• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHIBRIDA YANG DIPOLES DAN TIDAK DIPOLES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHIBRIDA YANG DIPOLES DAN TIDAK DIPOLES"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHIBRIDA YANG

DIPOLES DAN TIDAK DIPOLES

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran Gigi dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG)

Oleh

HANY MAGHFIROH NIM 111610101036

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

(2)

ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan baik;

2. Bapak dan ibu tercinta, Ir. Basuni Achmad dan Sri Rahayu, S.Pd., yang selalu mendoakan tanpa putus, menyayangi, menyemangati, dan membesarkan hati saya hingga akhirnya menjadi sarjana kedokteran gigi;

3. Kedua kakak laki-laki saya, Tangkas Ali Sabana dan Hamzah Hasibuan, yang selalu mendukung dan mendoakan saya;

4. drg. Raditya Nugroho, Sp. KG. dan drg. Niken Probosari, M. Kes., selaku dosen pembimbing skripsi saya yang selalu membimbing dengan sabar serta memberikan motivasi dan semangat hingga skripsi ini selesai;

5. drg. Dwi Warna Aju Fatmawati, M. Kes. dan Dr. FX Ady Soesetijo, drg. Sp. Pros. selaku dosen penguji skripsi saya yang telah membimbing dan memberi banyak masukan untuk menyempurnakan skripsi saya;

6. Guru-guru saya sejak di taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang telah memberikan ilmunya hingga saya dapat menyelesaikan setiap tahapan pendidikan dengan lancar;

7. Teman-teman FKG Universitas Jember angkatan 2011 yang selama ini saling berbagi ilmu, canda, tawa, dan pengalaman;

(3)

iii

MOTO

“ Sesungguhnya dibalik kesulitan selalu ada kemudahan”

QS. 94:5-6*)

“If you cannot do great things, do small things in a great way”

“Jika kamu tidak bisa mengerjakan hal besar, kerjakan hal kecil dengan cara yang

besar”

Napoleon Hill

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hany Maghfiroh Nim : 111610101036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Efek Minuman Berkarbonasi terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida yang Dipoles dan Tidak Dipoles”adalah benar–benar karya sendiri, kecuali kutipan yang saya sebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya plagiasi. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 2 September 2015 Yang Menyatakan,

(5)

v

SKRIPSI

EFEK MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHIBRIDA YANG DIPOLES

DAN TIDAK POLES

Oleh

Hany Maghfiroh NIM 111610101036

Pembimbing :

(6)

vi

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Efek Minuman Berkarbonasi terhadap Perubahan Warna Resin

Komposit Nanohibrida yang Dipoles dan Tidak Dipoles” telah diuji dan disahkan pada:

hari, tanggal : Rabu, 2 September 2015

tempat : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Penguji Ketua, Penguji Anggota,

drg. Dwi Warna Aju Fatmawati, M.Kes Dr. FX Ady Soesetijo, drg., Sp. Pros NIP. 19701219 199903 2 001 NIP. 19600509 198702 1 001

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

drg. Raditya Nugroho, Sp. KG. drg. Niken Probosari, M.Kes NIP. 19820602 200912 1 003 NIP. 19670220 199903 2 001

Mengesahkan, Dekan,

(7)

vii

RINGKASAN

EFEK MINUMAN BERKARBONASI TERHADAP PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHIBRIDA YANG DIPOLES DAN TIDAK POLES;

Hany Maghfiroh; 111610101036; 2015; 42 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

(8)

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Minuman

Berkarbonasi terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida yang Dipoles dan Tidak Dipoles”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. drg. R. Rahardyan Parnaadji, M. Kes, Sp. Pros selaku Dekan, Dr. IDA Susilawati, drg., M. Kes selaku Pembantu Dekan I, Dr. Sri Hernawati, drg. M. Kes selaku Pembantu Dekan II, dan drg. Izzata Barid, M. Kes selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember;

2. drg. Raditya Nugroho, Sp. KG. beserta drg. Niken Probosari, M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiaanya memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini;

3. drg. Dwi Warna Aju Fatmawati, M. Kes beserta Dr. FX Ady Soesetijo, drg., Sp. Pros selaku dosen penguji atas masukan serta bimbingan yang telah diberikan untuk menyempurnakan skripsi ini;

4. drg. Dewi Kristiana, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada saya;

(9)

ix

6. Sahabat saya Firda Nindita, Whylda Dyasti, dan Meru R yang selalu memberi semangat, motivasi, serta warna saat mulai penat dan jenuh dengan kehidupan kampus;

7. Sahabat saya Ferina Hadi, Deta Angela, Chyntia Christin, Fauziyah, Dani H, dan Sulmi, yang sampai saat ini menjadi sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan,

8. Teman – teman FKG Universitas Jember angkatan 2011 yang telah memberi dukungan, semangat, ilmu, canda, tawa, dan pengalaman sampai saat ini; 9. Teman - teman KKN 204 & 62 Desa Wonojati Kec. Jenggawah, Arda, Ratih,

Amik, Iif, Rafi, Mas Alip, Mas Anang, Nuril, dan Pheiter, yang selalu memberi semangat dan dukungan;

10. Dosen – dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan hingga saat ini;

11. Almamater tercinta Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember;

12. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi.

Penulis merasa penyusunan skripsi ini belum sempurna. Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi ilmu kedokteran gigi.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSEMBAHAN... ii

HALAMAN MOTO... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN PEMBIMBINGAN... v

HALAMAN PENGESAHAN... vi

RINGKASAN... vii

PRAKATA... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Resin Komposit... 5

2.2 Resin Komposit Nanohibrida... 6

2.2.1 Definisi Resin Komposit Nanohibrida ... 7

2.2.2 Komposisi Resin Komposit Nanohibrida... 7

(11)

xi

2.3 FinishingdanPolishing... 12

2.3.1 DefinisiFinishingdanPolishing... 12

2.3.2 AlatFinishingdanPolishing... 13

2.3.3 TeknikFinishingdanPolishing... 13

2.3.4 PengaruhFinishingdanPolishingterhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida ... 14

2.4 Minuman Berkarbonasi... 15

2.4.1 Definisi Minuman Berkarbonasi ... 15

2.4.2 Komposisi Minuman Berkarbonasi... 15

2.4.3 Pengaruh Minuman Berkarbonasi terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida ... 17

2.5 Spektrofotometer... 18

2.5.1 Definisi Spektrofotometer ... 18

2.5.2 Laser He-Ne ... 18

2.5.3 Fotodetektor OPT 101 ... 19

2.5.4 Multimeter Digital... 19

2.5.5 Cara Kerja Spektrofotometer ... 20

2.6 Kerangka Konsep Penelitian... 21

2.7 Hipotesis... 21

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1 Jenis Penelitian... 22

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 22

3.3 Variabel Penelitian... 22

3.3.1 Variabel Bebas ... 22

3.3.2 Variabel Terikat... 22

3.3.3 Variabel Terkendali... 22

(12)

xii

3.5 Alat dan Bahan Penelitian... 24

3.5.1 Alat Penelitian ... 24

2.5.2 Bahan Penelitian... 25

3.6 Sampel Penelitian... 25

3.6.1 Bentuk Sampel ... 25

3.6.2 Besar Sampel... 26

3.6.3 Teknik pengambilan sampel... 26

3.6.4 Pembagian Kelompok Sampel ... 27

3.7 Prosedur Penelitian... 27

3.7.1 Pembuatan Sampel ... 27

3.7.2 Perendaman Sampel ... 30

3.7.3 Pengujian Perubahan Warna ... 32

3.8 Analisis Data... 33

3.9 Alur Penelitian... 34

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

4.1 Hasil Penelitian... 35

4.1.1 Data Hasi Penelitian ... 35

4.1.2 Analisis Data ... 37

4.2 Pembahasan... 39

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 43

5.1 Kesimpulan... 43

5.2 Saran... 43

DAFTAR BACAAN... 44

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Komposisi resin komposit ... 8

2.2 Sifat resin komposit ... 12

2.3 Batas cemaran minuman berkarbonasi ... 17

4.1 Hasil pengukuran perubahan warna komposit nanohibrida yang dipoles dan tidak dipoles yang direndam dalam saliva buatan dan minuman berkarbonasi... 35

4.2 Hasil uji normalitas menggunakan ujiShapiro-Wilk... 37

4.3 Hasil uji homogenitas menggunakan ujiLevene... 37

4.4 Hasil uji statistik parametrikOne-way Anova... 38

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Matriks resin komposit ... 9

