• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbanduingan Fungsi Kognitif terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik menggunakan Mini-Mental State Examination di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbanduingan Fungsi Kognitif terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik menggunakan Mini-Mental State Examination di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

CURRICULUM VITAE

Nama : Ananda Syah Putera Tempat/Tanggal Lahir : Medan/12 Mei 1993 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bunga Asoka Gg.Pribadi Orangtua

Nama Ayah : Asmari Kasim Nama Ibu : Rosdiana Azis Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Bengkulu (1997-1999) 2. Sekolah Dasar Negeri 21 Bengkulu (1999-2005)

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan(2005-2008) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan (2008-2011)

Riwayat Pelatihan :

1. Pelatihan Pengkaderan Tingkat III UKMI Ad-Dakwah USU 2. Pelatihan Basic Life Support TBM FK USU

(2)

4. Training of Trainer DTC UKMI Ad-Dakwah USU Riwayat Organisasi :

1. Anggota Departemen PSDM PEMA FK USU 2012-2013 2. Wakil Gubernur PEMA FK USU 2013-2014

3. Ketua Harian BKM Ar-Rahmah FK USU 2015

4. Anggota divisi HUMAS TBM FK USU PEMA FK USU 2014-2015 5. Instruktur DTC UKMI Ad-Dakwah 2015

(3)

Jeniskelamin Hemoragik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 16 48.5 48.5 48.5

perempuan 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kelompokusia Hemoragik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 45-55 6 18.2 18.2 18.2

56-65 25 75.8 75.8 93.9

>65 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Jeniskelamin Iskemik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 19 52.8 52.8 52.8

perempuan 17 47.2 47.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kelompokusia Iskemik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 45-55 8 22.2 22.2 22.2

56-65 24 66.7 66.7 88.9

>65 4 11.1 11.1 100.0

(4)

Score kognitif Iskemik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 3 8.3 8.3 8.3

Probable Gangguan 18 50.0 50.0 58.3

Definite Gangguan 15 41.7 41.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Score kognitif Hemoragik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 1 3.0 3.0 8.3

Probable Gangguan 17 51.5 51.5 54.5

Definite Gangguan 15 45.5 45.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total .112 69 .311* .947 69 .060

Group Statistics

Jenistroke N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Score kognitif Stroke Iskemik 36 2.33 .632 .105

(5)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

Score kognitif

Equal variances

assumed .305 .583 -.629 67 .531 -.091 .14

Equal variances not

(6)

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Orientasi 36 4.50 2.131 .355

Registrasi 36 2.83 .447 .075

Atensikalkulasi 36 2.14 1.313 .219

Recall 36 2.58 .732 .122

Bahasa 36 5.83 .878 .146

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Orientasi 12.668 35 .000 4.500 3.78 5.22

Registrasi 38.013 35 .000 2.833 2.68 2.98

Atensikalkulasi 9.777 35 .000 2.139 1.69 2.58

Recall 21.177 35 .000 2.583 2.34 2.83

Bahasa 39.849 35 .000 5.833 5.54 6.13

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Orientasi 33 4.21 1.781 .310

Registrasi 33 2.85 .442 .077

Atensikalkulasi 33 1.94 1.144 .199

Recall 33 2.67 .645 .112

bahasa 33 5.82 .882 .154

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

orientasi 13.585 32 .000 4.212 3.58 4.84

(7)

atensikalkulasi 9.739 32 .000 1.939 1.53 2.35

recall 23.732 32 .000 2.667 2.44 2.90

(8)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara

Nama Saya Ananda Syah Putera akan melakukan penelitian dengan Judul “Perbandingan Perubahan Fungsi Kognitif Terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik Menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan Tahun 2015”. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat adakah perubahan pada fungsi kognitif terhadap pasien stroke

hemoragik dan stroke iskemik. Dengan diketahui hal tersebut diharapkan dapat menjadi

sumber informasi yang penting bagi peneliti,pihak rumah sakit, dan masyarakat.

Jika Saudara bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan serangkaian prosedur

terhadap saudara, dimana saudara diminta untuk diwawancarai dan mengikuti instruksi sesuai

prosedur lembar Mini Mental State Examination (MMSE).

Kami sangat mengharapkan keikutsertaan saudara dalam penelitian ini. Selama penelitian ini

saudara tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan saudara bersifat rahasia,

tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, saudara bebas untuk menolak mengikuti

penelitian ini maka saudara bersedia mengisi lembar persetujuan.

Nama : Ananda Syah Putera

Alamat instansi : FK USU, Jl. Dr.Mansyur No.5, Medan

Alamat Rumah : Jl. Bunga Asoka Gg. Pribadi

No. Telp. : 087766200420

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan anda, saya

ucapkan terima kasih.

Medan, 2015

Peneliti,

(9)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Hp :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “Perbandingan Perubahan Fungsi Kognitif Terhadap Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik Menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan Tahun 2015” dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan, Medan, 2013

Peneliti,

( ) ( Ananda Syah Putera )

Saksi

(10)

TAKSASI DANA PENELITIAN No. Rincian Keterangan Banyak Harga

Satuan

Jumlah Harga 1 Izin Survei Awal 1 Rp 100.000 Rp100.000

2 Izin Penelitian 1 Rp100.000 Rp 100.000

3 Rekam Medis Berkas 50 Rp2.000 Rp100.000 4 Fotokopi Proposal Lembar 20 Rp 8.000 Rp 160.000

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Devasenapathy,A., Hachinski,V., Neurologi Behaviour Vascular Cognitive Impairment , 2008;26;600-604.Available From :

http://download.portalgaruda.org_article.php_article=157220&val=1001&title

Goldszmidt, A. J. , M.D. , Caplan, L. R. , M.D. , 2009.Stoke Essentials. Jakarta : EGC

Haring,H.P., 2002.Cognitive impairment after stroke, Department of Neurology. Austria,15:79-84

Layanto, A , 2014 , Beberapa Faktor Resiko Pasien Yang Berpengaruh Terhadap In Hospital Mortality Pasien Stroke. Program Pascasarjana Magister

Epidemiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lee,M., MD. et al., 2014.Cognitive impairment and risk of future stroke. Canadian Medical Association Jurnal :E536-E546.

