• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan materi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan materi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Kenari

Kenari adalah tumbuhan berpotensi ekonomi yang merupakan anggota suku Burseraceae. Tumbuhan ini berasal dari kawasan Malesia timur dan diambil buahnya untuk dimakan, terutama bagian dalam bijinya. Daerah asalnya terutama adalah Maluku sampai Vanuatu. Paling tidak ada dua spesies yang biasa menghasilkan buah kenari (bahasa Inggris: canarium nut), yaitu Canarium vulgare Leenh. dan C. indicum L. Selain itu, dari luar Indonesia juga diperdagangkan buah dari spesies Canarium lainnya, yaitu C. harveyi dan C. solomonense, yang biasa disebut galip nut dan agak mirip bentuk buahnya

Produk seringkali dipakai sebagai pengganti amandel (almond) untuk menghias kue. Minyak bijinya, yang diekstrak, dapat menggantikan minyak kelapa.

Keempat spesies menghasilkan buah yang bermiripan meskipun ukurannya agak berbeda. Perbedaan keempatnya paling jelas terletak pada daun penyangga (stipula). C. indicum memiliki daun penyangga besar dengan tepi bergerigi. C. vulgare juga memiliki daun penyangga besar tetapi tepinya rata. C. harveyi dan C. solomonense hanya memiliki daun penyangga kecil.

Batangnya mengeluarkan resin yang diperdagangkan untuk campuran vernis dan melicinkan perahu. Resin ini juga dapat digunakan sebagai balsem.

Kayunya berkualitas baik dan dipergunakan sebagai bahan pembuat perahu serta dayungnya.

Rujukan

1. ^ ab Thomson LAJ & Evans B. 2006. Canarium indicum var. indicum and C. harveyi (canarium nut). Lembar informasi dari www.traditionaltree.org. Diakses 2 Januari 2013.

Karakteristik Pohon Kenari (Canarium amboinense Hoch.)

Kenari (Canarium amboinense Hoch.) merupakan keluarga dari Burseraceae. Umumnya terdapat di Indonesia, tetapi tumbuhan ini juga berada di beberapa negara lain seperti Afrika,

(2)

Nigeria Selatan, Madagaskar, Cina Selatan, India, Filipina, dan Bagian Selatan Asia. Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Sapindales Famili: Burseraceae Genus: Canarium

Spesies: Canarium amboinense Hoch. Burseraceae : kenari-kenarian

Tempat tumbuhnya di hutan primer, pada tanah berkapur, tanah berpasir maupun tanah liat, dari ketinggian rendah sampai 1500 meter diatas permukaan laut.

Tinggi pohon kenari sampai 45 meter, sedangkan tinggi banir sampai 3 meter dan lebarnya 1,5 meter. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu konstruksi yang ringan-ringan. Pohon ini akan mengeluarkan resin apabila pepagannya dipotong atau diiris. Minyak Resin ini memiliki bau yang harum, shingga sering digunakan untuk membuat minyak wangi atau parfum. Selain untuk parfum, ada juga yang menggunakannya untuk obat gosok terhadap gatal-gatal atau obat luka. Minyak Resin ini dapat juga digunakan sebagai pembersih rambut dan pembuatan dupa.

Batangnya tegak dengan warna pegagan kelabu, kayu putih, serta teras coklat tua. Jika kulitnya diiris akan mengeluarkan getah kenari, seperti damar, mula-mula berwarna putih dan melekat, kemudian seperti lilin berwarna kuning pucat (elemi). Gum elemi memiliki tekstur lunak, berwarna keputih-putihan berbau aromatik seperti terpentin, dan merupakan hasil eksudasi patologis dari tumbuhan ini. Pohon ini memproduksi gum hanya pada saat daun mulai tumbuh. Selama musim kering, pohon tersebut berada dalam masa dorman, tanpa daun, dan tidak memproduksi resin. Minyak elemi tidak digunakan secara meluas dalam industri parfum. Kadang-kadang minyak tersebut digunakan dalam bahan pewangi sabun dan preparasi teknik yang harganya murah. Namun demikian, minyak ini cocok digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan isolat fellandren yang digunakan untuk pembuatan senyawa minyak atsiri artifisial (tiruan). Gum sejak lama digunakan dalam plaster farmasi dan salep, dan untuk memberikan sifat mantap dalam vanish.

Sistem perakaran pada tanaman ini adalah sistem akar tunggang. Pada sistem akar tunggang, baik akar primer maupun satu atau lebih akar lateral yang menggantikan akar primer pada tahap awal perkembangan kecambah tumbuh lebih cepat dan menjadi lebih besar serta kuat daripada akar-akar lain, sehingga terbentuk satu atau lebih akar –akar utama.

Daunnya majemuk menyirip gasal dengan 4-5 pasang pinak daun yang menjorong memanjang, dengan permukaan licin dan mengkilap. Daun tidak mempunyai daun penumpu.

(3)

sari 8. Tersusun dalam 2 lingkaran yang tidak lengkap. Cakram kelihatan jelas.

Bakal buah beruang 2-3, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji yang apotrop atau epitrop. Berbiji, gepeng, panjang, terdapat 2-3 biji dalam satu buah (berbentuk sawo kecil).

2. Pala

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.

Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan

daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. ABIS,

Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala yang berasal dari Myristica fragrans H. Species lainnya adalah, Myiristica argentea W., M. malabarica dan Myristica saecedanea B. Ketiga-tiganya mempunyai mutu yang rendah sebagai rempah-rempa bila ditinjau dari warna, rasa dan aromanya.

(4)

Pohon pala menyerupai pohon jeruk tinggi mencapai 10 sampai 18 meter. Tanaman ini berumah dua, berati dalam 1 pohon mempunyai bunga jantan atau bunga betina.

Tanaman di daerah beriklim tropis basah dengan curah hujan antara 1600 - 4550 milimeter pada ketinggian daerah 800 meter.

Cara memperbanyak tanaman pala, dilakukan dengan system penyemaian biji yang kemudian dipindahkan ke tanah yang mempenuhi syarat. Tetapi tanah yang paling baik adalah tanah yang berasal dari gunung berapi, tumbuh subur pada daerah pantai. Karena itu pertumbuhan tanaman tersebut sangat baik pada pulau kecil.

Pohon pala mulai berbuah pada umur 8 - 10 tahun, dan hasil maksimum diperoleh pada umur 25 tahun, dan dapat menghasilkan buah hingga umur 60 sampai 70 tahun. Pemanenan dapat dilakukan 3 kali setahun hasil 1000 buah dari pohon pala yang telah tua.

Bunga pala berwarna kuning pucat, lunak dan berbau harum. Buah pala berwarna kuning hijau, tekstur keras, diameter bervariasi antara 3 - 9 sentimeter. Bila buah masak maka daging buahnya akan terbuka, sehingga terlihat biji yang berwarna coklat dan tertutup oleh arilis berwarna merah cerah dan berbentuk seperti jala atau berlubang-lubang. Selaput merah ini jika telah kering disebut fulu (mace). Biji pala kering bewarna coklat berbentuk bulat telur, panjang kira-kira 1.5 - 4.5 sentimeter dan tebal 1 - 2,5 sentimeter.

Berdasarkan bentuk biji, pala dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu: pala "bui" yang mempunyai bentuk biji panjang dan lonjong; pala "pencuri" bijinya tidak mempunyai dinding kasar dan pala "raja" yang mempunyai biji sangat kecil dan daging buah tebal. Pala "putih" dibedakan dari pala lainnya karena mempunyai fuli yang berwarna putih kekuning-kuningan, begitu pula dengan pala "domine" yang mempunyai fuli yang tipis. Berdasarkan daerah penghasilnya, dikenal 2 macam mutu pala yaitu: pala dan fuli "East India" (East India nutmeg and mace). Pala tersebut umumnya dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia terutama di pulau Penang dah kepulauan Maluku. Pala dan fuli West India terdiri dari 4 klas mutu, yang dicirikan oleh daerah penghasilnya, misalnya pala Banda, Siam, Penang dan Papua (Irian).

1) Pala Banda, tergolong pala yang bermutu terbaik dalam perdagangan dan mengandung kira-kira 8 persen minyak atsiri

2) Pala Siam, mempunyai mutu hampir sama dengan pala Banda, tetapi kadar minyaknya lebih kecil (yaitu sekitar 6,5 persen)

3) Pala Penang bermutu baik, sebelum perang dunia kedua, namun sekarang mutunya turun karena sering diserang oleh ulat dan berjamur.

4) Pala dapur (Myristica argentea W.) berbau kurang enak dan mempunyai kadar minyak yang rendah.

Mutu fuli terbagi atas :

1) Fuli banda bermutu paling baik, berwarna jingga terang, dan aromanya sangat enak.

(5)

3) Fuli Siam berasal dari pulau Ternate, Talanda dan Sangihe berwarna lebih muda dibandingkan dengan fuli Banda, umumnya mengandung minyak atsiri 10 persen lebih besar dari minyak yang dihasilkan oleh Pala Banda

4) Fuli Papua, bermutu sangat rendah, karena mempunyai kadar lemak yang tinggi, dan kadar minyak atsiri yang relatif rendah. Pala dan fuli West India, banyak terdapat di Grenada.

Penanganan pasca panen yang dilakukan antara lain Grading, Penjemuran, dan Penyimpanan.

Grading . Biji basah biasanya masih mengandung fuli sehingga perlu dipisahkan dari bijinya terlebih dahulu sebelum dijemur, karena perbedaan kadar minyak antara kedua bahan tersebut. Komposisi bahan yang disuling terdiri dari 90 % biji campuran dan 10% fuli.

Penjemuran. Biji dan fuli pala basah yang telah dipisah , selanjutnya dikeringkan di atas lantai penjemur yang sebaiknya diberi alas tikar, bambu anyam atau tikar plastik. Penjemuran dilakukan dari jam 09.00-14.00 dan dibolak-balik sebanyak 2-3x. Laa penjemuran kurang lebih 4-5 ja/hari tergantung cuaca dan intensitas sinar matahari sampai menghasilkan pala kering dengan kadar air sekitar 15%.

Penyimpanan. Jika tidak segera disuling, biji dna fuli kering tersebut dikemas dalam karung plastik dan ditutup rapat, kemudian disimpan dengan cara ditumpuk dalam gudnag yang tidak tembus cahaya, tidak lembab (suhu 20-30oC), dan letaknya jauh dari ketel suling.

3. Pohon sosis

Buah gada ( Kigelia africana )

Klasifikasi :

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas Asteridae

Ordo Scrophulariales Famili Bignoniaceae Genus Kigelia

(6)

Habitat di daerah tropis

Akar : Akar tunggang jenis banir

Batang : Batang berkayu tumbuh authotrop. Cabang simpodial plagiotrop

Daun : Bangun daun jorong ( 2 : 1 ). Ujung daun runcing . Pangkal daun membulat. Tulang daun menyirip. Tepi daun rata . Termasuk daun majemuk menyirip ganjil

Bunga : Bunga majemuk tangkai ibu perbungaan hampir dua (2) meter menggantung kebawah. Termaksud bunga aksilar atau bunga ketiak

Buah : Lapisan eksokarp mengeras. Panjang buah kurang lebih 50 cm. Lingkar buah 35,5 cm. Filotaksis atau tata letak daun berhadap berkarang semu.

Manfaat :

Untuk mengobati problem penyakit kulit, seperti infeksi jamur,eksim,kebakar,lepra,syphilis kanker dll. Malaria,disentri,diabetes,pneumonia dll Juga untuk obat kecantikan,menghaluskan kulit bijinya untuk pembuatan Bir dan Obat Perangsang nafsu birahi ( afrodisiak)

4. Thevetia peruviana (pers.) K. Schum.

Klasifikasi

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh) Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkanbiji) Divisi Magnoliophyta (Tumbuhanberbunga) Kelas Magnoliopsida (berkepingdua / dikotil) Sub Kelas Asteridae

Ordo Gentianales Famili Apocynaceae Genus Thevetia

SpesiesThevetiaperuviana (Pers.) K.Schum

Botani

Sinonim : ThevetianerrifoliaJuss Nama umum : Oleander

Nama daerah Jawa : Oleander

Deskripsi

Habitus : Semak, tinggi ± 4 m.

Batang : Tegak, bulat, berkayu, percabangansimpodial, bergetah, putih kotor.

Daun : Tunggal, lonjong, tersebar, pertulangan menyirip, Pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, panjang 8-14 cm, lebar 1-2 cm, hijaumuda.

Bunga : Majemuk, lonjong, di ujung batang, tangkai gundul, panjang 2,5-5 cm, hijau muda, kelopak bentuk

lonceng, panjang 1-1,5 cm, mahkota lonjong, bentuk corong, panjang 2-2,5 crn, putih, kepala putik kuning pucat, bentuk kerucut, putih.

Buah : Polong, bulat pipih, hitam mengkilat. Biji : Bulat, coklat kehitaman.

(7)

Khasiat

Daun Theveti aperuviana berkhasiat untuk urus-urus dan kulit batangnya Untuk mencegah muntah.

Untuk urus-urus dipakai± 5 gram, daun segar Theveti aperuviana, dicuci, Direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.

Kandungankimia

DaunThevetia peruviana mengandung alkaloida, saponin dan tanin, sedangkan Batangnya mengandung saponin dan polifenol.

5. Sansevieria

Sansevieria trifasciata

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.

Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseviera digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan.

Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Sansevieria

Sansevieria hyacinthoides

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae (tidak termasuk) Monocots

Ordo: Asparagales

Famili: Ruscaceae Genus: Sansevieria

Thunb.

Spesies

(8)

Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.

Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.

Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.

Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian NASA bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi polusi tersebut.

Ditinjau berdasarkan jenisnya sansevieria ada dua jenis yakni yang pertama yaitu sansevieria keturunan asli/spesies sedangkan yang kedua adalah jenis hasil persilangan/hibridasi yang bisa disebut dengan jenis sansevieria hibrid.

Dari bentuk hibrid inilah sansevieria akan tercipta dengan karakter dan fisik yang berbeda dari induknya atau yang sering disebut dengan spesies hibrid atau sansevieria hibrid. Mutasi sansevieria juga dapat terjadi dari perbanyakan melalui stek daun.

 Artikel dari KapanLagi.com

 Artikel dari sansevierias.blogspot.com

 Artikel dari emirgarden.com

Sansevieria atau Lidah Mertua Tumbuhan Penyerap Racun

Sansevieria atau lidah mertua merupakan salah satu tumbuhan yang mampu menyerap racun (polutan) berbahaya di udara. Tanaman sansevieria atau Lidah Mertua mampu bertindak sebagai pembersih udara dengan menyerap dan menetralisir polutan (racun) dari udara.

Tanaman penyerap racun yang mempunyai bentuk khas dan mudah dikenali ini merupakan sebuah genus dengan nama Sansevieria yang terdiri atas sekitar 70 spesies (jenis).

Selain dikenal dengan Sansevieria, tanaman ini dikenal juga dengan nama lidah mertua atau lidah jin. Nama tumbuhan ini dalam bahasa Inggris, selain dikenal dengan Sansevieria juga dinamai snake plant, mother-in-law´s tongue, devil’s tongue, jinn’s tongue, dan bow string hemp.

(9)

Sansevieria memiliki daun yang berwarna beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.

Ciri sansevieria (lidah mertua) secara umum lainnya memiliki rimpang, berdaun tebal, serta ujung daunnya runcing atau berduri. Mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak pada seluruh bagian tubuh. Mampu hidup di daerah yang kering dan tandus sekalipun.

Macam jenis sansevieria bisa mencapai 70 spesies. Bahkan jika termasuk jenis hibrida macamnya bisa mencapai dua kali lipat lebih. Beberapa spesies sansevieria antara lain; Sansevieria angustiflora , S. cylindrica, S. dawei, S. ehrenbergii, S. grandis, S. hyacinthoides, S. kirkii, S. metallica, S. trifasciata, dan lain-lain.

Tumbuhan Penyerap Racun. Sansevieria atau lidah mertua merupakan salah satu tanaman istimewa lantaran mempunyai kemampuan sebagai penyerap racun (polutan) di udara. Berbagai jenis racun yang mampu diserap oleh Sansevieria antara lain karbonmonoksida, nikotin, benzene, formaldehyde, trichloroethylene, hingga dioksin.

Berdasarkan penelitian Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA; National Aeronautics and Space Administration), sansevieria atau lidah mertua mempunyai kemampuan menyerap hingga 107 jenis unsur berbahaya (racun atau polutan). Riset lainnya menyimpulkan bahwa dengan 5 helai daun sansevieria dewasa mampu menyerap dan membersihkan ruangan seluas 100 m3 dari berbagai jenis polutan.

Manfaat Lain Lidah Mertua. Selain sebagai tumbuhan penyerap racun, Sansevieria atau lidah mertua ternyata mempunyai berbagai khasiat lain. Manfaat itu antara lain seperti; penutup luka, antiseptik, obat wasir, cacar, cacing, penyakit mata dan telinga, dan juga sebagai bahan minuman penyegar tubuh. Beberapa jenis sansevieria juga berkhasiat sebagai anti malaria, anticendawan, antikolesterol, sampai antikanker.

Menilik manfaat dan kemampuan sansevieria sebagai tanaman penyerap racun, keknya tumbuhan ini wajib ditanam terutama buat yang tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi. Apalagi tanaman ini dapat juga ditanam di pot dalam ruangan sekalipun.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Ordo: Asparagales; Famili: Asparagaceae; Genus: Sansevieria.

Referensi dan gambar: http://www.theplantlist.org/browse/A/Asparagaceae/Sansevieria/

en.wikipedia.org/wiki/Sansevieria commons. wikimedia.org/wiki/Category:Sansevieria

6. Arenga piñata (Wurmb) Merr. (Aren). Nama Lokal : Aren, Saguer, ngakonau

Klasifikasi Ilmiah

(10)

Famili : Arecaceae Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata (Wurmb) Merr.

Habitat :

Hutan hujan dataran rendah, dari permukaan laut hingga 700 m.

Kegunaan :

Buah muda dimasak dan dapat dibuat biluluak (kolang-kaling), gula disadap dari tangkai bunga untuk pembuatan gula merah, difermentasi menjadi minuman beralkohol, cuka, Ijuk (serat) digunakan untuk pembuatan sapu. Saringan air, atap rumah, lidi untuk sapu.

Deskripsi :

Daun menjari, panjang hingga 400 cm, 5-10 pada tajuk, ± lurus. Panjang upih daun hingga 130 cm, hancur menjadi jalinan serabut. Panjang tangkai daun hingga 100 cm. Anak daun 40-70 disetiap tulang daun, panjang hingga 110 cm, berujung terkoyak, tersusun ± teratur, mendatar, permukaan bawah tertutup indumentum kelabu, dasar anak daun tak simetris dan berbentuk V (induplicate) bila diiris.

Perbungaan diantara dedaunan,matang mulai dari atas kebawah, sehingga perbungaan tertua berada diujung atas batang, bercabang satu urutan, panjang hingga 110 cm, percabangan melengkung, menjuntai. Tangkai perbungaan ± sama dengan tulang perbungaan, panjang hingga 30 cm.

Buah merah, bulat, sekitar 1,5 cm x 1,5 cm, bekas pangkal putik diujung atas, daging buah berair, berisi penuh hablur bentuk jarum yang gatal. Biji 1-3, ± bulat atau bersudut, endosperma homogen.

Palem Merah Pinang Merah (Cyrtostachys renda) Maskot

Jambi

Palem Merah atau Pinang Merah (Cyrtostachys renda) yang kemudian ditetapkan menjadi flora maskot provinsi Jambi adalah tanaman hias. Dinamakan Palem Merah lantaran pelepah pinang ini berwarna merah menyala. Dan lantaran warna merah pada pelepah daunnya itu Pinang Merah (Cyrtostachys renda) acapkali disebut Pinang Lipstik.

Sayangnya keberadaan Pinang Merah di habitat aslinya makin terancam lantaran eksploitasi besar-besaran untuk diperdagangkan sebagai tanaman hias. Palem ini pun termasuk salah satu dari 14 jenis palem yang dilindungi di Indonesia.

Selain disebut Palem Merah tanaman ini juga dikenal sebagai Pinang Merah dan Pinang Lipstik. Sedang dalam bahasa Inggris, flora identitas provinsi Jambi ini dikenal sebagai Lipstick Palm, Scarlet Palm, Sealing Wax Palm, Red Palm, dan Sumatra Wax Palm.

(11)

Diskripsi dan Ciri. Palem Merah tumbuh berumpun dengan tinggi berkisar antara 6-14 meter. Diameter batangnya ramping dan tidak terlalu besar. Daunnya berwarna hijau cemerlang, bersirip agak melengkung dengan anak-anak daun agak kaku. Ciri khas jenis palem ini adalah pelepah daunnya berwarna merah. Lantaran pelepahnya inilah palem ini dinamai.

Palem Merah tumbuh di daerah tropis tersebar di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Malaysia, dan Thailand. Perbanyakan jenis palem ini bisa dilakukan dengan menggunakan biji ataupun dengan memisahkan anakan.

Manfaat dan Kegunaan. Palem Merah atau Pinang Merah biasa digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Bagi sebagian masyarakat Jambi, Pinang Merah dipercaya mempunyai khasiat ghaib dimana bila ditanam di depan rumah akan mampu menolak segala bentuk bala dan guna-guna yang ditujukan kepada penghuninya.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Cyrtostachys; Spesies: Cyrtostachys renda; Sinonim: lihat artikel.

Referensi dan gambar: http://www.theplantlist.org/tpl/record/kew-54914.http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=97. http://www.pacsoa.org.au/palms/Cyrtostachys/renda.html

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Multiplikasi Tanaman Lidah Mertua Blue Leaf (Sansevieria sp.) Melalui Kalus Secara in vitro adalah benar karya saya

Skripsi berjudul: Inventarisasi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Lidah Mertua ( Sansevieria triafasciata Prain); telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

DETYARA IMANI: Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua ( Sansevieria trifasciata laurentii ), dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SAIPUL BAHRI

DETYARA IMANI: Tali Serat Berbahan Dasar Serat Alami Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata laurentii), dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SAIPUL BAHRI

Pada penelitian ini digunakan tanaman lidah mertua ( Sansevieria trifasciata Prain) untuk menarik ion logam berat Cu(II) dari tanah dengan variasi waktu sehingga

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Timbal (Pb) Menggunakan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan Jengger Ayam (Celosia plumosa).. Universitas PGRI Adi

Laporan akhir ini disusun berdasarkan hasil pembuatan alat dengan judul “Pembuatan Pulp dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua (Sansevieria) dengan Menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tanaman Lidah Mertua ( Sansevieria trifasciata ‘Golden Hahnii’) mampu menurunkan radiasi komputer, walaupun