• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia Ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Posisi Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia Ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2014"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE

NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2014

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009–2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Annisa Safitri

(4)
(5)

ABSTRAK

ANNISA SAFITRI. Posisi Daya saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2014.

Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO

Indonesia merupakan salahsatu pengekspor otomotif di dunia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis posisi daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor otomotif Indonesia di negara tujuan ekspor utama. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif daya saing dan ekonometrik. Metode

Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD) dan

Porter’s Diamond Model digunakan untuk menganalisis daya saing. Analisis ekonometrik menggunakan data panel dengan pendekatan gravity model. Periode dalam penelitian ini adalah enam tahun (2009-2014). Negara tujuan ekspor utama adalah (Brunei Darusallam, Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand dan Vietnam). Hasil analisis menunjukkan bahwa otomotif Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di dunia tetapi di beberapa negara tujuan memiliki daya saing lemah. Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa GDP riil negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, harga ekspor, nilai tukar riil, dan populasi negara tujuan secara signifikan memengaruhi volume ekspor otomotif Indonesia.

Kata kunci: otomotif, gravity model, RCA, EPD, Porter’s Diamond

Model ,volume ekspor

ABSTRACT

ANNISA SAFITRI. The Position of Competitiveness and the Factors that Affect the Indonesian’s Automotive’s Export to the Main Destination Countries

2009-2014 Period. Supervised by ARIEF DARYANTO

Indonesia is one of the automotive’s exporter in the world. The objectives of

this research are to analyze competitiveness and determinants of Indonesia’s automotive’s export flow to the main export destination countries. This research used quantitative analysis of competitiveness and econometrics. Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD) and Porter’s Diamond Model are used to analyze competitiveness. Econometrics analysis used panel data with gravity model approach. The period of this research is six years (2009-2014). The export destination countries are (Brunei Darusallam, Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand and Vietnam). The result of

this research is Indonesia’s automotive’s has competitive and comparative

advantage in the world. But in some destination countries, Indonesia’s automotive’s has weak competitiveness. The result of panel data analysis shows that real GDP, economic distance, export price, population and real exchange rate

significantly influence Indonesia’s automotive’s export volume.

(6)
(7)

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE

NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2014

ANNISA SAFITRI

Skripsi

sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Posisi Daya saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2014.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas dukungan, bantuan, doa, dan kasih sayang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas kemudahan, rahmat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Bedi Jubaedi dan Ibu Dianawati selaku kedua orang tua penulis dan Almaida Agustina, Aqila Ghania, Alhamda Rizky selaku adik penulis serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, perhatian, kebaikan, bantuan, dan motivasinya selama ini kepada penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan banyak saran, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

5. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, Agr selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan staf dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi, serta departemen Tahap Persiapan Bersama (TPB) yang telah memberikan bantuan, ilmu, dan motivasi selama menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

7. Teman-teman satu bimbingan, Aryani Sundari dan Dwirani Widiastuty atas semangat, bantuan, doa, dan kebersamaan selama perjuangan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat terbaik Ayu, Budiono, Mira, Selva, Siti, Wita, Diva atas kebersamaan, semangat, dan doa selama menjalani perkuliahan hingga perjuangan menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman Bem Fakultas Ekonomi dan Manajemen Kabinet Simfoni Departemen Budaya dan Seni, Andra, Ammar, Fauzan, Fitri, Syafrina, Roma yang telah berbagi kebersamaan dan ilmu-ilmu yang didapatkan selama menjalani organisasi.

10.Teman-teman HIPOTESA divisi CER, Amelia, Anggun, Aulia, Bagus, Gerry, Naya Nydia, Rizkia, Robby, atas kebersamaannya selama menjalani organisasi.

11.Teman-teman terbaik Ilmu Ekonomi 49 yang telah memberikan momen-momen terbaik selama menjalani perkuliahan bersama.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Perdagangan Internasional 4

Ekspor 5

Daya saing 5

Keunggulan Komparatif 6

Keunggulan Kompetitif 6

Kebijakan Perdagangan Internasional 7

GDP riil 7

Harga Ekspor 7

Populasi 8

Jarak Ekonomi 8

Nilai Tukar Rill 8

Penelitian Terdahulu 9

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis 13

METODE 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Analisis dan Pengolahan Data 14

Estimasi Model 17

Uji Kesesuaian Model 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

GAMBARAN UMUM 21

(14)

Perkembangan Otomotif Indonesia 21

Daya saing Otomotif Indonesia di Dunia 22

Daya saing Otomotif Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama 23

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia di Negara Tujuan

Ekspor Utama 26

Daya saing kompetitif dan strategi ekspor otomotif Indonesia 31

KESIMPULAN DAN SARAN 35

Kesimpulan 35

Saran 366

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

(15)

DAFTAR TABEL

1 Indonesia kelebihan Produksi Otomotif pada tahun 2015 2

2 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian 11

3 Data dan sumber data 14

4 Hasil estimasi RCA Otomotif Indonesia di dunia 23

5 Hasil estimasi EPD Otomotif Indonesia di dunia 23

6 Hasil estimasi RCA dan EPD otomotif Indonesia di negara tujuan

ekspor utama tahun 2009-2014 24

7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor otomotif

Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2014 26

DAFTAR GAMBAR

1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun

2014 1

2 Nilai ekspor otomotif Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun

2009-2014 3

3 Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasiona 5

4 Kerangka Pemikiran 12

5 Matriks posisi daya saing 15

6 Diagram Porter's Diamond 16

7 Tren nilai ekspor otomotif (HS 8703) di dunia tahun 2009-2014 21

8 Volume ekspor otomotif (HS 8703) di dunia tahun 2009-2014 22

9 Nilai impor otomotif Indonesia (HS 8703) di dunia tahun 2009-2014 22

10 Posisi EPD otomotif Indonesia di negara tujuan 25

11 Produktivitas tenaga kerja otomotif Indonesia 31

12 Diagram analisis Porter’s Diamond 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai GDP riil dan nilai tukar riil tahun 2009-2014 39

2 Negara tujuan ekspor otomotif Indonesia tahun 2009-2014 40

3 Hasil uji Chow 42

4 Hasil uji Hausman 42

5 Fixed Effect Model dengan pembobotan GLS 42

6 Hasil uji normalitas 45

7 Uji multikolinearitas 45

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap negara memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berbeda. Selain itu, setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah negara dapat memproduksi komoditas yang dibutuhkan atau dengan melakukan perdagangan dengan negara lain. Setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan untuk mencari keuntungan dari perdagangan, setiap negara berbeda satu sama lain, dan untuk mencapai skala ekonomi (Krugman dan Obstfeld 2003).

Sumber : World Development Indicators , 2016 (diolah).

Gambar 1 Sharetrade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun 2014

Perdagangan internasional yang terdiri dari ekspor dan impor memiliki peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara industri dan negara yang sedang berkembang (Salvatore 1997). Berdasarkan Gambar 1, kontribusi perdagangan terhadap GDP dunia pada tahun 2014 sebesar 59.62 persen dengan

share ekspor sebesar 29.88 persen dan share impor sebesar 29.74 persen.

Berdasarkan fakta pada Gambar 1, dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan GDP di masing-masing wilayah, yaitu lebih dari 50 persen.

Kontribusi perdagangan internasional terhadap pembentukan GDP Indonesia cukup besar. Berdasarkan World Development Indicators (2016), perdagangan internasional telah menyumbang lebih dari 45 persen terhadap pembentukan GDP Indonesia selama lima tahun terakhir. Kontribusi ekspor terhadap pembentukan GDP Indonesia selalu lebih besar dari 23 persen selama lima tahun terakhir. Dapat disimpulkan perdagangan internasional, khususnya ekspor, berkontribusi terhadap pembentukan GDP Indonesia.

(18)

2

2014. Berdasarkan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (2016), komoditi industri otomotif termasuk dalam sepuluh komoditi ekspor utama indonesia. Nilai ekspor komoditi otomotif Indonesia tahun 2015 mengalami peningkatam dari tahun 2013 dan 2014 menjadi sebesar US$ 40.98 miliar.

Tabel 1 Indonesia Kelebihan Produksi Otomotif, 2015

Nilai : Unit Produksi Penjualan Produksi

Penjualan Rasio

Sedan 23,292 7,917 15,375 66.01%

4x2 243,861 239,406 4,455 1.83%

4x4 14,779 4,190 10,589 71.65%

Pickup/Truck 133,465 118,921 14,544 10.90%

Sumber : Gaikindo, diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 1 volume penjualan dan produksi kendaraan yang mengalami kenaikan atau penurunan produk terlihat selama tahun 2015 industri otomotif kelebihan produksi akibat rendahnya permintaan dalam negeri. Sebagian dari kelebihan produksi tersebut , maka dari itu Indonesia harus mengekspor otomotif ke negara tujuan utama. Industri otomotif terdiri dari berbagai macam komoditi. Berdasarkan data ekspor yang dipublikasikan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2016), otomotif Indonesia merupakan sektor otomotif dengan nilai ekspor yang cukup besar dengan kontribusi lebih dari 60 persen selama 5 tahun terakhir. Industri otomotif terdiri dari berbagai macam komoditi. Berdasarkan publikasi Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (2016), otomotif Indonesia merupakan komoditi yang memiliki volume ekspor yang cukup besar dengan kontribusi lebih dari 40 persen jika dibandingkan dengan tahun lainnya. Otomotif dengan volume ekspor tertinggi dengan kode HS 8703 (UNComtrade 2016).

(19)

3

Perumusan Masalah

Globalisasi membuat setiap negara berusaha untuk meningkatkan daya saing khususnya komoditi-komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Otomotif merupakan komoditi ekspor utama Indonesia yang memiliki potensi untuk memenuhi permintaan dunia dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Industri otomotif telah menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia dan berkontribusi besar dalam pembentukan GDP Indonesia.

Sumber : UNComtrade, 2016 (diolah).

Gambar 2 Nilai ekspor otomotif Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun 2009-2014

Berdasarkan Gambar 2, nilai ekspor otomotif Indonesia masih kalah saing dengan eksportir lainnya untuk meningkatkan ekspor otomotif jadi di negara tujuan, maka dianalisis potensi pasar di negara tujuan ekspor dengan melihat:

1) Bagaimana perkembangan daya saing otomotif Indonesia di dunia dan negara tujuan ekspor utama?

2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan pendekatan gravity model ?

3) Bagaimana daya saing kompetitif dan strategi kebijakan untuk otomotif Indonesia ?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Menganalisis daya saing otomotif Indonesia di dunia dan negara tujuan ekspor utama.

2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor otomotif Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

3) Menganalisis daya saing daya saing kompetitif dan strategi kebijakan untuk otomotif Indonesia.

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(20)

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1) Mahasiswa dan masyarakat umum yang menjadikannya sebagai salahsatu sumber referensi yang baik bagi kegiatan penulisan dan penelitian selanjutnya.

2) Pemerintah Kementerian Perindustrian sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan industri otomotif.

3) Pemerintah Kementerian Perdagangan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran untuk meningkatkan ekspor dan daya saing otomotif Indonesia di pasar internasional.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempersempit pemaparan hasil analisis pada penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut.

1) Penelitian ini menganalisis daya saing otomotif Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

2) Kode Harmonized System (HS) yang dianalisis adalah kode HS 8703 empat digit, dengan deskripsi Motor cars and other motor vehicles principally designed for the transport of persons.

3) Periode waktu yang digunakan dalam analisis adalah 6 tahun yaitu 2009-2014.

4) Negara tujuan ekspor utama yang dianalisis ada 8 negara yaitu Bruneii Darusallam, Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand dan Vietnam.

5) Variabel dependen yang digunakan dalam analisis adalah volume ekspor otomotif Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan antar negara dilakukan karena dua alasan, pertama negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Alasan kedua adalah negara-negara berdagang dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam produksi (Kruggman-Obstfeld 1996).

(21)

5

melalui perdagangan untuk memenuhi kebutuhan setiap negara tersebut. Perdagangan akan membuat setiap negara dapat mencapai economies of scale. Setiap negara dapat meningkatkan keunggulan suatu produknya untuk diproduksi lebih banyak sehingga kelebihannya disalurkan dengan cara mengekspor. Ekspor ini akan menghasilkan devisa bagi negara yang nantinya akan digunakan untuk membiayai impor sehingga kebutuhan dapat terpenuhi tanpa harus memproduksi seluruh produk yang dibutuhkan oleh suatu negara.

Perdagangan antar dua negara yang didasari perbedaan permintaan dan penawaran suatu komoditas dapat dilihat pada Gambar 3. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, di mana masing-masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda. DA dan SA untuk negara A sedangkan DB dan SB untuk negara B.

Sumber : Salvatore 1997

Gambar 3 Keseimbangan dalam perdagangan internasional

Gambar 3 menjelaskan bahwa pada awalnya harga komoditi otomotif di negara A sebesar PA sedangkan pada negara B harga otomotif sebesar PB dan harga otomotif di pasar Internasional sebesar P*. Kondisi ini terjadi dengan mengambil asumsi bahwa harga domestik di negara A lebih rendah dibanding dengan harga di negara B (PA< PB). Pada kondisi harga di atas PA, di negara A mengalami peningkatan penawaran dan berada di atas tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran suatu komoditas (excess

supply) di negara A. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara

B. Sementara, bila harga berada di bawah PB maka negara B akan mengalami kenaikan tingkat permintaan karena konsumen akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih murah. Hal tersebut mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran (excess demand) di negara B. Kelebihan permintaan itu selanjutnya akan mendorong negara B untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X dari negara A.

Ekspor

(22)

6

Teori Daya Saing

Menurut European Commission (2009), daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Pada level konomi, daya saing merupakan kapasitas suatu negara dalam menyediakan kebutuhan masyarakatnya dengan standar hidup yang berkelanjutan disertai lapangan kerja bagi angkatan kerja.

Menurut Porter (1990), daya saing merupakan kemampuan suatu negara untuk memasarkan produknya relatif terhadap kemampuan negara lain. Daya saing dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode di antaranya metode

Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra

Industry Trade (IIT), Constant Market Share Analysis (CMSA), dan X-Model

Produk export potential.

Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (the law of comparative advantage) yang diungkapkan oleh David Ricardo merupakan penyempurnaan dari keunggulan absolut Adam Smith. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa jika negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam produksi dua komoditas dibandingkan dengan negara lain, perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan. (Oktaviani dan Novianti 2009).

Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu 1) perdagangan dilakukan oleh dua negara dan komoditi yang diperdagangankan ada dua dengan negara 1 memiliki keunggulan komparatif di komoditas 1, sedangkan negara 2 memiliki keunggulan komparatif di komoditas 2, 2) perdagangan bersifat bebas, 3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara tetapi tidak ada mobilitas antar dua negara, 4) biaya produksi konstan, 5) tidak ada biaya transportasi, dan 6)

tidak ada perubahan teknologi (Sai’idy 2013).

Konsep keunggulan komparatif adalah ukuran daya saing potensial, artinya daya saing akan dicapai jika perekonomian tidak mengalami distorsi. Sehingga komoditi yang memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi secara ekonomi (Simatupang 1991 dalam Oktaviani dan Novianti 2009).

Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif bersifat dinamis. Negara dengan keunggulan komparatif pada komoditi tertentu harus dapat mempertahankan dan bersaing dengan negara lain di pasar internasional.

Kelebihan keunggulan komparatif adalah perdagangan antara dua negara akan tetap terjadi selama masing-masing negara memiliki perbedaan dalam cost

comparative advantage dan production comparative advantage. Kelemahan

(23)

7

Keunggulan Kompetitif

Konsep keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial, yaitu melihat manfaat dari aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat. Keunggulan kompetitif ini merupakan kempampuan suatu negara untuk membuat strategi dalam mencapai keuntungan sehingga kondisi alami tidak menghambat produksi komoditi unggulan negara tersebut. keberhasilan daya saing suatu negara ditentukan oleh inovasi yang dapat dilakukan oleh negara tersebut sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi dan tidak dapat ditiru dengan sempurna oleh pesaingnya (Setiawan 2008 dalam Pradipta 2014).

Kebijakan Perdagangan Internasional

Komposisi, arah dan bentuk perdagangan internasional atau kegiatan perdagangan internasional suatu negara tidak terlepas dari segala tindakan pemerintahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebijakan perdagangan internasional memiliki implikasi yang sangat luas, tidak hanya dalam volume dan komposisi impor dan ekspor, tetapi juga pola investasi dan arah pengembangan, tetapi juga kondisi persaingan, kondisi biaya, sikap pebisnis dan wirausahawan, pola konsumsi, dsb. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan internasional sangat penting dalam keputusan kebijakan ekonomi suatu negara dan kebijakan ini hanya salah satu bagian kebijakan makroekonomi yang harus dikombinasikan dan bersifat mendorong pembangunan perekonomian suatu negara.

Kebijakan perdagangan internasional dapat ditujukan untuk

melindungi/memproteksi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant

-industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor. Adapun tujuan

kebijakan perdagangan internasional yang bersifat proteksi adalah memaksimalkan produksi dalam negeri, memperluas lapangan kerja, memelihara tradisi nasional, menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada negara lain. Proteksi dapat dilakukan dengan penerapan berbagai instrumen kebijakan perdagangan internasional berupa hambatan perdagangan maupun non tarif.

GDP riil

Menurut Mankiw dalam bukunya yang berjudul The Principles of

Macroeconomics, Gross Domestic Product (GDP) merupakan salahsatu ukuran

terbaik untuk melihat stastistik ekonomi suatu negara. GDP mengukur dua hal, yaitu total pendapatan dan total pengeluaran output ekonomi barang dan jasa. Selain itu, GDP merupakan nilai pasar semua komoditi akhir yang diproduksi dalam kurun waktu tertentu. GDP terdiri dari dua tipe, yaitu GDP riil dan GDP nominal.

(24)

8

hanya dipengaruhi oleh produksi. Selain itu, GDP riil menunjukkan bagaimana seluruh produksi ekonomi suatu negara berubah setiap waktu (Mankiw 2008).

Harga Ekspor

Harga merupakan faktor utama yang memengaruhi kegiatan ekspor. Harga dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu sisi penawaran dan permintaan. Harga berhubungan positif pada jumlah ekspor yang ditawarkan namun memiliki hubungan negatif dengan jumlah ekspor yang diminta oleh negara pengimpor. Jika harga suatu komoditi meningkat maka permintaan terhadap suatu komoditi menurun sehingga ekspor akan menurun, namun jika harga suatu komoditi menurun maka akan meningkatkan permintaan ekspor terhadap komoditi tersebut. Rumus umum harga dijabarkan pada persamaan.

Harga ekspor = � �

� � ...(1)

Populasi

Populasi suatu negara yang terus bertambah berpengaruh pada ekspor suatu komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi permintaan, berdampak pada bertambah besarnya permintaan domestik. Pada sisi penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekspor (Salvatore, 1997). Populasi pada pembahasan ini adalah sebagai asumsi dari pertambahan jumlah penduduk akan kebutuhan otomotif. Semakin meningkatnya kebutuhan akan otomotif disebabkan peningkatan dari jumlah penduduk yang membutuhkan dan menggunakannya.

Jarak Ekonomi

Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh terpisah suatu negara dengan negara lainnya maka semakin besar pula biaya transportasi pada perdagangan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak geografis ibukota negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang diteliti. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jarak ekonomi = jarak geografis x ...(2)

Keterangan:

Jarak geografis : jarak geografis Indonesia dengan negara tujuan

j : negara tujuan ekspor

i : 1,2,3,....(seluruh negara tujuan ekspor)

�����

(25)

9

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar merupakan tingkat harga suatu mata uang dalam mata uang asing atau jumlah mata uang negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit uang domestik (Lipsey 1997). Nilai tukar terdiri dari dua jenis, yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang kedua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

Nilai tukar riil (real exchange rate) merupakan kunci seberapa banyak sebuah negara melakukan ekspor dan impor karena mengukur tingkat harga suatu barang dan jasa di dalam negeri dengan tingkat harga luar negeri. Nilai tukar riil berpengaruh terhadap produk antar negara. Nilai tukar riil dapat diperoleh dari perkalian nilai tukar nominal dengan share tingkat harga barang dalam negeri terhadap tingkat harga barang luar negeri (Mankiw 2006).

Nilai tukar riil merupakan term of trade yang dapat berdampak pada neraca perdagangan. Jika nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap US$ mengalami peningkatan nominal, artinya mata uang negara tujuan ekspor mengalami depresiasi sehingga negara tujuan akan lebih memilih ekspor daripada impor. Hal tersebut dapat membuat permintaan ekspor otomotif Indonesia di negara tujuan utama mengalami penurunan (Krugman dan Obstfeld 2003).

Penelitian Terdahulu

Rizky dan Widyasanti (2011) dalam penelitiannya mengenai daya saing produk ekspor manufaktur Indonesia menggunakan RCA Dinamis dan data 23 kelompok produk manufaktur SITC Rev 3 periode 2004 – 2009. Hasil analisis menunjukkan bahwa daya saing produk manufaktur Indonesia yang masuk ke dalam persaingan ekspor memiliki tingkat daya saing yang cukup baik.

Rahman (2003) dalam penelitiannya mengenai analisis perdagangan Banglades menggunakan pendekatan grafity model. Dalam penelitiannya, Rahman menggunakan data 35 negara tujuan periode tahun 1972 hingga 1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan (ekspor dan impor) Banglades secara positif dipengaruhi oleh ukuran ekonomi, perbedaan GDP per kapita, dan keterbukaan negara tujuan. Faktor utama yang memengaruhi ekspor Banglades adalah nilai tukar, permintaan impor negara tujuan, dan keterbukaan ekonomi Banglades. Sedangkan faktor utama yang memengaruhi impor Banglades adalah tingkat inflasi, perbedaan pendapatan per kapita, dan keterbukaan negara tujuan.

Do (2006) dalam penelitiannya yang berjudul A Gravity Model for Trade Between Vietnam and Twenty-Three European Countries menganalisis aliran perdagangan Vietnam menggunakan data tahun 1993-2004 melalui pendekatan gravity model. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel jarak geografis dan kesamaan sejarah tidak memengaruhi aliran perdagangan Vietnam ke negara-negara Eropa, sedangkan GDP dan populasi masing-masing negara-negara yang dianalisis memengaruhi aliran perdagangan Vietnam secara positif.

(26)

10

Yuniarti (2007) melakukan penelitian mengenai analisis determinan perdagangan bilateral Indonesia dengan pendekatan gravity model. Data-data yang diperlukan untuk penelitian terdiri dari ekspor dan impor berdasarkan negara tujuan, jarak, GDP, dan populasi dengan periode waktu lima tahunan meliputi tahun 1970, 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, dan 2000 yang melibatkan sepuluh negara mitra, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, Malaysia,Belanda, Jerman, Hongkong, Inggris, dan Singapura. Analisis data yang digunakan adalah data panel. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa terjadi hubungan positif antara pendapat ekspor dan impor dengan perdagangan bilateral Indonesia sedangkan terjadi hubungan negatif pada variabel jarak. GDP negara importir dan eksportir juga memiliki hubungan positif dengan perdagangan bilateral. Semakin besar GDP negara eksportir maka semakin besar pula kemampuan produksinya sehingga ekspor meningkat.Variabel jarak memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan bilateral karena ketika jarak semakin jauh maka biaya transportasi akan semakin meningkat. Populasi mitra dagang memiliki hubungan yang positif dengan perdagangan bilateral yang menunjukkan besarnya populasi negara mitra dagang dapat memengaruhi besarnya potensi pasar yang besar.

Amponsah dan Ofori-Boadu (2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat menggunakan data tahun 1989 hingga 2003 dan data 13 negara eksportir. Penelitiannya menggunakan pendekatan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan impor komoditi tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat dipengaruhi oleh GDP eksportir dan Amerika Serikat, GDP per kapita eksportir dan Amerika Serikat, nilai tukar negara importir terhadap US$, price deflator

importir dan Amerika Serikat, dan jarak geografis.

Siahaan (2008) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil intra ASEAN menggunakan data tahun 2002-2006 dengan pendekatan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi aliran perdagangan intra-ASEAN adalah GDP negara asal dan tujuan, populasi negara asal, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa. Sedangkan nilai tukar riil dan populasi negara tujuan tidak memengaruhi perdagangan TPT secara signifikan.

Arianti dan Lubis (2011) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing dan kesiapan Indonesia dalam rangka integrasi ASEAN : studi kasus Automotives, rubber based, dan agro based products menggunakan RCA, IIT,

gravity model. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel yang

memengaruhi ekspor negara tujuan adalah GDP Indonesia dan negara tujuan, FDI, jarak ibukota.

Faustino (2008) dan Rachmawati (2008), melakukan penelitian mengenai analisis tentang pengaruh pertumbuhan produksi industri mobil (sebagai proxy

(27)

11

hubungan korelasi yang negatif antara HIIT dan RCA.Temuan dari penelitian ini adalah pertama, secara signifikan peningkatan produksi terdifferensiasi dari industri mobil memengaruhi terjadinya perdagangan intra-industri. Kedua, tingkat populasi di negara Thailand dan Indonesia turut memengaruhi terjadinya intra-industri antar Indonesia dan Thailand. Penelitian ini menemukan bahwa AFTA tidak memengaruhi perdagangan intra-industri negara Thailand dan Indonesia.

Sebayang (2011), melakukan penelitian mengenai analisis dampak integrasi ekonomi asean terhadap perdagangan Indonesia pada sektor kendaraan roda empat. menggunakan RCA, IIT, gravity model. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi ekspor negara tujuan adalah GDP Indonesia dan negara tujuan, FDI, perdagangan total antara dua Negara dalam current US dollar.

Pradipta dan Firdaus (2014) dalam penelitiannya mengenai posisi daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor buah-buahan Indonesia menggunakan data tahun 2008 hingga 2012 untuk komoditi buah-buahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memengaruhi ekspor rambutan Indonesia di negera tujuan adalah jarak ekonomi, krisis Eropa tahun 2010, GDP interaksi, nilai tukar rupiah terhadap US$, dan indeks harga konsumen Indonesia. Sedangkan ekspor komoditi pisang dipengaruhi oleh jarak ekonomi, populasi negara tujuan, GDP per kapita negara tujuan, dan harga ekspor Indonesia ke negara tujuan.

Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu, berikut merupakan tabel ringkasan hubungan variabel dependen dengan independen yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

Sumber : Penulis, 2016 Variabel

Independen

Hubungan dengan Variabel Dependen

Positif Negatif Tidak Signifikan

GDP eksportir Tho (2013) Do (2006) GDP importir Tho (2013)

Do (2006)

Jarak Pradipta dan

Firdaus (2014)

Do (2006)

Arianti dan Lubis (2011)

Nilai tukar Tho (2013) Do (2006)

Rahman (2013)

(28)

12

Kerangka Pemikiran

Perdagangan internasional memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Ekspor merupakan bagian dari perdagangan internasional dan salahsatu faktor yang berkontribusi dalam pembentukan GDP suatu negara.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis melakukan penelitian untuk melihat daya saing ekspor otomotif Indonesia di dunia dan di negara-negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan metode

Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD) dan

Porter’s Diamond Model, serta menganalisis determinan ekspor otomotif Indonesia menggunakan metode gravity model. Variabel yang digunakan adalah volume ekspor otomotif Indonesia, GDP riil Indonesia, dan GDP negara tujuan ekspor utama, harga ekspor riil otomotif Indonesia ke negara tujuan ekspor utama, jarak ekonomi, nilai tukar rill dan populasi.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Ekspor otomotif berperan dalam GDP dan industri Indonesia

Perkembangan volume ekspor otomotif Indonesia periode 2009-2014

Analisis posisi daya saing ekspor otomotif Indonesia

Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor otomotif

Indonesia

Metode RCA Metode EPD Metode Porter,s Diamond

Gravity Model

(jarak ekonomi, GDP riil, nilai tukar riil, harga ekspor,

populasi)

(29)

13

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Nilai RCA otomotif Indonesia lebih besar dari satu yang berarti otomotif Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dan berdaya saing kuat (RCA>1).

2) Posisi pasar otomotif Indonesia berada pada posisi rising star atau memiliki pangsa pasar ekspor dan produk yang tinggi.

3) GDP riil Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor otomotif Indonesia, artinya peningkatan GDP riil Indonesia akan meningkatkan penawaran ekspor otomotif ke negara tujuan ekspor.

4) GDP negara tujuan berpengaruh positif terhadap ekspor otomotif Indonesia, artinya peningkatan GDP riil negara tujuan akan meningkatkan permintaan ekspor otomotif Indonesia di negara tujuan.

5) Nilai tukar negara tujuan terhadap US$ diduga berpengaruh negatif, artinya bila nilai tukar negara tujuan tehadap US$ mengalami depresiasi, maka akan meningkatkan permintaan ekspor otomotif Indonesia di negara tujuan.

6) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan, artinya semakin jauh jarak negara tujuan ekspor maka akan menurunkan ekspor otomotif Indonesia di negara tersebut.

7) Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan, artinya semakin tinggi tingkat harga ekspor akan mengakibatkan pada penurunan permintaan ekspor.

8) Populasi berpangaruh positif terhadap volume ekspor Indonesia ke negara tujuan, artinya semakin tinggi populasi akan meningkatkan permintaan ekspor.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Periode waktu yang digunakan adalah enam tahun (2009-2014). Periode waktu tersebut digunakan dalam metode RCA, EPD, Porter’s Diamond Model, serta Gravity Model sebagai deret waktu (time series). Data antar individu (cross section) yang digunakan terdiri dari 8 negara, yaitu Bruneii Darusallam, Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand dan Vietnam.

(30)

14

Tabel 3 Data dan Sumber Data

Jenis Data Sumber

Nilai ekspor otomotif HS 8703 Volume ekspor otomotif HS 8703

UNComtrade UNComtrade

GDP riil Worldbank (diolah)

Nilai tukar riil International Financial Statistics

Jarak geografis Timeanddate

Harga ekspor otomotif HS 8703 Indeks Harga Konsumen

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitif. Analisis daya saing menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) ,

Export Product Dynamic (EPD) dan Porter’s Diamond Model. Analisis ini

meggunakan data dengan periode waktu enam tahun yaitu 2009-2014. Analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan utama menggunakan analisis ekonometrik data panel dengan pendekatan gravity model. Analisis ini menggunakan data deret waktu (time

series) dengan periode enam tahun yaitu 2009-2014 dan data antar individu (cross

section) dengan komponen delapan negara tujuan yaitu Bruneii Darusallam,

Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand dan Vietnam. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6. Program Microsoft Excel 2010 digunakan untuk mengolah RCA, EPD dan Porter’s

Diamond Model, sedangkan program Eviews 6 untuk mengolah data panel.

Revealed Comparative Advantages (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis

keunggulan komparatif atau daya saing suatu komoditi dalam suatu negara. Komoditi yang memiliki keunggulan komparatif diasumsikan efisien secara ekonomi. Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu negara dapat mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang murah dibandingkan dengan produk lain. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap nilai total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Jika nilai RCA lebih besar dari satu (RCA>1), maka negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif dalam produknya. Rumus umum menghitung nilai RCA dijabarkan pada persamaan (1)

RCA = / �

/ � ...(3) dimana:

(31)

15

Lost Opportunity Rising Star

Retreat Falling Star

Wj : Nilai ekspor komoditi k dunia ke negara j Wt : Total nilai ekspor dunia ke negara j

Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. 2. Jika nilai RCA < 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah.

Export Product Dynamic (EPD)

Metode analisis EPD digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi posisi daya saing suatu komoditi untuk mengetahui apakah komoditi tersebut kompetitif dan memiliki pertumbuhan yang dinamis. EPD juga mampu membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara seluruh dunia.

Posisi daya saing suatu komoditas terdiri dari Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat. Posisi tertinggi atau posisi pasar yang paling ideal adalah komoditas yang berada pada kondisi Rising Star. Kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor produk yang dihasilkan dalam perdagangan internasional merupakan kondisi Lost Opportunity. Kondisi dimana terjadi peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap produk merupakan kondisi Falling Star. Sedangkan Retreat merupakan kondisi dimana komoditi suatu negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga terjadi pangsa ekspor dan permintaan komoditi yang negatif (Pradipta 2014). Matriks posisi daya saing metode EPD ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Matriks posisi daya saing

Porter’s Diamond

(32)

16

sistem dan peningkatan keunggulan daya saing. Adapun faktor-faktor utama yang membentuk daya saing suatu komoditi yakni kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan penunjang, serta strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Keempat faktor tersebut didukung oleh peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing otomotif Indonesia. Diagram Porter’s diamond ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram Porter’s Diamond

Model Gravitasi (Gravity Model)

Model gravitasi merupakan model yang digunakan untuk menganalisis pola aliran perdagangan bilateral antar negara dalam suatu wilayah. Model ini menduga perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara. Model yang didasarkan pada konsep gravitasi Newton ini pertama kali digunakan oleh Jan Timbergen pada tahun 1962 untuk menganalisis aliran perdagangan internasional. Model gravitasi sesuai dengan perumusan Newton terhadap model

gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan

massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.

= � � . . . .

keterangan:

TFij = volume interaksi antara dua negara (aliran perdagangan) Mi, Mj = ukuran ekonomi negara asal i dan negara tujuan j

Dij = jarak kedua negara

G = konstanta

Persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linier dengan menggunakan persamaan logaritma sehingga menjadi bentuk umum dari gravity model dengan TF merupakan trade flow (aliran perdagangan bilateral), Y merupakan GDP negara i dan negara j yang mencerminkan ukuran ekonomi suatu negara, dan D merupakan jarak antar kedua negara. Persamaan tersebut sebagai berikut.

Strategi Perusahaan, Struktur

dan Persaingan

Kondisi Faktor

Industri Pendukung dan

Industri Terkait

Kondisi Permintaan Peran

Pemerintah

(33)

17

= ln + ln − ln dengan ≠ . . . .

Aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh beberapa variabel, yaitu 1) variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor, 2) variabel-variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor, dan 3) variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengekspor dengan negara pengimpor (Linneman dalam Do 2006).

Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan oleh GDP negara importir atau GDP per kapita negara importir. Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor adalah GDP negara pengekspor atau GDP per kapita negara pengekspor. Variabel penghambat atau pendukung dapat digambarkan oleh variabel jarak, nilai tukar, harga, atau krisis ekonomi.

Estimasi Model

Estimasi model ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln). Transformasi model dilakukan untuk menghindari model dari bias, permasalahan normalitas, dan heteroskedastisitas. Estimasi model yang ditransformasi sebagai berikut.

� �� = β + β � + β � + β � � + β � � � +

β � � + β � + ε

it...(6)

dimana:

� �� = Volume otomotif Indonesia ke negara tujuan (unit)

� = GDP riil Indonesia (US$)

� = GDP riil negara tujuan (US$)

� � = Tingkat harga ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan (US$/Unit)

� � � = Nilai tukar rill (US$)

� � = Jarak ekonomi (Kilometer)

� = Populasi j pada tahun ke-t (juta jiwa)

εit = Random error

β0 = Konstanta (intercept)

βn = Parameter yang diduga (n=1,2,…,7)

it = Cross section dan Time series

Penjelasan variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah:

1. Volume ekspor otomotif Indonesia menjadi variabel dependen dalam model yang dinyatakan dalam unit.

2. GDP riil Indonesia merupakan GDP riil Indonesia dengan tahun dasar 2009 yang dinyatakan dalam US$.

3. GDP riil negara tujuan ekspor merupakan GDP riil negara tujuan ekspor utama dengan tahun dasar 2009 yang dinyatakan dalam US$.

(34)

18

share GDP riil negara tujuan terhadap total GDP riil negara tujuan. Jarak

ekonomi dinyatakan dalam satuan kilometer.

5. Nilai tukar riil negara tujuan terhadap US$ merupakan nilai tukar riil dengan tahun dasar 2009 dan dinyatakan dalam masing-masing mata uang negara tujuan ekspor terhadap US$ (Local Current Unit/US$).

6. Harga ekspor riil otomotif Indonesia didapatkan dari pembagian harga ekspor otomotif Indonesia dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor tahun dasar 2009 yang dinyatakan dalam satuan US$/unit.

Uji Kesesuaian Model

Sebuah panel data mengkombinasikan data time series dan cross section. Menurut Baltagi (2004), ada beberapa keuntungan menggunakan panel data di antaranya:

1. Teknik dalam estimasi panel data dapat menghilangkan heterogenitas eksplisit. 2. Dengan mengkombinasikan time series pada observasi cross section, panel

data lebih informatif, bervariasi dan berkurangnya kolinearitas antar variabel, derajat kebebasan yang lebih banyak dan lebih efisien.

3. Panel data cocok untuk menganalisis dinamika perubahan karena analisisnya menggunakan cross section yang diobservasi berulang.

4. Panel data dapat mendeteksi efek yang tidak dapat diobservasi oleh data cross section murni atau data time series murni.

5. Panel data dapat mempelajari model yang kompleks. 6. Panel data dapat meminimalisasikan bias.

Pemilihan model terbaik

Untuk memperoleh model terbaik maka perlu pengujian statistik, yaitu uji Chow dan uji Hausman.

1. Uji Chow

Uji Chow atau uji F statistik merupakan pengujian statistik untuk memilih model apa yang akan digunakan. Hipotesisnya adalah:

H0 : model Pooled Least Square (PLS) H1 : model Fixed Effect

Jika nilai F statistik lebih besar dari F tabel, cukup bukti untuk menolak H0. Hal ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman merupakan pengujuan statistik untuk memilih model apa yang akan digunakan. Hipotesisnya adalah:

H0 : model Random Effect H1 : model Fixed Effect

Jika nilai uji Hausman lebih besar dari chi square, cukup bukti untuk menolak H0. Hal ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.

Uji kriteria ekonomi

(35)

19

Uji asumsi klasik

Untuk memperoleh model yang efisien maka asumsi-asumsi yang mendasari model tersebut harus terpenuhi. Terdapat empat uji asumsi klasik, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan normalitas.

1. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salahsatu penyimpangan asumsi klasik berupa ragam sisaan yang tidak konstan yang lebih banyak muncul pada data

cross section. Menurut Gujarati (1999), heteroskedastisitas dapat terjadi karena transformasi data yang tidak benar dan bentuk fungsional yang tidak tepat seperti model linier versus model log-lonier.

Pelanggaran asumsi klasik heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada weight statistic dengan unweighted statistic. Jika sum square residual weighted statistic lebih kecil dari sum square residual unweighted statistic maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Salahsatu cara yang dapat silakukan untuk mengatasi pelanggaran asumsi klasik ini adalah dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang dalam metode ini kuadrat terkecil diboboti.

2. Multikolinearitas

Pelanggaran asumsi klasik yang sering terjadi adalah multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linier kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi. Menurut Gujarati dalam Napitulu (2007), jika nilai R2 yang tinggi (R2 > 0.7) namun banyak tanda koefisien regresi dugaan yang tidak sesuai teori, maka model yang digunakan terdapat masalah multikolonearitas. Salahsatu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas adalah dengan menggabungkan data

time series dengan cross section. 3. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi klasik, yaitu terdapat korelasi antara anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Autokorelasi mengakibatkan estimator tidak efisien karena tidak memiliki ragam minimum sehingga kuadrat estimator bias dan bukan estimator tak bias linear terbaik (BLUE). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat diuji dengan uji Durbin-Watson.

4. Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengatasi error term menyebar secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka model tersebut menyebar secara normal.

Uji kriteria statistik

Uji kriteria statistik digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak. Uji hipotesis ini terdiri dari uji F, uji t, dan uji R2.

1. Uji F

Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen. Hipotesisnya adalah :

H0: β1= β2= β3=β4=β5=β6= βn=0

(36)

20

Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti

untuk tolak H0, artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada taraf nyata α persen.

2. Uji t

Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa jauh setiap variabel independen memengaruhi variabel dependen dengan manguji koefisien regresi secara individual. Hipotesisnya adalah :

H0: βn=0 H1: βn≠0

Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti

untuk tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen pada taraf nyata α persen.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi merupakan uji kesesuaian model yang bertujuan untuk mengukur keragaman variabel independen yang dapat diterangkan oleh variabel dependen. Ketika R2=1, berarti seratus persen variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM

Perkembangan Perdagangan Otomotif di Dunia

Nilai perdagangan otomotif (HS 8703) memiliki tren yang cenderung meningkat di pasar internasional selama periode 2009-2014 (Gambar 7). Rata-rata pertumbuhan ekspor otomotif di pasar internasional sebesar 8.7 persen. Pertumbuhan tahun 2010 hingga 2013 sebesar 22.26 persen, 19.07 persen, -1.89 persen, dan 1.32 persen.

(37)

21

Volume ekspor otomotif di pasar internasional mengalami fluktuasi. Volume ekspor otomotif dunia mengalami penurunan yang signifikan tahun 2011. Sama halnya dengan nilai ekspor, volume otomotif mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013. Besarnya volume ekspor ini hampir sama besar dengan volume ekspor tahun 2009, 2010, dan 2011.

Penurunan volume ekspor otomotif dunia pada tahun 2011 salah satunya disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor otomotif. Berdasarkan data UNComtrade (2016). ASEAN merupakan salah satu importir otomotif tertinggi, artinya ASEAN merupakan salah satu pasar ekspor otomotif tertinggi dan berkontribusi terhadap pembentukan ekspor otomotif dunia. Sehingga penurunan ekspor ke ASEAN akibat terjadinya perlambatan ekonomi dapat berpengaruh pada ekspor otomotif dunia.

Perkembangan Otomotif Indonesia

Perdagangan otomotif Indonesia periode 2001 hingga 2014 memiliki tren yang fluktuatif. nilai impor otomotif Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga 2012 dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012.

400000000 600000000 800000000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai

(US$

)

Nilai ekspor otomotif Dunia HS 8703

0 20000000 40000000 60000000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

V

ol

um

e Eks

por

(uni

t)

)

Sumber : UNComtrade, 2016.

Gambar 8 Volume ekspor otomotif (HS 8703) di dunia tahun 2009-2014 Sumber : UNComtrade, 2016.

(38)

22

Daya saing Otomotif Indonesia di Dunia

Perdagangan internasional terdiri dari interaksi transaksi antar individu dengan negara lain, individu dengan pemerintah negara lain, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas kesepakatan bersama. Transaksi tersebut berupa ekspor dan impor. Kegiatan perdagangan internasional menyebabkan setiap negara harus meningkatkan daya saing agar mampu bertahan dalam pasar internasional.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA dapat mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara. Nilai RCA yang lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa komoditi yang dianalisis memiliki daya saing kuat atau keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia. Komoditi yang berdaya saing kuat dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara tujuan ekspor.

Tabel 4 Hasil estimasi RCA otomotif Indonesia di dunia

Sumber : UNComtrade 2016 (diolah).

Otomotif merupakan salah satu dari sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia (Kemendag 2016). Tabel 4 menunjukan rata-rata nilai RCA otomotif di Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2014 lebih besar dari satu yaitu 2.685. hal ini berati otomotif Indonesia memiliki daya saing yang kuat (keunggulan

Tahun Xij/Xt Wij/Wt RCA

2009 0.005 0.008 0.636

2010 0.007 0.001 5.555

2011 0.007 0.003 2.297

2012 0.012 0.006 1.834

2013 0.012 0.003 4.148

2014 0.015 0.009 1.640

Rata-rata 2.685

0 2000000 4000000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai

(US$

)

Nilai Impor

Sumber : UNComtrade, 2016.

(39)

23

komparatif) di pasar internasional. Hasil perhitungan RCA ini sesuai dengan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 5 Hasil estimasi EPD otomotif Indonesia di dunia

Sumber : UNComtrade 2016 (diolah).

Export Dynamic Product (EPD) digunakan untuk melihat keunggulan

kompetitif suatu komoditi dengan menentukan posisi dan identifikasi apakah suatu produk memiliki jangkauan yang luas. Pada periode 2009-2014, rata-rata posisi komoditi otomotif Indonesia (HS 8703) berada pada posisi rising star. Posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk sebuah komoditi dalam pasar internasional. Posisi rising star menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh tambahan pangsa pasar tertinggi pada ekspor otomotif. Berdasarkan hasil perhitungan EPD, posisi rising star mengindikasikan otomotif Indonesia bertumbuh cepat (dinamis).

Rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia sebesar 23.61 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar otomotif Indonesia di dunia sebesar 0.84 persen (Tabel 5). Meskipun begitu bila dilihat pada masing-masing tahun, otomotif Indonesia tahun 2012 dan 2013 berada di posisi falling star dan retreat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil RCA yang lebih besar dari satu (memiliki daya saing kuat).

Falling star merupakan posisi yang kurang diinginkan karena artinya

otomotif Indonesia tidak mengalami pertumbuhan pada tahun 2012. Namun pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia masih meningkat dari tahun 2011. Retreat

artinya kemunduran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, komoditi otomotif Indonesia mengalami kemunduran pada pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan produk. Untuk meningkatkan pangsa pasar otomotif Indonesia, diperlukan peningkatan kualitas dan inovasi agar pangsa pasar otomotif Indonesia tidak menurun pada tahun-tahun berikutnya.

Daya Saing Otomotif Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama

Nilai RCA otomotif Indonesia di dunia belum tentu memiliki nilai yang sama bila dilihat dari masing-masing negara tujuan ekspor. RCA otomotif Indonesia pada delapan negara tujuan ekspor utama memiliki nilai yang berbeda-beda.

(40)

24

Daya saing otomotif Indonesia yang kuat berada di negara Brunei Darusallam, Myanmar, Philippines, Thailand dan Vietnam. Namun daya saing otomotif di negara Cambodia, Malaysia dan Singapore masih kurang kuat (RCA>1). Hal tersebut mengindikasi bahwa otomotif Indonesia di negara-negara tersebut diakibatkan oleh eksportir pesaing lebih mendominasi di negara-negara tersebut.

Tabel 6 Hasil estimasi RCA dan EPD otomotif Indonesia di negara tujuan ekspor utama tahun 2009-2014

Negara Rata-rata

RCA

Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor (persen)

Pertumbuhan pangsa pasar

produk (persen)

Posisi EPD

Brunei 3.7 30.6 -11.7 Falling Star

Cambodia 0.02 230.7 -3.51 Falling Star

Malaysia 0.64 -3.45 -3.35 Retreat

Myanmar 1.6 75.7 -0.71 Falling Star

Philippines 2.8 -6.71 -2.93 Retreat

Singapore 0.035 10.74 0.702 Rising Star

Thailand 9.46 -6.1 0.103 Lost Opportunity

Vietnam 1.51 23.2 -8.12 Falling Star

Sumber : UNComtrade 2016 (diolah)

Berdasarkan data UNComtrade (2016), sebagian besar ekspor otomotif negara pesaing di negara yang hasil RCAnya kurang dari satu memiliki nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia. Hal tersebut tercermin dari peringkat otomotif Indonesia yang diekspor ke negara-negara tersebut. Keunggulan kompetitif otomotif Indonesia dapat dilihat dengan menghitung nilai

Export Dynamic Products (EPD). Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa

(41)

25

Sumber : UNComtrade, 2016 (diolah).

Gambar 10 Posisi EPD otomotif Indonesia di negara tujuan

Berdasarkan EPD, posisi otomotif Indonesia di negara tujuan diperoleh dari kombinasi pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan otomotif Indonesia. pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia dinyatakan dengan sumbu x, sedangkan pertumbuhan pangsa pasar otomotif Indonesia dinyatakan dengan sumbu y.

Otomotif Indonesia berada di posisi yang beragam di setiap negara tujuan ekspor, namun ada yang berada di posisi rising star yaitu Singapore. Otomotif di Indonesia berada pada posisi falling star di negara Bruneii Darusallam, Cambodia, Myanmar, dan Vietnam. Sedangkan lost opportunity di negara Thailand. Hal tersebut mengindikasikan bahwa otomotif Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan produk ketika memiliki pangsa pasar ekspor yang baik, artinya share otomotif Indonesia mengalami peningkatan namun permintaan otomotif Indonesia di keempat negara tersebut mengalami penurunan.

(42)

26

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama

Otomotif Indonesia merupakan salahsatu komoditi ekspor utama Indonesia yang memiliki daya saing kuat secara komparatif dan kompetitif dengan nilai rata-rata RCA sebesar 2.685 dengan posisi rising star di pasar internasional. Oleh karena itu diperlukan analisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan agar otomotif Indonesia semakin unggul dan berdaya saing kuat di pasar internasional.

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor otomotif Indonesia menggunakan gravity model. Gravity model digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan negara eksportir atau importir, pengaruh jarak ekonomi, dan faktor lainnya baik ekonomi maupun non ekonomi terhadap ekspor otomotif Indonesia. Jenis otomotif yang dianalisis adalah otomotif (HS 8703). Negara tujuan ekspor otomotif dari Indonesia terdiri dari 8 negara yaitu Bruneii Darusallam, Cambodia, Malaysia, Myanmar, Philiphina, Singapore, Thailand dan Vietnam. Tahun yang dianalisis yaitu tahun 2009-2014.

Tabel 7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor otomotif Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2014

Variabel Dependen : LN_VX

Variable Independen Koefisien Probabilitas

LN_GDPI 0.456369 0.4037

LN_GDPJ 22.14289 0.0000**

LN_ECODIST -20.00255 0.0603*

LN_XRATE -1.875543 0.0029

LN_PRICE -3.603274 0.0000**

LN_POPULASI 22.37532 0.0361

Sum squared resid 14.44195 Durbin-Watson stat 1.711506

Keterangan : signifikan terhadap taraf nyata 5 % (**) dan 10% (*)

Uji Kriteria Ekonometrika

Terdapat empat uji asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk mendeteksi adanya masalah pada sebuah model ekonometrika. Uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. 1) Uji multikolinieritas

(43)

27

Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0.8, berarti model tersebut memiliki masalah multikolinearitas. Model yang dianalisis memiliki probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, yaitu sebesar 0.000. Nilai korelasi antar variabel yang dianalisis di bawah 0.8 sehingga dapat disimpulkan tidak ada pelanggaran asumsi klasik multikolinearitas.

2) Uji heteroskedastisitas

Masalah heteroskedastisitas pada suatu model dapat dideteksi dengan membandingkan nilai Sum Squared Residual Weighted Statistic dengan nilai Sum

Squared Residual Unweighted. Nilai Sum Squared Weighted Statistic sebesar

10.80529 lebih kecil dari nilai Sum Squared Unweighted Statistic sebesar 14.44195. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model memiliki masalah heteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, model yang dianalisis diberi pembobotan cross section weights. Pembobotan cross section

membuat model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 3) Uji autokorelasi

Masalah autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan nilai Durbin-Watson Statistic (DW). Dalam model yang dianalisis, nilai DW statistik sebesar 1.800404. Berdasarkan tabel DW dengan taraf nyata 5 persen, nilai dL sebesar 1.4201 dan nilai dU sebesar 1.7246. Berdasarkan nilai dU dan dL, autokorelasi tidak dapat ditentukan ada atau tidaknya autokorelasi karena jika nilai DW statistik berada di antara 1.800404 hingga 1.7246. Nilai DW statistik yang dianalisis bukan berada di daerah autokorelasi negatif atau positif. Namun model yang dianalisis menggunakan fixed effect model dengan pembobotan Generalized Least Square (GLS) cross section weights sehingga masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diatasi (Juanda 2009).

4) Uji normalitas

Menyebar normal atau tidaknya residual (error terms) suatu model dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera (JB). Jika nilai JB lebih besar dari taraf nyata 5 persen, maka residual model menyebar normal. Pada model yang dianalisis, nilai JB sebesar 2.723551 besar dari taraf nyata lima persen. Dari hasil tersebut dapat disumpulkan bahwa residual model menyebar normal.

Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik atau uji kriteria statistik yang berfungsi untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak. Uji kriteria statistik terdiri dari koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji t. 1) Koefisien determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi estimasi model sebesar 0.978898. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 97.8898 persen keragaman dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R2 yang mendekati satu menunjukkan model tersebut dapat digunakan dengan cukup baik.

2) Uji F

Gambar

Gambar 1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun
Tabel 1 Indonesia Kelebihan Produksi Otomotif, 2015
Gambar 2 Nilai ekspor otomotif Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun
Gambar 3 Keseimbangan dalam perdagangan internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini dilakukan untuk memasukkan data variabel sebagai batas denyut nadi yang digunakan sebagai acuan pengendara mengantuk dan notifikasi alarm pada

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Berat Badan Domba Ekor Tipis yang Diinfeksi Haemonchus contortus adalah

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik Bidang Angkutan Laut untuk penumpang Kelas Ekonomi perlu ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya pengalaman kerja yang sudah dijalani dan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh auditor, merupakan bagian dari

Penulis menyebut kepemimpinan di dalam islam adalah kepemimpinan dakwah dimana setiap individu berkewajiban mengajak (dakwah) mempengaruhi orang lain untuk berada pada

Bibit tanaman C3 yang menerima intensitas cahaya tinggi dan kelebih- an nitrogen akan mengalami ganggu- an pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi perkembangan dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga BI, Jumlah uang yang beredar, berpengaruh terhadap inflasi sedangkan pengeluaran pemerintah dan kurs tidak