Markam,S., 2009 , Dasar-Dasar Neuropsikologi klinis ,Jakarta : Sagung Seto.

McPhee, Stephen J., Ganong,W.F.,2006.Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, 5th Edition. San Francisco, California.

McPhee,S.J., MD., Hammer,G.D., MD., PhD., 2010,Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, Sixth Edition .San Francisco, California.

National Institutes of Health , 2014,Diagnostic Evaluation Of Stroke , Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10757831

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Available Form :

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202 013.pdf

Saryono ,S.K.P., 2002.Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Medical Book. p.21-4 ,

Sidharta,P., M. D., Ph. D., 2004 ,Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat

Martono, H., Kuswardani R.A.T., 2009. Stroke dan Penatalaksanaannya oleh internis. In: Sudoyo,A.W., Setiyohadi,B., Alwi,I., Simadibrata K.M., Setiat,S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 5 , Jakarta : Interna Publishing.

Williams,L., Wilkins , 2002. Current Opinion in Neurologypp 15:79-84.

(12)

http://www.who.int/nmh/publication/ncd-status-Yudawijaya,A., Kustiowati,E., Pemayun,T.G.D., 2010, Homosistein Plasma dan Perubahan Skor Fungsi Kognitif pada Pasien Pasca Stroke Iskemik , Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang: Media Medika Indonesia.

(13)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Stroke iskemik Fungsi Kognitif

Stroke Hemoragik

Gambar 3.1. Kerangka konsep Perbandingan Perubahan fungsi kognitif terhadap pasien

stroke hemoragik dan stroke iskemik menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE)

di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Variabel independen

3.2.1.1.Stroke iskemik

a. Definisi

Stroke iskemik merupakan hasil dari oklusi trombotik atau embolik pembuluh otak,

ditegakkan bedasarkan gejala klinis,neurologis, dan CT Scan.

b. Alat Ukur

Menggunakan rekam medik pada rawat inap.

c. Cara Ukur

Menganalisis rekam medik.

d. Hasil Ukur

(14)

e. Skala Ukuran

kategori

3.2.1.2.Stroke Hemoragik

a. Definisi

Perdarahan dari vaskular otak yang memberi tekanan pada lapisan duramater yang

mengakibatkan terjadi penurunan kesadaran,ditegakkan bedasarkan gejala

klinis,neurologis, dan CT Scan.

b. Alat Ukur

Menggunakan rekam medik pada rawat inap.

c. Cara Ukur

Menganalisis rekam medik.

d. Hasil Ukur

stroke iskemik atau stroke hemoragik

e. Skala Ukur

kategori

3.2.2. Variabel Dependen Fungsi Kognitif

a. Definisi

kemampuan untuk menghadapi stimulus eksternal maupun motivasi internal;

mengidentifikasi stimulus tersebut dan membuat respon yang berarti.

b. Alat Ukur

Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)yang telah diterjemahkan ke

(15)

c. Cara Ukur

Mengisi kuesioner MMSE yang terdiri dari 11 pertanyaan yang diisi dengan

bantuan pemeriksa dalam bentuk wawancara untuk menilai 5 komponen dari fungsi

kognitif dengan total bobot 30.

d. Hasil Ukur

~ 0-16 : definitif gangguan kognitif

~ 17-23 : probable gangguan kognitif

~ 24 -30 : normal

e. Skala Ukur

ordinal

3.3. Hipotesa

Ada perbandingan yang bermakna pada perubahan fungsi kognitif terhadap pasien

stroke hemoragik dan stroke iskemik menggunakan Mini Mental State Examination di Ruang

(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penellitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana desain penelitian berbentuk analitik

dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study) untuk mengetahui

perbandingan perubahan fungsi kognitif terhadap pasien stroke hemoragik dan stroke

iskemik.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi

Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan November 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke yang masuk di ruang rawat

inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik Medan. Perkiraan besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus besar sampel penelitian untuk penelitian analitik kategorik tidak

berpasangan :

√ √

n1=n2 = Besar sampel minimun

(17)

Zβ = Kesalahan tipe II

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

Q2 = 1-P2

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement Peneliti.

Q1 = 1-P1

P1-P2 =Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P = Proporsi total (P1+P2)/2

Q = 1-P

Dalam penelitian ini Menggunakan Zα = 1,64; Zβ = 0,84; P2 = 0,5 ; P1 = 0,8; Q2 =

0,5 ; Q1 = 0,2 ; P = 0,65; Q = 0,35

√ √

n1 = n2 = 31,33 = 32

Jadi, jumlah sampel minimun yang akan dijadikan sebagai responden adalah 32 responden.

4.4. Teknik Pengumpulan data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan

data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang telah mengisi informed

consent.

4.4.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling, semua

subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam

penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

(18)

Kriteria Inklusi:

1. Pasien stroke yang dirawat inap RSUP H.Adam Malik Medan

2. Bisa berbahasa Indonesia

3. Bersedia menjadi sampel

4. Sadar dan kooperatif

Kriteria eksklusi:

1. memiliki gangguan psikiatri

2. memiliki gangguan bicara, pendengaran, dan motorik

4.4.3 Alat dan Bahan Penelitian

Menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) yang telah

diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

4.4.4. Metode Kerja

Pada awalanya, sampel diwawancarai terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi , kemudian diminta untuk mengisi lembar data identitas daninformed consent .

Setelah sampel menyetujui, maka dilakukan anamnese kepada responden untuk menjawab

kuesioner yang telah disediakan, kemudian dianalisa dengan memberi nilai sesuai bobot skor

dan dikelompokkan dalam kondisi apa fungsi kognitif sampel berdasarkan skor MMSE.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa hal:

1. Editing

Tahap pertama yaitu mencocokkan nama dan kelengkapan data responden serta

memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding

Tahap kedua yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah proses tabulasi dan analisa data.

3. Entry

(19)

4. Cleaning

Tahap keempat yaitu mencek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui

adanya kesalahan pengkodean ataupun ketidaklengkapan data

5. Analyzing

Tahap kelima adalah menganalisa data yang diperoleh, diolah, dan ditabulasi dengan

menggunakan komputer menggunakan uji-t. Analisa dilakukan dengan cara diolah

lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences

(20)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Haji Adam Malik di

Medan, Sumatera Utara. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Kecamatan

Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Menkes No.

335/Menkes/SK/VIII/1990 menyatakan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A

dan menjadi rumah sakit pusat rujukan regional untuk Provinsi Sumatera Utara, Aceh,

Sumatera Barat, dan Riau. Wilayah tersebut masuk dalam 20 besar wilayah di Indonesia

dengan prevalensi stroke yang tinggi.

Sejalan dengan visi RSUP Haji Adam Malik yaitu menjadi pusat rujukan pelayanan

kesehatan pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015, dan

misi yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau,

melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional, serta

melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri.

Memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional,

efisien dan efektif sesuai standar pelayanan yang bermutu merupakan falsafah rumah sakit,

dengan core believe yaitu kesejahteraan terwujud dengan memberikan pelayanan bermutu

yang dijalankan oleh RSUP Haji Adam Malik, melalui moto yang mengutamakan

keselamatan pasien dengan pelayanan cepat, akurat, terjangkau , efisien dan nyaman.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Responden yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pasien stroke hemoragik

dan stroke iskemik yang rawat inap di instalasi rindu A lantai 2 RSUP Haji Adam Malik

Medan dari tanggal 22 September 2015 sampai 20 November 2015 dan telah memenuhi

kriteria inklusi sebanyak 33 pasien stroke hemoragik dan 36 pasien stroke iskemik.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik sampel penelitian sebagai

(21)

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Stroke Hemoragik

n (%) Stroke Iskemik n (%) Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia

- 45-55 tahun

- 56-65 tahun

- ≥ 66 tahun

Nilai Kognitif

- Normal

- Probable gangguan kognitif

- Definite gangguan kognitif

16(48,5) 17 (51,5) 6 (18,2) 25 (75,8) 2 (6,1) 1 (3,0) 17 (51,5) 15 (45,5) 19 (52,8) 17 (47,2) 8 (22,2) 24 (66,7) 4 (11,1) 3 (8,3) 18 (50,0) 15 (41,7)

Dari tabel 5.1 dapat di paparkan bahwa berdasarkan jenis kelaminnya, didapati jenis

kelamin perempuan lebih banyak berjumlah 17 orang (51,5%). Untuk kelompok stroke

iskemik jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 19 orang (52,8%).

Berdasarkan usia sampel penelitian ini, dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak

pada pasien stroke hemoragik adalah 56-65 tahun yaitu sebanyak 25 orang (75,8%) . Lalu

diikuti kelompok usia 45-55 tahun sebanyak 6 orang (18,2%) dan kelompok usia ≥ 66 tahun

sebanyak 2 orang (6,1%). Kemudian kelompok usia terbanyak pada pasien stroke iskemik

adalah 56-65 tahun yaitu sebanyak 24 orang (66,67%) . Lalu diikuti kelompok usia 45-55

tahun sebanyak 8 orang (22,2%) dan kelompok usia ≥ 66 tahun sebanyak 4 orang (6,1%).

Berdasarkan hasil dari nilai kognitif yang didapati dengan nilai paling banyak untuk

kelompok stroke hemoragik yaitu probable gangguan kognitif 17 orang (51,5%), diikuti

definit gangguan kognitif 15 orang (45,5%) dan normal 1 orang (3%). Untuk nilai kognitif

(22)

18 orang (50,0%), diikuti definite gangguan kognitif 15 orang (41,7%) dan normal 3 orang

(8,3%).

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Uji Normalitas

Dalam melengkapi analisis data untuk menilai tingkat kenormalan distribusinya

setelah penysunan data dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Total 0,112 69 0,311

Pemilihan uji Kolmogorov-Smirnov dikarenakan jumlah sampel yang didapati ≥ 50 .

Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, disimpulkan bahwa pada alpha 0.05 distribusi data pasien

stroke hemoragik dan stroke iskemik adalah normal (nilai-p = 0.311).

