IKLAN BLACKBERRY DAN MINAT BELI
(Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Oleh:
080922001
SANTA CHRISTINA S
Program Studi Ilmu Komunikasi Ekstensi
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BERITA ACARA PERSETUJUAN
Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi sehingga naskah
skripsi ini telah memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahankan dalam
ujian skripsi oleh :
Nama : Santa Christina S
NIM : 080922001
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional
Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap
Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)
DISETUJUI OLEH:
PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN
ILMU KOMUNIKASI
DRS. SAFRIN, M.SI
NIP. 196110011987011001 NIP. 195102191987011001 DRS. AMIR PURBA, MA
a.n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN I
BERITA ACARA PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:
Nama : Santa Christina S
NIM : 08092201
Program Studi : Ilmu Komunikasi Ekstensi
Pada hari, Tanggal : ...
Waktu : Pukul ...
TIM PENGUJI:
PENGUJI I : ... ( ... )
PENGUJI II : ... ( ... )
PENGUJI III : ... ( ... )
PANITIA PENGUJI
KETUA SEKRETARIS
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Iklan BlackBerry dan Minat Bali Mahasiswa FISIP USU”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU, dan untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU terhadap produk-produk BlackBerry.
Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan iklan BlackBerry di televisi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,463. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara tayangan iklan BlackBerry di televisi dengan minat beli mahasiswa FISIP USUcukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 21.43%.
KATA PENGANTAR
Diawali dengan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas izin-Nya, skripsi dengan judul “Iklan BlackBerry di televisi (Studi
Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di televisi dengan Minat Beli
Mahasiswa FISIP USU)” dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap
fenomena yang dipilih. Kemudian disempurnakan dengan kajian teori, pengolahan
data dan hingga akhirnya penarikan kesimpulan akhir mengenai penemuan terkait
penelitian yang dilakukan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian ini,
diharapkan dapat memenuhi porsi tujuan dan manfaatnya sehingga skripsi ini
dapat berguna untuk menjadi referensi di masa yang akan datang.
Terima kasih diucapkan untuk semua pihak yang membantu dalam
penyusunan skripsi ini, baik itu dari pihak Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, serta semua
kerabat dan rekan-rekan.
Akhir kata, skripsi ini disadari masih memiliki kekurangan baik dari segi
sistematika penulisan maupun dari segi isi. Demi kesempurnaan di masa yang
akan datang, diharapkan berbagai saran dan kritikan konstruktif dari semua pihak
yang menggunakan skripsi ini. Atas perhatian semua pihak, disampaikan terima
kasih.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTARI ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Pembatasan Masalah ... 11
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
I.4.1. Tujuan Penelitian ... 13
I.4.2. Manfaat Penelitian ... 13
1.5 Kerangka Teori ... 14
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 14
I.5.2. Media Massa dan Televisi ... 17
I.5.3. Iklan dan Iklan Media di Televisi ... 19
I.5.4. Minat Beli ... 21
I.5.5. Teori AIDDA ... 22
1.6 Kerangka Konsep ... 24
1.7 Model Teoritis ... 25
1.8 Variabel Operasional ... 26
1.9 Defenisi Operasional ... 27
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 31
II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 31
II.1.2. Pengertian Komunikasi Massa ... 32
II.2 Periklanan ... 35
II.2.1. Pengertian Iklan ... 35
II.2.2. Perkembangan Iklan ... 37
II.2.3. Fungsi, Jenis, dan Manfaat Iklan ... 40
II.3 Iklan Televisi ... 45
II.3.1. Televisi Sebagai Media Iklan ... 45
II.3.2. Bentuk-Bentuk Iklan Televisi ... 49
II.4 Minat Beli ... 50
II.5 Teori AIDDA ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55
III.1.1. Deskripsi FISIP USU ... 55
III.1.2. Sarana dan Fasilitas di FISIP USU ... 60
III.2 Metode Penelitian ... 61
III.2.1. Lokasi Penelitian ... 62
III.2.2. Waktu Penelitian ... 62
III.3 Populasi dan Sampel ... 62
III.3.1. Populasi ... 62
III.3.2. Sampel ... 64
III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 65
III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 71
IV.2 Analisa Tabel Tunggal ... 73
IV.2.1. Karakteristik Responden ... 73
IV.2.2. Iklan BlackBerry di Televisi ... 78
IV.2.3. Minat Beli Mahasiswa USU ... 84
IV.2. Analisis Tabel Silang ... 91
IV.3 Uji Hipotesis ... 96
IV.4 Pembahasan ... 98
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 100
V.2 Saran ... 101
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Populasi Mahasiswa FISIP USU ... 62
Tabel 2 Sampel ... 65
Tabel 3 Departemen ... 73
Tabel 4 Stambuk / Angkatan ... 74
Tabel 5 Usia ... 75
Tabel 6 Jenis Kelamin ... 75
Tabel 7 Uang Saku Perbulan ... 76
Tabel 8 Tinggal Bersama ... 77
Tabel 9 Intensitas Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 78
Tabel 10 Tertarik untuk Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 79
Tabel 11 Frekuensi Melihat Iklan BlackBerry di TV ... 79
Tabel 12 Isi Pesan yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry ... 80
Tabel 13 Pesan yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry ... 81
Tabel 14 Informasi yang Disampaikan dalam Iklan BlackBerry terhadap Kegunaan dan Kelebihan Produk BlackBerry ... 82
Tabel 15 Bentuk Tayangan Iklan (Bahasa, Gambar, dan Warna) BlackBerry .. 83
Tabel 16 Perhatian terhadap Produk BlackBerry ... 84
Tabel 17 Produk BlackBerry dari Segi Fashionable ... 85
Tabel 18 Produk BlackBerry dari Segi Penggunaanya / Pengoperasiannya ... 85
Tabel 19 Produk BlackBerry dari Segi Fitur ... 86
Tabel 20 Produk Blackberry dari Segi Bentuk / Model ... 87
Tabel 21 Minat untuk Mengetahui Produk BlackBerry Lebih Jauh ... 88
Tabel 23 Keinginan untuk Menjadi Pengguna BlackBerry ... 89
Tabel 24 Memutuskan dan Membeli Blackberry ... 90
Tabel 25 Hubungan antara Uang Saku Perbulan dan Keputusan untuk Membeli BlackBerry ... 91
Tabel 26 Hubungan antara Status Tempat Tinggal dan Frekuensi Melihat Iklan BlackBerry di televisi ... 93
Tabel 27 Hubungan antara Intensitas Melihat Iklan BlackBerry di televisi dan Kepusutsan untuk Membeli BlackBerry ... 94
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Iklan BlackBerry dan Minat Bali Mahasiswa FISIP USU”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU, dan untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU terhadap produk-produk BlackBerry.
Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan iklan BlackBerry di televisi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,463. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara tayangan iklan BlackBerry di televisi dengan minat beli mahasiswa FISIP USUcukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 21.43%.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Periklanan saat ini sedang mendapat sorotan tajam semenjak aspek
informasi menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses
membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang
mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat.
Periklanan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan publik mengenai
ketersediaan dan karakteristik sebuah produk (product knowledge). Periklanan
dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan suatu perusahaan
(khususnya produk konsumsi / consumer goods) untuk mengarahkan komunikasi
yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan,
pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra konsumen yang berkaitan
dengan suatu produk atau merek. Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi
perilaku konsumen dalam membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak
pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif
dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dan konsumen, dan sebagai upaya
perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena adanya
suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu
produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen
yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk
Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan
oleh perusahaan. Bahkan kegiatan iklan dianggap sangat penting jika ingin
produknya sukses di pasaran. Tak heran setiap tahun, bahkan setiap launching
produk baru, perusahaan menghabiskan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk
pengeluaran biaya iklan. Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat biaya
ini bertambah setiap tahunnya. Perusahaan berlomba-lomba membuat iklan untuk
membangun posisi yang menguntungkan di pasar.
Saat ini banyak perusahaan yang mengandalkan usaha brand awareness
produknya melalui usaha-usaha periklanan. Baik itu di media cetak, media luar
ruang, media audio maupun di media audiovisual. Tidak dipungkiri lagi bahwa
iklan merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk mempengaruhi
konsumen mengubah persepsi mereka terhadap suatu produk maupun merek
tertentu.
Tiada hari tanpa iklan. Itulah gambaran saking banyaknya iklan yang
muncul di televisi. Setiap jam, setiap acara selalu dipenuhi tayangan iklan. Iklan
di televisi sekarang sudah memasyarakat, bahkan cenderung membius. Jika
melihat pengaruhnya, dampak iklan itu sendiri bisa positif maupun negatif
tergantung siapa audiensnya. Iklan memang dapat mempengaruhi perilaku
konsumen terhadap merek yang diiklankan. Pengaruh iklan pada perilaku
konsumen ini sangat variatif, mulai dari mendorong konsumen untuk mencari
produk yang dimaksud sampai dengan mendorong orang yang sebelumnya tidak
Sebagai salah satu alat dalam bauran promosi, iklan didefinisikan sebagai
pesan yang didanai oleh suatu sponsor yang teridentifikasi dan pesan tersebut
dikirimkan melalui media komunikasi massa (Russel dan Lane, 1996). Kotler
(2003 : 590) mendefinisikan iklan sebagai suatu suatu bentuk presentasi
nonpersonal dan promosi suatu gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh
sponsor yang teridentifikasi. Presentasi nonpersonal di sini terjadi karena iklan
melibatkan media massa yang dapat menyampaikan pesan kepada segmen pasar
yang dituju. Iklan bukanlah suatu alat promosi yang memungkinkan munculnya
komunikasi dua arah yaitu dari pemasar ke pasar yang dituju maupun sebaliknya.
Hal inilah yang menjelaskan pernyataan nonpersonal dalam definisi iklan.
Konsekuensi dari komunikasi satu arah ini adalah pemasar tidak mungkin
mendapatkan atau bahkan mengetahui respon pasar sasaran secara langsung.
Menurut Guiltinan (1997), iklan akan dapat digunakan untuk mencapai
paling tidak salah satu dari efek berikut, yaitu : tahap kognitif, yang
mengindikasikan bahwa pesan telah diterima; tahap afektif, yang
mengindikasikan perkembangan sikap (suka atau tidak suka) terhadap produk atau
perusahaan; dan tahap perilaku, yaitu respon aktual yang dilakukan oleh audience
sasaran. Setiap program komunikasi mempunyai karakteristik yang unik sehingga
pemasar harus mempertimbangkannya agar sesuai dengan harapan yang ingin
diraih dari program komunikasi tersebut.
Bendixen (1993) mengemukakan beberapa tujuan iklan yang biasanya
diterapkan oleh para pemasar, yaitu menciptakan kesadaran akan produk atau
merek baru, menginformasikan kepada konsumen tentang fitur dan manfaat dari
merek, menciptakan preferensi akan suatu produk atau merek, dan membujuk
konsumen untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Sedangkan menurut
Guiltinan (1994), tujuan iklan adalah menciptakan kesadaran, mengingatkan
konsumen untuk menggunakan produk, mengubah perilaku tentang penggunaan
suatu bentuk produk, mengubah persepsi tentang pentingnya suatu atribut produk,
mengubah keyakinan tentang merek, penguatan perilaku, penciptaan citra
perusahaan dan lini produk dan usaha untuk mendapat respon secara langsung.
Secara umum, bila dikompilasikan maka tujuan-tujuan iklan bisa disarikan
menjadi tiga hal dasar yaitu menginformasikan, mengingatkan dan membujuk
seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2004).
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk
memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, yang
harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar
memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu membujuk
khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi
pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan
harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh
departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat
memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Singkatnya, periklanan harus dapat
mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli.
Iklan bisa digunakan untuk membentuk citra jangka panjang sebuah
produk dan juga untuk menggerakkan penjualan cepat. Iklan merupakan cara
efisien untuk mencapai banyak pembeli yang secara geografis tersebar. Iklan
terhadap pasarnya. Masalah dana iklan tergantung pada media yang dipilihnya
tentunya iklan melalui televisi membutuhkan anggaran yang besar, dibandingkan
iklan surat kabar, radio, brosur, pamflet, baliho dan lain-lain, bisa dilaksanakan
dengan anggaran kecil.
Hasil survey Nielsen menyebutkan nilai belanja iklan sepanjang tahun
2009 mencapai Rp 48,5 triliun, naik 16% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 41,7
triliun. Belanja iklan di media televisi mencapai Rp 29 triliun.
"Lebih dari Rp 29 triliun beriklan di televisi, sekitar Rp 16 triliun di koran dan
lebih dari 1 triliun di majalah," ungkap Senior Manager Media Nielsen Maika
Randini di kantornya, Mayapada Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa
(19/1/2010). Menurutnya, nilai belanja iklan yang tayang baik di media televisi,
koran dan majalah meningkat 8% di 2009. Ia mengatakan, hasil survey tersebut
dihitung berdasarkan published rate card tanpa iklan baris, diskon dan lain-lain.
"Iklan juga menghabiskan waktu lebih lama di layar televisi, naik 5% dari tahun
sebelumnya. Ada lebih dari 21.000 jam total iklan yang tayang di 2009, atau
setara dengan 57 jam per hari," ujarnya. Sementara total durasi program adalah
202.901 jam selama tahun 2009. Itu berarti rata-rata durasi program iklan di 2009
sekitar 555 jam per hari. Artinya, ada 10% iklan dari total program di 2009.
Sementara, jumlah spot iklan di majalah dan tabloid mengalami penurunan
masing-masing 3% pada volume iklan yang masuk. Tren peningkatan iklan
hampir di semua sektor produksi. Namun belanja iklan didominasi oleh 4 sektor
yaitu layanan korporasi, telekomunikasi, toiletries dan minuman. "Keempat sektor
tersebut mampu meraih share dobel digit. Namun kenaikan terbesar adalah
oleh telekomunikasi sebanyak Rp 3,8 triliun meski angka tersebut turun 11%
dibandingkan tahun 2008 sebanyak Rp 4,3 triliun. Disusul oleh pemerintahan dan
politik dengan belanja iklan sebanyak Rp 3,6 triliun, atau naik setara signifikan
64% dari tahun 2009 sebesar Rp 2,2 triliun. "Hal ini terkait dengan kampanye
pemilu di awal tahun 2009," katanya. Tren belanja iklan tiap triwulan selama 4
tahun terakhir selalu menunjukkan penurunan dari triwulan III ke triwulan IV.
Meskipun biasa terjadi penurunan di triwulan I, pada tahun 2009 terjadi kenaikan
karena adanya pemilu (http://vibizdaily.com/detail/bisnis/2010/01/19/nielsen_
elanja_iklan_indonesia_capai_rp_485_triliun_di_2009).
Televisi dapat dikatakan sebagai media yang ampuh untuk melaksanakan
perang kilat terhadap bisnis periklanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
karakter media yang mampu menghadirkan sebuah realitas visual yang begitu
natural, sehingga iklan-iklan yang disampaikan lewat televisi, seakan-akan
menjadi sebuah realita yang memperesentasikan sebuah citra akan ‘dinamika
masyarakat’ (http://puslit.petra.ac.id/journals/design/).
Kemampuan televisi dalam menjangkau audiens dan dalam menciptakan
citra yang positif ataupun negatif telah menjadikannya sebagai media yang paling
efektif dalam menyampaikan iklan. Televisi sebagai media hiburan yang paling
digemari oleh masyarakat Indonesia dan bahkan dunia merupakan salah satu
media yang efektif untuk beriklan. Hal ini dikarenakan iklan televisi mempunyai
karakteristik khusus yaitu kombinasi gambar, suara, dan gerak. Oleh karena itu
pesan yang disampaikan sangat menarik perhatian penonton. Model iklan yang
disajikan oleh televisi juga sangat bervariasi. Ketika baru muncul televisi swasta,
still. Perkembangan iklan yang makin kreatif tersebut menjadikan makin
bervariasinya tayangan iklan dan bisa menjadi hiburan tersendiri. (Rendra, 2005 :
91 - 102).
Produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan salah satunya
menggunakan daya tarik para figur masyarakat. Figur masyarakat tersebut dapat
seorang tokoh, bintang TV, aktor, aktris, atlet, ilmuwan dan sebagainya.
Selebritis adalah pribadi (tokoh, aktor, aktris, intertainer, atlet) yang dikenal
masyarakat untuk mendukung suatu produk. Selebritis merupakan juru bicara
produk. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika biaya yang dikeluarkan
untuk beriklan di televisi jauh melampaui biaya yang digunakan untuk beriklan di
media lain. Sejalan dengan semakin menguatnya minat dan intensitas masyarakat
untuk menonton televisi telah memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada
audiensnya.
BlackBerry adalah
lainnya. Penggunaa
menjadi suatu kebutuhan untuk fashion. BlackBerry pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1997 oleh perusahaan
Kemampuannya menyampaikan informasi melalui jaringan data nirkabel dari
layanan perusahaan telepon genggam hingga mengejutkan dunia. BlackBerry
pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh
operator Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan
pengejewantahan dari RIM yang merupakan rekan utama BlackBerry. Di
instalasi BlackBerry melalui operator Indosat. Indosat menyediakan layanan
BlackBerry Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server. Pasar BlackBerry
kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air yakni Excelkom
dan
Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server+ (BES+). Sementara, operator
dengan BlackBerry Enterprise Server. Umumnya BlackBerry dijual sepaket
dengan nomor operator
demikian unit BlackBerry dikunci dengan tiga operator. Namun ada juga unit
BlackBerry sebagai unit yang terpisah, alias sudah di unlock sehingga bisa dipakai
oleh seluruh operator. BlackBerry seperti ini berasal dari luar negeri. Produk yang
menjadi andalan utama dan membuat Blackberry digemari di pasar adalah surat-e
gegas (push e-mail). Produk ini mendapat sebutan surat-e gegas karena seluruh
surat baru, daftar kontak, dan informasi jadwal (calendar) “didorong” masuk ke
dalam Blackberry secara otomatis
Setelah 4 tahun dikenalkan di Indonesia,
permintaannya naik tajam. Pengguna BlackBerry sampai saat ini dari golongan
menengah ke atas karena harganya yang masih mahal atau setara dengan
handphone high-end. Pada tataran itu hanya terjangkau kalangan tertentu. Para
eksekutif khususnya yang muda menjadikan BlackBerry sebagai kelengkapan
penampilan atau aksesoris fashion. Di mall, cafe dan, tempat nongkrong kaum
borju, para pengunjungnya banyak yang menggunakan BlackBerry
Pertumbuhan pasar BlackBerry memang mengejutkan, khususnya setelah
perangkat komunikasi ini tidak hanya dipasarkan ke kalangan korporat, tetapi juga
ke konsumen umum (ritel / individual). Dalam tempo empat bulan setelah layanan
BlackBerry On Demand diluncurkan Indosat, jumlah pelanggan bertambah 15
ribu. Total yang pernah pakai BlackBerry On Demand sekitar 30.000 ribu orang.
Kurun waktu tahun 2004 - 2005, pertumbuhannya 25%. Tahun 2006 naik 50%.
Tahun 2006 – 2007 tumbuh 100% karena Blackbeery masuk ke pasar ritel, post
paid. Tahun 2007 – 2008 berkembang 250%. Pelanggan layanan BlackBerry
Indosat sudah berjumlah 35.500 (Wahyu Wijayadi, Direktur Corporate Services
Indosat, Kompas).
Kalau dilihat kebelakang, awal popularitas BlackBerry adalah ketika
Presiden Barack Obama dilantik. Dia menolak protokoler kepresidenan Amerika
yang akan memisahkannya dengan gadget kesayangannya, BlackBerry. Masalah
Presiden baru Amerika Barack Obama itu menjadi berita di berbagai media
sehingga mendorong orang di seluruh dunia untuk mengetahui apa sebenarnya
BlackBerry itu, apakah beda dengan phone, smartphone,PDA dan sejenisnya.
Bukan hanya artis yang menggunakan BlackBerry, ibu rumah tangga maupun
mahasiswa juga menggunakannya hanya sekedar mengikuti trend. Padahal
menggunakan BlackBerry hanya untuk chatting, mengakses
layanan standar seperti e-mail yang sebenarnya sudah bisa diakses dengan
Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan Blackberry untuk
menawarkan produknya agar menarik minat konsumen terhadap produk tersebut
adalah melalui iklan. Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting
karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan
beli. Fungsi iklan selain sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000)
menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun profit perusahaan dan sebagai
media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk atau jasa.
Dari berbagai macam media yang ada, banyak pengiklan yang memandang
televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan informasi. Iklan
yang ditayangkan dengan menggunakan jasa televisi sangat beragam, diantaranya
adalah iklan Blackberry. Dengan iklan yang ditayangkan, apakah sudah mengena
pada masyarakat agar dapat menerima pesan tersebut melalui iklan yang
ditayangkan dalam memasarkan produk Blackberry yang ada, maka Blackberry
menayangkan iklannya di berbagai stasiun televisi.
Penayangan iklan Blackberry di televisi diharapkan mengena pada sasaran
konsumen, baik tentang pesan iklan, audio, bintang iklan, dialog, penampilan
visual dan pengaturan. Rasa tertarik terhdap iklan Blackberry mungkin dapat
dimunculkan dengan pewarnaan, gambar, atau pesan iklan yang menarik, dan hal
ini pada gilirannya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan
penyusunan kalimat dalam pesan iklan. Iklan Blackberry yang ditayangkan di
televisi maupun iklan Blackberry yang ditayangkan oleh berbagai provider yang
ada telah mampu menarik perhatian khayalak. Desain Blackberry yang elegan dan
fashionable yang dituangkan dalam iklan itu sendiri seolah-olah mampu menarik
Maka dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa iklan Blackberry
adalah sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada
komunikannya (khayalak sasaran) dengan tujuan untuk menarik perhatian agar
pesan yang disampaikan dapat diterima. Khayalak harus dibuat lebih dari sekedar
merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk
atau jasa yang diiklankan.
Iklan Blackberry mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakannya
dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan perusahaan. Peran iklan
dalam mempengaruhi penjualan seperti yang terlihat dari berbagai teknik
periklanan televisi dengan tingkat eksposur iklan memberikan image tersendiri
bagi konsumen (Lutz : 1995). Perusahaan berharap konsumen potensial akan
berperilaku seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya.
Iklan Blackberry yang di tayangkan media televisi membentuk pernyataan
sikap konsumen yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap
terhadap iklan Blackberry dipengaruhi oleh persepssi konsumen terhadap iklan itu
sendiri. Sikap terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah
iklan. Sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal
tersebut.
Berdasarkan observasi penelitian lapangan yang dilakukan oleh peneliti,
Blackberry cukup mendapat perhatian di masyarakat. Peneliti melihat produk ini
telah menjadi fenomena tersendiri di masyarakat. Peneliti memilih mahasiswa
FISIP USU sebagai subjek penelitian karena berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti, cukup banyak mahasiswa FISIP USU yang menggunakan
yang tersedia atau sekedar untuk menjadi gaya hidup diantara sesama teman.
Selanjutnya peneliti melihat hubungan iklan Blackberry tersebut terhadap minat
beli mahasiswa FISIP USU yang cukup besar .
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, penulis merasa tertarik
untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai Hubungan Tayangan Iklan
BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana hubungan
tayangan iklan BlackBerry di televisi terhadap minat beli mahasiswa FISIP
USU?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup psenelitian yang terlalu luas dan
menempatkan penelitian lebih fokus, maka penulis perlu membuat pembatasan
masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari hubungan dan menguji
hipotesis.
2. Penelitian dilakukan di berbagai stasiun televisi swasta yang menayangkan
3. Objek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 tahun
angkatan 2007 – 2009 yang masih aktif dan yang pernah melihat tayangan
iklan BlackBerry di televisi.
4. Penelitian dilakukan pada bulan April 2010 – Juni 2010.
I.4. Tujuan dan manfaat peneltian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan tayangan iklan BlackBerry di televisi
terhadap minat beli mahasiswa FISIP USU.
2. Untuk mengetahui sejauhmana tayangan iklan Blackberry di televisi dapat
mempengaruhi minat beli mahasiswa FISIP USU.
3. Untuk mengetahui seberapa besar minat beli mahasiswa FISIP USU
terhadap produk-produk BlackBerry.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan
penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
penulis dan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai Ilmu
3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
mahasiswa untuk lebih selektif dalam mengadopsi tayangan iklan di
televisi sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap iklan produk tertentu.
I.5. Kerangka Teori
Suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot (Nawawi, 1991 : 40 - 41).
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu
teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Kerlinger menyebutkan teori merupakan suatu kumpulan construct atau
konsep, definisi, dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis
melalui penentuan hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan atau
memprediksi fenomena alam. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teori, diantaranya : 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa, 2. Media
Massa dan Televisi, 3. Iklan dan Iklan di Media Televisi, 4. Minat Beli, 5.
AIDDA.
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau
kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, ada pula yang
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggrisnya communication berasal
dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis, yang berarti
sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1992 : 9). Jika kita
mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan
kesamaan makna dengan orang tersebut. Makna berbagai hal bagi orang-orang
timbul dari tindakan bersama yang dilakukan oleh orang-orang itu. Selanjutnya,
tindakan itu berupa pengamatan berbagai hal dan penempatan arah perbuatan
berdasarkan interpretasi personal. Dengan mengamati, tanda, isyarat, dan
petunjuk, mereka menciptakan makna berbagai objek.
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau
informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna
mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Komunikasi adalah
penyampain pikiran, pendapat informasi, atau sikap demgam nernicara menulis
atau memberi isyarat (Moekijat, 1993 : 5).
Ada lima unsur yang utama demi kelangsungan suatu proses komunikasi,
yaitu :
a. Komunikator (communicator)
b. Pesan (message)
c. Media (media)
d. Komunikan (communican)
e. Efek (effect)
Jadi dikatakan sebagai komunikasi yaitu dengan terdapat berbagai unsur
tersebut, jika salah satu dari unsur tersebut tidak terdapat, maka komunikasi tidak
Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi kemudian dilakukan
dengan menggunakan media, baik itu media catak maupun elektronik. Hal
tersebut menyebabkan proses pengiriman pesan dalam komunikasi dapat
dilakukan secara serempak dan dapat diteriam khalayak dalam jumlah yang besar
dalam satu waktu tertentu. Kegiatan komunikasi semacam ini kemudian disebut
sebgai komunikasi massa.
Komunikasi massa adalah komunnikasi dengan menggunakan media
massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas,
radio, dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum, dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 1992 : 13).
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komuniasi manusia (human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat
mekanik yang mampu mlipatgandakan produksi pesan-pesan komunikasi.
Komunikasi massa adalah ringkasan dari komunikasi melalui media massa
(communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa)
dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media
atau sarana komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara,
yaitu : komunikasi oleh media dan komunikasi untuk massa. Namun, komunikasi
massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung
Menurut McQuail (1994 : 33), komunikasi massa dapat juga dikenali dari
karakter yang dimiliki, yaitu :
1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal
dan pengiriman seringkali merupakan komunikator atau orang yang
profesional.
2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan
tersebut seringkali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga
merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan.
3. Hubungan antara pengirim dan peneriam pesan biasnya bersifaat satu arah
dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak
bertanggung jawab atas konssekuensi yang terjadi pada apra individu dan
pesan yang diperjualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian
tertentu.
I.5.2. Media Massa dan Televisi
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonim melewati media cetak
atau media elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat. Hal ini menunjukkan bahwa ada dua jenis media massa,
yaitu: cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi dan radio).
Jadi, televisi termasuk dalam jenis media yang bersifat elektronik. Media massa
adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
surat kabar, film, radio, dan televisi. Media massa digunakan dalam proses
komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh.
Pengertian media massa sendiri adalah media komunikasi yang mampu
menimbulkan keserempakan, dalam arti khayalak dalam jumlah yang relatif yang
sangat banyak secara bersam-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan
yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio,
televisi siaran, dan film teatrikal yang ditayangkan di gedung bioskop (Effendy,
1992).
Komunikasi media massa televisi adalah proses antar komunikator dengan
komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi komunikasi massa
televisi bersifat periodek. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga
penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan melainkan melibatkan
banyak orang dengan organisasi kompleks serta pembiayaan yang cukup besar.
Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam
gambar yang bergerak (Kuswandi, 1996 : 16).
Hubungan media massa dengan khayalak tidak dapat dilihat secara
terpisah melainkan sebagai satu kesatuan. Sudah banyak penelitian komunikasi
yang telah dilakukan untuk melihat hubungan khayalak dengan medianya.
Awalnya pendekatan yang digungakan oleh peneliti hanya melihat bagaimana
efek komunikasi yang terjadi akibat isi pesan yang disampaikan oleh media
I.5.3. Iklan dan Iklan di Media Televisi
Kleppner menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa
Latin, advere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain
(Liliweri, 1992 : 17). Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefenisikan istilah
periklanan sebagai berikut : periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang
paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial
atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Jefkins,
1996 : 5). Masyarakat Periklanan Indonesia mendefenisikan iklan sebagai segala
bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan
kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Khasali, 1992 : 11).
Media iklan terbagi atas dua, yaitu:
1. Media lini atas (above the line media), merupakan bentuk media primer
yang terdiri dari : radio, surat kabar, majalah, papan luar (billboard), dan
televisi.
2. Media lini bawah (below the line media), merupakan bentuk emdia
sekunder yang terdiri adari : pameran, leafleat, brosur, poster, dan stiker
(Rhenald, 1992 : 23).
Media televisi merupakan salah satu media iklan yang efektif untuk
menyampaikan pesan iklan kepada konsumen potensial. Media televisi
merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan iklan produk,
positioning iklan tersebut dalam sela-sela program siaran televisi. Maka semakin
banyak waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat iklan dalam media tersebut.
Bentuk siaran dalam media televisi sangat tergantung dari berbagai bentuk
bentuk lainnya. Bentuk iklan ditelevisi yaitu: Pensponsoran, partisipasi,
pengumuman maupun announ cement.
Media televisi menimbulkan danpak yang kuat terhadap konsumen dalam
hal menciptakan kelenturan dengan mengkombinasikan audio visual sehingga
iklan dapat dikemas dalam bentuk yang menarik. Iklan media televisi dapat
mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen sasaran dimana banyak konsumen
potensial meluangkan waktu didepan televisi sebagai sumber berita dan informasi.
Sebagai media penyiaran, keunikan televisi adalah sangat personal dan
demonstratif, tetapi juga sangat mahal dan dianggap penyebab ketidakteraturan
(clutter) dalam persaingan. Seperti media lainnya, periklanan di televisi
mempunyai sejumlah kekuatan, antara lain (Shimp, 2003 : 535 - 536) :
1. Televisi memiliki kemampuan yang unik untuk mendemonstrasikan
penggunaan produk.
2. Televisi juga mempunyai kemampuan untuk muncul tanpa diharapkan
(intusion value).
3. Kemampuan televisi untuk memberikan hiburan dan menghasilkan
kesenangan.
4. Kemampuan televisi untuk menjangkau para konsuumen satu-persatu.
5. Televisi dapat menayangkan humor sebagai strategi periklanan yang
efektif.
6. Periklanan dengan menggunakan televisi sangat efektif dengan tenaga
penjualan perusahaan dan perdagangan.
7. Manfaat terbesar periklanan bagi televisi adalah kemampuannya untuk
I.5.4. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,
2001).
Mehta (1994 : 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan
konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian.
Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004 :
44) adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli
produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode
tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari diri
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek
tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang
akan datang.
Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)
(Thamrin, 2003 : 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Rossiter dan Percy (1998 :
126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk
tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa)
merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan
untuk melakukan pembelian.
I.5.5. Teori AIDDA
Mengingat iklan merupakan suatu proses atau kegiatan komunikasi yang
melibatkan pihak perusahaan dan masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa
AIDDA adalah teori yang sesuai untuk melihat tahapan iklan tersebut.
Menurut Effendy (2002 : 25), AIDDA adalah singkatan dari Attention,
Interest, Desire, Decision, dan Action. Proses pentahapan komunikasi ini
mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan
membangkitkan perhatian atau attention. Dalam hubungan ini komunikator harus
menimbulkan daya tarik.
Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadi
suatu awal suksesnya proses komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusun dengan upaya menumbuhkan minat atau
interest, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat
merupakan kelanjutan dari perhatan yang merupakan titik tolak bagi timbulnya
suatu hasrat atau desire untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh
komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, maka bagi
komunikator ini belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya
keputusan atau decision, yaitu keputusan untuk melakukan kegiatan atau action
Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan,
dan atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Jefkins
(1996 : 234 - 235) :
a. Perhatian
Kecuali sutau iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan
perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain, iklan yang dihasilkan tidak
akan diperhatikan sedikitpun oleh pembaca. Beberapa stimulus mampu menarik
perhatian karena orang diajari atau dikondisikan untuk bereaksi terhadap suatu
iklan, sebagai contoh : musik / sound seperti telepon atau bel pintu dan sirine yang
meraung-raung kadang dimasukkan sebagai latar belakang iklan radio dan
televisi. Jalan cerita yang menggambarkan pesan iklan itu sendiri juga dianggap
mampu menarik perhatian.
b. Ketertarikan
Tidak ada patokan tertentu yang membuat orang tertarik pada iklan kecuali
iklan itu juga berhasil meraih rasa ketertarikan mereka, di mana daya tarik iklan di
sini menggunakan sederetan selebritis yang dianggap paling cantik dan elegan
yang sesuai dengan image produk.
c. Keinginan
Pembaca harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, maka
harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.
Pengetuahuan juga meningkatkan kemauan konsumen untuk memahami suatu
pesan. Efek menguntungkan pemahamann ini akan disertai berkurangnya
kesalahpahaman. Jadi harapan yang diciptakan label merk cukup kuat uintuk
waktu disodori suatu iklan akan mempengaruhi penekanan yang diberikan pada
sifat pemikat perhatian suatu iklan karena konsumen sudah dimotivasi
kebutuhannya sendri untuk memproses iklan itu.
d. Keputusan
Keputusan sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk
membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan, namun juga
perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang
layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan
sebagaiman yang mereka inginkan, tentu saja keputusan di sini mungkin dapat
diraih dengan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
diiklankan.
e. Tindakan
Yaitu bagaimana iklan mampu menimbulkan respon. Iklan di media massa
mampu membuat khayalak melakukan tindakan sesuai yang diinginkan, yang
mengarah pada tindakan pembelian nyata dan atau pembelian ulang bagi
konsumen yang mempunyai loyalitas.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 2001
: 40). Konsep adalah gambaran mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kselompok, dan
Kerangka konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam
merumuskan hipotesa penelitian. Konsep yang akan dikemukakan dalam
penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang
menentukan munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1991 : 56).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan BlackBerry di Televisi.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada
atau tidak ada munculnya dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas
(Nawawi 1991 : 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Minat Beli
Mahasiswa FISIP USU.
3. Variabel Antara (Intervening Variable)
Varabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan
tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991 :
58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Responden.
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi
suatu model teoritis sebagai berikut :
Variabel Bebas (X)
Iklan BlackBerry di Televisi
Variabel Terikat (Y)
Minat Beli Mahasiswa FISIP USU
Variabel Antara (Z)
I.8. Variabel Operasional
Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan
kesesuain penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni :
No. Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (X)
2. Afektif (sikap atau perasaan /
emosi)
- Desire (keinginan)
3. Konatif (perilaku / tindakan)
- Decision (keputusan)
- Action (tindakan)
3. Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden
1. Departemen
2. Tahun Angkatan
3. Jenis Kelamin
4. Usia
5. Uang Saku Perbulan
6. Status Tempat Tinggal
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Oleh karena itu, variabel
defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Iklan BlackBerry di Televisi
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan iklan BlackBerry di televisi
adalah iklan BlackBerry yang hadir di berbagai stasiun televisi swasta yang ada di
televisi.
1. Bahasa / kata-kata, yaitu sejauh mana bahasa / kata-kata yang disajikan
pada iklan tersebut mampu menarik dan dimengerti oleh responden.
2. Gambar, apakah gambar yang ditayangkan dalam iklan dapat menarik dan
3. Kejelasan pesan, apakah pesan yang disampaikan dalam iklan mampu
dicerna atau dimengerti dengan jelas oleh responden.
4. Gaya bahasa, yaitu bagaimana gaya bahasa yang ditampilkan dalam iklan
mampu menarik responden untuk membeli produk.
5. Suggestive information, yaitu mencoba untuk memberitahukan kegunaan
dan kelebihan dari produk yg diikalnkan.
6. Frekuensi melihat iklan Blackberry, yaitu tingkat keseringan responden
melihat iklan BlackBerry yang ditayangkan di televisi.
2. Minat Beli Mahasiswa FISIP USU
Dalam hal ini, yang diamati adalah aspek :
1. Kognitif (kesadaran dan pengetahuan)
- Attention (perhatian), yaitu khayalak melihat tayangan iklan di televisi.
Perhatian ini muncul karena iklan tersebut dikemas sedemikian rupa
dengan gaya bahasa yang tepat sehingga kelihatan menarik.
2. Afektif (sikap atau perasaan / emosi)
- Interest (minat), yaitu setelah perhatian khayalak terfokus pada iklan
yang dimuat, maka perhatian tersebut dapat menjadi minat yang dapat
menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh mengenai produk
tersebut.
- Desire (keinginan), yaitu kebutuhan atau keinginan khayalak untuk
membeli atau memiliki, memakai sesuatu harus dibangkitkan, yaitu
dari proses adanya rasa ketertarikan terhadap iklan kemudian timbul
- Decision (keputusan), yaitu tahap di mana kebutuhan khayalak telah
berhasil diciptakan. Khayalak harus diyakinkan agar mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian dan khayalak harus
benar-benar yakin dengan keputusan yang dilakukan untuk membeli produk
tersebut.
3. Konatif (perilaku / tindakan)
- Action (tindakan), yaitu tahap terakhir setelah melalui tahap perhatian,
minat, keinginan, dan keputusan. Pada tahap ini khayalak yang melihat
iklan tersebut sudah melakukan suatu tindakan pembelian terhadap
produk atau jasa yang diiklankan.
3. Karakteristik Responden
1. Departemen, yaitu departemen yang diambil responden.
2. Tahun Angkatan / stambuk, yaitu tahun masuk responden
3. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita dari responden.
4. Usia, yaitu usia / umur responden.
5. Uang Saku Perbulan, yaitu pengeluaran mahasiswa tiap bulannya.
6. Status Tempat Tinggal, yaitu keberadaan tempat tinggal mahasiswa.
I.10. Hipotesis
Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat
tentaif (sementara) yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi
dengan Minat Beli Mahasiswa FISIP USU
Ha : Terdapat hubungan antara Tayangan Iklan Blackberry di Televisi dengan
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Communis berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian
suatu peernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang
lain. Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial (Effendy, 1992 : 3-5).
Widjaja (2000 : 15) menyimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan dapat berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika
sipengirim dan sipenerima informasi dapat memahaminya. Dari pengertian
komunikasi yang dikemukakan para ahli, dapat dilihat komponen atau unsur yang
dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, yaitu : komunikator,
Unsur komunikasi itu dapat dilihat melalui paradigma Laswell, yaitu :
Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect (Effendi, 1999 : 10).
Dari paradigma Laswell tersebut, diperoleh lima komponen atau unsur
komunikasi, yaitu :
1. Komunikator adalah pihak yang menyampaikan pesan pada seseorang atau
sejumlah orang, atau sering juga disebut dengan sumber.
2. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang.
3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator, sering
juga disebut dengan penerima (receiver).
4. Media adalah sarana atau saluran yang mengandung pesan bila komunikan
jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
5. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Ilmu komunikasi sendiri dalam aplikasinya akan mampu mencegah dan
menghilangkan konflik karena semakin banyak manusia yang dicakup, cenderung
akan semakin banyak masalah yang timbul. Berkenaan dengan itu, Effendy (1994
: 28) mendefenisikan juga hakekat komunikasi yaitu pernyataan benar
antarmanusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
II.1.2. Pengertian Komunikasi Massa
Istilah komunikasi diambil dari bahasa Yunani, yaitu common, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi shared by all alike. Itulah
sebabnya, komunikasi pada prinsipnya harus dua arah dalam rangka pertukaran
Sedangkan komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (auidiens atau
khayalak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan
(komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama
lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan feedback
(umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif (Kuswandi,
1996 : 16).
Beberapa karakteristik yang pernah ditulis para pakar komunikasi untuk
mendefenisikan gejala komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1. Komunikator adalah suatu organisasi media yang mempunyai institusi
sosial yang jelas.
2. Message (pesan) diproduksi secara besar-besaran (dalam jumlah besar)
dan disebarkan kepada audiens dalam jumlah yang besar pula.
3. Komunikan pada umumnya adalah publik yang bersifat anonim (tidak
saling mengenal).
4. Komunikan bisa mengelompok pada suatu tempat atau karena suasana
tertentu, tetapi juga terpencar meliputi wilayah yang luas.
5. Feedback (umpan balik) umumnya bersifat tidak langsung atau tertunda
karena kontak langsung antara komunikator dan komunikan terhalang oleh
medium. Umpan balik langsung hanya untuk pesan dan medium.
6. Tingkat kerangka referensi (frame of reference) antara pengirim (sender)
dan penerima (receiver).
8. Media massa dapat membantu membentuk struktur sosial yang baru secara
cepat dan harmonis dengan :
a. Menjadikan dirinya alat pengikat ataupun perantara dalam perubahan
yang semakin renggang ikatannya.
b. Menyadarkan masyarakat luas akan perubahan struktur yang
diperlukan oleh masyarakat tradisional agar ia mampu bertahan.
Mc Quail (1994 : 33) menjabarkan ciri-ciri utama komunikasi massa
sebagai berikut :
1. Sumber komunikasi massa merupakan suatu organisasi formal dan sang
pengirimnya seringkali komunikator personal.
2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan
tersebut diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan juga
merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta
acuan simbol yang mengandung nilai kegunaan.
3. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat dua arah dan jarang
sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut bersifat interpersonal bahkan
mungkin bersifat nonmoral dan kalkulatif. Artinya, pengirim biasanya
tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada setiap
II.2. Periklanan II.2.1. Pengertian Iklan
Secara etimologi, iklan berasal dari bahasa Latin, yaitu ad-vere yang
berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Sedangkan
advertensi dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu advertising
(Liliweri, 1997 : 17). Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari
bahasa Perancis, yaitu re-clamare yang berarti meneriakkan berulang-ulang.
Meneriakkan berulang-ulang di pinggir jalan, lorong ataupun yang sejenisnya
sudah merupakan bersifat iklan. Bedanya hanyalah, bahwa iklan pada umumnya
menggunakan media sehingga reklame dagangan dapat tersebar luas dan tidak
perlu bersusah payah membawa barang atau jasa yang hendak dijual.
Kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata,
tetapi juga oleh masyarakat luas. Artinya dengan adanya iklan maka masyarakat
jadi tahu akan kelebihan dan keuntungan yang akan diperoleh daripada barang
atau jasa yang dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan pula,
masyarakat jadi mudah mencari dimana tempat untuk mendapatkan barang atau
jasa, sesuai dengan yang diinginkannya.
Selain itu, masyarakat adalah sekumpulan dari berbagai macam individu
yang selalu disibukkan dengan kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak jarang
lupa atau memang sengaja melupakan hal-hal yang kurang berkenaan dengan
dirinya. Pokok umpamanya, sebagai salah satu kebutuhan tambahan dalam hidup
manusia. Oleh karena itu, memberitahukan, menggerakkan, meyakinkan, dan
menggiatkan masyarakat adalah sangat penting terutama bagi perusahaan di dalam
Mengenai pengertian iklan sendiri, banyak para ahli yang telah
menyumbangkan pemikiran, seperti C.H. Sandage dalam bukunya Advertising
Theory and Practice yang mengatakan, bahwa iklan adalah :
“The dissemination of information, concerning idea, service or product to
compelaction in accordance with the intent of the advertiser” (Iklan adalah
penyebaran informasi beripa ide, pelayanan atau produk untuk
menimbulkan kegiatan sesuai dengan yang diinginkan oleh si pemasang
iklan) (H.R. Danan Djaja, 1985 : 110).
Secara sederhana, Rhenald Kasali mendefenisikan iklan sebagai pesan
yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu
media (Kasali, 1992 : 9).
American Marketing Association (AMA) mendefenisikan iklan sebagai
berikut :
“Any paid from of nonpersonal presentation and promotion of ideas,
goods, or services by an identified sponsor” (Kasali 1992 : 10).
Sementara kode Etik Periklanan Indonesia menguraikan sebagai berikut :
“Iklan adalah publikasi atau penyiaran yang berupa reklame, pemberitahuan atau
pernyataan yang bersifat bukan berita (news) dengan menyewa suatu ruangan
yang khusus disediakan untuk itu, dengan maksud memperkenalkan atau
memberitahukan sesuatu melalui mass media” (H.R. Danan Djaja, 1985 : 110).
Iklan adalah publikasi yang dapat berupa reklame, pemberitahuan atau
pernyataan yang bukan bersifat berita dan disampaikan dengan menyewa satu
ruang khusus yang ada pada suatu mass media. Dalam pengertian lain, dengan
iklan sesuatu perusahaan membangun kesadaran masyarakat untuk memiliki
penyiaran di televisi, radio, surat kabar, film, dan majalah ataupun tabloid
mingguan.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan
bahwa pengertian iklan adalah :
a. Tindakan atau usaha memperkenalkan hasil produksi melalui gambar,
kata-kata, slogan, atau simbol dari pada hasil produk tersebut melalui
komunikasi langsung yang ditujukan kepada khalayak ramai agar dibeli
dan menimbulkan minat masyarakat untuk membeli dan memilikinya.
b. Usaha peningkatan penjualan hasil produk melalui media komunikasi massa
supaya dikenal secara cepat dan tersebar di pasar.
c. Sarana informasi bagi masyarakat dalam menentukan dan menumbuhkan
minat, sikap serta tindakan.
d. Salah satu sarana penghidupan bagi media massa dan surat kabar pada
khususnya.
II.2.2. Perkembangan Iklan
Periklanan dalam arti modern, merupakan usaha untuk memberi informasi
tentang suatu produk atau jasa kepada khalayak dan merupakan suatu gejala
masyarakat yang maju. Gejala ini boleh dikatakan khas, mengingat bahwa barang
atau jasa tidak dijual bersamaan dengan pemberian informasi, serta bahwa
pemberian informasi terjadi pada umumnya melalui media massa. Karena itu
syarat utama bagi apa yang kini disebut periklanan ialah adanya media, terutama
media massa. Walaupun surat kabar yang dikenal sebagai surat kabar pertama
Inggris, namun ternyata bahwa surat kabar itu belum memuat iklan. Yang dikenal
di Inggris sebagai pembawa iklan yang pertama ialah Mercurius Eritannius.
Di Inggris kemudian dikenal suatu surat kabar yang mengkhususkan diri
dalam periklanan pada tahun 1682, yaitu “A collection for the Improvement of
Husbandry and Trade“, sehingga terbitan bukan saja membawa berita penjualan
produk pertanian dan perdagangan pada umumnya, tetapi juga sudah membawa
iklan tentang lowongan kerja dan mencari pekerjaan, seperti juga berita benda
yang hilang dan berita ditemukan. Surat kabar yang diterbitkan oleh Jhon
Houghton ini, akhirnya juga memuat berita pernikahan dan pencarian jodoh, juga
seperti ulasan buku serta berita di mana dapat membelinya. Dalam abad ke- 18
dan ke- 19 di dalam dunia persuratkabaran Inggris terjadi status yang lebih tinggi,
sehingga Henry Colburn, penerbit dari surat kabar berbobot elit Anhenaum and
Frazer’s menghindari iklan berbau picisan. Akibatnya ialah bahwa dalam periode
ini iklan mini (classifiedads) berkembang, yang akhirnya dapat menghasilkan
9.000 poundsterling.
Lambat laun pasaran massa sebagaimana dikenal sekarang, makin
berkembang terutama dalam abad ke- 19 dengan menggunakan berbagai tricks
seperti penggunaan lagu-lagu populer atau pepatah yang mudah mengingatkan
seseorang akan suatu produk tertentu, menggunakan pengulangan serta
pendekatan teknik erudisi dengan menggunakan tehnik pseudo ilmiah demi
peningkatan status sosial kepada pemakai satu produk. Namun tidak semua
pedagang kaya menganggap bahwa surat kabar sebagai satu-satunya media yang
dapat menghubungkan dirinya (produk atau jasanya) dengan khalayak sasaran,
penggunaan iklan pada kendaraan-kendaraan yang membawa produknya,
sehingga pemerintah kotamadya London dalam tahun 1839 sudah mengeluarkan
apa yang dikenal sebagai metropolitan Police Act, 1839 yaitu yang mewajibkan
izin penempelan poster atau pemasangan papan temple di tempat-tempat umum,
di samping izin rekomendasi dari polisi setempat. Dalam suasana ini kegiatan
periklanan memperoleh citra negatif dan terutama dikenal sebagai “kasar dan
tidak benar”, sehingga perusahaan-perusahaan besar akhirnya kembali dengan
hanya mencantumkan pada papan tempel sekedar nama perusahaan dan
produknya untuk mengingatkan khalayak (Phil Astrid S. Susanto, 1997 : 188 ).
Sedangkan di Amerika Serikat, perkembangan dunia iklan dirintis oleh
Benjamin Franklin, yang dijuluki sebagai Bapak Periklanan Amerika Serikat. Ia
menerbitkan surat kabar periklanan pada tahun 1729 yang diberi nama
Pennsylvania Gazatte. Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti
sejarah yang dikenal di Amerika Serikat adalah iklan yang dimuat di
Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776. Pesan yang disampaikan tidak lain
adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat (Kasali, 1992 : 4).
Di Indonesia sendiri, iklan mulai berkembang sekitar 400 tahun yang lalu.
Jan Pieters Coen yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal (1619-1629) di
Batavia pada masa pemerintahan Hindia Belanda dapat dikatakan sebagai tokoh
perintis periklanan pertama di Indonesia. Coen menerbitkan lembaran informasi
semacam surat kabar, Memories De Noveiles (1621) yang masih menggunakan
tulisan tangan. Iklan pertama yang dibuat berupa pengumuman pemerintah VOC
yang berkaitan dengan mutasi (perpindahan) pejabat penting di wilayah Hindia
dengan munculnya surat kabar di daerah. Salah satu contohnya adalah surat kabar
De Locomotif yang terbit pada tahun 1864 di Semarang dan surat kabar Tjahaja
Sijang di Menado pada tahun 1869.
II.2.3. Fungsi, Jenis, dan Manfaat Iklan 1. Fungsi Iklan
Menurut Alo Liliweri (1998) yang dikutip dari beberapa sumber seperti
Wright (1978), S.W.Dunn (1978) dan Bover (1976) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Fungsi Pemasaran
Adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa maupun
gagasan melalui media sebagai upaya :
1. Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk
lain.
2. Menganjurkan penggunaan produk baru secara bertahap.
3. Menunjang penyebaran untuk peningkatan penggunaan produk.
4. Membangun rasa cinta dan dekat pada produk untuk mengikat konsumen
dalam jangka waktu yang lama.
b. Fungsi Komunikasi
Adalah upaya penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan
yang berbau pendidikan, menciptakan pesan yang bersifat menghibur, dan
mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk