• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap peningkatan akhlak siswa di SMP assalam Cipondoh tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap peningkatan akhlak siswa di SMP assalam Cipondoh tangerang"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh: Nurul Fathiyah

105015000644

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Segala dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah berkat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan para pengikutnya hingga sepanjang masa. Amien

Selama kurang lebih empat bulan penyusun melaksanakan praktik kerja lapangan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada bulan Februari sampai dengan Mei 2009, dimana dalam pelaksanaan PPKT dan penyusunan laporan ini, tak lepas dari dukungan berbagai pihak atas kontribusinya berupa tenaga, pikiran, serta hal yang bersifat moril dan materil lainnya yang membuat penyusun tetap semangat dalam menjalani kehidupan tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada:

1. ak Drs. H. Endang Surahman, MA selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 8 Ciputat atas ketersediannya menerima penulis melaksanakan kegiatan PPKT.

Bap

Bapak Drs.

Aya

Bpk

Dew

2. H. Nurochim, MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan sehingga penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

3. handa dan Ibunda atas cinta kasihnya sepanjang masa yang tak dapat tergantikan, kasih sayangnya dan belaian lembutnya hingga dapat mensupport penulis dalam menyelesaikan laporan PPKT ini.

4. . Drs. Teguh Puja Rahayu selaku guru pamong yang telah membantu penulis dalam menjalankan tugas PPKT

(3)

terlaksananya laporan ini. You All My Best Friends.

Penulis menyadari bahwa isi laporan ini belum sempurna, oleh karena itu kritik serta saran-saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan sehingga pada penulisan yang akan dating dapat lebih baik lagi. Dan akhirnya dengan rasa rendah hati laporan ini penulis sajikan, khususnya mahasiswa dan pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Amien.

Alhamdulillahirobbil’alamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jakarta, 03 Juni 2009

(4)

DAFTAR TABEL iv I. PENDAHULUAN

A. 1

B. Identifikasi 3

Latar Belakang Masalah

Pembatasan Masalah

alah

ng 6

13

a i B

16

18

C. 3

D. Perumusan Mas 3

E. Manfaat Penelitian 3

II. LANDASAN TEORI

A. Persepsi 4

B. Perilaku Menyimpa

C. Masyarakat 10

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian 13

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian 13

D. Instrumen Penelitian Data 13

E. Kisi-kisi Kuisioner 13 F. Teknik Pengumpulan Data 14 G. Analisis Data dan Interpretasi H s l Analisis 14 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM AHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data 15

B. Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 18

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA 19

(5)
(6)

SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Disusun Oleh: Nurul Fathiyah NIM: 105015000644

Mengetahui Dosen Pembimbing

Drs. H. Banadjid NIP:19541224 198103 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(7)

Fathiyah, NIM 105015000644, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 25 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 29 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Panitia(Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs.H.Nurochim,MM ……….. ………..

NIP.19590715 198403 1 003

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Iwan Purwanto, M.Pd ……….. ………..

NIP. 197304242008011012 Penguji I

Dr.Faridal Arkam, M.Pd ………. ……….

NIP. Penguji II

Drs.H.Nurochim,MM ………. ……….

NIP. 19590715 198403 1 003

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(8)

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 24 September 1987

Nim : 105015000644

Jurusan /Prodi : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di MA Manaratul Islam

Dosen Pembimbing : Drs. H. Banadjid

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 22 September 2010

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain, maka dalam menghadiri berbagai persoalan hidup yang semakin berkembang dan akibat dari perkembangan dan kemajuan zaman, manusia sangat memerlukan bantuan dan bantuan dari orang lain disekitarnya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi masyarakat sehingga harus membuat siswa-siswanya sebagai calon anggota masyarakat, agar mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.

Permasalahan yang muncul dalam proses belajarnya tidak pernah lepas, bahkan menjadi bagian integral dari peristiwa pribadi dan sosial yang terjadi pada diri siswa akan berakibat pada proses belajar siswa dan akhirnya akan mendatangkan masalah dalam belajarnya.

Dalam proses belajar, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh seseorang anak, hambatan dapat datang dari dalam diri anak, sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangannya dan dapat pula datang dari luar dirinya. Banyak faktor yang mempengaruhi anak kemudian mengantarkannya kepada keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor yang positif memungkinkan anak berhasil dalam belajar, sebaliknya faktor-faktor yang bersifat negatif dapat merugikan dan mengakibatkan anak kurang atau tidak sukses dalam belajar.

(10)

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah berkembang demikian pesatnya, bahkan tiada kunjung habis sejalan dengan perkembangan zaman. Situasi yang demikian dapat menimbulkan bermacam-macam perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Perubahan tersebut berdampak pada setiap individu di mana setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri. Dalam proses penyesuaian diri tersebut individu-individu khususnya remaja mungkin saja akan menghadapi berbagai masalah. Adapun masalah yang sering dihadapi remaja antara lain masalah penyesuain diri, masalah keluarga, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah pekerjaan, dan lain-lain.

Dengan timbulnya masalah tersebut, maka remaja perlu mendapatkan bantuan agar dapat memecahkan masalahnya. Bantuan itu dapat diberikan sebelum atau sesudah remaja bersangkutan bermasalah.

Dalam kegiatan belajar yang dialami siswa tidak selamanya berjalan dengan lancar dan tidak semua siswa berhasil dalam belajar, karena diantara siswa ada yang mengalami kesulitan dalam belajar, seperti kesulitan belajar sendiri, dalam belajar kelompok, dalam mempelajari buku, dalam mengerjakan tugas-tugas, dalam menghadapi ujian, dan dalam menerima pelajaran di sekolah.

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.

Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh siswa sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di sekolah akan membawa dampak negatif, baik terhadap siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungannya. Hal ini biasanya termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, hasil belajar yang rendah dan sebagainya.

(11)

tidak menginginkan para siswa sebagai tunas-tunas bangsa menjadi “kerdil” pengetahuannya.

Oleh karena itu, segala kesulitan dalam belajar yang dialami siswa jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru, tetapi harus segera diketahui dan diatasi secepat mungkin, maka dari itu siswa perlu mendapatkan bantuan dalam belajar. Karena dalam bidang pendidikan, siswa sebagai sumber daya manusia harus ditingkatkan kualitasnya, sehingga diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Suatu hasil pendidikan dikatakan unggul atau mutu jika kemampuan pengetahuan ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh para lulusan dapat dipergunakan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi atau bermanfaat di masyarakat.

Siswa juga dapat mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran yang dianggap mudah oleh para siswa, yaitu mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran sosiologi dipandang mudah oleh para siswa karena mereka berpikir bahwa mata pelajaran sosiologi hanya dengan modal membaca dan mendengarkan guru menerangkan siswa akan merasa sudah dapat memahami pelajaran sosiologi tersebut.

Namun, pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran sosiologi. Karena siswa meremehkan mata pelajaran sosiologi sehingga siswa masih banyak yang tidak lulus pada mata pelajaran sosiologi tersebut. Kesulitan belajar yang dialami siswa, berpengaruh juga terhadap metode pembelajaran. Jika pembelajaran menggunakan metode yang bersifat siswa pasif, maka hal ini akan membuat siswa kurang semangat dan membosankan sehingga membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Karena metode berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.

(12)

Sedangkan siswa melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dengan bantuan dan bimbingan dari guru. Kesulitan belajar dapat diatasi dengan cara siswa melakukan latihan, karena memberikan latihan merupakan salah satu cara yang dianggap efektif. Guru yang sering memberikan latihan- latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, kesulitan belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada siswa, disamping juga metode yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran tersebut.

Salah satu metode pembelajaran ada yang dikenal dengan nama metode resitasi (pemberian tugas). Pada metode resitasi, siswa mempertanggung jawabkan tugas untuk menemukan kembali dan lebih memahami konsep-konsep sosiologi, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat mengenai konsep sosiologi. Resitasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dikerjakan di rumah / dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Sehingga metode resitasi ini lebih luas bila dibandingkan dengan pekerjaan rumah (PR). Metode ini akan dilengkapi dengan soal-soal sosiologi. Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul : “UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya persiapan siswa dalam menerima pelajaran sosiologi

(13)

3. Keluarga yang kurang harmonis dan keluarga yang kurang mendukung karena kesibukan kerja

4. Kurangnya motivasi dalam diri sendiri

5. Kurangnya dukungan atau motivasi dari luar siswa (ekstern)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah yaitu : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah metode resitasi 2. Kesulitan belajar dapat diatasi oleh metode resitasi

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan metode resitasi?

2. Sejauhmana metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar?

E.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode resitasi (penugasan) dalam mengatasi kesulitan belajar

Kegunaan penelitian

Berdasarkan hasil penelitian

1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan penerapan metode resitasi yang jarang digunakan pada sekolah-sekolah umumnya.

(14)

a) Guru sosiologi sebagai bahan masukan dan pedoman dalam penerapan metode resitasi

b) Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode resitasi ini untuk mengembangkan cara berpikir, sikap ilmiah, dan aktif

c) Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan metode resitasi

(15)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori

1.

Hakikat Belajar

1.1. Pengertian Belajar

Sebagian orang beranggapan dan berpendapat bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan ( verbal ) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.

Dengan demikian siswa yang hanya menghafal sejumlah kata-kata dan mengulanginya kembali, pada hakikatnya bukanlah belajar. Begitu pula seseorang yang terampil dalam menyanyikan sebuah lagu, hal itu pun pada hakekatnya bukanlah belajar. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bukan hanya sekedar menghafal kata-kata, kaidah-kaidah, dan rumus-rumus.

“Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organism”.1

Menurut Zikri Neni Iska belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).2

            1

 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.VIII, h.90.

     2

(16)

“Sedangkan menurut morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.3

Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang merubah individu dalam bertingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman atau latihan serta membantu individu tersebut dalam menyesuaikan diri dan bersifat menetap.

1.2. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut sangat erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. “Menurut Alisuf Sabri tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar”.4

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan “menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik:

a. Tujuan belajar kognitif yaitu untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tujuan belajar afektif yaitu untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik.

c. Tujuan belajar psikomotorik yaitu untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal, dan non verbal”.5

            3

 M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.XIX, h.84.

     4

 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),Cet.III, h.58      5

(17)

2.

Kesulitan Belajar

2.1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kita mengetahui bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, namun juga makhluk spiritual yang memerlukan kebutuhan pemuas, kebutuhan rohani untuk berkembang dengan baik. Manusia perlu belajar dan diajar. Belajar merupakan aktivitas belajar bagi setiap individu, dan tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga dalam semangat belajar anak, terkadang menurun dan terasa sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.

Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan dalam masalah belajar apakah yang dimasud dengan kesulitan belajar ? untuk menjawab hal tersebut perlu diketahui terlebih dahulu mengenai arti kesulitan dan arti belajar. “Dalam kamus bahasa Indonesia kesulitan adalah sulit atau suatu yang sulit”.6 “Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.7

Setelah mengetahui pengertian kedua istilah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, jadi kondisi dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi, dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu terjamin keberhasilan belajar yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Hal demikian merupakan tugas para guru, orang tua dan pembimbing sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.

            6

 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988).Cet.I, h. 866.

     7

(18)

Untuk mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kesulitan belajar, akan “dikemukakan oleh Alisuf Sabri, menurutnya kesulitan belajar yang dialami siswa adalah kesukaran siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah”.8 Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan menjadi empat macam:

1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar a. ada yang berat

b. ada yang sedang

2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari a. ada yang sebagian bidang studi

b. ada yang keseluruhan bidang studi 3) Dilihat dari sifat kesulitannya

a. ada yang sifatnya permanen atau menetap b. ada yang sifatnya hanya sementara

4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya a. ada yang faktor intelegensi

b. ada yang faktor non intelegensi”9

Dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan siswa yang memperoleh prestasi belajar meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didiknya atau siswanya mengalami kesulitan belajar.

Sebagai implementasinya siswa jadi terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak pemalas dan mudah putus asa, terkadang disertai sikap menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang mengarahkan mereka pada kegiatan belajar. Mereka tersinggung. Senada dengan itu “menurut Surya dalam Hallen, ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas).

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.

             8

 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ...., h. 88

(19)

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.

d. Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan dusta.

e. Menujukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, dan tidak mau bekerja sama.

f. Menujukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal”.10

Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas, Burton dalam Makmun mengidentifikasi kasus seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan mengalami kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan tujuan-tujuan belajarnya. “Kegagalan belajar diidentifikasi oleh Burton sebagai berikut:

a) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). b) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan

atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi dan bakat).

c) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced).

d) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya”.11

Bagi kesulitan yang ditingkatnya ringan, masalah tidak rumit dan pemecahannya pun sederhana. Begitu pula yang tingkatannya sedang, tetapi bagi kesulitan belajar yang berat, pemecahannya pun lebih berat, bahkan tidak jarang

      

10 Hallen, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h.129

(20)

terjadi bahwa perbaikan yang diusahakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Pemahaman dari guru dan para orang tua tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya atau siswanya merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan yang tepat sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang datang dari siswa itu sendiri (intern) maupun faktor yang datangnya dari luar siswa (ekstern). Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal diantaranya.

a. Faktor siswa

Faktor yang bersumber dari diri siswa adalah hal atau timbul dari siswa itu sendiri. Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan belajar siswa dan biasanya kurang disadari oleh siswa itu sendiri. Walaupun disadari sering kali dianggap biasa saja dan terkadang siswa tidak mampu berusaha untuk memperbaikinya.

Faktor-faktor yang dialami siswa diantaranya : intelegensi (IQ) yang kurang baik, bakat kurang sesuai, emosional yang kurang stabil, aktivitas belajar yang kurang, kebiasaan belajar yang kurang baik, penyesuaian sosial yang sulit, latar belakang pengalaman yang pahit, cita-cita yang kurang relevan, latar belakang pendidikan yang dimasuki kurang baik, kegiatan belajar mengajar kurang baik, ketahanan belajar yang tidak sesuai, keadaan fisik yang kurang menunjang, kesehatan yang kurang baik, pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai, tidak ada motivasi dalam belajar.

(21)

mencapai keberhasilan siswa sehingga prestasi yang ingin dicapai oleh siswa tersebut tidak akan memuaskan.

b. Faktor sekolah

Faktor yang bersumber dari sekolah adalah termasuk faktor yang bersumber dari luar diri siswa, faktor ini juga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kesulitan siswa dalam mencapai keberhasilan.

Faktor yang datang dari sekolah dikarenakan : pribadi guru yang kurang menyenangkan, cara guru mengajar kurang baik, alat atau media kurang memadai serta kurang merangsang penggunaanya oleh siswa, fasilitas fisik sekolah tidak terpelihara dengan baik, sarana sekolah kurang memadai, suasana sekolah kurang menyenangkan, bimbingan dan penyuluhan tidak berfungsi, kepemimpinan dan administrasi kurang menunjang proses belajar, kedisiplinan yang kurang diperhatikan dan kurang tegas.

Sekolah juga mempunyai peranan khusus dalam menangani kesulitan belajar yang dialami siswa. Sehingga yang mana telah disebutkan di atas, pihak-pihak yang terkait harus segera menanganinya agar proses belajar siswa tidak mempunyai hambatan yang dapat merugikan siswa tersebut.

c. Faktor keluarga

Faktor keluarga juga mempunyai peran yang dapat mempengaruhi proses belajar pada siswa, karena sebagian besar waktu belajar siswa berada di rumah bahkan mungkin menjadi faktor yang pokok untuk mensukseskan belajar siswa di sekolah.

(22)

d. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat juga dapat mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran, sebab faktor ini merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan hubungan sosial sehingga dapat mengakibatkan siswa kurang memperhatikan belajar.

2.3. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Peran guru dalam menangani kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi. Pelaksanaan pemeriksaan kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah.

“Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan kesulitan belajar menurut H.M.Alisuf Sabri:

a) Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar

Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi atau menetapkan adanya kesulitan belajar bukan berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang luas agar terampil dalam mendiagnosis kesulitan belajar.

b) Menelaah atau menetapkan status siswa

Pada langkah kedua ini guru selanjutnya akan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut, cara memastikan dengan menggunakan dua cara yaitu:

i. Membandingkan hasil pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional khusus hasil belajar siswa dengan tujuan instruksional khusus yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Sehingga dengan cara seperti ini, akan diketahui bagian yang sulit dikuasai oleh siswa.

ii. Menetapkan bentuk kesulitan dalam pros belajarnya, apakah sumber kesulitan terjadi pada waktu menerima atau menyerap pelajaran. Sehingga dengan cara ini, akan diketahui jenis dan bentuk kesulitan siswa dalam proses belajar.

c) Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan

(23)

seperti test diagnostik, test-test untuk mengukur kemampuan intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya dengan proses belajar. Sehingga dengan demikian ditetapkan penyebab kesulitan tersebut apakah karena alat inderanya kurang baik, ingatannya lemah, kecerdasannya kurang, atau kurang motivasi.

d) Mengadakan perbaikan

Dengan mengetahui sebab kesulitan belajar yang dihadapi siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi mereka. Cara ini dengan menggunakan pendekatan psikologis didaktis yang terdiri dari dua langkah yaitu :

i. Siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau kekurangan mereka

ii. Mereka yakin kesulitan atau kekurangan mereka dapat diatasinya

Kedua kondisi psikologis tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa tersebut dengan melalui bimbingan dan kebijakan guru dan berdasarkan petunjuk dan kebijakan guru itu pulalah prosedur yang terakhir ini dilaksanakan yaitu siswa dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi kesulitan belajar yang mereka alami”.12

3.

Metode Resitasi

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar anak didik bergairah dalam belajar. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.

Salah satu yang tidak akan dilupakan oleh guru adalah menentukan metode dalam pengajaran, karena metode merupakan alat untuk menyampaikan materi kepada siswa. Agar siswa mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

      

(24)

Resitasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru memberikan tugas kepada siswa, dan kemudian siswa mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut.

“Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.13

“Menurut Darwayan Syah, dkk metode resitasi adalah penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa yang dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel atau di rumah”.14

“Sedangkan menurut Sudirman dkk metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.15

Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama tugas; sehingga berpengalaman dalam menghadapi masalah-masalah baru.

Metode resitasi ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Adanya tugas dapat bersumber dari guru atau berupa perintah guru, dapar juga berupa hasil kompromi atau keinginan sesama siswa dan hasil pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan dapat berbentuk lisan atau tertulis. Namun agar variatif dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga tugas berupa membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran sosiologi.

Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya

            13

 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. III, h. 85.

     14

 Darwyan Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. III, h.48.

     15

(25)

penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap sosiologi, di dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran dan banyaknya soal latihan. Sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi dengan keadaan seperti ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap sosiologi. Sedangkan bila soalnya terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain menjemukan.

Bila metode pemberian tugas direncanakan dengan baik akan dapat mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain daripada itu, pemberian tugas dapat membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum yang berhubungan. Serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak hanya sekedar hafalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupukl inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.

Manfaat lain dari metode pemberian tugas yang direncanakan dengan baik untuk siswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa melaksanakan latihan (menyelesaikan soal-soal latihan) dengan kondisi seperti mengakibatkan pengalaman siswa dalam mempelajari masalah sosiologi dapat lebih terintegrasi. Selain daripada itu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar akan lebih mendalam dan lama tersimpan di dalam ingatan.

Oleh sebab itu dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:

1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.

2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran.

3. Apabila tugas tersebut berupa kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.

(26)

5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa.

Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggung-jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah dipelajari, dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari.

Adapun dasar pertimbangan penggunaan “menurut Darwyan Syah, dan Kawan-kawan metode resitasi antara lain:

1. Adanya kesenjangan antara waktu yang tersedia dengan materi pelajaran yang terlalu banyak.

2. Mengaktifkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok 3. uan siswa dengan melakukan suatu tugas 4. Mendorong siswa belaj

Pemantapan pengetah

ar mandiri baik membaca, menulis, mengerjakan soal dan sebagainya”.

resitasi atau nurut Syaiful Bahri

siswa hendaknya mempertimbangkan :

gas yang

pat membantu siswa

a. iberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru

       

16

Sedangkan langkah-langkah dalam penggunaan metode penugasaan me Djamrah dan Aswan Zain yaitu:

1. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada

a. Tujuan yang akan dicapai

tepat agar siswa dapat memahami tu b. Jenis tugas yang jelas dan

diberikan

c. Sesuai dengan kemampuan siswa d. Ada petunjuk atau sumber yang da e. Menyediakan waktu yang cukup 2. Langkah Pelaksanaan Tugas

D

       16

(27)

b. Diberikan dorongan

c. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri

d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang diperoleh dengan baik dan

ertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini :

tes maupun nontes17

i kepada

nurut Darwayan Syah, dkk kelebihannya adalah

engisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan produktif

engawasan

dan mengolah informasi

ut Basyirudin Usman adalah

erjaan siswa dikerjakan oleh orang lain

       

sistematik 3. Fase Memp

a. Laporan siswa secara lisan ataupun tulisan b. Ada tanya jawab atau diskusi kelas

c. Penilaian hasil tugas siswa dilakukan secara

Metode mengajar merupakan suatu alat untuk mengantarkan mater

siswa, tetapi metode juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Maka, “kelebihan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah kelebihan metode resitasi adalah pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar akan dapat diingat lebih lama dan anak didik mempunyai kesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri”.18

“Sedangkan me

1) Merangsang aktivitas dan kreativitas siswa dalam rangka m 2) Menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab

3) Membiasakan anak belajar tanpa bimbingan dan p 4) Memberikan pengalaman kepada siswa mencari

dan sumber belajar”.19

Jadi, kelebihan metode resitasi dapat menimbulkan siswa menjadi lebih kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri. Serta membawa siswa kepada arah yang positif dan konstruktif dan menjadikan siswa aktif .

Adapun kelemahan metode resitasi menur

1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pek

 

17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar …., h.86       18

 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. III, h.236.

      19

(28)

2) Guru mengalami kesukaran dalam pemberian tugas, dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda, baik kemampuan individual,

oleh siswa 2) Beberapa orang siswa cenderung mengerjakan secara serampangan

iswa dalam

is, sosiologi berasal dari bahasa latin socius yaitu

ra terminology banyak pakar yang memberikan

n bahwa sosiologi adalah ilmu yang 22

       

intelegensi, dan kematangan mental

3) Dapat menimbulkan kestabilan mental dan pikiran siswa apabila tugas yang diberikan bersifat memaksa.20

Sedangkan menurut Darwayan, ddk kelemahannya adalah 1) Sulit mengontrol dan mengawasi tugas yang dikerjakan

3) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan s 4) Tugas yang diberikan kelompok, tidak semua siswa berpartisipasi

menyelesaikannya

5) Menimbulkan kebosanan apabila tugas yang diberikan bersifat monoton.21 Maka, dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode resitasi adalah kurangnya pengawasan guru, tidak semua berpartisipasi dalam tugas apabila dikerjakan secara kelompok, tidak mudah memberikan tugas tanpa mempertimbangkan masing-masing perkembangan siswa, dan tugas yang diberikan dapt menimbulkan kebosanan apabila bersifat monoton.

4.

Hakikat Sosiologi

4.1. Pengertian Sosiologi Secara harfiah atau etimolog

teman, kawan, sahabat sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman atau berkawan atau bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat.

Sedangkan sosiologi seca pengertian-pengertian sosiologi

“Roucek dan Warren mengemukaka

mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok”. Kemudian Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu

        20

 M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h. 48.

      21

 Darwayan Syah, dkk, Perencanaan Sistem …., h. 149. 

(29)

masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.23

“Menurut Mayor Polak menyatakan sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis”.24

Masyarakat terdiri dari individu-individu, keluarga, golongan-golongan serta organisasi-organisasi yang saling berhubungan. Organ-organ yang ada di masyarakat memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, yang masing-masing saling berinteraksi, berkomunikasi, dan saling mempengaruhi dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kebiasaannya masing-masing, di dalam bukunya yang berjudul ilmu Masyarakat umum, P.J.Bouman mengatakan:

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan sosial antara oknum yang satu dengan oknum yang lain, antara oknum dan golongan serta sifat dan perubahan dari lembaga-lembaga dan buah pikiran sosial ia berusaha mencapai sintesis antara ilmu jiwa sosial dan bentuk sosial sehingga dapat memahami kenyataan masyarakat dalam kenyataan hubungan kebudayaan umumnya.25

“Menurut G. Kartasaputra dalam kamus sosiologi dan kependudukan, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan dan prinsip-prinsip organisasi sosial dan umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dari tingkah laku individu-individu dalam kelompok”.26

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan

            23

 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar …., h. 18      24

 Ary.H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), Cet. I, h. 3.

     25

 P.J.Bouman, Ilmu Masyarakat Umum, ( Jakarta: Pustaka Sarjana, 1968), cet 14, h.13.      26

(30)

pengetahuan tentang masyarakatdan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.

4.2. Karakteristik Sosiologi

Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis, atau suku bangsa, komunitas pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi pun mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal ususl pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, sebagai objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi mencakup hal-hal berikut:

1. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan alam maupun ilmu kerohanian

2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi.27

3. Sosiologi bersifat empiris, artinya bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.

4. Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka daripada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.

5. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama.

            27

(31)

6. Sosiologi bersifat nonetis, yaitu yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.28

Sosiologi adalah ilmu masyarakat, yaitu tentang system hubungan yang berlaku dan proses yang timbul dalam berbagai hubungan tersebut. Dalam hal ini akan menggunakan istilah masyarakat, bangsa, dan rakyat.

Pengertian masyarakat sangat beragam rumusannya, tergantung aspek apa yang menjadi inti definisinya. Namun demikian, secara umum pengertian masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga melahirkan budaya dengan satu kesatuan kriteria dalam memiliki sistem hidup bersama.

Sistem hubungan kemasyarakatan yang menjadi pokok bahasan sosiologi ialah hubungan kekerabatan, hubungan pergaulan, hubungan kerja, hubungan pemerintahan, hubungan formal dan informal, hubungan alumni, hubungan daerah asal kelahiran atau keturunan, hubungan bisnis, dan sebagainya.

4.3. Kegunaan (Faedah) Sosiologi

Kegunaan atau faedah untuk kehidupan sehari-hari yaitu:

a. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran atau pengertian tentang pelbagai problem sosial, asal-usul atau sumber terjadinya, prosesnya dan sebagainya. Dengan gambaran seperti ini maka dapat dicari cara-cara pendekatan untuk mengatsi problema sosial secara tepat.

b. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian “masyarakat” secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan yang paling sesuai agar berhasil. Hal-hal yang dapat diketahui dari sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan antara lain:

1) Kebutuhan/tuntutan masyarakat setempat, sehingga pembangunan dapat sesuai dengan keadaan nyata.

      

(32)

2) Stratifikasi (pelapisan) sosial dengan memahaminya dapat menentukan bagi lapisan mana pembangunan akan dilakukan. Atau mau diapakan lapisan-lapisan sosial itu dalam pembangunan.

3) Letak pusat-pusat kekuasaan, dengan mengetahui di tangan siapa kekuasaan berada, maka usaha pembangunan akan mudah digerakkan 4) System dan saluran-saluran komunikasi, dengan memahami hal ini

maka ide-ide pembangunan dapat sampai kepada anggota masyarakat, dan diterima dengan baik oleh mereka, karena disalurkan lewat system dan saluran komunikasi yang tepat.

5) Perubahan-perubahan sosial, dengan mengetahui hal ini para perencana dan pelaksana pembangunan dapat menentukan arah atau mengendalikan proses perubahan yang sedang atau akan terjadi. Atau akibat proses sosial yang telah terjadi, perubahan diharapkan berkembang menjadi lebih positif.

B.

Deskripsi Teori Rancangan-rancangan

Alternatif/Desain-desain Alternatif Intervensi Tindakan yang dipilih

1.

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris yaitu Classroom Action Research (CAR) “menurut Masnur Muslich yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas”.29

“Suyanto menyatakan bahwa PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional”.30

“Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”.31

“Sedangkan menurut Wallace dalam Burns menyatakan penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang

            29

 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.6, h.2

     30

 Masnur Muslich,Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional, (Jakarta : Bumi Aksara,2009),Cet 1, h.9.

     31

(33)

praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang”.32 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas suatu rangkaian kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran, yakni dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara sistematis melalui empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

2.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik penting, yaitu

1) Ciri khusus pada PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.

2) PTK harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Oleh karena itu, dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa perubahan kea rah perbaikan. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.

3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

“Mc Niff menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Jadi, tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses pembelajaran”.33

“Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Kunandar dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

            32

 Kunandar, Langkah Mudah …., h.43      33

(34)

2. Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut; pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah dan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah”.34

4.

Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Prinsip dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: 1. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar.

2. Tidak boleh terlalu menyita waktu.

3. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. 4. Masalah yang dikaji benarp-benar ada dan dihadapi guru.

5. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain-lain).

6. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

7. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis.

8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.

9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas, dan tajam.

10.Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.35

5.

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya, memiliki kelebihan dan kelemahan. Shumsky dalam Suwarsih menyatakan bahwa kelebihan PTK sebagai berikut:

1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti

3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat.

4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang

Sementara itu, kelemahan dari PTK adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).

            34

 Kunandar, Langkah Mudah …., h.68      35

(35)

2) waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar.

Berkenaan dengn

       

36

6.

Model Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun bagan alur dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

?

Bagan 2.1 Alur Pelaksanaan PTK

       36

(36)

7.

Empat Aspek Pokok Penelitian Tindakan Kelas

“Menurut Kemmis dan Mc Taggart, penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum”esensial. Yaitu sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan penelitian yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke depan. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksi.

2. Tindakan

Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

3. Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, terlebih ketika putaran sekarang berjalan.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis”.37

C.

Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Kajian tentang kehidupan masyarakat dari segi sosial dapat dipelajari melalui ilmu sosiologi. Berbicara mengenai konsep sosiologi terdapat dua pengertian dasar, yaitu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai metode.

Dalam pembelajaran sosiologi, guru harus memberikan atau menyampaikan konsep-konsep sosiologi secara efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Karena sosiologi membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai konsep-konsep

            37

(37)

tersebut. Sebagai guru yang merupakan fasilitator terhadap siswanya, maka guru diharuskan untuk lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Dalam memilih metode, tidak ada metode yang semua mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Metode resitasi akan diterapkan pada mata pelajaran sosiologi dengan menggunakan tema yang ada, dan gurulah yang akan memberikan tugas kepada siswa dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dalam penerapan metode ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif, bertanggung jawab, dan dapat teratasi dalam kesulitan belajar.

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajran sosiologi.

D.

Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Seorang guru SMA Muhammadiyah 3 Surakarta telah melakukan penelitian. Hasilnya dikutip dalam Jurnal Pendidikan, Maret 2008, Volume 5, Nomor 1, yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Turunan Melalui Penggunaan Metode Resitasi dan Diskusi bagi Siswa Kelas XI-IS.2 SMA Muhamaddiyah 3 Surakarta pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus kegiatan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode resitasi dan diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada awal pembelajaran dengan pretes diperoleh nilai rata-rata kelas 54,04 dan setelah diberi pembelajaran pada siklus I kemudian dilakukan postes nilai rata-rata kelas naik menjadi 57,16. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 63,36.

(38)

nilai tes 70 sebanyak 12 orang yaitu 33,33% dan yang mendapat kurang dari nilai rata-rata sebanyak 24% yaitu 66,61% dalam siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. sedangkan pada siklus III nilai tes 70 sebanyak 28 siswa yaitu 77,78% dan yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 8 siswa yaitu 22,22%. Pada siklus III ini indikator keberhasilan sudah tercapai dimana lebih dari 60 % siswa mendapkan nilai 70 dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

E.

Hipotesis Tindakan

Sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep sosiologi yang berkaitan dengan perilaku menyimpang, sehingga hasil belajarnya tidak memuaskan. Berdasarkan analisis masalah, peneliti menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat memahami konsep sosiologi secara keseluruhan. Hipotesis tindakannya adalah peneliti menerapkan metode resitasi pada mata pelajaran sosiologi, dengan begitu siswa dapat mengatasi kesulitan belajar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun indikator keberhasilannya adalah 60% siswa mendapatkan nilai 70.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X di MA Manaratul Islam, pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.

B.

Metode dan Disain Intervensi Tindakan/ Rancangan Siklus

Penelitian

(40)

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi

Pelaksanaan

?

Pengamatan

Bagan 3.1 Alur Pelaksanaan PTK

C.

Subyek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MA Manaratul Islam dan guru mata pelajaran sosiologi sebagai kolaborator dan observer.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

(41)

penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru mata pelajaran. Keduanya sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan siklus I. setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Berikut akan disajikan bentuk uraian kegiatan penelitian.

Tabel 3.1

Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan

1. Analisis kurikulum dan studi pustaka 2. Observasi ke MA Manaratul Islam 3. Mengurus surat izin penelitian 4. Membuat instrumen penelitian 5. Menghubungi kepala sekolah 6. Menentukan kelas subjek penelitian

7. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

[image:41.595.119.511.321.740.2]

8. Mensosialisasikan pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode resitasi pada siswa yang menjadi subjek penelitian

Tabel 3.2

Tahap Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran

2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

(42)

5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus

7. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan 1. Pendahuluan

a. Apersepsi : dengan Tanya jawab guru mereview pengetahuan siswa sebelumnya tentang materi terdahulu

b. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari)

2. Kegiatan Inti

a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi b. Siswa mempelajari materi sosiologi

c. Guru memberikan tugas proyek (tugas lapangan)

d. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar, guru memberikan latihan soal

e. Membahas dan mengkoreksi latihan bersama

3. Penutup

a. Penilaian hasil tes siklus I

b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas

c. Dokumentasi

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran

(43)
[image:43.595.122.503.114.754.2]

Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

Tabel 3.3

Tahap Pelaksanaan Siklus II Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pembelajaran

2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya

5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus

7. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan 1. Pendahuluan

a. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari)

b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang dilengkapi quiz dan tutor sebaya

b. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok

c. Guru mengulang materi sosiologi yang telah dijelaskan

d. Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami

(44)

g. Guru memberikan reward (nilai plus) pada siswa yang menjawab benar.

3. Penutup

a. Penilaian hasil tes siklus II

b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas

c. Dokumentasi

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran

Tahap Refleksi

Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas dalam penerapan metode resitasi adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

G.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber penelitian ini ada dua macam, yaitu: 1. Data kualitatif

Hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil observasi aktivitas siswa, catatan lapangan, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data Kuantitatif

(45)

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran, dan peneliti.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument antara lain:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama pembelajaran sehingga dapat mengukur kemampuannya dalam mengatasi kesulitan belajar.

b. Lembar Soal/Tes

Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal/tes dalam mengatasi kesulitan belajar

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai hal-hal spesifik / unik yang terjadi selama penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar sosiologi dengan metode resitasi.

d. Lembar Wawancara

Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan di akhir penelitian. Wawancara dengan difokuskan pada tanggapan siswa selama proses pembelajaran.

e. Lembar Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan pada setiap pelaksanaan penelitian. Tujuan lembar dokumentasi untuk memperkuat data-data yang ada.

f. Lembar Angket

(46)
[image:46.595.123.524.140.365.2]

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket

Variabel Dimensi Item Pernyataan

+ (positif) -(negatif) Kesulitan belajar

(X)

Kesulitan belajar disebabkan faktor Internal

3 8

Kesulitan belajar disebabkan faktor eksternal

1, 2, 16, 17, 18, 19 5, 10, 13, 14, 15, 20

Metode Resitasi

(Y) 6, 7, 12 4, 9, 11

Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.5

Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dengan Skala Likert

No Pernyataan Skor

SS S R TS STS

1. Positif 5 4 3 2 1

2. Negatif 1 2 3 4 5

Keterangan

SS : Sangat Setuju S : Setuju R : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju

(47)

I.

Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Lembar observasi ini terbagi menjadi dua, yaitu lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar digunakan untuk mengetahui proses pengajaran sosiologi dengan menerapkan metode resitasi, apakah terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengamati interaksi pembelajaran di kelas.

Observasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan kemudahan siswa dalam belajar dan kegiatan guru dalam mengajar dilakukan metode observasi (pengamatan) oleh guru kolaborasi. Observasi dilakukan di kelas X MA Manaratul Islam yang menjadi subyek penelitian untuk mendapat gambaran secara langsung tentang kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Dengan melakukan observasi dapat mengetahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan dan menerima pelajaran dari guru selama proses belajar berlangsung.

b. Metode Tes

Kesulitan belajar siswa dapat dilihat hasilnya melalui tes pada setiap akhir siklus. Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal sosiologi dan peneliti memberi skor pada jawaban soal.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan aspek lainnya yang perlu di catat.

d. Metode Dokumentasi

“Menurut Sukmadinata studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.1 Metode ini

            1

(48)

penulis gunakan untuk memperoleh data tentang nama siswa, nomor induk, nilai hasil tagihan blok dan laporan siswa pada kelas X MA Manaratul Islam.

e. Metode Wawancara

“Menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmadja wawancara merupakan pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan-penjelasan hal-hal yang dipandang perlu”.2 Pada penelitian ini yang diwawancarai adalah guru dan beberapa siswa.

f. Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode resitasi. Respon siswa yang ingin diketahui adalah apakah responnya baik, sedang, atau buruk.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness)

Studi

U

ntuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. “Menurut Lexy Moeleong triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”.3 Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru sosiologi kelas X agar dapat mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. Untuk menganalisis butir soal yang diujicobakan, peneliti melakukan beberapa tahap diantaranya:

           2

 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung, : Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 117

    3

(49)

a. Validititas

“Menurut Ahmad Sofyan validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau shahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.4

Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus Point Biserial, yaitu:

r

pbis (i) =

Keterangan

r

pbis (i) = Koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I dengan skor total

X

i = Rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal

X

t = Rata- rata skor semua responden

S

t = Standard deviasi skor total semua responden

P

i = Proporsi j

Gambar

Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I
Tabel 3.3 Tahap Pelaksanaan Siklus II
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket
Tabel. 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini bisa dilihat dari pemyataan mereka yang menggangap bahwa pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam merupakan cara yang efektif untuk membiasakan diri untuk berakhlak

S\II' Waskilo I'amulang mcmpunyai tujuan pendidikan agama Islam Jial1laran" a agar SiS'''l mcnjaJi siswa yang bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT juga Rasulnya. Supaya

Setelah pelaksanaan strategi pemberian angka ini umpan balik yang diberikan anak didik sangatlah positif dan benar-benar membawa perubahan yang positif terutama

Metode pemberian reward atau sangsi ini manakala siswa tidak dapat diberi pengarahan secara langsung maupun tidak langsung, maka sebagai guru harus mempunyai inisiatif

Dalam penelitian ini uji normalitas digunakan uji kolmogorov- smirnov, dengan criteria signifikasi untuk uji dua sisi hasil perhitungan bahwa suatu data

Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

Dalam penelitian ini uji normalitas digunakan uji kolmogorov- smirnov, dengan criteria signifikasi untuk uji dua sisi hasil perhitungan bahwa suatu data

Dalam melakukan proses pembelajaran guru harus menggunakan metode- metode yang inovatif supaya siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan oleh guru dan kedepannya siswa bisa