• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN

SKRIPSI

Oleh:

Fiqih Rindra Anisah

201110230311104

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

2

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Fiqih Rindra Anisah

201110230311104

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi Pada Karyawan

2. Nama Peneliti : Fiqih Rindra Anisah

3. NIM : Psikologi

4. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 5. Waktu Penelitian : 7 November-23 November

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Februari 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si ( )

Anggota Penguji : Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si ( )

Zakarija Achmat, S.Psi. M.Si ( )

M. Shohib, S.Psi. M.Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Dayakisni, M.Si Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si

Malang, 14 Februari 2016 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fiqih Rindra Anisah

NIM : 201110230311104

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas Akhir dengan Judul: “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi pada Karyawan” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar Akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas Akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 14 Februari 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,

(5)

iii

Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi pada Karyawan” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa penulis ucapkan salawat serta salam kepada Rasullullah SAW yang telah mengantarkan umatnya ke masa yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis sangat menyadari bahwa mulai memasuki kampus Universitas Muhammdiyah Malang, perkuliahan sampai pada akhirnya menyusun skripsi ini sangat banyak pihak yang telah memberikan motivasi, doa, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Dra. Tri Dayaksini, M.Si selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi.

2. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga telah meluangkan waktunya untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi. 3. Dr. Diah Karmiyati M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan saran, nasehat,

dan motivasi kepada penulis mulai dari awal masuk kuliah hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan karyawan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan wawasan sekaligus informasi akademik kepada penulis. 5. Kedua orang tua Ayahanda Thamrin S.H, Ibunda Tatie Indrawatie S.T, dan nenek Hj

Mi’in yang selalu terus-menerus tidak lupa untuk memberikan doa, nasehat, motivasi, dan membantu dalam segi material kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Adik laki-laki tersayang Dwira Fikho Indrawan yang juga selalu memberikan doa, dukungan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu berbagi canda tawa kapanpun kepada penulis.

7. Sepupu tersayang Vany Rizky, Prananty Izzati Sari Dewi dan Hanum Nur Mahmuda yang sudah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Teman-teman seperjuangan saya (Uus, Baiq, Indra, Puput, Laily, Beng-beng, Timmy, Putri, Iin, Uty, Nesa, Bobi, Ardi, Bayu, Widdy, Eka, Hendra, Fath) dan teman-teman lainnya spesial kelas B 2011 terimakasih banyak sudah memberikan bantuan doa, dukungan, berbagi canda tawa dan semangat yang tidak pernah putus sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperiode (Fike, Kud, Diyah, Ryan, Fais, Yuni dan teman-teman seperiode yang lain) terimakasih banyak atas segala waktu dan tempat untuk saling sharing mengenai skripsi dan saling memberikan semangat satu sama lain. Sukses untuk kalian.

10.Adik tingkat (Hedi dan Indi) terimakasih juga untuk selalu memberikan dukungan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

iv

12.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam bentuk apapun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya bagi mereka yang telah memberikan segalanya kepada penulis dengan harapan agar rizki-Nya selalu ada untuk kita semua. Amin.

Penulis menyadari bahwa tidak ada suatu karya yang sangat sempurna. Maka dari itu penulis juga membutuhkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi yang diharapkan bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat secara khusus bagi peneliti dan secara umumnya bagi pembaca.

Malang, 14 Februari 2016

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 4

Internal Locus of Control ... 4

Kecenderungan Perilaku Korupsi ... 5

Internal Locus of Control dan Kecenderungan Perilaku Korupsi ... 6

Hipotesa... .7

METODE PENELITIAN ... . 7

Rancangan Penelitian ... . 7

Subjek Penelitian ... . 7

Variabel dan Instrumen Penelitian ... . 7

Prosedur Penelitian ... . 8

HASIL PENELITIAN ... . 9

DISKUSI ... 10

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 11

REFERENSI ... 12

(8)

1

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN

Fiqih Rindra Anisah

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Fiqih104b@gmail.com

Korupsi merupakan tindakan yang dimana dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tujuan untuk memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain ataupun sekaligus negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat kaitannya dengan internal locus of control dalam diri individu itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara internal locus of control

dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Subjek yang digunakan sejumlah 150 karyawan dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu sampling incidental. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk skala

likert dan analisis data menggunakan product moment dari pearson. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan (r = -0,266, r2= 0,070, p= 0,001). Jadi semakin tinggi internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku korupsi.

Kata kunci: internal locus of control dan kecenderungan perilaku korupsi

Corruption is a action which can be carried by everyone with a view to enrich themselves or can be hurt, others or an state. It cannot be denied that actually corryption very much connected with internal locus of control in individual it self. The purpose of this study is to find what is the relationship between internal locus of control with a tendency behaviour corruption on employees. The subject of used some 150 employees by using the method non the probability sampling of incidental sampling. Data collection in this research using a questionnare shaped scales likert and analysis of data using product moment of pearson. The research is got that is no link beetwen locus is negative internal locus of control with a tendency behaviour corruption on employees (r = -0,266, r2 = 0,070, p= 0,001). So the negative internal locus of control, the lower tendency behaviour corruption.

(9)

2

Indonesia merupakan negara yang tergolong pada negara berkembang. Dikatakan demikian karena salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran masyarakat di Indonesia misalnya petinggi-petinggi negara di Indonesia menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara melakukan perbuatan memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain atau sekaligus negara.

Korupsi di Indonesia saat ini sudah merupakan penyakit sosial yang sangat berbahaya yang dapat mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Tindakan ini dilakukan oleh setiap orang dengan keinginan, kesempatan, ataupun sarana yang ada untuk memperoleh suatu keuntungan yang diinginkan dengan cara negatif dan melanggar norma-norma sosial di lingkungannya. Di Indonesia, tindakan korupsi sudah meluas di dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik itu dari jumlah kasus yang ada dan dapat dilihat dari kerugian yang didapatkan oleh negara. Dalam survey yang dilakukan terhadap 176 negara di dunia, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari skala 100 dimana angka 100 merupakan negara yang terbersih dan bebas dari korupsi (Fajar Online, 2012).

Saat ada celah untuk melakukan tindakan korupsi, tidak semua individu akan melakukannya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat kaitannya dengan diri individu itu sendiri baik secara internal. Dalam artian, diri internal itu adalah kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam berperilaku. Karakteristik yang menetap ini disebut dengan kepribadian. Kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menentukan bagaimana ia akan bertindak saat menghadapi suatu situasi tertentu (wikipedia.org, 2013).

Berdasarkan hasil riset MCW tahun 2011 tentang studi pemetaan modus, aktor, dan potensi kerugian di Kota Malang, di temukan praktik korupsi marak terjadi di sektor pendidikan. Di tahun 2010, korupsi di sektor pendidikan terjadi setidaknya 6 kasus korupsi. Akan tetapi, di tahun 2011 kasus korupsi di sektor pendidikan meningkat menjadi 31 kasus. Dengan akumulasi kerugian per-siswa sebesar 125.785.000 dari 31 kasus. Kondisi menunjukkan bahwa tidak adanya tegas dari pemerintah terhadap lembaga pendidikan yang melakukan tindakan-tindakan diluar ketentuan yang berlaku atau peraturan.

Demikianpula kasus korupsi APBD juga terjadi di wilayah Malang Raya yang menjadi objek penelitian. Di Kota Malang misalnya kasus sisa anggaran 2,1 M dan pesangon dewan senilai 1,7 M sampai saat ini belum ada kepastian hukum sementara uang tersebut sudah masuk ke kantong anggota dewan yang terhormat. Di Kabupaten Malang penyimpangan dana APBD juga dilakukan untuk kepentingan pejabat dan keluaraganya seperti penyelewengan sekwan 22,5 juta, umrah gate dan Dem-deman Mobil. Di Kota Batu mark-up APBD telah digunakan untuk kepentingan Pilihan Kepala Daerah (MCW,2004).

Transparency International Indonesia (TI Indonesia) merilis survey integritas anak muda di Aceh. Dari hasil survey tersebut menyebutkan bahwa dari 1556 pemuda di Aceh 82% pernah melakukan suap kepada polisi saat ditilang. Hasil survey juga menjelaskan bahwa 30% anak muda di Aceh memberi suap saat mengurus dokumen atau administrasi negara. Seperti pembuatan SIM, KTP, Paspor dan lain-lain (E-News Letter, 2014).

(10)

3

Sumatera. Pasalnya, banyak oknum yang meminta jatah kepada para sopir truk kontainer tersebut. Tidak tanggung-tanggung, untuk sekali melintas, para sopir mengaku dimintai uang mulai dari Rp 250 ribu- hingga Rp 500 ribu (Sindonews.com).

Menurut Squire (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) sebuah penurunan pada nasional maupun internasional di tingkat perilaku etis dalam organisasi. Pada periode tahun 2005 sampai 2007, kejahatan yang terjadi dalam satu dari dua organisasi di tingkat internasional. Di Afrika Selatan juga dianggap sebagai negara dengan kejahatan kerah putih tertinggi di seluruh dunia. Organisasi Afrika Selatan memiliki rata-rata 23 kasus penipuan per tahun dilaporkan dalam periode waktu antara tahun 2006 dan 2007, dengan kerugian rata-rata pendapatan Rp 7,4 juta dalam periode tersebut.

Tingkah laku tercela adalah perhatian khusus dalam bidang keuangan. Permasalahan situasi yang berhubungan dengan etika bisnis terutama dalam bidang keuangan, sebagaimana terdapat berbagai macam skandal yang pantas pada perusahaan terkemuka dalam sepuluh tahun terakhir. Tingkah laku yang tidak pantas yang paling umum dalam bidang keuangan, dengan referensi khusus pada bidang perbankan, termasuk penyalahgunaan wewenang, penyuapan, dan eksploitasi (dalam Boshoff & van Zyl, 2011).

Menurut Stead , Chonko, dan Hume (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) faktor individu seperti

locus of control mungkin mempengaruhi keputusan para karyawan untuk berkelakuan secara pantas atau tidak pantas dalam bekerja. Cara locus of control mungkin berpengaruh pada tingkah laku yang pantas diantara para karyawan yang bekerja dalam bidang keuangan di Afrika Selatan.

Dalam penelitian Abidin (HIMPSI) dijelaskan bahwa skor tertinggi para partisipan dalam kaitannya dengan locus of control secara berturut-turut adalah adanya chance, lalu internal atau internality, dan kemudian powerful others. Bahwa skor chance paling tinggi (dibandingkan skor internal dan powerful others) secara psikologis dan secara logis, dapat dipahami. Seorang individu yang locus of controlnya masuk dalam kategori chance, cenderung berperilaku berdasarkan persepsinya tentang ada tidaknya peluang atau kesempatan yang bersifat eksternal. Jika kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi di tempat kerjanya terbuka lebar, maka besar kemungkinan akan melakukan korupsi. Apalagi individu memiliki skor yang tinggi dalam power motive dan compliance (dengan lingkungan sekitar yang mungkin juga korupsi).

Dari fenomena diatas, merupakan bagian dari fenomena korupsi. Pada kenyataannya, di Indonesia juga masih sering ditemukan kasus korupsi yang terjadi di beberapa daerah seperti yang telah diberitakan diatas. Oleh karena itu, peran locus of control terhadap sikap korupsi bisa diprediksi dari perilaku yang dilakukan oleh individu. Jadi ketika individu didominasi oleh internallocus of control, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat membedakan mana yang benar dan salah ketika akan melakukan korupsi. Tetapi, ketika individu didominasi oleheksternallocus of control, maka ia akan cenderung cepat mengambil keputusan untuk melakukan korupsi.

(11)

4

Locus Of Control

Rotter (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) menegaskan bahwa locus of control adalah suatu keyakinan dimana individu memiliki pusat kendali dalam kehidupannya, baik di dalam diri individu tersebut atau diluar diri individu tersebut (ekternal). Locus of control terbagi menjadidalam dua dimensi, yakni internal dan ekternal. Individu dengan eksternal locus of control melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain melihat mereka. Sedangkan internal locus of control melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.

Konsep yang dibangun oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) menyatakan bahwa setiap orang berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan. Suatu konsep yang pada awalnya diambil dari teori belajar sosial yang mendudukkan penguat (reinforcement) pada suatu posisi inti.

Konsep Dasar Locus of Control

Konsep tentang locus of control yang digunakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) memiliki empat konsep. Yang pertama, potensi perilaku yaitu kemungkinan yang relatif akan muncul pada situasi yang sedang dihadapi, berkaitan dengan hasil yang diinginkan maupun kehidupan seseorang. Kedua, harapan yaitu suatu kemungkinan dari kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang. Ketiga, nilai unsur penguat yaitu pilihan dalam berbagai kemungkinan atas hasil dari beberapa penguat hasil lainnya yang dapat muncul dalam situasi tertentu. Keempat, suasana psikologis yaitu bentuk rangsangan internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada situasi tertentu, yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan harapan terhadap hasil yang diinginkan.

Internal Locus of Control

Menurut Rotter 1966 (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) locus of control internal merupakan tentang melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.

Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006) locus of control internal terdapat adanya ekspektasi umum dimana tindakan individu sendiri akan menyebabkan munculnya hasil akhir yang diinginkan.

Menurut Rotter 1966, orang-orang yang memiliki locus of control internal pada umumnya yakin bahwa sumber kontrol berada dalam diri mereka sendiri dan mereka melakukan kontrol personal yang cukup tinggi dalam kebanyakan situasi (Feist & Feist, 2009).

Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control dimana individu memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi perbuatannya, dengan demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sehingga di luar kontrol pribadinya (kontrol eksternal). Menurut Lefcourt, karakteristik individu dengan internal locus of control yaitu, kepercayaan individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya, memiliki usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.

(12)

5

locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap penilaian dirinya, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya akan berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun pengetahuan terhadap situasi yang sedang dihadapi (Pinasti, 2011).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa internal locus of control adalah dimana keberhasilan atau kegagalan yang didapatkan oleh seseorang itu merupakan hasil dari usaha ataupun tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

Kecenderungan Perilaku Korupsi

Menurut Kartono(2013) korupsi adalah suatu tingkah laku yang dilakukan individu untuk menggunakan wewenang dan jabatan untuk mendapatkan keuntungan, yang dapat merugikan kepentingan umum maupun negara. Dimana korupsi tersebut merupakan gejala seperti salah pakai ataupun menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi, kekayaan negara dengan menggunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri.

Sedangkan korupsi menurut La Sina (dalam Alatas,1975) dapat dikatakan korupsi jika seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seseorang untuk mempengaruhi dengan memberikan perhatian kepada pemberi. Seperti pemerasan dengan permintaan pemberian hadiah. Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai korupsi.

Sementara kecenderungan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI.web.id) merupakan suatu kecondongan hati yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka untuk menunjukkan sebuah tindakan/perilaku. Dalam hal ini, kecenderungan merupakan representasi dari aspek afektif seseorang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku korupsi adalah suatu kecondongan hati pada individuyang menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan.

Bentuk Korupsi

Alatas (dalam Wibowo Agus, 2013) membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya yaitu:

1. Bribery (sogokan)

Memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar keinginan individu. 2. Nepotisme

Dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau menempati jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya akan mempengaruhi kebutuhan publik.

3. Exortion (pemerasan)

Tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau barang untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau memperlancar keinginan individu. 4. Penggelapan (fraud)

Perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Melakukan Korupsi

(13)

6

Faktor dalam diri, salah satu sifat yang menyebabkan orang mudah tergoda melakukan korupsi adalah motivasi untuk berprestasi yang rendah (low achievement motivation). Dengan hal ini para koruptor merasa tidak berdosa dan merasa tidak bersalah dalam menerima uang dari manapun dan mereka tidak peduli bahwa uang tersebut akan merugikan masyarakat dan negara

Faktor di luar diri, suatu tindakan kejahatan adalah realisasi dari keputusan yang telah diambil. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan untuk berbuat korupsi atau kejahatan adalah pertimbangan dari si pelaku, pertimbangan besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh dari suatu tindak kejahatan yang direncanakan baik berupa materi seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan besar kecilnya saat gagal, dan besar kecilnya kerugian yang didapatkan oleh si pelaku saat gagal atau tertangkap.

Faktor Budaya, perilaku korupsi akan sangat dipengaruhi oleh budaya yang melekat pada suatu bangsa. Ada tiga aspek budaya yang memudahkan terjadinya perilaku korupsi yaitu budaya kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang kurang berani berterus terang (asertif)

Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi

Ada tiga faktor yang mempengaruhi orang untuk melakukan korupsi, diantaranya adalah dalam diri, luar diri, dan budaya. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah kendali individu terhadap locus of control. Locus of control adalah suatu keyakinan dimana individu memiliki kendali dalam kehidupannya. Jadi ketika individu didominasi oleh locus of control internal, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat membedakan mana yang benar dan salah dalam melakukan korupsi. Tetapi, ketika individu didominasi oleh locus of control eksternal, maka ia akan cenderung cepat mengambil keputusan dan tingkah laku untuk melakukan korupsi.

Robbin &Hume dkk (Boshoff &Zyl, 2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal kemungkinan besar lebih sedikit untuk menerima tanggung jawab pada konsekuensi tingkah laku yang mereka lakukan. Individu tersebut lebih percaya kepada pengaruh eksternal untuk dapat mengambil keputusan dan tingkah laku. Seseorang dengan

locus of control eksternal cenderung lebih sedikit memiliki kepuasan kerja, kedisiplinan yang rendah dan kurangnya tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada individu tersebut. Hal ini diperjelas oleh Edwards (E. Boshoff & E.S van Zyl, 2011) yang berpendapat bahwa locus of control eksternal berdampak buruk bagi individu tersebut seperti frustasi, stress, dan mudah menyalahkan orang lain.

Sedangkan pada individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan antara mana yang benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab perseorangan dalam kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu mengendalikan dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi ataupun dunia kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of control dengan perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011) bahwa seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur tangan untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri di dalam organisasi.

(14)

7

Hipotesa

Ada hubungan yang negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif, dimana metode ini dapat digunakan apabila memiliki permasalahan yang didukung dengan teori yang sesuai, dimana data tersebut dapat didukung dengan hasil penelitian sebelumnya. Kemudian dilakukan dengan membuat hipotesa sementara dan dilanjutkan dengan pengumpulan data serta dianalisa, dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 karyawan. Hal ini didasari dengan teknik sampling non probability sampling yaitu sampling incidental, dimana dalam teknik ini peneliti menentukan sampel secara kebetulan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan kriteria sampel peneliti maka orang tersebut dapat dijadikan sebagai subjek/ sumber data (Sugiyono, 2015).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas adalah internal locus of control

dan variabel terikat adalah kecenderungan perilaku korupsi.Internal locus of control adalah keyakinan individu tentang hasil dari segala sesuatu yang didapatkan berdasarkan dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut.Kecenderungan perilakukorupsimerupakansuatu kecondongan hati pada individu yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang ataupun jabatan.Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu skala internal locus of control dan skala kecenderungan perilaku korupsi.

Untuk skala internal locus of control, menggunakan skala yang diadaptasi oleh Srianik (2008) berjumlah 30 item yang terdiri dari tiga aspek internallocus of control yaitu kepercayaan individu bahwa tingkahlakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkan, memiliki usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya. Skala tersebut berbentuk likert dimana terdiri dari 4 skor yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pada item favorable skor yang diperoleh adalah SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1. Dan pada item unfavorable skor yang diperoleh adalah SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.

(15)

8

Validitas Instrumen

Berdasarkan proses validitas item alat ukur padatry out yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan skala kepada 76 karyawan diperoleh hasil validitas dari setiap item sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16, diketahui indeks validitas dari skala internal locus of controlyaitu sebesar 0.341-0.583 sehingga dari 30 item yang telah di uji terdapat 14 item yang valid. Kemudian untuk indeks validitas pada skal kecenderungan perilaku korupsi yaitu sebesar 0.321-0.550 sehingga dari 24 item yang telah di uji terdapat 15 item yang valid.

Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil tersebut kedua instrumen dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Jika dibandingkan menggunakan syarat crobanch alpha dengan minimal 0,6 atau 60% (Ghazali, 2005). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Prosedur Penelitian& Analisis

Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu mengadaptasi skala yang akan digunakan. Kemudian, setelah skala kecenderungan perilaku korupsi dan internal locus of control telah siap untuk disebarkan, maka peneliti melakukan uji coba skala kepada 76 karyawan. Uji coba tersebut dilakukan dengan cara peneliti mendatangi langsung subjek yang sesuai dengan kriteria peneliti. Uji coba ini dilakukan selama 7 hari dari tanggal 12 Oktober sampai 17 Oktober 2015. Dari hasil skala yang telah terisi peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas sehingga alat ukur tersebut dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis metode yang digunakan adalah menggunakan analisis statistik SPSS 16. Dimana teknik yang digunakan untuk menganalisis adalah korelasi

(16)

9

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan pada 150 subjek yaitu karyawan yang masih aktif bekerja dalam suatu perusahaan atau instansi.

Tabel 3. Perhitungan t-score skala internal locus of control

Internal Locus of

Berdasarkantabel 3. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil yaitu sebanyak 71 atau 47% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 79 atau 53% masuk dalam kategori internal locus of control rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa internal locus of control pada karyawan masi tergolong rendah.

Tabel 4. Perhitungan t-score kecenderungan perilaku korupsi

Kecenderungan Perilaku Korupsi

Interval Frekuensi Presentase (%)

Tinggi

Berdasarkan tabel 4. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil yaitu sebanyak 72 atau 48% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 78 atau 52% masuk dalam kategori kecenderungan perilaku korupsi rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan masih tergolong rendah.

Tabel 5. Hasil korelasi product momen Internal locus of control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi

Berdasarkan hasil dari perhitungan SPSS 16 terdapat skor koefisien korelasi sebesar -0,266 dengan nilai siginifikan yang ditunjukkan 0,001 lebih kecil dari taraf yang digunakan yaitu 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Jika semakin tinggi internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku korupsi. Begitupun sebaliknya, jika semakin rendah internal locus of control maka semakin tinggi kecenderungan perilaku korupsi.

(17)

10

terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, yaitu adanya faktor dalam diri yang menyebabkan orang mudah tergoda untuk melakukan korupsiatau motivasi berprestasi yang dimiliki rendah (low achievement motivation), faktor di luar diri dimana realisasi muncul dari keputusan yang telah diambil, dan faktor budaya seperti budaya kekeluargaan ataupun adanya budaya masyarakat yang asertif.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan yang sangat signifikan (r = -0,266, p< 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara variabel X yaitu internal locus of control dengan variabel Y yaitu kecenderungan perilaku korupsi. Sehingga hipotesa yang diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Boshoff & Zyl (2011) yang menunjukkan adanya hubungan antara locus of control dengan perilaku etis pada sektor keuangan. Semakin tinggi internal

locus of control individu, maka semakin tinggi perilaku etis individu tersebut. Sebaliknya, jika semakin tinggi eksternal locus of control, maka semakin rendah perilaku etisnya, sehingga dapat melakukan perilaku korupsi.

Kecenderungan perilaku korupsi merupakan suatu kecondongan hati pada individuyang menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan. individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan antara mana yang benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab perseorangan dalam kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu mengendalikan dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi ataupun dunia kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of control dengan perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011) bahwa seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur tangan untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri di dalam organisasi.

Menurut Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control adalah dimana individu memandang bahwa peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya merupakan konsekuensi perbuatannya. Dengan demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sehingga diluar kontrol pribadinya (kontrol eksternal). Karakteristik yang dimiliki individu dengan internal locus of control adalah: 1) kepercayaan individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya, 2) memiliki usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan 3) lebih mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.

(18)

11

keuntungan yang akan diperoleh seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan besar kecilnya saat gagal, dan besar kecilnya kerugian yang akan didapatkan oleh seseorang tersebut. Faktor budaya, dimana budaya ini sangat melekat dalam masyarakat. Budaya kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang masih kurang berani untuk berterus terang (asertif) yang dapat memudahkan terjadinya perilaku korupsi. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah kendali individu terhadap internal locus of control, yang pada dasarnya dibentuk berdasarkan internalisasi dalam diri seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakannya, mampu bertanggung jawab atas diri perseorangan dalam kondisi yang tidak baik, maka adanya internal locus of control

menjadikan individu lebih bijak dalam memutuskan suatu perkara dan enggan melakukan korupsi.

Selain itu, aspek terjadinya korupsi (Arifin, 2000) adalah: (1) aspek perilaku individu organisasi, sebab-sebab dia melakukan korupsi berupa dorongan yang ada didalam diri individu yang bisa dikatakan sebagai keinginan, niat ataupun kesadaran untuk melakukan sesuatu. (2) aspek organisasi, sistem organisasi yang membuka adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi biasanya terjadi karena kurang adanya teladan dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, serta menajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya (3) aspek peraturan perundang-undangan, peraturan undang-undang yang kurang memadai dapat juga memberikan adanya motif korupsi yang dapat dilakukan (4) aspek pengawasan, pengawasan yang kurang efektif bisa mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi dan kurangnya kepatuhan terhadap etika hukum maupun pemerintahan yang akhirnya pengawasan tersebut dapat dijadikan dalam praktik korupsi.

Seperti yang dikemukakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) bahwa internal locus of control

merupakan suatu keyakinanan tentang individu bahwa keberhasilan yang diraih akan sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sebagian besar mereka dapat mengendalikan dirinya. Individu yang memiliki locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap penilaian dirinya, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya akan berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun pengetahuan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Sedangkan individu dengan eksternal

locus of controltinggi maka akan cenderung melakukan korupsi.Hal ini dikarenakan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap individu itu sendiri. Seperti halnya seseorang yang rakus, ia kurang puas akan apa yang sudah didapatkannya. Sehingga individu tersebut akan melakukan hal apapun termasuk korupsi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara internal

locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi. Penelitian ini bisa disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki internal locus of control, maka akan memiliki kecenderungan perilaku korupsi yang rendah.

(19)

12

tersebut. Kaitannya dengan internal locus of control yang pada dasarnya dibentuk berdasarkan internalisasi dalam diri seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakan, karyawan juga harus meyakinkan diri bahwa adanya suatu pencapaian atau keberhasilan itu datang atas usaha atau kerja keras, misalnya dapat menunjukkan komitmen kerjanya, berkompetensi dalam usahanya, memiliki integritas tinggi dalam organisasinya, semakin objektif, semakin independen dalam menghadapi suatu konflik dalam kepentingannya, dan memperhatikan prinsip kode etik perilaku profesional dalam kerja. Dengan demikian, peranan internal locus of control dapat digunakan sebagai peningkatan sikap dan perilaku etis pada karyawan.

Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan melakukan perbandingan antara internal locus of control dengan eksternal locus of control kaitannya dengan kecenderungan perilaku korupsi.

REFERENSI

Abidin, Z dan Prathama, G.S. 2014. Integritas, keberbedaan (Ed, Supratiknya, S. Faturochim dan Panggabean, H. Bunga rampai Psikologi 2). HIMPSI

Ancok, Djamaludin. (2004). Korupsi: Sekelumit visi psikologi. Diakses pada Maret 28, 2015, from http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/wp-content

Bachruddin, Moch .(2015). Pengaruh big five personality terhadap sikap tentang korupsi pada mahasiswa. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Boshoff E, E.S Van Zyl (2011). The relationship between locus of control and ethical behaviour among employess in the financial sector. Diakses April 28, 2015.

Dayakisni, T. Salis. (2012). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.

E-newsletter Transparency International Indonesia. (2014), Februari. Transparansi, hal 5.

Feist, J & Gregory J. Feist (2009). Teori kepribadian theories of personality. Jakarta: Salemba Humanika

Friedman, Howard S & Miriam W. Schustack. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga

Ghazali, Imam. (2005). Aplikasi analisis multivariat dengan menggunakan program spss.

Yogyakarta: UGM

La Sina (2008). Dampak dan upaya pemberantasan serta pengawasan korupsi di Indonesia.

Journal of Internet Corruption. Diakses Maret 28, 2015 from

http://journal.unpar.ac.id/index.php/projustitia/article/viewFile/1108/1075

Pinasti, Woro. (2011). Pengaruh self-efficacy, locus of control dan faktor demografis terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Journal of Internet Psychology. Accessed on Maret 20, 2015 from

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1364/1/WORO%20PINA STI-FPS.pdf

(20)

13

Srianik (2008). Hubungan antara locus of control internal dengan komitmen organisasi pada pegawai BPMD Kabupaten Pamekasan Madura. Journal of Psychology. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Sugiyono, Prof. Dr. (2015). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabetha Bandung: Bandung.

Wahyudi, I (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) di Malang Raya. UMG. Gresik

(21)

14

LAMPIRAN 1

Skala Try Out

(22)

15

BLUE PRINT

INTERNAL LOCUS OF CONTROL

No Aspek Locus of Control Internal F UF Total

1 Keyakinan dari diri sendiri bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkan

1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 10

2 Memiliki kendali baik terhadap dirinya dalam meraih kesuksesan

11, 13, 15, 17, 19

12, 14, 16, 18, 20

10

3 Mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya

21, 23, 25, 27, 29

22, 24, 26, 28, 30

10

(23)

16

SKALA 1

INTERNAL LOCUS OF CONTROL

No Item Pernyataan SS S TS STS

1 Keberhasilan yang saya capai sebagian adalah hasil kerja keras saya sendiri

2 Keberhasilan yang saya terima sebagian besar karena bantuan orang-orang disekitar saya

3 Kehidupan saya ditentukan oleh tindakan saya sendiri

4 Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, hal ini biasanya terjadi oleh karena saya beruntung

5 Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin sebagian besar tergantung pada kecakapan saya

6 Segala sesuatu tidak perlu direncanakan terlalu jauh karena banyak hal yang nantinya akan ditentukan oleh nasib

7 Hal yang saya peroleh disebabkan oleh tingkah laku saya sendiri

8 Sering terbukti pada saya, bahwa apa yang terjadi pasti terjadi

9 Bagaimanapun pada akhirnya saya akan mendapatkan hasil seesuai dengan usaha saya 10 Apa yang saya alami sebagian besar karena faktor

kebetulan

11 Saya harus bekerja keras karena memang demikian jika ingin sukses

12 Saya serahkan pada nasib jika saya gagal dalam meraih kesuksesan

13 Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas saya tepat pada waktunya, agar saya bisa meraih

kesuksesan

14 Jika saya tidak dapat mencapai target yang telah saya buat, itu karena situasi tidak mendukung

15 Saya berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat memperoleh apa yang saya inginkan

16 Tanpa kesempatan yang baik saya tidak mungkin bisa meraih kesuksesan

17 Dengan rencana yang matang saya bisa memperoleh apa yang saya inginkan

18 Mendapatkan pekerjaan yang baik tergantung dari kesempatan dan waktu yang tepat

19 Apabila tidak ada usaha dan kerja keras, saya tidak yakin apa yang saya lakukan akan berhasil

20 Membuat rencana yang terlalu jauh adalah kurang bijaksana, karena berhasil atau tidak rencana sering tergantung pada faktor keberuntungan

(24)

17

22 Saya merasa apa yang saya lakukan tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan

23 Keberhasilan yang saya dapatkan merupakan hasil kerja keras saya sendiri

24 Saya yakin apa yang saya lakukan tidak akan bermanfaat bagi orang lain

25 Bagi saya kerja keras yang saya lakukan berhak mendapat reward yang baik

26 Bagi saya tidak ada gunanya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu karena saya tahu kemampuan saya

27 Tidak masalah bagi saya mendapatkan kesulitan karena itu sebuah proses

28 Dalam melakukan sesuatu saya selalu bergantung dengan orang lain

29 Saya yakin apa yang dilakukan atau didapatkan merupakan suatu takdir dari Tuhan

(25)

18

BLUE PRINT

KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI

Aspek-Aspek Konatif Total

F UF

Bribery 1, 2, 17 9, 10, 18 6

Nepotisme 3, 4, 19 11, 12, 20 6

Exortion 5, 6, 21 13, 14, 22 6

Fraud (Penggelapan) 7, 8, 23 15, 16, 24 6

(26)

19

SKALA 2

KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya tentu tidak akan menolak jika ada rekan saya yang mencoba merayu saya dengan sejumlah uang 2 Saya akan memberikan hadiah agar rekan saya mau

membantu pekerjaan saya

3 Jika saya sebagai saudara pejabat, saya bersedia jika diminta untuk menjadi salah satu pejabat penting tanpa melalui tes

4 Saya akan sangat menerima jika saya ditawari untuk menjadi salah satu anggota yang menjabat di

perusahaan oleh saudara saya

5 Ketika melihat rekan saya berperilaku kasar kepada rekan yang lain, saya akan meminta sejumlah uang agar tidak saya adukan kepada atasan

6 Saya akan meminta sejumlah uang ketika mengetahui rekan saya membuat laporan kerja yang tidak sesuai 7 Ketika saya menjadi bagian keuangan saya akan

memanipulasi laporan keuangan dalam mencari keuntungan untuk menambah pemasukan saya 8 Seharusnya ketika ada rekan yang menitip untuk

membeli sesuatu, uang kembalian merupakan hak milik saya

9 Saya tidak akan membantu rekan saya untuk merayu atasan agar mendapatkan gaji yang lebih dalam hasil bekerja

10 Saya selalu menolak jika ada rekan saya yang mencoba memberikan saya “hadiah” karena tahu ia telah melakukan kesalahan

11 Saya menolak jika kasus pengangkatan sanak saudara dalam menduduki sebuah jabatan merupakan hal yang lumrah di Indonesia

12 Saya akan menolak secara tegas jika diminta untuk menjadi bagian penting dalam pemerintahan oleh saudara saya tanpa melalui tes

13 Setiap rekan saya yang ingin saya bantu seharusnya memberikan saya imbalan

14 Seharusnya saya mengingatkan rekan saya yang melakukan pemerasan agar tidak melakukan hal itu 15 Saya akan mengembalikan berapapun uang

kembalian yang bukan menjadi hak saya 16 Seharusnya ketika dipercaya mengelola bagian

keuangan, saya merinci pengeluaran sedetail mungkin

(27)

20

18 Saya akan menerima imbalan ketika rekan saya meminta saya untuk mengurus kepentingan pribadinya

19 Saya akan memudahkan administrasi karyawan baru yang masih mempunyai ikatan keluarga dengan saya 20 Saya akan tetap menjalankan prosedur yang ada di

perusahaan ketika ada penerimaan karyawan baru meskipun dia kerabat saya

21 Saya tidak takut untuk meminta sejumlah uang kepada karyawan baru yang mengatasnamakan perusahaan namun sebenarnya untuk kepentingan pribadi saya

22 Bagi saya memberhentikan pungutan liar di dalam instansi adalah kewajiban bersama

23 Saya sesekali akan membawa pulang fasilitas kantor tanpa seizin atasan saya

(28)

21

LAMPIRAN 2

(29)

22

Hasil

Try Out

Internal

Locus of Control

(30)

23

item24 84.95 53.384 .341 . .721

item25 85.21 54.195 .282 . .725

item26 84.93 52.729 .380 . .719

item27 84.95 53.064 .413 . .718

item28 85.22 56.069 .081 . .737

item29 85.05 54.264 .253 . .727

(31)

24

Hasil

Try Out

Kecenderungan Perilaku Korupsi

(32)
(33)

26

LAMPIRAN 3

Blue Print

Skala Internal

Locus of Control

dan

(34)

27

BLUE PRINT

INTERNAL LOCUS OF CONTROL

No Aspek Locus of Control Internal F UF Total

1 Keyakinan dari diri sendiri bahwa tingkah lakunya mempengaruhi

1 Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin sebagian besar tergantung pada kecakapan saya

2 Segala sesuatu tidak perlu direncanakan terlalu jauh karena banyak hal yang nantinya akan ditentukan oleh nasib

3 Hal yang saya peroleh disebabkan oleh tingkah laku saya sendiri

4 Bagaimanapun pada akhirnya saya akan mendapatkan hasil seesuai dengan usaha saya 5 Apa yang saya alami sebagian besar karena faktor

kebetulan

6 Saya harus bekerja keras karena memang demikian jika ingin sukses

7 Saya serahkan pada nasib jika saya gagal dalam meraih kesuksesan

8 Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas saya tepat pada waktunya, agar saya bisa meraih

kesuksesan

9 Jika saya tidak dapat mencapai target yang telah saya buat, itu karena situasi tidak mendukung

10 Saya berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat memperoleh apa yang saya inginkan

11 Dengan rencana yang matang saya bisa memperoleh apa yang saya inginkan

(35)

28

13 Bagi saya tidak ada gunanya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu karena saya tahu kemampuan saya

(36)

29

1 Saya tentu tidak akan menolak jika ada rekan saya yang mencoba merayu saya dengan sejumlah uang 2 Jika saya sebagai saudara pejabat, saya bersedia jika

diminta untuk menjadi salah satu pejabat penting tanpa melalui tes

3 Saya akan sangat menerima jika saya ditawari untuk menjadi salah satu anggota yang menjabat di

perusahaan oleh saudara saya

4 Ketika melihat rekan saya berperilaku kasar kepada rekan yang lain, saya akan meminta sejumlah uang agar tidak saya adukan kepada atasan

5 Saya akan meminta sejumlah uang ketika mengetahui rekan saya membuat laporan kerja yang tidak sesuai 6 Ketika saya menjadi bagian keuangan saya akan

memanipulasi laporan keuangan dalam mencari keuntungan untuk menambah pemasukan saya 7 Seharusnya ketika ada rekan yang menitip untuk

membeli sesuatu, uang kembalian merupakan hak milik saya

8 Saya akan menolak secara tegas jika diminta untuk menjadi bagian penting dalam pemerintahan oleh saudara saya tanpa melalui tes

9 Seharusnya saya mengingatkan rekan saya yang melakukan pemerasan agar tidak melakukan hal itu 10 Saya akan mengembalikan berapapun uang

kembalian yang bukan menjadi hak saya 11 Seharusnya ketika dipercaya mengelola bagian

keuangan, saya merinci pengeluaran sedetail mungkin

(37)

30

13 Saya akan tetap menjalankan prosedur yang ada di perusahaan ketika ada penerimaan karyawan baru meskipun dia kerabat saya

14 Bagi saya memberhentikan pungutan liar di dalam instansi adalah kewajiban bersama

(38)

31

LAMPIRAN 4

(39)

32

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jl. Raya Tlogomas 246 Telp. (0341) 464318 ext 233 Malang 655144

Denganhormat,

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya Fiqih Rindra Anisah (201110230311104) adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang akan mengadakan penelitianuntuk memenuhi salah satu persyaratan wajib dalam menyelesaikan program sarjana. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk membantu memberikan informasi sebagai data penelitian dalam bentuk mengisi skala.

Perlu diketahui bahwa dalam pengisian skala ini hanyadigunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah dan tidak digunakan untuk maksud tertentu. Oleh karena itu, Bapak/Ibu tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan informasi melalui jawaban atas pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai kenyataan yang sebenarnya. Sebagai peneliti saya memegang etika penelitian guna menjamin kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu berikan.

HormatSaya,

Fiqih Rindra A

(40)

33

Identitas

Nama (Inisial) : __________________________

Usia : ____ tahun

JenisKelamin : P / L

Bekerja di bagian : ______________________________________

PetunjukPengisianSkala

1) Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban, diantaranya :

SS : SangatSetuju S : Setuju

TS : TidakSetuju

STS : SangatTidakSetuju

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda tepat dan berilah tanda checklist (√)pada jawaban yang telah dipilih.

contoh :

Cara Menjawab :

SS S TS STS

2) Apabila anda ingin mengganti jawaban, maka berilah tanda (=) pada jawaban lama dan berilah tanda centang (√) pada jawaban yang baru.

3) Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang salah dan benar karena Anda diberi kebebasan meilih jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan diridAnda.

4) Periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada nomor yang tidak terisi.

(41)

34

Skala 1

No Item Pernyataan SS S TS STS

1 Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin sebagian besar tergantung pada kecakapan saya

2 Segala sesuatu tidak perlu direncanakan terlalu jauh karena banyak hal yang nantinya akan ditentukan oleh nasib

3 Hal yang saya peroleh disebabkan oleh tingkah laku saya sendiri

4 Bagaimanapun pada akhirnya saya akan mendapatkan hasil seesuai dengan usaha saya 5 Apa yang saya alami sebagian besar karena faktor

kebetulan

6 Saya harus bekerja keras karena memang demikian jika ingin sukses

7 Saya serahkan pada nasib jika saya gagal dalam meraih kesuksesan

8 Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas saya tepat pada waktunya, agar saya bisa meraih

kesuksesan

9 Jika saya tidak dapat mencapai target yang telah saya buat, itu karena situasi tidak mendukung

10 Saya berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat memperoleh apa yang saya inginkan

11 Dengan rencana yang matang saya bisa memperoleh apa yang saya inginkan

12 Saya yakin apa yang saya lakukan tidak akan bermanfaat bagi orang lain

13 Bagi saya tidak ada gunanya bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu karena saya tahu kemampuan saya

14 Tidak masalah bagi saya mendapatkan kesulitan karena itu sebuah proses

Skala 2

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya tentu tidak akan menolak jika ada rekan saya yang mencoba merayu saya dengan sejumlah uang 2 Jika saya sebagai saudara pejabat, saya bersedia jika

diminta untuk menjadi salah satu pejabat penting tanpa melalui tes

3 Saya akan sangat menerima jika saya ditawari untuk menjadi salah satu anggota yang menjabat di

perusahaan oleh saudara saya

(42)

35

5 Saya akan meminta sejumlah uang ketika mengetahui rekan saya membuat laporan kerja yang tidak sesuai 6 Ketika saya menjadi bagian keuangan saya akan

memanipulasi laporan keuangan dalam mencari keuntungan untuk menambah pemasukan saya 7 Seharusnya ketika ada rekan yang menitip untuk

membeli sesuatu, uang kembalian merupakan hak milik saya

8 Saya akan menolak secara tegas jika diminta untuk menjadi bagian penting dalam pemerintahan oleh saudara saya tanpa melalui tes

9 Seharusnya saya mengingatkan rekan saya yang melakukan pemerasan agar tidak melakukan hal itu 10 Saya akan mengembalikan berapapun uang

kembalian yang bukan menjadi hak saya 11 Seharusnya ketika dipercaya mengelola bagian

keuangan, saya merinci pengeluaran sedetail mungkin

12 Saya akan memudahkan administrasi karyawan baru yang masih mempunyai ikatan keluarga dengan saya 13 Saya akan tetap menjalankan prosedur yang ada di

perusahaan ketika ada penerimaan karyawan baru meskipun dia kerabat saya

14 Bagi saya memberhentikan pungutan liar di dalam instansi adalah kewajiban bersama

(43)

36

LAMPIRAN 5

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

44

(52)
(53)
(54)
(55)

48

LAMPIRAN 6

(56)

49 Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Korup 48.21 6.538 150

loc 88.53 7.429 150

Correlations

Korup loc

Korup Pearson Correlation 1 -.266**

Sig. (2-tailed) .001

N 150 150

loc Pearson Correlation -.266**

1

Sig. (2-tailed) .001

N 150 150

Gambar

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur
Tabel 4. Perhitungan t-score kecenderungan perilaku korupsi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

c.' S eleksi protokorm setelah transform asi, dan d. P em buktian transform an dan transgenik anggrek. M etode transform asi genetik ke tanam an anggrek P. amabilis sesuai klaim 1,

Jumlah biji isi dan biji hampa tanaman padi Nipponbare transgenik tidak semuanya lebih unggul dari tanaman Nipponbare kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa

The major problem of her study is how search for existence of Frank Moses in Red movie directed by Robert Schwentke based on Existentialist approach.. Therefore, the study analyzes

– Warehouse  dirancang untuk OLAP query kompleks, view multi dimensi, konsolidasi.. Mengapa memisahkan Dw dan DB

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat

melakukan tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana yang sama. sebagai pelaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal

Jadi, beban pemasaran berkepentingan untuk menghubungkan suatu produk mulai saat barang atau jasa tersebut selesai diproduksi sampai dengan diubah menjadi pendapatan yang