2.2 Tahap inisiasi pada reaksi polimerisasi resin komposit... 10

2.3 Tahap propagasi pada reaksi polimerisasi resin komposit ... 10

2.4 Tahap terminasi pada reaksi polimerisasi resin komposit ... 11

2.5 Alatfinishingdanpolishing... 13

2.6 Multimeter ... 19

2.7 Simulasi cara kerja spektrofotometer ... 20

2.8 Kerangka konsep ... 21

3.1 Sampel resin komposit nanohibrida ... 25

3.2.a Master mould... 27

3.2.b Plat Kuningan untuk fiksasimaster mould... 27

3.3 Komposit yang ditimbang... 28

3.4 Komposit yang dimanipulasi ke dalammaster mould... 28

3.5 Memadatkan komposit... 28

3.6 Komposit yang ditutupcelluloid strip... 29

3.7 Komposit yang diberi beban ... 29

3.8 Penyinaran komposit ... 29

3.9.a Mengeluarkanmaster moulddari plat kuningan ... 30

3.9.b Mengeluarkan komposit darimaster mould ... 30

3.10 Finishingdanpolishingpada sampel ... 30

3.11 Tabung untuk pembagian kelompok perendaman ... 30

3.12 Menuangkan saliva buatan ... 31

3.13 Menuangkan minuman berkarbonasi... 31

(15)

xv

3.15 Proses mencuci komposit ... 32 3.16 Sampel sebelum dan setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi

dan saliva buatan... 32 3.17 Set alat spektrofotometer ... 33 3.18 Alur penelitian ... 34 4.1 Histogram rerata pengukuran perubahan warna resin komposit

nanohibrida setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi ... 36 4.2 Sampel resin komposit sebelum dan setelah perendaman dalam saliva

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang banyak dipilih karena memiliki nilai estetik baik (Phinney dan Halstead, 2002:218; Ibrahimet al., 2009:13). Dalam survei yang dilakukan oleh Tyas (2005:81), menunjukkan bahwa dari 100 restorasi, didapatkan hasil untuk penggunaan resin komposit dua kali lebih banyak dibanding amalgam dan hampir empat kali lebih banyak dibandingkan ionomer kaca. Resin komposit mengandung komponen penyusun yang banyak. Komponen penyusun tersebut diantaranya matriks resin, partikel pengisi (filler) anorganik, coupling (interfacial) agent, inhibitor, initiator, aktivator, serta modifier optic (Anusavice, 2003:228-232).

(18)

membuat resin komposit nano dapat diaplikasikan pada gigi anterior maupun posterior.

Pada tahap akhir merestorasi gigi, umumnya dilakukan pemolesan untuk menghasilkan restorasi yang halus dan mengkilap. Namun, beberapa penelitian menyebutkan pemolesan juga dapat menyebabkan kekasaran permukaan pada resin komposit. Pernyataan tersebut dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Scheibe et al. (2009:21) pada resin komposit mikrohibrida, mendapatkan hasil bahwa, permukaan resin komposit menjadi lebih kasar dibandingkan sebelum dilakukan pemolesan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Barakah (2010:73) yang menunjukkan bahwa kestabilan warna dan kekasaran permukaan resin komposit dapat dipengaruhi oleh prosedur pemolesan. Kekasaran pemukaan yang terjadi setelah pemolesan dapat diakibatkan karena pemilihan alat poles dan teknik pemolesan yang kurang baik. Teknik pemolesan yang kurang baik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah teknik pemolesan yang dilakukan dengan arah melintang sehingga guratan yang tampak sesuai dengan arah poles yang dilakukan.

(19)

anggur merah) mendapatkan hasil adanya perubahan warna pada resin komposit nanohibrida setelah dilakukan perendaman. Umumnya penelitian terdahulu menggunakan minuman atau bahan perendam yang mengandung zat pewarna sehingga perubahan warna yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh penetrasi zat warna yang terkandung dalam minuman tersebut. Oleh sebab itu, peneliti ingin membuktikan pengaruh minuman berkarbonasi yang tampak jernih terhadap perubahan warna resin komposit.

Penjelasan diatas telah diuraikan bahwa perubahan warna resin komposit dapat dipengaruhi oleh prosedur pemolesan dan minuman berkarbonasi, selain itu, komposit nano di anggap memiliki permukaan yang halus karena memiliki ukuran partikel pengisi yang sangat kecil. Untuk itu, peneliti ingin menguji bagaimana perubahan warna resin komposit nanohibrida yang dipoles dan tidak dipoles setelah direndam dalam minuman berkarbonasi. Lama perendaman yang digunakan yaitu 7 hari dengan asumsi bahwa seseorang setiap kali minum membutuhkan waktu sekitar 15 menit sehingga 7 hari setara dengan (7 x 24 jam x 60 menit) dibagi 15 menit per hari, hasilnya 672 hari, atau kira-kira setara dengan 2 tahun pengonsumsian minuman berkarbonasi (Apriliaet al., 2007:165). Hal ini berdasarkan penelitian oleh Effendiet al. (2013:5), menyatakan bahwa perubahan warna pada resin komposit yang direndam dengan minuman berkarbonasi rasa lemon mulai signifikan pada perendaman hari ke-7. Namun, belum ada sumber yang menyatakan standar pasti untuk berapa lama resin komposit akan mengalami perubahan warna (Powers dan Sakaguchi, 2012:178).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,

apakah ada perbedaan perubahan warna yang terjadi pada resin komposit nanohibrida yang dipoles dan yang tidak dipoles setelah dilakukan perendaman pada minuman

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan perubahan warna yang terjadipada

resin komposit nanohibrida yang dipoles dan yang tidak dipoles setelah dilakukan

perendaman pada minuman berkarbonasi selama 7 hari.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi dan masyarakat tentang pengaruh minuman berkarbonasi terhadap perubahan warna resin komposit nanohibrida,

2. Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi pentingnya prosedur pemolesan padaresin komposit nanohibrida,

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit

Resin komposit merupakan gabungan dari 2 atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul (Anusavice, 2003:228). Pada bidang kedokteran gigi, resin komposit digunakan untuk merestorasi struktur gigi yang rusak. Resin komposit memiliki warna yang beragam sehingga dapat memenuhi kebutuhan nilai estetik pada pasien (Powers dan Sakaguchi, 2012:162). Keunggulan resin komposit lainnya adalah dapat bertahan lama dalam penggunaannya, mudah dimanipulasi, dan tidak larut dalam cairan rongga mulut.

Ada beberapa klasifikasi dari resin komposit yang diungkapkan oleh para ahli. Berdasakan ukuran partikel bahan pengisinya, resin komposit dibagi menjadi resin komposit konvensional (makrofil), resin komposit berbahan pengisi berukuran kecil (midifil), resin komposit hibrid, dan resin komposit mikrofil (Anusavice, 2003:237). Resin komposit makrofil memiliki partikel pengisi yang berukuran rata-rata 8-12µm (Anusavice, 2003:238). Resin komposit midifil memiliki partikel pengisi yang berukuran rata-rata antara 1-5µm. Resin komposit hibrid memiliki ukuran partikel yang berkisar antara 0.6-1µm (Anusavice, 2003:243). Resin komposit mikrofil memiliki volume bahan pengisi 32%-50% yang mengandung colloidal silica berukuran 0.04-0.4 µm (Anusavice, 2003:238; Powers dan Sakaguchi, 2012:163).

(22)

Resin komposit yang diaktivasi sinar umumnya dikemas dalam bentuk satu pasta (single-paste). Sinar yang digunakan untuk mengaktivasi polimerisasi resin komposit saat ini adalah sinar tampak dengan panjang gelombang yang umum digunakan berkisar 400-500 nm. Resin komposit dual-cured merupakan komposit yang mengandung akselerator kimia dan aktivator cahaya. Polimerisasi yang terjadi pada resin komposit jenis ini diaktivasi dengan sinar dan pada daerah yang kurang mendapatkan sinar akan terjadi polimerisasi secara kimia. Keuntungan dari komposit ini yakni polimerisasi lebih sempurna (Powers dan Sakaguchi, 2006:202).

Selain itu, klasifikasi resin komposit berdasarkan viskositasnya terdiri dari resin komposit packable dan flowable. Resin komposit packable merupakan resin komposit dengan viskositas tinggi dan lengket. Resin komposit ini mengandung partikel pengisi sebanyak 66%-70% volume sehingga menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil (Powers dan Sakaguchi, 2012: 181). Resin komposit flowablemerupakan resin komposit dengan viskositas rendah dengan partikel pengisi hanya 42%-55% volume sehingga lebih cair dibandingkan dengan komposit packable. Komposit ini memiliki modulus elastisitas rendah sehingga bermanfaat untuk area servikal. Namun, komposit ini akan mengalami pengerutan yang besar saat polimerisasi (Powers dan Sakaguchi, 2012: 181).

2.2 Resin Komposit Nanohibrida

(23)

berukuran nano antara 1-100 nm (Powers dan Sakaguchi, 2012:166-167). Sedangkan komposit nanohibrida akan dijelaskan dalam sub subbab berikut.

2.2.1 Definisi Resin Komposit Nanohibrida

Resin komposit nanohibrida merupakan komposit nano yang mengandung partikel pengisi berukuran nano (40 nm) dan partikel berukuran 0.6 µm (Fischer dan Lendenmann, 2010:5; Sideridou et al. 2011: 599; Suzuki et al. 2009:708). Ukuran partikel pengisi yang berbeda membuat resin komposit ini memiliki permukaan yang halus karena partikel yang berukuran nano akan mengisi celah antara partikel yang berukuran mikro. Namun, ukuran partikel yang berbeda tersebut juga membuat komposit nanohibrida dianggap memiliki karakteristik yang hampir sama dengan komposit mikrohibrida sehingga muncul spekulasi bahwa partikel mikro pada komposit nanohibrida akan mudah terlepas (Moraes et al., 2009:552). Bentuk, jenis, dan ukuran partikel pengisi resin komposit akan berpengaruh pada sifatnya, semakin kecil partikel pengisinya maka semakin sedikit celah kecil antar partikel sehingga kemungkinan terlepasnya partikel pengisi semakin sedikit (Moraeset al., 2009:552).

2.2.2 Komposisi Resin Komposit Nanohibrida

(24)

Tabel 2.1 Komposisi Resin Komposit Nanohibrida

Komposisi Jenis Fungsi Persentase

(%) Matriks

Resin

bisphenol A glycidyl methacrylate(bis-GMA), urethane dimethacrylate (UDMA),

bisphenol A ethoxylated methacrylate(bis-EMA) prepolymers

Sebagai basis resin, dapat meningkatkan viskositas trifluoride, mixed oxide, silicon dioxide

untuk memperkuat tumpatan, mengurangi pengerutan saat polimerisasi, penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal

menciptakan ikatan antara bahan pengisi dan matriks resin, memperbaiki sifat fisik dan mekanis resin komposit, serta mencegah penetrasi cairan kedalam bahan pengisi

Inhibitor Hidroquinon Mencegah polimerisasi dini Modifier

optik

Oksida logam Memberi warna

Sumber: Anusavice (2003:228-235); Power dan Sakaguchi (2006:192-194); Fischer dan Lendenmann (2010:10)

(25)

Sum Tahap ini menghasil polimerisasi. Radikal sudah tidak utuh dan m mengubah struktur da menggunakan sinar, (sekitar 465 nm) Camphoroquinone ya terbentuk radikal beba radikal bebas terbent

Gambar 2.1 Matriks resin komposit Sumber: Power dan Sakaguchi (2012:162-163)

risasi Resin Komposit

si dari resin komposit (Powers dan Sakaguchi, 2012:

si merupakan tahap awal dari polimerisasi res asilkan radikal bebas yang berperan untuk me kal bebas adalah molekul atau bagian dari molekul

n molekul ini mudah melekat pada molekul lain s dan fungsi molekulnya. Pada komposit yang diakt

r, pemaparan sinar dengan panjang gelomban nm) akan merangsang fotoinisiator camphor

(26)

saat pasta katalis dan pasta basis mulai dicampurkan. Radikal bebas yang terbentuk akan saling menyatu dengan monomer untuk menciptakan rantai awal.

Inisiator Radikal bebas ( R+)

Gambar 2.2Tahap inisiasi pada reaksi polimerisasi resin komposit Sumber: Powers dan Sakaguchi (2012:170)

b. Propagasi

Propagasi merupakan tahap kedua dari polimerisasi. Pada tahap ini terjadi penambahan monomer yang berikatan dengan radikal bebas secara terus menerus sehingga rantai yang terbentuk semakin panjang menjadi rantai polimer seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 Tahap propagasi pada reaksi polimerisasi resin komposit Sumber: Powers dan Sakaguchi (2012:173)

Reaksi dari sinar, panas, atau kimia Contoh :

Radikal bebas

Radikal bebas

Radikal bebas

Monomer

amina Camphorquinone

Benzoyl peroxide

(27)

c. Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari polimerisasi resin komposit. Pada tahap ini pemanjangan rantai polimer akan terhenti dan membentuk rantai polimer yang stabil. Berikut beberapa reaksi pada tahap terminasi.

Gambar 2.4 Tahap terminasi pada reaksi polimerisasi resin komposit Sumber: Powers dan Sakaguchi (2012:174)

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit Nanohibrida

(28)

dibandingkan dengan komposit jenis lain (tabel 2.2). Kekuatan yang baik tersebut membuat komposit ini dapat digunakan untuk menumpat gigi pada semua kelas. Tabel 2.2 Sifat Resin Komposit

SIFAT

strength(MPa) 130 60-120 80-160 85-110 70-120 4-40 124

Compressive

strength(MPa) 267 240-300 240-290 220-300 210-300 70-220 189 Diametral

tensile strength (MPa)

81 25-40 30-55 - 33-48 6-20 54

Sumber: Fischer dan Lendenmann (2010:10); Power dan Sakaguchi (2012:176); Sutrisno (Tanpa tahun:23)

Namun resin komposit nanohibrida masih memiliki beberapa kelemahan yaitu saat polimerisasi masih terdapat pengerutan yang membuat operator harus memiliki teknik yang baik (Panto, 2011). Selain itu, menurut Turssi (dalam Moraes et a.l, 2009: 552) keausan dan ketahanan terhadap tekanan komposit nanohibrida sama atau bahkan relatif lebih buruk dibandingkan dengan komposit mikrofil. Komposit nanohibrida juga dianggap memiliki karakterisik yang sama dengan komposit mikrohibrida sehingga muncul spekulasi bahwa komposit ini akan cenderung kehilangan partikel yang berukuran besar (Moraeset al.,2009: 552).

2.3 FinishingdanPolishing

2.3.1 DefinisiFinishingdanPolishing

(29)

2.3.2 AlatFinishingdan

acam alat yang dapat digunakan untuk finishing ewarna gigi, diantaranya:

ng burs, ng burs,

oated abrasive discs,

Brushes,

Gambar 2.5 Alatfinishingdanpolishing

ngdanPolishing

kah (2010:19-20) ada beberapa macam tekni

systemmerupakan prosedurpolishingyang hanya m berapa alat yang menggunakan teknik ini diantara

(30)

impregnated cups(contoh PoGo),aluminium and silicon oxide discs(contoh One Gloss), dan silicon carbide brushes (contoh OptraPol, ComposiPro one-step brush, dan Astrobrush)

2. Two step system

Two step system merupakan prosedur polishing yang menggunakan alat poles lebih dari satu. Alat yang menggunakan teknik ini diantaranya fine and superfine diamond burs, aluminium oxide abrasive discs (contoh Sof-Lex discs), diamond dan silicon impregnated soft rubber cups & discs (contoh Jiffy, AstroPol, OptiShine).

(31)

2.4 Minuman Berkarbonasi

2.4.1 Definisi Minuman Berkarbonasi

Menurut Public Health Law & Policy (2011:6) minuman berkarbonasi merupakan salah satu minuman ringan nonalkohol. Minuman berkarbonasi diproses dengan menambahkan karbondioksida (CO2) kedalam air dibawah tekanan dan suhu

yang dingin. Minuman berkarbonasi memiliki sensasi rasa yang menyegarkan dan sensasional sehingga masyarakat senang mengonsumsinya. Hal tersebut juga didukung dengan varian rasa yang beragam dan warna menarik.

2.4.2 Komposisi Minuman Berkarbonasi

Coca Cola Company merupakan salah satu produsen minuman berkarbonasi yang cukup besar dan terkenal. Minuman berkarbonasi terdiri dari dua jenis, yaitu minuman berkarbonasi yang reguler (biasa) dan less sugar. Kedua jenis tersebut diproses dengan mencampurkan air karbonasi dengan bahan pewarna, bahan perasa, dan pemanis. Beberapa komposisi minuman berkarbonasi menurut Australian Beverages CouncildanCoca Cola Company(2011:4-13) diantaraya:

1. Air : merupakan komponen utama minuman berkarbonasi yang terdiri dari 85%-95% volume.

2. CO2 : merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar

yang dihasilkan dari proses respirasi. CO2akan memunculkan gelembung dalam

minuman ringan sehingga rasa minuman akan lebih segar dan sensasional saat diminum.

3. Gula/pemanis : kandungan gula dalam minuman berkarbonasi sebanyak 27 gr atau setara 4-5 sendok teh per 250 ml yakni sekitar 10% volume. Beberapa macam pemanis yang sering digunakan dalam minuman berkarbonasi diantaranya:

(32)

b. minuman berkarbonasi diet (less sugar) : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat. Produk minuman berkarbonasi di Amerika Serikat menggunakan pemanis sintetis mutakhir berupasucralosedanacesulfame-K. 4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream) : kadarnya sekitar 36-48 mg (Australian Beverages Council, 2013:1), dapat membuat tidak mengantuk dan meningkatkan detak jantung sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi, karena berpotensi serangan jantung koroner atau stroke.

5. Bahan pengawet : Umumnya digunakan pengawet sintetis berupa sodium-benzoat. Aman untuk bahan pangan namun ada batas maksimal yang harus diperhatikan.

6. Bahan pewarna : tidak terdapat pada minuman berkarbonasi yang jernih. Beberapa zat pewarna yang digunakan diantaranya zat pewarna alami seperti karamel (pada cola) dan zat pewarna sintetis seperti : karmoisin dan tartrazin. 7. Bahan perasa : berupa perasa alami seperti lemon dan jeruk nipis serta perasa

sintetis seperti rasa jeruk, rasa stroberi, rasa nanas, dan sebagainya.

(33)

Tabel 2.3 Batas cemaran minuman berkarbonasi

JENIS CEMARAN BATAS MAKSIMUM

1. MIKROBA

a. ALT (Angka Lempeng Total) (30oC, 72 jam)

1x102koloni/ml

b. Koliform 1 koloni/ml

c. Salmonella sp. Negatif/100ml

d. Staphylococcus aureus Negatif/ml

e. Kapang dan khamir 1x102koloni/ml

2. LOGAM BERAT (ppm atau mg/kg)

a. Arsen 0,1

b. Kadmium (Cd) 0,003 mg/L

c. Merkuri (Hg) 0,001 mg/L

d. Timah (Sn)

dalam minuman kemasan kaleng

150,0

e. Timbal (Pb) 0,2

Sumber: Peraturan Kepala BPOM RI no. HK.00.06.1.52.4011

2.4.3 Pengaruh Minuman Berkarbonasi terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida

(34)

kekasaran permukaannya. Permukaan yang kasar tersebut akan membuat zat warna pada makanan dan minuman mudah menempel. Selain itu, degradasi matriks akan membuat adanya celah mikro antara bahan pengisi dan matriks resin yang dapat menjadi jalan masuk penetrasinya zat warna ke dalam resin komposit (Nasim, dalam Effendi et al, 2013:2). Penelitian sebelumnya oleh Effendi et al. (2013:1), menunjukkan bahwa ada perubahan warna pada resin komposit nanohibrida setelah dilakukan perendaman dengan minuman berkarbonasi aneka warna dan aneka rasa. Penelitian lain oleh Ardu et al. (2009:695) juga mendapatkan adanya perubahan warna pada resin komposit yang direndam dengan aneka minuman berwarna.

2.5 Spektrofotometer

2.5.1 Definisi Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan sebuah alat ukur intensitas cahaya yang menggunakan cahaya untuk menyinari sebuah objek dan sinar tersebut akan dipantulkan kembali (Barakah, 2010:13). Alat ini menggunakan prinsip kerja dengan mengarbsopsi radiasi gelombang eletromagnetik, bisa menggunakan sinar UV sampai sinar tampak (Anonim, 2010:1). Spektrofotometer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari LaserHe-Ne, Fotodetektor tipe OPT 101, dan multimeter digital.

2.5.2 Laser He-Ne

(35)

kehidupan sehari-hari seperti rekayasa konstruksi, scanner, printer, holografi, dan banyak aplikasi lain.

2.5.3 Fotodetektor tipe OPT 101

Fotodetektor tipe OPT 101 merupakan sensor pengubah intensitas cahaya menjadi tegangan listrik. Fotodetektor tipe OPT 101 dikembangkan menggunakan sumber sinar laser He-Ne dan sensor optik fotodioda. Menurut Dewi et al. (2012:8), sensor optik fotodioda merupakan diode monolit dengan penguat transimpedansi (transcipendance amplifier)on-chipyang tegangan outputnya meningkat secara linier dengan intensitas cahaya. Rangkaian dari transpendansi yang berguna untuk merubah arus input dari sumber arus yang umumnya berupa fotodioda menjadi tegangan sebagai output (Ramus, 2009:2)

2.5.4 Multimeter Digital

MenurutNational Atmospheric Deposition Program, multimeter adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi) alat elektronik saat ini. Multimeter terdapat dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital. Pada multimeter analog, penunjuk hasil pembacaan ditunjukkan dengan jarum, sedangkan pada multimeter digital ditunjukkan dengan angka. Pada perkembangannya, multimeter digital bisa digunakan untuk mengukur temperatur, frekuensi, tegangan AC/DC dan sebagainya.

a. b.

(36)

sampel

Point pemancar

Sumber laser

Foto-detektor Multimeter

digital Fiber

optik 2.5.5 Cara Kerja Spektrofotometer

Pengujian perubahan warna menggunakan spektrofotometer dilakukan dengan cara meletakkan sumber sinar laser He-Ne, fotodetektor tipe OPT 101, multimeter digital, dan sampel pada meja penelitian. Posisi laser He-Ne dan fotodetektor tipe OPT 101 diatur dalam satu garis lurus. Fotodetektor dihubungkan dengan multimeter digital yang berfungsi untuk membaca nilai tegangan yang berasal dari fotodetektor. Menurut Giacomelli et al. dan Puspita et al. (dalam Dewi et al., 2012:7) cara melakukan uji perubahan warna menggunakan alat ini dengan meletakkan sampel pada tempatnya dan disinari dengan cahaya laser He-Ne sampai nilai interval pada multimeter digital tidak berubah.

Hasil pengukuran yang didapatkan pada multimeter digital menjadi indikator perubahan warna dengan satuan Volt. Jika intensitas cahaya yang dipantulkan kembali besar, maka nilai pada multimeter digital akan meningkat. Semakin rendah intensitas cahaya yang dipantulkan kembali (Volt) menunjukkan bahwa warna dari sampel semakin gelap dan berlaku sebaliknya.

(37)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.8 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Adanya pengaruh perendaman minuman berkarbonasi terhadap perubahan warna resin komposit nanohibrida yang dipoles dan tidak dipoles.

interaksi

H+berikatan dengan ikatan rangkap karbon (C=) matriks resin

Rantai polimer terputus

Degradasi matriks

Permukaan resin komposit kasar dan terdapat celah mikro

Terjadi perubahan warna

Minuman berkarbonasi

(H2O + CO2)

pH↓

(asam karbonat)

[H+]↑

Restorasi gigi Resin

Komposit

Makrofil Midifil

Hibrid Mikrofil

(38)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental laboratories dengan rancangan penelitian menggunakanthe post test only control group design.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2015 di Klinik Konservasi Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Minuman berkarbonasi.

3.3.2 Variabel Terikat

Perubahan warna pada resin komposit nanohibrida setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi.

3.3.3 Variabel Terkendali

a. Bentuk dan ukuran sampel, b. Metode pembuatan sampel, c. Metode perendaman sampel,

(39)

3.4 Definisi Operasional

1. Restorasi komposit yang dipoles

Sampel terbuat dari resin komposit nanohibrida Tetric N-ceram® Ivoclar Vivadent dalam bentuk pasta dengan warna A3. Pasta dimanipulasi ke dalam master mould yang terbuat dari potongansyringe insulin dengan ukuran diameter 5 mm dan tebal 2 mm selanjutnya disinar menggunakanLight Emiting Diode(LED)curing unit selama 30 detik (sesuai aturan pabrik) serta dilakukan finishing dan polishing pada satu sisinya.

2. Restorasi komposit yang tidak dipoles

Sampel terbuat dari resin komposit nanohibrida Tetric N-ceram® Ivoclar Vivadent dalam bentuk pasta dengan warna A3. Pasta dimanipulasi ke dalam master mould yang terbuat dari potongansyringe insulin dengan ukuran diameter 5 mm dan tebal 2 mm selanjutnya disinar menggunakanLight Emiting Diode(LED)curing unit selama 30 detik (sesuai aturan pabrik).

3. Minuman berkarbonasi

Minuman berkarbonasi dalam penelitian adalah Sprite® yang diproduksi oleh Coca Cola Company. Minuman dikemas dalam botol ukuran 500 ml. Sprite® merupakan salah satu minuman berkarbonasi dengan rasa lemon dan tidak mengandung zat pewarna. Setiap pergantian larutan perendaman, minuman berkarbonasi yang digunakan merupakan minuman yang baru dan masih tersegel.

4. Perendaman sampel

(40)

masing-masing. Cairan untuk merendam diganti setiap 24 jam sekali. Setelah 7 hari, restorasi dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan menggunakan tisu.

5. Pengujian sampel

Pengujian sampel menggunakan spektrofotometer yang terdiri dari sinar laser He-Ne, fotodetektor tipe OPT 101, dan multimeter digital. Pengujian perubahan warna dilakukan dengan meletakkan sampel, sinar laser He-Ne, dan fotodetektor OPT 101 dalam satu garis lurus. Sampel disinar sampai angka yang ditunjukkan multimeter digital tidak berubah-ubah. Nilai yang tertera pada multimeter digital menunjukkan intensitas warna (mV) dari sampel resin komposit nanohibrida.

6. Intepretasi hasil uji

Semakin tinggi nilai yang ditunjukkan multimeter digital maka semakin terang intensitas cahaya dari sampel, begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian ini yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan perubahan warna pada resin komposit yang dipoles dan tidak dipoles setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

a. Fotodetektor tipe OPT 101,

b. Multimeter digital (Sanwa, Jepang), c. Sinarlaser He-Ne,

d. Master mould dari syringe insulin dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm (Terumo, Jepang),

e. Plastic filling instrument(Dentica, Inggris), f. Stoppersemen (Dentica, Inggris),

g. Plat kuningan,

(41)

i. Anak timbangan 1 kg,

j. Gelas kecil (Pyrex, Indonesia), k. Inkubator (Memmert, Jerman), l. Pinset (Dentica, Inggris),

m. Burstoneputih (638XF 025 RA Alpin meisinger, n. Astrobrush (Ivoclar Vivadent,USA ),

o. Masker, p. Handscoon q. Celluloid strip,

r. Alumunium foil (Klin Pak, Indonesia), s. Tisu (Multi tisu wajah, Indonesia)

t. Timbangan digital (MH-Series 200gr/0.01g Pocket Scale, China), u. Bunsen.

3.5.2 Bahan

a. Minuman berkarbonasisprite®(Coca cola company, Indonesia) b. Resin komposit nanohibridaTetric N-ceram(Ivoclar Vivadent, USA) c. Air,

d. Saliva buatan (Mareciet al., 2005),

3.6 Sampel Penelitian

3.6.1 Bentuk Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah restorasi komposit nanohibrida yang berbentuk tabung dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm (gambar 3.1) dengan permukaan yang rata (Ibrahimet al., 2009).

2 mm

5 mm

(42)

3.6.2 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

n = 2σ

2(Z

1-α+Z1-β)2

12)2

Keterangan:

n = besar sampel minimal

σ = standart deviasi kelompok kontrol Z1-α = standart deviasi padaα = 1.64

Z1-β =standart deviasi pada β = 1.282

µ1-µ2= selisih mean yang bermakna pada kelompok perlakuan

(Lemeshowet al., 1990: 40)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas (lampiran A, hal 48), jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan besar sampel minimal untuk setiap kelompok yakni 8 sampel. Total sampel dalam penelitian ini adalah 32 sampel karena ada 4 kelompok.

3.6.3 Teknik pengambilan Sampel

(43)

3.6.4 Pembagian Kelomp

Resin komposit yang dipoles direndam dengan saliva buatan,

Resin komposit yang dipoles direndam dengan m minuman berkarbonasi,

Resin komposit yang tidak dipoles direnda menggunakan saliva buatan,

Resin komposit yang tidak dipoles direnda menggunakan minuman berkarbonasi.

ian

pel

alat dan bahan yang akan digunakan,

aster mould(gambar 3.2a) ke dalam sumuran pada untuk menjaga stabilitas dimensi dari master moul nipulasi,

3.2 a)master mould, b) Plat kuningan untuk fiksasimast

posit yang akan dimanipulasi menggunakan timba kurang lebih 0,15 gram (gambar 3.3),

(44)

Gambar 3.3 Komposit yang ditimbang

d. Memanipulasi resin komposit pada master mould menggunakan plastic filling instrument, yang sebelumnya telah diberi celluloid strip di bagian dasar sumuran pada plat kuningan, (gambar 3.4),

Gambar 3.4 Komposit yang dimanipulasi ke dalammaster mould

e. Memadatkan resin komposit dengan stopper semen hingga seluruh resin komposit mengisi ruang padamaster mould(gambar 3.5),

Gambar 3.5 Memadatkan resin komposit

(45)

Gambar 3.6 Komposit yang ditutupcelluloid strip

g. Menutupmaster mould dengan tutup kuningan agar permukaan atas komposit menjadi rata dan menambahkan beban menggunakan anak timbangan 1 kg selama 5 menit agar semakin padat (gambar 3.7),

Gambar 3.7 Komposit yang diberi beban

h. Menyinari resin komposit selama 30 detik (sesuai aturan pabrik) menggunakan LED curing unit dengan ujung alat curing menempel pada permukaancelluloid strip(gambar 3.8),

Gambar 3.8 Penyinaran komposit

(46)

a b

Gambar 3.9 a) Mengeluarkanmaster mould; b) Mengeluarkan restorasi komposit dari master mould

i. Melakukan finishing dan polishing pada kelompok komposit yang dipoles dengan kecepatan rendah dan tekanan yang ringan dalam keadaan restorasi yang lembab. Melakukanfinishingdengan menggunakan mata burstoneputih berbentuk silindris dan polishing dengan menggunakan astrobrush dengan arah melingkar sampai permukaan restorasi komposit halus dan mengkilap (gambar 3.10).

a. b

Gambar 3.10 a)Finishingpada sampel; b)polishingsampel

3.7.2 Perendaman Sampel Komposit Nanohibrida

a. Mempersiapkan alat dan bahan untuk perendaman sampel,

b. Membagi sampel (n=32) menjadi 4 kelompok sesuai dengan pengelompokkan sampel dan ditempatkan pada tabung masing-masing yang telah diberi label (gambar 3.12),

(47)

c. Merendam seluruh sampel (n=32) dalam saliva buatan selama 24 jam dan di simpan dalam inkubator pada suhu 37±1oC untuk mengondisikan sampel seperti keadaan fisiologi rongga mulut

d. Mencuci sampel dengan air mengalir dan mengeringkan menggunakan tisu, e. Menuangkan saliva buatan pada gelas A dan C (gambar 3.13),

Gambar 3.12 Menuangkan saliva buatan

f. Menuangkan minuman berkarbonasi pada tabung B dan D dengan sudut antara dinding gelas dan mulut botol dibuat setumpul mungkin agar karbon yang menguap tidak terlalu banyak (gambar 3.14),

Gamba 3.13 Menuangkan minuman berkarbonasi

g. Menutup gelas rendaman dengan alumunium foil dan menyimpan tabung dalam inkubator pada suhu 37±1oC (gambar 3.15),

(48)

h. Mengganti saliva bua Ne, fotodetektor tipe OP prosedur sebagai berikut

buatan dan minuman berkarbonasi setiap 24 jam

sampel satu per satu dengan air mengalir (gamb dengan menggunakan tisu.

Gambar 3.15 Proses mencuci komposit

sebelum dan setelah perendaman dalam minuman berk saliva buatan

ubahan Warna

menggunakan alat spektrofotometer yang terdiri da OPT 101, dan multimeter digital (gambar 3.1 kut:

el pada tempat sampel tepat didepanpointpeman 3.17b),

l dengan laser sampai angka yang ditunjukkan ole ah,

(49)

Gambar 3.17 a) Set alat spektofotometer optik; b) Peletakan sampel didepan pointyang memancarkan sinar laserHe-Neseperti pada panah

3.6 Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh, kemudian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, distribusi data normal apabila didapatkan nilai p > 0,05. Setelah data uji normalitas, analisa dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Levene. Data dikatakan homogen jika nilai p>0,05. Apabila data yang didapat terdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan uji statistik dengan metode parametrik dengan menggunakan One-Way ANOVA untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan antara kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different) untuk melihat perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok pelakuan. Namun apabila data yang diperoleh tidak terdistribusi dengan normal dan/atau tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji non parametrik. Uji non parametrik yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Mann Withneyuntuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan.

Keterangan gambar: 1. Sinar LaserHe-Ne 2. Tempat Sampel 3. Fotodetektor OPT 101 4. Multimeter digital 5. Fiber optic

a

2

1

3

4

5

(50)

3.9 Alur Penelitian

Gambar 3.18 Alur penelitian Seluruh sampel direndam saliva

buatan selama 24 jam

32 restorasi resin komposit nanohibrida

Sampel dipoles (n=16) Sampel tidak dipoles (n=16)

Dicuci dengan air mengalir dan mengeringkan dengan tisu

Pengujian sampel dan intepretasi hasil uji

Tabulasi data

Analisis data

Mencuci dengan air mengalir dan mengeringkan dengan tisu

(51)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Hasil Penelitian

Pengujian perubahan warna dari sampel resin komposit nanohibrida dilakukan di Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Hasil uji perubahan warna pada komposit nanohibrida yang dipoles dan tidak dipoles yang direndam dalam saliva buatan dan minuman berkarbonasi selama 7 hari dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran perubahan warna resin komposit nanohibrida yang dipoles dan tidak dipoles yang direndam dalam saliva buatan dan minuman berkarbonasi.

Intensitas Cahaya (mV)

Komposit yang Dipoles Komposit yang Tidak Dipoles

Sampel

Rerata 416,375 416,125 416,125 398,250

(52)

Gambar 4.1 Histogram r setela

Berdasarkan tabe terbesar terjadi pada ke rerata nilai uji intensita 389,250 ± 4,773 mV. A komposit yang dipoles de intensitas cahaya pada k dengan kelompok yang t rerata nilai uji intensitas hampir sama hanya selis dibanding dengan kelom

Gambar 4.2 Sampel resin k

385

m rerata pengukuran perubahan warna resin komposit n telah perendaman dalam minuman berkarbonasi

abel 4.1 dan gambar 4.1, rerata nilai uji intens kelompok A dengan rerata sebesar 416,375 ± 4,17 nsitas cahaya paling rendah terjadi pada kelom

. Apabila dibadingkan antara nilai intensitas caha s dengan tidak dipoles, maka dapat dikatakan r da kelompok komposit yang dipoles lebih tinggi g tidak dipoles. Selain itu, pada gambar 4.1 dapa itas cahaya pada kelompok A, B, dan C memiliki

lisih kurang dari 1 mV. Sedangkan rerata nilai kel ompok lainnya memiliki perbedaan hingga mencap

n komposit sebelum dan setelah perendaman dalam sal minuman berkarbonasi selama 7 hari

(53)

Berdasarkan gambar 4.2, secara visual pada seluruh kelompok tidak tampak adanya perbedaan warna. Hal ini dikarenakan larutan yang digunakan untuk perendaman sampel tidak mengandung zat warna sehingga tidak ada zat warna yang mempengaruhi warna dari sampel yang digunakan. Namun saat diuji dengan menggunakan spektrofotometer intensitas cayaha pada setiap kelompok sampel terdapat berbeda yang menunjukkan setiap sampel memiliki perbedaan warna.

4.1.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditabulasi dan dilakukan analisis data menggunakan aplikasi SPSS 15.0. Analisis yang pertama dilakukan adalah uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang didapatkan adalah nilai signifikansi pada setiap kelompok p>0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi normal (tabel 4.2).

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas menggunakan ujiShapiro-Wilk

Kelompok df Sig.

Analisis data dilanjutkan dengan analisis homogenitas menggunakan uji Levene untuk mengetahui data tersebut memiliki varian yang homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai p>0,05. Hasil dari uji homogenitas didapatkan bahwa data hasil penelitian ini memiliki varian data yang homogen karena nilai signifikansi data hasil penelitian sebesar 0,180 (tabel 4.3).

Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas menggunakan ujiLevene

Kelompok Levene statistic df1 df2 Sig.

(54)

Data hasil penelitian ini menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji statistik parametrik, yaitu uji One-way Anova. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan data lebih dari dua kelompok. Kriteria dari pengambilan keputusan pada uji ini yaitu jika nilai signifikansinya > 0,05 maka tidak ada beda, dan jika nilai signifikansinya < 0,05 maka ada perbedaan pada data yang diuji. Hasil uji parametrik One-way Anova antar kelompok dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji statistik parametrikOne-way Anova

Source Df Mean Square F Sig.

Antar Kelompok 3 1453,615 46,830 0,000

Berdasarkan uji parametrik One-way Anova didapatkan nilai signifikansi 0,000 yang berarti p<0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok dalam penelitian ini. Untuk mengetahui lebih lanjut dimana letak perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok, maka analisis data dilanjutkan dengan melakukan uji LSD (Least Significant Different). Pada hasil uji LSD didapatkan kelompok yang mengalami perbedaan yang bermakna (p<0,05) terjadi pada kelompok A dibanding D, B dibanding D, dan C dibanding D. Hasil uji LSD dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil uji statistik LSD(Least Significant Difference)

A B C D

A - 0,929 0,929 0,000*

B - - 1,000 0,000*

C - - - 0,000*

D - - -

-Keterangan:

A : Kelompok komposit yang dipoles dan direndam dalam saliva buatan

B : Kelompok komposit yang dipoles dan direndam dalam minuman berkarbonasi

C : Kelompok komposit yang tidak dipoles dan direndam dalam saliva buatan

D : Kelompok komposit yang tidak dipoles dan direndam dalam minuman berkarbonasi

(55)

4.2 Pembahasan

Resin komposit merupakan bahan tumpat dengan nilai estetik yang baik serta dapat bertahan lama hingga mencapai 10 tahun. Namun, resin komposit memiliki kekurangan yaitu dapat menyerap cairan dan zat warna. Perubahan warna pada resin komposit dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Dewi et al., 2012:5-6; Ibrahim et al., 2009:13). Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari resin komposit itu sendiri seperti matriks resin, jenis dan ukuran bahan pengisi, perubahan interfaceantara matriks dan bahan pengisi, serta monomer yang tidak terpolimerisasi sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan sekitar restorasi seperti plak serta makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Faktor intrinsik memiliki peran yang penting dalam perubahan warna. Bahan yang kurang baik akan menyebabkan daya gunanya menjadi kurang maksimal. Ukuran dari bahan pengisi resin komposit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan warna (Abdel-Mohsen et al., 2009:256). Semakin kecil ukuran bahan pengisi maka ketahanan warna semakin baik. Selain itu, matriks resin yang biasa digunakan di kedokteran gigi bersifat hidrofilik yang membuat resin mudah berubah warna. Apabila diurutkan dari yang bersifat hidrofilik paling besar maka didapatkan urutan sebagai berikut TEGDMA - Bis-GMAUDMA - HEMA (Dewiet al., 2012:8). TEGMA bersifat hidrofilik terbesar karena banyak disusun oleh unsur O. Unsur O dalam matriks resin bersifat elektronegatif sehingga cenderung menarik gugus OH-dari air (Ren et al., 2012:49). Saat matriks menyerap air maka akan terjadi ekspansi hidroskopis pada resin kompsit sehingga matriks menjadi kurang stabil dan kepadatan resin komposit menurun.

(56)

pada permukaan resin (Borges et al., 2011:199). Menurut Valinoti et al. (2008) pH merupakan indikator yang dapat dipercaya untuk menentukan konsentrasi awal dari kandugan ion H+, semakin asam larutan maka semakin tinggi ion H+yang terkandung didalamnya. Keasaman dari minuman berkarbonasi disebabkan oleh reaksi antara air (H2O) dan karbondioksida (CO2) yang menghasilkan asam karbonat (H2CO3). Asam

karbonat nantinya akan terdisosiasi dengan cepat membentuk proton dan ion bikarbonat (Ngili, 2009:262). Berikut reaksi yang mungkin terjadi antara air dan karbondioksida :

H2O + CO2⇄H2CO3

H2O + CO2⇄H+ + HCO3

-(Ngili, 2009:262)

Ion H+ yang bebas akan bereaksi dengan ikatan rangkap karbon (C=) pada rantai polimer penyusun matriks resin sehingga terjadi pemutusan rantai polimer. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi pada matriks resin komposit yang membuat partikel pengisi yang berada di tepi mudah terlepas. Adanya pelepasan bahan pengisi ini akan menyebabkan banyak celah kecil pada resin komposit, sehingga resin menjadi kurang padat yang membuat warna komposit menjadi lebih gelap. Dalam produk minuman berkarbonasi, badan pemeriksa obat dan makanan menyatakan penambahan karbon hanya secukupnya saja namun tidak dibatasi berapa banyak karbon yang dapat digunakan sebagai tambahan suatu minuman. Kandungan karbon dalam minuman berkarbonasi juga dapat membuat resin komposit mengalami perubahan warna (Zajkani et al., 2013:88). Karbon aktif yang bebas akan memutus ikatan polimer resin sehingga terjadi perubahan warna. Selain itu, karbon juga dapat berikatan dengan mineral yang terkandung dalam saliva sehingga terjadi pengendapan. Apabila hal tersebut terjadi terus menerus, maka akan tebentuk karang gigi.

(57)

Banyaknya kandungan bahan pemanis diduga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Bahan pemanis yang terjebak dalam celah mikro pada resin komposit menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri yang bersembunyi tersebut akan susah untuk dikendalikan. Apabila akumulasi bakteri semakin banyak maka resin komposit akan mudah mengalami perubahan warna (Effendiet al., 2009:5)

Berdasarkan hasil analisis perbedaan dengan menggunakan uji One-Way ANOVA (lihat tabel 4.4) didapatkan nilai signifikansinya 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan warna pada resin komposit yang dipoles dan tidak dipoles. Perbedaan ini diduga disebabkan karena kekasaran permukaan sampel yang digunakan. Permukaan resin komposit yang tidak dipoles lebih kasar dibandingkan resin komposit yang dipoles sehingga partikel pengisi yang berada dipermukaan akan semakin mudah terlepas akibat keadaan asam dari minuman berkarbonasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa komposit yang tidak dipoles lebih mudah mengalami perubahan warna dibandingkan dengan komposit yang dipoles. Komposit nanohibrida mengandung partikel pengisi yang berukuran nano serta partikel yang berukuran 0.6 µm (Powers dan Sakaguchi, 2012: 166-167; Fischer dan Lendenmann, 2010: 5). Apabila komposit tidak dilakukan pemolesan, partikel yang berukuran besar (0,6 µm) cenderung mudah terlepas dan mengalami perubahan warna.

(58)

Pemolesan dengan arah yang melingkar lebih baik dibandingkan pemolesan yang satu arahnya karena hasil gesekan antara alat poles dan permukaan resin akan lebih halus.

Peneliti menganggap penelitian ini masih kurang sempurna. Perubahan warna pada resin komposit setelah perendaman dalam minuman berkarbonasi pada penelitian ini hanya dilakukan secara laboratoris. Peneliti menyakini bahwa apabila penelitian dilakukan secara klinis pada rongga mulut maka perubahan warna yang terjadi dapat bertambah besar. Hal tersebut dikarenakan dalam rongga mulut banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan warna resin komposit, seperti mikroorganisme, enzim, pH rongga mulut, antibody, dan kemungkinan lainnya.

(59)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan perubahan warna yang signifikan antara komposit yang dipoles dan tidak dipoles dimana komposit yang dipoles lebih tahan terhadap perubahan warna dibandingkan dengan komposit yang tidak dipoles.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, diantaranya:

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat porositas permukaan resin komposit yang dipoles dan tidak dipoles akibat minuman berkarbonasi. b. Diharapkan pada setiap operator yang melakukan penumpatan dengan

komposit selalu disertai pemolesan untuk mengurangi retensi plak dan meningkatkan stabilitas warna resin komposit.

c. Disarankan pada masyarakat yang menumpat gigi menggunakan resin komposit untuk mengurangi konsumsi diet yang mengandung asam terutama minuman berkarbonasi agar resin komposit tidak mudah mengalami perubahan warna.

(60)

DAFTAR BACAAN

Buku dan Jurnal

Abdel-Mohsen, Abdel-Mohsen, El-Enim, Fahmy, dan Abo-El-Ezz. 2009. Evaluation of The Effect of Filler Size Loading, Storage Condition (Wet & Dry); And, Storage Time, on Color Change of Light Cured Composites. Cairo Dent. J., 25(2), 255:262.

Anusavice, K. J. 2003. Buku Ajar: Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. Hal. 227-243.

Aprilia, L. R. dan Erry, R. 2007. Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Perubahan Warna Pada Resin Komposit. Jakarta: Indonesian J. of Dentistry. Vol.14 (3): 164-170.

Ardu, Braud, Gutemberg, Krejci, Dietschi, dan Feilzer. 2010. A long-term laboratory test on staining sesceptibility of esthetic composite resin materials. Quintessence International: Germany. Vol 41. Hal. 695-702.

Barakah, H. M. 2010. Effect of Surface Polishing systems on Color Stability and Surface roughness of Nano-Composite Resin Materials. Thesis. Saudi Arabia: King Saud University. Hal 4-31

Borges, Costa, Saavedra, Komorl, Borges, dan Rode. 2011. Color Stability of Composites: Effect of Immersion Media.Acta Odontal. Vol. 24 (2): 193-199. Coca Cola Company. 2011. “125 years What is Coca Cola? A Briefing on our

ingredients.” Tidak diterbitkan. Leaflet. Hal 1-17.

Dewi, S. K., Yuliati, A., dan Munadziroh, E. 2012. Evaluasi perubahan warna resin komposit hybrid setelah direndam obat kumur.J. PDGI. Vol. 61 (1): 5-9.

(61)

Fischer, K. dan Lendenmann, U. 2010.Scientific Documentation Tetric N-Collection. Tidak diterbitkan. Schaan: Ivoclar Vivadent AG. Hal 1-21.

Ibrahim, M. A. M., Bakar, W. Z. W., dan Husein, A. 2009. A comparison of staining resistant of two composite resins.Archives of Orofacial Sci., 4(1): 13-16. Lemeshow, Hosmer Jr., Klar, dan Lwanga. 1990.Adequacy of Sample Size in Health

Studies. Singapura: World Health Organization.

LeSage, B. 2011. Finishing and Polishing Criteria for Minimally Invasive Composite Restorations.Cosmetic Dentistry. The Academy of General Dentistry. Hal 422-428.

Moraes, Gonçalves, Lancellotti, Consani, Correr-Sobrinho, dan Sinhoreti. 2009. Nanohybrid Resin Composites: Nanofiller Loaded Materials or Traditional Microhybrid Resins?.Operative Dentistry. Vol 34-5. Hal. 551-557.

Mopper, K. W. 2011. Contouring, Finishing, and Polishing Anterior Composites The key to beauty and biologic integrity of long-term restorations lies in the final steps of the procedure. Inside Dentistry.Hal 62-70.

Mozartha, M., Ellyza, H., dan Andi, S. 2010. Pemilihan Resin Komposit Dan Fiber Untuk Meningkatkan Kekuatan Fleksural Fiber Reinforced Composite (FRC). Jurnal PDGI.Vol. 59 (1): 29-34.

Ngili, Y. 2009. Biokimia: Struktur dan Fungi Biomolekul. Ed. 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 262.

Powers, J. M. dan Sakaguchi, R. L. 2006. Craig’s Restirative Dental Materials. 12th Ed. India: Elsevier. Hal 189-207.

Powers, J. M. dan Sakaguchi, R. L. Sakaguchi. 2012. Craig’s Restirative Dental Materials. 13thEd. Philadelphia: Elsevier. Hal 161-191.

Scheibe, Almeida, Medeiros, Costa, dan Alves. 2009. Effect Of Different Polishing Systems On The Surface Roughness Of Microhybrid Composites. J Appl Oral Sci.; 17(1):21-6

(62)

Suryanti, R., Jafar, N., dan Syam, A. 2013. Gambaran Jenis dan Jumlah Konsumi Fast Food dan Soft Drink Pada Mahasiswa Obesitas Di Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan: Universitas Hasanuddin. Hal 1-11.

Suzuki, Kyoizumi, Finger, Kanehira, Endo, Utterodt, Hisamitsu, dan Komatsu. 2009. Resistance of nanofill and nanohybrid resin composites to toothbrush abrasion with calcium carbonate slurry.Dental Materials Journal. 28(6): 708716. Ren, Feng, Serban, dan Malmstrom. 2012. Effects of Common Beverage Colorants

on Color Stability of Dental Composite Resins: The Utility of a Thermocycling Stain Challenge Model in Vitro.Journal of Dentistry(40s): e48-e56.

Tanthanuch, Siriporanannon, Omprasert, Mettasitthikorn, Likhitpreeda, dan Waewangsa. 2014. The Effect of Different Beverages n Surface Hardness of Nanohybrid resin Composite and Giomer. J. Conserv Dent. USA 17(3): 261-265

Valinoti, Neves, Silva, dan Maia. 2008. Surface Degradation Of Composite Resins By Acidic Medicines And pH-Cycling.J Appl Oral Sci.16(4):257-265.

Wongkhantee, Patanapiradej, Maneenut, dan Tantbirojn. 2006. Effect of acidic food and drinks on surface hardness of enamel, dentine, and tooth-coloured filling materials. J Dent. 34(3): 214-220.

Zajkani, Tabrizi, Ghasemi, Torabzade, dan Kharazifard. 2013. Effect of Staining Solutions and Repolishing on Composite Resin Color Change. J. of Islamic Dental Association of IRAN (JIDAI).25(2):84-90

Peraturan Perundang-undangan

Badan Pemeriksa Obat dan Makanan. 2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor HK.00.06.1.52.4011. Jakarta: BPOM.

Internet

(63)

Australian Beverages Council. Tanpa tahun. Carbonated Soft Drinks. [on line]. http://australianbeverages.org/products/products-carbonated-regular-and-diet-soft-drinks/[24 April 2015].

Coca cola. Tanpa tahun. Sprite. [on line]. http://www.coca-cola.co.uk/drinks/sprite/sprite/[3 Septembe 2015]

Effendi, M.C., Nugraeni, Y., dan Pratiwi, R.W. 2013. Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Nanohibrida Akibat Konsumsi Minuman Soda Aneka Warna dan Rasa. [on line]. Tersedia: http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah%20rizky%20widya% 20p.pdf. [7 April 2014].

Eichmiller, F. C. 2015. Evolution, Description, and Application of Dental Materials. [on line]. Tersdia: http://pocketdentistry.com/2-dental-materials/. [24 April 2015].

Euromonitor Internasional. 2011. Americans Drink More Soda Than Anyone Else: A map of soda consumption in 80 countries. [on line]. Tersedia: http://www.slate.com/articles/health_and_science/map_of_the_week/2012/07/ map_of_soda_consumption_americans_drink_more_than_anyone_else_.html [12 Juni 2015]

Jufannisa, R. 2008. Pengaruh Asam dari Minuman Berkarbonasi (Coca-Cola, Indonesia) Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Hibrid.

Yogyakarta [on line]. Tersedia:

http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=yoptumyfkpp-gdl-renyjufann-524[24 Juni 2014].

National Atmospheric Deposition Program. Tanpa tahun. Using a Multimeter. [on line].http://nadp.sws.uiuc.edu/cal/PDF/MulltimeterUse.pdf Hal 1-18 [25 April 2015].

Panto, V. (2011). Nano Hibrid Resin Komposit. [on line]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21456.[10 April 2014].

(64)

%E2%80%99s%20Handbook%20of%20Essential%20Skills%20and%20Proce dures%20for%20Chairside%20Dental%20Assisting&f=false. [24 April 2014].

Public Health Law and Policy. 2011. Breaking Down the Chain: A Guide to the soft drink Industry. [on line]. Tersedia: http://changelabsolutions.org/sites/phlpnet.org/files/Beverage_Industry_Report-FINAL_20110907.pdf [31 Januari 215].

Ramus, X. 2009. Transimpedance Considerations for High-Speed Amplifiers. Aplication Report. Dallas: Texas Instruments Incorporated. Hal. 1-9. [on line]. Tersedia:http://www.ti.com/lit/an/sboa122/sboa122.pdf[26 April 2015].

Spiller, M. S. 2000. Type of Composites. [on line]. Tersedia: http://doctorspiller.com/Composites/types_of_composites.htm[24 April 2015]. Sutrisno, G. Tanpa tahun. Glass-ionomer Cement. Tidak dipublikasi. [on line].

Tersedia : http://staff.ui.ac.id/system/files/users/gatot.sutrisno/material/3-glass-ionomercement.pdf[3 September 2015]

Tyas, M. J. 2005. Placement and Replacement of Restoration by Selected Practitioners. Australian Dental Journal: Australia. Hal. 81-89. [serial online]. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16050086[diakses: 10 April 2014]. Widodo. 2008. Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Soft drink). [on line].

(65)

Lampiran A. Perhitungan Jumlah Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

n = 2σ

2(Z

1-α+Z1-β)2

12)2

n = 2(14,9)

2(1,64+1,282)2

(416-393,3)2

n = 2(222,01)(8,538) 515,3

n = 3791,04

515,3 = 7,36≈8 (Lemeshow, 1990: 40)

Keterangan:

n = besar sampel minimal

σ = standart deviasi kelompok kontrol Z1-α = standart deviasi pada α = 1.64

Z1-β = standart deviasi pada β = 1.282

(66)

Lampiran B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian

a. Fotodetektor tipe OPT 101,

b. Multimeter digital (Sanwa, Jepang), c. Sinarlaser He-Ne,

d. Master moulddarisyringeinsulin dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm (Teruno, Jepang),

e. Plat kuningan,

f. Anak timbangan 1 kg,

g. Gelas kecil (Pyrex, Indonesia),

h. Plastic filling instrument(Dentica, Inggris), i. Stoppersemen (Dentica, Inggris),

j. Pinset (Dentica, Inggris),

k. Light-Emiting Diode(LED)curing unit(Ski, China), l. Astrobrush (Ivoclar Vivadent,USA ),

m. Burstoneputih (638XF 025 RA Alpin meisinger, n. Inkubator (Memmert, Jerman),

o. Masker, p. Handscoon

q. Timbangan digital (MH-Series 200gr/0.01g Pocket Scale, China), r. Tisu (Multi tisu wajah, Indonesia)

s. Bunsen. t. Celluloid strip,

(67)

Gambar. Alat penelitian

a b c

d

e f

g

h i j

n

k

(68)

2. Bahan Penelitian

a. Minuman berkarbona b. Resin komposit nanohi c. Saliva buatan (Mareci

o p

a s

Gambar. Alat penelitian

litian

bonasisprite®(Coca cola company, Indonesia) nohibridaTetric N-ceram(Ivoclar Vivadent, USA)

eciet al., 2005),

Gambar. bahan penelitian

p q r

a

b s

t

u

c

(69)

Lampiran C. Analisis Data Penelitian

saliva buatan .949 8 .706

dipoles direndam

minuman berkarbonasi .957 8 .777

tidak dipoles direndam

saliva buatan .943 8 .638

tidak dipoles direndam

minuman berkarbonasi .971 8 .909

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

2. Uji HomogenitasLevene statistic

Test of Homogeneity of Variances

Test of Homogeneity of Variances kelompok komposit

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.750 3 28 .180

3. UjiOne-way Anova

ANOVA kelompok komposit

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4360.844 3 1453.615 46.830 .000

Within Groups 869.125 28 31.040

(70)

4. Uji LSD (Least Significant Different)

minuman berkarbonasi .250 2.786 .929 -5.46 5.96

tidak dipoles direndam

saliva buatan .250 2.786 .929 -5.46 5.96

tidak dipoles direndam

minuman berkarbonasi 27.125(*) 2.786 .000 21.42 32.83 dipoles direndam

minuman berkarbonasi

dipoles direndam saliva

buatan -.250 2.786 .929 -5.96 5.46

tidak dipoles direndam

saliva buatan .000 2.786 1.000 -5.71 5.71

tidak dipoles direndam

minuman berkarbonasi 26.875(*) 2.786 .000 21.17 32.58 tidak dipoles

direndam saliva buatan

dipoles direndam saliva

buatan -.250 2.786 .929 -5.96 5.46

dipoles direndam

minuman berkarbonasi .000 2.786 1.000 -5.71 5.71 tidak dipoles direndam

minuman berkarbonasi 26.875(*) 2.786 .000 21.17 32.58 tidak dipoles

-27.125(*) 2.786 .000 -32.83 -21.42

dipoles direndam

minuman berkarbonasi -26.875(*) 2.786 .000 -32.58 -21.17 tidak dipoles direndam

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Resin Komposit Nanohibrida
Gambar 2.1 Matriks resin komposit
Gambar 2.2 Tahap inisiasi pada reaksi polimerisasi resin komposit
Gambar 2.4 Tahap terminasi pada reaksi polimerisasi resin komposit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan resin komposit berdasarkan daripada besarnya ukuran partikel bahan pengisi (filler) dan komposisi bahan pengisi yang mempunyai sifat-sifat fisik dan mekanik yang berbeda.

Pada penelitian ini, resin komposit nanofil merupakan resin komposit yang paling stabil terhadap perubahan warna bila dibandingkan resin komposit konvensional dan hibrit

Hasil uji One Way Anova menunjuk- kan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa terdapat pengaruh perendaman resin komposit dalam larutan kopi arabika dengan

Disebutkan juga bahwa resin komposit dengan partikel pengisi yang lebih kecil mempunyai jumlah fraksi volume polimer yang lebih sedikit, sehingga dapat disimpulkan

Menurut Fontes dkk (2012), resin komposit dengan warna yang lebih opak memiliki polimerisasi yang lebih rendah dan sifat mekanis yang buruk dibandingkan resin komposit yang

Resin komposit nano hibrid adalah resin komposit yang dikembangkan dari campuran resin komposit nanofiller dan microfiller , suatu terobosan yang membuat peningkatan

Kekasaran permukaan resin komposit ditentukan oleh ukuran, kekerasan dan jumlah partikel filler, yang juga mempengaruhi sifat mekanik bahan.. Parameter luas kekasaran permukaan

Penelitian yang dilakukan oleh M Jung menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kekasaran permukaan resin komposit nanofiller yang dipoles satu