• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KULIT PENGHUNI DI ASRAMA PUTRI USU TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

HAMIDAH FADHILAH NIM. 101000040

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KULIT PENGHUNI DI ASRAMA PUTRI USU TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

HAMIDAH FADHILAH NIM. 101000040

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

mahasiswa. Tempat tinggal berperan dalam memengaruhi kesehatan seseorang terkait dengan perilaku kesehatan dan kelengkapan fasilitas sanitasi yang tersedia. Permasalahan air bersih yang tidak cukup dapat menyebabkan keluhan kesehatan kulit pada penghuni asrama.

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar, serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.

Teknik pengambilan sampel penilitian ini adalah sistematik random sampling. Sampel penelitian adalah 15 orang penghuni asrama putri lama USU dan 60 orang penghuni asrama putri baru USU.

Hasil penelitian di asrama putri lama USU menunjukkan bahwa 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 93,3% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Di asrama putri baru USU sebesar 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 80,0% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Penghuni asrama putri lama USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 60,0% dan penghuni asrama putri baru USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 78,3%. Komponen fisik di asrama putri USU sudah memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas sanitasi dasar belum memenuhi syarat kesehatan.

Pihak asrama diharapkan menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan, terutama sarana air bersih yang cukup kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Penghuni asrama diharapkan dapat menjaga kebersihan perseorangan dan memanfaatkan fasilitas sanitasi dengan baik sehingga terhindar dari penyakit kulit, serta penghuni yang mengalami keluhan kesehatan kulit disarankan berobat.

(5)

as long as they are studying in the university. A resident is supposed to have its influences for people health related to their health behavior and availability of basic sanitation facilities. Problem in insufficiency clean water supply can cause skin health complaints at the dormitory.

The type of this research was descriptive survey. This research aimed to describe the knowledge, attitude, and actions of inherences about personal hygiene and basic sanitations, physical components and basic sanitation facilities, and skin health complaints of inherences at USU female dormitory.

This research used systematic random sampling technique. There were 15 persons at old USU female dormitory and 60 persons at new USU female dormitory which were participated as samples.

The result of this study showed that 73,3% of respondents at old USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 93,3% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. There were 73,3% of respondents at new USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 80,0% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. Percentage of respondents whose skin health complaints were 60,0% at old USU female dormitory and 78,3% at new USU female dormitory. All physical components in USU female dormitory had already met the health requirements but the basic sanitation facilities had not.

The manager of dormitory was expected to give more concern to serve basic sanitation facilities which meet the health requirements, especially in supplying clean water which wass sufficient in quantity, continuality, and quality. It was expected to the inhabitants to keep personal hygiene and to use basic sanitation facility well to avoid skin diseases and for those who had skin health complaints to have medical treatment.

(6)

Nama : HAMIDAH FADHILAH

Tempat/Tanggal Lahir : Salak / 12 Oktober 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 4 Bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Dusun Ibus Desa Salak Kecamatan

Talawi Kota Sawahlunto SUMBAR

(27747)

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 13 Salak : 1998 - 2004

2. SMPN 3 Sawahlunto : 2004 - 2007

3.SMAN 1 Sawahlunto : 2007 - 2010

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera : 2010 - 2014

Utara

Riwayat Organisasi :

1. Himpunan Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan : 2012 - 2013

(HMP Kesling) FKM USU

2. USU Society for Debating (USD) : 2012 - 2014

3. Tanoto Scholar Association (TSA) Medan : 2013 - 2014

(7)

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa

ta’ala yang tidak mampu dihitung nikmat dan karunia-Nya untuk disyukuri.

Shalawat dan salam kepada RasulullahShalallahu ‘alaihi wa sallam, sang murabbi

umat ini yang mengajarkan cinta dan keteladanan dalam setiap sendi kehidupan

umatnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayahanda

Yusuf Jamal dan Ibunda Nofrianis Ilyas, abang Hanif AWJ, Adinda Annisa

Ikhsani, Adinda Fadhli Jamal Al Zakiy, Uni Elmega Amelia dan seluruh keluarga

yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Dalam penyusunan skripsi yang

berjudul “Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi

Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan

Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014” penulis mendapatkan bantuan,

dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua

Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran,

(8)

penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen penguji I yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi

ini.

7. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan

di FKM USU.

8. Kepala Asrama Putri USU dan mahasiswi penghuni asrama putri USU

yang dengan kemurahan hati berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang Wichan, Fandi, Fiqoh, Isna, Ayu, Minah, Lia,

Cyndi, Devi, Petra, Mei, Erna, Merlin, Kak Nai, Kak Yuli dan seluruh

teman-teman HMP Kesehatan Lingkungan.

10. Dalam dekapan ukhuwah, insya Allah An- Najmi Berampu, Syarifah Al

Idrus, Siti Sundari, Delima, Desi, Faris, Rifnal, Daniel, Abduh, Annisa

Koto, An- Nura Miftah, Dian Elqatrunnada, Henti, Cikgu Sovia, Sang

Murobbiyah Defi, kak Annisa Elita, Kiki Seruni, Anggi kecil, kak Anggi

Humaira, Sa’adah Hanum, Mutia, Rici, Dewi, Sahira, Lila, Lily, Ranti,

Dayah, Rifa, Tina, Fadillah Al Amri, Wahyuni Tandiono, Anestia-chan,

(9)

11. Rekan-rekan di organisasi Shella Elvandari (TSA Medan) dan Elsyam

Maulana (USD).

12. Ibu Erna Mutiara yang selalu penulis kagumi atas dedikasi beliau dalam

perkuliahan dan menjadi teladan dalam kedisiplinan, Bapak Effendi selaku

staff bagian kemahasiswaan FKM yang banyak memberikan motivasi

kepada penulis untuk meningkatkan prestasi, dan Bapak Marihot yang

banyak memberikan bantuan dan arahan selama perjalanan penulis menuju

seminar proposal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

(10)

HALAMAN PENGESAHAN ...i

2.1.1. Macam-macam Personal Hygiene ...6

2.1.2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene... 9

2.2. Kulit ...10

2.2.1. Anatomi Kulit ...11

2.2.2. Fungsi Kulit...12

2.2.3. Penyakit Kulit ...14

2.2.4. Penyebab Penyakit Kulit ...14

2.2.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit ...15

2.3. Sanitasi Dasar ...19

2.3.1. Penyediaan Air Bersih...19

2.3.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban) ...21

2.3.3. Pembuangan Air Limbah ...22

2.3.4. Pengelolaan Sampah ...25

2.4. Perilaku Kesehatan ...30

2.4.1. Pengetahuan ...31

2.4.2. Sikap...32

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ...39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...39

3.2.1. Lokasi Penelitian ...39

3.2.2.Waktu Penelitian ...39

3.3. Populasi dan Sampel...39

3.3.1. Populasi ...39

3.3.2. Sampel...40

3.4. Metode Pengumpulan Data ...42

3.4.1. Data Primer ...42

3.4.2. Data Sekunder ...42

3.5. Defenisi Operasional ...42

3.6. Aspek Pengukuran ...44

3.7. Teknik Analisa data ...51

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...52

4.1.1. Asrama Putri Lama USU ...52

4.1.2. Asrama Putri Baru USU ...54

4.2. Hasil Penelitian tentang Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar ...55

4.2.1. Pengetahuan ...55

4.2.2. Sikap ...62

4.2.3. Tindakan ...70

4.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama ...75

4.4. Gambaran Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama ...78

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar Asrama ...84

5.1.1. Pengetahuan ...84

5.1.2. Sikap ...87

5.1.3. Tindakan ...88

5.2. Gambaran Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama ...91

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...98 6.2. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Lembar Observasi dan Sanitasi Dasar Asrama Lampiran 3. Permenkes No.839/MENKES/SK/VII/1999 Lampiran 4. PP No. 4 Tahun1988 tentang Rumah Susun

Lampiran 5. Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa pada Lembaga Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

(13)

Gambar 2. Tinea Pedis, Tinea Korporis, Tinea Manus ... 17

Gambar 3. Tinea Versikolor (Panu) ... 17

Gambar 4. Penyakit Kulit Karena Gigitan Tomcat ... 18

Gambar 5. Kontainer dan Truk Pengangkut Sampah di Negara Maju ... 25

(14)

Putri Lama dan Asrama Putri Baru USU ... 56 Tabel 4.2 Kategori Pengetahuan Responden Asrama Putri USU tentang

Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 62 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penghuni Asrama Putri

Lama USU... 63 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penghuni Asrama Putri

Baru USU ... 66 Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden Asrama Putri USU tentang Personal

Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 69 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan Penghuni

Asrama Putri Lama USU ... 70 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Tindakan Penghuni

Asrama Putri Baru USU ... 72 Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden Asrama Putri USU tentang Personal

Hygiene dan Sanitasi Dasar ... 75 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri

Lama USU ... 75 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri

Baru USU ... 76 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Kulit

(15)

mahasiswa. Tempat tinggal berperan dalam memengaruhi kesehatan seseorang terkait dengan perilaku kesehatan dan kelengkapan fasilitas sanitasi yang tersedia. Permasalahan air bersih yang tidak cukup dapat menyebabkan keluhan kesehatan kulit pada penghuni asrama.

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar, serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.

Teknik pengambilan sampel penilitian ini adalah sistematik random sampling. Sampel penelitian adalah 15 orang penghuni asrama putri lama USU dan 60 orang penghuni asrama putri baru USU.

Hasil penelitian di asrama putri lama USU menunjukkan bahwa 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 93,3% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Di asrama putri baru USU sebesar 73,3% penghuni memiliki pengetahuan baik, 93,3% memiliki sikap baik, dan 80,0% memiliki tindakan baik tentang personal hygiene dan sanitasi dasar. Penghuni asrama putri lama USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 60,0% dan penghuni asrama putri baru USU yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 78,3%. Komponen fisik di asrama putri USU sudah memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas sanitasi dasar belum memenuhi syarat kesehatan.

Pihak asrama diharapkan menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan, terutama sarana air bersih yang cukup kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Penghuni asrama diharapkan dapat menjaga kebersihan perseorangan dan memanfaatkan fasilitas sanitasi dengan baik sehingga terhindar dari penyakit kulit, serta penghuni yang mengalami keluhan kesehatan kulit disarankan berobat.

(16)

as long as they are studying in the university. A resident is supposed to have its influences for people health related to their health behavior and availability of basic sanitation facilities. Problem in insufficiency clean water supply can cause skin health complaints at the dormitory.

The type of this research was descriptive survey. This research aimed to describe the knowledge, attitude, and actions of inherences about personal hygiene and basic sanitations, physical components and basic sanitation facilities, and skin health complaints of inherences at USU female dormitory.

This research used systematic random sampling technique. There were 15 persons at old USU female dormitory and 60 persons at new USU female dormitory which were participated as samples.

The result of this study showed that 73,3% of respondents at old USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 93,3% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. There were 73,3% of respondents at new USU female dormitory had good knowledge; 93,3% of respondents had good attitude; 80,0% of respondents had good actions about personal hygiene and basic sanitation. Percentage of respondents whose skin health complaints were 60,0% at old USU female dormitory and 78,3% at new USU female dormitory. All physical components in USU female dormitory had already met the health requirements but the basic sanitation facilities had not.

The manager of dormitory was expected to give more concern to serve basic sanitation facilities which meet the health requirements, especially in supplying clean water which wass sufficient in quantity, continuality, and quality. It was expected to the inhabitants to keep personal hygiene and to use basic sanitation facility well to avoid skin diseases and for those who had skin health complaints to have medical treatment.

(17)

1.1 Latar Belakang

Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat

memberikan perlindungan dari ancaman luar, seperti penjahat dan hewan buas,

untuk menjaga privasi, ingin memiliki wahana untuk keluarga, melakukan

aktivitas sehari-hari, melindungi diri dari vektor dan binatang penular penyakit.

Menurut Slamet (2002), rumah sebagai tempat tinggal merupakan tempat untuk

perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh, memberikan perlindungan

dari penyakit menular, perlindungan dari kecelakaan, dan memberikan

perlindungan kepada penghuni yang beresiko tinggi.

Asrama mahasiswa adalah suatu bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa

selama menuntut ilmu yang biasa berlokasi di dekat instansi tertentu yang sesuai

dengan target penghuni yang dimaksud, dengan tujuan dapat meningkatkan

prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha

pengembangan kepribadian mahasiswa (Gata, 2012). Beberapa perguruan tinggi

negeri yang menyediakan asrama bagi mahasiwa adalah Universitas Indonesia,

Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, dan

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara (USU) telah menyediakan asrama untuk tempat

tinggal mahasiswa USU. Saat ini terdapat dua asrama mahasiswa di USU, yakni

(18)

putri untuk mahasiswi terbagi menjadi dua yakni, bangunan asrama putri lama dan

asrama putri baru.

Perilaku penghuni asrama mengenai personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene yang rendah ditunjukkan dari

aktivitas saling pinjam meminjam pakaian, perlengkapan mandi, dan alas tidur

oleh sesama penghuni asrama. Pada lingkungan asrama, personal hygiene yang

rendah dan kelengkapan fasilitas sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam

mencetuskan terjadinya gangguan kesehatan (Rangkuti, 2012).

Menurut Tarwoto & Martonah (2003), kebersihan diri yang buruk akan

mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik

yang sering dialami seseorang apabila tidak menjaga kebersihan diri adalah

gangguan integritas kulit. Sebagaimana dikutip oleh Frenki (2011), kejadian

penyakit skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70% dan di

Kabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000).

Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru tiap

tahunnya kejadian penyakit skabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun

(Ponpes, 2010).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan keterkaitan yang

signifikan antara personal hygiene dan kelengkapan sanitasi dasar dengan kejadian

penyakit kulit. Penelitian Akmal dkk. (2013) di Pesantren Pondok Pendidikan

Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah membuktikan secara statistik kejadian

(19)

penelitian Siregar & Tantowi (1990) di lembaga pemasyarakatan di Palembang

menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yang mempunyai tingkat kebersihan

yang kurang mencapai 83,76%. Penelitian Rangkuti (2012) mengenai personal

hygiene mahasiswa di Asrama Putra USU menunjukkan persentase penghuni

dengan tindakan personal hygiene yang baik hanya sebesar 67,2% dan persentase

yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%. Selain itu kelengkapan

sanitasi dasar yang kurang seperti air bersih di Asrama Putra USU juga berperan

dalam terjadinya keluhan kesehatan kulit penghuni asrama.

Berdasarkan wawancara dengan penghuni asrama putri USU pada 10 April

2014, Delima menyatakan bahwa beberapa orang penghuni asrama putri baru USU

pernah mengalami gejala iritasi pada kulit berupa merah, gatal dan bengkak setelah

bangun tidur. Hal ini disebabkan karena alas tidur tidak dibersihkan sebelum

digunakan untuk tidur, serta terdapat serangga tomcat di kamar asrama. Menurut

Annisa, di asrama putri lama USU, air yang terdapat di asrama keruh dan

kekuningan serta menyebabkan kulit kemerahan disertai gatal. Selain itu, karena

aliran air bersih tidak lancar maka beberapa penghuni mengaku hanya mandi

sekali dalam sehari.

Permasalahan mengenai sanitasi dasar asrama putri USU di antaranya

adalah WC tersumbat di kamar mandi umum yang terjadi pada oktober 2013.

Penyebabnya adalah perilaku penghuni yang membuang sampah pembalut ke

lubang WC. Hal ini menyebabkan kondisi kamar mandi umum kotor dan bau.

Selain itu adalah air yang tidak cukup kuantitas dan kualitasnya. Pada asrama putri

(20)

asrama putri baru aliran air bersih pada blok b, blok c dan blok d mati. Sehingga

menyulitkan penghuni untuk melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal

hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar serta

keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni

tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi

dasar serta keluhan kesehatan kulit penghuni di asrama putri USU.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penghuni asrama putri USU

tentang personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap penghuni asrama putri USU tentang

personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan penghuni asrama putri USU tentang

personal hygiene dan sanitasi dasar asrama.

4. Untuk mengetahui gambaran komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar

asrama putri USU apakah sudah memenuhi syarat kesehatan atau tidak.

5. Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak pengelola asrama putri USU mengenai

gambaran komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar di asrama.

2. Untuk menambah masukan bagi mahasiswa agar lebih memperhatikan

personal hygiene untuk mengurangi keluhan kesehatan kulit.

3. Sebagai masukan bagi mahasiswa untuk memanfaatkan komponen fisik

dan fasilitas sanitasi dasar asrama dengan baik.

4. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai perilaku kesehatan,

personal hygiene, sanitasi dan penyehatan asrama serta mengenai keluhan

kesehatan kulit.

5. Untuk dapat dijadikan referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti lain di

(22)

2.1. Personal hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti

kebersihan perseorangan. Menurut Perry dan Potter (2005), personal hygiene adalah

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri yang kurang adalah kondisi dimana

seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Berbagai

penyakit infeksi dan menular pada manusia disebabkan oleh tingkat kebersihan diri

yang kurang.

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang

dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila yang bersangkutan dapat

menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut

dan gigi, pakaian, mata, hidung, dan telinga serta kebersihan genitalia (Badri, 2008).

2.1.1 Macam-macam Personal hygiene

Macam-macam personal hygiene yang dibahas dalam penelitian ini adalah

kebersihan kulit, rambut dan kulit kepala, kuku dan tangan, kaki, serta genitalia.

a. Kebersihan kulit

Kulit sebagai lapisan terluar yang membungkus tubuh harus diperhatikan

kebersihannya. Selain berpengaruh kepada penampilan seseorang, kebersihan kulit

juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang. Berbagai penyakit kulit sering

(23)

Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian dan

handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih. Menurut

Webhealthcentre (2006) dalam Frenki (2011), aktivitas mandi yang dapat mencegah

individu dari penyakit kulit adalah:

1. Mandi satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis.

2. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang

mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai

kegiatan tersebut.

3. Gunakan sabun yang lembut. Sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi

sehari-hari.

4. Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih,

sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.

5. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.

b. Kebersihan rambut dan kulit kepala

Kasus gangguan kesehatan rambut sangat sering ditemukan, misalnya

ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya seseorang yang berketombe sering

menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut menjadi tidak higienis. Upaya menjaga

kebersihan rambut dan kulit kepala diantaranya adalah keramas dengan memakai

sampo minimal 2 kali dalam seminggu, menjaga kelembaban rambut, dan

menghindari pinjam-meminjam sisir (Badri, 2008).

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Menurut Irianto (2007), tangan dapat menjadi perantara penularan kuman.

(24)

buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor. Mencuci

tangan dengan memakai sabun lebih efektif untuk menghilangkan kotoran yang

menempel di tangan.

Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar baik untuk mencegah penyakit

seperti Schistomiasis. Mencuci kaki perlu dilakukan setelah pulang dari bepergian

dan sebelum tidur, agar kamar tetap bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain

itu, kuku pada jari-jari tangan dan kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran

tidak tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012).

d. Kebersihan genitalia

Pengetahuan yang kurang mengenai kebersihan genitalia menjadi penyebab

terjadinya infeksi pada alat reproduksi dan daerah di sekitarnya. Daerah genitalia

merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Diantara cara untuk

menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya adalah

dengan (Frenki, 2011):

1. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke

belakang dan bukan sebaliknya. Pada cara cebok yang salah, perempuan

lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapat

masuk ke dalam genitalia.

2. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana

dalam. Hal ini dikarenakan pada kulit kelamin yang lembab dan basah,

(25)

2.1.2 Faktor–Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene

Menurut Perry dan Potter (2005), sikap seseorang dalam melakukan personal

hygiene dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Citra tubuh (Body image)

Gambaran seseorang terhadap bagaimana berpenampilan semestinya sangat

berpengaruh pada kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial.

Interaksi sosial seseorang selama hidupnya dapat meningkatkan personal

hygiene. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik hygiene dari orang

tua seperti menggosok gigi sebelum tidur. Hal ini akan menjadi kebiasaan yang

berlanjut hingga dewasa.

c. Status sosio-ekonomi

Perbedaan status sosial dan tingkat kemapanan ekonomi akan menjadikan

tingkat personal hygiene setiap orang berbeda. Pada individu dengan ekonomi yang

mampu akan ada kesadaran untuk mandi minimal dua kali sehari karena fasilitas air

bersih yang tersedia dalam jumlah yang cukup.

d. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai personal hygiene berpengaruh terhadap kesadaran

seseorang untuk menjaga kebersihan diri. Seseorang yang tahu mekanisme penularan

penyakit panu pada kulit tentu tidak akan memakai baju yang sama selama

(26)

e. Budaya

Aturan adat isitiadat dapat mempengaruhi seseorang untuk tidak menjaga

kebersihan diri selama beberapa waktu tertentu. Di daerah-daerah di Indonesia masih

banyak larangan mencuci rambut (bersampo) dan memotong kuku pada wanita

selama haid.

f. Kebiasaan individu

Banyak orang yang tidak menjaga kebersihan diri dikarenakan tidak biasa

melakukannya. Bagi seseorang yang belum membiasakan menggosok gigi sebelum

tidur maka dia akan jarang atau bahkan tidak melakukannya.

g. kondisi fisik/psikis

Ketika mengalami sakit biasanya individu susah menjaga personal hygiene,

seperti kesulitan mandi, dan membersihkan rumah. Hal tersebut juga bisa terjadi

kepada seseorang dengan gangguan psikis seperti stress.

2.2 Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar yang membungkus tubuh manusia. Kulit

terletak di bagian luar tubuh, dengan luas kurang lebih 1,5 m2 dan beratnya sekitar

15% berat badan. Kulit manusia mempunyai fungsi penting untuk melindungi organ

dalam dari berbagai pengaruh luar, baik terhadap faktor fisika, kimiawi, maupun

infeksi. Kulit menjadi sawar terhadap dehidrasi atau cairan dari luar, mengatur suhu

tubuh melalui keringat dan efek vasolidator/ vasokonstriksi pembuluh darah kulit.

Adanya ion hidrogen di lapisan permukaan kulit menjadi pelindung terhadap infeksi

(27)

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,

umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga

berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah

muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia

orang dewasa (Rangkuti, 2012).

2.2.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan struktur fibrosa elastik yang rumit, dan berhubungan

langsung dengan organ dalam melalui jaringan ikat di dermis yang kaya pembuluh

darah, pembuluh limfe, dan serat (Andrianto & Tie, 1989). Rata-rata tebal kulit

adalah 1-2 mm. Paling tebal adalah 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan

yang paling tipis ada di penis.

Kulit dibagi menjadi epidermis, dermis atau korium, dan subkutis atau

hipodermis. Lapisan kulit mulai dari yang terluar adalah sebagai berikut (Andrianto

& Tie, 1989):

a. Epidermis

Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng. Lapisan epidermis

dibagi menjadi (dalam urutan dari permukaan ke dalam) yaitu stratum korneum,

stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

b. Dermis

Dermis (korium, derma atau kutis vera) merupakan lapisan fibrosa padat dan

elastis di bawah epidermis. Dalam jaringan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh

limfe, struktur kelenjar, folikel rambut, otot, jaringan lemak dan saraf bersama organ

(28)

c. Subkutis

Jaringan subkutis (hipoderma) terdiri dari jaringan ikat longgar yang

mengandung liposit dan sel ini menyimpan lemak.

d. Alat tambahan kulit

Alat tambahan kulit(‘appendages’) mencakup kelenjar keringat dan sebasea,

alat ujung saraf, kuku, rambut, otot serta pembuluh darah dan pembuluh getah

bening.

2.2.2 Fungsi Kulit

Brown & Burns (2005) merincikan fungsi-fungsi kulit pada manusia sebagai

berikut:

1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial

Stratum korneum dengan sel-selnya yang saling tumpang tindih dan lemak

interselulernya menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh. Tanpa stratum

korneum maka air yang hilang keluar akan meningkat 10 kali lipat atau lebih.

2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan

mikroorganisme

Stratum korneum merupakan sawar (rintangan) yang sangat efektif terhadap

penetrasi dari luar. Keutuhan struktur stratum korneum juga melindungi terhadap

invasi mikroorganisme.

3. Fungsi-fungsi imunologis

Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan berperan

penting bagi pertahanan tubuh. Keratinosit mempersiapkan antigen eksternal untuk

(29)

4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi ultra violet

Fungsi melanin sebagai pelindung untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat ultra

violet.

5. Mengatur suhu tubuh

Kulit merupakan bagian penting dari sistem pengaturan suhu tubuh. Respon kulit

terhadap keadaan dingin adalah dengan vasokonstriksi dan banyak mengurangi

aliran darah, sehingga akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh.

6. Sintesis Vitamin D

Vitamin D (Kolekalsiferol) dibentuk kulit melalui aktivitas sinar UV pada

dehidrokolesterol.

7. Resptor Sensoris

Kulit banyak mengandung resptor sensoris untuk merasakan panas, dingin, nyeri,

rabaan, tekanan, dan rasa gatal.

2.2.3 Penyakit Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang

baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi

sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap,

2000).

Penyakit kulit yang berbeda bisa menampilkan tanda dan gejala yang sama,

namun penyakit yang sama juga bisa menampilkan tanda dan gejala yang berbeda.

(30)

juga harus diperhatikan. Gejala Subjektif kulit bisa terdiri dari rasa gatal, baal,

seperti terbakar, parestesi, seperti ditusuk-tusuk dan sebagainya.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah

iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,

kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai

(Harahap, 2000). Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah

kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit

kepala, kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).

2.2.4 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit

sangat banyak antara lain:

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi

cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan

trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam

logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang

berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia

karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,

(31)

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan

produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya

penyakit kulit.

2.2.5 Jenis-Jenis Gangguan Kulit

Andrianto & Tie (1989) menyatakan jenis-jenis gangguan kesehatan kulit

yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:

a. Infeksi Bakteri pada Kulit

Beberapa penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri adalah

Pidermi, Ulkus tropikum, Tuberkulosis kutis, Lepra, dan Frambusia tropika. Pidermi

dengan jenis Furunkel (bisul) sangat sering terjadi di semua usia, mulai dari

anak-anak hingga orang dewasa.

Furunkel adalah suatu infeksi folikel rambut dan sekelilingnya oleh S. aureus

atau S. pyogenes. Furunkel memiliki nyeri tekan dan dapat pecah spontan,

mengeluarkan jaringan nekrosisnya lalu furunkel sembuh sendiri. Bakteri dapat

masuk ke lapisan kulit melalui iritasi, tekanan, garukan, dan pencukuran bulu ketiak.

(32)

b. Infeksi Virus pada Kulit

Beberapa gangguan kulit yang disebabkan oleh virus adalah Variola, Herpes

simpleks, Varisela, dan Herpes zoster. Biasanya infeksi virus pada kulit tidak

disebabkan oleh kebersihan diri yang kurang.

c. Infeksi Jamur

Penyakit kulit karena infeksi jamur banyak terjadi di Indonesia, terutama

dengan udara yang lembab dan panas (daerah tropis), hygiene yang kurang baik,

lingkungan yang padat, dan sosio-ekonomi yang rendah. Dermatomikosis dibagi atas

mikosis profunda bila menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit sistemik,

mikosis superfisialis yang terbatas pada kulit dan membrane mukosa, serta mikosis

intermediate bila mempunyai kedua sifat tersebut.

Mikosis superfisialis merupakan jenis paling lazim terjadi diantaranya adalah

Dermatifitosis. Dermatofitosis memiliki nama lain Tinea atau ‘ringworm’ atau

kurap. Berdasarkan tempat munculnya, tinea kapitis bila timbul di kepala, tinea

korporis bila timbul di badan, tinea manus pada tangan, tinea kruris pada lipat paha,

tinea pedis pada kaki, tinea unguium pada kuku, dan tinea barbae pada jengggot.

Penularan terjadi jika terdapat kontak dengan kulit penderita.

(33)

Mikosis superfisialis lainnya adalah Tinea versikolor. Nama lain dari

penyakit kulit ini adalah Pitiriasis versikolor, karena ditemukan skuama halus dan

warnanya bermacam-macam mulai dari putih kelabu, kekuningan, kehitaman, dan

sebagainya. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama panu.

Panu disebabkan oleh Malassezia furfur atau Microsporum furfur. Warna

panu bermcam-macam tergantung warna kulit. Keluhan biasanya berupa gatal

ringan. Panu terutama timbul pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan

tubuhnya, lebih sering pada golongan sosioekonomi rendah.

Gambar 3. Panu (Tinea versikolor)

d. Penyakit Parasit

Penyakit kulit karena parasit diantaranya adalah Skabies, Pedikulosis

(Ftiriasis), Insect bites.

1. Skabies

Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var homonis. Skabies

didapat di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir

scabies adalah manusia; penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang atau

lewat peralatan seperti pakaian. Hal ini dipermudah oleh keadaan penyediaan air

(34)

2. Pedikulosis

Pedikulosis disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis (tuma kepala), P.

humanus var corporis (tuma badan), dan P. phthirus pubis (tuma kemaluan)yang

melekat pada kulit dan menghisap darah. Serta melalui gigitan bisa menularkan

demam balik-balik.

3. Insect bites

Beberapa serangga menimbulkan gangguan pada kulit ketika menggigit

manusia, misalnya Paederus fuscipes. Serangga ini adalah kumbang yang lebih

dikenal dengan nama Tomcat.

Gambar 2.4 Penyakit kulit karena gigitan Tomcat

2.3 Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan

meliputi penyediaan air bersih, jamban, pembuangan air limbah, dan pengelolaan

sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).

2.3.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan sumber daya yang vital bagi kelangsungan hidup manusia.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,

(35)

kuantitas dan kualitas yang layak untuk digunakan. Sumber air yang banyak

dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari:

1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi seperti air sungai

dan air danau. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.

2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi: air tanah dangkal yaitu terjadi

akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah

dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Air tanah biasa didapat

masyarakat dengan membuat sumur.

3. Air angkasa atau air hujan, kualitasnya dapat menurun jika terdapat zat

pencemar di udara.

Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kesehatan diri, dapat

menimbulkan penyakit kulit dan mata (Abram, 1970). Penyakit-penyakit tersebut

antara lain adalah Trachoma, dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan

jamur dan bakteri.

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai

media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000):

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari pendrita atau karier misalnya

Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya

(36)

3. Water Washed disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air

untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat

terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah penyakit kulit

penyakit infeksi aluran pencernaan seperti diare.

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan

dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air,

misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.

Air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Syarat –syarat

kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Syarat fisik: tidak berbau , tidak berasa

b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan

maksimal 500 mg/l

c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa

maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10

untuk air yang berasal dari perpipaan.

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa

tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan,

penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002). Air sumur dan sumber air

perpipaan merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat

(37)

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Ditjen

P2M & PL, 1998). Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai

lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2.

Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyakit yang multikompleks.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri,

kolera, bermacam-macam cacing, Schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2007). Untuk mencegah penularan penyakit dari tinja manusia maka pembuangan

kotoran harus di tempat yang semestinya, yakni jamban. Jamban yang sehat adalah

memenuhi persyaratan antara lain:

1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas

dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan

orang (privacy) dan lain sebagainya.

2. Memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan lain sebagainya.

3. Sedapat mungkin ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu pandangan,

tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

(38)

Tipe-tipe jamban menurut Notoatmodjo (2007) antara lain:

1. Jamban cemplung (Pit Latrine) adalah jamban cemplung sering dijumpai di

daerah pedesaan di Jawa. Jamban cemplung tanpa rumah jamban dan tanpa

tutup akan memudahkan serangga untuk masuk dan menyebarkan bau busuk.

2. Jamban empang (Fishpond Latrine) dibangun di atas empang ikan. Jamban

ini mempunyai fungsi, yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan

oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan

ikan).

3. Septi tank adalah cara yang paling memenuhi persyaratan dan dianjurkan.

Septi tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air

buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Proses tinja di dalam tangki

terbagi dua, yakni proses kimiawi dan biologis.

2.3.3 Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya. Saluran pembuangan

air limbah (SPAL) yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk tidak tertutup

dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini

berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek

estetika (Soejadi, 2003).

1. Karakteristik air limbah

Karakteristik air menentukan bentuk pengolahan yang perlu dilakukan

sehingga penting untuk diketahui. Secara garis besar karakteristik air limbah

(39)

a. Karakteristik fisik

Air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram seperti laturan sabun,

sedikit berbau. Selain itu mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras

dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

b. Karakteristik kimiawi

Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari

air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine,

dan sampah-sampah lainnya. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari dua

gabungan, yakni:

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine, dan

asam amino.

b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun, dan

karbohidrat, termasuk selulosa.

c. Karakteristik biologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga

dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun tidak berperan dalam

proses pengolahannya.

Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu menjadi penyebab gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera,

tifus abdominalis, disentri basiler.

(40)

c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva

nyamuk.

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup

lainnya.

f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak

nyaman, dan sebagainya.

2. Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana

a. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, baru

dibuang ke badan-badan air.

b. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)

Air limbah dialirkan ke kolam, dan melalui pemanfaatan sinar matahari, ganggang

(algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.

c. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes

ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.

2.3.4 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah segala yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai

(41)

a. adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya sampah dibagi menjadi:

a. Sampah ano-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

Sampah dapat mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

patogen) juga dapat menarik seranggga sebagai agen penyebaran dan penularan

penyakit. Sampah harus dikelola sedemikian rupa untuk menghindari dampak buruk

di atas. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing

rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah dikumpulkan di

suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat pembuangan sampah

sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA) sampah.

Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutan sampah diaerah perkotaan

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, dan dibantu oleh partisipasi

masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya didaur ulang menjadi

pupuk.

Tempat pengumpulan sampah dikategorikan baik menurut fungsi apabila

(42)

a. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,

permukaan halus pada bagian dalam.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak

mengotori tangan.

c. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.

d. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat

kegiatan.

e. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.

Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan ke tempat

pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan

serangga, terhindar dari gangguan biantang.

b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut

sampah.

c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.

Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh kendaraan

dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengangkutan sampah antara lain

adalah sebagai berikut:

a. Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan

jaring.

(43)

c. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui.

d. Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah di Indonesia sudah beragam.

Diantaranya adalah sebagai berikut (Damanhuri & Padmi, 2008):

(44)

membawa

Kontainer untuk pengangkutan sampah ada yang terpisah dari truk sehingga

dapat dinaikturunkan dari truk dalam proses pengangkutan sampah. Selain itu ada

truk yang dapat terbuka dengan pengungkit di bagian belakangnya sehingga tidak

memerlukan pekerja khusus untuk mengeluarkan sampah dari truk.

(45)

Gambar 6. Jenis Truk Pengangkut Multi-loader, Arm-roll dan Roll-on

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah pada adalah sebagai

berikut:

1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di

tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar

di dalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk

kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan

sampah lain yang dapat membusuk.

Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik

dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk tanaman dapat

dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat diambil oleh para

pemulung, sehingga permasalahan sampah berkurang.

2.4 Perilaku Kesehatan

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

(46)

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Slamet (2002), Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

(environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan

sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup

kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini mencakup hal-hal berikut:

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen,

manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut

segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah, serta

dampak pembuatan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor)

dan sebagainya.

Perilaku kesehatan memiliki tiga domain, yakni pengetahuan, sikap, dan

tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

(47)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

atau menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

(48)

2.4.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila dirinya ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek.

Pendapat tersebut dalam bentuk setuju, kurang setuju, dan tidak setuju atas

pernyataan yang disediakan.

2.4.3 Tindakan

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat

(49)

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal atau memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik.

2.5 Komponen Fisik Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah

merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh,

maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya. Rumah

juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan

sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002). Rumah sehat menurut Winslow

memiliki kriteria, antara lain:

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis

3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus

(50)

1. Bahan bangunan

a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai ubin dan semen adalah

baik.

b. Dinding yang paling baik adalah tembok, akan tetapi tidak cocok apabila

ventilasi rumah tidak cukup.

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin,

panas dan hujan, debu, asap dan lain-lain.

2. Ventilasi

Ventilasi mempunyai mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah lubang

masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan sebagai lubang

masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak

gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Ada dua macam cara yang dapat

dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan

sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena

juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam

rumah.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara.

3. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang

(51)

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit

penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau

dan akhirnya dapat merusak mata. Sumber cahaya untuk perumahan antara lain:

a. Cahaya alamiah yaitu matahari, rumah yang sehat harus mempunyai jalan

masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela)

luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam

ruangan rumah.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,

seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya,

artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded). Hal ini tidak sehat, sebab

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3

m2untuk setiap orang di dalam keluarga (Slamet, 2002).

2.6 Asrama Mahasiswa

Berdasarkan Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan

pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan

(52)

(rusunawa) yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri. Ketentuan dalam

pembangunan rusunawa untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. luas unit sekurang-kurangnya 21m2

b. kamar mandi komunal berada di luar unit hunian

c. jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan

sebanyak-banyaknya berjumlah 5 lantai

d. lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/ atau komersial

e. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk satu blok (mono block) atau dua

blok (twin block)

Menurut PP No. 4 tahun 1998 tentang rumah susun, sebuah rumah susun

harus memenuhi syarat antara lain, secara teknis semua ruang yang dipergunakan

untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak

langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung

secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen,

dan penggunaan bahan bangunan yang berlaku. Struktur, komponen, dan

penggunaan bahan bangunan harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap gempa,

hujan, angin, dan banjir. Kelengkapan rumah susun antara lain:

a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan

perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air

(53)

b. Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan

perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta

pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan.

c. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas, dan pemasangan.

d. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas dan pemasangan.

e. Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan

terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; tempat pembuangan

sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari

rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota,

dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan,

kebersihan, dan keindahan.

f. Tempat jemuran

(54)

2.7 Kerangka Konsep

Personal Hygiene:

- Kebersihan kulit

- Kebersihan kuku, tangan, dan kaki

- Kebersihan rambut dan kulit kepala

- Kebersihan genitalia

Sanitasi Dasar

Asrama:

-Penyediaan air bersih -Jamban

-Pengelolaan air limbah -Pembuangan sampah

Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri USU Perilaku:

-Pengetahuan -Sikap

-Tindakan

Komponen Fisik Asrama:

- Langit-langit - Dinding - Lantai

(55)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk survei

untuk mengetahui perilaku penghuni asrama putri USU tentang personal hygiene dan

sanitasi dasar, komponen fisik dan fasilitas sanitasi dasar asrama, serta kaitannya

dengan keluhan kesehatan kulit.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di asrama putri lama USU dan asrama

putri baru USU dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut.

2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat.

3. Sebagian besar penghuni asrama pernah mengalami gangguan kesehatan

kulit.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2014

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni asrama putri USU

yang beralamat di Jl. Universitas No. 20 Kampus USU Padang Bulan Medan, baik

yang menghuni bangunan lama atau pun bangunan baru. Penghuni asrama putri lama

(56)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ditentukan jumlahnya dengan

metode perhitungan tertentu. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi sampel

asrama putri lama USU dan asrama putri baru USU.

a. Besar sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro

Yamane sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005):

Rumus :

= 74,7 75 orang responden

Keterangan:

= Besar populasi

= Besar sampel

= Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dari rumus di atas, maka sampel yang di butuhkan di asrama putri USU adalah 75

orang. Sedangkan untuk menentukan besar sampel di asrama putri lama dan baru,

ditentukan secara proporsional dengan:

(57)

orang

Keterangan:

= Besar populasi asrama putri USU

= Besar populasi asrama putri lama USU

= Besar populasi asrama putri baru USU

= Besar sampel asrama putri USU

= Besar sampel di asrama putri lama USU

= Besar sampel di asrama putri baru USU

Dari rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan di asrama putri lama adalah

sebanyak 15 orang dan di asrama putri baru adalah sebanyak 60 orang.

b Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random sampling.

Populasi di urutkan dengan nomor kamar dan setiap penghuni kamar diurutkan

berdasarkan abjad. Populasi asrama putri lama adalah 60 orang, sampel yang

dibutuhkan adalah 15 responden, dengan interval adalah 60/15 = 4. Maka anggota

populasi asrama putri lama yang menjadi sampel adalah setiap elemen yang

mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, . . . sampai mencapai jumlah 15

Gambar

Gambar 1. Furunkel (Bisul)
Gambar 2. Tinea Pedis, Tinea Korporis, Tinea Manus
Gambar 3. Panu (Tinea versikolor)
Gambar 2.4 Penyakit kulit karena gigitan Tomcat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene (pengetahuan tentang personal hygiene, kebersihan kulit, kebersihan tangan,kaki dan kuku dan kebersihan

analisis dan pembahasan dari penelitian tentang Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan

-lebih bersih dan sehat -estetika baik -penempatan lebih fleksibel -hidrolis sering rusak -harga relatif mahal -biaya perawatan lebih mahal -diperlukan lokasi (areal) untuk

Lembaga pendidikan berasrama adalah penyelenggara pendidikan menengah yang berbentuk pendidikan umum, kejuruan dan/ atau keagamaan atau pendidikan terpadu (pendidikan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene (pengetahuan tentang personal hygiene, kebersihan kulit, kebersihan tangan,kaki dan kuku dan kebersihan

hubungan personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit pada pemulung dan. fasilitas sanitasi di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi kesehatan fisik Asrama serta keluhan kesehatan kulit di Pondok

analisis dan pembahasan dari penelitian tentang Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan