BAB II
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS
A. Pengertian Metode Pemberian Tugas
Dalam pengertian yang umum, metode adalah cara-cara penyampaian bahan
pelajaran kepada murid. Imansyah Aly Pandi mengemukakan “metode atau metodik
adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan
pelajaran untuk mencapai tujuan.”1 Selanjutnya Abu Ahmadi, mengatakan “metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.”2
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode
adalah suatu cara sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan
pelajaran untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh
siswa dalam kegiatan belajar. Dengan demikian bahwa metode itu suatu cara yang
ditempuh dengan sistematis dimana dalam fungsinya terletak suatu tujuan tertentu
yang hendak dicapai.
Selanjutnya Darwis A. Sulaiman mengatakan “pengajaran adalah
merupakan bagian dari pendidikan yaitu satu proses interaksi antara guru
dengan murid dalam mencapai tujuan pendidikan.”3 “Pengajaran berasal dari
1
Imansyah Aly Pandi, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 71.
2 Abu Ahmadi, SosiologiPendidikan, (Surabaya:Bina Ilmu, 1952), hal. 150.
kata ‘Mengajar’ yang berarti perihal mengajar, segala sesuatu yang mengenai
mengajar.”4
Dengan demikian pengajaran adalah cara mengajar ataupun apa saja yang
diajarkan guru kepada anak didiknya. Dalam suatu hal, pengajaran berarti
mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar
mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang dituntut dalam proses
tersebut, maka pengajaran berarti pemantapan, pengembangan, mengorganisir
semua komponen dalam situasi belajar mengajar, sehingga mencapai hasil sesuai
dengan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode mengajar adalah suatu cara mengajar yang sistematis untuk
mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar
mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian metode
pengajaran itu merupakan suatu cara untuk menciptakan situasi yang
merangsang anak didik mampu menyerap pelajaran demi tercapainya tujuan
yang telah disiapkan, justru itu metode pengajaran merupakan komponen yang
tidak bisa dipisahkan dari segi mengajar karena ia berfungsi untuk
menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan.
B. Fungsi dan Tujuan Metode dalam Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar diperlukan
bermacam-macam metode yang sesuai dengan bahan pelajaran yang akan di ajarkan,
4
terutama pelajaran agama. Dalam buku petunjuk pelaksanaan tugas guru agama
disebutkan bahwa "Metode merupakan jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan".5
Jadi fungsi metode pengajaran sangatlah ditentukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan adanya metode maka seorang guru akan lebih
mudah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu seorang guru harus
menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan. Adapun
fungsi metode pengajaran adalah sebagai berikut :
1. Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
2. Untuk mengarahkan proses berfikir anak 3. Mempercepat mencapai tujuan
4. Menarik minat siswa
5. Agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan sistematis dan efisien.6
Dengan demikian metode pengajaran agama Islam membuat sipelaksana
tugas atau guru dapat mencapai tujuan dengan tepat dan cepat. “Hasilnya dapat
diyakini dan kalau perlu dapat diperiksa kembali jalan pengajaran itu.”7
Hal pokok yang dapat diambil dari fungsi metode pengajaran di atas adalah
seorang guru dituntut agar menguasai metode pengajaran yang serasi sebagaimana
fungsinya, agar bahan pelajaran yang diajarkan dapat diterima dan dicerna oleh
siswa.
C. Macam – macam Metode dalam Pembelajaran 5
Departemen Agama RI, Pelaksanaan Tugas Guru Agama,Tahun 1993/1994, hal. 77-78.
6 Huzairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 87.
Metode pengajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar, baik berlangsung dalam kelas maupun di luar kelas. Tanpa ada metode,
proses belajar-mengajar tidak mungkin berhasil dengan efektif dan efisien.
Penggunaan metode dalam proses belajar tidak dapat dipisahkan dengan berbagai
komponen lain yang terlibat dalam proses tersebut.
Pemakaian metode pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu perlu
dipertimbangkan dalam beberapa komponen yang terlibat dalam proses belajar
mengajar diantaranya adalah tujuan, materi, siswa, situasi kelas dan guru sebagai
operator dalam pemakaian metode mengajar. Atas pertimbangan ini pemakaian
metode mengajar akan membuat siswa belajar lebih bergairah. Pemakaian metode
yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan
penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi hambatan yang paling besar
dalam proses belajar mengajar.
Di bawah ini penulis akan mengemukakan metode-metode mengajar yang
dapat menunjang perkembangan pendidikan agama Islam, metode-metode
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode ceramah 2. Metode tanya jawab 3. Metode diskusi 4. Metode drill
5. Metode demontrasi 6. Metode pemberian tugas8
Berikut ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang metode – metode
yang telah disebutkan di atas :
8
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah “sebuah bentuk interaksi melalui penerapan dan
penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap sekelompok manusia. Gurulah
yang berbicara, mengartikan serta menjelaskan pokok-pokok pelajaran yang telah
ditentukan dalam kurikulum.”9
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat diketahui bahwa metode
ceramah ini sangat perlu diterapkan, karena metode ini merupakan pengantar
yang paling utama dalam setiap mata pelajaran dan juga tidak boleh ditinggalkan
setiap guru yang mengajar mata pelajaran tersebut, terutama mata pelajaran
agama.
Metode ini sangat cocok digunakan untuk semua mata pelajaran. terutama
mata pelajaran yang bersangkutan dengan pemberian fakta dalam waktu yang
singkat, sementara jumlah peserta didik banyak. Di samping itu metode ceramah
ini cocok digunakan untuk materi pelajaran yang menggunakan alat bantu
mengajar seperti berbentuk denah, alat peraga dan sebagainya. Dalam penerapan
metode ini cocok untuk semua mata pelajaran agama, seperti sejarah kebudayaan
Islam, aqidah akhlak, fiqih dan Al-Qur'an Hadits. Pada dasarnya pelajaran agama
memerlukan penjelasan panjang lebar, agar siswa mengerti materi yang diberikan
guru.
Tetapi metode ini efektif untuk semua mata pelajaran agama, dalam
menyampaikannya juga harus didukung oleh beberapa metode lain seperti tanya
9
jawab, diskusi, demonstrasi dan lain-lain untuk menghidupkan suasana dan tidak
monoton.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah “suatu tehnik mengajar yang dapat membantu
kekurangan mengajar yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena
guru memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat
mengungkapkannya.”10
Dari kutipan di atas, maka penulis beranggapan bahwa metode ini juga
tidak boleh ditinggalkan dalam setiap mata peiajaran karena metode ini termasuk
metode yang paling efektif dalam menguji kemampuan siswa dalam ruangan
belajar. Dengan menggunakan metode ini pula kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran yang diajarkan dapat diketahui oleh guru.
Adapun metode ini digunakan untuk semua materi pelajaran agama.
Metode ini akan berhasil dalam proses belajar mengajar apabila didukung oleh
beberapa metode lainnya yang sesuai. Dalam penerapannya metode ini sesuai atau
cocok untuk materi yang bersifat teoritis misalnya tentang ilmu sejarah, terutama
dalam bentuk selingan untuk metode ceramah.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah “cara penyampaian pelajaran dimana siswa-siswa
dihadapkan masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dipecahkan bersama.”11 Tujuan utama metode ini adalah untuk 10 Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. VIII, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 20.
11
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu,
diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Berdasarkan kutipan
diatas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa metode diskusi
sangat cocok untuk diterapkan terutama untuk melihat kemampuan para siswa
dalam mengemukakan pendapat di depan orang banyak khususnya sesama kawan
mereka sendiri.
Adapun metode ini digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan
daya pikir terutama dalam musyawarah dan metode ini cocok digunakan untuk
materi pelajaran agama yang memerlukan pemikiran, misalnya tentang aqidah
akhlak dan sejarah kebudayaan Islam saja, karena kedua mata pelajaran ini
memerlukan wawasan yang luas. Metode ini dapat dikerahkan dengan didukung
oleh beberapa metode lainnya agar tercapai hasil belajar yang maksimal.
4. Metode Drill
Metode drill adalah melakukan kegiatan tertentu berulang kali sebagai
latihan, baik yang menyangkut gerak-gerik perbuatan, kecakapan tertentu dan juga
terpakai untuk kegiatan-kegiatan intelek atau ingatan, seperti menghafal berkali-kali
secara mekanis dan lain sebagainya. “Dalam metode ini aktivitas yang menonjol
berada di pihak siswa.”12
Metode drill merupakan metode yang bertujuan untuk menguji kemampuan
siswa dalam hal melakukan kegiatan intelektual siswa, misalnya dalam menghafal
mata pelajaran yang memerlukan hafalan, seperti kegiatan menghafal doa shalat,
12
surat-surat pendek, dan sebagainya. Metode ini digunakan setelah menyampaikan
metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya. Adapun metode ini
cocok digunakan untuk semua materi pelajaran karena metode ini bersifat latihan
atau ulangan.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah “mengajar yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas sesuatu pengertian atau memperagakan bagaimana
memperlihatkan sesuatu kepada anak didiknya.”13 Metode demonstrasi
merupakan metode yang digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan mata pelajaran yang telah diberikan gurunya, terutama dalam
mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan metode ini.
Demonstrasi sebagai metode mengajar diusahakan untuk membantu
siswa mencari dan memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan yang
menuntut jawaban tentang suatu cara melakukan, suatu proses kejadian, proses
pembuatan dan pengerjaan suatu hal. Adapun metode demonstrasi ini digunakan
untuk materi pelajaran yang bersifat kecakapan dan keterampilan. Seperti dalam
melakukan praktek shalat, praktek wudhu' dan tayamum, praktek shalat qashar
dan jama', praktek bersuci, praktek shalat jenazah dan lain-lain.
Penerapan metode ini terbatas pada pelajaran fiqih dan materi praktek
ibadah serta praktek bersuci saja. Dengan metode ini siswa dan siswi akan
langsung mendapatkan pengalaman praktis sehingga ia mampu mempraktekkan
apa yang kita ajarkan pada waktu lain.
6. Metode Pemberian Tugas
Pada dasarnya, pengertian metode ini adalah metode yang memberi tugas
kepada siswa, untuk diselesaikan, diperiksa kemudian dinilai. “Metode pemberian
tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu
kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan kemudian siswa
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya”.14
Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu
maupun kelompok. “Metode pemberian tugas sebagai suatu bentuk usaha yang
dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada siswa, baik berupa soal
pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa”.15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar fiqih dengan metode
pemberian tugas adalah belajar dengan menitikberatkan pada sejumlah tugas yang
diberikan kepada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan, baik secara individual
maupun secara kelompok agar mengaplikasikan atau menerapkan pengetahuan yang
telah diperolehnya di kelas. Melalui metode ini, siswa diharapkan dapat mengukur
kemampuan pemahamannya terhadap materi yang telah diterima melalui pemecahan
soal atau tugas yang diembankannya.
Belajar fiqih dengan metode ini, siswa tidak hanya bersifat menerima
sejumlah informasi yang disampaikann oleh gurunya, tidak hanya menulis apa saja
14
Muh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung : Rosyda Karya. 1993) hal. 125
yang ada di papan tulis, namun siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
berbagai idenya melalui jawaban yang ditulisnya. Di samping itu, dengan tugas yang
diberikan siswa akan merasa ditantang untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa
harus selalu dibimbing oleh guru atau tanpa harus selalu mendapat petunjuk guru.
“Belajar dengan metode pemberian tugas dapat mengarahkan siswa untuk
lebih mendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, serta menuntut tanggung
jawabnya terhadap jawaban yang diberikan”.16 Dengan tugas tersebut diharapkan
akan tumbuh minat dan motivasi dalam diri siswa untuk lebih giat lagi mempelajari
pelajaran fiqih.
“Belajar dengan metode pemberian tugas akan memberi kesempatan kepada
siswa agar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau terhadap kelompoknya,
karena tugas yang diberikan diselesaikan olehnya sendiri atau berkelompok”.17
Dalam kelompok seseorang akan dihargai, jika dapat memberi kontrusi kepada
kelompoknya mencari pemecahan masalah.
Hamalik berpendapat “Dengan tugas yang diberikan dan diselesaikannya
akan menumbuhkan sikap bertanggung jawab, meningkatkan pemahaman dan
keterampilan, serta meningkatnya kemampuan aplikatif pengetahuan terhadap
pemecahan masalah.”18
16
Russefendi. Pengantar Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pembelajaran Metematika Untuk Menungkatkan CBSA,(Jakarta: Rieneka Cipta, 1991) hal:343
17 Hamalik. Berbagai Strategi dan Pendekatan dalam Proses Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Hal. 107
18
Walaupun demikian yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran Fiqih
dengan metode pemberian tugas adalah kemampuan guru dalam memilih tugas-tugas
untuk siswa agar memiliki penguatan terhadap fiqih dan juga untuk menumbuhkan
sifat positif .
Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam
memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa
sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain:
1) Agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru.
2) Siswa dapat memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu.
3) Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa akan aktif belajar.
4) Dapat merangsang siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik.
5) Diharapkan mampu memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab dalam diri siswa
6) Diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.19
Guru dalam memberikan tugas harus mempunyai tujuan dan maksud tertentu.
Menurut Hartono Kasmadi pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan sebagai
berikut:
1. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan belajar dan keakuratan belajar.
2. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang dipelajari. 3. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran. 4. Mengembangkan belajar mandiri.20
19
Untuk mencapai maksud dan tujuan pemberian tugas, perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler dan kepentingan belajar siswa. 2. Tidak merupakan beban yang berlebihan bagi siswa.
3. Tidak menimbulkan tambahan beban pembiayaan yang berat bagi orangmtua
atau siswa.
4. Memerlukan administrasi, monitoring, dan penilaian.
Pemberian tugas hendaknya disertai pengadministrasian yang dapat
digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa, mencari
dan menemukan sebab-sebabnya, menghimpun bahan dan menetapkan cara-cara
memperbaikinya. Sedangkan pengadministrasian oleh siswa adalah
pengadministrasian yang memungkinkan siswa mengerti perkembangan prestasinya,
sehingga termotivasi untuk meningkatkan atau mempertahankannya.
Dalam pemberian tugas perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum antara
lain:
1. Tugas harus bermotivasi baik. 2. Tugas harus bersifat diagnostik. 3. Tugas jangan terlalu banyak.
4. Jangan memberikan tugas mengenai teknik yang baru dikembangkan yang
belum dikerjakan di kelas.
5. Merupakan ide yang baik jika pada saat tertentu kita menyampaikan
fiqih-fiqih yang telah dipelajari sebelumnya.
D. Peran Guru dalam Penerapan Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk menguasai materi
pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa baik secara
individual maupun secara kelompok. Setiap metode pembelajaran dibahas menurut
pengertian, tujuan, alasan penggunaan, kekuatan dan kelemahannya, cara mengatasi
kelemahan, dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas dan
resitasi adalah sebagai berikut.
1. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Tujuan yang akan dicapai b) Jenis tugas yang jelas dan tepat
c) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
e) Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
2. Fase pelaksanaan tugas :
Langkah ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang studi fiqih atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru.
b) Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja.
c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan dengan
baik dan sistematik.
3. Fase mempertanggungjawabkan tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini adalah:
a) Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan pada soal-soal matematika yang diberikan oleh guru.
b) Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain.
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. 21
Disamping itu terdapat langkah-langkah metode pemberian tugas yang
dijelaskan oleh Mulyasa agar metode penugasan dapat berlangsung secara efektif,
guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya.
2) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, karena akan dapat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran, 3) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh
anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas, terutama kalau tugas dikerjakan di luar kelas.
4) Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh siswa.
5) Berikan penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa.22
Berdasarkan pendapat di atas, guru harus memperhatikan langkah-langkah
dalam memberikan tugas pada siswa agar tugas yang telah diberikan dapat
diselesaikan dan dipertanggungjawabkan oleh siswa dengan baik. Guru harus
mengoreksi setiap tugas yang telah diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Metode Pemberian Tugas
adalah:
1. Kompetensi Guru
Proses belajar mengajar fiqih yang terjadi di sekolah diharapkan dapat
berlangsung secara efektif. Kemampuan seorang guru dalam menyampaikan materi
fiqih dan sekaligus penguasaan materinya merupakan model yang utama dalam
kelangsungan proses belajar mengajar. Faktor penguasaan materi dan penguasaan
suasana belajar di samping faktor kepribadian merupakan faktor-faktor penyebab
proses belajar mengajar yang sepenuhnya tergantung pada guru.
Seorang guru yang tidak menguasai materi yang akan diajarkan tidak
mungkin dapat mengajar fiqih dengan baik, sehingga kualitas pengajaran fiqih
menjadi rendah. Demikian pula seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara
penyampaian akan berakibat mengajarkan tidak baik. Guru yang mementingkan
selesainya bahan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan anak didik akan
menimbulkan kesulitan anak didik dalam memahami pengajaran fiqih. Kondisi ini
dapat berakibat timbulnya rasa jenuh dalam belajar fiqih, bahkan mungkin menjadi
frustasi dalam diri anak didik dan akhirnya fiqih merupakan pelajaran yang tidak
disenangi.
2. Motivasi Siswa
Faktor siswa atau murid sebagai peserta didik merupakan faktor yang penting
dalam proses belajar mengajar. Tujuan dari proses belajar mengajar sebagai proses
interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam mengarahkan perubahan tingkah
laku secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan.
3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala
pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan
sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran.
Bukan hanya itu saja, proses belajar mengajar akan berlangsung lebih baik
lagi jika sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti
adanya buku-buku fiqih yang relevan dan menunjang kegiatan mengajar merupakan
fasilitas yang penting.
Demikian pula dengan adanya prasarana yang cukup seperti ruangan yang
sejuk dan bersih, tempat duduk yang nyaman, papan tulis yang memadai,
perlengkapan fiqih dan lain-lainnya tersedia akan lebih memperlancar proses belajar
mengajar fiqih. “Beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana, yaitu: kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan
gairah dan motivasi guru mengajar, kelengkapan sarana dan prasarana dapat
membantu kegiatan belajar siswa”.23
Dalam metode pemberian tugas ini langkah-langkah yang akan diterapkan
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu secara jelas sebelum memberikan tugas kepada siswa.
2. Guru memberikan dorongan kepada siswa supaya siswa mampu bekerja sendiri.
3. Guru memberikan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru sesuai dengan kemampuan siswa.
4. Siswa mengerjakan tugas tersebut dengan harapan siswa mampu menyediakan waktu yang cukup.
5. Siswa dianjurkan untuk mencatat hal-hal yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
6. Setelah selesai mengerjakan tugas tersebut siswa menyampaikan laporan baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan.
23
7. Guru melakukan tanya jawab dari tugas yang telah dikerjakan atau melakukan diskusi kelas.
8. Guru melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes.24
Berdasarkan pendapat di atas, guru harus memperhatikan langkah-langkah
dalam memberikan tugas pada siswa agar tugas yang telah diberikan dapat
diselesaikan dan dipertanggungjawabkan oleh siswa dengan baik. Guru juga harus
memberikan dorongan ataupun motivasi supaya tugas yang diberikan dapat
diselesaikan oleh siswa. Guru harus mengoreksi setiap tugas yang telah diberikan
kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi
yang telah diberikan.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Semua metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan,
bukan berarti metode pembelajaran yang memiliki kelemahan tidak baik untuk
dilaksakan. Namun dari kelemahan-kelemahan tersebutlah para guru yang
menggunakan metode pembelajaran tertentu terus belajar untuk menjadikan suatu
metode pembelajaran tersebut untuk menjadi lebih baik lagi.
Kelebihan metode tugas dan resitasi, yaitu:
1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.
2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 3. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
4. Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut.
5. Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi. 6. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
7. Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru.
24
8. Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.25
Sedangkan menurut Rusyan kelebihan dari metode pemberian tugas adalah:
1. Relevan dengan prinsip CBSA
2. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
3. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa
4. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
5. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi
6. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama
7. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bevariasi
8. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
9. Mengembangkan kreatifitas siswa26
Keunggulan metode pemberian tugas dapat menguntungkan bagi siswa, guru
dan sekolah. Jika siswa berhasil maka guru juga telah berhasil mengajarkan para
siswa tersebut. Metode pemberian tugas dapat membuat siswa menjadi lebih banyak
mengetahui pelajaran yang disampaikan guru dengan tugas-tugas yang diberikan,
dapat memperdalam dan memperluas materi yang sedang diajarkan. Para siswa akan
terus mencari sumber-sumber lain untuk dapat menjawab tugas-tugas yang diberikan
25
Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta. 2006) Hal.87
oleh guru denga tujuan tugas tersebut dapat terselesaikan dengan demikian para
siswa akan lebih aktif.
Kelemahan metode pemberian tugas, yaitu:
1) Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain).
2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi.
3) Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa.
4) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa.
5) Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru.
6) Ada suasana takut dari siswa bila akan menghadapi metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap.27
Sedangkan kelemahan pemberian tugas menurut Rusyan adalah sebagai
berikut:
1. Memerlukan pengawasan yang ketat baik oleh guru maupun orang tua.
2. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain
3. Banyak kecendrungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
4. Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur
5. Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.
6. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan siswa28
Selain memiliki keunggulan metode pemberian tugas juga memiliki
kelemahan. Kelemahan tersebut ada yang berakibat fatal bagi siswa, misal siswa
menjadi frustasi karena tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan padahal dia
27 Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi…, Hal. 87 28
telah berusaha semaksimal mungkin. Kelemahan lainnya yaitu guru tidak dapat
mengontrol siswa dalam mengerjakan tugas jika tugas tersebut dikerjakan di rumah.
Adakalanya tugas tersebut dengan cara menyontoh kepada teman atau dikerjakan
oleh orang lain. Jika tugas yang diberikan terlalu banyak dan sering dapat membuat
siswa menjadi bosan dan terbebankan.Tugas yang diberikan oleh guru harus
bervariasi, agar tugas tersebut dapat memberikan semangat pada siswa untuk lebih
giat belajar sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
F. Pengaruh Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa
Metode pemberian tugas dapat dilaksanakan atau diterapkan dalam proses
pembelajaran jika tugas-tugas yang diberikan harus berhubungan dengan materi yang
telah disampaikan oleh guru terlebih dahulu, tugas tersebut diberikan sesuai dengan
rata-rata kemapuan siswa artinya, tugas yang diberikan tidak terlalu sulit maupun
terlalu mudah. Tugas yang telah dikerjakan oleh siswa selanjutnya dihargai oleh guru
dengan memberikan penilaian sesuai dengan hasil dan kemampuannya sehingga
siswa merasa tugas yang telah dikerjakannya memiliki hasil.
Metode pemberian tugas diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi
bertanggungjawab, dan siswa akan berpengalaman dan bisa mengetahui berbagai
kesulitan. Dengan metode ini siswa mendapatkan kesempatan untuk saling
membandingkan dengan hasil siswa yang lain, menarik anak didik agar belajar lebih
baik, punya tanggungjawab dan berdiri sendiri.
Dalam proses pembelajaran fiqih dengan metode pemberian tugas diharapkan
saat pemberian tugas kepada siswa guru jangan memberikan tugas yang terlalu sukar,
karena tidak menantang siswa dan tidak akan menimbulkan kepuasan intrinsik
dalam diri siswa dan tugas jangan terlalu banyak walaupun soal tersebut mudah,
karena akan menghabiskan waktunya hanya untuk menyelesaikan tugas yang kita