran saat ini adalah Rp100 000/kg. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha minyak kayu putih per hektar disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha minyak kayu putih
Submodel pengelolaan usaha Jahe merah (Zingeber officinale)
Jahe merah (Zingeber officinale) adalah jahe varietas unggul yang banyak digunakan sebagai minuman kesehatan dan bahan obat tradisional di Indonesia. Jahe biasanya digunakan sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, analgesic, antipiretik dan anti inflamasi karena memiliki kandungan minyak atsiri.
9 penelitian secara berturut-turut yaitu 8000 ton/ha dan Rp10 000/kg. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha jahe merah disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha jahe merah
Submodel pengelolaan usaha Kapulaga (Elletria cardamomum)
Kapulaga dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga lebih banyak digunakan untuk campuran jamu. Hampir semua bagian tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan sebagai obat, mulai dari batang, buah hingga rimpangnya. Tanaman kapulaga baru dapat berproduksi pada tahun ketiga namun produksinya akan terus meningkat seiring bertambahnya umur tanaman. Saat ini harga kapulaga di pasaran yaitu sebesar Rp10 000/kg. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha kapulaga per hektar disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha kapulaga
Submodel pengelolaan usaha Porang (Amorphopallus oncophillus)
Tanaman porang (Amorphopallus oncophillus) merupakan tanaman yang hidup di hutan tropis. Bagian tanaman ini yang dapat dimanfaatkan yaitu umbinya. Umbi porang dapat digunakan sebagai bahan lem, bahan pembuat mie, bahan dasar kosmetik, pembungkus kapsul, dan lain-lain. Selain untuk pasokan dalam negeri, umbi porang ini juga memiliki pasar luar negeri yaitu Jepang, Korea, Taiwan dan beberapa negara Eropa.
Pemasukan
SUBMODEL PENGELOLAAN USAHA JAHE MERAH
10 Tanaman ini tidak memerlukan perawatan yang sulit dan baru dapat dipanen setelah berumur 2 tahun. Meski baru dapat dipanen setelah 2 tahun petani penggarap akan diberi upah sebesar Rp700 000/bulan. Dan saat panen petani penggarap akan memperoleh pendapatan yaitu sebesar 50% dari hasil penjualan porang. Hal ini sesuai dengan anjuran Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sangat mendukung pengelolaan tanaman porang di Perhutani. Walaupun upah yang diberikan tidak terlalu besar namun petani hanya perlu melakukan pemeliharaan seperti penyiangan dan pemupukan dengan biaya yang ditanggung oleh Perhutani. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha porang per hektar disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha porang
Submodel pengelolaan usaha wanatani
Model pengelolaan usaha wanatani merupakan gabungan dari pengelolaan usaha wanatani yang sudah ada yaitu minyak kayu putih dengan pengelolaan usaha wanatani yang akan dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan yaitu penegelolaan usaha jahe merah, kapulaga, dan porang. Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha wanatani ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Konseptualisasi submodel pengelolaan usaha wanatani Suku Bunga
BCR Wanatani Pengeluaran P
laba rugi Pengeluaran K
Terdiskonto
11
Model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat
Model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat menggambarkan neraca keuangan KPH Banyumas Barat secara keseluruhan dengan beberapa nilai dan parameter ekonomi yang terdapat di dalamnya sebagai suatu perusahaan kehutanan. Model ini terdiri dari beberapa driving variable dan sebuah material transfer. Driving variable tersebut meliputi pemasukan kayu, pemasukan gondorukem dan terpentin (GT), pemasukan wanatani, biaya usaha (BU), pengeluaran kayu, pengeluaran GT, dan pengeluaran wanatani. Semua driving variable tersebut berupa variabel terdiskonto yang telah dipengaruhi oleh jangka waktu proyek dan suku bunga. Sedangkan material transfer yaitu In laba rugi akan menyalurkan besarnya keuntungan setiap tahunnya ke state variable yaitu NPV KPH Banyumas Barat.
Seluruh driving variable yang berisi data pemasukan akan terakumulasi pada auxiliary variable pemasukan KPH Banyumas Barat. Begitu juga dengan seluruh driving variable yang berisi data pengeluaran akan terakumulasi pada
auxiliary variable pengeluaran KPH Banyumas Barat. Kedua auxiliary variable
inilah yang akan menjadi dasar dalam menentukan variabel akhir yaitu NPV dan BCR KPH Banyumas Barat. Model pengelolaan KPH Banyumas Barat ini merupakan model utama yang nantinya akan dikembangkan pada penggunaan model menjadi beberapa skenario pengelolaan untuk menentukan skenario terbaik bagi pengelolaan perusahaan. Konseptualisasi model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Konseptualisasi model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat BU
12
Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan untuk menguji kelogisan model dengan membandingkan dengan data real (data sebenarnya di lapang). Evaluasi model dilakukan terhadap volume produksi getah yaitu dengan membandingkan volume produksi getah simulasi dengan volume produksi getah lima tahun terakhir atau dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa volume produksi getah simulasi dengan volume produksi getah real hampir sama hanya saja terjadi sedikit perbedaan pada tahun 2010 hingga 2012 namun perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Sehingga berdasarkan perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa volume produksi getah simulasi dapat mewakili keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Gambar 9 Perbandingan volume produksi getah. -- -- volume produksi getah simulasi, -- -- volume produksi getah real.
Analisis Sensitivitas Model
Terkait dengan harga HHBK yang cukup fluktuatif setiap tahunnya, maka dilakukanlah uji sensitivitas terhadap model dengan mengganti nilai variabel harga komoditas HHBK. Uji sensitivitas model pada penelitian ini dilakukan terhadap NPV HHBK apabila harga komoditas HHBK mengalami penurunan sebesar 25%, 50%, dan 75% dari harga simulasi atau harga saat penelitian dilakukan. Besarnya manfaat ekonomi atau NPV yang diperoleh selama 10 tahun dengan suku bunga 13% untuk masing-masing komoditas berdasarkan hasil analisis uji sensitivitas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 NPV komoditas HHBK pada tingkat penurunan harga yang berbeda Jenis HHBK
Harga simulasi (saat ini)
NPV jika terjadi penurunan harga
25% 50% 75%
Gondorukem & terpentin
Rp21 275 000
Rp22 000 000 Rp1.32x10
12
-Rp5.02 x109 -Rp1.33x1012
Minyak kayu putih Rp100 000 Rp1,71x106 -Rp2.30x106 -Rp6.31x106 4000
8000 12000 16000 20000
2008 2009 2010 2011 2012
13
NPV jika terjadi penurunan harga
25% 50% 75%
Jahe merah Rp10 000 Rp 4.89x108 Rp 1.21x108 - Rp2.46x108
Kapulaga Rp10 000 Rp1.71x108 Rp1.11x108 Rp5.08x108
Porang Rp20 000 Rp1.76x108 Rp1.15x108 Rp5.45x107
Penggunaan Model
Penggunaan model dilakukan untuk menerapkan model ke dalam skenario-skenario yang telah dirancang sebelumnya. Penggunaan model dalam berbagai skenario ini digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian yaitu memperoleh rekomendasi pengelolaan usaha terbaik terutama dari segi kelestarian ekonomi perusahaan.
Skenario pengelolaan kayu
Pada skenario pengelolaan kayu ini diasumsikan bahwa perusahaan hanya memanfaatkan hasil hutan kayu sebagai sumber pendapatan perusahaan. Dengan skenario ini diketahui bahwa besarnya pemasukan yang berasal dari penjualan kayu tidak dapat menutupi besarnya pengeluaran KPH Banyumas Barat. Karena pengeluaran KPH tidak hanya berupa biaya operasional pemanenan kayu tetapi juga biaya kantor dan gaji pegawai secara keseluruhan. Seiring bertambahnya waktu pengelolaan maka besarnya NPV pun semakin negatif dengan nilai BCR < 1 yaitu sebesar 0.55, sehingga pengelolaan usaha seperti skenario ini tidak layak dan tidak dianjurkan. Jika skenario ini dilaksanakan maka dalam jangka waktu 10 tahun KPH Banyumas Barat akan mengalami kerugian mencapai 323 milyar rupiah dengan rata-rata kerugian per tahun hingga 32 milyar rupiah.
Skenario pengelolaan kayu dan HHBK saat ini
14 Pada skenario ini besarnya pendapatan perusahaan merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan hasil hutan kayu maupun non kayu. Skenario yang mensimulasikan pengelolaan yang dilakukan oleh KPH Banyumas Barat saat ini dapat menghasilkan keuntungan yang diakumulasikan selama 10 tahun yaitu NPV sebesar Rp1 799 869 731 249 dan BCR sebesar 1.53.
Skenario pengelolaan kayu dan HHBK pilihan
Skenario pengelolaan kayu dan HHBK pilihan merupakan pengembangan dari skenario pengelolaan saat ini terutama di bidang pengelolaan HHBKnya. Pada skenario ini kegiatan wanatani yang dijadikan sumber pendapatan tambahan adalah tanaman porang, jahe merah dan kapulaga. Kelebihan dari skenario ini adalah meningkatnya ekonomi masyarakat di sekitar hutan karena dengan adanya kegiatan wanatani, petani mendapatkan pendapatan tambahan selain sebagai penyadap getah. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha skenario ini dapat menghasilkan keuntungan yang diakumulasikan selama 10 tahun yaitu sebesar Rp1 801 224 070 671 dan BCR sebesar 1.53.
Skenario pengelolaan HHBK
Skenario pengelolaan HHBK ini mensimulasikan pendapatan KPH Banyumas Barat hanya berasal dari HHBK yaitu getah pinus dan wanatani. Skenario pengelolaan ini berfungsi menilai besarnya keuntungan atau kerugian yang akan dialami perusahaan jika moratorium penebangan dilaksanakan. Dengan menggunakan skenario pengelolaan HHBK besarnya keuntungan ternyata meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga skenario lainnya, hal ini dikarenakan kegiatan pengelolaan kayu sendiri yang memiliki NPV negatif tidak dilakukan oleh KPH. Sehingga jika dilaksanakan moratorium penebangan akan berdampak positif bagi perusahaan. Skenario pengelolaan HHBK ini akan menghasilkan keuntungan yang diakumulasikan selama 10 tahun yaitu NPV sebesar Rp2 082 037 765 350 dan BCR sebesar 1.77.
Kombinasi skenario terbaik
15
Gambar 10 Perbandingan NPV skenario pengelolaan. -- ---Kayu,-- --Kayu+ HHBK saat ini, -- -- Kayu +HHBK pilihan, -- -- HHBK pilihan. Berdasarkan perbandingan nilai NPV yang terdapat pada Gambar 10 dapat dikatakan bahwa semua skenario layak untuk diusahakan kecuali skenario pengelolaan kayu yang memiliki nilai NPV negatif. Sedangkan skenario terbaik adalah skenario yang memiliki nilai NPV dan BCR tertinggi yaitu skenario pengelolaan HHBK dengan nilai NPV sebesar Rp2 082 037 765 350 dan nilai BCR yaitu 1.77. Besarnya keuntungan ini diperoleh berdasarkan analisis finansial yang dilakukan selama jangka waktu 10 tahun menurut nilai sekarang. Sedangkan nilai BCR>1 menunjukkan manfaat yang diterima selama jangka waktu proyek lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan maka skenario pengelolaan hutan terbaik untuk KPH Banyumas Barat adalah skenario pengelolaan HHBK. Pendapatan perusahaan hanya bersumber dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang berupa getah pinus dan beberapa unit kegiatan usaha wanatani. Dengan menerapkan skenario pengelolaan HHBK ini KPH Banyumas Barat memperoleh keuntungan sebesar NPV yaitu Rp2 082 037 765 350 selama jangka waktu pengelolaan selama 10 tahun dengan besarnya suku bunga yaitu 13%. Namun jika tidak ada moratorium penebangan maka skenario terbaik untuk diterapkan adalah skenario pengelolaan kayu dan HHBK pilihan yang mampu memberikan manfaat ekonomi sebesar Rp1 801 224 070 671 selama jangka waktu proyek atau Rp180 milyar setiap tahunnya. Dan jika dilihat dari sudut pandang manfaat ekonomi yang diperoleh dari produksi hasil hutan yang dihasilkannya KPH Banyumas Barat tidaklah mengalami defisit anggaran, terjadinya defisit
-Rp350.000.000.000 -Rp100.000.000.000 Rp150.000.000.000 Rp400.000.000.000 Rp650.000.000.000 Rp900.000.000.000 Rp1.150.000.000.000 Rp1.400.000.000.000 Rp1.650.000.000.000 Rp1.900.000.000.000 Rp2.150.000.000.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
N
PV
16 anggaran karena peran KPH Banyumas Barat hanya memproduksi dan kegiatan pemasaran dan penjualan dilakukan oleh KBM.
Saran
Berdasarkan pemodelan simulasi pengelolaan hasil hutan yang telah dibangun diperoleh hasil skenario terbaik yaitu skenario pengelolaan HHBK. Namun pemilihan skenario ini hanya dilihat dari besarnya nilai NPV dan BCR dari masing-masing skenario yang telah dibuat sehingga dalam penga,bilan keputusan atau kebijakan dalam pengelolaan hutan perlu mempertimbangkan aspek lainnya sepertinya aspek produksi, ekologi, dan sosial. Selain itu, dibutuhkan penelitian lanjutan dan metode untuk mengurangi biaya operasional kayu sehingga kegiatan pengelolaan kayu dapat memberikan manfaat yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan hutan dan pendapatan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Almasyhuri, Wardatun S, Nuraeni L. 2012. Perbedaan Cara Pengirisan dan Pengeringan Terhadap Kandungan Minyak Atsiri Dalam Jahe Merah (Zingeber officinale Roscoe. Sunti Valeton). Buletin Penelitian Kesehatan Vol 40 No 3 Sep 2012. [internet]. [diunduh 2013 Nov 15]. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/2894/0. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan RI.
Fachrodji A. 2010. Model Daya Saing Produk Gondorukem di Pasar Internasional dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Industri Gondorukem di Indonesia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[KEMENHUT] Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria Dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan RI.
Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan (Engineering Economic): Analisis Finansial Investasi Kehutanan & Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Indonesia.2011.Visi Misi dan Budaya Perusahaan. [internet]. [diunduh 2013 Nov 19]. Tersedia pada: http://perumperhutani.com/profil/visi-misi-budaya-perusahaan/.2012. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2011. Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Pinus Kesatuan Pemangkuan Hutan banyumas Barat. Yogyakarta (ID): Seksi Perencanaan Hutan II.
Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.
Ratri ME. 2013 Oktober 18. Produksi susah, harga gondorukem Perhutani naik.
17 industri.Kontan.co.id/news/produksi–susah– harga-gondorukem-perhutani-naik.
Sudarmalik Y, Rochmayanto, Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. [Prosiding] Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Bogor
18
Lampiran 1 Print out persamaan model
M
odel dinamika tegakan pinus
19
Model pengelolaan usaha getah pinus
Jangka_Waktu(t) = Jangka_Waktu(t - dt) + (In_Jangka_waktu) * dtINIT Jangka_Waktu = 0
(0.00, 0.00), (1.00, 15133), (2.00, 14937), (3.00, 14793), (4.00, 14680), (5.00, 14687), (6.00, 14732), (7.00, 14859), (8.00, 14832), (9.00, 15034), (10.0, 15169) Pemasukan_GT=
(Pemasukan_G+Pemasukan_T)*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu) Pengeluaran_GT=
((Biaya_Operasional_Getah+Biaya_prod_GT)*Vol_Produksi_getah)*((1+Suku_ Bunga)^Jangka_Waktu)
Model pengelolaan usaha minyak kayu putih
Jangka_waktu(t) = Jangka_waktu(t - dt) + (In_jangka_waktu) * dtINIT Jangka_waktu = 0
INFLOWS:
In_jangka_waktu = 1
20
Model pengelolaan usaha jahe merah
Jangka_Waktu(t)= Jangka_Waktu(t-dt) + (In_Jangka_Waktu) * dtINIT Jangka_Waktu = 0
INFLOWS:
In_Jangka_Waktu= 1
NPV_Jahe(t) = NPV_Jahe(t - dt) + (laba_rugi) * dtINIT NPV_Jahe = 0 INFLOWS:
Model pengelolaan usaha kapulaga
21 Pemasukan_K = if time >=3 then Vol_Produksi*Harga_kg else 0
Pengeluaran_K = if time=0 then
Persemaian+Bibit+Pengolahan__Tanah+Penanaman+Pemupukan+Penyiang an+Karung+Pemanenan else if time=1and 2 then Pemupukan+Penyiangan else if time >=2 then Pemupukan+Penyiangan+Karung+Pemanenan else 0
Model pengelolaan usaha porang
Jangka_Waktu(t) = Jangka_Waktu(t - dt) + (In_jangka_waktu) * dtINIT Jangka_Waktu = 0
Pemasukan_P = if time >=2 then (Vol_Prod_P*Harga_P)*(0.5) else 0 Pengeluaran_P=
if time<2 then Biaya_tenaga_kerja+Biaya_Bibit_ha+Biaya_pemeliharaan+Biaya _Penanaman_ha+Biaya_Persiapan_ha else 300000
Pemasukan_P_Terdiskonto=
Pemasukan_P*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu)
Pengeluaran_P_Trdiskonto = Pengeluaran_P*((1+Suku_Bunga)^Jangka_Waktu)
Model pengelolaan usaha wanatani
npv_wanatani(t) = npv_wanatani(t - dt) + (laba_rugi)*dtINIT npv_wanatani=0 INFLOWS:
22
Model pengelolaan usaha KPH Banyumas Barat
NPV_KPH_BYB(t) = NPV_KPH_BYB(t - dt) + (In_Laba_rugi) * dtINIT NPV_KPH_BYB = 0 Lampiran 2 Analisis kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha skenario kayu
23
Analisis kelayakan usaha skenario kayu dan HHBK saat ini
Tahun Pemasukan
Analisis kelayakan usaha skenario kayu dan HHBK pilihan
Tahun Pemasukan
Analisis kelayakan usaha skenario HHBK pilihan
Tahun Pemasukan
24
Tahun Pemasukan terdiskonto
Pengeluaran
terdiskonto NPV
2020 Rp696 003 485 861 Rp392 842 093 061 Rp1 736 329 376 549 2021 Rp793 543 475 127 Rp447 835 086 326 Rp2 082 037 765 350
2
25
Lampiran 3 Rekapitulasi produksi kayu pinus tahun 2012-2021 KPH Banyumas Barat Tahun
Bagian Hutan
Jumlah luas (ha)
Jumlah volume (m3)
Dayeuhluhur Majenang Lumbir Sidareja
Luas (ha)
Vol (m3)
Luas (ha)
Vol (m3)
Luas (ha)
Vol (m3)
Luas (ha)
Vol (m3)
2012 16.90 696 45.00 5 405 34.40 3 294 44.00 3 892 140.30 13 287 2013 9.50 1 397 33.00 5 770 66.20 12 586 45.10 9 717 153.80 29 470 2014 12.80 2 285 44.80 7 123 61.00 11 834 46.60 8 918 165.20 30 160 2015 15.00 2 685 48.00 8 064 64.30 10 647 49.10 11 815 176.40 33 211 2016 15.00 2 700 48.00 8 112 64.00 8 848 48.50 10 504 175.50 30 164 2017 15.00 2 700 48.20 8 146 64.00 7 552 47.40 10 712 174.60 29 110 2018 10.40 1 882 42.50 7 212 62.70 7 399 47.00 10 622 162.60 27 115
2019 - - 47.30 8 496 64.76 10 679 44.50 7610 156.56 26 785
2020 - - 46.40 8 763 64.00 9 024 44.50 7654 154.90 25 441
2021 - - 39.10 7 085 72.20 10 475 30.30 5 212 141.60 22 772
Lampiran 4 Rencana produksi getah pinus tahun 2012-2021 KPH Banyumas Barat Tahun
Bagian Hutan
Jumlah luas (ha)
Jumlah volume (ton)
Dayeuhluhur Majenang Lumbir Sidareja
Luas (ha) Vol (ton) Luas (ha) Vol (ton) Luas (ha) Vol (ton) Luas (ha) Vol (ton)
2012 3 222.30 2 513.39 5 111.51 4 549.24 5 929.30 5 395.66 2 972.60 2 675.34 17 235.71 15 133.63 2013 3 212.80 2 505.98 5 045.31 4 490.33 5 897.30 5 366.54 2 860.20 2 574.18 17 015.61 14 937.03 2014 3 204.50 2 499.51 4 984.31 4 436.04 5 852.50 5 325.78 2 813.60 2 532.24 16 854.91 14 793.57 2015 3 205.60 2 500.37 4 935.41 4 392.50 5 823.50 5 299.39 2 764.50 2 488.05 16 729.01 14 680.31 2016 3 202.50 2 497.96 4 874.31 4 338.14 5 941.60 5 406.86 2 716.00 2 444.40 16 734.41 14 687.35 2017 3 228.20 2 518.00 4 841.91 4 309.30 6 048.20 5 503.86 2 668.60 2 401.74 16 786.91 14 732.90 2018 3 247.40 2 532.97 4 886.71 4 349.17 6 162.40 5 607.78 2 632.50 2 369.25 16 929.01 14 859.17 2019 3 268.60 2 549.51 4 830.95 4 299.55 6 212.90 5 653.74 2 588.00 2 329.20 16 900.45 14 832.00 2020 3 551.10 2 769.86 4 792.75 4 265.55 6 225.00 5 664.74 2 593.50 2 334.15 17 162.35 15 034.30 2021 3 580.30 2 792.63 4 737.25 4 216.15 6 449.80 5 914.82 2 495.90 2 246.31 17 313.25 14 169.91 Sumber data: Model RPKH-PDE 14
2
Lampiran 5 Laporan keuangan KPH Banyumas Barat tahun 2008-2012
KETERANGAN Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
PENDAPATAN
Kayu 7 098 410 873 21 650 538 541 8 849 020 260 3 688 601 808 6 880 813 209
Getah 34 843 354 057 38 342 998 396 33 890 514 136 46 797 453 400 43 444 156 882
Pemasukan MKP 166 793 008 439 838 030 465 469 425 363 268 440 309 371 622
Pemasukan rotan 238 781 000 65 759 000
Pendapatan lain-lain 68 372 107 78 715 605 198 988 340 108 260 641 124 194 113
TOTAL PENDAPATAN 42 108 557 938 60 512 090 572 43 403 992 161 51 196 365 289 50 824 294 826 BIAYA
Operasional kayu tebangan
Biaya perencanaan 122 849 380
Biaya penanaman 3 412 458 375 2 919 041 794
Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan 481 644 878 501 447 548 1 511 136 411 1 326 716 790 1 748 028 071 Biaya pengendalian kebakaran dan
pengamanan hutan 1 172 517 573 1 070 455 816 1 267 092 471 1 636 151 139 1 487 132 818 Biaya pemungutan hasil hutan 3 095 792 559 4 996 003 335 3 735 274 278 4 652 169 278 6 163 525 486 Biaya pemungutan kewajiban finansial
terhadap negara dan kewajiban terhadap lingkungan dan sosial
853 785 853 2 238 820 467 1 043 930 896 462 330 343 587 866 774 Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana 803 049 277 797 860 072 874 831 939 1 219 337 782 709 366 492
Biaya penyusutan 398 007 559 340 641 823 242 497 540 16 739 312 214 601 464
Biaya produksi 135 572 501 25 535 898
Biaya produksi kayu tebangan lainnya 4 354 622 346 3 322 589 037 3 487 707 755 3 705 720 724 4 761 596 432
2
Laporan keuangan KPH Banyumas Barat tahun 2008-2012 (lanjutan)
KETERANGAN Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya persiapan expl. getah pinus 2 360 719 327 3 033 676 975 3 557 379 879 2 625 114 210 3 236 434 596 Biaya penerimaan getah pinus 29 655 249 877 32 748 600 916 28 753 414 294 48 836 949 271 48 027 006 358 Biaya upah pekerja pelaksana 2 386 713 472 2 383 473 869 3 329 548 117 1 665 124 853 3 153 267 419
Biaya IHH Getah Pinus 209 935 490 211 531 636 196 772 543 84 721 742 548 482 139
Biaya getah lain/ tera timbangan 29 098 000 6 470 000
Biaya gaji pegawai ( Reklas Gaji ) 4 519 246 957 4 045 440 046 4 999 985 320 5 718 091 060 5 329 151 380
Biaya upah langsung ( Reklas Gaji ) 36 058 357
TOTAL 39 160 963 123 42 429 193 442 40 873 158 510 58 930 001 136 60 294 341 892
Biaya usaha 2 079 773 046 2 035 151 031 2 286 837 309 2 392 430 896 2 634 670 172
Biaya di luar usaha pokok 30 579 237 1 130 605 17 654 590 53 770 669 92 144 708
TOTAL 2 110 352 283 2 036 281 636 2 304 491 899 2 446 201 565 2 726 814 880 TOTAL BIAYA 55 843 193 826 60 652 334 970 55 462 971 079 74 530 940 570 78 718 810 207 SELISIH PENDAPATAN DAN BIAYA (13 734 635 888) (140 244 398) (12 058 978 918) (23 334 575 281) (27 894 515 381)
2
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 06 April 1991 yang merupakan anak ke lima dari lima bersaudara pasangan Bapak Sanusi (alm) dan Ibu Lasnimar (almh). Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Mayor Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Mangrove Cikeong dan Gunung Tangkuban Perahu pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) berlokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Pabrik Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi pada tahun 2012, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2013 di KPH Banyumas Barat Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Penulis juga mengikuti kegiatan organisasi himpunan profesi Departemen Manjemen Hutan yaitu Forest Manajemen Student Club (FMSC), serta Organisasi Mahasiswa Daerah.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan