• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.

(2)

Gambar 2.4 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.

(3)

Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

(4)

Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

(5)

Gambar 2.6 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.

(6)

Tabel 3.6 Pejabat Kota Medan73

No Jabatan Jenis Kelamin

1 Walikota Kota Medan Laki-Laki

2 Sekretaris Daerah Kota Medan Laki-Laki 3 Sekretaris DPRD Kota Medan Laki-Laki 4 Kepala BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan Laki-Laki 5 Kepala Bappeda Kota Medan Perempuan 6 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota

Medan

Laki-Laki

7 Inspektorat Daerah Kota Medan Laki-Laki 8 Kepala Kesbangpol Kota Medan Laki-Laki 9 Direktur RSUD Pirngadi Kota Medan Laki-Laki 10 Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan

Laki-Laki

11 Kepala Dinas PU Bina Marga Kota Medan Laki-Laki 12 Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Perempuan 13 Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Laki-Laki 14 Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Laki-Laki

(7)

15 Kepala Dinas Perindustrian Kota Medan Laki-Laki 16 Kepala Dinas Perdagangan Kota Medan Laki-Laki 17 Kepala Dinas Sosial Kota Medan Laki-Laki 18 Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan Laki-Laki 19 Kepala BPBD Kota Medan Laki-Laki 20 Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Medan

Laki-Laki

21 Kepala Dinas Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Kota Medan

Laki-Laki

22 Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Penataan Ruang Kota Medan

Laki-Laki

23 Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan

Laki-Laki

24 Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Laki-Laki 25 Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Kota Medan

Perempuan

26 Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Medan Perempuan 27 Kepala Badan Pengelola dan Aset Daerah Kota

Medan

Laki-Laki

(8)

30 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan Laki-Laki 31 Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Medan

Laki-Laki

32 Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Perempuan

33 Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

Laki-Laki

34 Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Medan Perempuan 35 Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Medan Perempuan 36 Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Kota Medan

Perempuan

37 Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan

Perempuan

38 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan

Laki-Laki

39 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Kemasyarakatan dan SDM

Laki-Laki

40 Staf Ahli Wali Kota Medan Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik

Laki-Laki

41 Asisten Pemerintahan dan Sosial pada Sekda Kota Medan

Laki-Laki

(9)

Kota Medan

43 Asisten Administrasi Umum Pada Sekda Kota Medan.

Laki-Laki

Tabel 3.7 Partisipasi Perempuan di Partai Politik

Partai Politik Laki-laki Perempuan Jumlah

PKS 5 Orang - 5 Orang

PAN 4 Orang - 4 Orang

DEMOKRAT 5 Orang - 5 Orang

PDI-P 8 Orang 1 Orang 9 Orang

GOLKAR 6 Orang 1 Orang 7 Orang

HANURA 3 Orang 1 Orang 4 Orang

Patriot Persatuan Pembangunan

4 Orang 1 Orang 5 Orang

GERINDRA 5 Orang 1 Orang 6 Orang

NASDEM 2 Orang - 2 Orang

PKPI 2 Orang - 2 Orang

PBB 1 Orang - 1 Orang

(10)

LAMPIRAN 1

TRANSKIP WAWANCARA

PENELITIAN ANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

DAN ANAK TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN

Nama : Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM :

Pekerjaan : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Medan.

Pertanyaan :

1. Bagaimana tanggapan ibu terkait kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 ?

Jawaban :

(11)

Anak, dan hal ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum indonesia merdeka dan sampai sekarang pun sesudah indonesia merdeka. Padahal Perempuan dan Anak juga merupkan generasi Bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita ini kelak. Jika kita lihat komitmen dari pembuat kebijakan sebenarnya sudah baik, hanya saja dalam proses implementasinuya masih kurang maksimal yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya minimnya anggaran dari pemerintah dan kurangnya partisipasi dari Perempuan dan Anak. Saya melihat kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Anak diakibatkan Perempuan dan Anak juga belum mengerti akan apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai masyarakat. Khususnya Kota Medan serta apa saja yang menjadi hak-hak yang harus ia dapatkan ketika ia menjadi masyarakat Kota Medan”.

2. Apa yang menjadi kendala selama ini didalam menjalankan Program program Pengaruutamaan Gender dan P2TP2A? Dan apakah ada mitra yang bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB dalam menjalankan Program ataupun kegiatannya ?

Jawaban:

(12)

anggaran untuk menyelesaikan kasus itu, walaupun ada 12 mitra yang bekerja sama dengan P2TP2A. 12 Lembaga ini merupakan lembaga yang peduli Perempuan dan Anak.

3. Bagaimana menurut Ibu Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan? Khususnya pada Tahun 2011-2015? Setelah dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012

Jawaban: Kalau berbicara tentang Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Kalau untuk pendidikan sebenarnya sudah baik. Hal ini dapat ibu katakan karena kalau kita lihat saat ini. Perempuan lebih aktif dan giat untuk bersekolah dan sudah banyak juga perempuan yang mementingkan karier nya kedepan. Salah satu tugas kami juga dari bidang Pemberdayaan Perempuan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan melalui program-program ataupun kegiatan yang kami lakukan. Harapannya hal itu juga mendorong partisipasi perempuan dan anak untuk mengenyam pendidikan. Untuk saat ini sebenarnya bagian Utara Kota Medan belum tersentuh. Hal ini juga kurangnya anggaran yang diturunkan untuk setiap kegiatan yang kami laksanakan.

(13)

PUG Kami juga menerangkan apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil. Dan memberikan arahan ketika ibu-ibu sudah melahirkan. Akan tetapi dibidang Partisipasi Perempuan pada ruang publik apalagi pada tataran jabatan yang tinggi masih minim. Misalnya saja di Badan ini, masih banyak Laki-laki yang menduduki jabatan starategis. Hal ini nantinya juga bisa kamu lihat dari data-data dari kami.

Nama : Eli Sinulingga,SE

Pekerjaan : Kasubbid Pengaruutamaan Gender di Kantor Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Pertanyaan:

1. Apa Saja yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender? Jawaban:

Yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender

e) Sosialisasi Pengarusutamaan Gender kepada masyarakat Kota Medan f) Evaluasi Pengarusutamaan Gender

(14)

2. Salah satu yang menjadi Program dari Pengarusutamaan Gender adalah Sosialisasi terkait Pengarusutamaan Gender, bagaimana tanggapan Ibu terkait hal tersebut? Dan bagaimana sikap masyarakat Kota Medan terkait Gender?

Jawaban:

(15)

3. Apa yang menjadi kendala selama ini didalam menjalankan Program program Pengaruutamaan Gender?

Jawaban

(16)

Selain itu Kurangnya koordinasi diantara bidang sangat terlihat, karena banyak dari antara bidang yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan yang tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan terfokus pada bidang masing-masing.

Nama : Dra. Yuslinar

Pekerjaan : Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Pertanyaan:

1. Salah satu program dari PUG adalah Sosialisasi Pengarusutamaan Gender . Bagaimana tanggapan ibu terkait hal tersebut?

Jawab :

(17)

lansia dan anak-anak mereka tidak mengalami kesulitan.Begitupula terhadap ruang layak anak yang harus di buat di Kota Medan Contohnya menyediakan tempat bermain anak dirumah sakit.Karena ini juga merupakan hak dari masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang menunjang kualitas Hidup mereka. Contoh lainnya juga kawasan Bebas Rokok. Mengingat zat yang terkandung didalam berbahaya untuk kesehatan Anak. Dan tak hanya itu saja pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki

(18)

Hal ini juga dipicu kurangnya koordinasi yang kami lakukan kepada setiap grup Focal Point”.

2. Setelah melaksanakan Sosialisasi PUG Maka akan dilaksanakan juga Evaluasi. Berapa kali Evaluasi Pengarusutamaan gender dilaksanakan? Dan untuk membuat laporan tersebut siapa yang akan bertanggung jawab?

Evaluasi pada awalnya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, agar kita cepat menilai apa-apa saja yang menjadi kekurangan didalam menjalankan program Pengarusutamaan Gender. Akan tetapi memasuki Tahun 2017 Evaluasi dilakukan 1 kali saja dalam satu tahun. Laporan Evaluasi Pengarusutamaan Gender dibuat langsung oleh Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender”.

3. Tugas P2TP2A Ialah: melakukan mediasi apabila ada laporan bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan Anak, Bagaimana mekanismenya Buk? Dan untuk biaya siapa yang akan menanggungnya? Kalau misalnya korban membutuhkan bantuan medis ataupun hukum.

Jawaban:

(19)

4. Apa yang menjadi kendala didalam menyelesaikan kasus yang ada buk?

Jawab: Selain anggaran yang minim dari Pemerintah Daerah juga Transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan Bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus mereka atasi maka mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk membawa korban untuk menyelesaikan kasusnya.

Nama : Ibu Faridawati Nasution

Pekerjaan : Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

1. Apa kendala yang sering ibu hadap didalam menyelesaikan Kasus yang menimpa Perempuan dan Anak Kota Medan? Dan untuk menyelesaikan berbagai kasus apakah ada mitra yang bekerja sama ?

Jawaban:

(20)

menanggung. Serta transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus di atasi maka kami menggunakan kendaraan milik kami pribadi untuk membawa korban menyelesaikan kasusnya. Termasuk juga kasus-kasus yang sudah ditangani dan kami laporkan di Hasil kegiatan kami, Korban sama sekali tidak dikenakan biaya apapun.

2. Apabila ada Kasus yang harus diselesaikan kepengadilan atau bantuan medis, Bagaimana tindakan dari P2TP2A?

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 42.

Buku

Dunn, Wiliam N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dye, Thomas R, 2005. Understanding Public Policy, Elevennth Edition, New Jersey: Peason Prentice Hall.

Hadari, Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 63.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakara: Gaya Media. Hal 136

Gandi, Mahatma. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).

Midley, James. 1995. Social Development: the Developmental Perspective in Social Welfare. London: Sage Publications Ltd.

Moh.nazir.Ph.D. 2005. Metode Penelitian .Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teoridan Praktik Pemerintahan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nugroho, Rian. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan Implementasi dan Evaluasi). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Soenarko SD, H. 2003. Public Policy, Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Menganalisa Kebijakan Publik. Surabaya: Airlangga University Press.

Relawati, Rahayu.2011. Konsepsi dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: CV. Muara Indah.

(22)

Sihite, Romany. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Subarsono. 2005. Analisa Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). : Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik (Konsep, strategi dan kasus). Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Sumber Lain

Undang-undangNo.11Tahun2009.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015.

BPS Kota Medan.

BPS Provinsi Sumatera Utara.

Data KPU Sumatera Utara Tahun 2013 LPPD Kota Medan Tahun 2008.

Laporan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya Tahun 2011.

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016

(23)

Pusat Krisis Terpadu (PKT) RS Cipto Mangunkusumo.

Pokja Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut.

Sumber (Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Sumber (Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor, Maret 2015 diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Sumber (DPRD Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Dhini Dewiyanti.Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.Majalah Ilmiah.Hal 14 (diaskes pada tanggal 19 Maret 2017, Pukul 22:09)

Skripsi Retna Aulia Ritonga tentang Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjungke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padang Sidimpuan.2012-2013, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.00.WIB

Skripsi Giovanny Ivo Asima L tentang Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender di Kota Medan, Lihat di Reporsitory.usu.ac.id diaskes Kamis, 08 Desember 2016 pukul 07.30.WIB

Sumber Internet

http://massofa.wordpress.com/2008/10/15/pengertian-dan-bentuk-analisis kebijakan-publik/(diunduh pada tanggal 18 Oktober 2016 Pukul 11.30).

http://Untuknkri.org/peningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan-perlindungan-anak(di unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53).

(24)

Web Resmi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

1. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Sekretaris : Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Sumber Wawancara

2. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

3. Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selaku Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

(25)

BAB III

ANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK

TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN

Setelah memaparkan teori, data-data dan informasi yang berkenaan gambaran umum Profil Kota Medan dan secara khusus Visi Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Struktur Jabatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apa-apa saja Program yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam rangka meningkatkan kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan dalam bab sebelumnya, selanjutnya peneliti akan memaparkan analisis tentang Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.

(26)

Perempuan dan KB, hasil wawancara dengan pihak pemerintah dalam ini adalah Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan serta Laporan Badan Pusat Statistik Kota Medan.

(27)

Pengarusutamaan gender dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pembuatan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan program, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan agar berspektif gender. Hal ini didorong melalui implementasi program-program dari PUG tersebut. Adapun tujuannya untuk memberi acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kota.

Berdasarkan wawancara dengan Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:46

“Lahirnya kebijakan ini pada hakekatnya, ketika Pemerintah melihat masih tertinggalnya Perempuan didalam segala bidang kehidupan bermasyarakat. Khususnya masih sedikitnya Perempuan yang terjun keruang publik dan masih didominasi oleh ibu-ibu yang memilih untuk berada di lini domestik (Rumah Tangga). Begitu pula dengan maraknya kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, dan hal ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum indonesia merdeka dan sampai sekarang pun sesudah indonesia merdeka. Padahal Perempuan dan Anak juga merupakan generasi Bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita ini kelak. Jika kita lihat komitmen dari pembuat kebijakan sebenarnya sudah baik, hanya saja dalam proses implementasinya masih kurang maksimal yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya minimnya anggaran dari pemerintah dan kurangnya partisipasi dari

46

(28)

Perempuan dan Anak. Saya melihat kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Anak diakibatkan Perempuan dan Anak juga belum mengerti akan apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai masyarakat. Khususnya Kota Medan serta apa saja yang menjadi hak-hak yang harus ia dapatkan ketika ia menjadi masyarakat Kota Medan”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:47

47

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

“Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dikeluarkan sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender. ini berlaku untuk semua Kota yang ada diindonesia, salah satunya Kota Medan. Melihat kondisi perempuan yang selalu mengalami subordinasi dan Pemerintah juga melihat bahwa Perempuan merupakan aset Negara yang harus di perhatikan”.

(29)

Hal ini sesuai dengan isi Perwal nomor 34 Tahun 2010 pada Bab VI Dimana Pelaksanaan kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender melibatkan masyarakat, organisasi kemasyarakatan atau lembaga lain selain Pemerintah Daerah, SKPD. Sosialisasi yang diberikan kepada Dinas-dinas pemerintah, SKPD-SKPD dan Masyarakat terkait Pengarusutamaan Gender untuk Urusan Pendidikan, Urusan Kesehatan dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Dalam Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender dalam hal urusan Pendidikan seperti: Menyusun data terpilah dibidang pendidikan khususnya yang menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah. Badan Pemberdayaan masih terpaku pada data-data yang disediakan oleh Walikota Kota Medan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:48

48

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

(30)

Berdasarkan hasil wawancara ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk menunjukkan atau menyusun Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah Kota Medan, Sama sekali tidak berjalan dan masih menggunakan data-data yang tersedia di Walikota. Hal ini berlawanan dengan isi Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender.

Selanjutnya didalam Mengidentifikasi, menemukenali dan menganilisis masalah gender terkait APS, APK, dan APM. Juga dengan meilihat data-data dari kantor Walikota berdasarkan persentase dimasing-masing bidang. Dan untuk itulah dilakukan sosialisasi kepada Dinas-dinas Kota Medan, salah satunya Dinas Pendidikan agar menindaklanjuti jika APS, APK, dan APM di sekolah-sekolah masih rendah. Hal ini sesuai dengan amanat yang terkandung didalam Tujuan gugus Tugas Pengarusutamaan Gender Pada Point (1). Membantu SKPD dalam ruang lingkup tugas pokok dan langkah konkrit sebagai solusi apabila melihat ada kesenjangan gender. Dan Point (2). Mendorong dan membantu SKPD untuk menelaah dan memperbaiki kebijakan, program, kegiatan dan anggaran agar lebih berspektif gender.

(31)

dengan Tugas gugus PUG pada point (3). Persentase yang seimbang dalam askes terhadap pendidikan adalah tujuan utama PUG.

Adapun pelatihan ini akan diikuti oleh para pejabat pemerintah. Hal ini dikarenakan mereka sebagai aktor-aktor perumus kebijakan. Ketidakpahaman dalam proses perumus kebijakan mengenai PUG dikhawatirkan dapat menghasilkan kebijakan yang tidak sensitif gender atau tidak memperhatikan adanya perbedaan antara kebutuhan laki-laki dengan kebutuhan perempuan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari Perwal no 34 Tahun 2010 tidak tercapai dengan maksimal.

Melalui pelatihan ini diharapkan agar para aktor-aktor perumus kebijakan paham mengenai kebijakan yang sensitif gender, sehingga setiap keputusan yang mereka ambil di kemudian hari akan memperhatikan adanya kebutuhan laki-laki dan kebutuhan perempuan. Namun dalam pelaksanaanya kegiatan ini juga masih belum rutin dilakukan karena membutuhkan biaya yang banyak. Akan tetapi menurut saya, Pelatihan yang dilaksanakan ini kurang maksimal, karena tidak adanya tindak lanjut (follow up) yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan setelah pelatihan berlangsung. Padahal didalam setiap kegiatan yang sudah dilakukan seharusnya ada tindak lanjutnya. Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang di dapatkan mengenai responsif gender setelah mengikuti pelatihan tersebut.

(32)

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan bekerja sama dengan Rumah Sakit Pemerintah. Salah satunya Rumah Sakit Pringandi. Dari data tersebut maka akan dilihat bagaimana laporan kematian Bayi dan Ibu di Kota Medan maka akan dilakukan sosialisasi terkait apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil dan sesudah melahirkan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan Pedoman Ruang Lingkup Isu Gender pada point (3). mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Selanjutnya dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB hanya memberikan materi kepada Dinas Kesehatan mengenai Pentingnya di sediakan fasilitas-fasilitas khusus untuk para suami yang sedang menunggu istrinya bersalin.

(33)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:49

Kemudian pada point (2) Menyusun data dan informasi terpilah statistik sosial ekonomi dan politik berdasarkan jenis kelamin. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan melihat data-data dari kantor Walikota. Dan terakhir pada point (3). Mengkampanyekan dan mensosialisasikan kepersertaan pemakaian alat kontrasepsi KB secara setara antara laki-laki dan perempuan. Dalam menjalankan berbagai kegiatan-kegiatan tersebut juga di bentuk Kelompok Kerja PUG Atau disebut Focal Point. Focal Point dibentuk dimasing-masing “Sosialisasi Pengarusutamaan Gender adalah hal yang vital yang harus dilakukan terlebih dahulu, Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dibuat untuk membuat laki-laki dan perempuan dapat berperan aktif di ruang publik serta meminimalisir ketimpangan diantara mereka. Dan harapannya Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan Baik. Karena pada hakekatnya Gender dan Kodrat adalah dua hal yang berbeda. Ketika kita berbicara Gender maka itu berhubungan dengan Konsep yang mengatur peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan Perempuan yang terjadi akibat keadaan sosial dan dapat berubah sesuai dengan keadaan dan sosial budaya yang ada. Dan ketika kita berbicara Kodrat Maka Kita akan berbicara tentang Sesuatu yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa. Misalnya Kodrat Perempuan: Melahirkan, Menyusui, Mensturasi. Jadi salah ketika dimasyarakat berkembang bahwa pekerjaan rumah tangga identik dengan perempuan saja, contohnya menyapu, memasak, mencuci ini juga adalah tugas dari pada kaum laki-laki. Hal inilah yang sebenarnya kita coba sosialisasikan kepada masyarakat agar tercipta keadaan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Walaupun untuk isu gender sendiri masih banyak dipertentangkan termasuk juga oleh kaum Perempuan”.

49

(34)

SKPD-SKPD yang ada di Kota Medan. Akan tetapi Kelompok Kerja ini tidak berjalan sama sekali.

Berdasarkan wawancara yang di paparkan oleh ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:50

Padahal dalam Peraturan Walikota nomor 34 Tahun 2010 pada Bagian Ketiga, Tujuan dibentuknya Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Pasal 8 Ayat (1). Untuk meningkatkan fungsi dan menjalin komunikasi antara gugus tugas pengarusutamaan gender dimasing-masing SKPD dan mendorong kesadaran gender kepada pejabat daerah maka perlu dibentuk kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender dimana pada pasal (2) Dijelaskan Tugas

“Sosialisasi Pengarusutamaan Gender sangat penting dilakukan. Selain ini juga sudah menjadi Program yang harus dijalankan. Agar apa yang menjadi tujuan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 dapat tercapai. Materi yang akan di sampaikan juga kepada Dinas-dinas Kota Medan, SKPD dan masyarakat Kota Medan harus sesuai dengan isu-isu Pemberdayaan Perempuan dan Anak agar Kualitas Hidup Perempuan dan Anak meningkat. Pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki. Dan untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka di bentuk Focal Point dimana terdapat kelompok kerja yang ada di setiap SKPD-SKPD Kota Medan agar memperhatikan nilai-nilai pengarusutamaan gender sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, akan tetapi Focal Point sendiri belum dijalankan dengan maksimal karena masih banyak dari SKPD yang tidak tau mereka tergabung didalam Focal Point yang mana. Sehingga untuk Focal Point sendiri tidak berjalan. Hal ini juga dipicu kurangnya koordinasi yang kami lakukan kepada setiap grup Focal Point”.

50

(35)

Kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender yaitu pada point (a). Mempromosikan dan memfasilitasi dialog gender antar unit kerja pada masing-masing SKPD, (b). Mengembangkan jaringan kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diberikan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.(c). Menyusun program kerja dalam rangka pelaksanaan pengarusutamaan gender guna mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, (d). Membuat mekanisme kelompok kerja agar para gugus tugas pengarusutamaan gender semakin handal dan efektif, (e). Melaksanakan sosialisasi, advokasi, koordinasi dan pelatihan pengarusutamaan gender dilingkunagan Pemerintah Daerah, (f). Menampung laporan tentang kebijakan, program atau kegiatan-kegiatan yang tidak responsif gender dimasing-masing SKPD, (g). Membuat serta menyampaikan laporan pelaksanaan program dan kegiatan kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender kepada Kepala SKPD. Maka dapat kita simpulkan bahwa tugas ini tidak berjalan dengan maksimal, karena Kelompok Kerja tersebut sama sekali belum mengetahui fungsi ataupun kedudukannya.

(36)

dengan logika dan layak untuk diimplementasikan. Dalam sosialisasi nantinya menunjukkan ada dua tiga sasaran penting. Pertama adalah kepada perumus kebijakan/parlemen dan stakeholders. Sosialisasi kepada pihak pertama ini adalah untuk mendapatkan dukungan dari segi politik, sehingga implementasi kebijakan dapat dilakukan dengan legal dan sesuai dengan konstitusi. Kedua adalah kelompok sasaran. Kelompok sasaran pihak publik.51

51

Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakara: Gaya Media. Hal 136

Dan nantinya masing-masing bidang akan menindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan masing-masing-masing-masing. Dan untuk setiap tugas tersebut, maka akan dibentuk kepanitiaan.

(37)

Selanjutnya ketika program pengarusutamaan sudah di implementasikan maka dilakukan Evaluasi Pengarusutamaan Gender. Evaluasi dilakukan agar melihat sejauh mana partisipasi perempuan dan tingkat keberhasilan di implementasikannya pengarusutamaan gender ditengah-tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari komposisi perempuan di Pemerintahan Kota Medan, Keaktifan perempuan di rana (publik) dan sejauhmana pemahaman perempuan terkait pengarusutamaan gender.

Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:52

52

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

“Evaluasi pada awalnya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, agar kita cepat menilai apa-apa saja yang menjadi kekurangan didalam menjalankan program Pengarusutamaan Gender. Akan tetapi memasuki Tahun 2017 Evaluasi dilakukan 1 kali saja dalam satu tahun. Laporan Evaluasi Pengarusutamaan Gender dibuat langsung oleh Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender dan Laporan ini wajib di buat”. Evaluasi ini juga sejalan dengan Tujuan Pengarusutamaan Gender, pada poin (b) yang berbunyi:

(38)

Hal tersebut Sejalan dengan isi BAB VIII mengenai Pemantauan dan Evaluasi, disebutkan pada Ayat (1). SKPD melakukan Pemantauan dan Evaluasi terhadap kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender pada setiap tahun anggaran yang artinya satu kali dalam satu tahun sudah cukup baik. dan pada ayat (4). Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pemerhati gender. Dalam hal ini evaluasi juga dapat melibatkan masyarakat Kota Medan dan lembaga terkait guna memberikan masukan-masukan yang akan memperbaiki program kerja kedepannya. Agar pengarusutamaan gender dapat meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan secara efektif dan efesien.

(39)

menjalankan program kedepan. Sehingga data-data yang dikumpulkan pun, Sudah seharusnya dikumpulkan langsung oleh kasubbid PUG.

Selanjutnya, memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia. Keterampilan ini seperti membuat bunga dari barang-barang bekas ataupun kertas yang sudah tidak dipakai lagi. Harapannya dengan pengetahuan ini masyarakat dapat melatih dan mengembangkan keterampilannya. Kegiatan ini juga dapat dijadikan mata pencaharian. Walaupun kegiatan ini belum efektif dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:53

“Ketika anggaran nya sudah baik maka otomatis dalam pengimplementasian nya dilapangan juga akan baik. Sama seperti sebuah kendaraan akan dapat berjalan apabila ada bensinnya. Begitupula “Kegiatan memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak berjalan baik, karena minimnya dana yang di keluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Serta Kurangnya Partisipasi dari Perempuan dan Lansia didalam mengikuti pelatihan tersebut. Kegiatan pelatihan ini dibuat berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya kendala yang kami temui ialah partisipasi dari masyarakat yang kurang. Masyarakat masih sedikit yang turut berartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.”

Pandangan yang sama juga dikatakan oleh Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, ibu Asrah FM Harahap, MM mengatakan:

53

(40)

kebijakan, dukungan finasial juga harus kembali diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Karena kesulitan kami selama ini adalah Anggaran. Banyak Kasus yang harus diselesaikan namun tidak ada anggaran untuk menyelesaikan kasus itu, walaupun ada 12 mitra yang bekerja sama dengan P2TP2A. 12 Lembaga ini merupakan lembaga yang peduli Perempuan dan Anak”.

Berangkat dari fenomena diatas, membuat saya yakin bahwa apa yang menjadi orientasi kedepan dilakukannya pemberian keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak berjalan dengan maksimal. Mengingat rata-rata yang menjadi keluh kesah dari setiap program yang akan dijalankan adalah minimnya anggaran dari Pemerintah daerah Kota Medan. Padahal dalam Bab X Mengenai Anggaran, sangat jelas dikatakan pada ayat (1). Pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan pengarusutamaan gender dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam mewujudkan hal tersebut perlu adanya keseimbangan antara kebijakan dan anggaran yang harus dikeluarkan Pemerintah Daerah. Walaupun besaran anggaran yang akan dikeluarkan untuk masing-masing kegiatan tidak dijelaskan.

(41)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:54

54

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar 30 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

“Selain sosialisasi terkait Pengarusutamaan gender yang berbicara mengenai fungsi atau peran laki-laki dan perempuan juga diberikan materi terkait Pembangunan infrastruktur yang responsif gender. Artinya memperhatikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak. Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Contohnya: Pembangunan tangga-tangga baik di wilayah umum masyarakat ataupun kantor pelayanan masyarakat yang membuat tangga tertutup dan tidak terlalu tinggi supaya ketika ada perempuan yang menggunakan rok tidak menganggu kenyamanan mereka serta apabila tangga tersebut dinaikki perempuan lansia dan anak-anak mereka tidak mengalami kesulitan. Begitupula terhadap ruang layak anak yang harus di buat di Kota Medan Contohnya menyediakan tempat bermain anak dirumah sakit. karena ini juga merupakan hak dari masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang menunjang kualitas Hidup mereka. Contoh lainnya juga kawasan Bebas Rokok. Mengingat zat yang terkandung didalam berbahaya untuk kesehatan Anak. Dan tak hanya itu saja pemerintah juga harus memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki”.

(42)

Anak merupakan salah satu asset Negara yang sangat berharga, terutama jika dikaitkan dengan peran mereka di masa yang akan datang. Sehingga perlu dijamin kebebasannya dalam berkembang. Termasuk mendapatkan fasilitas untuk tumbuh kembang anak dimana saja. Di rumah sakit sekalipun. Bermain adalah sarana belajar anak yang paling sejati yang berkembang sejalan dengan pendewasaannya menjadi proses belajar yang berkelanjutan tanpa atau dengan sekolah formal. Jadi dapat dikatakan aktifitas bermain itulah yang membedakan seorang anak dengan manusia dewasa. Seperti yang dikatakan Bapak Akhyar Nasution pada peringatan Hari Anak Nasional Tingkat Kota Medan. Anak perlu dilindungi karena setiap anak terlahir dengan segenap potensi yang baik. Hak-hak anak yang harus dipenuhi dan dilindungi bersama, antara lain hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan dan perlindungan Anak. 55

Lima hal yang menjadi prinsip dasar dalam pengembangan Kota Layak Anak. Pertama ialah, Anak ditempatkan sebagai pusat pembangunan artinya anak sebagai generasi bangsa dan negara harus benar-benar diakui keberadaannya. Kedua ialah, Menyuarakan hak anak dan mendengarkan suara anak, Mengingat bermain merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari dunia anak-anak didalam pertumbuhan karakternya. Ketiga, Mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, Tidak melakukan diskriminasi dalam pemenuhan dan pemberian

(43)

perlindungan hak anak, dan Tersedianya peraturan daerah, infrastruktur dan lingkungan yang mendukung tumbuh-kembang anak secara optimal.56

Dapat kita tari kesimpulan bahwa keadaan diatas berbanding terbalik dengan semangat pemerinntah Kota Medan didalam mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Layak Anak. Terutama didalam penyediaan fasilitas bermain anak. Padahal Pemkot Medan Pada Tahun 2012 mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat. Kali ini penghargaan diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, karena Medan dinilai

Salah satu Rumah Sakit Pemda yang sengaja saya kunjungi adalah Rumah Sakit Pirngadi. Akan tetapi sama sekali tidak adanya tempat bermain Anak, Beberapa taman yang ada di dekat pekarangan Rumah Sakit hanya terdapat bunga-bunga dan Taman tersebut bukanlah disediakan untuk areal permainan anak-anak yang berkunjung kerumah sakit. Taman yang ada di Rumah Sakit Pirngadi hanya untuk keindahan saja. Dan beberapa taman juga di pagari karena tidak dibenarkan masuk kedalam area taman. Sehingga ketika kita masuk ke dalam rumah sakit, banyak anak-anak yang bermain-main didalam rumah sakit. Padahal tidak semua anak-anak yang datang kerumah sakit itu karena sakit atau datang karena ingin berobat. Akan tetapi karena ibunya berobat maka anaknya juga dibawa atau lain sebagainya. Satu sisi hal ini juga dapat membahayakan si anak, Karena kita tidak tahu virus yang ada didalam rumah sakit. Mengingat daya tahan anak yang cendrung lemah dan sangat mudah tertular oleh virus.

56

(44)

sebagai Kota Layak Anak (KLA). Penghargaan ini akan diberikan langsung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, kepada Walikota Medan Rahudman Harahap di Hotel Grand Sahid Jakarta.57

Melihat realiasasi tidak adanya ruang layak Anak di Kota Medan, Salah satunya Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah sangat disayangkan apabila Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia memberikan penghargaan sebagai sebagai Kota Layak Anak (KLA).

Selain tidak adanya ruang layak anak yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit, tidak adanya ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di opname. Sehingga beberapa orang tua atau pihak keluarga ada yang duduk dilantai bahkan ada yang tidur dilantai. Meskipun lantai rumah sakit terlihat bersih akan tetapi hal ini juga kurang baik apabila terjadi di Rumah Sakit. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah memperhatikan pelayanan yang ada di rumah sakit. Seperti apa yang tertulis didalam Poster informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien di rumah sakit. Pada Point ke 2 dan 3 di sebutkan bahwa Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa dikriminasi serta memperoleh pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

(45)

Berdasarkan temuan diatas, khususnya dalam hal tidak adanya penyediaan ruang layak anak dan ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di opname di rumah sakit. Maka perlu dilakukan sosialisasi yang berkelanjutan Kepada dinas kesehatan mengenai pentingnya memperhatikan pelayanan yang ada dirumah sakit dan pengadaan ruang layak anak serta ruang tunggu khusus untuk orang tua di setiap rumah sakit yang ada di Kota Medan. Khususnya Rumah Sakit yang dikelolah langsung oleh Pemerintah Daerah.

Untuk pelayanan di ruang ibu yang baru bersalin sudah dapat dikatakan baik. Hal ini saya lihat dari fasilitas yang ada di ruang yang sudah memperhatikan kebutuhan baik ibu, ayah maupun bayi. Dalam ruangan tersebut juga sudah ada tempat-tempat khusus jika kita ingin menunggu. Walupun tidak terlalu banyak. Beberapa poster mengenai informasi cegah kematian ibu, Bayi dan Anak juga terdapat di ruang tunggu. Mengingat kegiatan ini adalah tugas dari PUG Untuk urusan kesehatan, Dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB hanya memberikan materi kepada Dinas kesehatan mengenai pentingnya di sediakan fasilitas-fasilitas khusus Ruang tunggu.

(46)

satu bulan. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Senam pertama dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017 di Salon WELLA, Jln. Bahagia Pasar 3. Akan tetapi didalam melaksanakan kegiatan Senam Pagi ini, masih banyak kekurangan yang saya temukan pada saat mengikuti kegiatan ini secara langsung. Tidak On time nya waktu senam, pada walnya Senam Pagi dimulai pukul 09.00 wib akan tetapi yang terealisasi dilapangan pukul 11.00 wib.ini membuat waktu pelaksanaan senam sangat singkat. Senam Pagi dihadiri 15 Orang Perempuan dan 2 Orang dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Medan. Yaitu Ibu Dra. Yuslinar, Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender.

(47)

Pusat pelayanan ini dibentuk oleh pemerintah yang berbasis masyarakat. Dalam rangka meningkatkan peran dan kualitas perempuan serta perlindungan anak dari tindakan-tindakan yang merugikan dan mengancam keberlangsungan hidup perempuan dan anak, perlu dibentuk dan dikembangkan suatu bentuk partisipasi masyarakat dan kerjasama antar masyarakat, perempuan dan dunia usaha. Setiap bentuk kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat akan cepat diketahui oleh orang-orang disekitarnya atau tetangga. Maka dibutuhkan kerja sama yang kuat antar masyarakat dengan P2TP2A didalam menyikapi setiap kasus yang ada. Untuk itu peran aktif masyarakat didalam melaporkan apabila ada kasus kekerasan sangat dibutuhkan oleh P2TP2A.

(48)

Adapun tugas-tugas Pokok dari P2TP2A Ialah: Mengkoordinir dan memantau Pengurus P2TP2A dalam segala kegiatan program layanan yang dilakukan. Koordinir wajib dilakukan oleh Koordinator Umum sebagai Penanggung jawab tertinggi Pengurus P2TP2A, Agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya Mengkoordinir seluruh rangkaian kegiatan program layanan baik secara teknis dan adminitrasi maksudnya ialah Jika ada laporan kasus yang dialami Perempuan dan Anak yang otomatis akan ditindak lanjuti dan Pengurus P2TP2A Wajib memperhatikan proses pengadminitrsian setiap kasus.

Berdasarkan Laporan Hasil Kegiatan Pelayanan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Kota Medan, Bentuk kekerasan Perempuan dan Anak Kota Medan yang paling menonjol adalah bentuk kekerasan Seksual dan kemudian di susul kekerasan Fisik. Dari tahun 2014-2015 terdapat 970 pengaduan, diantaranya 245 orang mengalami kekerasan fisik, 340 mengalami kekerasan seksual, 163 mengalami kekerasan lainnya, 94 mengalami kekerasan psikis, 108 mengalami kekerasan penelantaran dan 20 mengalami kekerasan eksploitasi. 638 bentuk kekerasan dialami oleh perempuan dan 334 dialami laki-laki. Dari data diatas bentuk 65% bentuk kekerasan dialami oleh Perempuan dan 35% dialami oleh laki-laki.

(49)

tersebut sangat penting untuk mengetahui keberhasilan P2TP2A didalam menyelesaikan setiap pengaduan kasus tindak kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Kurang lengkapnya pengarsifan data menunjukkan ketidakseriusan didalam menangani sejumlah kasus yang ada. Hal ini juga membuat sulit untuk mengoreksi setiap kekurangan-kekurangan dalam setiap kasus yang sudah ditangani. Dan sebaliknya ketika pengarsifan data lengkap maka P2TP2A dapat menyusun strategi-strategi yang diperlukan dalam menangasi kasus berikutnya. Hal ini juga di perparah oleh fungsi adminitrasi dan keuangan yang tidak berjalan sama sekali dan hanya bersifat nomenklatur.

Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 58

Hal yang sama Juga dikatakan Oleh Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak Berdasarkan yang saya lakukan “Apabila ada kasus kekerasan maka biaya dikeluarkan secara pribadi oleh ibu Faridawati Nassution dan kadang-kadang ibu Dra. Yuslinar dan kalau di rata-ratakan ada satu kasus yang harus ditangani oleh P2TP2A setaip harinnya, walaupun tidak semua kasus harus mengeluarkan dana karena terkadang ada kasus yang diselesaikan hari itu saja dengan upaya musyawarah. Dan rata-rata setiap pengaduan yang masuk dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kasus pengaduan”.

58

(50)

di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:59

“Sumber daya, yaitu menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya finasial. Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas dan kuantitas implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya finasial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program/kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan “Tidak adanya Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk setiap penyelesaian kasus membuat kasus lambat untuk kami tangani. Karena ada bebarapa kasus yang harus membutuhkan dana apabila sudah masuk ke dalam pengadilan, apabila sudah seperti ini maka kami juga akan bekerja sama dengan mitra yang Peduli Perempuan dan Anak. Untuk biaya yang akan dikeluarkan mereka lah yang akan menanggung. Serta transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan di bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus di atasi maka kami menggunakan kendaraan milik kami pribadi untuk membawa korban menyelesaikan kasusnya. Termasuk juga kasus-kasus yang sudah ditangani dan kami laporkan di Hasil kegiatan kami, Korban sama sekali tidak dikenakan biaya apapun”.

George C. Edward III mengatakan didalam bukunya “Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis”, Model Implementasi Kebijakan menunjuk

empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Salah satunya ialah:

59

(51)

implementator, kebijakan menjadi kurang enerjik dan berjalan lambat serta seadanya. Sedangkan Sumberdaya finasial menjamin keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finasial yang memadai, program tidak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran”.

Didalam Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2010, tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Kota Medan Nomor 463/1084.K tentang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan. Juga sudah jelas dikatakan mengenai Anggaran yang akan dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan ataupun program diatur. Seperti yang tertuang di dalam Tujuan penetapan Pengarusutamaan gender pada poin (c) dan Tugas-Tugas Pokok P2TP2A Pada poin empat yang berbunyi:

“ (Point c) Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif gender”

“ (Pasal empat) Melaksanakan fungsi adminitrasi dan keuangan”

(52)

menunjukkan keseriusan Pemerintah Daerah didalam menindaklanjuti kasus-kasus kekerasan yang menimpa Perempuan dan Anak ialah memperhatikan anggarannya dan menjamin keberlangsungan tugas-tugas P2TP2A dengan baik dan benar didalam menangani setiap kasus. Karena ketika pemerintah telah mengeluarkan Pernyataan kebijakan, pernyataan kebijakan disini adalah pernyataan pemerintah atas suatu kebijakan yang diambil untuk menyelesaikan atau terkait dengan masalah publik maka Pemerintah juga harusnya memperhatikan anggaran, agar kebijakan/program dapat berjalan dengan baik dan benar-benar dirasakan dampak positifnya. Sebagai output oleh masyarakat, Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan yang menjadi sasaran Kebijakan tersebut.

Didalam menangani setiap kasus, P2TP2A juga bekerjasama dengan 12 Lembaga Unit Terpadu yang Peduli Perempuan dan Anak. 12 Lembaga tersebut antara lain:

1. PKPA 2. KKSP 3. PERSADA

4. KANIT PPA POLRESTA MEDAN 5. KANIT PPA POLRES BELAWAN 6. KAPOLSEK MEDAN BARU 7. LBH APIK

(53)

9. KPAID PROVINSI SUMATERA UTARA 10.YAKMI

11.IPPI

12.P2TP2A KOTA MEDAN

(54)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt. Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:60

Sebagai salah satu oknum yang memiliki pengaruh kuat dalam memutuskan arah keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat. Khususnya Perempuan dan Anak, Maka Pemerintah Daerah harus sungguh-sungguh didalam merealisasikan setiap kebijakan yang sudah ia keluarkan termasuk didalam memperhatikan setiap anggaran yang akan dikeluarkan. Tidak hanya itu saja, Pemerintah Daerah juga memiliki ruang untuk memastikan bahwa program-program yang merupakan turunan dari kebijakan yang sudah ditetapkan benar-benar dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan. Masyarakat sebagai makhluk sosial cenderung tidak dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Masyarakat membutuhkan bantuan orang lain dan lembaga yang ada disekitar mereka. Sehingga, dari hal inilah terjadi kontrak sosial antara individu-individu yang satu dengan individu lainnya untuk menyerahkan sebagian hak yang dimilikinya kepada institusi yang bernama Negara. Dan untuk “Untuk ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan juga akan mencarikan pengacara untuk korban dan tidak dipungut biaya apapun dari korban dan yang terakhir Pemulangan dan reintergrasi dan ini dilakukan dengan koordinasi terlebih dahulu dengan dinas-dinas terkait agar korban dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya. Pelayanan tersebut disesuaikan dengan bentuk kekerasan yang dialami oleh korban yang melapor ke Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan”.

60

(55)

tingkat daerah maka Pemerintah Daerah lah yang bertanggung jawab atas hal tersebut.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya dilapangan, saya melihat Pemerintah Daerah cenderung lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya setiap program. Satu sisi memamg benar bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan dituntut untuk mandiri didalam merealisasikan setiap program-program yang sudah ditetapkan sebelumnya. Namun disisi lain perlunya pengawasan dan kerjasama yang kuat dalam merealisasikan setiap program-program tersebut. Agar apa saja yang menjadi tujuan dan sasaran dikeluarkannya kebijakan dapat benar-benar dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan. Mengingat kebijakan yang dikeluarkan berangkat dari pengaturan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Dan yang terpenting dalam pelaksanaan setiap program-program yang telah ditetapkan, perlu dilakukan secara demokratis dengan mengedepankan prinsip deliberatif dan partisipasi.

III.3 Hambatan-hambatan

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tugas Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota medan dalam upaya meningkatkan kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota medan terdapat banyak hambatan-hambatan. Beberapa diantaranya ialah :

(56)

Anggaran yang minim dari Pemerintah Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan tersebut. Sering sekali dana yang minim membuat kegiatan tidak berjalan sebagaimana semestinya.

2. Partisipasi yang kurang dari masyarakat

Keikutsertaan masyarakat sendiri yang sangat kurang didalam setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan. Kebanyakan masyarakat tidak memberikan perhatian kepada setiap kegaiatan dan hanya antusias mengikuti kegiatan yang diberikat dana trasportasinya. Karena mereka lebih memilih untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini juga didorong oleh rendahmya pendidikan yang dianut oleh masyarakat sehingga mereka tidak mengerti apa yang menjadi hak mereka sebagai masyarakat Kota Medan.

3. Koordinasi antar setiap Bidang

Kurangnya koordinasi diantara bidang sangat terlihat, karena banyak dari antara bidang yang ada di Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan yang tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan terfokus pada bidang masing-masing.

(57)

Transportasi yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan Bidang Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus mereka atasi maka mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk membawa korban untuk menyelesaikan kasusnya.

(58)

3.1 Dampak Sosial

[image:58.595.109.515.226.483.2]

Tabel 3.1.1 Penduduk usia sekolah Tahun 2015

Tabel 3.1 Penduduk Usia sekolah berdasarkan jenis kelamin

Golongan Umur

Laki-laki

Jiwa Persen

Perempuan

Jiwa Persen

Jumlah

0-5 102.929 19,60 98.989 18,91% 201.915 6-12 136.497 25,99% 126.625 24,76% 266.122 13-15 56.160 10,69% 53.814 10,28% 109.974 16-18 62.112 11,83% 63.124 12,06% 125.236 19-25 167.518 31,90% 177.996 34,00% 345.514

Kota

Medan

525.216 100,00 523.545 100,00 1.048.761

Sumber (Badan Pusat Statistik Kota Medan, Data Penduduk Desember 2015. Hal 63)

Dari tabel 3.1 diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah penduduk usia sekolah Perempuan lebih sedikit apabila kita bandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah laki-laki. Selisihnya sebesar 1.671 jiwa, Selanjutnya kita akan melihat angka partisipasi perempuan di sekolah berdasarkan golongan usia.

3.1.2 Partisipasi Sekolah Masyarakat Kota Medan Tahun 2015

(59)

Jenis kelamin

Usia Tdk/Blm/Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi

L 7-12 0,51 99,49 -

13-15 - 98,48 1,52

16-18 2,36 69,56 28,08

19-24 - 35,64 64,36

7-24 0,57 72,27 27,17

P 7-12 0,27 99,73 -

13-15 - 100,00 -

16-18 - 84,29 15,71

19-24 - 45,33 54,67

7-24 0,09 76,91 23,00

L+P 7-12 0,39 99,61 -

13-15 - 99,23 0,77

16-18 1,23 76,60 22,17

19-24 - 40,67 59,33

7-24 0,33 74,59 25,09

Sumber (Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor, Maret 2015 diolah dalam buku Badan Pusat Statistik Kota Medan. Hal 101)

(60)
[image:60.595.108.516.151.237.2]

Tabel 3.3 Jumlah Sekolah Berdasarkan jenis sekolah

Tahun SD SMP SMA SMK

2010 805 353 205 134

2015 833 366 207 152

Beberapa komponen yang digunakan untuk mengukur kualitas Hidup Masyarakat (Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan) ialah: Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai makhluk hidup hayati dilihat dari tingkat kesehatannya serta terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi dilihat dari pendapatan dan pendidikan masyarakat Kota Medan. Serta Partisispasi di Ruang Public. Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk. Semakin tinggi partisipasi Perempuan mengenyam pendidikan, Maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Secara umum, tingkat Partisipasi Perempuan dan Anak untuk mengenyam pendidikan sudah baik. Hal ini terlihat dari persentase Perempuan yang masih sekolah lebih tinggi dari pada persentase Laki-laki yang masih sekolah.

(61)

Persentase laki-laki dan Anak. Usia 7-12 tahun perempuan 0, Usia 13-15 tahun perempuan 0, Usia 19-24 tahun perempuan lebih rendah 12,37%, Usia 16-18 tahun perempuan lebih rendah 9,69% dan Usia 7-24 perempuan lebih rendah 4,17 %. Artinya dalam hal kesempatan mendapatkan pendidikan, Partisipasi Perempuan dan Anak Sudah sangat baik. Jumlah penduduk usia sekolah Perempuan lebih sedikit apabila kita bandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah laki-laki ternyata berbanding terbalik dengan partisipasi perempuan dalam mengenyam pendidikan. Tidak cukup hanya partisipasi sekolah yang tinggi, fasilitas sekolah pun menjadi perhatian penting untuk menunjang proses belajar. Maka dari itu kita juga akan melihat jumlah sekolah yang ada di Kota Medan.

Untuk jumlah unit sekolah di Kota Medan, baik itu swasta dan negeri juga sudah baik. Hal ini menandakan bahwa Kota Medan dalam sarana pendidikan sudah berkembang. Jumlah sekolah ada 1.557 Unit. Untuk Sekolah dasar 833 Unit, Sekolah Menegah Pertama 366 unit, Sekolah Menengah Atas 207 unit dan Sekolah Menegah Kejuruan ada 152 unit.61 Jumlah sekolah ini bertambah 61 unit, Jika Kita bandingkan dengan jumlah sekolah pada tahun 2010 Untuk Sekolah dasar 805 Unit, Sekolah Menegah Pertama 353 unit, Sekolah Menengah Atas 205 unit dan Sekolah Menegah Kejuruan ada 134 unit. Total 1.497 unit.62

61

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016. Hal 103-104

62

Laporan Dinas Pendidikam Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011. hal 73 dan 75

(62)

Medan juga terus meningkat. Pada tahun 2011 IPM Kota Medan sebesar 77,54, Pada tahun 2012 meningkat menjadi 77,78, pada tahun 2013 menjadi 78,00, Selanjutnya pada tahun 2014 78,26 dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 78,87.63

Rumah Sakit

Walaupun peningkatan di setiap tahunnya tidak begitu drastis. Dan jika kita bandingkan dengan IPM Kota Medan tahun 2008 hanya 73,29%.

[image:62.595.107.517.364.533.2]

3.1.4 Tingkat Kesehatan Perempuan dan Anak Kota Medan Tahun 2015

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Medan

Rumah Bersalin

Puskesmas Posyandu Klinik/Balai Kesehatan

Pustu

Assistant

public

Healt

Servis

Polindes

Village

Maternity

79 117 39 1.390 747 41 -

Sumber (Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam buku Badan Pusat Statistik Kota Medan)

3.1.5 Tingkat Kematian ibu dan Bayi

Tabel 3.5 Tingkat kematian ibu pra dan pasca melahirkan dan Bayi

Tahun Kematian Ibu hamil Ibu bersalin Ibu nifas Total

63

(63)

bayi

2006-2010 174 orang 11 orang 24 orang 31 orang 66 orang 2011-2015 168 orang 10 orang 14 orang 7 orang 28 orang

Selain melihat Partisipasi Perempuan di sektor pendidikan dan melihat bagaimana fasilitas untuk sekolah. Selanjutnya kita akan melihat ke sektor Kesehatan. Untuk Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dari masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.

(64)

Fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Medan. Sebanyak 2.413 yang terdiri dari 79 Rumah Sakit, 117 Rumah Bersalin, 39 Puskesmas, 1.390 Posyandu, 747 Klinik/Balai Kesehatan dan 41 Pustu Assistant Public. Begitu pula dengan Jumlah tenaga kesehatan sebanyak 9.117 orang. Terdiri dari: 273 orang tenaga medis, 5.124 orang tenaga keperawatan, 1.469 orang tenaga kebidanan dan 1.666 orang tenaga kesehatan lainnya. Untuk Dokter ada 2.911 terdiri dari 1.832 orang dokter spesialis, 803 orang dokter umum dan 276 orang dokter gigi.64

Maka tidak heran, Angka kematian Bayi di Kota Medan sangat Rendah, dari 225.642 jiwa total kelahiran, hanya 168 jiwa yang meninggal dunia. Apabila kita jumlahkan hanya 0,08% kematian bayi di Kota Medan di Tahun 2011-2015. Angka ini menurun apabila kita bandingkan dengan jumlah kematian bayi pada tahun 2006-2010 sebanyak 176 jiwa

Untuk itu, Fasilitas Kesehatan di Kota Medan sudah dapat dikatakan Baik dan dapat dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan.

65

. Kemudian disusul rendahnya tingkat kematian ibu pra dan Pasca melahirkan di Kota Medan. Dari 267.633 Ibu hamil hanya ada 10 Kematian ibu hamil, 14 Kematian ibu bersalin dan 7 Kematian ibu nifas.66

64

Laporan Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2016.Hal 133-135.

65

Laporan Dinas Kesehatan Kota Medan diolah dalam Buku Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011.Hal 115.

66

Op.Cit.Hal 146.

(65)

hamil ada 11 Kematian ibu hamil, 24 Kematian ibu bersalin dan 31 Kematian ibu nifas.67

Hal ini juga diperkuat oleh pandangan Waldron (1986) Dalam penelitiannya, Perempuan cendrung hidup lebih lama dibandingkan dengan laki-laki sebagian akibat perbedaan biologis. Penelitian medis menunjukkan bahwa semua masyarakat lebih banyak janin laki-laki yang mengalami keguguran spontan atau mati saat lahir dan hampir di semua masyarakat tingkat kematian di usia 6 bulan pada bayi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Pola ini akibat dari struktur kromosom anak laki-laki dan perkembangan paru-paru yang lebih lambat akibat pengaruh testosterone. Dalam tahapan kehidupan selanjutnya, Perempuan, perempuan tetap diuntungkan oleh aspek biologis lainnya: paling tidak sampai menoupause, hormon perempuan akan terus melindungi mereka dari penyakit jantung ischemic. Dengan keterbatasan biologis ini, angka harapan hidup perempuan umumnya akan melampaui angka hidup laki-laki

Jika kita Jumlahkan maka, 0,024% tingkat kematian ibu pra dan Pasca melahirkan Tahun 2006-2010. Artiinya kematian ibu pra dan Pasca melahirkan di Kota Medan Tahun Tahun 2011-2015 menurun 0,12%.

68

Partisipasi Perempuan dan Anak yang tinggi didalam mengenyam Pendidikan dan mendapatkan fasilitas Kesehatan yang baik berbanding terbalik dengan Keberadaan Perempuan di ruang Publik. Walaupun jumlah pegawai negeri

.

3.1.6 Partisipasi Perempuan di Ruang Publik

67

Op.Cit.Hal 116. 68

(66)

sipil (PNS) di Pemerintah Kota (Pemko) Medan ternyata lebih banyak kaum perempuan dibandingkan laki-laki. Dari jumlah PNS di Medan sebanyak 18.505 orang, 12.059 di antaranya merupakan perempuan, dan 6.444 orang adalah laki-laki.69

Berdasarkan wawancara dengan Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM : Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:

Akan tetapi pada jabatan eselon II, Dari 43 Pejabat Kota Medan hanya 9 orang Perempuan yang berada pada eselon II. Seperti yang terlihat pada tabel diatas.

70

Kalau untuk Kualitas Hidup Perempuan dan Anak kita lihat dari bidang kesehatannya juga sudah baik. Hal ini juga ibu katakan karena didalam materi PUG Kami juga menerangkan apa-apa saja yang harus diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil. Dan memberikan arahan ketika ibu-ibu sudah melahirkan. Akan tetapi dibidang Partisipasi Perempuan pada ruang publik apalagi pada tataran jabatan yang tinggi masih minim. Misalnya saja di Badan ini, masih sedikit Perempuan yang menduduki jabatan “Kalau berbicara tentang Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Kalau untuk pendidikan sebenarnya sudah baik. Hal ini dapat ibu katakan karena kalau kita lihat saat ini. Perempuan lebih aktif dan giat untuk bersekolah dan sudah banyak juga perempuan yang mementingkan karier nya kedepan. Salah satu tugas kami juga dari bidang Pemberdayaan Perempuan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan melalui program-program ataupun kegiatan yang kami lakukan. Harapannya hal itu juga mendorong partisipasi perempuan dan anak untuk mengenyam pendidikan. Untuk saat ini sebenarnya bagian Utara Kota Medan belum tersentuh. Hal ini juga kurangnya anggaran yang diturunkan untuk setiap kegiatan yang kami laksanakan.

tanggal 01 februari 2017, Pukul 12.30 WIB)

70

(67)

starategis. Ini artinya dalam pengambilan keputusan yang akan kami lakukan pun masih sedikit partisipasi Perempuan”.

Berangkat dari data dan hasil wawancara diatas, maka keterlibatan perempuan pada tingkat eselon II masih dikategorikan rendah. Hal ini membuktikan bahwa didalam mengambil keputusan masih tetap didominasi oleh laki-laki. Padahal didalam Tujuan Penetapan Pengarusutamaan Gender pada poin (d). Sangat jelas dikatakan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan kota. Persentase ini membuktikan bahwa poin (d). Tidak berhasil dicapai dengan baik, Karena bertolak belakang dengan semangat dari Tujuan Penetapan Pengarusutamaan Gender pada poin (d). Perempuan merupakan sumber daya manusia itu artinya perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki didalam mengambil keputusan atau menentukan suatu kebijakan. Dimana Kebijakan tersebut akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Kota Medan. Artinya tidak semua bidang yang menjadi tujuan dan sasaran PUG tercapai dengan baik.

(68)

menjunjung hukum dan pemerintah tanpa terkecuali serta mengatur bahwa warga negara berhak atas pengidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang, dimana perempuan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan bermasyarakat dan juga bernegara. Peran yang dimaksud disini tidak saja untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin dan hal ini harus diakui dan diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif, baik dari kaum perempuan itu sendiri dan kaum laki-laki.

Indikator yang merujuk pada kesempatan yang sama bagi kaum perempuan untuk berfungsi dilembaga legislatif sesuai dengan asas perwakilan atau representatif dari unsur perempuan. Indikator ini menunjukkan pada mekanisme politik, dimana suara perempuan juga terakomodir dalam suatu organisasi tertentu yang menjadi bagian atau sayap politik dari organisasi atau partai politik yang ada.

(69)

Pemilih Tetap (DPT) yang menggunakan hak pilihnya sebesar 774.593 orang. 415.189 diantaranya adalah Perempuan dan 359.404 Laki-laki71

Fenomena ini menunjukkan Perempuan masih belum secara luas diberikan kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam proses perpolitikan yang ada, bahkan pula dikarenakan belum adanya pemahaman secara menyeluruh tentang Pengarusutamaan Gender yang saat ini diperkenalkan di Kota Medan. Padahal tanpa perjuangan langsung dibidang politik, maka peran dan kontribusi perempuan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Hanya melalui perjuangan politik, maka hak-hak perempuan dapat diakomodir dan diperjuangkan secara baik sesuai dengan prosedur politik yang berlaku. Walaupun tidak ada jaminan ketika Partisipasi Perempuan tinggi di sektor Publik, Khususnya pada jabatan Eselon II dan Dewan Perwakilan Daerah Kota Medan maka akan mampu menjawab semua permasalahan yang menimpa Perempuan. Akan . Pemilih terbanyak adalah kaum Perempuan, Namun dalam kenyataannnya dari 50 Orang anggota DPRD Kota Medan hanya ada 5 Orang Perempuan. Apabila kita jumlahkan hanya ada 10% keterwakilan Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dan 90% nya lagi di miliki oleh laki-laki. maka dapat kita tarik kesimpulan rendahnya partisipasi Perempuan Kota Medan dalam perwakilan parlemen membuat setiap keputusan ataupun kebijakan juga kembali di dominsi oleh kaum laki-laki.

(70)
(71)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 Pada hekekatnya Sudah Baik. Akan tetapi didalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan ketidaksesuaian dengan apa yang menjadi semangat tujuan lahirnya Kebijakan tersebut. Hal ini membut tidak disemua bidang, Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Baik. Lemahnya perhatian pemerintah didalam menindaklanjuti setiap program yang dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan serta minimnya anggaran yang dikeluarkan untuk setiap program.

(72)

Gambar

Gambar 2.3 Dokumentasi Penelitian 04 Maret 2017.
Gambar ini juga merupakan Taman yang saya temui di Rumah Sakit
Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.
Gambar 2.5 Dokumentasi Penelitian, 04 Maret 2017.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contoh dari kegiatan dan atribut yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran siswa dan dilarang digunakan dalam pelaksanaan MATSAMA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

Para pekerja masyarakat sering kali berurusan dengan konflik kepentingan dan nilai yang ada dalam masyarakat. Konflik ini sering kali sangat kuat dirasakan oleh masyarakat. Untuk

Diisi sesuai dengan permasalahan pasien yang muncul (untuk kolom samping diisi nomor masalah : 1, 2, 3, dst)  focus masalah dapat muncul lebih dari satu dalam satu shift.  Jam :

3.1 bantalan berlapis laminasi bantalan karet elastomer yang terdiri dari karet dan menggunakan lapisan pelat baja atau lapisan anyaman fabric 3.2 bantalan karet elastomer suatu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan literasi sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model levels of inquiry lebih tinggi dibanding peningkatan

kategori adh-dha>ri’ah yang semula ditentukan untuk mubah, tidak ditujukan untuk kerusakan, namun biasanya sampai juga kepada kerusakan yang mana. kerusakan itu lebih besar

Dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan status jaminan dengan variabel kontrol berupa struktur sukuk, penulis mengambil judul

8 Keluarga merupakan pengaruh utama untuk saya menjadi seorang wirausaha 9 Orang tua sangat mendukung saya