KEIKUTSERTAAN WANITA USIA SUBUR
RESIKO TINGGI PADA PROGRAM KB
DI LINGKUNGAN V KELURAHAN
DWIKORA KECAMATAN
HELVETIA KOTA
MEDAN
DAMAYANTI
145102001
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kecamatan Helvetia Tahun 2015
Damayanti
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Latar Belakang: Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, dengan sasaranya adalah meningkatkan partisipasi keluarga dimana prioritas utama diutamakan pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, untuk mengatasi masalah program KB yang ada seperti rendahnya jumlah peserta KB baru 61,9 % dari 71,08 juta pasangan usia subur dan Contraceptive Prevalence Rate yang hanya meningkat 0,5% selama lima tahun diperlukan salah satu unsure yaitu dukungan.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB.
Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah wanita usia subur resiko tinggi yang terdapat di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 49 orang. Analisis data dilakukan dengan teknik pearson chis quare
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mendapat dukungan keluarga yaitu 28 orang (57,1%) dan mayoritas responden ikut serta program KB yaitu 31 orang (63,3%). Hasil uji pearson chis squaremenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB (p=0,001).
Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting diberikan pada wanita usia subur terutama yang memiliki keadaan resiko tinggi agar mau ikut serta pada program KB
Damayanti
D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra
Abstract
Background: Family planning services are geared to support the achievement of the health of mothers and babies, the targets are increasing the participation of families in which the highest priority is placed on EFA that his wife has a state of "4 too", to overcome the problems existing family planning programs such as the low number of new acceptors 61, 9% of the 71.08 million couples of childbearing age and Contraceptive Prevalence Rate is only increased by 0.5% over the five years required one of the elements that support.
Objective: To determine the relationship of family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program.
Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were women of childbearing age who are at high risk of Environmental V Dwikora Village District of Helvetia that meet the criteria of the sample. The total sample of 49 people. Data analysis was performed using pearson chi square.
Results: From the results, the majority of respondents support a family of 28 people (57.1%) and the majority of respondents participating family planning programs which 31 (63.3%). Pearson chi square test results showed that statistically there is a relationship between family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program (p = 0.001).
Conclusion: Research shows that family support is essential given to women of childbearing age who have a particularly high risk states to want to participate in family planning programs
Alhamdulillahirabbila’lamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang
senantiasa memberikan nikmat, terutama nikmat kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikankarya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “Hubungan dukungan
keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB
dilingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan Tahun
2015”, sebagai tahapan akhir pembelajaran dalam program studi D-IV Bidan
Pendidik Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih banyak kepada orang tua penulis, Ibunda Darmi Manurung,
Ayahanda Misran, dan adik-adik penulis Rini Anggriyani dan Rizki Pratama atas
dukungannya baik berupa dukungan moril, materil, kasih sayang, dan do’a,
sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan di F.Kep USU dan bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Sains Terapan.
Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan,
antara lain:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara .
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Dekan Fakultas
3. Dosen Pembimbing Diah Lestari Nasution,SST.M.Keb yang telah banyak
meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan dan dukungan moral
dalam proses bimbingan karya tulis ilmiah.
4. Dosen Penguji, Bapak Dr. dr. Juliandi Harahap, MA dan Ibu Idau Ginting,
S.ST, M.Kes yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh staf dan dosen Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak dan Ibunda yang penulis sayangi, dengan segenap kasih dan sayangnya
telah memberikan dukungan dan motivasi yang besar bagi penulis baik moril
maupun materil serta doa restu yang selalu menguatkan penulis selama
mengikuti pendidikan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Teman-temanyang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan
semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan penelitian ini dan juga untuk menambah ilmu dan pengetahuan
penulis untuk masa yang akan datang.
Januari 2015
Penulis
(Damayanti)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR SKEMA ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii\
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. PerumusanMasalah ... 5
C. TujuanPenelitian 1. TujuanUmum ... 5
2. TujuanKhusus ... 5
D. ManfaatPenelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana (KB) 1. Pengertian ... 7
2. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana ... 7
3. Program KB di Indonesia ... 9
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB ... 9
5. Metode Keluarga Berencana ... 12
B. Dukungan Keluarga 1. Pengertian ... 17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 19
C. Keikutsertaan 1. Pengertian ... 20
D. Keluarga 1. Pengetian ... 22
2. Ciri-Ciri Keluarga ... 22
3. Struktur Keluarga ... 23
4. Fungsi Pokok Keluarga ... 24
5. Keluarga Sejahtera ... 28
E. Wanita Usia Subur Resiko Tinggi... 29
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. KerangkaKonsep ... 32
B. Hipotesis ... 32
C. Defenisi Operasional ... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel ... 34
C. Tempat Penelitian ... 36
D. Waktu Penelitian ... 37
E. Etika Penelitian ... 37
F. Alat Pengumpulan Data ... 39
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 42
J. Pengolahan Data ... 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan ... 55
C. Keterbatasan Penelitian ... 61
D. Implementasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian ... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi operasional ... 34
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik ... 47
Tabel 5.2 Distribusi jawaban responden variabel dukungan ... 48
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga ... 50
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan pada program KB ... 50
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan jenis alat kontrasepsi KB ... 51
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Output Penelitian
Lampiran 7 : Jadwal Penelitian
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 9 : Balasan Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 : Balasan Surat Selesai Penelitian
Kecamatan Helvetia Tahun 2015
Damayanti
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Latar Belakang: Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, dengan sasaranya adalah meningkatkan partisipasi keluarga dimana prioritas utama diutamakan pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, untuk mengatasi masalah program KB yang ada seperti rendahnya jumlah peserta KB baru 61,9 % dari 71,08 juta pasangan usia subur dan Contraceptive Prevalence Rate yang hanya meningkat 0,5% selama lima tahun diperlukan salah satu unsure yaitu dukungan.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB.
Metodologi: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Juni 2015. Subjek penelitian adalah wanita usia subur resiko tinggi yang terdapat di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia yang memenuhi kriteria sampel. Total sampel sebanyak 49 orang. Analisis data dilakukan dengan teknik pearson chis quare
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mendapat dukungan keluarga yaitu 28 orang (57,1%) dan mayoritas responden ikut serta program KB yaitu 31 orang (63,3%). Hasil uji pearson chis squaremenunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program KB (p=0,001).
Kesimpulan: Penelitian membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting diberikan pada wanita usia subur terutama yang memiliki keadaan resiko tinggi agar mau ikut serta pada program KB
Damayanti
D-IV Studies Program Faculty of Nursing Midwife Educator University of Northern Sumatra
Abstract
Background: Family planning services are geared to support the achievement of the health of mothers and babies, the targets are increasing the participation of families in which the highest priority is placed on EFA that his wife has a state of "4 too", to overcome the problems existing family planning programs such as the low number of new acceptors 61, 9% of the 71.08 million couples of childbearing age and Contraceptive Prevalence Rate is only increased by 0.5% over the five years required one of the elements that support.
Objective: To determine the relationship of family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program.
Methodology: The study was cross sectional analytic approach. This research was conducted during the months of February to June 2015. Subjects were women of childbearing age who are at high risk of Environmental V Dwikora Village District of Helvetia that meet the criteria of the sample. The total sample of 49 people. Data analysis was performed using pearson chi square.
Results: From the results, the majority of respondents support a family of 28 people (57.1%) and the majority of respondents participating family planning programs which 31 (63.3%). Pearson chi square test results showed that statistically there is a relationship between family support with the participation of high-risk women of childbearing age in the family planning program (p = 0.001).
Conclusion: Research shows that family support is essential given to women of childbearing age who have a particularly high risk states to want to participate in family planning programs
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan
kependudukan. Aspek –aspek yang penting dalam kependudukan yaitu:
jumlah besarnya penduduk, jumlah pertumbuhan penduduk, jumlah kematian
penduduk, jumlah kelahiran penduduk, dan jumlah perpindahan penduduk
(Anggraini dan Martini, 2011).
Survei terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010 menyebut, jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta orang dan diperkirakan melonjak
menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015. Tahun 2025 angkanya dapat
menembus 273 juta orang dan meningkat menjadi 308 juta tahun 2050.
Sementara berdasarkan data penduduk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) diperkirakan penduduk dunia pada tahun 2050 berjumlah 9,6 miliar
jiwa atau meningkat 3,5 miliar jiwa dari 6,1 miliar jiwa pada tahun 2000.
Sedangkan penduduk Indonesia bertambah sebesar 98 juta jiwa dari 206,2
juta jiwa tahun 2000 menjadi 303,8 juta jiwa pada tahun 2050.
Sementara itu jumlah penduduk miskin berdasarkan data BPS pada 2012
menyebutkan sebanyak 29,13 juta. Dengan jumlah pengangguran mencapai
7,2 juta orang, lulusan SMA dan SMK paling banyak menyumbang angka
pengangguran. Ledakan penduduk tersebut menyumbang pada peningkatan
angka kemiskinan, pengangguran bahkan kematian.Diantaranya AKI dan
AKB lantaran dipicu faktor tak lansung seperti kemiskinan dan minimnya
sehat.Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan karena masih besarnya jumlah ibu dan bayi yang mati.Angka
kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini
masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN
lainnya (Kumalasari dan Andhyyantoro, 2012).
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencatat,
Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) di Indonesia masih di
angka 2,6 atau rata-rata Wanita Usia Subur (WUS) memiliki tiga anak. Angka
itu tidak bergeser sejak 2003 hingga 2012. Padahal, puluhan tahun silam
program KB di Indonesia menjadi model atau contoh bagi negara lain.
Adapun tingginya TFR di antaranya dipicu tingginya perkawinan usia
muda. Penurunan angka kelahiran menurut umur (Age Specific Fertility Rate
/ ASFR), khususnya pada usia remaja (15-19 tahun) tidak signifikan, yaitu 48
kelahiran di 2007, sedangkan target BKKBN turun hingga 30 kelahiran di
2014. Angka kelahiran juga meningkat di usia 20-24 tahun juga meningkat
dari 135 menjadi 138 kelahiran. Padahal kelahiran di usia muda turut memicu
bertambahnya AKI dan AKB. Tinggimya TFR juga dipengaruhi pemakaian
alat KB (Contraceptive Prevalence Rate / CPR) yang rendah. Selama lima
tahun ini CPR hanya meningkat 0,5 atau naik dari 57,4 menjadi 57,9. Hal ini
terjadi karena banyak peserta KB yang mengalami ketidakberlangsungan
(drop out), kegagalan dan efek samping alat kontrasepsi.
TFR selain dipengaruhi oleh CPR juga di pengaruhi oleh Unmet need,
sebesar 12,3% perempuan usia 15-49 tahun tidak ingin menakut efgunakan
karena dilarang oleh suami. Unmet need dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan tidak diinginkan (KTD), yang kejadiannya di Indonesia termasuk
tinggi. Diperkirakan sekitar 6%-16% kematian ibu disebabkan oleh praktik
aborsi yang tidak aman yang dilakukan dalam menanggulangi masalah KTD,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi AKI (RAN Pelayanan Keluarga
Berencana 2014-2015, 2013).
Tak hanya terkait pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, peran KB
sedianya lebih dari itu. Program ini turut mencegah bertambahnya jumlah
AKI dan AKB. Karena seperti diketahui, dekatnya jarak kelahiran antara
anak yang satu dengan yang lainnya, serta jumlah anak yang terlalu banyak
sedikit banyak menjadi faktor meningkatnya AKB dan AKI.Di sinilah peran
KB begitu penting.
Namun faktanya, jumlah peserta KB di Indonesia baru 44 juta pasangan
usia subur. Jumlah peserta KB baru 61,9 persen dari 71,08 juta pasangan usia
subur (PUS) pada 2012. Padahal, targetnya 65 persen.
Sebagai istri harus minta izin suami untuk memakai alat kotrasepsi. Jika
suami tak mengizinkan, mereka tak akan memakai alat kontrasepsi. Sebagian
pemuka agama mengharamkan penggunaan kontrasepsi kecuali dengan
pertimbangan kesehatan.Rendahnya kepesertaan KB bisa memicu berbagai
persoalan kesehatan dan sosial.Angka kematian ibu dan bayi lebih tinggi
(Suryani dan Rosmauli, 2014).
Tujuan program KB adalah untuk membentuk keluarga kecil bahagia
sejahtera, dengan salah satu sasarannya meningkatkan partisipasi keluarga
Keluarga mempunyai fungsi dalam bidang kesehatan, yaitu fungsi
reproduksi. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang
berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal
anak yang diinginkan dalam keluarga dan mengembangkan kehidupan
reproduksi yang sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil
bahagia sejahtera (Setiadi, 2008).
Untuk mengatasi masalah program KB ini maka petugas keluarga
berencana (PKB) melakukan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE-PEDULI) dengan tujuan membentuk keluarga PEDULI : keluarga peduli KB
dan kesehatan reproduksi, keluarga peduli ketahanan keluarga. Salah satu
unsurnya yaitu, “dukungan”, setiap keluarga sesuai dengan potensi dan
kemampuannya berusaha mendukung secara aktif untuk menjadikan keluarga
kecil bahagia sejahtera (Karwati, dkk, 2011).
Pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan
bayi karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan
saat yang tepat, akan menjamin keselamatan ibu dan bayi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pelayanan KB yaitu, prioritas KB diberikan
terutama pada PUS yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu”, tanggung
jawab dalam keikutsertaan ber-KB merupakan tanggung jawab bersama
suami dan istri dan member nasihat tentang metode yang cocok, sesuai
dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
Dengan masalah yang muncul di atas, yaitu: AKI dan AKB yang semakin
diperlukan dukungan keluarga dalam mendorong keikutsertaan WUS, PUS,
dan terutama wanita risiko tinggi dalam program KB untuk meningkatkan
status kesehatan serta menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera. Maka
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah hubungan antara dukungan
keluarga dengan keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada program
KB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita
terutama wanita usia subur beresiko tinggi pada program KB di Lingkungan
V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan
wanita usia subur resiko tinggi pada program KB di Lingkungan V
Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap program KB di
Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota Medan.
b. Untuk melihat keikutsertaan wanita usia subur resiko tinggi pada
program KB di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kec. Helvetia Kota
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan kebidanan
Diharapkan dengan penelitian ini maka pelayanan kebidanan terhadap
program KB tidak hanya sekitar wanita saja untuk dipromosikan, tetapi
juga pada keluarga. Sehingga dengan bertambahnya keaktifan keluarga
dapat mendukung keberhasilan program KB.
2. Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan
Dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah perkembangan
ilmu kebidanan sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul
yang berhubungan dengan asuhan kebidanan.Dan semoga program KB
dapat dilaksanakan di program ANC sehingga membantu si ibu untuk
segera memilih program KB sebelum melahirkan, dan hal tersebut dapat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian KB
a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.10/1992).
b. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood): suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
c. WHO (Expert Comimitte, 1970), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk: mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.
2. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana
Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan
kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah:
a. Jumlah besarnya penduduk
b. Jumlah pertumbuhan penduduk
c. Jumlah kematian penduduk
d. Jumlah kelahiran penduduk
e. Jumlah perpindahan penduduk
KB di Indonesia dimulai pada awal abad XX. Di Inggris, Maria Stopes,
a. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan KB program KB adalah: memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; mengurangi
angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa;
memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas,
termasuk upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta
penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
b. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan
3) Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara
kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 %.
4) Menigkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5% .
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi
21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB Nasional.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB
a. Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di
Indonesia akanmempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB
di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi
masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat
kontrasepsi yang digunakan. Contoh: keluarga dengan penghasilan cukup
akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak
b. Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih
metode kontrasepsi.Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam
masyarakatmengenai berbagai metode, kepercayaan religious, serta
budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status
wanita.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode.Beberapa studi
telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan
oleh pasangan yang lebih berpendidikan.
d. Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religious dapat mempengaruhi klien
dalam memilih metode.Sebagai contoh penganut katolik yang taat
membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagian
pemimpin islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian
lainnya mengijinkan. Di sebagian masyaraka, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makananselama haid sehingga pola haid yang tidak teratur
menjadi masalah.
e. Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka
memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi.Di
daerah-daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki
pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan
untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan
yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan
menjamin keselamatan ibu dan bayi. Pelayanan KB sangat berguna dalam
pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
atau tidak tepat waktu, karena pelayanan KB bertujuan menunda,
menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila anak sudah cukup.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan KB
yaitu sebagai berikut.
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama pada pasangan usia subur
yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 Terlalu”(terlalu tua >35 tahun,
terlalu muda <19 tahun, terlalu banyak >5 anak, terlalu dekat jarak anak
<2 tahun).
b. Tanggung jawab dalam keikutsertaan ber-KB merupakan tanggung
jawab bersama suami dan istri.
c. Memberi informasi yang lengkap dan adil tentang keuntungan dan
kelemahan masing-masing metode kontrasepsi.
d. Memberi nasihat tentang metode yang paling cocok, sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien.
Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Dalam program kesehatan reproduksi, wanita usia reproduksi
pra-nikah mendapat perhatian melaui upaya penanganan program
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), sedangkan untuk ibu usia
reproduksi yang sudah berkeluarga dan belum ingin hamil atau menunda
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera/NKKBS dengan dua anak
cukup.
4. Metode keluarga berencana
Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat
menggunakan metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom,
spermisida, koitus intruptus, pantang berkala) dan metode efektif dengan
hormonal (pil KB progesterone only pil; suntikan KB: depoprovera setiap 3
bulan, norigest setiap 10 minggu, cyclofem setiap bulan; susuk KB setiap 5
tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (copper T,
medusa, seven copper), atau metode KB darurat.Pengguna program KB
adalah yang menggunakan kontrasepsi modern.
a. KB metode efektif
1) Kontrasepsi hormonal
a) Kontrasepsi hormonal pil
Keuntungan dan kerugian memakai KB pil
Keuntungan:
(1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%
(2) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah:
• Ketegangan menjelang menstruasi
• Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
• Nyeri saat menstruasi
• Pengobatan pasangan mandul
(3) Pengobatan penyakit endometriosis
Kerugian:
(1) Harus minum pil secara teratur
(2) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium
(3) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, mual
sampai muntah).
(4) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.
Petunjuk pemakaian KB pil
(1) Minumlah pil KB dengan teratur
(2) Bila lupa, pil KB yang harus diminum menjadi dua buah.
(3) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum
beradaptasi.
(4) Gangguan ringan dalam bentuk mual dan muntah, sebaiknya
diatasi.
b) Kontrasepsi hormonal suntikan
Keuntungan dan kerugian KB suntikan
Keuntungan:
(1) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu
(2) Tingkat efektifitasnya tinggi
(3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
(4) Pengawasan medis yang ringan
(5) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-keguguran atau
pascamenstruasi
Kerugian:
(1) Perdarahan yang tidak menentu
(3) Masih terjadi kemungkinan hamil
(4) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB
menghentikan suntikan KB
c) Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implant
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel
yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80mcg. Konsep
mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi
pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan
lender serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan
menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat
nidasi.
Keuntungan:
(1) Dipasang selama lima tahun
(2) kontrol medis ringan
(3) dapat dilayani di daerah pedesaan
(4) penyulit medis tidak terlalu tinggi
(5) biaya murah
Kerugian:
(1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
(2) Berat badab bertambah
(3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara
b. Kontrasepsi mekanis
Mekanisme kerja lokal AKDR:
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan
limfosit.
2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitasi spermatozoa.
Keuntungan AKDR:
1) AKDR dapat diterima masyarakat dunia.
2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat
5) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
Kerugian:
1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ
2) Terdapat perdarahan
3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basah
4) Dapat terjadi infeksi
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
c. Menghentikan kehamilan
1) Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani
(vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat
produksinya di testis.
Keuntungan:
a) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
b) Sederhana
c) Cepat, hanya memerlukan anastesi local
Kerugian
a) Diperlukan suatu tindakan operatif
b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau
infeksi
c) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual.
2) Tubektomi
Kontrasepsi ini juga disebut kontrasepsi mantap pada wanita,
yaitu tindakan memotong tuba fallopi / tuba uterine.
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba
uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan
dalam jangka panjang sampai seumur hidup (Anggraini dan Martini,
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Dukungan keluarga adalah semua bantuan yang diberikan oleh anggota
keluarga sehingga akan memberikan rasa nyaman secara fisik dan psikologis
pada individu yang sedang merasa tertekan atau stress (Taylor, 2006 dalam
fadilah, 2013).
Dukungan keluarga adalah suatu prose hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat
mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga
(Friedman, 2010 dalam Fadilah, 2013).
Dukungan keluarga dapat berasal dari sumber internal yang meliputi
dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga
besar (Widyastuti, 2009 dalam Fadilah, 2013).
2. Jenis Dukungan Keluarga
Jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998) ada empat, yaitu:
a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit.
b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan desiminator (penyebar informasi).
c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
Menurut Housen (Smet, 1994:136) setiap bentuk dukungan sosial
mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,
meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya
yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain
yang mungkin menghadapi persoalan yang sma atau hampir sama
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri
tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,
bahkan mau membantu memecahkan maslah yang dihadapinya.
c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan
yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang
dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai
bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya
maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif (Setiadi,
2008).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
a. Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Dukungan keluarga yang diberikan ditentukan oleh usia sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan individu. Setiap rentang usia
akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap kesehatan.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi persepsi individu terhadap
dukungan. Kemampuan berpikir individu akan mempengaruhi dalam
memahami factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
kesehatan.
3) Faktor emosi
Faktor emosional sangat berpengaruh terhadap keyakinannya terhadap
dukungan. Individu yang tidak mampu melakukan koping adaptif
terhadap adanya ancaman penyakit akan menyangkal adanya gejala
penyakit dan tidak mau menjalani pengobatan.
4) Spiritual
Aspek spiritual tampak pada individu saat menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan dan bagaimana
b. Faktor eksternal
1) Praktik di keluarga
Cara dan bentuk dukungan yang diberikan keluarga akan
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
2) Faktor sosioekonomi
Faktor sosioekonomi dapat memungkinkan risiko terjadinay penyakit
dan sangat berpengaruh terhadap individu dalam melaksanakan
kesehatannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi biasanya akan lebih
tanggap terhadap kesehatan.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan
individu dalam memberikan dukungan termasuk dalam melaksanakan
kesehatan.
C. Keikutsertaan
1. Pengertian
Keikutsertaan atau partisipasi secara harfiah, berarti “turut berperan
serta dalam suatu kegiatan”, dan keluarga menurut Depkes RI (1988) adalah
sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam
berbagai jenjang kegiatan.Partisipasi adalah keterlibatan anggota
masyarakat dalam pengambilan keputusan, implementasi program, evaluasi
serta memperoleh manfaat dari keterlibatannya dalam pengembangan
program. Partisipasi adalah suatu proses sosial di mana anggota suatu
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya, mengambil keputusan dan
memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya.
Partisipasi dapat terwujud apabila syarat-syarat berikut terpenuhi:
1. Adanya rasa saling percaya antar anggota masyarakat.
Ketidakpercayaandan saling curiga dapat merusak semangat untuk
partisipasi yang mulai tumbuh. Rasa saling percaya diciptakan melalui
suatu niat baik untuk melakukan sesuatu demi kesejahteraan
masyarakat.
2. Adanya ajakan dan kesempatan bagi anggota masyarakat untuk
berperan serta dalam kegiatan atau program.
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh
masyarakat.
4. Adanya contoh dan keteladanan dari para tokoh dan pemimpin
masyarakat.
Cary (1970) mengatakan, bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga
kondisi berikut terpenuhi:
1. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang
memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang
konstruktif untuk program.
3. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program.
Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan
akanberpartisipasi. Demikian juga untuk dua kondisi yang lain (Notoatmodjo,
dkk, 2010).
Pada penelitian ini keikutsertaan pada program KB dimaksudkan adalah
pada wanita usia subur pemakai KB modern, berupa KB pil, suntik, implan,
AKDR, dan kontap atau yang disebut dengan pemakai KB aktif.
D. Keluarga
1. Pengertian
a. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
b. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c. Menurut departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari
suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Ciri-Ciri Keluarga
a. Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) temasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi Pokok Keluarga
a. Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1) Fungsi efektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga
4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fugsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
b. UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994
1) Fungsi keagamaan
a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari
kepada seluruh anggota keluarga.
c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengamalan dari ajaran agama.
d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat.
e) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2) Fungsi budaya
a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai
c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif
globalisasi dunia.
d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
dapat berprilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia
e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang
dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
3) Fungsi cinta kasih
a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar
anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan
terus menerus.
b) Membina tigkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara
kuantitatif dan kaulitatif
c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.
d) Membina rasa, sikap, dan praktikhidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
4) Fungsi perlindungan
a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luar.
c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamana keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
5) Fugsi reproduksi
a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
b) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antar 2 anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
6) Fugsi sosialisasi
a) Menayadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialissasi anak pertama dan utama.
b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik dilingkungan
sekolah maupun masyarakat.
c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal
yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan
(fisik dan mental), yang tidak, kurang diberikan oleh ligkungan
sekolah maupun masyarakat.
d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak,
tetapi juga orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan
7) Fungsi ekonomi
a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam ligkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidapan keluarga.
b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga.
c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,
selaras dan seimbang.
d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
8) Fungsi pelestarian lingkungan
a) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern
keluarga.
b) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
ekstern keluarga.
c) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras, dan seimbang antara lingkingan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
d) Membina kaseadaran, sikap. Dan praktik pelestarian lingkungan
hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia
5. Keluarga sejahtera
Menurut A.Mungit (1996) keluarga yang dibentuk atas dasar perkawian
yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang
layak.Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
Berdasarkan kemampuan kelurga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan
aktualisasinya dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara
Indonesia menuju negara industri, maka negara Indonesia menginginkan
terwujudnya keluarga sejahtera (Setiadi, 2008).
E. Wanita Usia Subur Risiko Tinggi
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun yang berstatus
kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN, 2011). Sedangkan
menurut Depkes RI (2009), wanita usia subur adalah semua wanita yang telah
memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status
perkawinannya.
Dalam obstetri modern terdapat pengertian potensi risiko, dimana suatu
kehamilan dan persalinan selalu mempunyai risiko, dengan kemungkinan
bahaya/risiko terjadinya komplikasi dalam persalinan.Komplikasi dapat ringan
atau berat yang menyebabkan terjadinya kematian, kesakitan, kecacatan pada ibu
Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan risiko/bahaya terjadinya komplikasi pada persalian yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan/bayinya.
Salah satu ciri faktor risiko/masalah dalah faktor risiko/masalah mempunyai
hubungan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan.
Ida Bagus Manuaba menyederhanakan faktor risiko sebagai berikut:
1. Berdasarkan anamnesis.
a. Usia ibu (<19 tahun, >35 tahun)
b. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina,
operasi persalinan atau operasi pada rahim)
c. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterine, sering
mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak
terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat mola hidatidosa
atau korio karsinoma)
d. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi
lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi,
persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan
postpastum, persalinan dengan tindakan (ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar).
2. Hasil pemeriksaan fisik.
a. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145cm,
deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit
b. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis
gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen,
serviks inkompeten, kista ovarium, atau mioma uteri.
Hebert Hutabarat. Membagi faktor kehamilan dengan risiko tinggi
berdasarkan:
1. Komplikasi obstetrik (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35
tahun), paritas (primigravida tua primer atau sekunder, grande
multipara), riwayat persalinan (abortus lebih dari 2 kali, partus
premature 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin dalam rahim,
perdarahan pasca-persalinan, riwayat pre-eklamsia-eklamsia, riwayat
kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan operasi,
terdapat disproporsi sefalopelvik, perdarahan antepartum, kehamila
ganda atau hidramnion, hamil dengan kelainan letak, dugaan
dismaturitas, serviks inkompeten, hamil disertai mioma uteri atau kista
ovarium.
2. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia, hipertensi,
penyakit jantung, hamil dengan diabetes mellitus, hamil dengan obesitas,
hamil dengan penyakit hati, hamil disertai panyakit paru, hamil disertai
penyakit lainnya (Manuaba, A.C., dkk, 2010).
Jadi wanita usia subur resiko tinggi adalah wanita yang berusia 15-49 tahun
yang memiliki keadaan resiko tinggi seperti yang telah dijelskan diatas baik
KERANGKA KONSEP
Bagian ini akan menguraikan kerangka konsep penelitian yang akan menjelaskan
lebih singkat mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Selain itu, pada bab ini
akan menguraikan hipotesis penelitian.
A.Kerangka Konsep Penelitian
Independen Dependen
Keterangan:
: diteliti
: berhubungan
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari maslah penelitian.Hipotesis
penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang menunjukan adanya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan wanita
usia subur resiko tinggi pada program KB di Lingkungan V Kelurahan
Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan. DUKUNGAN
KELUARGA PADA PROGRAM KB
C. Definisi Operasional
ibu resiko tinggi.
1. Instrumental:
a. Bantuan
kuesioner angket Mendukung
jika
satu metode KB
modern
kuesioner angket Ikut serta = 1
Tidak ikut
serta = 0
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian,
waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpul data dan
analisa data
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
korelasi dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik.
Pengukuran pada variabel-variabel tersebut hanya dilakukan satu kali pada
satu saat, ketika waktu penelitian ini berlangsung saja, sehingga pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu
suatu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat
dilakukan pada satu saat.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai
karakteristik tertentu (Siswanto, Susila dan Suyanto, 2013). Pada
penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita usia subur resiko tinggi
yang bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan
Helvetia Kota Medan tahun 2015, yang berjumlah 49 orang yang di dapat
2. Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Siswanto, Susila
dan Suyanto, 2013). Sampel penelitian adalah sebagian wanitausia subur
resiko tinggi yang bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora
Kecamatan Helvetia Kota Medan.
a. Kriteria Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita usia subur yang
mempunyai kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai sampel oleh
peneliti. Adapun kriteria sampel sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
a) Wanita usia subur yang memiliki salah satu kriteria resiko
tinggi.
(1) Usia ibu (<19 tahun, >35 tahun)
(2) Memiliki anak > 4 dan jarak antara anak < 2 tahun.
(3) Memiliki riwayat operasi pada organ reproduksi
(4) Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian
intrauterin, sering mengalami perdarahan saat hamil,
terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5
tahun tanpa KB, riwayat mola hidatidosa atau korio
karsinoma.
(5) Riwayat Persalinan (persalian premature, persalinan
dengan berat bayi lahir rendah, persalian lahir mati,
persalinan dengan: induksi, plasenta manual, perdarahan
ekstraksi vakum, letak sungsang, ekstraksi versi,operasi
sesar).
(6) Memiliki riwayat penyakit saat hamil sebelumnya
b) Bertempat tinggal di Lingkungan V Kelurahan Dwikora
Kecamatan Helvetia Kota Medan
c) Bersedia menjadi responden
d) Telah menikah
2) Kriteria eksklusi
a) Subyek menolak sebagai responden
b) Subyek tinggal sendiri
c) Subyek sedang hamil
b. Besar Sampel
Menurut Polit dan Hungler (1993, dalam buku Nursalam, 2008),
menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin
baik dan representatife hasil yang diperoleh atau dengan kata lain
semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan.
Berdasarkan data populasi maka untuk pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah seluruh populasi yang telah dipilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan sebesar 49 orang.
c. Teknik sampling
Teknik dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara
atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
populasinya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan total
sampling dengankriteriayaitu peneliti meneliti seluruh responden yang
Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan
sebagai berikut:
a) Tahap I: memilih sampel menggunakan tekniktotal sampling
dariwanita resiko tinggi yang bertempat tinggal di Lingkungan
V Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Kota Medan
b) Tahap II: memilih sampel secara proporsional.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan V Kelurahan Dwikora Kecamatan
Helvetia Kota Medan, kerena wilayah tersebut dapat mudah terjangkau untuk
penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama
sebelumnya.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan yaitu penyusunan
proposal penelitian yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Juni
2015, untuk penyusunan proposal dilakukan dari bulan November-Februari
2015, penelitian dan pengolahan hasil penelitian dilakukan dari bulan
Februari-Juni 2015.
E. Etika Penelitian
Prinsip etika dalam penelitian yang menjadi pertimbangan peneliti adalah
1. Prinsip Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif, tanpa intervensi dan
perlakuan, kemanfaatan yang didapat dalam batas perkembangan teoritis
dan keilmuan, tetapi memerlukan informasi tepat dari responden. Peneliti
akan memberikan penjelasan dan meyakinkan responden bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan
mengenai dukungan keluarga dan keikutsertaan wanita resiko tinggi pada
program KB, tidak akan digunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan
responden dalam bentuk apapun, selain itu peneliti sangat berhati-hati
mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada
responden.
2. Prinsip Menghargai Hak Azasi Manusia
Penelitian memperlakukan responden secara manusiawi dan hanya
diminta untuk memberikan informasi mengenai dukungan keluarga dan
keikutsertaan pada program KB. Responden mempunyai hak untuk
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden atau tidak, tanpa
sanksi apapun.Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden.
Memahami dan menerapkan informed consent, yaitu menjelaskan kepada
responden tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, memberikan
kebebasan responden untuk berpatisipasi atau menolak menjadi
responden.peneliti juga meminta tanda tangan responden sebagai bukti
3. Prinsip Keadilan
Kewajiban dalam melakukan penelitian, peneliti memperlakukan
responden secara adil sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya
dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi terhadap mereka yang tidak
bersedia sebagai responden.Keadilan dalam penelitian ini didapatkan oleh
responden juga dengan tidak hanya memberikan data secara bermakna
tetapi mendapatkan pengetahuan juga melalui pendidikan kesehatan dan
berkonsultasi mengenai program KB setelah responden mengisi dan
mengumpulkan kuesioner.
4. Prinsip Kerahasiaan
Peneliti tidak akan menampilkan identitas responden serta menjaga
kerahasiaan data yang diperoleh dengan cara menggunakan kode
responden. Identitas klien hanya ditulis dalam lembar persetujuan sebagai
bukti tanggung jawab kesediaan menjadi responden.
F. Alat Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini untuk
memperoleh data pada kedua variabel adalah data primer.Data primer
merupakan sumber pertama yang diperoleh dari individu atau perorangan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan angket.
Peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden.
3. Alat Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu:
a. Instrumen A: merupakan instrument yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran karakteristik responden meliputi usia,
pendidikan, suku, pekerjaan, paritas, jarak antara usia anak < 2
tahun, memiliki riwayat obstetrik yang tidak baik sebelumya dan
pernah operasi sesar.
b. Instrumen B: merupakan instrumen untuk mengetahui dukungan
keluarga. Instrumen yang dipakai berupa pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner disusun dalam bentuk
pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala nominal. Nilai
masing-masing jawaban pada variabel dukungan keluarga akan
dibagi menjadi jawaban ya bernilai 1 dan tidak bernilai 0.
Masing-masing item pertanyaan terdiri dari: pertanyaan dukungan
instrumental (1-3), dukungan informasional (4-6), dukungan
penilaian (7,8), dukungan emosional (9-16), sehingga total nilai
tertinggi adalah 16.Pengukuran atau penilaian dukungan responden
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan perhitungan nilai
rata-rata atau mean (�̅) dari hasil jawaban responden. Dengan kategori
mendukung : skor ≥ nilai mean ( �̅), dan tidak mendukung: skor
<nilai mean (�̅) dengan kwesioner berjumlah 13 buah.
c. InstrumenC : merupakan instrumen untuk mengetahui keikutsertaan
wanita resiko tinggi pada program KB, jika respoden memakai alat
KB maka responden dikatakan ikutserta = 1, dan jika responden
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang
disusun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan
skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai
korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item
(pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita
ukur.Pertanyaan-pertanyaan diberikan kepada sekelompok responden
sebagai sasaran uji coba.Kemudian pertanyaan-pertanyaan (kuesioner)
tersebut diberi skor atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan
sistem penilaian yang telah ditetapkan. Setelah diperoleh skor dari
masing-masing pertanyaan selanjutnya menghitung korelasi antara skors
masing-masing pertanyaan dengan skors total. Teknik korelasi yang
dipakai adalah teknik korelasi product moment sehingga diperoleh nilai r
dari masing-masing item (pertanyaan). Untuk melihat apakah nilai
korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan, maka perlu dilihat pada tabel
nilai product moment, yang biasanya ada di buku-buku statistik. Jika nilai
r lebih besar dari nilai tabel maka dapat dikatakan item (pertanyaan)
tersebut memenuhi taraf signifikan. Apabila ditemukan item (pertanyaan)
yang tidak signifikan maka item (pertanyaan) tersebut harus diganti atau
direvisi untuk memperoleh alat ukur yang valid.
Uji validitas dilakukan di Desa Aras Panjang dan Desa Martebing
responden, hasil uji validitas terhadap instrument B untuk pernyataan
dukungan keluarga dari 16 pernyataan mempunyai r hasil 0.414 sampai
dengan 0.850, terdapat 3 pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan 3,
9, dan 13. 13 pernyataan lainnya memiliki r hasil lebih besar dari r table
0.444, sehingga pernyataan tersebut dikatakan valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana instrument
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan uji
reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang
sudah memiliki validitas.Cara menghitung reliabilitas alat ukur pada
penelitian ini menggunakan teknik sekali ukur dengan melihat nilai
Alpha Cronbach.
Hasil uji reliabilitas instrument B untuk dukungan keluarga
dilakukan pada 13 pernyataan yang dinyatakan valid, dengan nilai r
alpha (0.936) lebih besar dibandingkan nilai r table (0.361), maka 13
pernyataan yang telah valid tersebut dinyatakan reliable
H. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.Data
primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat
perijinan untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di bagian
Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Alur
birokrasi perijinan peneliti yaitu mulai surat ijin dari Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian di berikan kepada
Kepala Kelurahan Dwikora. Pihak terkait akanmemberikan surat balasan
yang memberikan pernyataan ijin untuk melakukan studi pendahuluan dan
penelitian. Surat tersebut digunakan oleh peneliti untuk mengambil data
penelitian.
Pada penelitian ini data primer diperoleh peneliti melalui tahapan
pengumpulan data dukungan keluarga dan pengumpulan data keikutsertaan
wanita usia subur resiko tinggi pada program KB. Peneliti mendatangi
respondesi dan meminta kesediaan untuk menjadi responden, menjelaskan
tujuan, maksud serta cara pengisian kuesioner, kemudian membagi
kuesioner kepada responden dan meminta responden mengisi kuesioner
yang telah dibuat oleh peneliti.
Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikembalikan dan dicek
kelengkapannya.Kuesioner yang digunakan terdiri dari :.
1. Karakteristik responden
Berisikan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, tinggi badan, riwayat
kesehatan, riwayat persalinan dan agama.
2. Dukungan keluarga pada wanita usia subur resiko tinggi pada program
KB
I. Analisis Data
Semua data terkumpul maka data akan diolah dengan software pengolah
data dengan tahap-tahap berikut :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :
a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan
d.Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawaannya konsisten.
2. Coding
Pada tahap ini dilakukan pengkualifikasian data dan pemberian kode
dari setiap jawaban dalam bentuk angka agar pada saat proses data dapat
mempermudah analisa data.
3. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data
yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada
bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk
pemprosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan