• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kaligrafi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kaligrafi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kaligrafi

Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani. (kallos) berarti indah dan (graphe) yang artinya tulisan. Seorang yang ahli dalam kaligafi disebut kaligrafer dan dia adalah seniman. Istilah kaligrafi digunakan untuk semua jenis tulisan, tetapi yang sering dikenal selama ini adalah semua jenis Latin. Israr. C (1985:135)

Menurut huda (2003:3) Kaligrafi dalam bahasa Arab sering disebut khat yang berarti garis, tulisan indah, dan jamaknya (bentuk plural) adalah khuthuth. Ahli khat Arab disebut khatkhath. Di sisi lain, defenisi khat secara terminologi sebenarnya terungkap sesuai dengan pengalaman para kaligrafi itu sendiri sehingga setiap kaligrafi dapat memiliki corak tersendiri dalam memaknai kaligrafi atau khat Arab.

Syaikh Syamsuddin Al Akhfani (Dalam Irsyad Al Qoshid, 2000) Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.

Menurut Didin Sirojuddin (1988:1) Ungkapan kaligrafi (dari bahasa Inggris yang disederhanakan, calligraphy) diambil dari kata latin kalios yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhya kata kaligrafi adalah: kepandaian menulis elok, atau tulisan elok. Bahasa Arab sendiri menyebutnya khat yang berarti garis atau tulisan indah. Garis lintang equator atau khatulistiwa terambil dari kata Arab khattul istiwa, melintang elok membelah bumi jadi dua bagian yang indah.

Penelitian para ahli menyatakan bahwa tulisan Arab merupakan proses lanjutan dari tulisan hieroglyph melalui tulisan Phunisia. Selanjutya dari tulisan Phunisia ini timbul lagi tulisan Arami dan tulisan Musnad dengan segala jenisnya (Israr, 1985:33).

(2)

Israr (1985:34) menyatakan bahwa tulisan Himyari, Strangeli, dan Nabthi, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan tulisan Arab sesudah kedatangan agama Islam. Tulisan Strangeli berkembang menjadi tulisan Kufi, sedangkan tulisan Nabyhi berkembang menjadi tulisan Naskhi.

Setelah wilayah Islam meluas, dan jumlah kaum muslimin bertambah banyak tidak hanya orang Arab saja pengetahuan menulis pun semakin merata dan seni kaligrafi semakin dikenal dan digemari. Sampai akhir masa kekuasaan Khulafa Rasyidin dan kekuasaan Bani Ummayyah, Kaligrafi yang paling banyak dipakai dalam berbagai penulisan ialah Khat Khufi. Apalagi mushaf-mushaf Al-Qur’an hampir seleruhnya menggunakan tulisan Khufi sehingga Khat Kufi dinggap paling popular bahkan dianggap paling suci.

Namun lama-kelamaan orang-orang meninggalklan Khat Khufi dikarenakan dianggap kurang praktis dan sangat kaku sehingga sangat sulit dituliskan, Khoiri (1999:54). Kemudian lahirlah Khat Naskhi, khat yang muda untuk digoreskan lebih gampang dipelajari bahkan hampir disetiap naskah-naskah banyak menggunakan tulisan Naskhi.

Dijaman Bani Ummayyah banyak berkembang lagi jenis-jenis tulisan sehingga menambah khazanah penulisan kaligrafi, namun dari pilihan jenis tulisan ada 6 (enam) jenis tulisan yang sangat terkenal hingga sekarang yaitu:

uluṡ , Naskhi, Muhaqqaq, Rayhani, Tawqi (Munir, 1993: 34).

Menurut Fadzoili dalam Huda, (2003:4) menjelaskan perkembangan kaligrafi Arab yang pesat terjadi setelah datangnya agama Islam, dan terbagi pada enam periode yaitu:

Pertama, muncul gaya kufi mencapai tahap kesempurnaan. Pada abad ke-8 Masehi gaya Kufi mencapai keelokan bentuknya sehingga bertahan lebih dari tiga ratus tahun. Sampai pada abad ke-11 Masehi gaya Kufi telah memperoleh lebih banyak tambahan selain Ornamental.

