• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TGT( TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN(PDTM) PADA SISWA KELAS X TP SMK MULTI KARYA MEDAN T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TGT( TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN(PDTM) PADA SISWA KELAS X TP SMK MULTI KARYA MEDAN T.A 2016/2017."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIFTIPE TGT( TEAMS GAMES TOURNAMENT)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN(PDTM) PADA

SISWA KELAS X TP SMK MULTI KARYA MEDAN

T.A 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

OLEH :

JEREMY JOSE PURBA

NIM. 5113321015

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Jermy Jose Purba. 5113321015. Implmmmntasi Modml Pmmbmlajaran soopmratif Tipm TGT ( Tmam Gamms Tournammnt ) Untuk Mmningkatkan Hasil Bmlajar Pmngmtahuan Dasar Tmknik Mmsin (PDTM ) Pada Siswa smlas X TP-1 SMs Multi sarya Mmdan. . Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa pada standart kompetensi Pengetahuan Dasat Teknik Mesin (PDTM) dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan strategi yang sesuai dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT hasil belajar yang diperoleh sebanyak 22 siswa (62.86%) yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai ≥ 70. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang cukup signifikan yaitu hasil belajar yang diperoleh sebesar 71.43% atau sebanyak 25 siswa yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai ≥ 70. Kemudian peningkatan yang signifikan juga ditunjukkan pada siklus III yaitu hasil belajar yang diperoleh sebesar 80% atau sebanyak 28 siswa yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai ≥ 70. Disamping itu kemampuan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran terjadi peningkatan yang belum kompeten menjadi kompeten sebanyak 6 siswa (17.14%) yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus III. Berdasarkan perolehan nilai siswa yaitu sebanyak 28 orang (80%) pada siklus III sudah memperoleh nilai ≥ 70, ini berarti bahwa telah tercapai batas tuntas indikator yang ditetapkan secara klasikal yaitu 75% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe TGT secara optimal dengan strategi yang tepat juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kemampuan dalam diskusi kelompok mengalami kemajauan. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasanya siswa belajar dalam kelompok. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada siklus I hanya rata – rata 60% menjadi 71,43% pada siklus II dan menjadi 74,29% pada siklus III. Peningkatannya sebesar % dari siklus I ke siklus II dan peningkatan sebesar ... % dari siklus II ke siklus III. Hal ini menunjukan bahwa belajar dengan menggunakan media, khususnya model pembelajaran cooperatif tipe TGT dapat menuntun siswa lebih aktif dan kreatif serta menambah semangat belajar.

(5)

ABSTRACT

Jermy Jose Purba. 5113321015. Implementation of Cooperative Learning Model TGT (Team Games Tournament) To Improve Learning Outcomes Knowledge Base Mechanical Engineering (PDTM) Students of Class X TP-1 SMK Karya Multi Terrain. , Essay. Faculty of Engineering, University of Medan, 2016. This study aims to determine the magnitude of the increase in student learning outcomes in competency standards Dasat Sciences Mechanical Engineering (PDTM) using the model of Cooperative Learning Learning TGT using cooperative learning model TGT with appropriate strategies can improve student learning outcomes. In the first cycle before using cooperative learning model TGT learning results obtained by 22 students (62.86%) were thoroughly studied by obtaining the value of ≥ 70. While on the second cycle there is a significant increase is the result of learning gained by 71.43% or as much as 25 students who pass the study to derive a value ≥ 70. Then also demonstrated a significant increase in the third cycle is the result of learning gained by 80% or as many as 28 students who completed study to obtain a value ≥ 70. in addition, the ability level of student mastery of the subject matter happens an increase that has not been competently become competent as 6 students (17:14%) were thoroughly studied from the first cycle to the third cycle. Based on the acquisition value of students as many as 28 people (80%) in the third cycle already gained value ≥ 70, this means that it has reached the limit due indicators set in the classical style which is 75% of students gained grades ≥ 70. Learning using model cooperatif TGT-type basis optimized with the right strategy can also improve students' learning activities. Ability in discussion groups experienced kemajauan. It can be seen from already started terbiasanya students learn in groups. From the observation shows that an increased activity of students in the first cycle is only average - average 60% to 71.43% in the second cycle and to 74.29% in the third cycle. The increase of% from the first cycle to the second cycle and increased by ...% from the second cycle to the third cycle. This shows that learning to use the media, especially the type cooperatif TGT learning model can guide the students more active and creative and add to the spirit of learning.

Keywords: TGT type of cooperative learning model, improving results students' basic knowledge of mechanical engineering

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin ( PDTM )Pada Siswa Kelas X TP-1 SMK Multi Karya Medan T.A 2016/2017”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menambah salah satu syarat mutlak memperoleh gelar Sarjana Kependidikan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Walaupun demikian besar harapan penulis agar hasil studi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd selaku Dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul,M.Pd, selaku Dekan FT Unimed

3. Bapak Prof. Dr. Sumarno M.Pd. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik UNIMED.

4. Bapak Drs. Hidir Efendi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.

5. Bapak Drs. Selamat Riadi,MT selaku sekretaris Jurusan Teknik Mesin FT Unimed

(7)

7. Bapak Ir. Zainuddin selaku Kepala Sekolah SMK Multi Karya Medan yang telah memberikan peneliti izin untuk meneliti disekolah yang beliau pimpin.

8. Teristimewa buat kedua orang tua penulis ayahanda, Drs. Besly Purba,SE dan ibunda

9. Seluruh Dosen Fakultas teknik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

10. Teristimewa buat kedua orangtua penulis Ayahanda R.Purba dan Ibunda

S.Situmorang, yang selalu mendukung penulis dalam perkuliahan baik

doa, semangat dan materi.

11. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat, Iskandar Nababan, Irwan Panggabean, Virgo Sitorus, Legos Nainggolan, Perinto Marbun, Robin Hutasoit, serta Senior dan Junior penulis Jurusan Teknik Mesin UNIMED. Dan Saudara penulis, Nurdah lina Purba, Dalid M purba, Gustrino Purba, Gustu Ertati purba, Boy J Purba, dan buat teman-teman kos Dapot purba, Tomri purba, panri situmorang, hendiko silaban dkk yang senantiasa selalu mendukung dalam penyusunan Skripsi ini.

12. Teman Spesial penulis Ernanda Vista Situmorang, yang slalu memberi dukungan dan dorongan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 13. Buat Abanganda Iwan Keling dan Bang Septo Sinaga yang slalu memberi

dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Penulis selalu berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

(8)

Medan, September 2015 Penulis

(9)
(10)

1. Hakekat Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknmik 4. Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT ... ...29

(11)

D. Hipotesis Penelitian ... BAB IV TASIL PENELITIAN DAN PEMBATASAN ...

(12)

2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... ...64 3. Hipotesis Tindakan ... ...66 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... ...67 1. Siklus I ... ...67 2. Siklus II ... ...71 3. Siklus III ... ...75 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

80

A. Simpulan ... ...80 B. Saran ... ...81 DAFTAR PUSTAKA ...

84

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perolehan nilai rata-rata ... 28

Tabel 2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 38

Tabel 3 Skenerio Pembelajaran Konvensional ... 39

Tabel 4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional ... 47

Tabel 5 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Konvensional 52

Tabel 6 Langkah –langkah Tindakan Siklus I ... 54

Tabel 7 Langkah –langkah Tindakan Siklus II ... 56

Tabel 8 Langkah –langkah Tindakan Siklus III ... 59

Tabel 9 Format Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 63

Tabel 10 Hasil Perolehan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 64

Tabel 11 Perolehan Aktivitas Belajar Siswa ... 65

Tabel 12 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 69

Tabel 13 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 69

Tabel 14 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 73

Tabel 15 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 74

Tabel 16 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus III ... 77

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

BABBI

PENDAHULUAN

A. LatarBBelakangBMasalah

Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini merupakan suatu keharusan dalam era globalisasi pada saat ini. Peningkatan kualitas merupakan persyaratan mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan sebagai sarana dalam pencerdasan manusia tersebut. Proses pedidikan terarah pada proses tranformasi budaya, proses pembentukan pribadi, proses penyiapan warga negara dan proses penyiapan tenaga kerja (Tirtaraharja, La Sula. 2000: 33-36). Maju dan mundurnya suatu negara sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas hasil pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan yaitu mulai dari penyajian kurikulum yang tepat, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru yang berkualitas.

Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan harapan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. Oleh karena itu, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dikembangkan,

(16)

sehingga pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang pedidikan merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa. Untuk menghadapi persaingan dalam era globalisasi, pemerintah berusaha mengantipasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(17)

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2003:54), yaitu : (1) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) seperti: lingkungan sekolah, keluarga, teman sepermainan dan masyarakat secara luas. (2) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), seperti: kecerdasan, bakat, keterampilan/kecakapan, disiplin, minat, motivasi, kondisi fisik dan mental dan lainnya.

Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada abad kesembilan belas dimunculkan konsep baru tentang pendidikan kejuruan, yaitu dengan dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional, seperti halnya hukum, profesi keinsinyuran, kedokteran, keperawatan dan profesional lainnya.

Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.

(18)

UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut :

Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.

Tujuan khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan peke rjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(19)

yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri, (3) penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan sikap menta l yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan.

Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi (Wakhinuddin S).

(20)

menggunakan frais komplek, sehingga apabila siswa belum memahami materi PDTM dikhawatirkan akan berdampak negatif pada saat mengikuti sejumlah mata pelajaran produktif.

SMK Swasta Multi Karya Medan merupakan salah satu sekolah kejuruan yang terdapat di kota Medan. Sekolah ini memiliki beberapa program kejuruan diantaranya kejuruan teknik mesin. Program kejuruan teknik mesin merupakan program pendidikan yang melaksanakan serangkaian kegiatan belajar yang meliputi berbagai standart kompetensi keteknikan. Standart kompetensi program keahlian teknik mesin otomotif dapat digolongkan mejadi tiga yaitu :mata palajaran normatif, standart kompetensi adaptif dan standart kompetensi produktif.

Salah satu standart kompetensi produktif yang ada di SMK Swasta Multi Karya Medan program keahlian teknik otomotif adalah standart kompetensi pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) . Pelajaran PDTM adalah dasar standart kompetensi teknik dan kejuruan yang dapat membantu siswa memahami program produktif lainnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SMK Swasta Multi Karya Medan dapat dilihat bahwa dalam pelaksaan pembelajaran standart kompetensi PDTM, siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti standart kompetensi PDTM. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak mencapai kompetensi kelulusan yang ditetapkan sekolah.

(21)

soal ujian yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap siswa dan persentase keberhasilan siswa dalam menjacapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan model dan media yang tepat dan efektif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Teknik Mesin Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) di kelas X ternyata hasil belajar siswa (50 % dari 72 orang siswa) yang masih berada di bawah Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yaitu minimal 70 (sesuai dengan DKN di SMK Multi Karya Medan).

Tabel 1.1 Perolehan nilai Rata-rata Hasil Belajar PDTM

Tahun pelajaran Semester I Semester II

2013/2014 7,0 6,5

2014/2015 6,8 6,9

2015/2016 6,9 6,9

Sumber : DKN SMK Multi Karya Medan

(22)

mengangguk saat proses belajar mengajar dan ketika guru bertanya apakah masih ada yang kurang dimengerti, siswa hanya diam dan mengangguk kan kepala untuk menunjukkan bahwa mereka sudah mengerti. Kurang memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat, maksudnya ketika guru menanyakan pendapat siswa terhadap suatu materi pelajaran, siswa cenderung hanya diam dan tidak mau menyampaikan pendapatnya dan siswa tidak berani menyampaikan pendapat tentang referensi pendukung materi pelajaran yang diketahui oleh siswa tidak bertanya bila ada materi yang kurang jelas, kurang memiliki kemampuan merumuskan gagasan sendiri, dan siswa belum terbiasa bersaing dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pengetahuan, bekerja sama dalam memecahkan masalah, memahami materi secara individu, dan saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya. Cooperative learning merupakan salah satu strategi yang menerapkan model kontruktivis yang menekankan pentingnya kerja sama dan mendorong siswa menjadi aktif, sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar.

(23)

tahapan yaitu: penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tounament), dan penghargaan

kelompok (team recognition).

