• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

IKLAN BLACKBERRY DAN MINAT BELI

(Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Oleh:

080922001

SANTA CHRISTINA S

Program Studi Ilmu Komunikasi Ekstensi

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BERITA ACARA PERSETUJUAN

Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi sehingga naskah

skripsi ini telah memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahankan dalam

ujian skripsi oleh :

Nama : Santa Christina S

NIM : 080922001

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional

Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap

Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

ILMU KOMUNIKASI

DRS. SAFRIN, M.SI

NIP. 196110011987011001 NIP. 195102191987011001 DRS. AMIR PURBA, MA

a.n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN I

(3)

BERITA ACARA PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Santa Christina S

NIM : 08092201

Program Studi : Ilmu Komunikasi Ekstensi

Pada hari, Tanggal : ...

Waktu : Pukul ...

TIM PENGUJI:

PENGUJI I : ... ( ... )

PENGUJI II : ... ( ... )

PENGUJI III : ... ( ... )

PANITIA PENGUJI

KETUA SEKRETARIS

(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Iklan BlackBerry dan Minat Bali Mahasiswa FISIP USU”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU, dan untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU terhadap produk-produk BlackBerry.

Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan iklan BlackBerry di televisi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,463. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara tayangan iklan BlackBerry di televisi dengan minat beli mahasiswa FISIP USUcukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 21.43%.

(5)

KATA PENGANTAR

Diawali dengan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas izin-Nya, skripsi dengan judul “Iklan BlackBerry di televisi (Studi

Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di televisi dengan Minat Beli

Mahasiswa FISIP USU)” dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap

fenomena yang dipilih. Kemudian disempurnakan dengan kajian teori, pengolahan

data dan hingga akhirnya penarikan kesimpulan akhir mengenai penemuan terkait

penelitian yang dilakukan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian ini,

diharapkan dapat memenuhi porsi tujuan dan manfaatnya sehingga skripsi ini

dapat berguna untuk menjadi referensi di masa yang akan datang.

Terima kasih diucapkan untuk semua pihak yang membantu dalam

penyusunan skripsi ini, baik itu dari pihak Universitas Sumatera Utara khususnya

Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, serta semua

kerabat dan rekan-rekan.

Akhir kata, skripsi ini disadari masih memiliki kekurangan baik dari segi

sistematika penulisan maupun dari segi isi. Demi kesempurnaan di masa yang

akan datang, diharapkan berbagai saran dan kritikan konstruktif dari semua pihak

yang menggunakan skripsi ini. Atas perhatian semua pihak, disampaikan terima

kasih.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTARI ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 13

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 13

1.5 Kerangka Teori ... 14

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 14

I.5.2. Media Massa dan Televisi ... 17

I.5.3. Iklan dan Iklan Media di Televisi ... 19

I.5.4. Minat Beli ... 21

I.5.5. Teori AIDDA ... 22

1.6 Kerangka Konsep ... 24

1.7 Model Teoritis ... 25

1.8 Variabel Operasional ... 26

1.9 Defenisi Operasional ... 27

(7)

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 31

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 31

II.1.2. Pengertian Komunikasi Massa ... 32

II.2 Periklanan ... 35

II.2.1. Pengertian Iklan ... 35

II.2.2. Perkembangan Iklan ... 37

II.2.3. Fungsi, Jenis, dan Manfaat Iklan ... 40

II.3 Iklan Televisi ... 45

II.3.1. Televisi Sebagai Media Iklan ... 45

II.3.2. Bentuk-Bentuk Iklan Televisi ... 49

II.4 Minat Beli ... 50

II.5 Teori AIDDA ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55

III.1.1. Deskripsi FISIP USU ... 55

III.1.2. Sarana dan Fasilitas di FISIP USU ... 60

III.2 Metode Penelitian ... 61

III.2.1. Lokasi Penelitian ... 62

III.2.2. Waktu Penelitian ... 62

III.3 Populasi dan Sampel ... 62

III.3.1. Populasi ... 62

III.3.2. Sampel ... 64

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 65

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 67

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 71

IV.2 Analisa Tabel Tunggal ... 73

IV.2.1. Karakteristik Responden ... 73

IV.2.2. Iklan BlackBerry di Televisi ... 78

IV.2.3. Minat Beli Mahasiswa USU ... 84

IV.2. Analisis Tabel Silang ... 91

IV.3 Uji Hipotesis ... 96

IV.4 Pembahasan ... 98

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 100

V.2 Saran ... 101

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Populasi Mahasiswa FISIP USU ... 62

Tabel 2 Sampel ... 65

Tabel 3 Departemen ... 73

Tabel 4 Stambuk / Angkatan ... 74

Tabel 5 Usia ... 75

Tabel 6 Jenis Kelamin ... 75

Tabel 7 Uang Saku Perbulan ... 76

Tabel 8 Tinggal Bersama ... 77

Tabel 9 Intensitas Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 78

Tabel 10 Tertarik untuk Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 79

Tabel 11 Frekuensi Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 79

Tabel 12 Isi Pesan yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry ... 80

Tabel 13 Pesan yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry ... 81

Tabel 14 Informasi yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry terhadap Kegunaan dan Kelebihan Produk BlackBerry ... 82

Tabel 15 Bentuk Tayangan Iklan (Bahasa, Gambar, dan Warna) BlackBerry .. 83

Tabel 16 Perhatian terhadap Produk BlackBerry ... 84

Tabel 17 Produk BlackBerry dari Segi Fashionable ... 85

Tabel 18 Produk BlackBerry dari Segi Penggunaanya / Pengoperasiannya ... 85

Tabel 19 Produk BlackBerry dari Segi Fitur ... 86

Tabel 20 Produk Blackberry dari Segi Bentuk / Model ... 87

Tabel 21 Minat untuk Mengetahui Produk BlackBerry Lebih Jauh ... 88

(10)

Tabel 23 Keinginan untuk Menjadi Pengguna BlackBerry ... 89

Tabel 24 Memutuskan dan Membeli Blackberry ... 90

Tabel 25 Hubungan antara Uang Saku Perbulan dan Keputusan untuk Membeli BlackBerry ... 91

Tabel 26 Hubungan antara Status Tempat Tinggal dan Frekuensi Melihat Iklan BlackBerry di televisi ... 93

Tabel 27 Hubungan antara Intensitas Melihat Iklan BlackBerry di televisi dan Kepusutsan untuk Membeli BlackBerry ... 94

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Iklan BlackBerry dan Minat Bali Mahasiswa FISIP USU”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU, dan untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU terhadap produk-produk BlackBerry.

Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan iklan BlackBerry di televisi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,463. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara tayangan iklan BlackBerry di televisi dengan minat beli mahasiswa FISIP USUcukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 21.43%.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Periklanan saat ini sedang mendapat sorotan tajam semenjak aspek

informasi menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses

membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang

mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat.

Periklanan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan publik mengenai

ketersediaan dan karakteristik sebuah produk (product knowledge). Periklanan

dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan suatu perusahaan

(khususnya produk konsumsi / consumer goods) untuk mengarahkan komunikasi

yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan,

pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra konsumen yang berkaitan

dengan suatu produk atau merek. Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi

perilaku konsumen dalam membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak

pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif

dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dan konsumen, dan sebagai upaya

perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena adanya

suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu

produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen

yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk

(13)

Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan

oleh perusahaan. Bahkan kegiatan iklan dianggap sangat penting jika ingin

produknya sukses di pasaran. Tak heran setiap tahun, bahkan setiap launching

produk baru, perusahaan menghabiskan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk

pengeluaran biaya iklan. Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat biaya

ini bertambah setiap tahunnya. Perusahaan berlomba-lomba membuat iklan untuk

membangun posisi yang menguntungkan di pasar.

Saat ini banyak perusahaan yang mengandalkan usaha brand awareness

produknya melalui usaha-usaha periklanan. Baik itu di media cetak, media luar

ruang, media audio maupun di media audiovisual. Tidak dipungkiri lagi bahwa

iklan merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk mempengaruhi

konsumen mengubah persepsi mereka terhadap suatu produk maupun merek

tertentu.

Tiada hari tanpa iklan. Itulah gambaran saking banyaknya iklan yang

muncul di televisi. Setiap jam, setiap acara selalu dipenuhi tayangan iklan. Iklan

di televisi sekarang sudah memasyarakat, bahkan cenderung membius. Jika

melihat pengaruhnya, dampak iklan itu sendiri bisa positif maupun negatif

tergantung siapa audiensnya. Iklan memang dapat mempengaruhi perilaku

konsumen terhadap merek yang diiklankan. Pengaruh iklan pada perilaku

konsumen ini sangat variatif, mulai dari mendorong konsumen untuk mencari

produk yang dimaksud sampai dengan mendorong orang yang sebelumnya tidak

(14)

Sebagai salah satu alat dalam bauran promosi, iklan didefinisikan sebagai

pesan yang didanai oleh suatu sponsor yang teridentifikasi dan pesan tersebut

dikirimkan melalui media komunikasi massa (Russel dan Lane, 1996). Kotler

(2003 : 590) mendefinisikan iklan sebagai suatu suatu bentuk presentasi

nonpersonal dan promosi suatu gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh

sponsor yang teridentifikasi. Presentasi nonpersonal di sini terjadi karena iklan

melibatkan media massa yang dapat menyampaikan pesan kepada segmen pasar

yang dituju. Iklan bukanlah suatu alat promosi yang memungkinkan munculnya

komunikasi dua arah yaitu dari pemasar ke pasar yang dituju maupun sebaliknya.

Hal inilah yang menjelaskan pernyataan nonpersonal dalam definisi iklan.

Konsekuensi dari komunikasi satu arah ini adalah pemasar tidak mungkin

mendapatkan atau bahkan mengetahui respon pasar sasaran secara langsung.

Menurut Guiltinan (1997), iklan akan dapat digunakan untuk mencapai

paling tidak salah satu dari efek berikut, yaitu : tahap kognitif, yang

mengindikasikan bahwa pesan telah diterima; tahap afektif, yang

mengindikasikan perkembangan sikap (suka atau tidak suka) terhadap produk atau

perusahaan; dan tahap perilaku, yaitu respon aktual yang dilakukan oleh audience

sasaran. Setiap program komunikasi mempunyai karakteristik yang unik sehingga

pemasar harus mempertimbangkannya agar sesuai dengan harapan yang ingin

diraih dari program komunikasi tersebut.

Bendixen (1993) mengemukakan beberapa tujuan iklan yang biasanya

diterapkan oleh para pemasar, yaitu menciptakan kesadaran akan produk atau

merek baru, menginformasikan kepada konsumen tentang fitur dan manfaat dari

(15)

merek, menciptakan preferensi akan suatu produk atau merek, dan membujuk

konsumen untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Sedangkan menurut

Guiltinan (1994), tujuan iklan adalah menciptakan kesadaran, mengingatkan

konsumen untuk menggunakan produk, mengubah perilaku tentang penggunaan

suatu bentuk produk, mengubah persepsi tentang pentingnya suatu atribut produk,

mengubah keyakinan tentang merek, penguatan perilaku, penciptaan citra

perusahaan dan lini produk dan usaha untuk mendapat respon secara langsung.

Secara umum, bila dikompilasikan maka tujuan-tujuan iklan bisa disarikan

menjadi tiga hal dasar yaitu menginformasikan, mengingatkan dan membujuk

seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2004).

Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk

memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, yang

harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar

memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu membujuk

khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi

pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan

harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh

departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat

memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Singkatnya, periklanan harus dapat

mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli.

Iklan bisa digunakan untuk membentuk citra jangka panjang sebuah

produk dan juga untuk menggerakkan penjualan cepat. Iklan merupakan cara

efisien untuk mencapai banyak pembeli yang secara geografis tersebar. Iklan

(16)

terhadap pasarnya. Masalah dana iklan tergantung pada media yang dipilihnya

tentunya iklan melalui televisi membutuhkan anggaran yang besar, dibandingkan

iklan surat kabar, radio, brosur, pamflet, baliho dan lain-lain, bisa dilaksanakan

dengan anggaran kecil.

Hasil survey Nielsen menyebutkan nilai belanja iklan sepanjang tahun

2009 mencapai Rp 48,5 triliun, naik 16% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 41,7

triliun. Belanja iklan di media televisi mencapai Rp 29 triliun.

"Lebih dari Rp 29 triliun beriklan di televisi, sekitar Rp 16 triliun di koran dan

lebih dari 1 triliun di majalah," ungkap Senior Manager Media Nielsen Maika

Randini di kantornya, Mayapada Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa

(19/1/2010). Menurutnya, nilai belanja iklan yang tayang baik di media televisi,

koran dan majalah meningkat 8% di 2009. Ia mengatakan, hasil survey tersebut

dihitung berdasarkan published rate card tanpa iklan baris, diskon dan lain-lain.

"Iklan juga menghabiskan waktu lebih lama di layar televisi, naik 5% dari tahun

sebelumnya. Ada lebih dari 21.000 jam total iklan yang tayang di 2009, atau

setara dengan 57 jam per hari," ujarnya. Sementara total durasi program adalah

202.901 jam selama tahun 2009. Itu berarti rata-rata durasi program iklan di 2009

sekitar 555 jam per hari. Artinya, ada 10% iklan dari total program di 2009.

Sementara, jumlah spot iklan di majalah dan tabloid mengalami penurunan

masing-masing 3% pada volume iklan yang masuk. Tren peningkatan iklan

hampir di semua sektor produksi. Namun belanja iklan didominasi oleh 4 sektor

yaitu layanan korporasi, telekomunikasi, toiletries dan minuman. "Keempat sektor

tersebut mampu meraih share dobel digit. Namun kenaikan terbesar adalah

(17)

oleh telekomunikasi sebanyak Rp 3,8 triliun meski angka tersebut turun 11%

dibandingkan tahun 2008 sebanyak Rp 4,3 triliun. Disusul oleh pemerintahan dan

politik dengan belanja iklan sebanyak Rp 3,6 triliun, atau naik setara signifikan

64% dari tahun 2009 sebesar Rp 2,2 triliun. "Hal ini terkait dengan kampanye

pemilu di awal tahun 2009," katanya. Tren belanja iklan tiap triwulan selama 4

tahun terakhir selalu menunjukkan penurunan dari triwulan III ke triwulan IV.

Meskipun biasa terjadi penurunan di triwulan I, pada tahun 2009 terjadi kenaikan

karena adanya pemilu (http://vibizdaily.com/detail/bisnis/2010/01/19/nielsen_

elanja_iklan_indonesia_capai_rp_485_triliun_di_2009).

Televisi dapat dikatakan sebagai media yang ampuh untuk melaksanakan

perang kilat terhadap bisnis periklanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari

karakter media yang mampu menghadirkan sebuah realitas visual yang begitu

natural, sehingga iklan-iklan yang disampaikan lewat televisi, seakan-akan

menjadi sebuah realita yang memperesentasikan sebuah citra akan ‘dinamika

masyarakat’ (http://puslit.petra.ac.id/journals/design/).

Kemampuan televisi dalam menjangkau audiens dan dalam menciptakan

citra yang positif ataupun negatif telah menjadikannya sebagai media yang paling

efektif dalam menyampaikan iklan. Televisi sebagai media hiburan yang paling

digemari oleh masyarakat Indonesia dan bahkan dunia merupakan salah satu

media yang efektif untuk beriklan. Hal ini dikarenakan iklan televisi mempunyai

karakteristik khusus yaitu kombinasi gambar, suara, dan gerak. Oleh karena itu

pesan yang disampaikan sangat menarik perhatian penonton. Model iklan yang

disajikan oleh televisi juga sangat bervariasi. Ketika baru muncul televisi swasta,

(18)

still. Perkembangan iklan yang makin kreatif tersebut menjadikan makin

bervariasinya tayangan iklan dan bisa menjadi hiburan tersendiri. (Rendra, 2005 :

91 - 102).

Produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan salah satunya

menggunakan daya tarik para figur masyarakat. Figur masyarakat tersebut dapat

seorang tokoh, bintang TV, aktor, aktris, atlet, ilmuwan dan sebagainya.

Selebritis adalah pribadi (tokoh, aktor, aktris, intertainer, atlet) yang dikenal

masyarakat untuk mendukung suatu produk. Selebritis merupakan juru bicara

produk. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika biaya yang dikeluarkan

untuk beriklan di televisi jauh melampaui biaya yang digunakan untuk beriklan di

media lain. Sejalan dengan semakin menguatnya minat dan intensitas masyarakat

untuk menonton televisi telah memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada

audiensnya.

BlackBerry adalah

lainnya. Penggunaa

menjadi suatu kebutuhan untuk fashion. BlackBerry pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1997 oleh perusahaan

Kemampuannya menyampaikan informasi melalui jaringan data nirkabel dari

layanan perusahaan telepon genggam hingga mengejutkan dunia. BlackBerry

pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh

operator Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan

pengejewantahan dari RIM yang merupakan rekan utama BlackBerry. Di

(19)

instalasi BlackBerry melalui operator Indosat. Indosat menyediakan layanan

BlackBerry Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server. Pasar BlackBerry

kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air yakni Excelkom

dan

Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server+ (BES+). Sementara, operator

dengan BlackBerry Enterprise Server. Umumnya BlackBerry dijual sepaket

dengan nomor operator

demikian unit BlackBerry dikunci dengan tiga operator. Namun ada juga unit

BlackBerry sebagai unit yang terpisah, alias sudah di unlock sehingga bisa dipakai

oleh seluruh operator. BlackBerry seperti ini berasal dari luar negeri. Produk yang

menjadi andalan utama dan membuat Blackberry digemari di pasar adalah surat-e

gegas (push e-mail). Produk ini mendapat sebutan surat-e gegas karena seluruh

surat baru, daftar kontak, dan informasi jadwal (calendar) “didorong” masuk ke

dalam Blackberry secara otomatis

Setelah 4 tahun dikenalkan di Indonesia,

permintaannya naik tajam. Pengguna BlackBerry sampai saat ini dari golongan

menengah ke atas karena harganya yang masih mahal atau setara dengan

handphone high-end. Pada tataran itu hanya terjangkau kalangan tertentu. Para

eksekutif khususnya yang muda menjadikan BlackBerry sebagai kelengkapan

penampilan atau aksesoris fashion. Di mall, cafe dan, tempat nongkrong kaum

borju, para pengunjungnya banyak yang menggunakan BlackBerry

(20)

Pertumbuhan pasar BlackBerry memang mengejutkan, khususnya setelah

perangkat komunikasi ini tidak hanya dipasarkan ke kalangan korporat, tetapi juga

ke konsumen umum (ritel / individual). Dalam tempo empat bulan setelah layanan

BlackBerry On Demand diluncurkan Indosat, jumlah pelanggan bertambah 15

ribu. Total yang pernah pakai BlackBerry On Demand sekitar 30.000 ribu orang.

Kurun waktu tahun 2004 - 2005, pertumbuhannya 25%. Tahun 2006 naik 50%.

Tahun 2006 – 2007 tumbuh 100% karena Blackbeery masuk ke pasar ritel, post

paid. Tahun 2007 – 2008 berkembang 250%. Pelanggan layanan BlackBerry

Indosat sudah berjumlah 35.500 (Wahyu Wijayadi, Direktur Corporate Services

Indosat, Kompas).

Kalau dilihat kebelakang, awal popularitas BlackBerry adalah ketika

Presiden Barack Obama dilantik. Dia menolak protokoler kepresidenan Amerika

yang akan memisahkannya dengan gadget kesayangannya, BlackBerry. Masalah

Presiden baru Amerika Barack Obama itu menjadi berita di berbagai media

sehingga mendorong orang di seluruh dunia untuk mengetahui apa sebenarnya

BlackBerry itu, apakah beda dengan phone, smartphone,PDA dan sejenisnya.

Bukan hanya artis yang menggunakan BlackBerry, ibu rumah tangga maupun

mahasiswa juga menggunakannya hanya sekedar mengikuti trend. Padahal

menggunakan BlackBerry hanya untuk chatting, mengakses

layanan standar seperti e-mail yang sebenarnya sudah bisa diakses dengan

(21)

Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan Blackberry untuk

menawarkan produknya agar menarik minat konsumen terhadap produk tersebut

adalah melalui iklan. Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting

karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan

beli. Fungsi iklan selain sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000)

menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun profit perusahaan dan sebagai

media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk atau jasa.

Dari berbagai macam media yang ada, banyak pengiklan yang memandang

televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan informasi. Iklan

yang ditayangkan dengan menggunakan jasa televisi sangat beragam, diantaranya

adalah iklan Blackberry. Dengan iklan yang ditayangkan, apakah sudah mengena

pada masyarakat agar dapat menerima pesan tersebut melalui iklan yang

ditayangkan dalam memasarkan produk Blackberry yang ada, maka Blackberry

menayangkan iklannya di berbagai stasiun televisi.

Penayangan iklan Blackberry di televisi diharapkan mengena pada sasaran

konsumen, baik tentang pesan iklan, audio, bintang iklan, dialog, penampilan

visual dan pengaturan. Rasa tertarik terhdap iklan Blackberry mungkin dapat

dimunculkan dengan pewarnaan, gambar, atau pesan iklan yang menarik, dan hal

ini pada gilirannya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan

penyusunan kalimat dalam pesan iklan. Iklan Blackberry yang ditayangkan di

televisi maupun iklan Blackberry yang ditayangkan oleh berbagai provider yang

ada telah mampu menarik perhatian khayalak. Desain Blackberry yang elegan dan

fashionable yang dituangkan dalam iklan itu sendiri seolah-olah mampu menarik

(22)

Maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa iklan Blackberry

adalah sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada

komunikannya (khayalak sasaran) dengan tujuan untuk menarik perhatian agar

pesan yang disampaikan dapat diterima. Khayalak harus dibuat lebih dari sekedar

merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk

atau jasa yang diiklankan.

Iklan Blackberry mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakannya

dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan perusahaan. Peran iklan

dalam mempengaruhi penjualan seperti yang terlihat dari berbagai teknik

periklanan televisi dengan tingkat eksposur iklan memberikan image tersendiri

bagi konsumen (Lutz : 1995). Perusahaan berharap konsumen potensial akan

berperilaku seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya.

Iklan Blackberry yang di tayangkan media televisi membentuk pernyataan

sikap konsumen yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap

terhadap iklan Blackberry dipengaruhi oleh persepssi konsumen terhadap iklan itu

sendiri. Sikap terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah

iklan. Sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal

tersebut.

Berdasarkan observasi penelitian lapangan yang dilakukan oleh peneliti,

Blackberry cukup mendapat perhatian di masyarakat. Peneliti melihat produk ini

telah menjadi fenomena tersendiri di masyarakat. Peneliti memilih mahasiswa

FISIP USU sebagai subjek penelitian karena berdasarkan pengamatan yang

dilakukan peneliti, cukup banyak mahasiswa FISIP USU yang menggunakan

(23)

yang tersedia atau sekedar untuk menjadi gaya hidup diantara sesama teman.

Selanjutnya peneliti melihat hubungan iklan Blackberry tersebut terhadap minat

beli mahasiswa FISIP USU yang cukup besar .

Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, penulis merasa tertarik

untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai Hubungan Tayangan Iklan

BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana hubungan

tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP

USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup psenelitian yang terlalu luas dan

menempatkan penelitian lebih fokus, maka penulis perlu membuat pembatasan

masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari hubungan dan menguji

hipotesis.

2. Penelitian dilakukan di berbagai stasiun televisi swasta yang menayangkan

(24)

3. Objek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun

angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan

iklan BlackBerry di televisi.

4. Penelitian dilakukan pada bulan April 2010 – Juni 2010.

I.4. Tujuan dan manfaat peneltian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi

terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU.

2. Untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat

mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU.

3. Untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU

terhadap produk-produk BlackBerry.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan

penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

penulis dan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai Ilmu

(25)

3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

mahasiswa untuk lebih selektif dalam mengadopsi tayangan iklan di

televisi sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap iklan produk tertentu.

I.5. Kerangka Teori

Suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot (Nawawi, 1991 : 40 - 41).

Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu

teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah

tertentu. Kerlinger menyebutkan teori merupakan suatu kumpulan construct atau

konsep, definisi, dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis

melalui penentuan hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan atau

memprediksi fenomena alam. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa teori, diantaranya : 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa, 2. Media

Massa dan Televisi, 3. Iklan dan Iklan di Media Televisi, 4. Minat Beli, 5.

AIDDA.

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau

kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, ada pula yang

(26)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggrisnya communication berasal

dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis, yang berarti

sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1992 : 9). Jika kita

mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan

kesamaan makna dengan orang tersebut. Makna berbagai hal bagi orang-orang

timbul dari tindakan bersama yang dilakukan oleh orang-orang itu. Selanjutnya,

tindakan itu berupa pengamatan berbagai hal dan penempatan arah perbuatan

berdasarkan interpretasi personal. Dengan mengamati, tanda, isyarat, dan

petunjuk, mereka menciptakan makna berbagai objek.

Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau

informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna

mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Komunikasi adalah

penyampain pikiran, pendapat informasi, atau sikap demgam nernicara menulis

atau memberi isyarat (Moekijat, 1993 : 5).

Ada lima unsur yang utama demi kelangsungan suatu proses komunikasi,

yaitu :

a. Komunikator (communicator)

b. Pesan (message)

c. Media (media)

d. Komunikan (communican)

e. Efek (effect)

Jadi dikatakan sebagai komunikasi yaitu dengan terdapat berbagai unsur

tersebut, jika salah satu dari unsur tersebut tidak terdapat, maka komunikasi tidak

(27)

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi kemudian dilakukan

dengan menggunakan media, baik itu media catak maupun elektronik. Hal

tersebut menyebabkan proses pengiriman pesan dalam komunikasi dapat

dilakukan secara serempak dan dapat diteriam khalayak dalam jumlah yang besar

dalam satu waktu tertentu. Kegiatan komunikasi semacam ini kemudian disebut

sebgai komunikasi massa.

Komunikasi massa adalah komunnikasi dengan menggunakan media

massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas,

radio, dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum, dan film yang

dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 1992 : 13).

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komuniasi manusia (human

communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat

mekanik yang mampu mlipatgandakan produksi pesan-pesan komunikasi.

Komunikasi massa adalah ringkasan dari komunikasi melalui media massa

(communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa)

dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media

atau sarana komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara,

yaitu : komunikasi oleh media dan komunikasi untuk massa. Namun, komunikasi

massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung

(28)

Menurut McQuail (1994 : 33), komunikasi massa dapat juga dikenali dari

karakter yang dimiliki, yaitu :

1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal

dan pengiriman seringkali merupakan komunikator atau orang yang

profesional.

2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan

tersebut seringkali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga

merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan peneriam pesan biasnya bersifaat satu arah

dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak

bertanggung jawab atas konssekuensi yang terjadi pada apra individu dan

pesan yang diperjualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian

tertentu.

I.5.2. Media Massa dan Televisi

Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonim melewati media cetak

atau media elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara

serentak dan sesaat. Hal ini menunjukkan bahwa ada dua jenis media massa,

yaitu: cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi dan radio).

Jadi, televisi termasuk dalam jenis media yang bersifat elektronik. Media massa

adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada

(29)

surat kabar, film, radio, dan televisi. Media massa digunakan dalam proses

komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh.

Pengertian media massa sendiri adalah media komunikasi yang mampu

menimbulkan keserempakan, dalam arti khayalak dalam jumlah yang relatif yang

sangat banyak secara bersam-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan

yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio,

televisi siaran, dan film teatrikal yang ditayangkan di gedung bioskop (Effendy,

1992).

Komunikasi media massa televisi adalah proses antar komunikator dengan

komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi komunikasi massa

televisi bersifat periodek. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga

penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan melainkan melibatkan

banyak orang dengan organisasi kompleks serta pembiayaan yang cukup besar.

Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam

gambar yang bergerak (Kuswandi, 1996 : 16).

Hubungan media massa dengan khayalak tidak dapat dilihat secara

terpisah melainkan sebagai satu kesatuan. Sudah banyak penelitian komunikasi

yang telah dilakukan untuk melihat hubungan khayalak dengan medianya.

Awalnya pendekatan yang digungakan oleh peneliti hanya melihat bagaimana

efek komunikasi yang terjadi akibat isi pesan yang disampaikan oleh media

(30)

I.5.3. Iklan dan Iklan di Media Televisi

Kleppner menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa

Latin, advere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain

(Liliweri, 1992 : 17). Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefenisikan istilah

periklanan sebagai berikut : periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang

paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial

atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Jefkins,

1996 : 5). Masyarakat Periklanan Indonesia mendefenisikan iklan sebagai segala

bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan

kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Khasali, 1992 : 11).

Media iklan terbagi atas dua, yaitu:

1. Media lini atas (above the line media), merupakan bentuk media primer

yang terdiri dari : radio, surat kabar, majalah, papan luar (billboard), dan

televisi.

2. Media lini bawah (below the line media), merupakan bentuk emdia

sekunder yang terdiri adari : pameran, leafleat, brosur, poster, dan stiker

(Rhenald, 1992 : 23).

Media televisi merupakan salah satu media iklan yang efektif untuk

menyampaikan pesan iklan kepada konsumen potensial. Media televisi

merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan iklan produk,

positioning iklan tersebut dalam sela-sela program siaran televisi. Maka semakin

banyak waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat iklan dalam media tersebut.

Bentuk siaran dalam media televisi sangat tergantung dari berbagai bentuk

(31)

bentuk lainnya. Bentuk iklan ditelevisi yaitu: Pensponsoran, partisipasi,

pengumuman maupun announ cement.

Media televisi menimbulkan danpak yang kuat terhadap konsumen dalam

hal menciptakan kelenturan dengan mengkombinasikan audio visual sehingga

iklan dapat dikemas dalam bentuk yang menarik. Iklan media televisi dapat

mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen sasaran dimana banyak konsumen

potensial meluangkan waktu didepan televisi sebagai sumber berita dan informasi.

Sebagai media penyiaran, keunikan televisi adalah sangat personal dan

demonstratif, tetapi juga sangat mahal dan dianggap penyebab ketidakteraturan

(clutter) dalam persaingan. Seperti media lainnya, periklanan di televisi

mempunyai sejumlah kekuatan, antara lain (Shimp, 2003 : 535 - 536) :

1. Televisi memiliki kemampuan yang unik untuk mendemonstrasikan

penggunaan produk.

2. Televisi juga mempunyai kemampuan untuk muncul tanpa diharapkan

(intusion value).

3. Kemampuan televisi untuk memberikan hiburan dan menghasilkan

kesenangan.

4. Kemampuan televisi untuk menjangkau para konsuumen satu-persatu.

5. Televisi dapat menayangkan humor sebagai strategi periklanan yang

efektif.

6. Periklanan dengan menggunakan televisi sangat efektif dengan tenaga

penjualan perusahaan dan perdagangan.

7. Manfaat terbesar periklanan bagi televisi adalah kemampuannya untuk

(32)

I.5.4. Minat Beli

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,

2001).

Mehta (1994 : 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan

konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan

konsumen melakukan pembelian.

Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004 :

44) adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli

produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode

tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari diri

konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek

tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli

konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi

menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang

akan datang.

Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)

(Thamrin, 2003 : 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku

konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak

sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Rossiter dan Percy (1998 :

126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk

(33)

tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa)

merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan

untuk melakukan pembelian.

I.5.5. Teori AIDDA

Mengingat iklan merupakan suatu proses atau kegiatan komunikasi yang

melibatkan pihak perusahaan dan masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa

AIDDA adalah teori yang sesuai untuk melihat tahapan iklan tersebut.

Menurut Effendy (2002 : 25), AIDDA adalah singkatan dari Attention,

Interest, Desire, Decision, dan Action. Proses pentahapan komunikasi ini

mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan

membangkitkan perhatian atau attention. Dalam hubungan ini komunikator harus

menimbulkan daya tarik.

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadi

suatu awal suksesnya proses komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah

terbangkitkan, hendaknya disusun dengan upaya menumbuhkan minat atau

interest, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat

merupakan kelanjutan dari perhatan yang merupakan titik tolak bagi timbulnya

suatu hasrat atau desire untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh

komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, maka bagi

komunikator ini belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya

keputusan atau decision, yaitu keputusan untuk melakukan kegiatan atau action

(34)

Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan,

dan atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Jefkins

(1996 : 234 - 235) :

a. Perhatian

Kecuali sutau iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan

perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain, iklan yang dihasilkan tidak

akan diperhatikan sedikitpun oleh pembaca. Beberapa stimulus mampu menarik

perhatian karena orang diajari atau dikondisikan untuk bereaksi terhadap suatu

iklan, sebagai contoh : musik / sound seperti telepon atau bel pintu dan sirine yang

meraung-raung kadang dimasukkan sebagai latar belakang iklan radio dan

televisi. Jalan cerita yang menggambarkan pesan iklan itu sendiri juga dianggap

mampu menarik perhatian.

b. Ketertarikan

Tidak ada patokan tertentu yang membuat orang tertarik pada iklan kecuali

iklan itu juga berhasil meraih rasa ketertarikan mereka, di mana daya tarik iklan di

sini menggunakan sederetan selebritis yang dianggap paling cantik dan elegan

yang sesuai dengan image produk.

c. Keinginan

Pembaca harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, maka

harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.

Pengetuahuan juga meningkatkan kemauan konsumen untuk memahami suatu

pesan. Efek menguntungkan pemahamann ini akan disertai berkurangnya

kesalahpahaman. Jadi harapan yang diciptakan label merk cukup kuat uintuk

(35)

waktu disodori suatu iklan akan mempengaruhi penekanan yang diberikan pada

sifat pemikat perhatian suatu iklan karena konsumen sudah dimotivasi

kebutuhannya sendri untuk memproses iklan itu.

d. Keputusan

Keputusan sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk

membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan, namun juga

perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang

layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan

sebagaiman yang mereka inginkan, tentu saja keputusan di sini mungkin dapat

diraih dengan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang

diiklankan.

e. Tindakan

Yaitu bagaimana iklan mampu menimbulkan respon. Iklan di media massa

mampu membuat khayalak melakukan tindakan sesuai yang diinginkan, yang

mengarah pada tindakan pembelian nyata dan atau pembelian ulang bagi

konsumen yang mempunyai loyalitas.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 2001

: 40). Konsep adalah gambaran mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas

dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kselompok, dan

(36)

Kerangka konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam

merumuskan hipotesa penelitian. Konsep yang akan dikemukakan dalam

penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang

menentukan munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1991 : 56).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan BlackBerry di Televisi.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada

atau tidak ada munculnya dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas

(Nawawi 1991 : 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Minat Beli

Mahasiswa FISIP USU.

3. Variabel Antara (Intervening Variable)

Varabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan

tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991 :

58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Responden.

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi

suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Bebas (X)

Iklan BlackBerry di Televisi

Variabel Terikat (Y)

Minat Beli Mahasiswa FISIP USU

Variabel Antara (Z)

(37)

I.8. Variabel Operasional

Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan

kesesuain penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni :

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

2. Afektif (sikap atau perasaan /

emosi)

(38)

- Desire (keinginan)

3. Konatif (perilaku / tindakan)

- Decision (keputusan)

- Action (tindakan)

3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Departemen

2. Tahun Angkatan

3. Jenis Kelamin

4. Usia

5. Uang Saku Perbulan

6. Status Tempat Tinggal

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Oleh karena itu, variabel

defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Iklan BlackBerry di Televisi

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan iklan BlackBerry di televisi

adalah iklan BlackBerry yang hadir di berbagai stasiun televisi swasta yang ada di

televisi.

1. Bahasa / kata-kata, yaitu sejauh mana bahasa / kata-kata yang disajikan

pada iklan tersebut mampu menarik dan dimengerti oleh responden.

2. Gambar, apakah gambar yang ditayangkan dalam iklan dapat menarik dan

(39)

3. Kejelasan pesan, apakah pesan yang disampaikan dalam iklan mampu

dicerna atau dimengerti dengan jelas oleh responden.

4. Gaya bahasa, yaitu bagaimana gaya bahasa yang ditampilkan dalam iklan

mampu menarik responden untuk membeli produk.

5. Suggestive information, yaitu mencoba untuk memberitahukan kegunaan

dan kelebihan dari produk yg diikalnkan.

6. Frekuensi melihat iklan Blackberry, yaitu tingkat keseringan responden

melihat iklan BlackBerry yang ditayangkan di televisi.

2. Minat Beli Mahasiswa FISIP USU

Dalam hal ini, yang diamati adalah aspek :

1. Kognitif (kesadaran dan pengetahuan)

- Attention (perhatian), yaitu khayalak melihat tayangan iklan di televisi.

Perhatian ini muncul karena iklan tersebut dikemas sedemikian rupa

dengan gaya bahasa yang tepat sehingga kelihatan menarik.

2. Afektif (sikap atau perasaan / emosi)

- Interest (minat), yaitu setelah perhatian khayalak terfokus pada iklan

yang dimuat, maka perhatian tersebut dapat menjadi minat yang dapat

menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh mengenai produk

tersebut.

- Desire (keinginan), yaitu kebutuhan atau keinginan khayalak untuk

membeli atau memiliki, memakai sesuatu harus dibangkitkan, yaitu

dari proses adanya rasa ketertarikan terhadap iklan kemudian timbul

(40)

- Decision (keputusan), yaitu tahap di mana kebutuhan khayalak telah

berhasil diciptakan. Khayalak harus diyakinkan agar mengambil

keputusan untuk melakukan pembelian dan khayalak harus

benar-benar yakin dengan keputusan yang dilakukan untuk membeli produk

tersebut.

3. Konatif (perilaku / tindakan)

- Action (tindakan), yaitu tahap terakhir setelah melalui tahap perhatian,

minat, keinginan, dan keputusan. Pada tahap ini khayalak yang melihat

iklan tersebut sudah melakukan suatu tindakan pembelian terhadap

produk atau jasa yang diiklankan.

3. Karakteristik Responden

1. Departemen, yaitu departemen yang diambil responden.

2. Tahun Angkatan / stambuk, yaitu tahun masuk responden

3. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita dari responden.

4. Usia, yaitu usia / umur responden.

5. Uang Saku Perbulan, yaitu pengeluaran mahasiswa tiap bulannya.

6. Status Tempat Tinggal, yaitu keberadaan tempat tinggal mahasiswa.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat

tentaif (sementara) yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya

(41)

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi

dengan Minat Beli Mahasiswa FISIP USU

Ha : Terdapat hubungan antara Tayangan Iklan Blackberry di Televisi dengan

(42)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal

dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata

communis. Communis berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama

makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara

orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang

dikomunikasikan. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian

suatu peernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jelas bahwa komunikasi

melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang

lain. Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan

yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari

hubungan sosial (Effendy, 1992 : 3-5).

Widjaja (2000 : 15) menyimpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

Komunikasi akan dapat berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika

sipengirim dan sipenerima informasi dapat memahaminya. Dari pengertian

komunikasi yang dikemukakan para ahli, dapat dilihat komponen atau unsur yang

dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, yaitu : komunikator,

(43)

Unsur komunikasi itu dapat dilihat melalui paradigma Laswell, yaitu :

Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect (Effendi, 1999 : 10).

Dari paradigma Laswell tersebut, diperoleh lima komponen atau unsur

komunikasi, yaitu :

1. Komunikator adalah pihak yang menyampaikan pesan pada seseorang atau

sejumlah orang, atau sering juga disebut dengan sumber.

2. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang.

3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator, sering

juga disebut dengan penerima (receiver).

4. Media adalah sarana atau saluran yang mengandung pesan bila komunikan

jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

5. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Ilmu komunikasi sendiri dalam aplikasinya akan mampu mencegah dan

menghilangkan konflik karena semakin banyak manusia yang dicakup, cenderung

akan semakin banyak masalah yang timbul. Berkenaan dengan itu, Effendy (1994

: 28) mendefenisikan juga hakekat komunikasi yaitu pernyataan benar

antarmanusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

II.1.2. Pengertian Komunikasi Massa

Istilah komunikasi diambil dari bahasa Yunani, yaitu common, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi shared by all alike. Itulah

sebabnya, komunikasi pada prinsipnya harus dua arah dalam rangka pertukaran

(44)

Sedangkan komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (auidiens atau

khayalak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan

(komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama

lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan feedback

(umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif (Kuswandi,

1996 : 16).

Beberapa karakteristik yang pernah ditulis para pakar komunikasi untuk

mendefenisikan gejala komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikator adalah suatu organisasi media yang mempunyai institusi

sosial yang jelas.

2. Message (pesan) diproduksi secara besar-besaran (dalam jumlah besar)

dan disebarkan kepada audiens dalam jumlah yang besar pula.

3. Komunikan pada umumnya adalah publik yang bersifat anonim (tidak

saling mengenal).

4. Komunikan bisa mengelompok pada suatu tempat atau karena suasana

tertentu, tetapi juga terpencar meliputi wilayah yang luas.

5. Feedback (umpan balik) umumnya bersifat tidak langsung atau tertunda

karena kontak langsung antara komunikator dan komunikan terhalang oleh

medium. Umpan balik langsung hanya untuk pesan dan medium.

6. Tingkat kerangka referensi (frame of reference) antara pengirim (sender)

dan penerima (receiver).

(45)

8. Media massa dapat membantu membentuk struktur sosial yang baru secara

cepat dan harmonis dengan :

a. Menjadikan dirinya alat pengikat ataupun perantara dalam perubahan

yang semakin renggang ikatannya.

b. Menyadarkan masyarakat luas akan perubahan struktur yang

diperlukan oleh masyarakat tradisional agar ia mampu bertahan.

Mc Quail (1994 : 33) menjabarkan ciri-ciri utama komunikasi massa

sebagai berikut :

1. Sumber komunikasi massa merupakan suatu organisasi formal dan sang

pengirimnya seringkali komunikator personal.

2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan

tersebut diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan juga

merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta

acuan simbol yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat dua arah dan jarang

sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut bersifat interpersonal bahkan

mungkin bersifat nonmoral dan kalkulatif. Artinya, pengirim biasanya

tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada setiap

(46)

II.2. Periklanan II.2.1. Pengertian Iklan

Secara etimologi, iklan berasal dari bahasa Latin, yaitu ad-vere yang

berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Sedangkan

advertensi dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu advertising

(Liliweri, 1997 : 17). Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari

bahasa Perancis, yaitu re-clamare yang berarti meneriakkan berulang-ulang.

Meneriakkan berulang-ulang di pinggir jalan, lorong ataupun yang sejenisnya

sudah merupakan bersifat iklan. Bedanya hanyalah, bahwa iklan pada umumnya

menggunakan media sehingga reklame dagangan dapat tersebar luas dan tidak

perlu bersusah payah membawa barang atau jasa yang hendak dijual.

Kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata,

tetapi juga oleh masyarakat luas. Artinya dengan adanya iklan maka masyarakat

jadi tahu akan kelebihan dan keuntungan yang akan diperoleh daripada barang

atau jasa yang dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan pula,

masyarakat jadi mudah mencari dimana tempat untuk mendapatkan barang atau

jasa, sesuai dengan yang diinginkannya.

Selain itu, masyarakat adalah sekumpulan dari berbagai macam individu

yang selalu disibukkan dengan kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak jarang

lupa atau memang sengaja melupakan hal-hal yang kurang berkenaan dengan

dirinya. Pokok umpamanya, sebagai salah satu kebutuhan tambahan dalam hidup

manusia. Oleh karena itu, memberitahukan, menggerakkan, meyakinkan, dan

menggiatkan masyarakat adalah sangat penting terutama bagi perusahaan di dalam

(47)

Mengenai pengertian iklan sendiri, banyak para ahli yang telah

menyumbangkan pemikiran, seperti C.H. Sandage dalam bukunya Advertising

Theory and Practice yang mengatakan, bahwa iklan adalah :

“The dissemination of information, concerning idea, service or product to

compelaction in accordance with the intent of the advertiser” (Iklan adalah

penyebaran informasi beripa ide, pelayanan atau produk untuk

menimbulkan kegiatan sesuai dengan yang diinginkan oleh si pemasang

iklan) (H.R. Danan Djaja, 1985 : 110).

Secara sederhana, Rhenald Kasali mendefenisikan iklan sebagai pesan

yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu

media (Kasali, 1992 : 9).

American Marketing Association (AMA) mendefenisikan iklan sebagai

berikut :

“Any paid from of nonpersonal presentation and promotion of ideas,

goods, or services by an identified sponsor” (Kasali 1992 : 10).

Sementara kode Etik Periklanan Indonesia menguraikan sebagai berikut :

“Iklan adalah publikasi atau penyiaran yang berupa reklame, pemberitahuan atau

pernyataan yang bersifat bukan berita (news) dengan menyewa suatu ruangan

yang khusus disediakan untuk itu, dengan maksud memperkenalkan atau

memberitahukan sesuatu melalui mass media” (H.R. Danan Djaja, 1985 : 110).

Iklan adalah publikasi yang dapat berupa reklame, pemberitahuan atau

pernyataan yang bukan bersifat berita dan disampaikan dengan menyewa satu

ruang khusus yang ada pada suatu mass media. Dalam pengertian lain, dengan

iklan sesuatu perusahaan membangun kesadaran masyarakat untuk memiliki

(48)

penyiaran di televisi, radio, surat kabar, film, dan majalah ataupun tabloid

mingguan.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan

bahwa pengertian iklan adalah :

a. Tindakan atau usaha memperkenalkan hasil produksi melalui gambar,

kata-kata, slogan, atau simbol dari pada hasil produk tersebut melalui

komunikasi langsung yang ditujukan kepada khalayak ramai agar dibeli

dan menimbulkan minat masyarakat untuk membeli dan memilikinya.

b. Usaha peningkatan penjualan hasil produk melalui media komunikasi massa

supaya dikenal secara cepat dan tersebar di pasar.

c. Sarana informasi bagi masyarakat dalam menentukan dan menumbuhkan

minat, sikap serta tindakan.

d. Salah satu sarana penghidupan bagi media massa dan surat kabar pada

khususnya.

II.2.2. Perkembangan Iklan

Periklanan dalam arti modern, merupakan usaha untuk memberi informasi

tentang suatu produk atau jasa kepada khalayak dan merupakan suatu gejala

masyarakat yang maju. Gejala ini boleh dikatakan khas, mengingat bahwa barang

atau jasa tidak dijual bersamaan dengan pemberian informasi, serta bahwa

pemberian informasi terjadi pada umumnya melalui media massa. Karena itu

syarat utama bagi apa yang kini disebut periklanan ialah adanya media, terutama

media massa. Walaupun surat kabar yang dikenal sebagai surat kabar pertama

(49)

Inggris, namun ternyata bahwa surat kabar itu belum memuat iklan. Yang dikenal

di Inggris sebagai pembawa iklan yang pertama ialah Mercurius Eritannius.

Di Inggris kemudian dikenal suatu surat kabar yang mengkhususkan diri

dalam periklanan pada tahun 1682, yaitu “A collection for the Improvement of

Husbandry and Trade“, sehingga terbitan bukan saja membawa berita penjualan

produk pertanian dan perdagangan pada umumnya, tetapi juga sudah membawa

iklan tentang lowongan kerja dan mencari pekerjaan, seperti juga berita benda

yang hilang dan berita ditemukan. Surat kabar yang diterbitkan oleh Jhon

Houghton ini, akhirnya juga memuat berita pernikahan dan pencarian jodoh, juga

seperti ulasan buku serta berita di mana dapat membelinya. Dalam abad ke- 18

dan ke- 19 di dalam dunia persuratkabaran Inggris terjadi status yang lebih tinggi,

sehingga Henry Colburn, penerbit dari surat kabar berbobot elit Anhenaum and

Frazer’s menghindari iklan berbau picisan. Akibatnya ialah bahwa dalam periode

ini iklan mini (classifiedads) berkembang, yang akhirnya dapat menghasilkan

9.000 poundsterling.

Lambat laun pasaran massa sebagaimana dikenal sekarang, makin

berkembang terutama dalam abad ke- 19 dengan menggunakan berbagai tricks

seperti penggunaan lagu-lagu populer atau pepatah yang mudah mengingatkan

seseorang akan suatu produk tertentu, menggunakan pengulangan serta

pendekatan teknik erudisi dengan menggunakan tehnik pseudo ilmiah demi

peningkatan status sosial kepada pemakai satu produk. Namun tidak semua

pedagang kaya menganggap bahwa surat kabar sebagai satu-satunya media yang

dapat menghubungkan dirinya (produk atau jasanya) dengan khalayak sasaran,

(50)

penggunaan iklan pada kendaraan-kendaraan yang membawa produknya,

sehingga pemerintah kotamadya London dalam tahun 1839 sudah mengeluarkan

apa yang dikenal sebagai metropolitan Police Act, 1839 yaitu yang mewajibkan

izin penempelan poster atau pemasangan papan temple di tempat-tempat umum,

di samping izin rekomendasi dari polisi setempat. Dalam suasana ini kegiatan

periklanan memperoleh citra negatif dan terutama dikenal sebagai “kasar dan

tidak benar”, sehingga perusahaan-perusahaan besar akhirnya kembali dengan

hanya mencantumkan pada papan tempel sekedar nama perusahaan dan

produknya untuk mengingatkan khalayak (Phil Astrid S. Susanto, 1997 : 188 ).

Sedangkan di Amerika Serikat, perkembangan dunia iklan dirintis oleh

Benjamin Franklin, yang dijuluki sebagai Bapak Periklanan Amerika Serikat. Ia

menerbitkan surat kabar periklanan pada tahun 1729 yang diberi nama

Pennsylvania Gazatte. Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti

sejarah yang dikenal di Amerika Serikat adalah iklan yang dimuat di

Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776. Pesan yang disampaikan tidak lain

adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat (Kasali, 1992 : 4).

Di Indonesia sendiri, iklan mulai berkembang sekitar 400 tahun yang lalu.

Jan Pieters Coen yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal (1619-1629) di

Batavia pada masa pemerintahan Hindia Belanda dapat dikatakan sebagai tokoh

perintis periklanan pertama di Indonesia. Coen menerbitkan lembaran informasi

semacam surat kabar, Memories De Noveiles (1621) yang masih menggunakan

tulisan tangan. Iklan pertama yang dibuat berupa pengumuman pemerintah VOC

yang berkaitan dengan mutasi (perpindahan) pejabat penting di wilayah Hindia

(51)

dengan munculnya surat kabar di daerah. Salah satu contohnya adalah surat kabar

De Locomotif yang terbit pada tahun 1864 di Semarang dan surat kabar Tjahaja

Sijang di Menado pada tahun 1869.

II.2.3. Fungsi, Jenis, dan Manfaat Iklan 1. Fungsi Iklan

Menurut Alo Liliweri (1998) yang dikutip dari beberapa sumber seperti

Wright (1978), S.W.Dunn (1978) dan Bover (1976) dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Fungsi Pemasaran

Adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa maupun

gagasan melalui media sebagai upaya :

1. Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk

lain.

2. Menganjurkan penggunaan produk baru secara bertahap.

3. Menunjang penyebaran untuk peningkatan penggunaan produk.

4. Membangun rasa cinta dan dekat pada produk untuk mengikat konsumen

dalam jangka waktu yang lama.

b. Fungsi Komunikasi

Adalah upaya penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan

yang berbau pendidikan, menciptakan pesan yang bersifat menghibur, dan

mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4 menunjukkan stambuk / angkatan. Tabel ini menunjukkan
Tabel 5  menunjukkan kategori usia responden. Dari 95 orang responden,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Pengawasan Pembangunan Gedung Siaga dan Shelter Kendaraan Kantor SAR Ambon Nomor : BA.06/PL.004-ULP/VI/SAR AMB-2016

Latar belakang : UKM futsal STIE Yogyakarta yang mengalami penurunan kelincahan dikarenakan kurangnya menguasai teknik dasar permainan futsal, sehingga pemain

The purpose here was to examine the effect of hyper- tension and other risk factors on the diameters of the aorta and the common iliac and common femoral arteries in a

Misalnya halaman a.html memanggil halaman b.html Agar halaman b.html tidak bisa memanggil halaman a.html melalui tombol back di browser masukan kode di page a.html

This study aims to identify the effect of Market Value (MV), Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) and Bid-Ask Spread (BAS) over the holding period of manufacturing

Praktik Pengalaman Lapangan adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam bangku

Oleh karena itu komposisi kurikulum pendidikan untuk program S1 dilengkapi dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dengan tujuan sebagai bekal bagi mahasiswa

Timestamp