• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY PADA TOPIK BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA DI SMA NEGERI 1 PANAIHULU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY PADA TOPIK BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA DI SMA NEGERI 1 PANAIHULU."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY

DAN INQUIRY PADA TOPIK BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL

BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP

ILMIAH SISWA DI SMA NEGERI 1 PANAI HULU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

:

IRMAWANTI SIRAIT NIM : 8146174020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Irmawanti Sirait. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry dan

Discovery pada Topik Bioteknologi Terhadap Hasil belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Siswa di SMA Negeri 1 Panaihulu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap: (1) hasil belajar; (2) keterampilan proses sains; dan (3) sikap ilmiah siswa di kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas dengan teknik random sampling. Kelas XII IPA1 dibelajarkan dengan dengan metode inquiry, kelas XII IPA2 dibelajarkan dengan metode discovery, dan kelas XII IPA3 (kontrol) dibelajarkan dengan metode konvensional. Instrumen penelitian menggunakan instrumen tes hasil belajar berupa tes pilihan ganda dan uraian, instrumen keterampilan proses sains dengan menggunakan tes uraian, dan instrumen sikap ilmiah siswa dengan menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan Analisis Kovariat (ANAKOVA) pada taraf signifikan α=0,05 dengan bantuan SPSS 21.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran terhadap kemampuan hasil belajar siswa (F=78,595;P= 0,000). Kemampuan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode inquiry (77,50±5,22) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan

discovery (73,32±6,15), maupun metode konvensional (60,07±7,39); (2) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa (F=82.853;P= 0,000). Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan inquiry (76,92±4,20) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan metode discovery (73,21±5,73), maupun metode konvensional (61,57±6,18); (3) ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran terhadap sikap ilmiah siswa (F=20,794; P= 0,000). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan metode inquiry (84,2±6,8) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan metode discovery (80,5±5,1); dan metode konvensional (75,53±4,7). Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan metode pembelajaran inquiry pada topik bioteknologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Irmawanti Sirait. The Effect of Inquiry and Discovery Learning Method on Learning Outcomes, Science Process Skills and Student’s Scientific Attitude in Biotecnology Topic in SMA Negeri 1 Panaihulu. A Thesis. Medan: Postgraduate Program State University of Medan, 2016.

This research aims to determine the effect of the learning method on: (1) student’s learning outcomes, (2) science process skills, and (3) student’s scientific attitude in SMA Negeri 1 Panaihulu. The research applied experimental queasy level of significance α = 0.005 by using SPSS 21.0. The results showed that: (1) there was significant effect of learning method on students’ learning outcomes (F= 78,595; P= 0.000). The cognitive skills learn by inquiry learning method (77,50) ± 5,22) is significant higher than discovery learning method (73,32 ± 6,15), and conventional learning method (60,07 ± 7,39); (2) There was significant effect of learning method on students’ science process skills (F= 82.853; P= 0.000). The students’ science process skills learn by inquiry learning method (76,92 ± 4,20) is significant higher discovery learning method (73,21 ± 5,73), and conventional learning method (61,57 ± 6,18); (3) There was significant effect of learning method on Scientific attitude (F= 20,794; P= 0,000), the students’ scientific attitude by learn inquiry (84,2 ± 6,8) is significant higher than with discovery learning method (80,5 ± 5,1), and conventional learning method (75,53 ± 4,7). The study imply that expected to the teachers to be able to conduct inquiry and discovery learning in biotecnology topic as the effort to improve the learning outcomes, science process skills and scientific attitude.

(7)

v

1.2. Identifikasi Masalah……..……….………… 7

1.3. Batasan Masalah………….……….…………..…… 8

2.1.2.Metode Pembelajaran Inquiry ……………... 13

2.1.3. Keunggulan dan Kekurangan Metode Inquiry...………. 16

2.1.4. Metode Pembelajaran Discovery…..…..………. 17

2.1.5.Keunggulan dan Kekurangan Metode Discovery……………... 20

2.1.6.Metode Pembelajaran Konvensional ..……… 20

2.1.7. Keunggulan dan Kekurangan Metode Konvensional……….. 22

2.1.8. Pengertian Hasil Belajar……….………. 24

2.1.9 Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif……….……... 25

2.1.10. Keterampilan Proses Sains ………..……… 26

2.1.11. Sikap Ilmiah……….…………... 29

2.2. Penelitian yang Relevan………... 31

2.3. Kerangka Berpikir……….. 33

2.3.1. Pengaruh Penggunaan Metode Inquir y dan Discovery terhadap Hasil Belajar Siswa………... 33

2.3.2. Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry dan Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains………... 34

2.3.3. Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry dan Discovery Terhadap Sikap Ilmiah Siswa………... 35

(8)

vi BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu Penelitian..……… 38

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian………..………... 38

3.2.1.Populasi……… 38

3.2.2.Sampel………... 38

3.3.Variabel Penelitian………. 39

3.4. Jenis dan Desain Penelitian……… 39

3.4.1. Jenis Penelitian……….………. 39

3.8.1. Instrumen Tes Hasil Belajar……… 44

3.8.2. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains……… 46

3.8.3. Instrumen Sikap Ilmiah……… 47

3.9. Analisis Instrumen………. 48

3.9.1. Uji Coba Instrumen Penelitian……… 48

3.9.1.1. Validitas Tes………..……… 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ………….……… … 53

4.2.1. Melalui Metode Inquiry dan Discovery Siswa dapat Meningkatkan Kemampuan Menemukan dan Menyelidiki………. 68

4.2.2. MelaluiMetode Inquiry dan Discovery Siswadapat Mengembangkan Keterampilan Proses Sains………... 71

4.2.3. Melalui Metode Pembelajaran Inquiry dan Discovery Siswa Dapat Meningkatkan Sikap Ilmiah………... 75

(9)

vii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan……….…. 77

5.2. Implikasi……….… 77

5.3. Saran………. 78

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Rata – Rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun

Pelajaran 2011 sampai 2014 ……… 2

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Inquiry………. 15

Tabel 2.2. Tahapan Metode Pembelajaran Discovery……… 19

Tabel 2. 3. Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2010)………… 26

Tabel 2.4. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya………… 28

Tabel 2.5. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah………. 31

Tabel 3.1. Deskripsi Populasi Dan Sampel...………. 38

Tabel 3.2. Desain Penelitian………. 39

Tabel 3.3. Kisi Kisi Instrumen Hasil Belajar ………. 45

(11)

ix

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Penggunaan pembelajaran

Discovery dan Inquiri di SMA……….. 41

Gambar 4.1. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar (Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F=78.275; P=0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti Berbeda

Signifikan (Uji Tukey).………. 57

Gambar 4.2. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran

Discovery pada Topik Bioteknologi……… 58

Gambar 4.3. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran

Inquiry pada Topik Bioteknologi………. 59

Gambar 4.4. Persentase Ranah Kognitif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran

Konvensional pada Topik Bioteknologi……… 59

Gambar 4.5. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains (Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F = 82, 853; P = 0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti

Berbeda Signifikan (Uji Tukey).……….. 61

Gambar 4.6. Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode

Pembelajaran Discovery pada Topik Bioteknologi………. 62

Gambar 4.7 Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode

Pembelajaran Inquiry pada Topik Bioteknologi……… 62

Gambar 4.8. Persentase Indikator Keterampilan Proses Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dibelajarkan dengan Metode

(12)

x

Gambar 4.9. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Sikap Ilmiah (Postes) Siswa Kelas XII SMAN 1 Panaihulu Untuk Topik Bioteknologi T.A. 2005/2016 (F = 20,794; P = 0,000). Huruf yang Berbeda Diatas Diagram Berarti Berbeda

Signifikan (Uji Tukey)………. 64

Gambar 4.10. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode

Pembelajaran Discovery pada Topik Bioteknologi……… 65

Gambar 4.11. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode

Pembelajaran Inquiry pada Topik Bioteknologi……… 66

Gambar 4.12. Persentase Indikator Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu yang Dbelajarkan dengan Metode

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus……….. 85

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery……. 87

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry….……… 103

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional... 126

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa………... 136

Lampiran 6 Instrumen Hasil Belajar ………... 149

Lampiran 7 Instrumen Keterampilan Proses Sains………... 157

Lampiran 8 Instrumen Sikap Ilmiah……… 159

Lampiran 9 Tabel Validitas Soal……….. 161

Lampiran 10 Uji Validitas Soal……….. 162

Lampiran 11 Uji Reabilitas Soal………. 164

Lampiran 12 Tingkat Kesukaran Soal……… 165

Lampiran 13 Uji Daya Beda Soal……… 167

Lampiran 14 Tabel Uji Daya Beda Soal……… 169

Lampiran 15 Nilai Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah……… 171

Lampiran 16 Rata-Rata dan Standar Deviasi Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Siswa………. 189

Lampiran 17 Uji Normalitas Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah………. 198

Lampiran 18 Uji Homogenitas Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah……… 204

Lampiran 19 Uji Hipotesis Hasil Belajar, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap ilmiah………. 207

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/

keterampilan (Skills development), sikap atau mengubah sikap (attitude of

change). Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai

hal – hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya (Rivai dan

Sylviana, 2009). Namun, dalam pelaksanaan pendidikan sering kali terjadi

kesulitan – kesulitan yang dialami oleh peserta didik, salah satunya adalah

kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang berdampak pada rendahnya

nilai peserta didik (Kalista, 2013).

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Programme Internasionale for

syudent Assesment (PISA) pada tahun 2012 diketahui bahwa kemampuan sains

siswa Indonesia masih rendah. Kesimpulan ini diperoleh dari laporan PISA 2012

dalam (Organization for Economic Co-operation and Development, 2013) yang

menyatakan bahwa rata – rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana

Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari 65 negara peserta. Hasil studi

yang dilakukan PISA tentang kemampuan sains siswa tidak berbeda jauh dengan

hasil survey Trends in Internasional Mathematics and Science Studies (TIMSS)

yang diterbitkan oleh situs resmi litbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

pada tanggal 15 Agustus 2011. Skor hasil survey untuk prestasi sains siswa kelas

VIII Indonesia berada dibawah rata – rata skor internasional yaitu kurang dari

(15)

2

32 dari 38 negara peserta, pada tahun 2003 berada pada peringkat 37 dari 46

negara peserta, pada tahun 2011 berada pada peringkat 38 dari 48 negara peserta

survey TIMSS (Litbang, 2011).

Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Panaihulu diperoleh informasi

nilai rata – rata ulangan harian siswa tahun ajaran 2014/2015 pada materi

bioteknologi rendah. Dari 3 kelas yang ada, tidak ada satu pun kelas yang

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Data

rata rata nilai ujian biologi dalam kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel

1.1.

Tabel 1.1. Rata – Rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun Pelajaran 2011 sampai 2014

No Tahun Pelajaran KKM Nilai Rata – Rata

1 2011 – 2012 67 65

2 2012 – 2013 68 66

3 2013 – 2014 69 68

Sumber : DKN SMA Negeri 1 Panaihulu

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata rata nilai biologi masih rendah,

karena masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Masih

rendahnya nilai bioteknologi, diduga karena guru belum melaksanakan metode

pembelajaran dengan tepat. Guru belum optimal dalam menggunakan fasilitas

yang ada di sekolah. Padahal fasilitas sekolah yang berupa laboratorium biologi

dengan peralatan biologi dan bahan – bahan praktikum tersedia dengan baik.

Proses pembelajaran di kelas yang terjadi masih berpusat pada guru (teaching

center), sehingga interaksi aktif jarang terjadi antara siswa dengan guru atau siswa

dengan siswa tidak terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau

(16)

3

kelompok diskusi serta memecahkan masalah yang diberikan karena guru hanya

mentransfer pengetahuan ke siswa.

Penyampaian materi bioteknologi oleh guru di sekolah masih hanya sebatas

teori saja yaitu dengan metode ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan

penjelasan dari guru lalu mencatatnya sehingga siswa sulit menangkap materi

yang disampaikan oleh guru. Hal ini kurang mendukung siswa untuk dapat

mengembangkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Guru dalam

mengajar sains hendaknya konsisten dengan hakikat sains. Oleh karena itu,

pelajaran khususnya sains hendaknya menerapkan metode pengajaran yang

mengupayakan pengembangan proses perolehan dan keaktifan belajar siswa.

Kurangnya interaksi guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa dalam

kegiatan pembelajaran menyebabkan kurangnya kemampuan psikomotor dan

afektif siswa. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang

menyebabkan siswa menjadi pasif, sehingga keterampilan proses sains tidak

berkembang, dan sikap ilmiah kurang. Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada

kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa biologi merupakan mata

pelajaran yang banyak menghafal dan membosankan sehingga timbul rasa malas

untuk belajar biologi.

Di dalam kurikulum 2013, disebutkan bahwa Kompetensi Dasar 3.10 yaitu

memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan bioproses

dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan kesejahteraan manusia

dalam berbagai aspek kehidupan. Bioteknologi merupakan materi yang bersifat

kompleks dan luas karena mencakup beberapa konsep dasar yang merupakan

(17)

4

biologi sel, fisiologi, dan genetika. Purwianingsih (2009) menyatakan

bioteknologi merupakan materi yang relatif sulit karena untuk mendapatkan

pemahaman yang baik diperlukan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar yang

banyak bersifat abstrak. Berdasarkan hal tersebut, guru harus memiliki strategi

baru dalam mengajar yang melibatkan metode yang tepat agar siswa dapat

memahami materi pelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat

disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan

agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak

menimbulkan kebosanan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut

adalah dengan metode pembelajaran inquiry dan metode pembelajaran discovery.

Dalam metode ini peserta didik berperan sebagai subjek disamping sebagai objek

pembelajaran (belajar). Peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk

berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses

pembelajaran harus dipandang sebagai rangsangan yang dapat menantang peserta

didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.

Peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing yang demokratis, sehingga

diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam

bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru (Rohani, 2010).

Hamalik (2011) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran

yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Pendapat yang sejalan diungkapkan oleh Rohani (2004) pembelajaran yang

berhasil adalah pembelajaran yang didalamnya melalui berbagai macam aktivitas,

(18)

5

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002;

Sanjaya, 2009).

Biologi sebagai cakupan ruang lingkup IPA menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006).

Agar terciptanya pengalaman belajar dapat dilakukan dengan pendekatan

pembelajaran inquiry. Menurut Mathison yang dikutip Campbell memaparkan

inquiry sebagai sebuah strategi instruksional yang menjanjikan, jika biasa

dilakukan di ruang kelas (Campbell, 2010). Inquiry merupakan pembelajaran yang

didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara

sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan

tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses

perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,

akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Selain itu, kurikulum biologi yang memuat standar kompetensi dan kompetensi

Dasar dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran inquiry. Dalam

pembelajaran inquiry terdapat proses – proses mental yaitu merumuskan masalah,

membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis data serta menarik kesimpulan (Zulfani,

(19)

6

Dalam penerapan metode discovery learning siswa dilatih untuk menemukan

konsep dalam materi itu sendiri, dengan menggunakan langkah-langkah seperti

mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur , membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2008).

Dengan diterapkannya metode discovery maupun inquiry, siswa tidak hanya

meningkat kemampuan kognitif, namun juga dikembangkan keterampilan

emosional, spiritual dan kemampuan kreatif siswa. Berarti aspek psikomotorik

yang berupa keterampilan proses sains dan aspek afektif yakni sikap dalam bentuk

kepedulian terhadap lingkungan, kepedulian terhadap teman juga dikembangkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2012) yang

menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil

belajar dan sikap ilmiah siswa. Wahyuningsih (2012) menyebutkan bahwa

penerapan pembelajaran menggunakan penemuan terbimbing cukup efektif untuk

meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Hal ini ditunjukkan adanya

peningkatan dari 30,77%, kemudian menjadi 89,74%.

Menurut penelitian Olatunde (dalam Ambarsari, 2013), sikap berhubungan

dengan hasil belajar. Siswa yang aktif umumnya memiliki hasil belajar yang

cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pasif. Menurut penelitian

Yenice (2010), sikap ilmiah dipengaruhi banyak faktor tetapi dengan

menggunakan pembelajaran student centered, sikap ilmiah siswa mengalami

peningkatan yang signifikan. Marjan (2014), menyatakan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih baik dari pada metode

pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan

(20)

7

Kedua metode pembelajaran discovery dan inquiry dapat digunakan sebagai

referensi bagi pendidik untuk menggunakan salah satu metode pembelajaran

dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang diduga sesuai dengan

materi bioteknologi sehingga siswa diharapkan berperan aktif, kreatif dan dapat

berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas,

maka akan dilakukan penelitian “Pengaruh penggunaan metode pembelajaran

discovery dan inquiry pada topik bioteknologi untuk meningkatkan hasil belajar,

keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa di SMA Negeri 1 Panaihulu”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar biologi siswa kelas XII SMA Negeri 1

Panaihulu pada topik bioteknologi.

2. Keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa yang kurang berkembang.

3. Metode pembelajaran yang digunakan guru pada materi bioteknologi kurang

bervariasi, metode ceramah masih dominan digunakan.

4. Pembelajaran pada topik bioteknologi masih berpusat pada guru dimana guru

sebagai sumber belajar di kelas (teacher centered).

5. Siswa sulit menangkap pembelajaran yang disampaikan oleh guru pada topik

bioteknologi.

6. Metode pembelajaran pada materi bioteknologi tidak melatih kemampuan

(21)

8

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada:

1) Topik bioteknologi yang dibelajarkan dengan menggunakan metode

pembelajaran discovery, metode pembelajaran inquiry, dan metode

pembelajaran konvensional.

2) Hasil belajar peserta didik yang akan diukur dibatasi pada ranah kognitif pada

topik bioteknologi dengan jenjang kemampuan C1 – C6.

3) Keterampilan proses sains siswa diukur dengan tes keterampilan proses sains.

4) Sikap ilmiah siswa diukur dengan lembar angket sikap ilmiah.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

discovery, inquiry, dan konvensional terhadap hasil belajar siswa pada topik

bioteknologi pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu ?

2) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

discovery, inquiry, dan konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa

pada topik bioteknologi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu?

3) Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

discovery, inquiry, dan konvensional terhadap sikap ilmiah siswa pada topik

(22)

9

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui:

1) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery

dan inquiry terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu.

2) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery

dan inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XII SMA Negeri 1

Panaihulu.

3) Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery

dan inquiry terhadap sikap ilmiah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panaihulu.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1) Untuk guru biologi dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengatasi

kesulitan dalam proses pembelajaran pada topik bioteknologi.

2) Memberikan masukan kepada sekolah dalam menentukan kebijakan tentang

metode pembelajaran yang cocok untuk topik bioteknologi khususnya untuk

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

3) Untuk para peneliti selanjutnya agar dapat untuk melakukan penelitian lebih

lanjut terkait penelitian dan terinspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya

(23)

77

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional

terhadap hasil belajar siswa pada topik bioteknologi di kelas XII SMA Negeri 1

Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas yang dibelajarkan

dengan metode inquiry yaitu 77,60; kelas discovery memiliki nilai rata-rata

73,49; sedangkan kelas konvensional memiliki nilai rata-rata 60,14.

2. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional

terhadap keterampilan proses sains siswa pada topik bioteknologi di kelas XII

SMA Negeri 1 Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas inquiry

yaitu 77; kelas discovery memiliki nilai rata-rata 73,21; sedangkan kelas

konvensional memiliki nilai rata-rata 60,35.

3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran inquiry, discovery dan konvensional

terhadap sikap ilmiah siswa pada topik bioteknologi di kelas XII SMA Negeri

1 Panaihulu. Dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kelas inquiry yaitu 84,2;

kelas discovery memiliki nilai rata-rata 80,52; sedangkan kelas konvensional

memiliki nilai rata-rata 75,5.

5.2. Implikasi

Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa metode pembelajaran inquiry dan

(24)

78

ilmiah siswa. Metode pembelajaran inquiry dan discovery merupakan metode

belajar yang membuat siswa belajar mandiri sehingga siswa memiliki pengalaman

nyata untuk mencari dan menemukan konsep, dan mencari jawaban dari masalah.

Dalam penerapannya, metode inquiry dan discovery di dalam kelas bukanlah

hal yang mudah, sehingga guru harus merancang perencanaan pembelajaran dan

menyediakan alokasi waktu yang sesuai agar semua materi yang dibelajarkan

kepada siswa dapat tersampaikan dengan baik dan benar, serta mampu dipahami

dan diingat siswa serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga

diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. Guru sebagai fasilitator dan

motivator harus menyediakan sarana dan sumber belajar yang memadai kepada

siswa, mengupayakan kondisi yang nyaman untuk belajar. Melalui penerapan

metode inquiry dan discovery, diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dan

mampu meningatkan hasil belajar, mengasah keterampilan proses sains, serta

menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

5.3. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan simpulan yang telah

dikemukakan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru biologi disarankan untuk dapat menggunakan

metode pembelajaran inquiry dan discovery pada topik bioteknologi untuk

menarik minat dan motivasi siswa meningkatkan hasil belajar, keterampilan

(25)

79

2. Hendaknya dalam pembelajaran materi biologi guru harus mampu

menyesuaikan materi yang akan disampaikan dengan metode pembelajaran

yang akan diterapkan.

3. Dalam penerapan metode pembelajaran inquiry dan discovery, guru harus

menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sehingga metode pembelajaran

(26)

80

DAFTAR PUSTAKA

Anggi Kalista, Kurnia Ningsih, Laili Fitri Yeni. 2013. Penerapan Praktikum Pada Home Industry Makanan Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi

Bioteknologi Di SMP. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan.

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Depdikbud.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK : Universitas Semarang

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal

Pelangi Ilmu, 2(5).

Amri, S dan Ahmadi, I, Khoiru. 2010. Konstruktivisme Pengembangan

Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Brickman, P., Gormally, C., N., Hallar, B. 2009. Effect of inquiry –based Learninggo students’ science Literacy Skills and confidence.

International Journal for theScholarship of teaching and learning. Vol.3

No.2 (Mei 2016).

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. (Jakarta: Badan Satandar Pendidikan, hal:45)

Budiningsih, A.c. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Batubara, A. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Discovery terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Topik Bioteknologi di MAN I Padang Sidempuan. Tesis. PascaSarjana UNIMED MEDAN

Campbell, N. A. & Reece, J. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan oleh Wulandari. Jakarta: Penerbit Elangga.

Dahar, R.W. 1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta. Erlangga

(27)

81

Dymyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran, penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Daphne, D.M., Abigail, J.L., & Jeane, C. 2010. Inquiry-Based Science InstructionWhat is It and Does it Matter? Results from a Research Synthesis Year 1984 to 2000. Journal of Reasearch in Science Education. Vol. 47(4): 474496

Gagne, R, M., Brigss, I, J., and Wanger, W, W. 1988. Principles of Instructional

Design. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winson.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. Penerbit Grasindo.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Hermawati. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa. Artikel. Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha. Ibrohim. 2015. Pengembangan IPA/Biologi Berbasis Discovery/inquiry dan

Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah serta

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Seminar Sains & Entrepreneurship II

Agustus 2015.

Joyce, B & Weil, M. 2000. Model of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall.Inc.

Jacobsen, D.A, Eggen, P., & Kauchak, D.2009. Methods For Teaching: Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Edisi Bahasa

Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar

Kemendikbud. 2013. Pembelajaran dengan Pendekatan Scientifik 2013.

Kemendikbud. 2011.a. Survei International PISA. Tersedia pada

http://litbang.Kemendikbud.go.id/index.php/survei.international.TIMSS. Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2016

Kurniasih, S. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bioteknologi Melalui

Implementasi Lesson Study. Program Studi Pendidikan Biologi. FKIP.

Universitas Pakuan.

(28)

82

Masruroh, S. 2014. Implementasi pendekatan Saintific pada kurikulum 2013 untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang kompetensi teknologi

informasi dan komunikasi. Prosiding konvensi APTEKINDO ke 7 FPTK

UPI Bandung.

Maretasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Physics Education Journal. 1 (2): 27-31

Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan proses Sains Siswa MA Mu”allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur NTB. E-Journal Program

Studi IPA (Volume 4)

Mu’adayah, L. 2012. Efektifitas Kegiatan laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Materi system Respirasi Manusia. Unnes Journal Of Biology Education. 1 (1) : 52-58

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan menyenangkan. Bandung : Pt. Remaja Rosda Karya.

Muslich. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

National research Council. 2000. Explore Inquiry and The National Science

Education Standard. AGude for Teaching and Learning. Washington

D.C. Natonal Academy Press.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Purwianingsih, dkk. 2009. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada

Guru SLTA se Jawa Barat. Seminar Nasional Inovasi Biologi dan

Pendidikan Biologi Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 15-16 Juli 2009.

Rustaman, N. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi .Universitas Terbuka.

Rustaman. 2009. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia

Rustaman, Y. 2009. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Dalam Pendidikan Sains. FMIPA UPI, BANDUNG

Rosilawati dan Sunyono. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Konsep

Termokimia Melalui Pembelajaran Penemuan

Terbimbing.(online).(http://jurnal.lipi.go.id/admin/jurnal/61086

974.pdf&ei, diakses pada 12 Desember 2015;20:00).

(29)

83

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sagala, S. 2004. Konsep dan Makan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sani , A.R. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.

Sardiman, A. M. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sajidan. tanpa tahun. Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Saintifik pada

Implementasi Kurikulum 2013, Pendidikan BIologi FKIP UNS Surakarta.

Sri Riani, Iin Hindun, Moch. Agus Krisno Budiyanto , 2013, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Bioteknologi Modern Siswa Kelas

Xii Sma, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia

(Halaman 9-16).

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Surapranata. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto. B. 2002. Proses belajar mengajar di Sekolah. Jakarta:PT Rineka Cipta

Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-sifat Koloid Menggunakan Metode

Discovery-Inquiry. Bandung: UPI

Supardi. 2015. Penilaian Autentik. Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada.

Subahar, S. 2007. Biologi SMA Kelas XII. Bandung : Penerbit Quadra

Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta Penerbit : Gramedia Widisarana Indonesia

(30)

84

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Suherman, H., Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Materi Matriks

Kontempores. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grifindo Persada

Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi pustaka : Jakarta.

Todd Campbell, et all., 2010. Development Of Instrumen To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experience In Science Classroom,

Journal Science Teacher education, p. 27).

Ting, C.Y. 2001. Enhancing Learner’s Conceptual Change in Physics: Towards

the Development of Multimedia Cognitive Tools. Malayasia : Faculty of

Information Technology Multimedia Universitas Cyberjaya.

Trowbridge, L.W. & Bybe, R.W. 1990. Becoming a secondary school science

Teacher. Melbourne. Merill Publishing Company.

Udin S. Winataputra. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Saefuddin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Wahyunimgsih,S. 2012. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA materi

Penggolongan Daun dengan Metode Penemuan

Terbimbing.(online).(http://irpp.com/index.php/dinamika/arti

cle.view/46/46&ei.diakses 12 Desember 2015; 20:30).

Zulfiani, 2013, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2. Wahyuni S. 2015. Pengaruh Metode Inquiry dan Discovery terhadap Hasil

Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Materi Pencemaran Lingkungan Pada SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Tesis. Program pascasarjana UNIMED

Gambar

Tabel 1.1. Rata – Rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Penggunaan pembelajaran Discovery   Inquiri
Gambar 4.9. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Sikap Ilmiah
Tabel Validitas Soal……………………………………….. 161
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dilapangan maka diperoleh pembahasan mengenai konsep kurikulum pembelajaran seni di Homeschooling Taman Sekar Bandung memiliki suatu acuan

Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah. Walaupun orang selalu berusaha

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan perhitungan debit andalan dengan memasukkan data hujan 15 harian, 10 harian, 5 harian dan 1 bulanan

Setelah melakukan wawancara dengan operator di lapangan serta bagian workshop dan bagian maintenance adapun data masalah yang didapat pada mesin pemindah bahan jenis belt conveyor

Penyimpangan/deviasi terjadi jika remaja mengalami konflik dalam masa perkembangannya, sehingga remaja menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tahap usianya

siswa akan mendapatkan pertanyaan terkait dengan materi pembelajaran, sehingga akan membuat siswa bersungguh-sungguh dalam menyimak penjelasan guru. Berdasarkan hasil

Noor Yulita, Dwi Setyaningsih dan Imam Abdul Rozaq -. KENDALI SUHU INKUBATOR BAYI

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan berdasarkan ijin usaha : Sewa mesin Multifunction /Sewa mesin photocopy,