(3)

Ketiga, periode penyempurnaan dan perumusan kaidah penulisan huruf oleh Abu’Ali Muhammad Bin Muqlah dan saudaranya, Abu Abdullah Hasan Bin Muqlah dengan metode Al-Khat Al-Mansub (ukuran setandar ukuran kaligrafi). Ibnu Muqlah sangat berjasa dalam membangun gaya Naskhi dan

uluṡi. Disamping itu, ia juga memodifikasi sekitar 14 gaya kaligrafi serta menentukan 12 kaidah untuk pegangan seluruh aliran.

Keempat, periode pengembangan dari rumusan Ibnu Muqlah oleh Ibnu Bawwab, yang nama asli Abu Hasan Bin Abi hilal, berhasil menemukan gaya lebih gemulai, pertautan yang indah gaya kesukaanya ialah naskhi dan muhaqqaq. Ia juga menambahkan zukhrufah (hiasan) pada 13 gaya kaligrafi yang menjadi eksperimen.

Kelima, periode pengolahan khat dan pemikiran tentang metode hiasan baru dengan Jamaluddi Yaqut Al-Musta’shimi. Beliau juga mengola gaya Al-aqlam Al-sittah yang masyur pada periode kedua dengan sentuhan kehalusan penuh estektik serta mengembalikan hukum-hukum ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab pada dasar geometric dan titik (Rhombic) yang kemudian masyur dengan gaya Yaquti. Di masa inilah para ahli kaligrafi dengan penuh antusias mampu menghasilkan ciptan gaya baru, bahkan hingga ratusan gaya.

Keenam, periode memunculkan tiga gaya baru pada masa Dinasty Mameluk di Mesir dan Dinasty Safawi di Persia, yaitu gaya ta’liq (farisi) yang disempurnakan oleh ahli kaligrafi Abdul Hayy, nasta’liq (merupakan gabungan antara naskhi dan ta’liq) oleh ahli kaligrafi yang bernama Mir’Ali, dan gaya Shikatse (berbentuk terpecah-pecah) oleh Darwisi Abdul Masjid. Dalam catatan Ibnu Nadim pada masa Dinasti Thulon.

Lalu seiring berjalannya waktu semakin banyak penemuan jenis kaligrafi sendiri bukan hanya bersumber pada negeri Arab saja melainkan sampai daerah Afrika yang memiliki mayoritas muslim seperti jenis tulisan: thuman, tsulutsain, ghubar, nataliq, jalil, taliq, farisi, ṡuluṡ, dan masih banyak lagi namun sampai sekarang khat/jenis tulisan yang banyak digunakan ialah, naskhi, ṡuluṡ, ryhani, diwani, diwani jail, farisi, khufi, riq’ah.

2.1.1 Sejarah Perkembangan Khat Naskhi

(4)

Orang-orang Arab pernah belajar seni membuat kertas dari Cina (dan Mesir) sekitar tahun 750-an dan pemakaiannya dikenalkan kepada seluruh negri Islam, sehingga kaum muslimin dapat menggunakan material tulisan lain semacam papirus dan kertas kulit. Ini memungkinkan pula tulisan Naskhi selalu siap dipakai dan dengan muda menyebar di seluruh kawasan negri Islam bagian Timur.

Sejak tulisan Naskhi kurang bisa menyesuaikan diri, maka sistem Ibnu Muqlahlah yang membawanya ke arah kemajuan. Ibnu Muqlah sendiri kemudian merumuskan corak Naskhi pada proporsinya yang lebih uniuk dan elok, yang pada puncaknya bergabung pada ranking tulisan besar. Kemudian lebih di sempurnakan lagi oleh Ibnu Al-Bawab, yang memberi “cap jempol” bagi Naskhi dan mentransformasikannya kepada tulisan Alquran yang mengagumkan dan patut dihormati. Ini bisa dilihat pada Alquran yang masih bertahan sampai sekarang, hasil tangannya yang disalin menurut Naskhi dengan cover atau halaman sampul

uluṡ, tahun 1001.

Mushaf Alqran dalam Naskhi berukuran kecil, tertulis tahun 1036, hanya 14 tahun sepeningala Ibnu Al-Bawab, mencatat pengaruh yang cepat pada penulisan Alqurqn di kalangan tertentu. Kini Naskhi merupakan satu-satunya tulisan yang digunakan hampir pada seluruh naskah-naskah ilmia seperti buku, majalah, koran, atau brosur-brosur. Kecuali kepala-kepala tulisan, lebih sering menggunakan tulisan berhias seperti

uluṡ, Diwani dan Farisi. Naskhi sendiri diambil dari kata Nuskha atau naskah, menurut bahasa Indonesia kita, sebab lebih banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan tersebut dan keadaannya memang lebih cocok untuk itu.

(5)

2.1.2 Sejarah Perkembangan Khat

uluṡ

Dinamakan khat

uluṡ karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotongdengan ukuran sepertiga (

uluṡ) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setekah khat Kufi.Untuk menulis dengan khat

uluṡ, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kirasetengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat

uluṡ Adi dan

uluṡ Jali. Khta

uluṡ yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunanya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalananya, khat

uluṡ berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:

1.Khat ṭūmār ﺭ ﺎﻣﻮﻁ ﻂﺧ

Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simple. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali

uluṡ atau

uluṡ Besar.

ūmār atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat

ūmār artinya khat yang ditulis di lembaran atau manuskrip.

2.Khat Muhaqqaq ﻖﻘﺤﻣ ﻂﺧ

Penciptanya adalah Ibnu Bawab (w.413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat

uluṡ karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan sehingga posisinya digeser oleh khat

uluṡ.

3.Khat Raihāni ﻥﺎﺤﻳﺭ ﻂﺧ

(6)

Pendapat lain menjelaskan Raihāni dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.

4.Khat Tawqī’ﻊﻴﻗﻮﺗ ﻂﺧ

Tawqi’ artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi’ untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (w.210/825M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (w.1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan

uluṡ dengan Tawqi‟ adalah ukuran Tawqi’ yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi’ adalah Tugra’ atau Tur’rah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran bervariasi.

5.Khat Riq’ah atau Ruq’ah’ ﺔﻌﻗﺭ ﻂﺧ

Riq’ah jamaknya Ruq’ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menuliskhat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh Al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khat

uluṡ. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi’, namun yang lebih benar adalah bahwa Riq’ah pun diolah pula dari Tawqi’. Ukuran Riq’ah lebih kecil dari Tawqi’ dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.

6.Khat

uluṡain ﻦﻴﺜﻠﺛ ﻂﺧ

Diciptakan oleh saudara Yusuf Al-Syajari bernama Ibrahim Al-Syajari (w.20an H) dizaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah

uluṡain dari khat yang suda ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil.

uluṡain berarti dua pertiga karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatukya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam. sedikit lebih kecil dari khat

ūmār yang ditulis sangat besar.

(7)

8.Khat ṡulutṡᾹdīﻱﺩﺎﻋ ﺚﺘﻠﺛ ﻂﺧ

Pencipta khat ini adalah Ibrahim Al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas.Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, “anna sulusiyya min Al-khuttut huwa Al-galizal-huruf” (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).

9.Khat

uluṡ Jālī ﻲﻠﺟ ﺚﻠﺛ ﻂﺧ

Jālī artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam

uluṡ Adi. Dengan demikian, dalam

uluṡ Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.

10.Khat ṡuluṡ Mahbūk ﻙﻮﺒﺤﻣ ﺚﻠﺛ ﻂﺧ

Mahbūk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian(husn Al-tawzi‟) dan aturan komposisi (ihkam Al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengantidak adanya kelompok huruf yang bertumpuk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khat memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mencari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf, dan titik di tempat-tempat yang strategis.

