• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Ni Huta 1 Tahun 1980-2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Ni Huta 1 Tahun 1980-2000"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP. 195406031983032001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

Yang Diajukan Oleh:

Nama : EVI KRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U Tanggal, 11 April 2013 NIP. 195406031983032001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum

NIP. 196409221989031001 Tanggal, 11 April 2013

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP. 195406031983032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

(6)

Lembar pengesahan skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :24 April 2013 Hari :Rabu

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.195110131976031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ( )

2. Dra. Nurhabsyah, M. Si ( )

3. Dra. Fitriaty Harahap, S.U ( )

4. Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ( )

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sejak awal hingga penyelesaian.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000), sejak dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, banyak rintangan maupun hambatan yang dialami penulis. Akan tetapi dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama ke depannya.

Medan, April 2013

Penulis,

(EVIKRISTINA SIBURIAN)

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras

penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk

dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk

mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Kepada orangtua saya tercinta, S. Siburian, dan H. Br. Silaban, yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang tulus kepada penulis mulai dari proses selama kuliah sampai selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan selalu menyertai dan memberikan umur yang panjang kepada kedua orangtua saya. Terima kasih atas dukungan moril dan material serta doa-doanya. 2. Kepada saudara-saudara saya yaitu Kak Lulu, alm. Kak Yessa, Abang

Rodison, adik-adik tersayang Cici, Roy, Metha dan Andri , yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

3. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr.Syahron Lubis, M. A.

4. Bapak PD I Dr. M. Husnan Lubis, M.A, PD II Drs. Samsul Tarigan, PD III Drs.Yudi Adrian Muliadi, M.A, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara.

5. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi Sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen Sejarah, Dra. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

6. Dosen pembimbing dan dosen wali penulis, Dra. Fitriaty Harahap, S.U dan

Dra. Hj. Haswita, M.Sp yang telah memotivasi penulis.

7. Dosen Departemen Sejarah dan pegawai yang telah memberikan amal ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.

(9)

9. Kak Vina Sembiring yang selalu setia menemani saya dan memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

10.Sahabat saya Glorika Panjaitan, Rizma Trully Hutasoit, Cahaya br. Hutabarat, Erni Friska Nababan, Puspita SariSaragih, Hotman Siagian, Kuasa Agustino Saragih, yang telah memberikan motivasi kepada penulis dan setia menemani penulis dalam penyelesaian skripsi.

11.Teman-teman SMA saya (Izogeaby) : Mei, Norawaty, Desry, Gokma, Nelly

makasih buat semangat dan dukungannya.

12.Seluruh responden dan pihak yang telah memberikan data untuk penulisan skripsi ini yang namanya tidak bisa penulis tuliskan secara satu per satu. Semua motivasi, pengarahan dan berbagai bentuk dukungan yang telah diberikan

kepada saya tentunya tidak dapat dibalas langsung oleh penulis. Namun kiranya Tuhan Yang

Maha Esa akan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada seluruh teman, sahabat dan

rekan yang telah ikut memberikan dukungan dan semangat. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, April 2013

Penulis,

(EVIKRISTINA SIBURIAN)

(10)

ABSTRAK

Desa Sabungan Nihuta 1 terletak di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan daerah yang subur tanahnya dalam hal pertanian yang ada di Tapanuli Utara. Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Desa terbentuk karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi satu kelompok masyarakat baik secara struktural, ekonomi, sosio-kultural maupun politisi yang umumnya terjalin teratur berdasarkan kebiasaan-kebiasaannya. Situasi atau peristiwa merupakan dasar utama terjadinya masyarakat, sehingga lahirlah apa yang dikenal masyarakat desa. Masyarakat desa tidak terlepas dari kegiatan pertanian. Demikian halnya dengan Desa Sabungan Nihuta 1 yang masyarakatnya sejak dahulu telah melakukan kegiatan pertanian. Pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 awalnya hanya bersifat subsistensial, hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup.

Pemikiran masyarakat yang seperti ini mengakibatkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hanya menanam tanaman palawija. Namun karena berbagai pengaruh perkembangan zaman yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi, serta kurang suburnya lahan di Desa Sabungan Nihuta 1 untuk ditanami tanaman palawija. Kondisi ini menyebabkan beralihnya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mulai beralih ketanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis terutama tanaman nanas. Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakatnya. Pertanian nanas ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 maka timbullah keinginan keturunan masyarakat desa tersebut untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi pertanian nanas. Semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat juga mempengaruhi pola hidup masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertanian nanas terhadap perekonomian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Oleh karena itu penulis menjelaskan secara naratif mengenai awal pertanian, kondisi serta pengaruh pertanian nanas bagi masyarakat di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar.

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...ii

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….1

1.2Rumusan Masalah………3

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian………...4

1.4Tinjauan Pustaka……….5

1.5Metode Penelitian ...6

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA 1 KECAMATAN SIPAHUTAR 2.1 Kondisi Geografis………8

2.2 Keadaan Penduduk...10

2.3 Latar Belakang Historis ...16

(12)

BAB III PERKEMBANGAN PERTANIAN NANAS DI DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000

3.1 Awal Mula Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ...27

3.2 Proses Pertanian Nanas Tahun 1980-2000 ...33

3.3 Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran…...37

BAB IV PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000 4.1 Tingkat Pendapatan ...45

4.2 Kehidupan Sosial Masyarakat ...48

4.3 Pendidikan ...49

4.4 Kesehatan ...52

4.5 Pola Hidup ...53

4.6 Sarana Transportasi ...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. KomposisiPenduduk Menurut Jenis Kelamin ...10

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Etnik ...11

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...12

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama ...14

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...15

Tabel 6. Perkembangan Jumlah Petani dan Luas Lahan yang Digunakan...32

Tabel 7. Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 Berdasarkan Jumlah Tanaman pada Tahun 2000...39

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Desa terbentuk

karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi satu kelompok

masyarakat baik secara struktural, ekonomi, sosio-kultural maupun politisi yang umumnya

terjalin teratur berdasarkan kebiasaan-kebiasaannya. Situasi atau peristiwa merupakan dasar

utama terjadinya masyarakat, sehingga lahirlah apa yang dikenal dengan “masyarakat desa”.1

Pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 awalnya hanya bersifat subsistensial

hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Pemikiran

masyarakat yang seperti ini mengakibatkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hanya Masyarakat desa tidak terlepas dari kegiatan pertanian. Demikian halnya dengan Desa

Sabungan Nihuta 1 yang masyarakatnya sejak dahulu telah hidup dalam bidang pertanian.

Pertanian sudah dikenal masyarakat desa sejak zaman dahulu. Kegiatan mengolah

tanah telah diperkenalkan oleh nenek moyang dan diwariskan kepada anak cucunya untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan

masyarakat agraris yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan pertanian.

1

(15)

menanam tanaman palawija. Namun karena berbagai pengaruh seperti perkembangan zaman

dan teknologi yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi, serta kurang suburnya

lahan di Desa Sabungan Nihuta 1 untuk ditanami tanaman palawija.

Kondisi ini menyebabkan beralihnya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 kepada

tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis terutama tanaman nanas. Masyarakat

Desa Sabungan Nihuta 1 mulai beralih ke tanaman hortikultura pada tahun 1980.

Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 memberikan pengaruh yang besar bagi

masyarakatnya. Pertanian nanas ini mampu menaikkan tingkat pendapatan masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

maka timbullah keinginan keturunannya agar lebih baik lagi. Semakin meningkatnya tingkat

pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat juga mempengaruhi pola hidup masyarakat

Desa Sabungan Nihuta 1.

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000). Tahun 1980 sebagai periode awal dari penelitian ini merupakan periode dimulainya budidaya pertanian nanas oleh

masyarakat Desa Sabungan Ni Huta 1.2

2

Wawancara, dengan Bapak Juni Simanjuntak pada tanggal 13 Februari 2012 di Kantor Kepala Desa Sabungan Ni Huta 1.

Tahun 2000 sebagai akhir dari penelitian ini. Selama

kurun waktu dua puluh tahun telah banyak sekali peningkatan dan perubahan yang terjadi

pada pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1, jumlah masyarakat penanam nanas

(16)

pemasarannya yang semakin terorganisir. Skop spasial dari penelitian ini adalah pertanian

nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

Atas dasar pemikiran di atas, maka penulisan ini diberi judul “Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan untuk mempermudah penulis

menghasilkan penulisan yang objektif maka penulis membuat rumusan masalah yang berisi

tentang batasan-batasan masalah penelitian dan ruang lingkup studi atau fokus penelitan baik

itu waktu, tempat, dan pelaku sehingga penulis mampu menghasilkan penulisan yang

maksimal dan objektif.

Adapun rumusan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana awal pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1?

2. Bagaimana kondisi pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1980-2000?

3. Bagaimana pengaruh pertanian nanas terhadap perekonomian masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dari

penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih dahulu dirumuskan dalam

(17)

1. Mengetahui awal pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

2. Mengetahui kondisi pertanian Nanas di Desa sabungan Nihuta 1 selama tahun

1980-2000.

3. Mengetahui pengaruh dari pertanian Nanas bagi masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna dan dapat memberi wawasan

tentang latar belakang pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

2. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan petani, kondisi petani di daerahnya, khususnya daerah

yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa Sabungan Nihuta 1.

3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah pertanian khususnya pertanian nanas.

1.4 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk mendekatkan

konsep-konsep teori yang diajukan dalam penelitian ini dan diharapkan mampu mendekatkan

dengan pokok permasalahan yang ada.

Adapun salah satu buku yang digunakan adalah “Pengantar Ekonomi Pertanian”

karya Mubyarto. Buku ini berisi tentang kelahiran ilmu pertanian, sifat ilmu pertanian. Buku

ini juga membahas tentang ekonomi pertanian Indonesia dan persoalan-persoalan ekonomi

(18)

Menurut Sumeru Ashari dalam bukunya Hortikultura Aspek Budidaya, mengemukakan

mengenai sejarah tanaman nanas, manfaat dan sifat-sifat tanaman ini. Selain itu juga

dijelaskan bahwa nanas merupakan salah satu buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan

mampu meningkatkan taraf hidup petani nanas. Populasi tanaman nanas juga semakin lama

semakin meningkat, namun hal tersebut belum mampu untuk memenuhi harapan. Hal ini

disebabkan terbatasnya pengetahuan para petani dalam menanam nanas yang benar. Buku ini

banyak memberikan informasi kepada peneliti mengenai tanaman nanas dan cara

budidayanya, dan menjadi sarana pembanding antara budidaya petani nanas di Desa

Sabungan Nihuta 1 dengan petani nanas di daerah lain.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu hal yang penting, sehingga menghasilkan suatu karya

ilmiah yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metode sejarah Langkah-langkah yang

dilakukan dalam metode sejarah adalah sebagai berikut.

Langkah pertama adalah heuristik yaitu tahap pencarian sumber-sumber yang relevan

dengan penelitian ini. Ada dua teknik yang digunakan dalam tahap ini yaitu melalui studi

kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan sumber-sumber primer maupun

sekunder berupa arsip,laporan dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji.

Sumber ini diperoleh dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dari Kantor Kepala Desa

Sabungan Nihuta 1. Selain itu peneliti juga menggunakan sumber lisan yang dilakukan

dengan melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah pada orang-orang yang

(19)

Desa Sabungan Nihuta 1 khususnya petani nanas, Kepala Desa Sabungan Nihuta 1, pegawai

Kantor Kecamatan Sipahutar.

Langkah kedua adalah kritik sumber. Mengharapkan peneliti agar bisa mendapatkan

keaslian sumber dan kebenaran data yang diperoleh dan menilai layak atau tidak layaknya

data yang didapat. Kritik internal yaitu meneliti kebenaran data yang diperoleh dan menilai

layak atau tidak layaknya data yang didapat. Kritik eksternal adalah menguji keaslian data

yang diperoleh baik itu dari wawancara secara langsung maupun dari buku.

Langkah ketiga adalah interpretasi. Disini, penulis menafsirkan data yang diperoleh,

kemudian dianalisis agar menghasilkan yang bersifat alamiah..

Langkah yang terakhir ialah historiografi, yakni penyusunan kesaksian atau

sumber-sumber yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau penulisan sejarah. Dalam tahap ini

peneliti menjabarkan hasil penelitian sekaligus rangkaiannya secara kronologis dan sistematis

dalam bahasa tulisan sehinngga menghasilkan sebuah karya Ilmiah Sejarah. kajian yang

menarik dan berarti secara kronologis dan rasional. Setelah penelitian, dituliskan kedalam

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA I KECAMATAN SIPAHUTAR

2.1 Kondisi Geografis.

Kecamatan Sipahutar merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten

Tapanuli Utara.3 Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu dari 23 desa yang masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Sipahutar.4 Desa Sabungan Nihuta 1 berada jauh di pedalaman

Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sekitar 23 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli

Utara (Tarutung). Jarak dari Desa Sabungan Nihuta 1 ke pusat kecamatan yakni Sipahutar

yaitu sekitar 1 km, sedangkan ke pusat provinsi Sumatera Utara (Medan) yaitu sekitar 315

km.5

3

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki 15 kecamatan yaitu; Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Garoga, Kecamatan Muara, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Pahae jae, Kecamatan Pahae julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Purba Tua, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Simangunban, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, kecamatan Sipoholon dan Kecamatan Tarutung

4

Kecamatan Sipahutar memiliki 23 desa yaitu; Desa Aek nauli I , Desa Aek nauli II, Desa Aek nauli III, Desa Aek nauli IV, Desa Onan Runggu I, Desa Onan Runggu II, Desa Onan Runggu III, Desa Onan Runggu IV, Desa Sabungan Nihuta I, Desa Sabungan Nihuta II, Desa Sabungan Nihuta III, Desa Sabungan Nihuta IV, Desa Siabal Abal I, Desa Siabal Abal II, Desa Siabal Abal III, Desa Siabal Abal IV, Desa Sipahutar I, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar III, Desa Sipahutar IV, Desa Tapian Nauli I, Desa Tapian Nauli II, Desa Tapian Nauli II

5

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2000.

Pada masa penelitian ini berlangsung telah ada sarana transportasi yang

(21)

yakni Muara Nauli, Moria, sepeda motor serta kendaraan pribadi. Angkutan pedesaan ini

menghubungkan Desa Sabungan Nihuta 1 dengan Sipahutar dan Tarutung. Angkutan umum

di Desa Sabungan Nihuta 1 sangat terbatas sehingga ruang gerak keluar daerah bagi

masyarakat sangatlah sempit. Hal ini menyebabkan perkembangan daerah ini sedikit

terganggu. Terbatasnya sarana transportasi ini seringkali menyebabkan untuk melakukan

akses ke daerah lain baik itu untuk keperluan menjual hasil bumi, memperoleh kebutuhan

sehari-hari maupun untuk bersekolah, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 harus berjalan

kaki. Jadi tidak mengherankan apabila ditemukan seseorang yang berjalan di jalan raya

dengan memikul barang menuju ke tempat tujuannya.

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sabungan Nihuta II.

• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Sipahutar I.

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Sipahutar II.

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Onan Runggu III, dan Onan Runggu IV.

Secara geografis Desa Sabungan Nihuta 1 berada pada 98° BT- 99° BS dan 20° LU - 41°

LS. Desa Sabungan Nihuta 1 ini berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut

dengan luas wilayah 1,9 km2 atau sekitar 1,50 % dari luas Kecamatan Sipahutar.

Suhu udara di Desa Sabungan Nihuta 1 yaitu 18° - 24°C. Desa Sabungan Nihuta 1 ini

termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki tiga musim yaitu musim hujan, musim

kemarau dan musim pancaroba. Waktu berlangsungnya ketiga musim ini tidak dapat

(22)

2.2Keadaan Penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 disebabkan karena angka

kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan

desa kecil yang penduduknya cukup banyak. Berdasarkan data dari Kepala Desa Sabungan

Nihuta 1 pada tahun 1980 kepala keluarga (KK) di desa ini berjumlah 66 KK dengan jumlah

penduduk sebanyak 283 jiwa.6

No

Tabel 1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 148

2. Perempuan 135

Jumlah 283

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1980

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang

lebih banyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 143 jiwa dan perempuan

135 jiwa. Jumlah tersebut adalah gabungan dari balita, remaja, dan dewasa yang termasuk

sebagai penduduk Desa Sabungan Nihuta 1.

6

(23)

Dari total jumlah penduduk tersebut terdapat beragam etnik dan sub-etnik antara lain:

etnik Batak yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, dan etnik Jawa. Desa Sabungan Nihuta

1 tidak banyak berbaur dengan etnik-etnik lain di luar etnik asli yaitu etnik Toba. Mayoritas

masyarakatnya berasal dari sub-etnik Toba dan pada umumnya masih memiliki ikatan

kekerabatan yang sangat erat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini pada dasarnya masih

berasal dari satu nenek moyang yaitu keturunan marga Sipahutar.7

No

Untuk melihat persentase dari masing-masing etnik yang mendiami Desa Sabungan

Nihuta 1 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2

Komposisi Penduduk Menurut Etnik

Etnik Jumlah Persentase (%)

1 Toba 354 97%

2 Nias 23 2,8%

3 Jawa 3 0,2%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa sub-etnik Toba merupakan etnik mayoritas yang

mendiami Desa Sabungan Nihuta 1. Etnik Toba merupakan etnik asli di desa ini. Etnik

pendatang seperti Batak Karo dan Jawa yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 sangatlah

sedikit. Meskipun etnik Toba mayoritas di Desa Sabungan Nihuta1 , masyarakat tidak pernah

7

(24)

membeda-bedakan status sosialnya.

Sesuai dengan keadaan alamnya yang subur dan banyaknya lahan kosong, sebagian

besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 adalah masyarakat yang kehidupannya bertumpu

pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan jika penduduk Desa Sabungan Nihuta 1

mayoritas hidup sebagai petani. Di samping pertanian, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

juga memiliki mata pencaharian yang lain seperti pedagang, pegawai, dan sebagainya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

I Petani 98 93,2%

2 Jasa Pemerintahan (PNS) 34 3,2%

3 Berdagang 58 3,6%

Jumlah 290 100%

Sumber : Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dengan memperhatikan Tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk desa ini

mayoritas bermatapencaharian sebagai bertani dengan jumlah persentasenya sebanyak 93,2%

adapun petani yang termasuk ke dalam 93,2% ini adalah bukan petani nanas saja tetapi

(25)

dan lain-lain. Mata pencaharian lainnya seperti bidang jasa pemerintahan (PNS) 3,2% dan

berdagang hanya 3,6% saja. Banyaknya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bergelut

di dalam bidang pertanian tidak terlepas dari kondisi wilayahnya yang penuh dengan

lahan-lahan kosong dan subur sehingga sanagat memungkinkan untuk dijadikan sebagai lahan-lahan

pertanian.

Sebelum tahun 1980 kondisi pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini masih jauh dari

harapan, karena sistem pertanian yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 pada masa itu adalah

sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional yang dimaksud adalah

peralatan-peralatan yang digunakan oleh masyarakat belum modern atau berupa mesin. Adapun

peralatan-peralatan yang digunakan seperti cangkul, sabit, beko, parang, dan lain-lain. Sistem

tanaman yang ditanam oleh masyarakat adalah sistem tanaman muda. Adapun

tanaman-tanaman yang dimaksud adalah seperti sayur-sayuran, padi, kacang-kacangan, jagung. Sistem

pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini sulit untuk berkembang karena Desa Sabungan

Nihuta 1 ini jauh dari pusat pemerintahan dan pusat pasar. Jalur transportasi juga tidak

memungkinkan karena transportasi yang sampai ke desa ini sangat minim. Hal ini

menyebabkan masyarakat desa ini cukup kesulitan untuk melakukan transaksi baik dalam

penjualan hasil pertanian maupun pembelian barang untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Sampai tahun 1980 masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih melakukan sistem

pertanian yang sebelumnya yaitu sistem tanaman muda, hingga akhirnya pada tahun 1980

salah seorang masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bermarga Sipahutar mencoba untuk

menanam tanaman holtikultura (tanaman keras) yaitu menanam nanas dengan maksud untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengubah nasib perekonomian rumah

(26)

Pangaribuan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganut beragam agama. Ada beberapa

agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1, yaitu agama Kristen Protestan,

Katolik, dan Islam.

Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tersebut dapat dilihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Kristen Protestan 354 88%

2 Katolik 23 8,4%

3 Islam 3 3.6%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 2000.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1 menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 88%. Agama Katolik

sekitar 8,4% dan agama Islam sekitar 3,6%. Dari penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang

menganut agama Kristen Protestan adalah bukan.masyarakat etnik Toba saja atapun etnik

Karo, bahkan etnik Jawa juga ada yang memeluk agama Kristen Protestan. Begitu juga

dengan penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang beragama Islam bukan etnik Jawa saja

bahkan etnik Toba juga ada yang menganut agama tersebut.

(27)

mengecap pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya sarana pendidikan seperti

gedung sekolah di daerah tersebut. Untuk menempuh pendidikan seorang anak harus

bersekolah di desa tetangga seperti ke Desa Sipahutar 1. Sekolah Dasar Inpres di Desa

Sabungan Nihuta 1 baru dibangun pada tahun 1985 sehingga masyarakat dapat memperoleh

pendidikan. 8

No

Pada tahun 1995 tingkat pendidikan di Desa Sabungan Nihuta 1 juga beragam mulai

dari yang tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma 3 (D3), dan Sarjana (S1). Adapun

persentase dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini tertera di dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 37

2 Tidak Tamat SD 46

3 SD 130

4 SMP 50

5 SMA 40

6 Dip. III 10

7 S-1 5

Jumlah 318

8

(28)

Sumber : Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1990.

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1 adalah Sekolah Dasar (SD), sementara itu untuk S-1 hanya lima orang.

Tingkat pendidikan yang tidak sekolah ini adalah gabungan dari masyarakat yang buta huruf

dan balita. Untuk masyarakat yang tamatan S-2 dan S-3 di Desa Sabungan Nihuta 1 sampai

pada tahun 1995 belum ada.

2.3 Latar Belakang Historis

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki latar belakang historis atau sejarah. Desa

Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sipahutar

Kabupaten Toba Samosir.

Dahulu

Sipahutar berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara di Sumatera Utara. Semua marga

mempunyai cerita, silsilah dan sejarah masing-masing. Demikian juga halnya dengan marga

Sipahutar mempunyai sejarah tersendiri. Sipahutar mempunyai nenek moyang yang bernama

pertama yang membawa marga Sipahutar sampai saat ini. Menurut sejarah dari para sesepuh

mata yang terletak di

tengah-tengah kening.

Sejak kecil, Mata Sopiak Langit sudah belajar hal-hal tentang perdukunan. Dengan

kesaktiannya, beliau sangat dikenal dan sangat ditakuti oleh orang banyak.. Karena pengaruh

(29)

bernama Giring Panaitan Boru Hasibuan. Adapun tulangnya bernama Hasibuan Daturara dari

kampung Janji Matogu Porsea. Putri tulangnya ini yang dikemudian hari dipinang menjadi

istrinya.

Konon tanah kelahiran Si

Danau Toba, di sekitar kota Porsea. Ayah dari

mempunyai beberapa orang saudara yang berasal dari satu Bapak (Datu Dalu).

Adapun nama saudara-saudar

1. Pasaribu (Habeahan, Bondar, Gorat)

2. Batubara

3.

4. Matondang

5. Tarihoran

6. Harahap

7. Gurning

8. Saruksuk

9. Parapat

10.Tanjung

(30)

Hutabalian tidak mempunyai keturunan. Menurut cerita, Hutabalian dihukum oleh bapaknya

(Raja Sipahutar). Ia ditiup oleh bapaknya sampai ke Bukit Simanuk-manuk. Ini semua

dikarenakan sikap Hutabalian yang tidak terpuji.

2. Namora Sohataon (Tengah)

Namora Sohataon adalah anak kedua dari

Sipahutar sampai saat ini.

3.Daulay (Bungsu)

Daulay adalah anak ketiga dari

Selatan (Mandailing).

Setelah Sopiak Langit menghukum anak sulungnya (Hutabalian), Sopiak Langit

sering merenung dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan

Sopiak Langit pergi jauh dari kampungnya untuk melupakan kejadian menyedihkan tersebut.

Ketika dia pergi dari kampungnya, dia meninggalkan istrinya, Boru Hasibuan. Namun kedua

anaknya yang lain turut dibawanya (Namora Sohataon dan Daulay).

Mereka bertiga berpetualang selama berhari-hari menelusuri jalan dan daerah yang

tak bertuan dan tak bernama. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka berhenti di

(31)

Disanalah ia berladang sambil membesarkan kedua anaknya. Kampung inilah yang kemudian

bernama Desa Sipahutar (sekarang Kecamatan

bergelar Mata Sopiak Langit-lah yang merintisnya.

Setelah kedua anaknya dewasa, si bungsu, Daulay merantau ke daerah Tapanuli

Selatan (Sipirok, Angkola, sampai ke Mandailing). Dari daerah inilah kemudian berkembang

luas Marga Daulay sampai saat ini. Sedangkan si anak kedua, Namora Sohataon menetap di

kampung itu. Sampai akhirnya dia menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu :

1. Namora Tongguon (Sulung)

2. Paung Bosar (Bungsu)

Dalam perjalanan hidup Sopiak Langit selama di kampung

cerita dan dongeng. Ada yang menggambarkan jika ia memiliki kekuatan yang tak

tertandingi, Ia memiliki ilmu kebal. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah Dukun Sakti

Mandraguna, yang dapat mengobati beragam penyakit. Dan masih banyak juga

pekerjaan-pekerjaan positif lainnya. Tetapi dibalik kehebatannya itu, ada juga pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan atau

sikap-sikapnya yang kurang terpuji. Seperti mengambil istri orang lain untuk menjadi istrinya

melalui kekuatan yang dimilikinya.

Sopiak Langit meninggal karena sakit di Desa Sipahutar. Di kemudian hari di tahun 1971

oleh keturunan Sipahutar dibuatlah makam resmi beserta tulang-belulang istrinya, Boru

(32)

Adapun cerita dari kedua cucu Sopiak Langit yang bernama Namora Tongguon dan

Paung Bosar beserta keturunannya pada akhirnya meninggalkan desa tersebut untuk mencari

tempat hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan tanah dan harta warisan yang dititipkan

ke Marga Silitonga.. Hal inilah yang di kemudian hari sampai dengan hari ini tidak ada lagi

keturunan Sipahutar di desa tersebut, melainkan diganti dengan keturunan Silitonga.

Keturunan dari Namora Tongguon ada 5 orang :

1.

2.

3.

4.

5.

Keturunan dari Paung Bosar ada 4 orang, yaitu :

1.

2.

3.

4.

Keturunan dari Paung Bosar bermukim di daerah : Tarutung, Parsingkaman,

Silangkitang, Sipan/Sihaporas (Sibolga), Pinangsori, Batangtoru, dan daerah-daerah lain.

(33)

Sipahutar diabadikan menjadi nama kecamatan yaitu Kecamatan Sipahutar.9 Dengan latar

belakang historis tersebut maka terbentuklah kecamatan Sipahutar dan terbentuklah

desa-desa di Sipahutar termasuk Desa Sabungan Nihuta 1.

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya

setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini harus dilakukan

karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang pasti membutuhkan orang

lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi. Untuk

mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya bekerja

dengan mengolah tanahnya yakni bertani. Namun di samping bertani masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1 ada juga yang bekerja sebagai guru, berdagang atau dalam bidang usaha

jasa.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi

sosial ini tidak jelas terlihat. Stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur,

perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.10

9

Wawancara dengan Ompung Sarni Sipahutar di Kecamatan Sipahutar tanggal 19 Desember 2012.

10

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2004, hal. 110.

Sistem

(34)

kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan umur ini juga berlaku dalam

hal pembagian warisan.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas terlihat

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 terdahulu. Lapisan yang

paling tinggi adalah lapisan raja-raja, keturunan raja-raja dan kepala-kepala wilayah. Sistem

pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam perbedaan antara raja huta

atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang kemudian. Pada umumnya masyarakat

yang masuk ke dalam kategori raja huta ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada

penduduk yang datang kemudian.

Dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 khusunya dan masyarakat Toba pada

umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu11, yang

dijadikan patokan untuk bisa saling menghormati satu sama lain. Dalihan Na Tolu, terdiri

dari hula-hula, dongan tubu dan boru 12

Seperti yang telah disebutkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki ikatan

kekerabatan yang sangat kuat karena adanya hubungan kekeluargaan yang masih sangat . Perbedaan status sosial seorang hula-hula, dongan

tubu atau boru ini tidak hanya berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang

dari kekayaan atau kekuasaan seseorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah

upacara adat. Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya

sebagai bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai boru maka beliau

harus menghormati hula-hulanya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.

11

Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga yang sangat membutuhkan keseimbangan agar tetap kokoh.

12

Pertama, Somba Marhula-hula/sembah/hormat kepada keluarga pihak

(35)

dekat dan yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada

di Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan keturunan marga Simanjuntak. Dan bagi masyarakat

Batak Toba bahwa semua marga yang ada dalam etnik Batak Toba merupakan raja yang

harus dihormati atau disegani.

Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama

manusia dalam masyarakat.13

Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1 yakni dalam memperbaiki jalan menuju areal pertanian dan membuat

kamar mandi umum . Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama membersihkan

jalan dengan membawa peralatan masing-masing. Dengan demikian jalan menuju areal Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia masih memegang

teguh sistem gotong-royong. Sistem gotong-royong ini masih dijalankan masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menerapkan sistem gotong-royong

dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti

membangun kamar mandi umum, membersihkan jalan dan lain sebagainya.

Aktivitas gotong-royong dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya

diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat desa

biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong-royong. Apabila

kegiatan gotong-royong berlangsung biasanya setiap anggota masyarakat yang memiliki

keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan menyediakan minuman

dan makanan kecil untuk masyarakat tersebut.

13

(36)

pertanian lebih mudah untuk dilalui dan masyarakat bisa menggunakan kamar mandi umum

secara bersama-sama. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama mengelola dan

merawat fasilitas-fasilitas umum dengan menjaga kebersihan. Gotong-royong juga dilakukan

dalam pekerjaan lain seperti memperbaiki jalan di kampung dan membersihkan desa.

Akvitas gotong-royong yang dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 secara

spontanitas yang bersifat kekeluargaan, hal itu terlihat apabila ada masyarakat yang

mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akan memberikan

bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa Sabungan

Nihuta 1 menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling

membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Ni huta 1 dapat hidup

berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil antar

sesama tetangga.

Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan kehadiran

seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Sabungan Nihuta 1 terutama

kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya

banyak ibu-ibu yang berkunjung, mereka menginap dengan tujuan untuk merawat si anak

sampai kondisi ibunya sudah membaik dan juga masyarakat Desa Sabungan Nihuta turut

merasakan kebahagian kehadiran si anak.

Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengadakan

upacara pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk

mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga akan membantu si

(37)

hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan dana

sukarela.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang mayoritasnya adalah etnik Toba dapat

hidup berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa

toleransi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat

yang sakit atau tertimpa musibah, maka masyarakat akan saling mengunjungi dan

memberikan bantuan semampunya.

Penduduk asli Desa Sabungan Nihuta 1 dan penduduk pendatang dapat hidup

berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan penduduk

pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya

pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu sama lain

sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati.

Aktivitas gotong-royong yang bersifat ekonomi di Desa Sabungan Nihuta 1 juga

terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Batak Toba kegiatan gotong-royong

yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut marsidapari.14

14

Marsidapari adalah istilah yang dipakai masyarakat etnik Batak Toba yang berarti gotong-royong pada masa panen.

Kelompok marsidapari ini

pada dasarnya berasaskan kekeluargaan. Kelompok marsidapari biasanya bekerja di ladang

ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah yang

perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau ladang setiap

anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan teknologi dan dorongan

(38)

berkurang dan mengakibatkan sistem kerja marsidapari lambat laun mengarah pada sistem

pengupahan.

Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya masyarakat Batak Toba

pada umumnya, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat lemah dalam hal

mengantisipasi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga sayur

di pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang akhirya

kelebihan produk dan menyebabkan harga turun. Ketika tanaman pertaniannya tidak

menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya dengan tanaman lain.

Walaupun bagi sebahagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bertani adalah

mata pencaharian utama namun untuk sebahagian orang, bertani merupakan pekerjaan

sampingan. Hal ini karena mereka memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa

terutama dalam bidang transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan.

Biasanya mereka mengolah lahannya pada saat waktu senggang atau setelah pulang dari

(39)

BAB III

PERKEMBANGAN PERTANIAN NANAS DI DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000

3.1Awal Mula Pertanian Nanas Di Desa Sabungan Nihuta 1

Seperti yang telah dijelaskan mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hidup

sebagai petani, dan kegiatan pertanian ini sudah berlangsung sejak lama. Dalam mengolah

lahan pertaniannya dilakukan dengan cara sederhana yang masih bersifat tradisional.

Alat-alat yang digunakan biasanya belum menggunakan Alat-alat-Alat-alat yang terbuat dari mesin tetapi

masih menggunakan alat-alat tradisional seperti cangkul, babat, dan sabit disamping

mengandalikan tenaga fisik manusia. Hasil pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

pada awalnya masih bersifat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pokok keluarga, baru

selebihnya dijual untuk kebutuhan lainnya. Pola pemikiran yang seperti itu menyebabkan

masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada awalnya hanya menanam tanaman palawija

(tanaman yang berumur pendek). Ada beberapa jenis tanaman yang biasanya ditanam oleh

masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada saat itu seperti sayur-sayuran, padi, ubi, jagung,

cabe, buncis, kentang, kopi, kacang-kacangan.

Pada tahun 1980 terjadi perubahan pada sistem pertanian masyarakat Desa Sabungan

Nihuta 1. Perubahan pertanian terjadi dari pertanian palawija (tanaman berumur pendek)

kepada pertanian holtikultura (tanaman keras). Ada beberapa hal yang menyebabkan

terjadinya perubahan sistem pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 seperti alasan ekonomis

(harga), kepraktisan dalam mengelola dan masalah kesuburan tanah.

(40)

menanam buah yakni Nanas.15 Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta

terkenal dengan petani nanas. Jenis nanas yang mereka budidayakan adalah . NanasCayenne

merupakan salah satu jenis nanas yang dibudidayakan di Indonesia. Nanas memiliki nama

Latin yaitu Ananas comosus (L.)Merr.16

Nanas termasuk dalam jenis buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan

memberi penghasilan yang tidak sedikit, artinya bila diusahakan secara sungguhsungguh

dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di samping itu nanas merupakan salah satu bahan

makanan tambahan yang mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh manusia yang

setiap hari mutlak dibutuhkan dan makin digemari masyarakat. Budidaya pertanian nanas

di Desa Sabungan Nihuta 1 ini pada awalnya dilakukan oleh salah seorang masyarakat

desa.17

15

Nanas merupakan jenis buah-buahan yang berserat dan memiliki kulit buah yang bersisik. Ada dua jenis tanaman nanas yaitu :Pertama, nanas cayenne adalah jenis nanas yang biasanya digunakan untuk pengalengan dan pembuatan selai nanas, buahnya berwarna kuning pucat dan rasanya agak masam. Kedua,

nanasqueen adalah jenis nanas yang biasanya untuk dikonsumsi atau dimakan langsung, buahnya berwarna kuning kemerahan dan rasanya manis.

16

Sumeru Ashari, Hortikultura Aspek Budidaya, Jakarta: UI Press, 1995, hal.364.

17

Wawancara dengan Tiurma Sipahutar, di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar, pada tanggal 23 Juli 2012.

Budidaya pertanian nanas dimulai pada tahun 1980. Awalnya budidaya tanaman

nanas ini dengan menanam 600 buah. Ketertarikan masyarakat untuk menanam nanas ini

setelah melihat keberhasilan petani-petani nanas di berbagai daerah yang ada di Kabupaten

Tapanuli Utara. Percobaan dalam menggeluti usaha bertani nanas ternyata membuahkan hasil

yang cukup memuaskan. Hal ini kemudian membangkitkan minat masyarakat Desa

Sabungan Nihuta1 untuk menanam nanas. Tanaman ini dianggap sebagai tanaman komersil

(41)

Pertanian Nanas tentunya membutuhkan lahan yang dapat digunakan dalam jangka

panjang karena tanaman ini termasuk jenis tanaman yang berumur panjang. Namun hal

tersebut tidak menjadi masalah karena masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya

memiliki lahan sendiri, oleh karena itu memungkinkan untuk menanam nanas.

Ananas comosus (L.) Merr atau nanas ini awalnya berasal dari Amerika Selatan,

yakni Brazil, Argentina, dan Peru.18

Nanas dapat ditanam di daerah antara 30° LU dan 30° LS. Tanaman nanas jenis

Cayenne dapat tumbuh dari ketinggian 100 hingga 1.100 m di atas permukaan laut. Tanaman

ini tahan kekeringan, karena mempunyai sel penyimpan air yang efektif. Di daerah beriklim Di Indonesia sejarah tanaman nanas ini tidak begitu

dikenal. Tanaman nanas yang ada sekarang adalah merupakan peninggalan dari zaman

penjajahan Belanda. Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia terutama di

Indonesia. Tanaman nanas sangat populer dan banyak ditanam di Indonesia.

Nanas adalah tanaman tahunan, tingginya antara 90-100 cm; sebaran daun seluas

130-150 cm. Batang nanas pendek 20-25 cm. Daun nanas berurat sejajar dari pangkal sampai

ujung dan berserabut, tebal, panjangnya antara 38-80 cm dan pada pinggir daun tumbuh duri

tajam ke arah ujung daun. Nanas menghasilkan buah setelah berumur 15 bulan sampai 24

bulan. Produksi optimal terjadi di daerah dengan curah hujan 500-2.000 mm/tahun tetapi

masih tergantung dengan iklim, jenis tanaman, jarak tanam, dan perawatan nanas tersebut

Kualitas dan kuantitas nanas juga ditentukan oleh ketinggian lahan, suhu udara, curah hujan,

radiasi matahari, kecepatan angin, serta tipe dan kualitas tanah.

18

(42)

kering tanaman nanas masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanah antara 50-150 cm,

tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, tanaman nanas tidak tahan

terhadap genangan air, buahnya peka terhadap sinar matahari terik karena mudah terbakar.

Tanaman nanas ditanam pada jarak antara 75-90 cm, 2 baris setiap bedengan dengan

kepadatan tanaman berkisar antara 4.0000-5.0000 tanaman per ha, setelah 4 minggu sesudah

tanam. Tanaman nanas diberi pupuk dan diulangi lagi setelah 8 minggu sesudah tanam.

Pemeliharaan selanjutnya membersihkan rumput atau gulma terutama alang-alang, adanya

gulma dan alang-alang pada tanaman nanas dapat menurunkan hasil buah antara 20-40%.

Selain gulma dan alang-alang, hama dan penyakit juga menyerang tanaman nanas, serangga

yang mengisap tanaman dan mengeluarkan cairan beracun sehingga menyebabkan tanaman

nanas layu.

Ananas comosus(L.) Merr atau Nanas dapat tumbuh subur di daerah dengan curah

hujan 1.000-1.500 mm/tahun dengan Ph tanah antara 5 - 6,5. Pada ketinggian 1400 di atas

permukaan laut. Tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi.

Ketinggian tempat yang tidak memenuhi syarat sering menimbulkan kendala sendiri. Jika hal

ini tidak diperhatikan, maka akan berpengaruh terhadap kualitas buah. Misalnya, rasa buah

yang tadinya manis berubah menjadi masam ataupun pahit.

Tanaman nanas memerlukan sinar matahari yang penuh agar proses pertumbuhan dan

produksi nanas dapat berkembang dengan baik. Ini berarti sinar matahari mempunyai

peranan yang sangat penting pada tanaman nanas. Dengan semakin bertambahnya ketinggian

suatu tempat, maka semakin bertambah pula intensitas sinar. Oleh karena itu tanaman nanas

(43)

kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada ketinggian lebih

rendah.

Curah hujan yang cocok untuk tanaman nanas ini adalah antara 1.000 mm sampai

2.000 mm per tahun. Curah hujan yang lebih rendah dari 1.000 mm per tahun mengakibatkan

perkembangan bunga dan buah terganggu. Sedangkan jika curah hujan lebih tinggi dari 2.000

mm tidak hanya menyebabkan perkembangan bunga dan buah yang terganggu tetapi juga

menimbulkan banyaknya cendawaan.

Tanaman nanas ini bisa tumbuh dengan baik di Desa Sabungan Nihuta 1 karena

daerah ini memiliki tanah yang subur dan ph tanahnya cocok untuk pembudidayaan tanaman

nanas. Tanaman nanas dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari tanah pasir kasar

hingga tanah liat berat, dan tanah pun tidak boleh tergenang air. Tanah yang baik untuk

tanaman nanas yaitu bila berasal dari tanah endapan yang subur, cukup dalam dan tidak

bergaram.

Sejak pembudidayaan tanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang menghasilkan

keuntungan yang cukup maksimal menimbulkan ketertarikan masyarakat di sekitar untuk

mengikuti jejaknya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah petani nanas di

Desa Sabungan Nihuta 1 sejak tahun 2000 tentunya berpengaruh pada bertambahnya jumlah

(44)
[image:44.612.135.456.191.390.2]

Peningkatan ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 6

Perkembangan Jumlah Petani, dan Luas Lahan Yang Digunakan

No Tahun Jumlah Petani Nanas

Luas Lahan

1 1980 1 kk 2 ha

2 1985 25 kk 57ha

3 1990 38 kk 112ha

4 1995 67 kk 224 ha

5 2000 78 kk 289 ha

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000

Dari tabel di atas tampak bahwa hingga tahun 2000 masih terjadi perluasan

penanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan

masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 tersebut untuk menanam nanas semakin bertambah.

Terdapat beberapa alasan mengapa penanaman nanas mengalami perkembangan yang

cukup pesat di Desa Sabungan Nihuta 1 sejak tahun 1980 hingga tahun 2000. Pertama, sifat

tanaman nanas yang cocok dengan kondisi lahan, ketinggian dan iklim di Desa Sabungan

Nihuta 1. Kedua, penanaman dan perawatannya yang relatif mudah. Ketiga, proses

penanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tidak merubah pola pertanian penduduk,

(45)

proses produksi dan pemasarannya yang relatif lebih mudah. Para pedagang besar ataupun

kecil siap membeli langsung dari tangan petani. Kelima, bibit nanas sangat mudah diperoleh.

Pada awalnya bibit nanas diperoleh di pasar-pasar tradisional terdekat ataupun dari sanak

saudara yang tinggal di kampung-kampung yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1. Setelah

masyarakat membudidayakan nanas dan menghasilkan sendiri bibit, maka pembelian bibit

tidak perlu lagi keluar dari Desa Sabungan Nihuta 1.

3.2Proses Pertanian Nanas Tahun 1980-2000

Tanaman nanas yang mempunyai nama latin Ananas comosus (L.) Merr ini termasuk

komoditi buah-buahan terpenting di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya minat

masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini yang berpengaruh pada perluasan areal pertanian

nanas untuk meningkatkan produksi.

Penanaman nanas oleh. masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dilakukan dengan

berbagai cara. Pertama, tanaman nanas ditanam dengan tanaman muda lainnya secara

berdampingan. Cara seperti ini sering disebut dengan sistem tumpang sari. Penanaman

tanaman muda ini dimaksudkan untuk menambah kesuburan tanah sekaligus menambah

penghasilan keluarga. Tanaman nanas sudah dapat dipanen setelah berumur lima tahun. Oleh

karena waktu lima tahun cukup lama untuk menunggu hasil panen sehingga petani seringkali

menambah pemasukan dengan menanam tanaman-tanaman muda tersebut di antara tanaman

nanas. Kedua, nanas ditanam khusus datam satu lahan secara tersendiri, artinya nanas

ditanam tanpa adanya tanaman-tanaman lain di sampingnya.

(46)

berbagai cara. Cara pertarna yaitu dengan membeli bibit nanas yang siap tanam di

pasar-pasar tradisional. Bibit yang dijual di pasar-pasar tradisional ini berasal dari berbagai daerah seperti

dari Kecamatan Sipahutar sendiri, Balige maupun daerah-daerah lain di luar Sumatera Utara.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dapat memperoleh bibit nanas dengan harga per satu

tanaman yang siap ditanam. Cara kedua yaitu dengan memperoleh dari sanak saudara yang

telah lebih dahulu membudidayakan tanaman nanas ini. Dengan cara kedua ini bibit nanas itu

diperoleh dengan cara pembibitan kemudian setelah umurnya cukup baru di-stek oleh petani

tersebut. Bibit nanas ini diperoleh dari kebun-kebun nanas milik masyarakat yang telah lebih

dahulu membudidayakan tanaman nanas ini.

Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ditanam dengan jarak yang berbeda-beda. Nanas

ditanam pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antara dua baris 150 cm. Namun, nanas dapat

pula ditanam pada jarak 150 cm x 150 cm. Makin rapat jarak tanamnya, makin kecil buah

yang dihasilkan. Untuk kebutuhan industri pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah

yang berukuran kecil (jarak tanam 30 x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan

5-10 kg per lubang tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 5-100 kg urea, 200 kg TSP, dan

100 kg KCl per hektar.

Pupuk buatan itu diberikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah tanam dan 8

minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk urea yang berlebihan dapat

mendorong terjadinya mahkota ganda (mulptiple crown) yang menyebabkan buahnya

menjadi kecil dan adakalanya buah ganda.

Pemeliharaan tanaman nanas ini dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

dengan cara yang sederhana. Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau

(47)

dapat menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang baik

sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk hati (titik

tumbuh).

Hama yang menyerang tanaman nanas yang penting ialah kutu merah, kutu sisik

(Diaspis bromeliae Kerner), kutu tepung atau kutu putih (Dysmicoccus brevipes) dan

binatang kaki seribu (Scutigerella immaculata Newp) serta nematoda Pratylenchus yang

menyebabkan terjadinya bintil-bintil pada akarnya.

Penyakit yang berbahaya ialah cendawan Phytophthora cinnamomi Rand yang

menyebabkan busuk hati (titik tumbuh) dan busuk buah bakteri Erwinia chrysanthemi.

Pada pertanaman nanas yang drainasenya tidak baik atau tergenang air, penyakit

busuk akar cendawan Phytophthora parasitica mengancam. Selain itu, ada penyakit virus

yang menyebabkan daun nanas mengecil dan bergaris kuning yang disebut Emilia sonchifolia

(L.) DC. Virus ini disebarluaskan oleh gurem Thrips tabaci Lind. Oleh karena itu, dalam

usaha tani komersial yang berskala besar, adanya hama dan penyakit tersebut perlu dicegah

sebelum menyerang tanaman.

Adapun peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat dalam perawatan penanaman

nanas adalah seperti cangkul, pompa, arit, dan babat. Cangkul ini biasa digunakan untuk

membersihkan lahan-lahan yang ada di sekitar tanaman nanas tersebut. Pompa, ini digunakan

untuk menyemprot nanas tersebut. Arit dan babat memiliki fungsi yang sama, biasanya arit

dan babat digunakan untuk memotong rumput yang tumbuh di sekitar tanaman nanas.

Nanas pada umumnya bisa menghasilkan buah dan dapat dipanen ketika sudah

mencapai usia lima tahun. Tanaman nanas ini dapat dipanen sebanyak dua kali setahun.

(48)

menghasilkan buah yang lebih banyak dari biasanya. Buah nanas harus dipanen setelah tua

benar atau matang pohon. Tanda buah dapat dipanen ialah matanya telah datar dan tampak

jarang, apabila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema. Buah nanas yang

mulai matang akan mengeluarkan aroma khas. Bulan-bulan panen besar ialah Desember,

Januari dan Juli. Produksi nanas di Indonesia tahun 2000 adalah 601.450 ton dari areal

18.840 ha.

Tidak seperti pohon karet yang waktu panen getah (penyadapan) yang harus

dilakukan pada pagi hari agar menghasilkan getah yang maksimal, pemetikan buah nanas ini

tidak mengenal waktu tertentu. Pemetikan buah nanas dapat dilakukan kapan saja, baik itu

pagi hari, siang ataupun sore. Dalam hal pemetikan buah nanas, masyarakat Desa Sabungan

Nihuta 1 mengusahakan cara yang terbaik agar buah tersebut tidak rusak. Untuk itu

dipekerjakanlah orang yang sudah terbiasa, melakukan hal tersebut.

Pemetikan buah nanas dapat dilakukan oleh keluarga atau oleh tenaga kerja upahan.

Pemetikan buah oleh keluarga dilakukan apabila jumlah tanaman nanas hanya sedikit atau

pada saat harga sedang rendah. Pemetikan oleh tenaga kerja keluarga ini umumnya dilakukan

dengan cara yang sangat berhati-hati. Pemetik buah nanas upahan dilakukan apabila tenaga

kerja keluarga tidak dapat memetik buah nanas mereka karena jumlah tanaman yang dimiliki

sangat banyak dan pada saat harga nanas tinggi. Berbeda dengan tenaga kerja keluarga,

tenaga upahan selalu melakukannya dengan cara yang kurang hati-hati, sehingga banyak

buah nanas yang berlobang akibat salah pemetikan, cabang yang patah dan sebagainya. Cara

ini dilakukan karena tenaga kerja cenderung memetik buah nanas dengan cepat agar

pekerjaan lekas selesai sehingga dapat segera pulang.

(49)

harga nanas rendah, pemetikan buah nanas dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hal ini

disebabkan, hasil panen tidak cukup untuk membayar upah tenaga kerja upahan. Pemetikan

buah nanas pada saat harga rendah seringkali menyebabkan kerugian pada si petani, namun

meskipun demikian pemetikan harus tetap dilakukan agar buah nanas tidak rusak.

3.3Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran

Dalam menjalankan sebuah kegiatan tentunya tidak terlepas dari biaya atau modal,

karena tanpa adanya modal maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik.

Demikian halnya dengan kegiatan budidaya pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1

tentunya sangat memerlukan modal. Modal yang dipergunakan untuk pertanian nanas ini

sangatlah besar, hal ini sesuai dengan hasil yang dicapai apabila nanas yang dihasilkan

mempunyai kualitas yang baik dan harga yang lumayan.

Pertanian nanas membutuhkan modal sejak awal dari kegiatan ini dilakukan. Modal

dibutuhkan sejak pengolahan lahan, mendapatkan tenaga kerja, bibit, perawatan sampai

kepada memetik hasil panen. Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 diawali dari

pengolahan lahan. Dalam hal mengolah lahan ini sebagian masyarakat menggunakan tenaga

kerja upahan. Hal ini sering terjadi karena tenaga kerja keluarga tidak dapat mengerjakan

semua lahan yang harus dibersihkan sehingga membutuhkan tenaga kerja upahan agar

pekerjaan tersebut cepat selesai. Dalam hal inilah modal diperlukan dalam hal pengolahan

tanah yakni untuk biaya tenaga kerja. Tenaga kerja ini tidak hanya diperlukan pada saat

pengolahan lahan tetapi juga pada saat penanaman, perawatan tanaman nanas hingga pada

pemanenan. Dengan demikian biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang petani nanas untuk

(50)

membutuhkan perawatan yang maksimal agar menghasilkan kualitas dan kuantitas nanas

yang memuaskan. Perawatan nanas ini meliputi pemberian kompos, pupuk, penyemprotan

dengan pestisida, pemangkasan cabang, penyiangan rumput dan sebagainya. Dalam seluruh

kegiatan ini biayanya harus dikeluarkan yaitu biaya untuk membeli kompos, pupuk dan

pestisida.

Pemerolehan modal untuk kegiatan pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini

sangatlah beragam. Sebahagian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menggunakan modal

sendiri namun tidak jarang juga ada yang meminjam dari orang lain, bank ataupun dengan

cara-cara lain. Biasanya cara seperti ini dilakukan oleh petani nanas yang berpenghasilan

menengah ke bawah. Keterbatasan modal yang tersedia mengakibatkan sebagian masyarakat

harus terlebih dahulu meminjam modal dari orang lain. Biasanya modal ini dikembalikan

setelah jangka waktu kesepakatan yang telah dibuat. Modal yang dikembalikan ada yang

beserta bunga atau ada yang hanya modal pokok, hal ini tergantung cara peminjaman dan

kesepakatan awal antara peminjam dan si pemberi modal. Modal yang digunakan untuk

pertanian nanas ini tentunya juga beragam tergantung pada luas lahan, banyaknya tenaga

kerja upahan yang digunakan, kondisi lahan, iklim dan cuaca, perawatan dan sebagainya.

Di bawah ini penulis membuat perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh petani

nanas per tahun sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam. Hal ini dimaksudkan untuk

melihat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk kegiatan pertanian nanas. Untuk

memperoleh data mengenai biaya ini penulis berusaha mengumpulkan informasi dari para

petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

Meskipun data ini bukanlah informasi yang bersifat akurat namun membantu. penulis

(51)
[image:51.612.127.458.180.314.2]

tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 7

Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 Berdasarkan Jumlah Tanaman Pada Tahun 200019

No

. Jumlah Tanaman Biaya Yang Dikeluarkan Per

Tahun

1 200 Rp.500.000

2 300 Rp. 1.000.000

3 400 Rp. 1.500.000

4 500 Rp. 2000.000

Dalam mengelola usaha pertanian tentunya tidak terlepas dari tenaga kerja. Tenaga

kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha pertanian karena tanpa

adnya tenaga kerja maka kegiatan pertanian akan terbengkalai. Terdapat dua jenis tenaga

kerja yang terlibat dalam pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1, yakni dari dalam

keluarga petani dan dari luar keluarga atau yang biasa disebut tenaga kerja upahan. Tenaga

kerja upahan ini biasanya berasal dari penduduk setempat dan terkadang dari luar desa

tersebut. Pada pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 hampir semua kebutuhan akan

tenaga kerja ini diperlukan pada saat panen.

Tenaga kerja keluarga biasanya diperlukan mulai sejak membersihkan lahan,

penanaman, perawatan hingga kepada saat panen buah nanas. Meskipun demikian masih ada

19

Sumber: Wawancara, dengan Tiur br. Silalahi dan Jakob Barus di Desa Sabungan Nihuta Kecamatan

(52)

petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang menggunakan tenaga kerja upahan sejak

dimulainya pengolahan lahan untuk menanam nanas.

Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan dalam hal tenaga untuk mengurus

pertanian mereka. Biasanya alasan untuk menggunakan tenaga kerja upahan beragam,

pertama karena petani tersebut memiliki pekerjaan lain di luar bertani. Semakin banyak

seorang pemilik terlibat dalam aktifitas mata pencaharian lain, semakin mungkin tenaga kerja

upahan digunakan. Alasan kedua yaitu apabila musim panen tiba. Biasanya pada musim

panen, buah nanas melonjak drastis, untuk itu diperlukan tenaga kerja yang banyak dalam

memanennya. Alasan ketiga adalah apabila jumlah pohon nanas yang dimiliki seorang petani

sangat banyak sehingga tidak dapat dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga. Untuk mengatasi

hal tersebut maka biasanya diperlukan tenaga kerja upahan. Dalam pengumpulan tenaga

kerja itu biasanya tergantung dalam sistem penjualan nanas tersebut. Jika penjualan nanas

dijual dengan sistem borong maka dalam pengumpulan tenaga kerja itu biasanya dilakukan

oleh si pembeli dan jika nanas tersebut dijual dengan sistem per kilo maka yang

mengumpulkan tenaga kerjanya biasanya pemilik nanas tersebut.

Tenaga kerja ini pasti mendapatkan upah dari pekerjaannya tersebut. Dalam hal ini

upah ada yang diberikan oleh petani nanas ataupun oleh si pembeli (tokeh) tergantung

kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli dan petani). Pembayaran upah tenaga kerja

ini dibayarkan setelah nanas selesai dipanen dan dikepak dalam kemasan.

Upah yang diterima oleh tenaga kerja ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

sebelum bekerja. Jumlah upah yang diterima pemetik jeruk sejak tahun 1980 hingga tahun

2000 tidak diketahui dengan pasti. Namun menurut keterangan beberapa masyarakat Desa

(53)

kerja yang sering ikut dalam pemetikan nanas bahwa pada tahun 1980-2000, upah yang

diterima seorang pemetik nanas yakni Rp. 15.000,00 per hari20

Perdagangan nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 dilakukan dengan cara yang beragam.

Adapun cara memasarkan hasil panen nanas yang dilakukan oleh masyarakat D

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, yakni mengenai pemanfaatan tanah pertanian sebagai barang gadai oleh penerima gadai yang dilakukan di Desa

Sedangkan hasil dari wawancara yang penulis lakukan mengenai kondisi pertanian di Desa Sekata Baru Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala dari 8 orang para petani

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI DESA SIPOLDAS KECAMATAN PANEI (1990-2000)O.

PENGARUH USAHA SARANG BURUNG WALET TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI DESA PELIMBANGAN KECAMATAN CENGAL KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh Hari yansa