CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA
ANDREA HIRATA
SKRIPSI Oleh
VEROWATY PUTRI NAIBAHO NIM 060701015
DEPARTEMEN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya
perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar
kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juni 2010
CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA
Oleh
Verowaty Putri Naibaho
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian tentang campur kode bahasa yang terdapat dalam novel
Edensor karya Andrea Hirata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode sekaligus untuk mengetahui frekuensi tiap bentuk-bentuk campur kode.
Untuk menganalisis bentuk-bentuk campur kode dalam novel Edensor, digunakan teori
campur kode yang mengacu pada pendapat Suwito. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan dengan teknik
pilah unsur penentu. Sebagai lanjutan metode padan, digunakan juga metode kuantitatif.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bentuk-bentuk campur kode yang
terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ada enam yaitu: penyisipan
unsur-unsur yang berwujud kata melingkupi kata benda atau nomina (45,9%), kata kerja atau
verba (4,98%), kata sifat atau adjektiva (6,5%), kata tugas (0,75%), kemudian penyisipan
unsur-unsur yang berwujud frase melingkupi frase nominal (23,7%), frase verbal
(1,24%), frase adjektival (0,24%), frase adverbial (2,24%), penyisipan unsur-unsur yang
berwujud bentuk baster (6,98%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata
(1%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom (1,24%), penyisipan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Campur Kode dalam Novel Edensor Karya Andrea
Hirata” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di
Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Banyak rintangan yang dihadapi penulis sampai selesainya penulisan skripsi
ini. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan baik secara material, maupun
dalam disiplin ilmu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, skripsi ini selesai tidak lain
karena bantuan oleh beberapa pihak. Untuk itu, selain mengucap syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU
beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai Ketua Departeman dan Ibu
Dra. Mascahaya, M. Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.
3. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M. Hum., sebagai dosen pembimbing I dan
Bapak Drs. Asrul Siregar, M. Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah
dukungan semangat dalam penyusunan dan perbaikan skripsi ini, sehingga
menjadi sebuah tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Bapak Drs. Syahrial Al Isa, S. U., sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra
USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama
penulis mengikuti perkuliahan.
6. Kakande Dede yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra Indonesia.
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda M. Naibaho dan
Ibunda B. Sagala yang senantiasa memberikan dukungan, nasihat,
pengorbanan disertai doa yang tulus dalam membesarkan dan mendidik
penulis serta memberikan dukungan moral dan material yang sangat besar
mulai dari penulis mengikuti pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Dengan kesungguhan Ananda persembahkan semua ini sebagai tanda sayang
dan terima kasihku. Semoga Tuhan selalu memberkati dan menyertai kedua
orang tua penulis. Amin
8. Abang-abangku terkasih Lambok Naibaho, Daud Naibaho, dan Deddy
Naibaho yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar yang saya kasihi, terimakasih untuk dukungan dan
10.Kelompok kecilku Keluarga Solagrasia K’Roni Sipayung, terimakasih telah
menjadi kakak yang baik bagi penulis disaat suka maupun duka serta telah
memberikan nasihat, dukungan, dan doa. Dan juga untuk sodaraku terkasih
Marlina Tarigan terimakasih untuk semangat dan doanya. Semoga Tuhan
selalu memberkati kehidupan dan kemajuan karir kepada kalian. Amin
11.Sahabat-sahabat tersayang yang tergabung dalam Soulmate yaitu Donna,
Fenny, Rinto, Yolanda, Natalia yang telah memberikan dorongan semangat,
perhatian agar tidak malas mengerjakan skripsi dan cepat wisuda, serta doa
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selalu jaga persahabatan kita
ya.
12.Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU stambuk
’06 dan khususnya Lely (terimakasih telah menjadi teman bertukar pikiran),
Laito, July, Vera dan teman-teman seperjuangan yang lain yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu, terima kasih sudah menjadi teman yang baik
bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi perkembangan ilmu linguistik pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah wawasan
Medan, Juni 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………i
ABSTRAK ……….ii
PRAKATA ………iii
DAFTAR ISI ……….vi
BAB I PENDAHULUAN ………....1
1.1 Latar Belakang Masalah ………..1
1.2 Rumusan Masalah ………...6
1.3 Pembatasan Masalah ………...6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………7
1.4.1 Tujuan Penelitian………...7
1.4.2 Manfaat Penelitian ………....7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ……. 9
2.1 Konsep ... 9
2.1.1 Campur Kode ... 9
2.1.2 Novel Edensor ... 10
2.1.3 Andrea Hirata ... 11
2.2 Landasan Teori ... 13
2.2.1 Bilingualisme ... 13
2.3 Tinjauan Pustaka ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ………20
3.1 Waktu Penelitian ... 20
3.2 Populasi dan Sampel ... 20
3.2.1 Populasi ... .20
3.2.2 Sampel ... 20
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 21
BAB IV CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA ………24
4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata……24
4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata ………24
4.1.1.1 Kata Benda atau Nomina ………..24
4.1.1.2 Kata Kerja atau Verba ………42
4.1.1.3 Kata Sifat atau Adjektiva ……….…44
4.1.1.4 Kata Tugas ………..……47
4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase ………….……48
4.1.2.1 Frase Nominal ……….………….…...48
4.1.2.2 Frase Verbal ……….…57
4.1.2.3 Frase Adjektifal ……….….58
4.1.2.4 Frase Adverbial ……….…58
4.1.4 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Perulangan Kata …65
4.1.5 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Idiom………..66
4.1.6 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa………..68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………..88
5.1 Simpulan ………..…88
5.2 Saran ………..89
DAFTAR PUSTAKA ………..…90
CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA
Oleh
Verowaty Putri Naibaho
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian tentang campur kode bahasa yang terdapat dalam novel
Edensor karya Andrea Hirata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode sekaligus untuk mengetahui frekuensi tiap bentuk-bentuk campur kode.
Untuk menganalisis bentuk-bentuk campur kode dalam novel Edensor, digunakan teori
campur kode yang mengacu pada pendapat Suwito. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan dengan teknik
pilah unsur penentu. Sebagai lanjutan metode padan, digunakan juga metode kuantitatif.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bentuk-bentuk campur kode yang
terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ada enam yaitu: penyisipan
unsur-unsur yang berwujud kata melingkupi kata benda atau nomina (45,9%), kata kerja atau
verba (4,98%), kata sifat atau adjektiva (6,5%), kata tugas (0,75%), kemudian penyisipan
unsur-unsur yang berwujud frase melingkupi frase nominal (23,7%), frase verbal
(1,24%), frase adjektival (0,24%), frase adverbial (2,24%), penyisipan unsur-unsur yang
berwujud bentuk baster (6,98%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata
(1%), penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom (1,24%), penyisipan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk
dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah
alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, perasaan atau pesan
kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap
sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada orang lain sehingga orang dapat
mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud.
Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus
melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek
penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga masyarakat saat ini harus mampu menggunakan dua bahasa dengan sama
baiknya. Menurut Fishman (dalam Chaer dan Aguistina, 1995: 112) bilingualisme
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua
bahasa seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu
(B1), dan bahasa kedua adalah bahasa lain (B2). Weinrich (dalam Chaer dan Aguistina,
1995: 115) mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode,
Membicarakan suatu bahasa tidak terlepas membicarakan kategori kebahasaan
yaitu variasi bahasa. Bahasa merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari beberapa unsur.
Unsur-unsur ini disebut variasi bahasa. Selanjutnya variasi bahasa memiliki beberapa
keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang disebut dengan
kode. Hal ini menunjukkan adanya semacam hierarki kebahasaan yang dimulai dari
bahasa sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian
dan ragam-ragam. Istilah kode dalam hal ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu
varian dalam hierarki bahasa. Weinrich (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 115)
mengatakan bahasa dan kode mempunyai hubungan timbal balik, artinya bahasa adalah
kode dan sebuah kode dapat saja berupa bahasa. Untuk memperkuat pendapat ini penulis
mengutip pendapat sarjana linguistik seperti Kridalaksana (1984: 102) mengatakan kode
merupakan:
1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan
makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.
2. Sistem bahasa dalam masyarakat.
3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa.
Situasi kebahasaan, perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi
yang semakin canggih, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mengakibatkan
terjadinya campur kode dalam berbahasa. Menurut Suwito (1985: 74) campur kode
merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa
yang masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang
maupun tulisan, khususnya yang terdapat dalam buku bacaan karya sastra seperti novel.
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku
(KBBI, 2003: 788).
Bahasa sebagai alat berkomunikasi antara individu dapat dikaitkan dengan karya
sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara pengarang dengan
pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, ideologi, dan
wawasannya melalui karya sastra. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang
dilihat oleh pengarang baik indrawi maupun hakiki. Pembaca sebagai penikmat karya
sastra dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui bahasa
yang khas dan menarik.
Saat ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya novel sangat pesat
dan membanggakan. Novel yang mendapat perhatian dari pecinta novel di Indonesia
salah satunya adalah karya Andrea Hirata. Karya tersebut tergabung dalam tetralogi
novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Keempat karya
fenomenal tersebut menarik perhatian masyarakat Indonesia karena sarat makna
kehidupan sosial, norma agama, pendidikan, kepemimpinan, kedisiplinan, norma budaya
dan adat istiadat.
Novel Edensor karangan Andrea Hirata setebal 290 halaman ini merupakan novel
unggulan yang telah mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali semenjak terbit
pada September 2008. Novel Edensor merupakan kelanjutan dari cerita Laskar Pelangi
dan Sang Pemimpi. Novel ini merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang
bersaudara dari keluarga miskin yang bernama Arai dan Ikal yang berhasil mendapatkan
beasiswa pendidikan ke luar negeri. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi Arai dan
Ikal mewujudkan impian untuk bisa bersekolah. Mereka berjuang dengan gigih untuk
memberikan kebanggaan bagi kedua orang tua, para sahabat dan saudara-saudara di
kampung.
Universitas Sorbonne, Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan
persahabatan dengan mahasiswa dari berbagai negara dengan beragam latar belakang
budaya. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis dan efisien telah
menunjukkan realita betapa berbedanya kualitas serta sistem pendidikan bangsa
Indonesia. Keindahan benua Eropa menarik perhatian Arai, Ikal, dan beberapa temannya
untuk menjelajahi berbagai tempat dengan tradisi backpacker. Perjalanan dimulai dari
Prancis, Tunisia, Zaire, Casablanca di benua Afrika, dan berakhir di Spanyol. Bagi Ikal
penjelajahan ini bukan hanya sekedar berpetualang tapi sekaligus pencarian untuk
menemukan A ling, cinta masa kecilnya. Rasa lapar, kelelahan, dan ancaman kematian
tidak menyurutkan semangat dan keberanian untuk menjelajahi enigma A ling. Tetapi
upaya tersebut pada akhirnya masih belum berhasil. Pencarian cinta pada sosok A ling
telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya yaitu dirinya sendiri untuk
terus berjuang melewati kehidupan ini.
Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, banyak ditemukan campur kode
bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh:
2) “Aku seakan menatap cover majalah Vogue.” (E: 53)
3) Laki-laki dan perempuan saling memanggil love atau dear. (E: 284)
Novel Edensor penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari
pengarangnya yang paham betul ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Novel ini
dapat dijadikan motivasi bagi pembacanya dan memberikan kesan tentang studi dan
kehidupan di luar negeri yang penuh dengan tantangan. Hal inilah yang menjadi
keistimewaan novel tersebut, selain belajar bahasa dalam bidang sosiolinguistik juga
memperoleh pesan cerita yang menarik untuk mendorong pelajar supaya tidak menyerah
dalam meraih pendidikan.
Pengarang biasanya mempunyai kemampuan untuk mengolah kata demi kata dan
menghasilkan karya yang indah, menarik, sehingga pembaca dapat terbuai merasakan
kebahagiaan, kesedihan, dan bahkan semangat yang berkobar-kobar. Hal ini
memungkinkan suatu novel dapat menggunakan berbagai macam bahasa sesuai dengan
kreativitas yang ingin dimunculkan oleh pengarang yaitu antara campur kode bahasa
Indonesia dengan bahasa asing dan ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia
dengan bahasa daerah. Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ditemukan campur
kode bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia seperti bahasa Arab, bahasa
Cina, bahasa Spanyol, bahasa Belanda, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Inggris.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bentuk campur kode sekaligus tertarik
untuk mengetahui frekuensi penggunaan bentuk campur kode bahasa yang terdapat
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ?
2. Bagaimanakah frekuensi penggunaan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ?
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti
oleh seorang peneliti sehingga penelitian yang dilakukan dapat terarah dan tidak terjadi
kesimpangsiuran masalah serta tujuan dari penelitian dapat tercapai.
Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang sosiolinguistik khususnya campur
kode. Suwito (1985: 75) membedakan unsur bahasa yang menyisip itu ke dalam dua
golongan yaitu:
a. bersumber dari bahasa daerah (innercode mixing)
b. bersumber dari bahasa asing (outercode mixing)
Pada penelitian ini yang diteliti dibatasi pada unsur bahasa yang menyisip bersumber
dari bahasa asing (outercode mixing). Dalam novel Edensor pengarang menggunakan
beberapa bahasa asing seperti bahasa Arab, bahasa Cina, bahasa Spanyol, bahasa
Belanda, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Inggris. Peneliti membatasi campur
Inggris. Jadi, campur kode bahasa yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea
Hirata yaitu bahasa Indonesia (B1) sebagai bahasa inti sedangkan bahasa Inggris (B2)
sebagai bahasa yang menyisip berupa serpihan-serpihan (pieces).
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam novel
Edensor karya Andrea Hirata.
2. Menghitung frekuensi penggunaan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat
dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah penelitian terhadap
pemakaian bahasa tulis melalui pendekatan sosiolinguistik dan menjadi acuan
bagi penelitian selanjutnya.
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang bentuk-bentuk campur kode
3. Menambah sumber bacaan, memperkarya ilmu pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang
ingin menganalisis bidang sosiolinguistik, khususnya yang berhubungan
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,
proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain. Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
konsep yaitu konsep campur kode dan novel Edensor.
2.1.1Campur Kode
Menurut Kachru campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan
saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu kedalam bahasa lain secara konsisten
(dalam Umar, 1994: 14). Unsur-unsur kebahasaan yang menyelusup ke dalam bahasa lain
tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa
yang disusupinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Menurut Suwito
(1985: 78) campur kode itu dapat berupa serpihan kata, frase, dan klausa suatu bahasa di
dalam bahasa lain yang digunakan. Intinya, ada satu bahasa yang digunakan, tetapi di
dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa lain. Hal ini biasanya berhubungan
dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan maupun
2.1.2 Novel Edensor
Novel Edensor menceritakan tentang perjalan hidup dua bersaudara, Ikal dan
Arai, yang mendapat beasiswa dari Uni Eropa dan berkesempatan melanjutkan studi
masternya ke Prancis. Hal ini menjadi sebuah keberuntungan yang mengantar mereka
pada penjelajahan panjang untuk mewujudkan impian-impian masa kecil mereka. Sebuah
kerinduan untuk berbuat sesuatu bagi tanah kelahiran, orang tua, dan menyelesaikan
mimpi-mimpi para sahabat mereka yang telah terenggut oleh kemiskinan. Universitas
Sorbonne, Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan
mahasiswa dari berbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kehidupan
bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis, dan efisien telah menunjukkan realita
betapa rendahnya kualitas serta sistem pendidikan bangsa Indonesia. Hanya semangat
dan tekat kuat yang mampu mengantarkan mereka pada sebuah keberanian untuk
menjadi bagian dari sistem pendidikan yang modern itu.
Keindahan benua Eropa dan gemerlapnya dunia malam kota Paris memberikan
daya tarik bagi siapapun yang melihatnya. Namun, tradisi dan etika backpacker Kanada
yang sangat menarik perhatian Ikal, Arai dan teman-teman kampusnya untuk
berpetualang di saat liburan musim panas. Hal ini dilakukan Ikal karena kerinduannya
pada A Ling yaitu gadis yang sangat dicintainya di masa kecil yang mengingatkannya
kembali tentang Edensor. Edensor adalah sebuah desa yang menjadi latar tempat pada
novel Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot pemberian A Ling. Hamparan
dataran hijau, rumah-rumah petani Edensor yang terbuat dari batu-batu, bunga Daffodil
dan semerbak aroma rerumputan telah membawa Ikal berkelana ke setiap desa. Desa
menemukan A Ling, untuk menemukan cinta sejati dan jati dirinya. Ikal dan Arai
berencana melakukan perjalanan yang dimulai dari Prancis melintasi benua Eropa dan
berakhir di Spanyol. Pencarian Ikal akan cinta masa kecilnya telah membawa mereka
melintasi benua Eropa hingga Tunisia, Zaire, dan Casablanca di benua Afrika.
Rasa lapar, kelelahan, serta ancaman kematian tidak menyurutkan semangat dan
keberanian Ikal untuk menjelajahi enigma tentang A Ling. Sekuat apapun upaya untuk
menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya tersebut masih belum berhasil. Pencarian
cinta pada sosok perempuan bernama A Ling telah memberikan pembelajaran tentang
makna cinta sejatinya, yaitu dirinya sendiri untuk terus berjuang melewati kehidupan ini.
2.1.3 Andrea Hirata
Terlahir dengan nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun adalah seorang
penulis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitong, Provinsi Bangka Belitung. Andrea
adalah Sarjana Ekonomi lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Mendapat
beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris Sorbonne,
Prancis, dan di Sheffield Hallam University, United Kingdom. Lulus dari kedua
universitas tersebut dengan predikat cum laude. Tesisnya mengangkat bidang Ekonomi
Telekomunikasi dan mendapatkan penghargaan dari kedua universitas tersebut.
Selanjutnya tesisnya tersebut diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku
Teori Ekonomi Telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia, dan buku
Sukses menulis buku ilmiah, Andrea mulai melirik dunia sastra dan mencoba
menulis novel Laskar Pelangi, karya yang bercerita berdasarkan kisah masa kecilnya
yang penuh dengan perjuangan dalam meraih pendidikan. Kata demi kata mengalir deras
dari jarinya, menjelma menjadi kalimat-kalimat yang indah dan bermuara pada sebuah
kisah panjang perjalanan hidupnya.
Novel-novel yang menjadi karyanya, yang merupakan tetralogi laskar pelangi
adalah:
1. Laskar Pelangi
2. Sang Pemimpi
3. Edensor, dan
4. Maryamah Karpov
Semua karyanya sudah beredar di pasar dan menuai sukses yang luar biasa.
Berbagai pujian dan kritikan dari pembaca diterimanya dengan senang hati.
Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi tetapi ia sangat
menggemari bidang sains seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sastra. Andrea
lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker, dan saat ini
sedang mengejar salah satu impiannya yaitu ingin tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Bilingualisme
Bilingualisme dapat juga disebut kedwibahasaan. Untuk dapat menentukan
seseorang itu bilingual atau tidak ada batasan-batasan mengenai bilingualisme yang
dikemukakan oleh beberapa pakar.
Spolsky (1998: 45) mengatakan bilingual adalah seseorang yang mempunyai
beberapa kemampuan fungsional dalam menggunakan bahasa keduanya. Bloomfield
(dalam Chaer dan Agustina, 1995: 113) mengatakan bahwa bilingualisme adalah
kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Jadi,
menurut Bloomfield seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan Bahasa
Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) dengan derajat yang sama baiknya.
Weinrich 1970 (dalam Umar, 1993: 8) mengartikan kedwibahasaan sebagai
praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian. Dalam hal ini tidak diisyaratkan
tingkat penguasaannya. Mackey 1962 (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 112)
bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Nababan (1991: 27) mengemukakan pendapatnya tentang bilingualisme dan
bilingualitas. Ia mengatakan langsung sebagai berikut:
bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita berpikir tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa, yaitu memakai dua bahasa, kita akan sebut ini bilingualitas (dari bahasa Inggris bilinguality).
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bilingualisme
adalah kemampuan penutur dalam memahami, mengerti, atau menggunakan dua bahasa.
2.2.2 Campur Kode
Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang
bilingual atau kedwibahasaan, bahkan yang multilingual.
Nababan (1991: 32) mengatakan bahwa:
campur kode adalah suatu keadaan berbahasa apabila orang mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa tersebut. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur atau kebiasaannya yang dituruti.
Kachru (dalam Umar, 1993: 13) mengatakan bahwa:
campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Unsur-unsur kebahasaan yang menyelusup ke dalam bahasa lain itu tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disusupinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau
terdapat campur kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan oleh tidak ada ungkapan
yang terdapat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau
ungkapan dari bahasa asing. Kadang-kadang terdapat juga campur kode ini bila
Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal
dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung
fungsi bahasa yang disusupinya (Suwito dalam Umar, 1993: 14). Hal senada juga
disampaikan oleh Thelander dan Fasol (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 152) Thelander
menjelaskan bahwa apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase-frase campuran (hybrid clases, hybrid
phrases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, peristiwa yang terjadi adalah peristiwa campur kode. Sementara itu, Fasold
menjelaskan kalau seseorang menggunakan satu kata atau frase satu bahasa dan dia
memasukkan kata tersebut ke dalam bahasa lain yang digunakannya dalam
berkomunikasi, maka dia telah melakukan campur kode.
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985:
78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, antara lain :
1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.
Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai arti. Kata dapat dibagi atas empat bagian yaitu :
1. Kata benda atau nomina
2. Kata kerja atau verba
3. Kata sifat atau adjektiva
2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase.
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Berdasarkan jenis atau ketegori
frase dibagi menjadi :
1. Frase nominal
2. Frase verbal
3. Frase adjektival
4. Frase adverbial
3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk
baster (Hybrid) atau kata campuran menjadi serpihan dari kata yang
dimasukinya.
4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata.
Penyisipan unsur yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan
perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat.
5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu
penyisipan kata-kata kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa
inti yang dimasukinya.
6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata,
Dalam penelitian mengenai bentuk-bentuk campur kode ini peneliti mengambil
pendapat Suwito sebagai acuan karena hanya pendapat ahli tersebut yang sesuai dengan
penelitian peneliti.
2.2.3 Frekuensi
Menurut Sudjana (2002: 50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang
terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolud. Jika frekuensi dinyatakan dalam
persen, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif.
Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut:
Misalnya:
Jumlah data yang ditemukan untuk bentuk baster = 28
Jumlah keseluruhan daya = 401
Jadi:
2.3 Tinjauan Pustaka
Menurut KBBI (2003: 1198) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat
(sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon
(KBBI, 2003: 912).
Penelitian campur kode sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di
antaranya Tarihoran (2000) dalam skripsi yang berjudul Analisis Campur Kode dalam
Majalah Tempo. Dalam skripsi tersebut Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur kode dalam majalah Tempo berupa penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk
kata, frase, dan klausa. Penelitian juga berpendapat bahwa peranan dan fungsi
kebahasaan sangat menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan yang
dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa
yang hendak dicapai penutur dengan tuturannya.
Sitepu (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Campur Kode dalam Majalah
Aneka Yess! membahas tentang bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah Aneka Yess! dan membahas bagaimana pengaruh campur kode pada kosakata yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini berpendapat bahwa pengaruh yang
ditimbulkan oleh campur kode ada yang bersifat positif (integrasi) karena dapat
menambah perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia dan bersifat negatif
(interferensi) karena dapat merusak perkembangan bahasa Indonesia.
Para peneliti sebelumnya membahas tentang peranan dan fungsi kebahasaan
bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini, peneliti meneliti bentuk-bentuk campur kode
yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata serta menghitung frekuensi
penggunaan tiap bentuk campur kode dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu
metode yang menggunakan angka serta dengan menggunakan rumus frekuensi.
Penggunaan rumus tersebut dalam memecahkan masalah dan keputusan-keputusan yang
dihasilkan adalah dalam bentuk persen, sehingga pembaca dapat mengetahui banyak data
yang terdapat dalam tiap-tiap bentuk campur kode yang tedapat dalam novel Edensor
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian terhadap campur kode dalam novel Edensor karya
Andrea Hirata terhitung sejak tanggal 20 November 2009 sampai dengan 7 Februari
2010.
3.2 Populasi & Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian (KBBI, 2003: 889). Yang menjadi populasi penelitian ini
adalah campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok
yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih
besar; percontohan. Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak terlalu besar maka
seluruh populasi dijadikan sampel. Setelah melakukan penghitungan, yang menjadi
sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah populasi yang terdapat dalam novel
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Metode dan teknik pengumpulan
data yang sesuai perlu diperhatikan agar penelitian terarah. Penggunaan metode dan
teknik pengumpulan data yang tepat dapat membantu pencapaian hasil data yang sahih
(valid).
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah pertama
dalam penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993: 136) metode
simak adalah suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Peneliti menyimak
suatu bahasa dengan cara membaca data yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu
dengan membaca langsung novel Edensor karya Andrea Hirata. Selanjutnya untuk
mengembangkan metode simak digunakan juga teknik catat yaitu pencatatan pada kartu
data dengan menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 1993: 135). Peneliti mencatat
data-data yang dianggap memiliki hubungan mengenai campur kode.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisis dengan metode dan teknik
yang sesuai. Metode dalam pengkajian bentuk-bentuk campur kode tersebut dianalisis
dengan menggunakan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 13) metode padan
adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari
(1) Ini gala dinner kami di Eropa. (E: 65)
(2) “Saya dengar suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana kalian bisa
bertahan?” (E: 72)
Campur kode yang terjadi pada contoh di atas merupakan campur kode yang
berupa penyisipan unsur-unsur yang berupa kata. Kata dinner dan drop merupakan kata
dalam bahasa Inggris yang sudah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kedua
kata itu masing-masing telah diwakili oleh kata ‘makan malam dan turun’ dalam bahasa
Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Inggris
sebagai bahasa yang dipadankan yang berupa serpihan-serpihan (pieces).
Teknik dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pilah unsur
penentu. Dengan teknik pilah maka setiap kata yang telah dipadankan tersebut
dipilah-pilah dari bahasa pertamanya. Daya dipilah-pilah sebagai pembeda referen digunakan untuk
membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis, maka perbedaan referen atau sosok
teracu yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu (Sudaryanto, 1993: 21).
Untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki
oleh setiap peneliti harus digunakan. Dengan daya pilah itu, dapat diketahui bahwa
referen itu ada yang berupa kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Demikian juga dalam
penentuan jenis frase, baster, perulangan kata, idiom, dan klausa.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah kedua yaitu
metode kuantitatif. Menurut Muclich (1993: 4) metode kuantitatif merupakan metode
menghasilkan nilai atau angka untuk variable keputusan. Dengan perkataan lain,
penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang
BAB IV
CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA
4.1Bentuk-Bentuk Campur Kode
Campur kode yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata berupa
unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing (outercode mixing), yaitu campur kode antara
bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan tersebut,
campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
4.1.1Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata
Dalam penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata ini, sebuah kata dari bahasa
asing yakni bahasa Inggris menyisip ke dalam bahasa inti yaitu bahasa Indonesia. Jenis
kata yang ditemukan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata yaitu kata benda
(nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. Penyisipan
unsur-unsur yang berwujud kata tersebut dapat dilihat pada data di bawah ini:
4.1.1.1Kata Benda atau Nomina
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda,
dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003: 213). Kata benda atau nomina yang berasal dari
bahasa Inggris banyak ditemukan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata. Kata benda
yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata tersebut dibedakan atas
a. Kata benda atau nomina yang menyatakan sapaan
Contoh:
(1) Kalau sempat Arai mengiyakan Ray itu, aku sudah siap mengenalkan diri sebagai
curly. (E: 54)
(2) “And You, bagaimana sebaiknya aku memanggilmu, Kawan?” (E: 54)
(3) “Apa yang kaulakukan, Ranger?” (E: 64)
(4) “Dua tiket, My Friend. Tiket apa pun yang menuju Menara Eiffel.” (E: 77)
(5) “Tapi Madame, pasti banyak pintu di sana. Apakah tertempel nama Anda di pintu?”
(E: 84)
(6) Aku memanggilnya, ya ampun, baby. (E: 127)
(7) “Aaa, My Man … cinta adalah channel TV! Tak suka acaranya, raih remote-mu,
ganti saluran, beres!” (E: 158)
(8) Apalagi ia selalu memanggilku my man, membuatku merasa ganteng. (E: 127)
(9) “Semburkan taruhanmu, Bitch! Kalau aku main akordion di Piccadilly, aku akan
dapat duit lebih banyak darimu!” (E: 167)
(10)“Oke, Gentlemen. Penampilan pertama kalian, Koninklijk Paleis! Sekarang! Ayo,
(11)“Sering ada Indonesia tumplek di Masjid Afganistan, yee … very good, understand,
yee … tapi … Brother ….” (E: 238)
(12)“Sudah siapkah kau itu, Brother?” (E: 238)
(13)“Bicara apa kau, Brother? Tak terbayangkan susahnya urusan visa,” cetus Arai. (E:
264)
(14)“My Brother, tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Allah.” Sapanya
halus. (E: 244)
(15)Laki-laki dan perempuan saling memanggil love atau dear. (E: 284)
Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas
adalah kata curly ‘si keriting’, and you ‘dan kamu’, ranger ‘prajurit’, my friend
‘temanku’, madame ‘nyonya’, baby ‘sayang’, my man ‘pacarku’, bitch ‘perempuan
jalang’, gentlemen ‘tuan-tuan’, brother ‘saudara laki-laki’, my brother ‘saudaraku’, love
‘cinta’, dear ‘sayang’. Kata-kata tersebut merupakan jenis kata nomina yang menyatakan
sapaan.
b. Kata benda atau nomina yang menyatakan nama benda
Contoh:
(16) Esoknya perempuan itu menyuruh kami naik ke bak mobil pick-up. (E: 40)
(18) Native Eropa pertama yang kami temui di tanah airnya sendiri, keramahannya
mencengangkan. (E: 54)
(19) Konon pemerintah republikan pening dibuat gaya hidup ini karena persentase
kelahiran native Prancis merosot tajam. (E: 81)
(20) Kami membuntutinya menuruni tangga dan memasuki platform kereta
underground. (E: 54)
(21) Baru saja melompat dari pintu kereta, pria wanita hilir mudik di celah-celah pilar
platform. (E: 178)
(22) Kami bergegas menuruni tangga yang curam menuju metro, kereta underground.
(E: 77)
(23) Yang ada, di samping pintu, hanya deretan kotak kecil, nomor-nomor lantai
gedung, tombol-tombol, speaker, dan label nama. (E: 58)
(24) Disambut kumandang seseorang di speaker. (E: 58)
(25) Dari speaker di gagang telepon yang dipegang Arai, jelas kudengar suara Zakiah.
(E: 231)
(26) Seorang pria berkulit gelap meneguk kopi dari cangkir besar dalam sebuah booth
persegi berjeruji. (E: 77)
(27) Ia pasti telah lama menjadi penjual tiket sehingga menyatu dengan perabot dalam
(28) Sore itu kami bergegas ke booth telepon umum. (E: 231)
(29) Aku membuang wajah keluar booth telepon, tak tega memandang muka sepupu
jauhku itu. (E: 232)
(30) Kuduga mereka pembantu rumah tangga yang berangkat subuh-subuh menuju
rumah majikannya di downtown Paris. (E: 78)
(31) Katedral, avenue, taman-taman, ornamen, dan galeri-galeri menghiasi
pemandangan kiri kanan kami. (E: 79)
(32) Kami menyelusuri avenue di Interlaken, sebuah mobil Bentley menepi dan
menekan klakson hati-hati. (E: 233)
(33) Body tas diapitkan di bawah ketiak, sehingga pemakaiannya seperti mengokang
senapan. (E: 83)
(34) Ia terpekur menghayati lagu dari headphone. (E: 91)
(35) Kusimak lagu yang samar mendesis dari headphone itu, dan aku hampir pingsan
karena yang kudengar juga lagu yang sama tadi! (E: 91)
(36) Kusimak lagi sayup syair yang berbisik dari headphone, kucoba mengenali suara
panyanyinya. (E: 92)
(37) Selalu berkoar-koar seperti angsa trumpeter, tak lain orang-orang Inggris, The
(38) Dikabarkan pula bahwa sebagian besar manusia paling eksentrik di muka bumi ini,
juga The Brits. (E: 96)
(39) Naomi Stansfield, lebih senang dipanggil nama belakangnya Stansfield, dialah
dedengkot The Brits. (E: 96)
(40) Mahasiswa yang dowan meladeni The Brits hanya pemuda-pemudi dari negeri
Paman Sam. (E: 97)
(41) The Brits dan pria-pria dari negeri Paman Sam lain pula lagaknya. (E: 120)
(42) Perangai itu ia kibarkan lewat makian British kebanggaannya. (E: 96)
(43) Stansfield senang berdandan sporty: sepatu kets, kaus dengan nomor besar bintang
sepak bola favoritnya, dan jaket training yang tak dikancingnya. (E: 97)
(44) Ada empat orang Amerika di kelas kami dan kaum Yankees ini bertabiat sepadan
dengan leluhurnya. (E: 98)
(45) Ide mereka lebih besar daripada ide The Brits dan Yankees. (E: 98)
(46) Hanya sesekali keningnya berkerut, pasti sedang tak setuju dengan ucapan dosen,
tapi tak lantas menunjuk untuk protes seperti aksi The Brits dan Yankees. (E: 100)
(47) Gonzales bercerita sepak bola, berteriak-teriak saling mendukung tim bersama
Yankees, The Brits, dan dua genius Belanda itu. (E: 112)
(48) Sesekali paper mereka mengandung terobosan yang imajinatif. (E: 98)
(50) Jika menulis paper tentang observasi konsumen melalui kubus. (E: 100)
(51) Oh, Kawan, ternyata mereka berasal dari negeri terompah kayu yang dulu pernah
“mengasuh” kita: Holland! (E: 100)
(52) Jarang ada suara bersumber dari kedua perempuan Netherlands itu. (E: 101)
(53) Persetujuan ia nyatakan dengan menggoyang-goyangkan kepalanya, gemulai
berirama, persis goyang kepala boneka anjing di atas dashboard. (E: 105)
(54) Awal bulan, ketika baru menerima allowance beasiswa, MVRC Manooj dan
Gonzales bertingkah laku seperti tak mengenal aku, Arai, dan Ninoch. (E: 107)
(55) Christian mencabut konektor internet dari PC dan tanpa dikomando, Marcus
menginstal transmitter kecil. (E: 108)
(56) Menyambungkan konektor tadi pada transmitter, laptop, dan proyektor. (E: 108)
(57) Sebagian hidup seperti bohemian, mengaitkan anting di hidung, mencandu drugs,
musik trash metal, berorientasi seks ganjil, dan tak pernah terlihat tekun belajar,
namun mereka sangat unggul di kelas. (E: 111)
(58) Pertama-tama memancing pertengkaran, memprovokasi, lalu mengaku bersalah
secara gentleman dan minta maaf dengan takzim. (E: 113)
(59) Namun, ketika ia meningkat pada strategi minta maaf dengan lagak gentleman. (E:
(60) Kadang mereka sedikit tendensius dan ofensif, namun jika ditolak, mereka bersikap
gentleman, mengakui keunggulan pesaing lain. (E: 120)
(61) Pria itu kalem, gentleman, dan sangat baik. (E: 175)
(62) Aku berinisiatif menyatakan kebenaran hakiki pendapatku melalui satu sikap
gentleman yang menyebalkan. (E: 215)
(63) Usai salat Arai menghampiri Imam, ia bersikap gentleman, memohon maaf dan
mengatakan semua terjadi di luar kesadarannya. (E: 244)
(64) Nada-nada yang riang bereskalasi mengiringi kerak es yang luruh dari tiang-tiang
telepon, meteran parkir, kanopi, lengan-lengan jembatan, papan tulis tarif kafe-kafe,
batang-batang pohon shagbark hickory dan billboard. (E: 145)
(65) Jika ia melenggok di atas catwalk, membawa rok belah tinggi Christian LaCroix,
ekspresinya tak ambil pusing, langkahnya tergesa-gesa, kakinya yang panjang
silang menyilang tangkas, seperti pemain center back sepakbola ingin merobohkan
striker. (E: 151)
(66) Satu per satu kemudian berduyun-duyun, melangkah di atas catwalk, cepat
bersaling silang, tak peduli. (E: 153)
(67) Ia membuatku memahami bahwa sikap obsesif perempuan terhadap make-up dan
busana, memang beralasan. (E: 152)
(68) Artis-artis muda itu sibuk lalu lalang menyiapkan kotak make-up, menyemprotkan
(69) Sungguh istimewa rancangan kostum, make-up, dan penataan artistik dari
mahasiswa seni. (E: 185)
(70) “Tahukah kalian? Paling tidak, tiga puluh satu negara harus kalian lintasi, dan
Rusia? My God! Daratannya hampir separuh dunia.” (E: 165)
(71) Hukuman bagi yang kalah, yang menempuh paling sedikit kota dan negara, amat
mengerikan, yaitu mengurus laundry peserta lain selama tiga bulan, membayar
cover charge untuk clubbing. (E: 172)
(72) Peserta pertaruhan menjelajah Eropa kembali berkumpul di Kafe Brigandi et
Bougreesses dengan backpack dan properti ngamennya masing-masing. (E: 173)
(73) Kostum ikan duyung itu sangat besar, tak seluruhnya dapat masuk ke dalam
backpack. (E: 187)
(74) Tengah malam, aku sontak terbangun karena backpack yang ku jadikan bantal
ditarik seseorang. (E: 219)
(75) Lengah sedikit saja, backpack melayang. (E: 246)
(76) Kami tiba di pool bus Amstel lalu naik kereta sebentar ke statiun sentral
Amsterdam. (E: 177)
(77) Di Damrak aku melihat Belanda sebagai sanctum kebebasan ekspresi, sekaligus
(78) Lewat tengah malam, taman-taman di Eropa menjadi sanctum bagi para psikopat.
(E: 257)
(79) Tower gereja, legendaries dengan sebutan Martini Toren, menjulang lesu. (E: 190)
(80) Kami membeli tuna sandwich, sepotong dibagi dua, itulah uang kami yang terakhir.
(E: 195)
(81) “Tahukah kau! Meskipun barang second, penjualnya bilang jam ini edisi langka
Swiss Military!” (E: 214)
(82) Ia berbaju overall seperti tukang, bersepatu boot, berkacamata gelap, kumisnya
baplang (E: 218)
(83) Kostov, laki-laki beruang itu, memutar-mutar pentungan baseball. (E: 220)
(84) Kastov melayangkan pemukul baseball. (E: 222)
(85) Selebihnya, brother muslim berkumpul di Masjid Afghanistan, di Gmunder.” (E:
237)
(86) Nyaman rasanya berada di dalam masjid yang hangat, di antara ratusan brother
muslim yang bersahabat. (E: 242)
(87) Brother muslim itu melompat ke dalam gerbong. (E: 263)
(88) Sepintas saja melihatnya aku tahu kalau laki-laki itu pastilah sorang brother
(89) Kami tampil di Palermo dan anehnya, salah satu penonton kami adalah brother
muslim itu! (E: 264)
(90) Semuanya ada di sana: jalur detail perjalanan, penjemput, bahkan telah disiapkan
alamat e-mail internet, lengkap dengan user name dan password untuk akses data
warehouse universitas. (E: 51)
(91) Kubalas e-mail Katya, untuk konfirmasi. (E: 125)
(92) Kami menerima e-mail. (E: 150)
(93) Membaca e-mail Famke, aku mendapat firasat, gadis cantik Belanda itu akan
memberi solusi untuk kami. (E: 150)
(94) E-mail Famke hari ini membuktikan instingku itu. (E: 152)
(95) Laki-laki di jok belakang itu seorang gay. (E: 234)
(96) Kemeja tipisnya melayang-layang melapisi t-shirt kasual. (E: 255)
Contoh 16 sampai dengan contoh 96 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Inggris
yang termasuk kategori nomina yang menyatakan nama benda. Kata-kata tersebut adalah
kata pick-up ‘mobil pikap’, cover ‘sampul’, native ‘penduduk pribumi’, platform ‘peron’,
underground ‘bawah tanah’, speaker ‘pengeras suara’, booth ‘stan/ warung’, downtown ‘kota bagian yang ramai’, evanue ‘jalan raya’, body ‘badan’, headphone ‘hetset’, the brits
‘orang-orang Inggris’, british ‘bangsa Inggris’, kets ‘sepatu olah raga’, training ‘baju latihan’, warehouse ‘fasilitas gedung’, yankees ‘orang Amerika’, paper ‘kertas kerja/
instrumen’, allowance ‘uang saku’, transmitter ‘alat pemancar’, drugs ‘obat-obatan
terlarang’, gentlemen ‘laki-laki’, billboard ‘papan iklan’, catwalk ‘jalan’, make-up ‘tata
rias’, my God ‘Tuhanku’, laundry ‘pakain kotor/ cucian’, backpack ‘ransel punggung’,
pool ‘pangkalan bus’, sanctum ‘tempat suci’, tower ‘menara’, sandwich ‘roti’, second ‘barang bekas’, overall ‘baju lengkap’, baseball ‘kasti’, brother ‘saudara laki-laki’,
e-mail ‘surat elektronik’, gay ‘homo’, t-shirt ‘kemeja’.
c. Kata benda atau nomina yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan suatu
pekerjaan.
Contoh:
(97) Jadilah kami salesman alat-alat dapur, dari pintu ke pintu. (E: 40)
(98) Bukan main kemejaku itu, mereknya Manly Executive, biasa dipakai salesman
asuransi tingkat atas. (E: 212)
(99) “Simon Van Der Wall. Ia landlord tempat ini. All set. Aku yakin kita akan
berjumpa lagi.” (E: 57)
(100)Monsieur Loreux, landlord apartemen kami, menyerahkan sepucuk surat padaku.
(E: 138)
(101)Landlord Chevalier memberi tahuku nomor pintu ruangan Njoo Xian Ling. (E:
161)
(103)Otomatis, ia juga seorang monetarist, yakni orang yang percaya bahwa sektor
moneter (keuangan) adalah katalisator pembangunan ekonomi. (E: 70)
(104)“Saya tidak menerima tamu selain monetarist! Keluar!” (E: 71)
(105)Kini, aku mengerti secara teoritis maksud-maksud John Maynard Keynes, sang
suhu bagi kaum monetarist. (E: 130)
(106)“Semua itu gara-gara kaum monetarist keparat itu!!” (E: 134)
(107)“Kau tahu?! Kaum monetarist bersekongkol mengumpulkan uang agar negeri
seperti kalian dapat berutang.” (E: 134)
(108)“Bantu semua keperluan mereka dan registrasikan mereka segera ke Alien Police!”
(E: 73)
(109)Nyatanya ia memang hooligan klub Queens Park Ranger. (E: 97)
(110)Bisa juga ia seorang duke, anggota keluarga kerajaan Inggris, sepupu jauh pangeran
William, yang banyak berkeliaran menuntut ilmu di Sorbonne. (E: 123)
(111)Lebih spesifik, Arai bercita-cita jadi seorang microbiologist! (E: 138)
(112) Arai yang terobsesi menjadi seorang microbiologist diharapkan ayahku menjadi
seorang asisten apoteker. (E: 141)
(113)Tentang dilema seorang mahasiswa Indonesia di Paris yang menjadi guide bagi
(114)Aku bertanya pada seorang rastafari, guide lokal, apakah ia pernah mendengar
seorang wanita penghibur bernama Njoo Xian Ling. (E: 202)
(115)Tapi aneh, aku berusaha mengalihkan rindu itu dengan mengamati backpacker
Kanada yang sedang mengemasi sleeping bag setelah semalam mereka tidur di
taman dekat statiun. (E: 157)
(116)Tak tahu mengapa, aku tak ingin memikirkan Katya, malah yang kubayangkan
adalah penjelajahan backpacker Kanada yang mengagumkan. (E: 157)
(117)Aku telah mempelajari bahwa backpacker Kanada adalah explorer dengan jarak
tempuh amat jauh. (E: 157)
(118)Kudengar kabar burung dari para backpacker, lokalisasi di Belush’ye sangat liar,
tak manusiawi. (E: 192)
(119)Dari jendela kereta kulihat ratusan backpacker bergelimpangan tidur di platform
stasiun. (E: 245)
(120)Diantaranya backpacker yang selalu kukagumi, backpacker Kanada! (E: 245)
(121)Kami telah melintasi Rusia dari ujung ke ujung, tapi cerita backpacker Kanada
mencengangkan. (E: 245)
(122)Ini satu sisi gelap Italia yang hanya diketahui backpacker. (E: 246)
(123)Berbulan-bulan hidup sebagai backpacker—hidup di jalanan dan tidur disembarang
(124)Tim make-up menggiring kami ke meja rias. (E: 181)
(125)Aku menyebut diriku sendiri sebagai … insensitive. (E: 215)
(126)Ia dikelilingi pria-pria tinggi besar semacam bodyguard. (E: 240)
(127)Tiba-tiba pria Afro bodyguard tadi datang. (E: 256)
(128)Ia digandeng mesra oleh seorang pria yang bertubuh seperti si Under Taker,
pendekar smackdown itu. (E: 272)
Contoh data 97 sampai dengan 128 terdapat penyisipan kata-kata bahasa Inggris
yang termasuk kategori kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan
suatu pekerjaan. Kata-kata tersebut adalah kata salesman ‘penjual barang-barang’,
landlord ‘pemilik penginapan/ rumah sewaan’, interpreter ‘juru bahasa’, monetarist ‘kaum moneter’, alien police ‘kepolisian’, hooligan ‘penjahat’, duke ‘adipati’,
microbiologist ‘ahli mikrobiologi’, guide ‘pemandu’, backpacker ‘para petualang’, explorer ‘penjelajah’, make-up ‘penata rias’, insensitive ‘orang yg tidak berperasaan’, bodyguard ‘pengawal’, smackdown ‘pendekar berkelahi’.
d. Kata benda atau nomina yang menyatakan hal, proses atau peristiwa.
Contoh:
(129)Suatu isyarat yang nyata, seperti bubungan tebal asap unggulan Indian Cherokee,
(130)Lalu sepanjang hidupnya mati-matian ingin seperti John wayne. John wayne
wannabe istilahnya.(E: 60)
(131)Famke Somers, seorang John Wayne wannabe, seorang gadis Skandinavia yang
efisien, dan seorang doktor ekonomi pejabat tinggi Uni Eropa. (E: 76)
(132)Laut utara adalah mainstream laut es Artik di Kutub Utara. (E: 62)
(133)Jika winter tiba, bahkan burung-burung red knox di Brugge melarikan diri ke
pantai-pantai Italia. (E: 62)
(134)Inilah gala dinner kami di Eropa. (E: 65)
(135)Seminggu penuh kami bekerja keras merumuskan terms riset. (E: 75)
(136)Suatu pilihan gaya hidup yang sedang booming di Prancis. (E: 81)
(137)Gejala ini semacam sixth sense yang tumpul. (E: 89)
(138)Stansfield seorang perempuan yang trendy. (E: 96)
(139)Ini bukan lagi soal cinta, tapi soal memelihara suatu level persaingan, soal survival
dalam pertarungan gengsi. (E: 121)
(140)Sekarang, aku memahami arti ekonomi sebagai science, sebagai mazhab, bahkan
sebagai seni dan filosofi. (E: 130)
(142)Bagi Turnbull, seorang mahasiswa pascasarjana di kelas science adalah umat
manusia yang seharusnya mampu menciptakan teori. (E: 276)
(143)Buku itu mengandung kristalisasi pemikiran dengan visi yang timeless. (E: 130)
(144)Boho, trend musim panas musim ini. (E: 153)
(145)“Allright, sekarang jadi menarik, bukan?!” (E: 178)
(146)Mataku sampai silau karena sambaran blitz dari ratusan kamera. (E: 185)
(147)Setelah satu jam, Famke menghentikam show kami. (E: 186)
(148)Dari data yang ku print ada Xian Ling di kota pantai Belush’ye nun jauh di tepi
utara Rusia sana. (E: 191)
(149)Ia hanya punya enam jari kaki, jemari lainnya terpaksa ia kerat sendiri dengan pisau
komando karena frostbite. (E: 246)
(150)Italia menyajikan landscape yang memesona dihiasi adegan-adegan cinta yang
memukau. (E: 247)
(151)Bukan sekadar hasil kerja tergopoh-gopoh karena deadline dengan argumentasi
spekulatif. (E: 276)
(152)Jika mereka mengatakan enough tidak berbunyi inaf seperti biasa kita dengar. (E:
284)
Adapun kata-kata yang menyisip pada data 129 sampai data 153 adalah penyisipan
kata-kata bahasa Inggris yang termasuk kategori kata benda yang menyatakan hal, proses
atau peristiwa yaitu available ‘masih sendiri’, wannabe ‘palsu’, mainstream 'arus utama’,
winter ‘musim salju’, dinner ‘makan malam’, terms ‘terminologi/ syarat-syarat’, booming ‘berkembang’, sixth sense ‘intuisi’, trendy ‘gaya’, allright ‘baiklah setuju’, survival ’kekuatan hidup’, science ‘ilmu pengetahuan’, timeless ‘tampa batas waktu’, trend ‘model’, blitz ‘kilat’, show ‘pertunjukan’, print ‘cetak’, frostbite ‘radang dingin’, landscape ‘pemandangan alam’, deadline ‘batas waktu’, enough ‘cukup’, bleeding ‘pendarahan’.
4.1.1.2 Kata Kerja atau Verba
Kata kerja atau verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan (aksi),
atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, 2003: 87). Verba, khususnya yang
bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. Verba juga tidak
dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Kata kerja atau verba
yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia dalam novel Edensor karya Andrea Hirata,
dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a. Kata kerja atau verba yang menyatakan aksi atau perbuatan.
Contoh:
(155)Marcus berdasi dan berjas lengkap seperti alumni Harvard menghadiri interview
untuk satu posisi penting di Microsoft. (E: 108)
(156)Selesai make-up sampailah pada kostum ikan duyung yang naudzubillah itu. (E:
181)
(157)Ketika sedang browsing untuk mencari materi paper di perpustakaan, aku
terbelalak membaca e-mail dari Katya. (E: 124)
(158)Kami ingin backpacking, tidur dalam sleeping bag di station, terminal, emper toko,
dan taman-taman. (E: 149)
(159)Kuat dugaanku, tradisi backpacking dan kode etik tak tertulisnya dimulai oleh
backpacker Kanada. (E: 157)
(160)Secara fisik Ninoch tak mungkin menjelajah Eropa, apalagi dengan cara
backpacking. (E: 170)
(161)Jerman telah terbiasa dan menghormati tradisi backpacking. (E: 193)
(162)Seperti di Jerman, polisi Italia menghormati tradisi backpacking. (E: 246)
(163)Tak ada Schengen visa di sana, tak ada budaya backpacking, dan tak dapat
diramalkan respons penduduknya pada seni jalanan (E: 262)
(164)Standsfield berlari paling tidak lima kilometer setiap hari dan mampu push-up
(165)Sering kami melakukan lifting, yakni mengacungkan jempol di pinggir jalan untuk
minta tumpangan truk-truk ternak atau mobil tangki. (E: 207)
(166)Di tempat ini kami berjanji untuk rendezvous. (E: 270)
Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas
adalah kata kerja atau verba yang menyatakan aksi atau perbuatan yaitu sit-up ‘gerak
tubuh untuk melatih otot perut’, interview ‘wawancara’, make-up ‘menatarias’, browsing
‘mencari data melalui internet’, backpacking ‘berpetualang’, push-up ‘tolak tangan (gerak tubuh untuk melatih otot lengan)’, lifting ‘mengacungkan jempol’, rendezvous
‘berkumpul’.
b. Kata kerja atau verba yang menyatakan keadaan digunakan di dalam kalimat yang
subjeknya berperan sebagai sesuatu yang tengah berada dalam situasi.
Contoh:
(167)Suhu akan drop secara ekstrem. (E: 62)
(168)“Saya dengar suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana kalian bisa
bertahan?” (E: 72)
(169)Suhu sekoyong-koyong drop. (E: 275)
(170)Mereka sangat tenang, quite, sepi, tenteram, persis kota kecil Purbalingga, pukul
sepuluh malam. (E: 99)
(172)Aku menulis cinta sahabatku Jimbron dan istrinya: Jimbron loves Laksmi—kutulis
di tungku. (E: 251)
Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada data tersebut adalah drop
‘menurun’, quite ‘diam’, break ‘beristirahat’, loves ‘mencintai’.
4.1.1.3 Kata Sifat atau Adjektiva
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Alwi, 2003: 171).
Penyisipan kata sifat tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a. Kata sifat atau adjektiva yang menyatakan penilaian digunakan pada kata benda pada
umunya. Penilaian baik mengenai keadaan sikap batin maupun keadaan lahir.
Contoh:
(173) “Memang ada kamar kosong, tapi sistem di sini tidak bekerja seperti ini.
Impossible” tukasnya tanpa perasaan. E: 60)
(174)Yang lain komat-kamit, bergumam-gumam, sambil menggeleng-gelengkan kepala,
sepakat dengan Townsend. Impossible, celetuk mereka. (E: 165)
(175)Nilai mereka tak pernah kurang dari distingue, artinya excellent, lebih tinggi dari
(176)Jika ide mahasiswa negara lain demikian besar sampai ingin mengubah Prancis, ide
The Pathetic Four sangat sederhana, yaitu bagaimana agar dapat nilai passable. (E: 103)
(177)Katya menyukaiku? Ah, tidak real, tidak mungkin. (E: 125)
(178)Aku berbalik, minggat meninggalkan Tuan Smith yang sedang tidak mood. (E:
132)
(179)Deringnya delay tapi suaranya nyaring. (E: 231)
(180) “Ada beberapa masjid, yeee, understand? Antum, understand, yeeee….. (E: 237)
(181) “Gedung putih juga takut! Understand? Yeee….” (E: 239)
(182)Pria Italia sungguh flamboyan dan mereka passionate. (E: 247)
(183)Satu kata yang dipakai jika boring: membosankan, kurang cukup. (E: 284)
Kata-kata bahasa Inggris yang menyisip pada contoh diatas adalah impossible
‘mustahil’, excellent ‘baik sekali/ unggul’, passable ‘cukup baik’, real ‘nyata’, mood
‘selera’, delay ‘lambat’, understand ‘mengerti/ paham’, passionate ‘penuh kasih’, boring ‘bosan’ merupakan kata sifat yang menyatakan penilaian pada kata benda.
b. Kata sifat atau adjektiva yang menyatakan perasaan batin digunakan pada kata benda
yang menyatakan orang atau yang diorangkan.
(184)Cepat dan praktis. Tak ada kejadian seperti yang sering kulihat di TV, misalnya:
Congratulations! (E: 40)
(185)Seperti dulu sejak SMA , perempuan itu tetap indifferent, tak acuh. (E: 46)
(186)Ia gadis muda yang luar biasa cantik, gorgeous. (E: 53)
(187) “Sungguh keterlaluan Simon Van Der Wall itu. Unbelievable! Terrible! Horrible!
(E: 72)
(188)“Outrageous!! Tapi jangan khawatir, Erika akan membawa kalian kembali ke Brugge dan membereskan semua persoalan dengan Simon,ok?” (E: 72)
(189)Kami excited membayangkan kesan pertama melihat Eiffel tapi masih belum tahu
cara menuju ke sana. (E: 78)
(190)Tergopoh-gopoh tak keruan, bukanlah nature mereka. (E: 99)
(191) Aku nervous mendekati pintu itu. (E: 161)
(192)Kulitku tampak fantastic karena lengket ditaburi teritip dan bulir-bulir mutiara
imitasi. (E: 185)
(193) “Fantastic! Bagaimana kalian bisa melakukan semua itu?” (E: 246)
Kata-kata Inggris yang menyisip pada masing-masing data diatas adalah kata