11.Khat ṡuluṡ Muta’assir bil Rasm ﻢﺳﺭ ﻞﺑ ﺮﺴﻌﺘﻣ ﺚﻠﺛ ﻂﺧ

(8)

gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi makhluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik berupa gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda.

12.Khat ṡuluṡ Handasī ﻲﺳ ﺪﻨﻫ ﺚﻠﺛ ﻂﺧ

Gaya ini merupakan ṡuluṡ yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian, dan penyatuan sebuahkarya.

13.Khat ṡuluṡ Mutanaẓir ﺮﻅ ﺎﻨﺘﻣ ﺚﻠﺛ ﻂﺧ

Mutanaẓir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat ṡuluṡ Mir’ah (cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma’kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi), dan Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti memberi salam dan menjawabnya.

2.1.3 Sejarah Perkembangan Khat Riq’ah

Riq’ah jamaknya Ruq’ah, artinya “lembaran daun kecil halus”, dari mana nama tersebut didapatkan. Diduga berasar dari Naskhi dan

uluṡ. Bentuk-bentuk asalnya sama dengan huruf-huruf

uluṡ dan Tawqi, baik dalam keadaan tunggal ataupun ketika berada dalam bentuk susunan, kecuali, bahwa Riq’ah memiliki kelainan-kelainan dalam beberapa hal:

1. Tulisan Riq’ah lebih cenderung kepada bulatan-bulatan daripada tulisan Tawqi yang lebih cenderung kepada bulatan-bulatan daripada tuisan

uluṡ.

(9)

4. Pusat garis lingkaran ‘ain tengah dan akhir kerap kali terkatup tanpa lubang, demikian pula fa, qaf dan wawu. Adapun sad, ta’, ain tunggal dan awal senantiasa terbuka.

5. Ada beberapa huruf yang tak terdapat dalam tulisan lainnya, seperti alif yang agak condong ke kanan

Ada keterangan yang menambahkan ciri-ciri lain tulisan tersebut, misalya, bahwa garis-garis horizontalnya sangat pendek dan simpul-simpul pengikat atau spasinya berstruktur tebal, dengan huruf-huruf penghabisan dari kata-kata pendahuluan kerapkali bersambungan atau bertabrakan dengan huruf-huruf awal kata-kata berikutnya. Ciri-ciri ini dan ciri-ciri yang terapat pada nomor 3 dan 4 di atas adalah ciir-ciri yang benar-benar terdapat pada tulisan Riq’ah yang kita kenal sekarang.

Pada masa Daulat Usmaniyah, Riq’ah tumbuh menjadi bentuk-bentuk yang beranekaragam. Namun semuanya hampir tidak pernah terpakai untuk penulisan naskah-naskah “suci” seumpama Alquran atau teks-teks keagamaan. Ini disebabkan karena Riq’ah akan menjadi “kurang sedap” dipandang jika dibubuhin tanda-tanda harakat tidak seperti khat-khat Arab lainnya. Justru, masyarakat umumnya memerlukan bacaan lengkap dengan tanda-tanda penjelasannya.

Pada tahun 1225/H, yang bertepatan dengan lahirnya Abu bakar Mumtaz ibn Mustafa Afandi, Khat Riq’ah sangat luas terpakai di seluruh kawasan kerajaan Turki Usmani. Mumtaz mengkhususkan diri menekuni jenis tulisan tersebut kemudian mendesain rumus-rumus Riq’ah dengan timbangan “titik” dan ukuran huruf-hurufnya menurut gaya-gaya rumus yang diterapkan kepada tulisan-tulisan Arab semisal

uluṡ dan lain-lain. Sejak itu Riq’ah mencapai puncak keindahannya yang mengagumkan. Betetapan degan itu, Mumtaz sendiri sempat “mengursus” Sultan Abdul Mjid Khat Al-Usmani, mempelajari jenis tulisan yang dikuasainya itu.

(10)

2.2 Jenis-Jenis Kaligrafi a. Khat Kufi

Kufi adalah gaya tulisan Arab yang karakter dominannya bersiku, khat ini lahir dikota kufa Irak, dan perkembanganya menebar hampir keseluruh daerah wilayah Islam. Kufi lebih muda di susun sesuai keinginan dengan menyatukan pembentukan yang sejajar, kemudian diolah untuk motif dekorasi sehingga keindahan Kufi akan terlihat apalagi jika dibubuhi ornament-ornamen, Huda (2003:10)

Contoh:

b. Khat

uluṡ

Jenis tulisan

uluṡ merupakan parameter dari semua jenis kaligrfi kelompok kursif klasik, maka tindak asing lagi kalau Khat

uluṡ dijuluki sebagai ibu jenis Khat Kursif. Huda (2003:8)

(11)

c. Khat Naskhi

Khat Naskhi banyak digunakan untuk menyalin mushaf-mushaf Al-Qur’an, kitab-kitab, naskha ilmiah, dikarenakan tulisan jenis ini rapi dan muda dimengerti dan di baca. Khat ini dapat dijadikan acuan untuk penulisan khat yang lain atau khat yang lebih rumit penulisannya. Huda (2003:7)

Contoh:

d. Khat Farisi

Penamaan khat ini memiliki sejarah mengapa disebut Khat Farisi, hal ini disebabkan oleh tempat lahir dan berkembangya diwilayah Persia atau yang dikenal sekarang wilayah iran. Jenis tulisan ini banyak digunakan dalam penulisan karya puisi Iran. Huda (2003: 10)

Contoh:

(12)

Khat Diwani memiliki kelenturan yang sangat berat dari semua khat sehingga sangat lentur dan elastis. Apabila dilihat keterbacaan tulisan memiliki kesulitan yang cukup besar bagi orang yang memiliki pengetahuan dasar kaligrafi. Huda (2003:10)

Contoh:

f. Khat diwani Jali

Khat Diwani Jaliu merupakan pengembangan bentuk Khat diwani dan perbedaanya untuk Khat Diwani Jali banyak dimasukkan komponen harkat, hiasan dan ruang kosong bentuk ditaburi oleh titik-titik. Khat ini benar-benar menimbulkan kesan ramai sehingga membentuk sebuah gambar dan bentuk. Huda (2003:9)

(13)

g. Khat Riq’ah

Khat ini banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari ditimur tengah sebagai bahan dari kalangan akademis, birokrat dan masyarakat. Kelebihan khat ini yang menjadi daya tarik adalah penulisan yang sederhana, muda dan cepat serta tidak menggunakan tanda vocal dan hiasan. Huda (2003:8)

Contoh:

h. Khat Raihani

Khat Raihani merupakan khat yang banyak disukai dikarenakan dapat digunakan dalam penulisan mushaf-mushaf Al-Quran dan buku agama. Raihani berarti harum semerbak. Huda (2003:9)S

2.2.1 Ciri-ciri Khat Naskhi

1. Khat ini paling standar dari khat yang ada. Lihat huruf wawu, fa' dan qaf yang membulat dan ha' yang menutup jika disambung di akhir kalimat (seperti lafadz jalalah). Ini cirinya agar tidak tertukar dengan kht tsuluts.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

2.2.2 Ciri-ciri Khat

ulu

1. Perbedaan dengan khat naskhi adalah khat ini mengandung unsur yang lebih tajam. Sering dipakai dalam khat-khat yang ribet..

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

2.2.3 Ciri-ciri Khat Riq'ah

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

2.3 Pengertian Kesalahan

Dalam upaya mendapatkan hasil yang baik dan sempurna dalam penelitian pemahaman tentang judul sangat diperlukan sebagai landasan berpijak dalam penelitian ini. Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu defenisi analisis kesalahan.

Menurut Ellis (1986 : 296) Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang bisa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengidentifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

(35)

covertly idiosyncratic (yaitu yang mempunyai cacat yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa sasaran), dan covertly idiosyncratic (yaitu yang secara sepintas merupakan baik, tetapi bila konteks pemakaiannya diuji dan diteliti ternyata tidak gramatis).

Kesalahan yang menimbulkan salah interpretasi atau menimbulkan makna yang berbeda atau tidak menimbulkan sama sekali dikatakan kesalahan global, sedangkan yang terjadi pada butir-butir bahasa yang tidak menimbulkan kekacauan interpretasi dikatakan kesalahan local. (Parera, 1997:145).

2.4 Pengertian Kemampuan (Ability)

Menurut Chaplin (1997 :34) “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Robins (2000 : 46).

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

Lebih lanjut Robins (2000: 46) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu :

1). Kemampuan Intelektual (Intelectual ability ) : merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.

2). Kemampuan Fisik (Phisycal ability) : Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan karakteristik fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang menggunakan alam fikir yang didasarkan pada ilmu pengetahuan seseorang dalam menjalankan aktifitas atau kegiatan. Pekerjaan yang banyak menggunakan aktifitas berfikir ini biasanya dilakukan oleh peneliti atau yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

(36)

orang yang mengerjakan aktifitas dengan mengutamakan kekuatan fisik adalah pekerja bangunan atau yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

2.5 Kajian Terdahulu

Adapun refrensi tentang kaligrafi Arab yang terdapat di dalam program studi Bahasa Arab yang berkaitan dengan judul ini sudah pernah di teliti oleh beberapa orang antara lain. Macam-macam kaligrafi oleh Ibnu Khattab pada tahun 1988. Analisis tentang Khat Kufi dalam Kaligrafi Islam oleh Ilyasak Nehru pada tahun 1991. Sejarah Kaligrafi Arab Sebagai Seni Rupa Islam Indonesia oleh Elfi Ritriyani pada tahun 1992. Perkembangan Kaligrafi Islam dan Kaitannya Dengan Sejarah Penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW sampai Ustman oleh Lusilawati pada tahun 1997. Analisis Kaligrafi Pada Masjid Baiturrahman Banda Aceh-NAD oleh Devi Khairina pada tahun 2008. Studi Kaligrafi Arab Kontemporer oleh Yusnar Wira Darma pada tahun 2006. dan Studi Komparatif Khat Tsulus Dengan Khat Raihani oleh Mael Ritonga pada tahun 2006.

Ilyasak Nehru (1991) Analisis tentang Khat Kufi dalam Kaligrafi Islam . Yang membahas tentang Khat Khufi dalam kaligrafi Islam dan membahasa sejarah kaligrafi Arab Elfi Fitriyani Harahap (1992). Sejarah Kaligrafi Arab Sebagai Seni Rupa Islam. . Yang membahas tentang bagaimana sejarah Kaligrafi Arab sebagai Seni Rupa Islam dan perkembagan kaligrafi Arab di Indonesia. Lusilawati (1997) Perkembangan Kaligrafi Islam dan Kaitannya Dengan Sejarah Penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW sampai Ustman. Yang membahas perkembangan kaligrafi Islam dan sejarah penulisan Al-Qur’an pada masa nabi SAW sampai usman. Mael Ritonga (2008) Studi Komparatif Khat Tsulus Dengan Khat Raihani. Yang membahas untuk mengetahui persamaan dan perbedaan Khat Tsulus dan Khat Rainani ditinjau dari bentuk penulisan, serta untuk mengetahui kaidah-kaidah penulisan huruf hijaiyah dari kedua jenis khat tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Karena bukan guru saja yang dapat dijadikan tumpuan untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar, melainkan lingkungan sekitar, manusia sumber (narasumber)

Dengan pengertian-pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK) bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan

Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan suatu masalah, melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada suatu sektor akan memberi andil terhadap

Orang Dewasa kurang egosentris daripada anak-anak, bukan karena mereka cenderung untuk secara otomatis menafsirkan persepsi mereka secara egosentris, melainkan

Interaksi tidak hanya dilakukan negara saja, melainkan juga aktor-aktor lain, yaitu, aktor non-negara juga memiliki peranan yang penting dalam Hubungan

Suatu program pemberian kompensasi bukan semata-mata didasarkan sebagai imbalan atas pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran karyawan terhadap organisasi, melainkan

Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya