BALI CHIHOU NO PENCAK SILAT
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
SYAHRIZAL AKBAR NIM : 072203027
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
BALI CHIHOU NO PENCAK SILAT
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
SYAHRIZAL AKBAR NIM 072203027
Pembimbing Pembaca
Drs. Nandi.S
NIP. 19600822 1988 03 1 002 NIP. 19600827 1991 03 1 001 Drs. H. Yuddi Adrian.M,M.A
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
Disetujui Oleh :
Program Diploma Bahasa Jepang
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program studi D3 Bahasa Jepang Ketua,
NIP. 19620727 198703 2 005 Adriana Hasibuan S.S, M.Hum
PENGESAHAN Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan,
NIP. 19650909 199403 1 004 Prof. Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D.
Panitia :
No. Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan S.S, M.Hum ( )
2. Drs. Nandi. S ( )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai
syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul
“ PENCAK SILAT DAERAH BALI”.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas karya ini
masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisan. Demi
kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk kearah perbaikan.
Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum selaku ketua Jurusan Program
Studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Nandi S selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga
arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Drs.H. Yuddi Adian.M.M.A. selaku dosen pembaca
6. Seluruh Staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas
Sastra Universitas
7. Dari semuanya, yang teristimewa buat orang tua, Ayahanda T.Tamba
dan Ibunda I. Napitupulu, yang telah mencurahkan tenaga,
memberikan semangat, serta jerih payahnya untuk menjadikan penulis
dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.Juga terima kasih
buat kak Yogi dan kak Eva , Juga Buat Adik-adikku, Eko Gunarso dan
Rocky Syahdani.
8. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
saya : Aan ( si Acunk ), Dayat ( si Bogel ), Tomi, ( si Kokom ), Vina
( Si Gendut ),Windha ( si Bohay ), Yana ( si padank ) dan Imel (Bu
Wagub ). Makasih buat kebersamaan kita selama ini yah. Kalian
adalah orang-orang terbaik yang ada dalam hidupku.
9. Dan Tidak lupa juga penulis ingin mengucapkan terima kasih buat
semua teman-teman angkatan 07’ Jurusan B.Jepang Fakultas Sastra
USU.
10.Spesial Thank You buat Dewi cimple, makasih buat dukungan dan
semangatnya.
11.Tidak lupa buat semua orang-rang yang pernah datang dan berlalu
12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di
OBAKE community. Dan segenap keluarga besar HINODE.
Terima kasih buat dukungan dan semangatnya.
Medan, Juli 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Batasan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penulisan ... 2
1.4. Batasan Masalah ... 2
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BALI... 3
2.1. Lokasi ... 3
2.2 Penduduk ... 3
2.3. Mata Pencaharian ... 4
2.4. Sistem Kepercayaan ... 4
BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH BALI ... 5
3.1.Pengertian Pencak Silat... 5
3.2. Sejarah Pencak Silat... 5
3.3. Peralatan Pencak Silat Bali ... 6
3.4.Gerakan Pencak Silat ... 8
3.5. Peranan Pencak Silat Pada Masyarakat Bali ... 11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 12
4.1 Kesimpulan ... 12
4.2. Saran ... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Alasan Pemilihan Judul
Indonesia merupakan Negara kepulauan, yang terdiri dari beberapa daerah.
Setiap daerah memiliki keanekaragaman budaya dan mencerminkan kekayaan
budaya bangsa.
Salah satunya adalah daerah Bali. Daerah Bali selain terkenal dengan
keindahan wisatanya, juga terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam.
Salah satunya budaya pencak silat.
Dewasa ini saya melihat bahwa semakin berkembangnya zaman
menyebabkan semakin banyaknya budaya asing masuk ke daerah Bali. Sehingga
dikhawatirkan genarasi muda yang rentan terhadap perubahan budaya akan ikut
terpengaruh. Karena tidak semua budaya asing dapat diterima. Tetapi harus sesuai
dengan budaya dan tata karma bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap daerah
harus memperkuat aspek budaya masing-masing untuk mempertahankan
kebudayaan nenek moyang. Demikian juga daerah Bali harus mempertahankan
kebudayaan Pencak silat yang menjadi warisan nenek moyang.
Berdasarkan uraian di atas maka timbullah kekhawatiran akan hilangnya
budaya tersebut. Maka dalam penulisan kertas karya ini penulis mencoba
1.2.Batasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis membahas tentang pencak silat daerah Bali
yang terfokus pada perkembangan dan peranan pencak silat daerah Bali. Namun
sebelumnya penulis menjelaskan juga hal-hal yang berkaitan dengan letak, sejarah
dan pengertian pencak silat.
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk melestarikan seni bela diri silat yang ada di Indonesia, khususnya
pencak silat daerah Bali.
2. Untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, khususnya pencak silat di
Bali.
3. Untuk melengkapi salah satu persyaratan lulus program studi D3 Bahasa
Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.4.Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode
kepustakaan, yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data atau informasi dengan
membaca buku referensi berhubungan dengan Pencak Silat daerah Bali.
Selanjutnya data-data tersebut diidentifikasi, dirangkum dan diuraikan pada setiap
BAB II
Gambaran Umum Daerah Bali 2.1. Lokasi
Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia, dan juga merupakan
nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari
Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di
sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa
Ceningan, dan Pulau Serangan.
Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya
ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali
adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata
dengan keunikan berbagai hasil seni.
Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah
Republik Indonesia. Secara administratif provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten /
kota, 55 kecamatan dan 701 desa / kelurahan
2.2. Penduduk
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3%
menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan, dan
Katolik. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai di Bali,
dan sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual.
Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya
Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan
sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali:
soroh, gotra) meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang.
2.3. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat Bali bermata pencaharian bercocok tanam.
Pada daratan yang curah hujannya yang cukup baik, peternakan terutama sapi dan
babi, perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pencaharian sambilan.
Kerajinan meliputi kerajinan perikanan, anyaman, patung, kain, ukiran-ukiran,
percetakan, pabrik kopi, pabrik rokok. Karena banyak wisatawan yang
mengunjungi Bali maka timbullah usaha perotelan, travel, toko kerajinan tangan.
2.4. Sistem Kepercayaan
Pada masyarakat Bali ajaran tentang kepercayaan lebih banyak terwujud
pada ajaran yang ada hubungannya dengan Agama Hindu. Karena itu sistem
kepercayaan yang ada lebih banyak mendekatkan manusia pada agama dengan
segala manifestasinya. Misalnya ajaran kepercayaan tentang Tuhan yang
menyatakan bahwa Tuhan itu satu Tuhan itu benar-benar ada.
Ajaran Agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Bali,
sama juga dengan agama-agama besar lainya di dunia yaitu mempunyai tiga
bagian penting. Sistem filsafatnya memberikan kepada para penganutnya
BAB III
PENCAK SILAT DAERAH BALI
3.1. Pengertian Pencak Silat
Pencak silat adalah hasil-hasil budaya manusia Indonesia yang
ditunjukkan untuk membela, dan mempertahankan lingkungan, dan alam
sekitarnya, mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
3.2. Sejarah Pencak Silat
Pencak silat menyebar di kepulauan Nusantara sejak abad ke 7 Masehi.
Pada saat itu pencak silat telah dikenal sebagai budaya Suku Melayu yaitu para
penduduk daerah Sumatera dan semenanjung Malaka serta berbagai kelompok
etnik lainya diberbagai daerah di pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi yang
mengembangkan Pencak silat tradisional.
Di Bali awal berdiri dan perkembangannya pencak silat yaitu pada zaman
kerajaan masa lalu, banyak pelaut Bugis yang datang ke Denpasar diwajibkan
membela daerah Denpasar dengan memberikan pelajaran atau latihan silat pada
masyatakat. Nama silat tersebut Bebugisan, setelah kemerdekaan pencak silat
berkembang dan diterima oleh masyarakat Bali, dan nama Bebugisan tersebut
diganti menjadi perkumpulan pencak silat Bakhti dengan tokoh pendirinya adalah
Cokrodo Bagus Sogaya dan kawan-kawannya.
Dari tahun-ketahun pencak silat semakin pesat perkembangannya, dan
perkumpulan, Tri Dharma, Bhakti Setia Budi, Bhakti Negara, Bhakti Barat dan
lain-lain. Selanjutnya berkembang di seluruh Bali sampai berkembang di luar
negeri khususnya di Australia.
Akhir-akhir ini setelah adanya Organisasi yang khusus mengurus
persilatan di Indonesia yang disebut Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ),
dimulailah pertandingan antar pencak silat yang berkembang di Bali. Hal ini
berarti pencak silat telah berkembang sebagai salah satu cabang olah raga.
3.3Peralatan Pencak Silat Bali
Peralatan dalam pencak silat daerah Bali merupakan peralatan yang
menunjukkan identitas perkumpulan tertentu. Peralatan pencak silat berbeda
berdasarkan jenis perkumpulan, tipe, dan perkembangan masyarakat
pendukungnya.
Peralatan yang dipergunakan, dalam pencak silat daerah Bali adalah :
Pakaian, Senjata, Alat latihan pertandingan, Gamelan, dan Arena pentas.
Tiap-tiap peralatan mempunyai bentuk, guna, fungsi dan arti tertentu
dalam perkumpulan yang tersebut.
Komponen pakaian terdiri dari baju, celana, dan sabuk. Warna ternyata
mempunyai makna lambang tertentu. Sabuk menunjukkan tingkat pendidikan dan
kemampuan anggota yang bersangkutan. Senjata merupakan peralatan yang
Beberapa ciri-ciri fisik pakaian perkumpulan pencak silat Bali :
1. Perkumpulan silat Bhakti Negara
Pakain yang dipakai oleh pesilat dari Bhakti Negara adalah celana dan
baju warna hitam. Potogan celana adalah celana pangsi dengan baju tutup dan
agak longgar. Dengan ikat pingang warna hitam pula, dan tanda-tanda tingkatan
ada pada ujung ikat ( ban ). Lambang perkumpulan warna merah terpasang di
dada sebelah kiri atas.
2. Perkumpulan silat Kerta Wisesa
Pakaian yang dipakai oleh pesilat Kerta Wisesa adalah celana pangsi
warna putih dan baju atas warna hitam dengan model bukaan depan. Ikat
pinggang atau ban berwarna-warni menurut tingkatan seseorang dalam
perkumpulan tersebut.
Lambang perkumpulan segilima warna merah terpasang di dada sebelah kiri
bagian atas.
3. Perkumpulan silat Perisai Dairi
Pakaian yang dipakai oleh pesilat dari perkumpulan silat Perisai Dairi
adalah celana pangsi warna putih dengan baju atas tutup leher warna putih. Ikat
pinggang atau ban berwarna-warni dan memberi tanda tingkatan anggota
perkumpulan. Lambang perkumpulan adalah warna dominan kuning dan hitam
terpasang di dada sebelah kiri bagian atas.
Dengan semakin berkembangnya pencak silat sebagai aktifitas olah raga
yang dipertandingkan, maka peralatan latihan dan pertandingan juga semakin
berkembang kearah jenis peralatan yang dapat menunjang pelaksanaan latihan dan
3.4. Gerakan Pencak Silat
Perkembangan silat di daerah Bali masih ada hubungannya dengan
perkumpulan silat yang ada di daerah lainnya, khususnya dari Jawa. Oleh karena
itu beberapa gerak dan jurus yang menjadi ciri utama dari silat daerah pun adalah
perkembangan dari gerak dan jurus – jurus silat tersebut.
Dalam pencak silat gerakan merupakan hal yang ditampilkan dan menjadi
ciri utama. Gerakan pencak silat Bali biasanya disebut dengan jurus – jurus
pencak silat.
Setiap perkumpulan pencak silat memiliki jenis – jenis gerakan yang
berbeda – beda. Adapun beberapa gerak dan jurus perkumpulan pencak silat
daerah Bali adalah :
1. Perkumpulan silat Bhakti Negara
Beberapa ciri dari gerak pokok perkumpulan silat Bhakti Negara
adalah :
a. Salam pembukaan, yaitu dengan cakupan kedua belah tangan rapat di
dada,
b. Beberapa pukulan, antara lain pukulan melayu dan cikaret,
c. Sapuan kaki dan tangkisan tangan,
d. Tendangan : tampilan luar, tampisan dalam, tancip dan plosor serta
tendangan melayang.
Semua gerak atau jurus – jurus tersebt dapat dikembangkan sesuai dengan
keperluannya. Biasanya gerak yang dipertunjukkan adalah seni / tari pencak,
2. Perkumpulan Silat Kertha Wisesa
Perkumpulan ini mengenal adanya tokoh / guru utama yang disebut
swawira. Peranan utama dari swawira adalah memberikan pembinaan mental,
sebagai bagian akhir dari tingkat latihan fisik.
Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah :
a. Salam pembukaan, yang diperlihatkan dengan gerak menarik nafas
sampai kepada mencium tangan yang bemakna pada kecintaan pada
tanah air.
b. Kembangan cimande sebagai dasar gerak dan jurus yang ada, dan
masih sering diperlihatkan pada demonstrasi seni silat,
c. Pukulan dikenal yaitu gerak pukulan tombak dan pukulan silang dan
digunakan pada pertandingan – pertandingan.
d. Tendangan yaitu gerak tendangan pesut dan tendangan berbagai arah
sasaran seperti pesut bawah dan pesut atas.
e. Tangkisan semanggi kembat adalah gerak tangkisan yang dapat
serangan lawan baik yang datang kebagian atas atau bagian bawah
tubuh.
f. Elakan atau hinder dikenal dalam berbagai jenis keperluan.
Untuk pertandingan silat menggunakan alat. Alat digunakan adalah toya,
3. Perkumpulan silat Perisai Diri
Berdasarkan pada falsafah kehidupan manusia serta adaptasinya alam
lingkungannya, maka gerak maupun jurus – jurus yang dipakai dalam
perkumpulan silat ini di sebutkan sebagai menirukan gerak alam itu sendiri,
seperti gerakan binatang dan tumbuh – tumbuhan.
Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah :
a. Salam pembukaan, yaitu tangan di depan dada, tangan kiri lebih
rendah dari pada tangan kanan, kepala tertunduk sampai di atas ujung
jari tangan kanan dan memperlihatkan sikap kerendahan hati.
b. Pukulan kuntul yang mengarah muka lawan
c. Terkaman harimau yang mengarah muka lawan dengan dua tangan
mencengkram.
d. Pukulan pendekar yang bersikap tenang tetapi masih mengarah
pada dada / ulu hati lawan
Falsafah atau dasar pengertian yang melemahkan tenaga lawan dan
mengembalikan tenaga itu sendiri merupakan alat penyerang. Sehingga beberapa
gerak dari jurus dari silat perisai diri memang banyak memanfaatkan dorongan
3.5. Peranan Pencak Silat Pada Masyarakat Bali
Pada umumnya pencak silat yang berkembang di daerah Bali, memiliki
peranan yang penting bagi pembinaan perorangan, bagi suatu lembaga yang
membina manusia-manusia, terhadap masyarakat lingkungannya dan tempat
hidup dan berkembang pencak silat.
Kegiatan pencak silat yang berkembang di daerah Bali yang lebih
menekankan masalah sosial budaya. Pada hakekatnya memiliki prinsi-prinsip
dasar yang sama yaitu membina manusia Indonesia seutuhnya dan selalu
menekankan budi daya dan keperibadian Indonesia. Peranan pencak silat adalah
sebagai pusat orientasi kehidupan manusia, dan membagi permasalahnya ke
dalam tiga bagian yaitu :
a. Peranan pencak silat dalam pembinaan di tingkat perorangan,
b. Peranan pencak silat sebagai pusat orientasi yang mengandung
nilai-nilai, norma- norma dan aturan-aturan dalam kehidupan perkumpulan,
c. Peranan pencak silat sebagai suatu sistem yang hidup dan saling
terpengaruh dalam lingkungannya, khususnya lingkungan masyarakat
Bali yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya pencak silat.
Secara keseluruhan, peranana pencak silat daerah Bali yaitu untuk lebih
menyatukan anggotanya dalam persoalan yang ledih menyeluruh, yang
penekanannya lebih dipusatkan dalam membela diri dan olah raga dan kemudian
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Pada dasarnya pencak silat daerah Bali sebagai unsur kebudayaan
mencerminkan berbagai aspek, seperti : aspek olah raga, aspek seni bela diri dan
aspek seni tari. Di dalamnya terdapat segi-segi mental spiritual, kesehatan,
ketahanan, keindahan dan keterampilan.
2. Pencak silat mempunyai fungsil dalam kehidupan masyarakat Bali.
Pencak silat merupakan sumber informasi budaya, sebagai sarana kegiatan
sosialisasi dan wadah pembinaan dan pengembanagan sumber daya manusia.
3. Tiga perkumpulan pencak silat yang berkembang di Bali dapat
memberikan nilai-nilai yang baik bagi dasar-dasar kehidupan manusia di dalam
menanggapi lingkungannya sesuai dengan sistem sosial, sitem budaya dan sistem
agama Hindu di daerah Bali.
4.2. Saran
Pencak silat sebagai unsur kebudayaan yang memiliki nilai, dan sistem
lambang yang dapat mencerminkan berbagai aspek ( aspek seni tari, aspek
beladiri dan aspek olah raga ). Oleh karena pencak silat sangat perlu dilestarikan
dalam memenuhi kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Rivai, 1980 / 1981, Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali,
Depdikbud Proyek IDKD Daerah Bali.
Bagus I Gusti Ngurah, 1969, Sistem Pola Menetap Masyarakat Bali Denpasar
Universitas Udayana.
Soekmono, 1965, Ngayah Gotong Royong Di Bali Majalah Umum Sastra