PRODUKSI IKAN NEON TETRA
Paracheirodon innesi
UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 °C
IRWAN WIJAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Irwan Wijaya
ABSTRAK
IRWAN WIJAYA. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan
HARTON ARFAH.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan suhu terbaik untuk produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Penelitian menggunakan empat perlakuan yaitu 28 °C, 30 °C, 32 °C, dan suhu ruang dengan tiga ulangan. Benih ikan neon tetra yang digunakan termasuk ukuran small yang memiliki ukuran panjang rata rata 1,16±0,06 cm dan bobot rata rata 0,05±0,01 gram, dihasilkan oleh petani dari Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Pemeliharaan Ikan neon tetra dilakukan pada akuarium yang diisi air tawar sebanyak 10 liter. Pemeliharaan berlangsung selama 28 hari. Pakan yang diberikan berupa cacing sutera dengan pemberian pakan pada pagi dan sore hari secara at satiation. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari total volume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi diperoleh pada suhu 28 °C, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada suhu ruang
Kata kunci:keuntungan, kelangsungan hidup, neon tetra, pertumbuhan, suhu
ABSTRACT
IRWAN WIJAYA. Production of Neon Tetra Fish Paracheirodon innesi Size M At Room Temperature to 32 °C. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and
HARTON ARFAH.
This study was conducted to determine the best temperature for production of neon tetra fish Paracheirodon innesi . The research consisted of four treatments i.e. 28 °C, 30 °C, 32 °C and room temperature with three replications. The Neon tetra fry was small size category, had average length of 1,16±0,06 cm and average weight of 0,05±0,01 g were produced by farmer from Cibeureum, Bogor, West Java. Neon tetra fry were reared in aquarium filled with 10 liters of fresh water. Period time of rearing was 28 days. The fry were fed at satiation with tubifex twice a day in the morning and evening. Water media exchanged was 30% of total volume every two days. The results showed that temperature affected the growth and survival of the neon tetra. The highest survival rate and growth was obtained at a temperature of 28 °C, however the highest profit was obtained at room temperature
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PRODUKSI IKAN NEON TETRA
Paracheirodon innesi
UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 °C
IRWAN WIJAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C
Nama : Irwan Wijaya
NIM : C14080091
Disetujui oleh
Ir. Dadang Shafruddin, MS. Pembimbing I
Ir. Harton Arfah, M.Si. Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M. Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah produksi, dengan judul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah Hangky dan bunda Asih serta kakak Indira atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Ir. Dadang Shafruddin, MS. selaku Pembimbing I dan Ir. Harton Arfah M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
3. Pak Ranta, Kang Abe, Pak Wasjan, Mbak Retno atas kerjasamanya yang baik dalam menyelesaikan skripsi.
4. Gary, Fikri, Mayya, Adya, Yoga, Rio,dan teman teman kenanga 14 terima kasih atas motivasi dan bantuan serta memberi semangat hingga skripsi dapat diselesaikan.
5. Keluarga besar BDP 45 terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2015
DAFTAR ISI
Pengelolaan Kualitas Air... 3
Parameter Uji ... 3
Kelangsungan Hidup ... 3
Pertumbuhan Panjang... 3
Laju Pertumbuhan Harian ... 3
Pertumbuhan Panjang... 5
KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
Kesimpulan ... 11
Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 11
LAMPIRAN ... 13
DAFTAR TABEL
1 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon
innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 7
2 Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 8
DAFTAR GAMBAR
1 Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 52 Pertumbuhan panjang ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 5
3 Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 6
4 Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 6
5 Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis data Kelangsungan Hidup ... 142 Analisis data Laju Pertumbuhan Harian ... 15
3 Analisis data Pertumbuhan Panjang ... 16
4 Analisis data Koefisien Keragaman ... 17
5 Analisis data Efisiensi Pakan ... 18
6 Kualitas Air ... 19
7 Biaya Pakan ... 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan juga menjadi komoditas andalan untuk ekspor di Indonesia. Menurut data KKP, produksi ikan hias semakin meningkat dan melampaui target tiap tahunnya. Tahun 2011 target ekspor 700 juta ekor dan realisasi sebesar 945,3 juta ekor. Tahun 2012 target ekspor 850 juta dan realisasi sebesar 1,3 miliar ekor. Proporsi ekspor ikan hias air tawar mencapai 80%. Negara penerima ekspor ikan hias Indonesia adalah Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki permintaan pasar tinggi dan juga harga yang relatif stabil adalah ikan neon tetra (Paracheirodon innesi). Ikan ini merupakan ikan asli Sungai Amazon yang memiliki ciri ciri khusus yaitu garis horizontal berwarna biru hijau sepanjang kedua sisi ikan dan warna kemerah merahan disepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh.
Dalam membudidayakan ikan neon tetra para petani umumnya sudah menggunakan teknik intensif. Ikan dipelihara di dalam akuarium dalam kondisi suhu ruang dengan padat penebaran 5 ekor/L selama pemeliharaan 1 bulan (Hadiroseyani 2003). Walaupun demikian suhu ruang seringkali berubah-ubah seiring dengan keadaan cuaca. Keadaan ini diduga mempengaruhi laju metabolisme ikan sehingga pertumbuhan kurang maksimal.
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi yakni melalui teknik rekayasa lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah suhu. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu perairan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme, sesuai dengan hukum
Van’t Hoof yang menyatakan untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2-3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10 °C. Menurut Wardoyo (1975) ikan dapat beraklimatisasi pada suhu relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat kenaikan suhu tertentu dapat menyebabkan kematian ikan. Penelitian Oliviera et al. (2008) menunjukkan ikan cardinal tetra dapat menolerir suhu dari 21 °C hingga 33 °C. Penelitian Kelabora (2009) menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap pertumbuhan hidup dan kelangsungan hidup pada ikan mas. Pertumbuhan ikan mas baik panjang dan berat tertinggi dicapai pada perlakuan suhu 28 °C dan terendah pada suhu 32 °C. Sedangkan kelangsungan hidup ikan mas tertinggi dicapai pada suhu 28 °C dan diikuti penurunan tingkat kelangsungan hidup pada suhu 30 °C dan 32 °C.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu yang paling baik dalam memproduksi ikan neon tetra berdasarkan parameter tingkat kelangsungan hidup, efesiensi pakan, tingkat pertumbuhan serta keuntungan produksi.
BAHAN DAN METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu kontrol, yakni media yang suhunya bergantung pada suhu ruangan dan tiga perlakuan suhu media pemeliharaan berbeda yang diatur menggunakan
heater/thermostat.
Perlakuan perlakuan tersebut adalah: 1) Perlakuan K atau suhu ruang 2) Perlakuan A atau suhu air 28 °C 3) Perlakuan B atau suhu air 30 °C 4) Perlakuan C atau suhu air 32 °C
Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus Steel dan Torrie (1991) yaitu :
Keterangan:
Yij= Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ = Nilai tengah dari pengamatan.
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i.
εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium yang berukuran 30 x 20 x 20 cm3 sebanyak 12 akuarium. Akuarium dicuci kemudian didesinfeksi dengan klorin, dijemur selama satu hari dan dibilas dengan air bersih. Dua hari sebelum ditebar ikan, akuarium kecil diisi air hingga mencapai volume 10 L.
Penebaran Benih
Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan Neon Tetra
Paracheirodon innesi yang berasal dari Cibereum, Bogor. Ikan berukuran panjang dan bobot rata rata masing-masing 1,16±0,06 cm dan 0,05±0,01 gram atau dikenal sebagai ukuran S. Ikan Neon Tetra dipelihara selama 28 hari hingga ukuran M dengan padat penebaran 7 ekor/L. Sebelum ikan ditebar, dilakukan aklimatisasi. Setelah ikan ditebar, heater dipasang dan diatur suhunya serta dipertahankan selama pemeliharaan sehingga sesuai dengan perlakuan.
Pemberian Pakan
dicuci bersih terlebih dahulu agar kotoran di cacing hilang, kemudian ditimbang. Satu jam setelah diberikan sisa pakan ditimbang kembali. Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan dihitung berdasarkan berat pakan yang diberikan dan yang tersisa. Pakan diberikan sebanyak dua kali yaitu pada pagi jam 7.00 WIB dan sore jam 17.00 WIB.
Pengelolaan Kualitas Air
Air yang digunakan untuk pergantian air adalah air yang sudah diendapkan selama dua hari di dalam tandon. Selama pemeliharaan air diaerasi agar oksigennya tercukupi. Suhu air dipantau sebanyak empat kali sehari yang dilakukan pada jam 6.00 WIB, 12.00 WIB, 18.00 WIB, dan 22.00 WIB. Pergantian air dilakukan seiring dengan penyiponan kotoran. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari volume total air.
Kualitas air lain diukur pada awal penelitian, kemudian diulang setiap 7 hari sekali. Parameter kualitas air ini adalah kadar amoniak,nitrit, DO, pH, dan pengamatan dihitung kelangsungan hidup yaitu perbandingan ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):
Keterangan: SR = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Pertumbuhan Panjang
Panjang total ikan diukur dengan menggunakan penggaris. Ikan yang diukur sebanyak 30 ekor/akuarium. Pengukuran dilakukan 7 hari sekali. Selanjutnya pertumbuhan panjang dihitung menggunakan rumus (Effendie 1979):
Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang = Panjang rata-rata akhir = Panjang rata-rata awal
Laju Pertumbuhan Harian
Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengambilan contoh sebanyak 30 ekor per akuarium Laju pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al.(1991) :
=
Keterangan : = Laju pertumbuhan harian individu (%/hari)
4
Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor)
W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor)
t = Periode pemeliharaan (hari)
Koefisien Keragaman
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, yang dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1981):
Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh
Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran pakan cacing sutra selama pemeliharaan. Hal ini dapat dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):
Keterangan: EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa ikan panen (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) Wo = Biomassa ikan tebar (gram)
F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)
Analisis Usaha
Analisis usaha dihitung dilakukan untuk mengetahui perlakuan suhu yang paling menguntungkan selama pemeliharaan. Produksi ikan neon tetra meliputi dari pembelian ikan dan juga jumlah pembelian pakan selama penelitian. Keuntungan atau kerugian dapat dihitung dari total penjualan ikan neon tetra diakhir penelitian dikurangi total biaya produksi yang meliputi pembelian ikan awal serta biaya jumlah pakan untuk produksi ikan tersebut serta biaya penggunaan listrik dari heater.
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup rata-rata ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 76,2±2,2 % hingga 97,6±2,2 % (Gambar 1). Kelangsungan hidup kontrol lebih rendah dibandingkan suhu 28 °C dan 30 °C. Sedangkan peningkatan suhu dari 30 °C diikuti dengan penurunan kelangsungan hidup. Suhu 28 °C dan 30 °C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan juga suhu 32 °C (P<0,05) (lampiran 1).
Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Gambar 1. Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C
Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan panjang ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 0,67±0,04 cm hingga 0,99±0,03 cm (Gambar 2). Pertumbuhan panjang saling berbeda nyata ditiap perlakuan (P<0,05) (lampiran 3).
Keterangan: K : kontrol , huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
6
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 5,88±0,13 %/hari hingga 7,21±0,04 %/hari (Gambar 3). Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 7,21±0,04 %/hari. Laju pertumbuhan bobot harian pada tiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata satu sama lain (P<0,05) (lampiran 2).
Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C
Koefisien Keragaman
Koefisien keragaman ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 3,11±0,27 % hingga 4,87±0,31 % (Gambar 4). Koefisien keragaman tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 4,87±0,31 %. Koefisien keragaman panjang pada perlakuan suhu 28 °C dan 30 °C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan 32 °C (P<0,05) (lampiran 4).
Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Efisiensi Pakan
Efisiensi ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 24,59±0,75 % hingga 31,72±0,55 % (Gambar 5). Efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 31,72±0,55 %. Nilai efisiensi pakan perlakuan suhu ruang dan 28 °C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu 30 °C dan 32 °C (P<0,05) (lampiran 5).
Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Gambar 5. Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C
Kualitas Air
Kualitas air yang diperoleh dari masing-masing perlakuan suhu ruang, 28 °C, 30 °C, dan 32 °C selama pemeliharaan 28 hari yang tercantum pada tabel 1 dan terperinci pada lampiran 6.
Tabel 1. Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C
Parameter Tandon Suhu (°C)
8
faktor penyebab rendahnya pendapatan adalah kelangsungan hidup yang rendah dan juga tingkat pertumbuhan yang rendah. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup karena suhu air yang terlalu tinggi untuk ikan neon tetra. Biaya pakan setiap perlakuan dapat dilihat pada lampiran 7. Analisa usaha terperinci dapat dilihat pada lampiran 8
Tabel 1. Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C
Total penerimaan (Rp) 179550,00 194750,00 191900,00 152000,00 Total Biaya (Rp) 125765,11 146024,15 152475,97 151340,58 Laba (Rp) 53784,89 48725,85 39424,03 659,42 suhu yang menyatakan bahwa suhu yang tidak stabil merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada larva ikan mas dengan fluktuasi suhu harian mencapai 5 °C.
Penurunan tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan suhu 32 °C mengindikasikan berada di luar suhu pemeliharaan optimum bagi ikan neon tetra. Pada penelitian Kelabora (2009) terhadap ikan mas yang diberi perlakuan suhu menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah pada perlakuan suhu tertinggi yakni suhu 32 °C. Oliveira et al. (2008) mendapatkan ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) bertahan hidup pada suhu 29 °C hingga 33 °C dengan tingkat kelangsungan hidup rendah. Hepher (1988) menambahkan seiring peningkatan suhu, tingkat metabolisme akan meningkat dan mencapai puncaknya sesuai dengan karakteristik spesies ikan pada suhu tertentu, di atas suhu tersebut metabolisme akan menurun tajam dan biasanya diasosiasikan dengan kematian ikan.
energi digunakan secara maksimal untuk pertumbuhan mengingat pada suhu 30 °C dan 32 °C pertumbuhan lebih rendah. Wedemeyer (2001) menambahkan suhu yang konstan dapat memaksimalkan pertumbuhan ikan pada masa larva.
Koefisien keragaman panjang ikan neon tetra pada penelitian ini memiliki nilai keragaman yang rendah atau seragam. Kisaran nilai keseragaman selama penelitian berkisar 3,11 % hingga 4,87 %. Perlakuan suhu 28 °C memiliki nilai koefisien keragaman tertinggi. Keseragaman ukuran ikan sangat penting dalam produksi ikan. Ikan dengan ukuran seragam memiliki harga yang lebih tinggi. Koefisien keragaman menunjukkan variasi ukuran. Nilai koefisien keragaman yang kecil menunjukkan variasi ukuran ikan yang seragam. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), nilai koefisien keragaman yang nilainya berada di bawah 20-25% dianggap homogen dan seragam. Rendahnya nilai keragaman menunjukkan bahwa kompetisi pakan dan ruang masih dalam batas yang dapat ditolerir ikan neon tetra sehingga pakan yang diberikan dimanfaatkan merata dan cukup. Selain itu rendahnya nilai keragaman menunjukkan kepadatan ikan neon tetra selama pemeliharaan belum mencapai batas maksimum.
Efisiensi pakan tertinggi ikan neon tetra dicapai pada suhu 28 °C dengan nilai 31,72 %. Penurunan nilai efisiensi terjadi pada suhu 30 °C dan 32 °C. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu diikuti oleh derajat metabolisme, akan tetapi pada suhu tertentu akan terjadi penurunan pertumbuhan karena ikan mempunyai selera makan pada suhu yang optimal. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menambahkan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27 °C. Pada penelitian ini ikan disediakan pakan yang secukupnya. Houlihan et al.
(2001) menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan biasanya lebih rendah dari suhu dimana konsumsi pakan maksimal. Dengan demikian penurunan efisiensi pakan sejalan dengan penurunan pertumbuhan pada suhu yang meningkat, juga menunjukkan adanya alokasi energi yang dimakan untuk perawatan tubuh yang meningkat yang diakibatkan ketidak nyamanan hidup ikan pada suhu yang lebih tinggi dari 28 °C.
Suhu ruang yang merupakan perlakuan suhu paling rendah pada penelitian masih berada dalam batas toleransi ikan neon tetra. Menurut Hepher (1988) kebanyakan ikan air hangat tingkat pertumbuhannya dimulai ketika suhu 17-18 °C dan mencapai puncaknya pada suhu 28-30 °C. Pada perlakuan suhu ruang dapat dilihat bahwa suhu ruang yang berkisar antara 25-27,5 °C bukan titik optimal untuk pertumbuhan ikan neon tetra.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan ikan stres sehingga energi yang berasal dari pakan digunakan untuk perawatan. Salah satu indikasinya adalah penurunan jumlah konsumsi pakan. Hepher (1988) menyatakan ketika temperatur melebihi tingkat optimal, maka konsumsi pakan akan menurun. Percobaan yang dilakukan pada ikan trout menunjukkan ikan trout kehilangan nafsu makan pada suhu 23 °C yang merupakan suhu batas kematian.
10
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada perairan yang memiliki suhu 20-25 °C. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dimana ikan neon tetra dapat tumbuh optimal pada suhu 28 °C.
Nilai kelarutan oksigen (DO) pada penelitian ini berkisar antara 4,13-5,87 mg/L. Menurut Boyd (1990) kisaran optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan ikan adalah lebih dari 5 ppm. Nilai kelarutan oksigen pada perlakuan mengalami penurunan setiap minggunya. Peningkatan suhu pada tiap perlakuan menurunkan nilai kelarutan oksigen. Hal ini sesuai pernyataan Cole (1983) dalam Effendi (2003) bahwa semakin tinggi suhu perairan, maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Pencegahan terhadap kurangnya pasokan oksigen dilakukan dengan pergantian air sebanyak 30% setiap dua hari sekali. Berdasarkan hasil penelitian meliputi tingkat kelangsungan hidup dan juga pertumbuhan, nilai kelarutan oksigen selama pemeliharaan masi dapat ditolerir oleh ikan neon tetra. Kadar amoniak dalam air selama pemeliharaan ikan neon tetra berkisar antara 0,005– 0,021 mg/L. Menurut Effendi et al. (2008) kadar amoniak yang baik untuk budidaya ikan yakni kurang dari 0,1 mg/L. Selama pemeliharaan dapat dilihat nilai amoniak meningkat nilainya seiring tingginya suhu perlakuan. Hal ini menunjukkan tingginya metabolisme ikan karena perlakuan suhu diikuti dengan meningkatnya buangan metabolit.
Nilai kisaran nitrit pada pemeliharaan ikan neon tetra yakni 0,114-0,643 mg/L. Nilai nitrit selama pemeliharaan ikan neon tetra pada media bersuhu masih berada dalam kisaran yang baik untuk kehidupan ikan. Hal ini didukung oleh Boyd (1990) yang menyatakan nitrit yang aman di perairan adalah 0,5-5 mg/L NO2-N dengan tanpa meperhatikan nitrit tersebut dihasilkan dari oksidasi amonia
atau reduksi nitrat. Nilai pH selama pemeliharaan satu bulan berkisar antara 6,96– 7,87. Kisaran nilai pH selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimum untuk ikan neon tetra. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada suhu perairan dengan kisaran 5,5–7,5. Selain itu Effendi (2003) menyatakan sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar antara 13,33–26,67 mg/L CaCO3. Menurut Effendi
(2003) perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/L CaCO3 disebut
perairan lunak. Kisaran alkalinitas selama pemeliharaan berada diluar kisaran yang baik yakni 30–500 mg/L CaCO3 namun hal ini tidak berpengaruh pada
kelangsungan hidup ikan neon tetra karena ikan neon tetra selama pemeliharaan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Peningkatan suhu dari 28 °C hingga 32 °C pada produksi ikan neon tetra ukuran M berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, efisiensi pakan, koefisien keragaman, dan keuntungan. Pertumbuhan dan juga kelangsungan hidup terbaik dicapai pada suhu 28 °C, tetapi secara ekonomi keuntungan terbesar dicapai pada suhu ruang.
Saran
Dalam meningkatkan keuntungan, perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan sumber energi pemanas yang lebih ekonomis dan optimasi produksi melalui peningkatan kepadatan pada pemeliharaan dengan media 28 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama (US): Auburn University.
Cholik F, Artati, Arifudin R. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Jakarta (ID): Dirjen Perikanan.
Djajasewaka H, Djajadiredja R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia dan Cara Pengembangannya. Jakarta(ID): Lembaga Penelitian perikanan darat
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendi H. 2003. Telaah kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Jakarta (ID): Kanisius.
Effendi I, Ratih TD, Kadarini T. 2008. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) di Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia
7(2): 189-197.
Fujaya Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta (ID): Rineka cipta.
Hadiroseyani Y. 2003. Budidaya Ikan hias jenis tetra. Modul pemeliharaan larva sampai ukuran pasar. Jakarta (ID): Direktorat pendidikan nasional.
12
Houlihan D, Boujard T,Jobling M. 2001. Food Intake In Fish. Oxford (UK): Blackwell Science Ltd.
Kelabora DM. 2009. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan Terubuk
38: 71-81
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan minitab. Bogor (ID): IPB Press.
Oliveira S, Souza R, Nunes E, Carvalho C, Menezes G, Marcon J, Akifumi O, Affonso E. 2008. Tolerance to temperature, pH, ammonia and nitrite in cardinal tetra, Paracheirodon axelrodi, an amazonian ornamental fish. Instituto de pesquisas da amazonia. 38: 773-780
Solehudin MA. 2006. Produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran M dengan padat tebar 25, 50, 75, dan 100 ekor/liter dalam sistem resirkulasi.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Steel GD, Torrie JH. 1993. Prinsip-prinsip dan prosedur statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wardoyo STH. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Bogor (ID): IPB press.
Wedemeyer GA. 2001. Fish Hatchery Management, Second edition. Maryland (US): American Fisheries Society.
14
Lampiran 1. Analisis data Kelangsungan Hidup
Tabel Sidik Ragam
kontrol 28 -7.61763* 2.25879 .039
30 -6.19097 2.25879 .096
32 13.80903* 2.25879 .001
28 kontrol 7.61763* 2.25879 .039
30 1.42667 2.25879 .919
32 21.42667* 2.25879 .000
30 kontrol 6.19097 2.25879 .096
28 -1.42667 2.25879 .919
32 20.00000* 2.25879 .000
32 kontrol -13.80903* 2.25879 .001
28 -21.42667* 2.25879 .000
Lampiran 2. Analisis data Laju Pertumbuhan Harian
kontrol 28 -7.61763* 2.25879 .039
30 -6.19097 2.25879 .096
32 13.80903* 2.25879 .001
28 kontrol 7.61763* 2.25879 .039
30 1.42667 2.25879 .919
32 21.42667* 2.25879 .000
30 kontrol 6.19097 2.25879 .096
28 -1.42667 2.25879 .919
32 20.00000* 2.25879 .000
32 kontrol -13.80903* 2.25879 .001
28 -21.42667* 2.25879 .000
16
Lampiran 3. Analisis data Pertumbuhan Panjang
Tabel Sidik Ragam
kontrol 28 -.15000* .02186 .001
30 -.09667* .02186 .010
32 .17333* .02186 .000
28 kontrol .15000* .02186 .001
30 .05333 .02186 .146
32 .32333* .02186 .000
30 kontrol .09667* .02186 .010
28 -.05333 .02186 .146
32 .27000* .02186 .000
32 kontrol -.17333* .02186 .000
28 -.32333* .02186 .000
Lampiran 4. Analisis data Koefisien Keragaman
kontrol 28 -1.4749333* .2794702 .003
30 -1.4106000* .2794702 .004
32 .2871333 .2794702 .739
28 kontrol 1.4749333* .2794702 .003
30 .0643333 .2794702 .995
32 1.7620667* .2794702 .001
30 kontrol 1.4106000* .2794702 .004
28 -.0643333 .2794702 .995
32 1.6977333* .2794702 .001
32 kontrol -.2871333 .2794702 .739
28 -1.7620667* .2794702 .001
18
Lampiran 5. Analisis data Efisiensi Pakan
Tabel Sidik Ragam
30 kontrol -2.95667* .56400 .003
28 -4.23333* .56400 .000
32 2.89667* .56400 .004
32 kontrol -5.85333* .56400 .000
28 -7.13000* .56400 .000
20
Lampiran 7. Biaya Pakan
Biaya kebutuhan Pakan
1 takar 450 Gram
1 takar 7000 rupiah
Perlakuan Kebutuhan Pakan 1 takar (gr)
1 takar
(Rp) rp/gr
Biaya pakan (Rp)
ruang 1 48,27 450 7000 15,5556 750,87
ruang 2 47,23 450 7000 15,5556 734,69
ruang 3 46,22 450 7000 15,5556 718,98
28 1 58,02 450 7000 15,5556 902,53
28 2 57,74 450 7000 15,5556 898,18
28 3 57,3 450 7000 15,5556 891,33
30 1 60,51 450 7000 15,5556 941,27
30 2 62,28 450 7000 15,5556 968,80
30 3 63,62 450 7000 15,5556 989,64
32 1 43,36 450 7000 15,5556 674,49
32 2 44,48 450 7000 15,5556 691,91
21
Lampiran 8. Analisa Usaha Ikan Neon Tetra
Parameter
Suhu (°C)
ruang 28 30 32
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Benih 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000
Pakan 7508,67 7346,89 7189,78 9025,33 8981,78 8913,33 9412,67 9688,00 9896,44 6744,89 6919,11 7048,22
Akuarium 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67
Pompa air 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33
Blower 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33
Rak akuarium 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67
Set aerasi 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33
Heater 100 watt 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67
Alat sortir 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67
Tenaga kerja 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000
Sewa lahan 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000
Listrik 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Listrik dari
heater 0 0 0 18634 18634 18634 24393,6 24393,6 24393,6 26019,84 26019,84 26019,84
Total Biaya
125925,34 125763,56 125606,45 146076,00 146032,45 145964,00 152222,94 152498,27 152706,71 151181,40 151355,62 151484,73 (1 s/d 13)
Produksi (ekor) 650 630 610 700 680 670 650 670 700 520 550 530
Harga jual/ekor 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285
Pendapatan 185250 179550 173850 199500 193800 190950 185250 190950 199500 148200 156750 151050
22
Keterangan :
Asumsi : Semua perhitungan budidaya didasarkan pada volume akuarium 100 liter, total akuarium 50, dan daya listrik di tempat budidaya 900 watt
No Uraian Biaya (rp/bulan)
1 Akuarium
Harga Rp 100.000 kekuatan 5 tahun 1666,67
2 Pompa air
Harga Rp 250.000 kekuatan 6 bulan 833,33
3 Blower
Harga Rp 400.000 kekuatan 6 bulan 1333,33 4 Rak akuarium
Harga Rp 3.500.000 (50 lubang) 1166,67
kekuatan 5 tahun
5 Set aerasi (selang,batu,kran)
Harga Rp 6500 kekuatan 6 bulan 1083,33 6 Heater 100 watt
Harga Rp 64000 kekuatan 6 bulan 10666,67
7 alat sortir (baskom,centong)
Harga Rp 8000 kekuatan 3 bulan 2666,67
8 tenaga kerja
Rp 800.000/bulan 16000
9 sewa lahan
Rp 200.000/bulan 4000
10 Listrik
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 1990 dari Ayah Hengky Wijaya dan Ibu Asih Suwarni. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SMP Santa Maria I (2002-2005) dan SMA Setia Bhakti (2005-2008). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN. Selama kuliah di IPB penulis aktif di UKM bola basket IPB dan bergabung
dengan tim IPB yang berkompetisi di “LA Light Campus League” Bandung.
Penulis juga berprestasi dalam olahraga bola basket dengan menjadi runner up