• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi sapi kereman di desa tlogohendro kecamatan petungkriyono, kabupaten pekalongan, jawa tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi sapi kereman di desa tlogohendro kecamatan petungkriyono, kabupaten pekalongan, jawa tengah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI SAPI KEREMAN DI DESA TLOGOHENDRO

KECAMATAN PETUNGKRIYONO KABUPATEN

PEKALONGAN JAWA TENGAH

WIDIGDO HADI PRATOYO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Sapi Kereman di Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

WIDIGDO HADI PRATOYO. Produksi Sapi Kereman Di Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ASNATH M. FUAH dan RUDY PRIYANTO.

Sapi potong menjadi salah satu komoditi utama petani di Tlogohendro, Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi sapi potong di Pekalongan, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei ke lokasi yang telah ditentukan secara sengaja (purposive) yakni dusun yang memiliki sapi dengan jumlah rata-rata kepemilikan 2-4 ekor yang menerapkan pola kereman. Hasil penelitian menunjukkan jenis dan karakteristik dari dataran tinggi dan rendah secara signifikan mempengaruhi peternakan sapi potong yang mengakibatkan produksi sapi berbeda. Pemeliharaan dengan sistem kereman di Dusun Tlogo memiliki produktivitas yang lebih tinggi sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

Kata kunci: sapi potong, pengembangan ternak, kereman

ABSTRACT

WIDIGDO HADI PRATOYO. The Production of “Kereman” Cattle in Tlogohendro Village, Pekalongan, Central Java. Supervised by ASNATH M. FUAH and RUDY PRIYANTO.

Beef cattle become one of the main comodities of farmers in Tlogohendro of Pekalongan Regency as a source of family income and asset. This study was aimed to evaluate the production system and productivity of beef cattle in Pekalongan Central Java. The method used in this study was by conducting survey to some purposively determined locations which have at about 2-4 beef cattles and apply the “Kereman” system. The result showed that the types and characterictics of high and low land significantly influenced the beef cattle farming which resulted in different cattle production system and productivity. The beef cattle farming by using „kereman‟ system, had higher productivity and also resulted in the higher benefit.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PRODUKSI SAPI KEREMAN DI DESA TLOGOHENDRO

KECAMATAN PETUNGKRIYONO KABUPATEN

PEKALONGAN JAWA TENGAH

WIDIGDO HADI PRATOYO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Produksi Sapi Kereman di Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Nama : Widigdo Hadi Pratoyo

NIM : D14090136

Disetujui oleh

Dr Ir Asnath M. Fuah, MS Pembimbing I

Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul Produksi Sapi Kereman di Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Asnath M. Fuah, MS. dan Dr Ir Rudy Priyanto selaku pembimbing skripsi, Bramada Winiar Putra, SPt MSi selaku pembimbing akademik dan M. Sriduresta S., SPt MSc selaku dosen penguji sidang. Terima kasih kepada Ning Kaindyah selaku Mamak dan almarhum Ayah yag telah mendidik penulis hingga saat ini. Ucapan yang sama diperuntukkan bagi Trisna Hadi Sanjaya dan Suhono Hadi Saputro selaku kakak serta Novita Indah Nur Saraswati selaku adik.

Kepada Keluarga Besar Desa Tlogohendro, Andi Cakra dan Hesti Purwadi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir Melani Abdulkadir-sunito, MSc dosen pembimbing selama KKP, Hera Tri Utomo dan Astri Yuneni, The Village, Menwa IPB, Luqmanul Alim, Priyo Puji Nugroho, Hendrawan, M. Rasyid, Mansyur Tri Widodo, M. Firmansyah, Sahrul Utomo, Dyah Nurul, Dwi Ernaningsih dan Rachmat Widyanto. Kepada Nisa Mulia Miraj yang telah memberikan perhatian dan doa selama penelitian hingga selesainya skripsi ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam tulisan dan jauh dari sempurna. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat serta dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan peternakan di Desa Tlogohendro.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Gambaran Umum Desa Tlogohendro 3

Sapi Keremen 4

SIMPULAN DAN SARAN 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

(10)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik pemeliharaan sapi sistem kereman di beberapa

lokasi berdasarkan ketinggian tempat 4

2 Parameter tubuh ternak sapi silangan lokal di beberapa lokasi

berdasarkan ketinggian tempat dan lama pemeliharaan 7 3 Analisis pendapatan peternak dalam usaha sapi sistem kereman di

beberapa lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan lama

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya sapi potong selain berperan memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat, juga berkontribusi dalam pembangunan daerah. Keunggulan ternak sapi potong adalah cukup mudah dipelihara baik di daerah yang lahan pertaniannya sempit maupun daerah yang padat penduduknya. Jawa Tengah merupakan propinsi penyangga pangan nasional terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Barat. Kerja sama dalam pengembangan peternakan di lakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan adanya program PTT (Pengelolaan Tanaman dan sumber daya Terpadu) padi sawah yang dikaitkan dengan SIPT-BL (sistem integrasi padi dan sapi bebas limbah) meningkatkan produksi padi dan daging sapi (Fayi et al. 2009). Populasi ternak besar pada tahun 2012 untuk sapi, kerbau dan kuda masing-masing tercatat sebanyak 2 205.81 ribu ekor, 79.67 ribu ekor dan 17.76 ribu ekor (Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2013).

Desa Tlogohendro di Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu wilayah dengan populasi sapi potong cukup tinggi sejumlah 800 ekor (Peraturan Desa Tlogohendro 2010). Desa ini merupakan salah satu sentral ternak sapi potong di Kabupaten Pekalongan. Kebutuhan daging untuk wilayah Pekalongan diperoleh dari desa ini. Desa Tlogohendro merupakan desa yang dulunya mayoritas masyarakatnya memelihara ternak kerbau namun berganti menjadi sapi potong karena pemeliharaan sapi yang lebih mudah dan dalam penjualan relatif cepat dibanding kerbau. Menurut Gusdiansah (2003), bahwa ternak sapi mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan kerbau. Ternak sapi potong dipelihara oleh petani sebagai usaha sampingan bersifat subsisten dengan menerapkan pola kereman.

Perhatian pemerintah Propinsi Jawa Tengah cukup baik terlihat dari program kerja pada bidang peternakan. Salah satu program yakni berupa pembangunan demplot sapi di desa (Rencana Kerja Pembangunan Desa 2012). Pola pemeliharaan usaha kereman di Desa Tlogohendro berpengaruh terhadap produktivitas termasuk pendapatan sapi potong di daerah tersebut, oleh karena itu informasi tentang pola kereman dan produktivitas sapi potong di Desa Tlogohendro Kabupaten Pekalongan diperlukan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengevaluasi pola dan produktivitas ternak sapi kereman di Desa Tlogohendro, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat dan bagi institusi terkait dalam penetapan kebijakan untuk budidaya sapi potong.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (Maret – Mei 2013) dengan rincian 1 bulan tahap persiapan dan 2 bulan pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan di Desa Tlogohendro, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan.

Bahan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi silangan lokal di Desa Tlogohendro sebanyak 121 ekor dengan Body Condition Score (BCS) kurus, sedang, dan gemuk masing-masing 20, 61 dan 40.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah meteran ukur, dan kayu. Selain itu digunakan peralatan kamera digital, kuisioer, alat tulis, form identifikasi, dan peralatan personal.

Prosedur

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei ke lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) yakni dusun yang memiliki sapi dengan jumlah rata-rata kepemilikan 2-4 ekor yang menerapkan pola kereman. Peternak yang dipilih berjumlah 54 orang yakni 25% dari total pemilik sapi di dusun tersebut.

Dusun contoh dipilih mewakili ketinggian geografis yang berbeda yakni mewakili rendah (Dusun Klindon), sedang (Dusun Gondang), dan tinggi (Dusun Tlogo). Ketinggian dusun sampel yang diamati yakni 800 m dpl, 1 000 m dpl, dan 1 300 m dpl (Peraturan Desa Tlogohendro 2010). Kondisi ternak sapi diamati dengan cara observasi, pengamatan dan perabaan tulang belakang. Skor kondisi tubuh ternak sapi didasarkan menurut Santosa (2003) yang dibagi lima kelas yakni :

1. Sangat kurus, apabila tulang punggung sapi tampak mennjol transversus processus teraba sangat runcing serta terasa pula tidak ada perlemakan di bawah

4. Gemuk, apabila transversus processus tidak teraba walaupun ibu jari ditekan karena perlemakan agak tebal.

(13)

3

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan analisis rataan. Analisis pendapatan dilakukan untuk memberikan kontribusi informasi dari usaha ternak sapi potong pada peternak.

seluas 10 ha, sayur mayur lainnya seluas 10 ha dan hutan rakyat 72 ha. Disamping itu terdapat beberapa jenis ternak dengan populasi sebagai berikut : sapi 850 ekor, kambing 745 ekor, dan ayam 2 500 ekor (data Peraturan Desa Tlgohendro 2010). Komoditas unggulan desa Tlogohendro adalah ternak sapi, daun bawang, dan kentang.

Lokasi dusun yang menjadi contoh penelitian yakni Dusun Klindon, Gondang dan Tlogo. Dusun Klindon merupakan dusun yang paling jauh dari pusat desa dan pusat jalan masuk desa. Dusun ini letaknya paling bawah sehingga tanaman kentang yang merupakan komoditas unggulan tidak dapat tumbuh. Pertanian yang diusahakan adalah daun bawang, ketela, jagung putih, dan sebagian kecil cabai. Pekerjaan masyarakat yang dikerjakan yakni petani, buruh tani, penyadap getah pinus, dan peternak. Dusun Gondang merupakan dusun pusat pemerintahan desa. Pusat pendidikan di Desa Tlogohendro berada di dusun ini dengan adanya pembangunan sarna pendidikan PAUD dan juga pembangunan perumahan guru SLTP (RPJM-des 2012). Dusun ini berada di tengah-tengah desa. Pertanian yang diusahakan adalah daun bawang, ketela, jagung putih, dan cabai. Pekerjaan masyarakatnya adalah petani, buruh tani, dan sebagian kecil adalah penyadap pinus. Dusun Tlogo merupakan dusun yang terdekat dari akses masuk desa. Kentang merupakan tanaman pertanian utama masyarakat Tlogo. Dusun ini dekat dengan kawasan dieng, Kabupaten Banjarnegara dan berada di tengah-tengah desa. Pertanian yang diusahakan adalah kentang, daun bawang, ketela, jagung putih, dan cabai. Pekerjaan masyarakatnya adalah petani, dan peternak. Bantuan benih kentang banyak diterima di dusun Tlogo (RPJM-desa 2013).

(14)

4

Sapi Kereman Pola Pemeliharaan Sapi

Sapi kereman merupakan salah satu bentuk pemeliharaan sapi baik jantan maupun betina yang dikandangkan selama hidupnya di kandang tertutup berupa rumah dari kayu. Tujuan pemeliharaan sapi kereman adalah dengan cara penggemukan dalam kandang selama 4-6 bulan (Balai Penelitian Ternak 1999). Lama penggemukan sapi keremen yang dipilih dalam penelitian yaitu yang dikandangkan selama 6, 12, dan 24 bulan hingga ternak mencapai bobot potong. Jenis dan komposisi jumlah/persentase sapi yang dimiliki masyarakat beranekaragam dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik pemeliharaan sapi sistem kereman di beberapa lokasi

Rumput lapang Rumput lapang Rumput lapang

Limbah pertanian Limbah pertanian Limbah pertanian

Dedak jagung

8 Kesehatan

- Sakit (%) 5.77 15.22 5.88

- Mati (%) 13.46 4.34 5.88

Keterangan : Skala kepemilikan : Jumlah sapi contoh per responden Simpo (Simental x PO), Limpo (Limousin x PO), Brahpo (Brahman x PO)

(15)

5

dan peranakan ongole, dan Simpo merupakan sapi persilangan simental dengan peranakan ongole. Selera petani merupakan penyebab pemilihan jenis sapi yang dipelihara. Perbedaan jenis sapi yang dipelihara peternak karena selera terhadap jenis sapi potong (Wulandari 2005).

Sapi Brahpo banyak dipelihara di Dusun Klindon dan Gondang yang memiliki suhu lingkungan panas dengan rata-rata suhu harian 25.73 0C pada siang hari. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik pada suhu ligkungan yang cukup panas (-13.33 – 40.56 0C), tanpa ganguan selera makan (Fauziyah 2012). Sapi Simpo banyak dipelihara di Dusun Tlogo yang berudara dingin karena pertumbuhannya cukup baik. Menurut Astuti et al. (2002) mengatakan sapi bangsa Bos Taurus seperti Simmental dan Limousin berasal dari daerah sub tropis dan terbiasa hidup di daerah dengan temperatur udara dingin dan tata laksana pemelharaan yang baik. Bangsa sapi lokal yang berpotensi dikembangkan di Indonesia berdasarkan (Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat 2011) adalah sapi ongole, sapi Bali, dan sapi Madura disamping bangsa sapi peranakan hasil persilangan lainnya seperti limosin ongole (Limpo) dan simental ongole (Simpo), bangsa sapi tersebut telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan cekaman di wilayah Indonesia.

Persentase sapi jantan yang dipelihara peternak lebih banyak dibanding sapi betina yakni pada Dusun Tlogo (97% vs 3%), Dusun Gondang (63% vs 36%) dan pada Dusun Klindon (76% vs 24%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sapi jantan lebih diminati masyarakat. Harga jual yang lebih tinggi merupakan alasan masyarakat lebih senang memelihara sapi jantan. Menurut Setiadi (2011), sapi potong yang baik digunakan yaitu sapi jantan karena sapi jantan lebih cepat dalam laju pertumbuhannya dibanding sapi betina.

Pada umumnya peternak memelihara sapi milik sendiri dan dengan cara gaduh. Gaduh merupakan salah satu bentuk kerja sama antara pemodal dan peternak dalam pemeliharaan sapi. Sistem ini biasanya dilakukan oleh peternak yang kurang mampu untuk memperoleh ternak yang akan di pelihara. Sistem gaduh yaitu penggaduh memelihara seekor sapi pedet yang diberikan oleh pemilik sapi. Sapi pedet dibesarkan hingga siap potong dan ditukar kembali menjadi 2 pedet, 2 pedet itu dipelihara hingga siap potong dan ditukarkan kembali menjadi 4 pedet. Pemilik ternak memperoleh 3 pedet sapi dan pemelihara memperoleh 1 ekor sapi. Sapi ditukarkan ke tengkulak yang akan mengunjungi peternak di rumah atau kandangnya. Menurut Yuana (2013), keterbatasan ekonomi yang menjadi salah satu penyebab masyarakat melakukan gaduh untuk memperoleh sapi. Ternak sapi yang dimiliki petani berdasarkan skala kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah terbesar pada Dusun Klindon (45 ekor). Hal tersebut karena petani di Dusun Klindon memelihara sapi secara gaduh. Persentase kepemilikan sendiri ternak sapi potong lebih besar dibandingkan dengan sistem gaduh yakni sebesar 94% di Desa Tlogo dan 88% di Gondang. Skala kepemilikan terkecil pada Dusun Tlogo sebesar 1.78. Hal tersebut karena sedikitnya waktu untuk mengurus ternak sapi akibat mengurus pertanian.

(16)

6

Pakan yang digunakan peternak di lokasi penelitian di dua dusun contoh yakni rumput gajah, rumput lapang, dan limbah pertanian. Pakan tambahan dedak jagung hanya diberikan di Dusun Tlogo. Pakan pada lokasi penelitian belum terpenuhi nutrisinya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tubuh ternak sapi di dua dusun sampel. Pada Dusun Klindon 20% kurus, 60% sedang, dan 20% gemuk. Pada Dusun Gondang 25% kurus, 54.55% sedang, dan 25% gemuk. Namun pada Dusun Tlogo ternak sapi memiliki kondisi tubuh yang lebih baik. Hal itu ditunjukkan 6.25% kurus, 31.25% sedang dan 62.50% gemuk. Pemberian pakan tambahan dedak jagung dilakukan oleh peternak di Dusun Tlogo menjadikan kondisi ternak jauh lebih baik. Dedak jagung diberikan karena masyarakat memiliki kemampuan untuk membeli dedak jagung. Kemampuan membeli pakan tambahan karena hasil pertanian masyarakat Dusun Tlogo yang menghasilkan keuntungan cukup banyak terutama kentang. Pemberian pakan tambahan dapat meningkatkan penambahan bobot badan sapi lebih cepat (Fauziyah 2007).

Kandang sapi potong berbentuk rumah dengan bangunan tertutup dengan tujuan terhindar dari predator dan suhu dingin. Bahan bangunan terbuat dari kayu, atap seng, dan alas tanah. Kandang menunjang pemeliharaan ternak (Fauziyah 2007). Sapi dikandangankan sejak awal pemeliharaan sampai dijual. Pakan tambahan diberikan peternak Dusun Tlogo berupa dedak jagung. Tidak terdapat penanganan kebersihan baik kandang maupun ternaknya sehingga dari aspek kebersihan kurang memadai karena banyak lalat. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternak yang dapat dengan mudah terserang penyakit. Penyakit yang sering terjadi adalah bloat (kembung) dan diare terutama pada pedet yang baru tiba dari luar desa. Salah satu bantuan pemerintah yang pernah diberdayakan pada masyarakat di Desa Tlogohendro yaitu program IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan program KUBE (Kelompok Usaha Bersama dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah) yaitu menggulirkan sapi pedet dengan dipelihara dan dilakukan sistem kelompok.

Produktivitas Sapi Potong

Parameter tubuh ternak mengalami kenaikan (Tabel 2). Kenaikan menunjukkan bahwa sapi yang dipelihara mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Setiadi (2011) menyatakan pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar, dan bobot.

(17)

7

Tabel 2 Parameter tubuh ternak sapi silangan lokal di beberapa lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan lama pemeliharaan

Dusun N Parameter pemeliharaan 12 dan 24 bulan tidak berbeda nyata. Lama pemeliharaan 6, 12 dan 24 bulan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk skor kondisi tubuh ternak sapi di Dusun Tlogo. Namun, skor kondisi ternak di Dusun Tlogo lebih bagus dibandingkan dusun lainnya yakni sedang dan gemuk dibanding kurus dan sedang dengan hasil yag dapat dilihat pada Tabel 2 (masing-masing 3.00, 3.67, dan 4.00 untuk lama pemeliharaan 6, 12, dan 24 bulan). Pemberian pakan tambahan berupa dedak salah satu penyebabnya. Skor kondisi tubuh di dusun Klindon lebih rendah daripada dusun Tlogo karena pendapatan masyarakat dusun Klindon lebih rendah. Salah satu penyebab rendahnya penghasilan di dusun Klindon adalah lokasi dusun Klindon dan Gondang yang berada lebih rendah dari Dusun Tlogo, sehingga lahan pertaniannya kurang baik untuk tanaman kentang. Sementara itu tanaman kentang merupakan salah satu komoditas yang memberikan sumbangan penghasilan peternak yang cukup besar.

Analisa Pendapatan

(18)

8

Tabel 3 Analisis pendapatan peternak dalam usaha sapi sistem kereman di beberapa lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan lama pemeliharaan

Rincian

Penjualan sapi kepada tengkulak sering kali dilakukan jika peternak membutuhkan uang. Tengkulak datang kepada peternak dan membeli sapi yang dipelihara. Proses jual-tukar sapi potong dengan pedet juga sering dilakukan. Sapi potong ditukar menjadi 2 ekor pedet dan sejumlah uang yang telah disepakati. Data pada Tabel 3 menunjukkan hasil analisis pendapatan yang diperoleh peternak dari beternak sapi secara kereman. Pendapatan peternak berdasarkan lama pemeliharaan di masing-masing dusun masih relatif rendah karena sistem pemeliharaan belum sepenuhnya intensif dalam hal ketersedian pakan yang cukup dan berkualitas untuk ternak. Keuntungan per ekor ternak yang paling tinggi dapat diterima oleh peternak di Dusun Tlogo senilai Rp 515 000, Rp 2 030 000, dan Rp 4 055 000.

Keuntungan yang optimal dapat diterima peternak di Dusun Klindon dengan skala kepemilikan 2,5 ekor sapi senilai Rp 600 000, Rp 4 950 000, dan Rp 8 750

(19)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Lama pemeliharaan 12 bulan memberikan performa yang lebih baik yang berdampak terhadap pendapatan yang lebih tinggi karena biaya produksi relatif rendah. Penggemukan sapi di Dusun Tlogo dengan pola kereman memiliki produktivitas yang lebih baik sehingga menghasilkan keuntungan lebih tinggi.

Saran

Dukungan dari lembaga terkait dapat membantu peternak meningkatkan pendapatan dari usaha sapi kereman. Selain itu peningkatan skala usaha disertai bantuan modal usaha dan perbaikan akan dapat menunjang pengembangan peternakan di Desa Tlogohendro.

DAFTAR PUSTAKA

A. Fauziyah D. 2012. Tingkat kelahiran dan mortalitas anak Sapi Brahman cros (BX) yang diimpor pada umur kebuntingan berbeda yang dipelihara dibila river ranch [skripsi]. Makassar. Universitas Hassanuddin Makassar.

Astuti M, Hardjosubroto W, Sunardi, Bintara S. 2002. Livestock breeding annd reroduction in Indonesia: past and future. Invited Paper in the 3th ISTAP. Yogyakarta (ID): Universtitas Gadjah Mada.

[BPS] Badan Statistik Jawa Tengah. 2013. Peternakan Jawa Tengah. Jawa Tengah. (ID): Badan Peternakan Statistik.

Badan Penelitian Ternak. 1999. Penggemukan Sapi secara Kereman. Bogor (ID): Badan Litbang Pertanian dan Badan Litbang Peternakan.

Fauziyah OTH. 2007. Prospek pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fayi AM, Subandriya, Rusastim IW. 2009. Sistem Integritas Ternak Tanaman : Padi-Sawit-Kakao. Jakarta (ID): LIPI Pr.

Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. 2011. Pembuatan Portofolio Investasi Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong. Proposal, Banjarmasin. Gusdiansah B. 2003. Evaluasi Proyek. Bandung. (ID): Pionir Jaya.

Peraturan Desa Tlogohendro. 2010. Peraturan Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) Tahun 2011-2015. Pekalongan. (ID): Pemerintah Kabupaten Pekalongan.

[RKP] Rencana Kerja Pembangunan Desa 2011. Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahun 2012. Desa Tlogohendro. Kecamatan Petungkriyno. Pekalongan (ID) : Pemerintah Kabupaten Pekalongan.

(20)

10

Roessali W, Eddy BT, Murthado A. 2005. Upaya pengembangan usaha sapi potong melalui entinitas agribisnis “corporate farming” di Kabupaten Grobogan. J. Sosial Ekonomi Peternakan 1(1): 25−30.

Santosa U. 2003. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta. (ID): Penebar Swadaya.

Setiadi D. 2011. Memilih Bakalan Sapi untuk Digemukkan. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukra. BPP Sukra.

Sugeng YB. 2003. Sapi Potong. Jakarta. (ID): Penebar Swadaya.

Yuana LH. 2013. Analisis efektifitas PHBM di LMDH Tlogomulyo dengan menggunakan teknik analisis gender, [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wulandari F. 2005. Penampilan produksi dan reproduksi sapi potong pada dua kecamatan di Kabupaten Kebumen, [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wijono SB, Diwyanto K, Setiadi B, Mariyono, Wahyono DE, Hartati, Prihadini PW.

(21)

11

LAMPIRAN

KUISIONER POTENSI PETERNAKAN SAPI POTONG DI DESA TLOGOHENDRO

A. Identitas responden

1. Dusun :

2. Namapetani :

3. Umur :

1. jeniskelamin : Laki-laki/perempuan 2. Jumlah anggota Keluarga :

3. Pendidikan :

a. Tidak tamat SD

b. Sekolah Dasar

c. STLP

d. SLTA

e. PerguruanTinggi

1. Pekerjaan

a. Petani

b. Pegawai

c. Pensiunan

d. Pedagang

e. Buruh

f. Lainnya….

B. Data ternak

1. Ternak yang dimiliki

Jenisternak

Status Kepemilikan

Sendiri Gaduh Orang lain Jumlah

(22)

12

c. Dari orang lain yang lebihpaham d. Lainnya…..

3. Pengetahuan tentang bakalan yang baik

a. Paham

(23)

13

8. Akibat kematian a. Sakit b. Penyakit c. Keracunan d. Akibat pakan e. Lainnya… D. Manajemen pemeliharaan sapi

1. Kandang dibersihkan a. Sehari sekali b. Seharidua kali c. Seharitiga kali d. Seminggu sekali e. Seminggu dua kali f. Tergantung pelaksanaan 2. Kotoran di letakkan

a. Di dekat kandang b. Di bawah keluar

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 April 1991 di Surabaya, Jawa Timur. Penulis adalah anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Sudjodo BA. (alm.) dan Ibu Dra Ning Kaindyah. Penulis masuk IPB melalui jalur UTMI dan SNMPTN dengan program studi yang sama yakni Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. pernah menjadi Komandan Tim Pengibaran HUT RI ke-65 di IPB dan Kepala Biro Personalis dalam tugas Menwa IPB.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik pemeliharaan sapi sistem kereman di beberapa lokasi
Tabel 2 Parameter tubuh ternak sapi silangan lokal di beberapa lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan lama pemeliharaan
Tabel 3 Analisis pendapatan peternak dalam usaha sapi sistem kereman di beberapa

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini, berdasarkan analisa usaha sapi perah di Dusun Watu Gong, Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon menguntungkan, semakin besar jumlah ternak sapi perah yang

Ruang lingkup penelitian identifikasi karakteristik genetik sampel sapi Bali dari tiga pusat pembibitan sapi Bali, BPTU Bali, BPT-HMT Serading Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dan

Jumlah pakan konsentrat (X 1 ) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil produksi susu sapi (Y) di Desa Tambak, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ragam pakan sapi perah Fries Holland di dua lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda dan untuk menganalisis hubungan

Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ukuran parameter tubuh sapi Katingan betina di tiga lokasi penelitian sebagian besar tidak ada perbedaan yang nyata (P > 0,05),

Dalam proses produksi susu sapi di CV Cita Nasional, permasalahan yang sering terjadi adalah produktivitas sapi perah yang rendah, disebabkan oleh bercampurnya susu dengan air,

Pengamatan meliputi data kondisi peternakan, pemeliharaan sapi dara baik pemberian pakan, kebersihan kandang sekali dalam sehari di pagi hari, kebersihan peralatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola persebaran unit kolam budidaya dan tata ruang kawasan minapolitan di lokasi penelitian,