Model pembelajaran Cooperative Learning adalah salah satu pendekatan yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Cooperative Learning juga merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Hooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Dimana dalam model pembelajaran ini guru berusaha membangkitkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri ide-ide yang baru, siswa bekerja sama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya dan siswa semakin aktif dan inovatif, sehingga hasil belajar PDTM siswa diharapkan akan lebih baik.

Untuk meningkatkan hasil belajar PDTM siswa, penulis berencana menggunakan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, karena model pembelajaran Cooperative learning khususnya Tipe TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu pendekatan yang melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament adalah (1) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,

(24)

mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (5) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (6) motivasi belajar lebih tinggi, (7) hasil belajar lebih baik, (8) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (9) dapat membangkitkan keaktipan siswa untuk semakin aktif dan inovatif. Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) ini juga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan karena siswa dapat belajar sambil bermain. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM). Namun model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) akan terasa sulit bagi siswa yang memiliki kemampuan

berkomunikasi dan bersosialisasi rendah, siswa yang cenderung belajar pasif, siswa yang minder dan juga siswa yang egois.

Untuk meningkatkan hasil belajar PDTM siswa di atas, penulis berencana menggunakan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, karena model pembelajaran Cooperative learning khususnya Tipe TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu pendekatan yang melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Dimana dalam model pembelajaran ini guru berusaha membangkitkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri ide-ide yang baru, siswa bekerja sama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya dan siswa semakin aktif dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) siswa diharapkan akan lebih baik.

(25)

Learning dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT ( Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) Pada Siswa Kelas X SMK Multi

Karya Medan”.

B.BBIdentifikasiBMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Faktor-faktor apa saja mempengaruhi rendahnya nilai mata pelajaran PDTM. 2. Bagaimana hasil belajar siswa pengetahuan dasar teknik mesin dari siswa

yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X SMK multi karya Medan ?

3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin?

4. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan mampu mengubah siswa menjadi lebih aktif?

C.BBBatasanBMasalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas,Bmaka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti hanya untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar PDTM, pengaruh tersebut dilihat dari perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

(26)

2. Hasil belajar Pengetahuan Dasar Teknik Mesin ( PDTM) siswa kelas X SMK Multi Karya Medan

D.BBRumusanBMasalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas,Bmaka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap Hasil Belajar PDTM pada siswa kelas X SMK Multi Karya Medan

2. Apakah ada pengaruh positif dan berarti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar PDTM pada siswa kelas X SMK Multi Karya Medan

B

E.BBTujuanBPenelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan berarti yang menggunakan model pembelajaran Koperatif tipe TGT (Teams Games Tournamaent) terhadap hasil belajar PDTM siswa kelas X SMK Multi Karya Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

F.BBManfaatBpenelitian

Manfaat penelitian diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

(27)

b. Menambah motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan sehingga membantu siswa dalam memperluas ilmu pengetahuan

2. Bagi guru

a. Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar PDTM

b. Sebagai pertimbangan guru dalam memilih model apa yang akan digunakan dalam memberikan pelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi para guru program diklat PDTM khususnya guru SMK Multi Karya Medan guna peningkatan Hasil belajar PDTM

4. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diterima dibangku perkuliahan yang berupa teori terutama yang berkaitan dengan PDTM. Sebagai calon guru belajar untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar sesuai dengan kondisi yang diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.

5. Memberikan informasi tentang ada model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan bahan masukan bagi pihak sekolah SMK Hinta SMK Multi Karya Medan.

(28)

6. Sebagai bahan masukan bagi pengelola SMK SMK Multi Karya Medan untuk pembinaan dan peningkatan hasil belajar PDTM.

7. Bahan refrensi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dengan bahasan yang lebih mendalam.

(29)

BABBV

SIMPULANBDANBSARAN A. Simpulan

Berdeserken enelisis dete den hesil penelitien tindeken keles depet disimpulken

sebegei berikut :

1. Proses pelekseneen tindeken entere siklus I yeng mengguneken metode

ceremeh tenpe mengguneken model pembelejeren cooperetif tipe TGT

dengen siklus II den III memiliki perbedeen. Dimene pede siklus II den

siklus III mengguneken model pembelejeren cooperetif tipe TGT den lebih

benyek menerepken cere-cere belejer yeng depet mendukung pengoptimelen

pengguneen medie yeng bertujuen eger pemehemen meteri lebih delem

sehingge tujuen pembelejeren depet tercepei lebih optimel.

2. Pembelejeren mengguneken model pembelejeren kooperetif tipe TGT dengen

stretegi yeng sesuei depet meningketken hesil belejer siswe. Pede siklus I

sebelum mengguneken model pembelejeren kooperetif tipe TGT hesil belejer

yeng diperoleh sebenyek 22 siswe (62.86%) yeng tuntes belejer dengen

memperoleh nilei ≥ 70. Sedengken pede siklus II terdepet peningketen yeng

cukup signifiken yeitu hesil belejer yeng diperoleh sebeser 71.43% eteu

sebenyek 25 siswe yeng tuntes belejer dengen memperoleh nilei ≥ 70.

Kemudien peningketen yeng signifiken juge ditunjukken pede siklus III yeitu

hesil belejer yeng diperoleh sebeser 80% eteu sebenyek 28 siswe yeng tuntes

belejer dengen memperoleh nilei ≥ 70. Disemping itu kemempuen tingket

pengueseen siswe terhedep meteri pelejeren terjedi peningketen yeng belum

kompeten menjedi kompeten sebenyek 6 siswe (17.14%) yeng tuntes belejer

80

(30)

deri siklus I ke siklus III. Berdeserken perolehen nilei siswe yeitu sebenyek

28 oreng (80%) pede siklus III sudeh memperoleh nilei ≥ 70, ini bererti

behwe teleh tercepei betes tuntes indiketor yeng ditetepken secere klesikel

yeitu 75% siswe memperoleh nilei ≥ 70.

3. Pembelejeren mengguneken model pembelejeren cooperetif tipe TGT secere

optimel dengen stretegi yeng tepet juge depet meningketken ektivites belejer

siswe. Kemempuen delem diskusi kelompok mengelemi kemejeuen. Hel ini

depet dilihet deri sudeh mulei terbiesenye siswe belejer delem kelompok.

Deri hesil observesi memperlihetken behwe terjedi peningketen ektivites

siswe pede siklus I henye rete – rete 60% menjedi 71,43% pede siklus II den

menjedi 74,29% pede siklus III. Peningketennye sebeser % deri siklus I ke

siklus II den peningketen sebeser ...% deri siklus II ke siklus III. Hel ini

menunjuken behwe belejer dengen mengguneken medie, khususnye model

pembelejeren cooperetif tipe TGT depet menuntun siswe lebih ektif den

kreetif serte menembeh semenget belejer.

B. Saran

Berdeserken hesil penelitien ini, behwe delem proses pembelejeren PDTM

pede meteri Fungsi den prinsip kerje komponen sembungen den Komponen

sembungen beut, keling den les dengen mengguneken model pembelejeren

cooperetif tipe TGT menghesilken hesil belejer yeng lebih beik den depet

(31)

1. Pede siklus III eteu terekir mesih terdepet 7 siswe eteu sekiter 20% siswe

yeng belum tuntes hesil belejernye oleh kerene itu diserenken eger:

Hesil penelitien ini depet dilenjutken hingge mencepei hesil yeng

meksimel

Dengen cere :

Mengoptimelken pengguneen model pembelejeren cooperetif tipe TGT

tersebut dengen metode- metode pembelejeren yeng lebih kreetif den

inovetif.

2. Pede siklus III eteu terekir yeng menilei lime espek tingket keektifen siswe

menunjukken mesih edenye tingket keektifen yeng rendeh pede ektivites

lisen 59,28% dengen ketegori D (kureng) den ektivites emosionel 57,14%

dengen ketegori D (kureng) oleh kerene itu diserenken eger:

Penelitien ini depet dilenjutken hingge mencepei hesil yeng meksimel

Dengen cere :

Mengoptimelken pengguneen model pede pembelejeren beik

mengguneken model pembelejeren cooperetif tipe TGT meupun nodel

pembelejeren lein den dengen metode- metode yeng dienggep depet

meningketken ektivites belejer siswe.

3. Pede siklus III eteu terekir terdepet peningketen hesil observesi guru yeitu

82,74 dengen ketegori B, dengen demikien diserenken eger :

Perlu edenye peningketen kemempuen guru delem melekseneken

pembelejeren

Dengen cere :

(32)

Herus menguesei keles dengen beik pede seet pembelejeren dengen

mengelompokken siswe.

(33)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Djamarah, Bahri,S 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Duffy dan Roehler ,2012).http://rakasmuda.com/new/media-info/artikel-artikel/37-umum/56-hakekat-belajar. (diakses Selasa 26-04-2016 )

Ganis, 2011. Riset pendidikan.

http://ganis.student.umm.ac.id/201 6 /0 5 / 11 /mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang/.

Hakekat Belajar, (http://rakasmuda.com/new/media-info/artikel-artikel/37-umum/56-hakekat-belajar, diakses kamis, 12-05-2016)

Ismihyani. Pengaruh Kesulitan uelajar Siswa. http://zaldym.wordpress.com /

2016/04/19/pengaruh-kesulitan-belajar-siswa-sebuah-studi-kepustakaan/ (23 April 2016)

Isjoni, 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Bandung: Alfabeta

Kagan,2012. http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/23/strategi-pembelajaran-kooperatif- mes-tournament-tgt/. (diakses Juni 2016)

Lie Anita, 2013. Cooperative Learning. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

Nazir, Moh, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Noviyanti, Rohendi.D, Sutarno.H (2010). Penerapan model pembelajaran

(34)

Parendrarti,2012. Aplikasi model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Purnamawati,2012. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament (TGT) dan media komik pada siswa kelas XI Teknik Mesin Ototmotif (TMO) I SMK Negeri 1 Trucuk.http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=578&q=penelitia n+TGT+teknik&aq=&aqi=&aql=&oq=penelitian+TGT+teknik&gs_rfai= &fp=4ba4fd3435162061

Sadia, 2010. http://hemow.wordpress.com/. (diakses Juni 2016)

Siahaan, 2011. Efektifitas strategi pembelajaran keterampilan proses yang dikombinasikan dengan metode teams games tournament terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan laju reaksi, Medan. UNIMED

Silalahi, Tauada, 2009. Modul Evaluasi Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan

Slameto, 2012, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slavin,2010. Hakekat hasil belajar (http://techonly13.wordpress.com/2009. (diakses 03-06-2016)

Sudjana,2010. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito

Sudrajat, Akhmad, 2012. Pengertian Belajar

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008. diakses Selasa 29-03-2016) Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Grasindo

Syafaruddin dan Irwan. 2012. Manajemen Pembelajaran. Jakarta : Quantum Teaching.

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu. Bandung : Rosda.

Tirtaraharja dan Sula, 2011. Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT. Rineka Cipta Trianto, 2012. Meendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsepo

Landasan , dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar 1. Alur Proses Pembelajaran   .........................................................
Tabel 1.1 Perolehan nilai Rata-rata Hasil Belajar PDTM

Referensi

Dokumen terkait

The ignition timing control by the average correction technique was found to reduce the fluctuation ratios of the IMEP and the maximum in- cylinder pressure

Dari hasil analisis software, ketiga model pembebanan tersebut, model pembebanan kedua dan ketiga merupakan model pembebanan yang mendekati keadaan sesungguhnya,

Salah satu alternatif pengolahan limbah yang aman, relatif murah dan sering digunakan oleh masyarakat adalah pengolahan secara biologis, yakni pengolahan

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Bahan yang digunakan adalah bambu betung karena bambu betung memiliki bentuk yang besar dan tambahan kayu digunakan sebagai skat pemisah antar berbagai jenis bumbu yang

kandungan unsur hara yang diterima tanaman akan semakin tinggi pula, tetapi pemberian dosis pupuk yang berlebihan mengakibatkan tanaman akan layu dan

F1 yang mempunyai begitu banyak penggemar tentunya memerlukan suatu media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi seputar F1 itu sendiri, dengan adanya sebuah

dosis. 5) Pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai kepada pasien atau. keluarganya. 6) Pengaruh pemberian obat, baik yang diinginkan atau yang tidak