5.1.4. Deskripsi Karakteristik Perbandingan Perubahan Fungsi Kognitif Terhadap Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan sampel penelitian yang diambil dengan 2 kelompok pasien stroke, yaitu

33 orang pasien stroke hemoragik dan 36 orang pasien stroke iskemik memperlihatkan

perubahan fungsi kognitif . Untuk itu berikutnilai perbandingan perubahan fungsi kognitif

dari 2 kelompok tersebut apakah signifikan atau tidak sebagai berikut:

Tabel 5.3.Nilai RerataMMSEantara Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik.

Komponen

MMSE

Stroke Iskemik

Mean ± SD

Stroke Hemoragik

Mean ± SD

Rentang Nilai

MMSE

MMSE Total 17,89 ± 4,027 17,48 ± 3,734 0-30

(23)

Registrasi 2.85±0.442 2.83 ± 0,447 0-3

Atensikalkulasi 1.94±1.144 2.14 ± 1,313 0-5

Recall 2.67±0.645 2.58 ± 0,732 0-3

Bahasa 5.82±0.882 5.8 ± 0,878 0-9

Berdasarkan tabel 5.3. memperlihatkan perbandingan tiap komponeni fungsi

kognitif pada Mini Mental State Examintanion (MMSE) terhadap pasien stroke iskemik dan

stroke hemoragik. memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang berbeda jauh

untuk tiap komponennya.

Dari tabel diatas kita akan melihat apakah signifikan perbandingan nilai kognitif pada

2 kelompok stroke ini dengan melakukan uji-t sebagai berikut :

Tabel 5.4.Perbedaanmean MMSE dan nilai p pada pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik

Variabel n Mean±SD MMSE p-value

Jenis Stroke

Stroke Hemoragik

Stroke Iskemik

33

36

17,48±3,734

17,89±4,027

0,668

Hasil tabel 5.4. Memperlihatkan untuk p-value 0,668 yang menyatakan bahwa tidak

ada perbedaan yang bermakna untuk perubahan fungsi kognitif antara penderita stroke

(24)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk total sampel pasien stroke adalah 69

pasien. dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin bahwa pada pasien stroke lebih banyak

didapati jenis kelamin laki-laki yaitu 35 orang (50,7%). Dari hasil tersebut didukung oleh

Soetdewi L dkk yang menjelaskan bahwa laki-laki beresiko terkena stroke lebih banyak dari

pada perempuan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Marisa (2014) di RSU dr.Soedarso Pontianak didapati jumlah responden laki-laki lebih

banyak daripada wanita yaitu sebanyak 60 orang dari 90 responden (66%). Hasil ini pun

didukung dengan Stroke Association (2012) yang mengemukakan bahwa stroke lebih sering

menyerang pria dibanding wanita hingga usia dewasa akhir, namun pada usia lanjut wanita

memiliki kecenderungan terkena stroke sama atau bahkan lebih dari pria (Soetdewi L dkk,

2011).

Berdasarkan usia dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak pada pasien stroke

hemoragik adalah kelompok usia56-65 tahun yaitu sebanyak 25 orang (75,8%) dan pada

pasien stroke iskemik 24 orang (66,7%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Stroke Association (2012) bahwa risiko mengalami stroke akan meningkat dua kali lipat

setelah usia di atas 55 tahun. Selain itu, penelitian sebelumnya di Cina didapati nilai rerata

usia 212.000 responden yang didapat selama follow up 10 tahun adalah 54 tahun dari rentang

usia 40-79 tahun (Zhou et al., 2008).

Pada penelitian yang menggunakanMini Mental State-Examination (MMSE)

memperlihatkan perubahan nilai kognitif . Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pasien

yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dari kelompok stroke hemoragik yaitu

sebanyak 1 orang (3%),dimana nilai yang paling dominan yaitu probable gangguan kognitif

sebanyak 17 orang (51,5%), kemudian diikuti definit gangguan kognitif sebanyak 15 orang

(45,5%). Untuk nilai kognitif yang didapati pada kelompok stroke iskemik terdapat sebanyak

3 orang (8,3%) yang tidak mengalami gangguan kognitif,dimana nilai yang paling dominan

untuk yaitu probable gangguan kognitif sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian diikuti

definite gangguan kognitif sebanyak 15 orang (41,7%). Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan Wibowo pada tahun 2007 bahwa sekitar 70% penderita stroke mengalami

(25)

5.2.2. Pemaparan tingkat distribusi sampel

Berdasarkan penelitian ini setelah dilakukan uji normalitas untuk melengkapi data

penelitian maka didapatkan 2 uji dari pengelolaan statistik yaitu Kolmogorov-Smirnov

danShapiro-Wilk . Penggunaan ujinya berdasarkan jumlah sampel yang diambil, untuk uji

Shapiro-Wilk digunakan pada jumlah sampel ≤50, sedangkan untuk uji Kolmogorov-Smirnov

pada jumlah sampel ≥ 50 . Dari data diatas didapati jumlah sampel adalah 69 sampel maka

dipilih dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dan disimpulkan bahwa pada alpha 0.05 distribusi

data pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik adalah normal (nilai-p = 0.311). Hal ini

sesuai dengan buku ajar „Pengolahan dan Analisa data-1 menggunakan SPSS‟ (Besral, 2010).

5.2.3. Perbedaan perubahan fungsi kognitif terhadap pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik

Dari hasil pengumpulan data penelitian pada tabel 5.3. telah dilihat variasi nilai

kognitif pada pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik, dengan hasil 33 orang pasien

stroke hemoragik dengan jumlah nilai normal 1 orang, probable gangguan kognitif 17 orang,

dan definite gangguan kognitif 15 orang. Pada hasil total yang didapatkan adalah 36 orang

pasien stroke Iskemik dengan jumlah nilai normal 3 orang, probable gangguan kognitif 18

orang, dan definite gangguan kognitif 15 orang. Penderita stroke hemoragik mempunyai

rata-rata skor kognitif pada tingkat probable gangguan kognitif (17,48), sedangkan stroke iskemik

juga mempunyai rata-rata skor kognitif pada tingkat probable gangguan kognitif (17,89) .

Berdasarkan pemaparan pada tabel 5.4. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna untuk perubahan fungsi kognitif antara

pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik (p-value = 0,668). Hasil ini menunjukkan bahwa

tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok stroke ini. Hal ini pun

didukung oleh penelitian Mutia Aprilia Ningsih pada tahun 2014 yang menyimpulkan bahwa

terdapat gangguan kognitif pada pasien pasca stroke iskemik dan stroke hemoragik namun

tidak terdapat perbedaan status kognitif.

Adapun kekurangan penelitian ini adalah dalam pengambilan datanya menggunakan

kuesioner yang masih sederhana untuk seluruh sampel yaitu Mini Mental State Examination

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan mengenai Perbandingan perubahan fungsi

kognitif terhadap pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik menggunakan MMSE di ruang

rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis kelaminnya, pada pasien stroke lebih banyak didapati jenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 35 orang (50,7%).

2. Berdasarkan usia dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak pasien stroke iskemik

adalah kelompok usia 56-65 tahun yaitusebanyak 25 orang (75,8%).

3. Berdasarkan hasilMMSE , nilai paling banyak untuk kelompok stroke hemoragik

yaitu probable gangguan kognitif (51,5%). Nilai kognitif yang didapati paling

banyak untuk kelompok stroke iskemik yaitu probable gangguan kognitif (50,0%).

4. Hasil rata-rata diperoleh 33 pasien stroke hemoragik mempunyai rata-rata skor

kognitif pada tingkat probable gangguan kognitif dengan Mean ± SD (17,48 ±3,734). Sedangkan 36 pasien stroke iskemik yang juga mempunyai rata-rata skor kognitif

pada tingkat probable gangguan kognitif dengan Mean ± SD (17,89 ±4,027) .

5. Diperoleh perbedaan yang tidak bermakna padaperubahan fungsi kognitif antara

pasien stroke hemoragik dan stroke iskemik (p-value = 0,531).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :

1. Bagi mahasiswa dan tenaga medis

- Perlunya penelitian dengan kuesioner fungsi kognitif yang lebih lengkap

dalam penilaiannya agar dapat menyajikan hasil yang lebih detail.

- Diperlukan update ilmu pengetahuan tentang perkembangan bidang penelitian

kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan edukasi terhadap

(27)

2. Bagi masyarakat

- Perlunya penjagaan pola hidup agar mengurangi timbulnya faktor resiko

terhadap penyakit stroke agar tidak berdampak bagi turunnya fungsi kognitif.

- Perlunya pengetahuan tentang perubahan fungsi kognitif bagi masyarakat,

segera apabila terdapat gejala gangguan fungsi kognitif dapat langsung segera

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi

Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara

mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih

dari 24 jam, atau dapat menyebabkan kematian,disebabkan oleh gangguan peredaran darah

otak. Tingkat insidensi stroke meningkat dengan pertambahan usia yang lebih sering pada

pria dibandingkan wanita. Dengan beberapa faktor resiko hipertensi, hiperkolesterolemia,

diabetes, merokok, konsumsi alkohol, and oral contraceptive use ( Mc Phee dkk,2006).

Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara akut sesuai dengan

teritorial vaskular. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa stroke adalah :

1. Menimbulkan kelainan saraf yang bersifat mendadak.

2. Kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian mana dari otak

yang terganggu. Dengan manifestasi timbulnya gejala seperti defisit motorik,defisit

sensorik,atau kesukaran dalam berbahasa menurut Wiyoto 2002 dalam Layanto

(2014).

Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dengan presentase

kurang lebih 80% dan sisanya 20% adalah stroke hemoragik. Subtipe dari stroke iskemik

berupa stroke trombotik disebabkan oleh agregasi dari faktor-faktor darah pada tempat

dimana pembuluh darah menyempit. Jenis lain stroke embolik, disebabkan tersumbatnya

secara mendadak arteri di otak akibat gumpalan darah benda asing yang terbawa alirah darah.

Subtipe stroke hemoragik adalah pendarahan intraserebral yang disebabkan oleh

banyak faktor dan pendarahan subarachnoid yang umumnya karena pecahnya kantong

aneurisma intrakranial atau pecahnya AVM (arterivenous malformation) (Martono,2009).

(29)

Gambar 2.1. Vaskularisasi menuju otak

Otak mendapat vaskularisasi dari dua pasang arteri besar yaitu sepasang arteri karotis interna

dan sepasang arteri vertebralis dan cabang-cabangnya beranastomosis pada permukaan

bawah otak membentuk sirkulus Willis. Gejala fokal dan tanda-tanda yang dihasilkan dari

stroke yang berhubungan dengan daerah otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

terkena . Stroke dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama berdasarkan patogenesis

: stroke iskemik dan hemoragik. Pada stroke iskemik , penyumbatan pembuluh darah

menghambat aliran darah ke daerah otak tertentu , menghasilkan pola yang cukup untuk

karakteristik defisit neurologis yang disebabkan oleh hilangnya fungsi yang dikendalikan

oleh daerah itu . Pola defisit akibat perdarahan kurang diprediksi karena tergantung pada

(30)

jauh dari perdarahan (misalnya , peningkatan tekanan intrakranial , edema otak , kompresi

tetangga jaringan otak , dan pecahnya darah ke ventrikel atau ruang subarachnoid )

(Hammer,2010).

Gambar 2.2. Tampilan Vaskularisasi dari Sirkulus Willis

2.1.3. Epidemiologi Stroke

Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia.

Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat stroke dari total

kematian yang disebabkan penyakit tidak menular (WHO, 2014).

Pada profil statistik WHO yang diperbaharui pada Januari 2015, stroke merupakan

salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012

terdapat 328.500 kematian akibat stroke di Indonesia. Laporan ini sejalan dengan Hasil Riset

Kesehatan Dasar yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan wawancara jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan

gejalanya meningkat dari 8,3 per1000 di tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 di tahun 2013

(31)

Berdasarkan perjalanan penyakitnya batasan stroke adalah suatu defisit neurologis

mendadak sebagai akibat hemoragik atau iskemia sirkulasi saraf otak. Stroke hemoragik

merupakan 20% kasus dari semua stroke. Sementara jenis yang tersering didapatkan adalah

stroke iskemik, yaitu sekitar 80% dari semua stroke (Martono dan Kuswardani, 2009).

2.1.4. Faktor risiko Stroke

Menurut Stroke Association tahun 2012 faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke

dapat dikategorikan sebagai berikut :

Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :

 Usia

Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun.

 Hereditas

Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada keluarga.

 Ras

Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko hipertensi,

diabetes, dan obesitas lebih tinggi.

 Jenis kelamin

Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat stroke

lebih banyak terjadi pada wanita.

 Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung

Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke atau serangan

jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA risiko akan meningkat 10

kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian stroke.

Faktor yang dapat dirubah :

 Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke.

Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk menurunkan

angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke.

 Merokok

Beberapa tahun terkahir, banyak studi menunjukkan bahwa merokok adalah faktor

(32)

 Diabetes melitus

Diabetes merupakan faktor risiko independen untuk stroke. Orang dengan diabetes

umunya disertai dengan hipertensi, hiperkolesterolemia, dan berat badan berlebih

sehigga meningkatkan risiko terjadinya stroke.

 Penyakit arteri karotis atau arteri lainnya

Arteri karotis berperan untuk menyuplai darah ke otak, jika terjadi pendangkalan

arteri akibat aterosklerosis atau penyakit stenosis arteri karotis, maka suplai darah

ke otak akan terganggu dan risiko terjadinya stroke akan meningkat.

 Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, atau

kardiomegali dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Keadaan atrial fibrilasi

juga dapat mengakibatkan stroke jika terjadi pembentukan bekuan darah yang

memasuki aliran darah dan menyumbat pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

Sickle-cell disease

Pada penderita Sickle-cell disease kemampuan sel darah merah untuk membawa

oksigen akan menurun. Sickle-cell ini juga dapat melekat pada dinding pembuluh

darah dan dapat memblok arteri menuju otak sehingga menyebabkan stroke.

 Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah adalah risiko untuk kejadian

aterosklerosis, yang juga akan meningkatkan risiko kejadian stroke.

 Asupan makanan yang buruk

Diet yang tingggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dapat meningkatkan

kadar kolesterol dalam darah. Kemudian diet tinggi sodium atau garam juga

berperan terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu, kalori berlebih juga

berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Jadi, asupan makanan yang buruk akan

menghasilkan keadaan dengan risiko tinggi terhadap stroke.

Physical inactivity dan Obesitas

Ketidakatifan fisik, obesitas, atau keduanya akan meningkatkan risiko hipertensi,

diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Cobalah aktif beraktivitas minimal 30

menit setiap hari.

(33)

Faktor yang lainnya :

 Faktor sosioekonomi

Beberapa bukti menyatakan bahwa stroke lebih sering terjadi pada orang dengan

pendapatan rendah.

 Penyalahgunaan alkohol

Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan banyak komplikasi medis, termasuk

stroke.

 Penyalahgunaan obat-obatan

Kecanduan obat-obatan seperti kokain, amphetamin, dan heroin memiliki hubungan

dengan meningkatnya kejadian stroke pada populasi yang lebih muda.

(Sedoyo dkk, 2006).

2.1.5. Patofisiologi

2.1.5.1.Stroke iskemik

Stroke iskemik merupakan hasil dari oklusi trombotik atau embolik pembuluh otak.

Defisit neurologis yang disebabkan oleh oklusi arteri besar adalah hasil dari iskemia fokal

ke daerah otak yang disuplai oleh pembuluh yang terkena dan menghasilkan sindroma klinis

yang dikenali. Tidak semua tanda-tanda klinis ada pada setiap pasien, karena luasnya defisit

tergantung pada jumlah aliran darah kolateral, variasi individu dalam anatomi pembuluh

darah, tekanan darah, dan lokasi yang tepat dari oklusi. Trombosis biasanya melibatkan

karotis interna, cerebral media, atau arteri basilaris. Gejala biasanya berkembang selama

beberapa menit dan dapat didahului oleh episode singkat defisit fokal reversibledikenal

sebagai serangan iskemik transien. Emboli dari jantung, arkus aorta, atau arteri karotis

biasanya menyumbat arteri serebri media, karena membawa lebih dari 80% dari aliran darah

ke belahan otak. Emboli yang berjalan di arteri vertebralis dan basilar umumnya menuju di

[image:33.595.66.527.702.755.2]

puncak arteri basilaris atau di salah satu atau kedua arteri serebral posterior(Ganong,2006).

Tabel.2.1.Vascular Territories and Clinical Features in Ischemic Stroke

Artery Territory Symptoms and Signs

(34)

cortex, anterior corpus

callosum

contralateral leg and foot

Middle cerebral Lateral frontal, parietal,

occipital, and temporal

cortex and adjacent white

matter, caudate, putamen,

internal capsule

Aphasia (dominant hemisphere), neglect

(nondominant hemisphere),

contralateral hemisensory loss,

homonymous hemianopia, hemiparesis

Vertebral

(posterior inferior

cerebellar)

Medulla, lower cerebellum Ipsilateral cerebellar ataxia, Horner's

syndrome, crossed sensory loss,

nystagmus, vertigo, hiccup, dysarthria,

dysphagia

Basilar (including

anterior inferior

cerebellar, superior

cerebellar)

Lower midbrain, pons,

upper and mid cerebellum

Nystagmus, vertigo, diplopia, skew

deviation, gaze palsies, hemi- or crossed

sensory loss, dysarthria, hemi- or

quadriparesis, ipsilateral cerebellar

ataxia, Horner's syndrome, coma

Posterior cerebral Distal territory: medial

occipital and temporal

cortex and underlying white

matter, posterior corpus

callosum

Contralateral homonymous hemianopia,

dyslexia without agraphia, visual

hallucinations and distortions, memory

defect, cortical blindness (bilateral

occlusion)

Proximal territory: upper

midbrain, thalamus

Sensory loss, ataxia, third nerve palsy,

contralateral hemiparesis, vertical gaze

palsy, skew deviation, hemiballismus,

choreoathetosis, impaired

consciousness

(Hammer,2010).

Stroke iskemik melibatkan oklusi arteri kecil, di mana perfusi tergantung pada

(35)

sebagai patologis lipohialinosis, yang disebabkan oleh hipertensi kronis dan predisposisi

oklusi. Pembuluh paling umum terlibat adalah arteri lenticulostriate, yang timbul dari arteri

serebri proksimal dan keluar pada basal ganglia dan kapsul internal. Arteri yang juga sering

terkena adalah cabang kecil arteri serebral basilaris dan posterior yang menembus batang otak

dan thalamus. Oklusi pembuluh ini menyebabkan kerusakan jaringan yang dikenal sebagai

infark lakunar. Ini biasanya terjadi di putamen, kudatum, talamus, pons, subcortical white

matter dan cerebellum. Infark lakunar memproduksi beberapa gejala klinis yang cukup

menonjol. Dua yang paling umum yaitu:pure motor stroke dan pure sensory stroke. Dalam

pure motor stroke, infark biasanya dalam kapsul internal maupun pons kontralateral ke sisi

lemah.Pada pure motor stroke, infark biasanya di talamus kontralateral (Hammer,2010).

Gangguan beberapa pembuluh darah , jantung , dan hematologi dapat menyebabkan

iskemia serebral fokal. Yang paling umum adalah aterosklerosis arteri karotis komunis dan

basilaris otak. Aterosklerosis diduga timbul dari cedera sel endotel vaskular dengan proses

mekanik , biokimia , atau inflamasi. Cedera endotel merangsang pelepasan monosit dan

limfosit yang bermigrasi ke dalam dinding pembuluh darah dan merangsang proliferasi sel

otot polos dan fibroblas . Hal ini menyebabkan pembentukan plak fibrosa . Sel endotel yang

rusak juga menghasilkan nidus untuk agregasi dan aktivasi trombosit . Trombosit diaktifkan

mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mendorong proliferasi lebih lanjut dari otot polos

dan fibroblas . Plak pada akhirnya dapat memperbesar untuk menutup aliran atau mungkin

pecah , kemudian melepaskan emboli . (Hammer,2010)

2.1.5.2.Stroke hemoragik

Epidural dan subdural hematoma biasanya terjadi sebagai gejala sisa dari cedera

kepala . Epidural hematoma timbul dari kerusakan arteri , biasanya arteri meningeal media,

yang dapat pecah oleh pukulan ke tulang temporal . Darah memberi tekanan pada lapisan

duramater. Akibatnya terjadi penurunan kesadaran dikarenakan cedera otak yang bersifat

sementara. Gejala neurologis kemudian muncul kembali beberapa jam dalam bentuk

hematoma yang menimbulkan efek massa yang mungkin cukup parah untuk menyebabkan

herniasi otak. Hematoma subdural biasanya muncul dari darah vena kortikal yang robek

sebagai jembatan ruang subdural . Jembatan ini dapat pecah oleh trauma yang relatif kecil ,

terutama pada orang tua . aliran darah berada di bawah tekanan rendah , dan gejala yang

(36)

Perdarahan subarachnoid dapat terjadi akibat trauma kepala, perpanjangan darah

dari kompartemen lain ke dalam ruang subarachnoid, atau pecahnya aneurisma arterial.

Disfungsi otak terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial. Penyebab paling umum dari

spontan (nontraumatic) pendarahan subarachnoid adalah pecahnya berry aneurism, yang

diduga muncul dari kelemahan bawaan pada dinding pembuluh besar di dasar otak.

aneurisma menjadi gejala di masa dewasa, biasanya setelah dekade ketiga. Pecahnya tiba-tiba

meningkatkan tekanan intrakranial, yang dapat mengganggu aliran darah otak dan

menyebabkan cedera gegar umum. Hal ini menyebabkan kehilangan kesadaran dari pasien.

Dengan perdarahan sangat besar, iskemia serebral global yang dapat menyebabkan kerusakan

otak parah dan koma berkepanjangan. Iskemia fokal mungkin sebagai akibat dari vasospasme

arteri di dekat lokasi pecah. Perdarahan yang berulang dalam beberapa hari pertama adalah

komplikasi umum dan sering fatal (Ganong,2006).

Perdarahan intraparenchymal mungkin akibat dari peningkatan akut pada tekanan

darah atau dari berbagai gangguan yang melemahkan pembuluh darah. Hematoma yang

menyebabkan defisit neurologis fokal dengan memeberi penekanan struktur yang

berdekatan. Selain itu, efek metabolik darah ekstravasasi mengganggu fungsi jaringan otak

sekitarnya, dan pembuluh dekatnya tertekan, menyebabkan iskemia lokal. Hipertensi kronis

merupakan faktor predisposisi yang paling umum. Pada pasien hipertensi, aneurism

Charcot-Bouchard muncul di dinding arteri menembus dan dianggap situs utama pecah. Paling rentan

adalah pembuluh kecil yang juga terlibat dalam infark lakunar. Perdarahan hipertensi terjadi

terutama di basal ganglia, thalamus, pons, dan otak kecil dan kurang umum di subcortical

white matter. Penyebab lain perdarahan intraparenchymal termasuk malaformasi vaskular,

yang mengandung pembuluh abnormal yang rapuh dan rentan pecah pada tekanan arteri

normal, dan tumor otak tertentu, seperti glioblastoma multiform, yang menginduksi terjadi

proliferasi pembuluh yang rapuh dalam tumor. Gangguan trombosit dan koagulasi tertentu

mungkin menjadi penyebab dari perdarahan intraserebral dengan menghambat koagulasi.

Kokain dan amfetamin menyebabkan elevasi yang cepat terhadap tekanan darah dan

merupakan penyebab umum dari perdarahan intraparenchymal pada usia dewasa muda.

Perdarahan mungkin berhubungan dengan perdarahan spontan dari elevasi akut pada tekanan

darah, pecahnya pembuluh akibat kelainan vascular, atau vaskulitis diinduksi oleh obat.

Angiopati amiloid serebral adalah gangguan yang terjadi terutama pada orang tua dan

(37)

pembuluh kortikal kecil dan menyebabkan perdarahan lobar, sering di beberapa situs

(Hammer,2006).

2.1.6. Diagnosis Stroke

Penegakan diagnosis stroke dapat dilakukan dengan mengenali gejala stroke, seperti :

kelemahan tiba-tiba atau kaku pada wajah, lengan, dan kaki yang biasanya menyerang satu

sisi tubuh. Gejala lain berupa kebingungan, kesulitan bicara atau memahami kata-kata,

gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata, kehilangan keseimbangan atau koordinasi,

sakit kepala hebat, pingsan atau hilang kesadaran (National Institutes of Health, 2014).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik juga digunakan dalam mengkaji luasnya

disfungsi neurologis dan mengidentifikasi faktor risiko aterotrombosis serta kondisi medis

yang menyertai.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab

stroke (mis. sindrom hiperviskositas, koagulopati), komplikasi terkait stroke, untuk

menetapkan dasar parameter koagulasi, dan untuk mengidentifikasi faktor risiko

aterosklerosis generalisata (mis. dislipidemia).

Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan CT Scan atau MRI

untuk menentukan lokasi dan jenis stroke juga untuk menyingkirkan penyebab gejala

neurologis nonvaskular. MRI lebih sensitif dibanding CT untuk mendeteksi infark otak dalam

72 jam pertama, namun CT lebih unggul dalam membedakan perdarahan dan iskemia pada

lesi akut.

Pungsi lumbal digunakan untuk mendiagnosis perdarahan subaraknoid bila CT/MRI

tidak tersedia atau menunjukkan hasil negatif. Tidak adanya darah dalam cairan pungsi

menyingkirkan diagnosis perdarahan subaraknoid atau intraserebral.

Ekokardiorgam digunakan untuk menilai jenis dan luasnya penyakit

miokardial/valvular ketika emboli kardiogenik diduga sebagai penyebab stroke.

Elektrokardiografi digunakan untuk mendeteksi iskemia/ infark miokardium, aritmia,

dan pembesaran bilik jantung yang mengarah ke kardiomiopati atau penyakit jantung

(38)

2.2. Fungsi Kognitif

2.2.1. Definisi Fungsi Kognitif

Kognisi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi stimulus eksternal

maupun motivasi internal; mengidentifikasi stimulus tersebut dan membuat respon yang

berarti (Purves et al., 2004).

2.2.2. Aspek Fungsi Kognitif

2.2.2.1.Memori

Memori didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyimpan dan mengulang kembali

informasi yang diperoleh yang terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap pertama yaitu encoding yang merupakan fungsi menerima,proses, dan

penggabungan informasi.

2. Tahap kedua yaitu storage dimana terjadi pembentukan suatu catatan permanen

dari informasi yang telah dilakukan encoding.

3. Tahap ketiga yaitu retrieval, tahap ini merupakan suatu fungsi memanggil

kembali informasi yang telah disimpan untuk interpretasi dari suatu aktivitas

(Purves et al., 2004).

Memori menurut American Academy Of Neurology membagi memory menjadi 3

kategori yaitu:

1. Short-term memory : kemampuan seseorang dalam mengingat informasi baru

misalnya pada saat kita mengingat nomor telepon baru.

2. Working memory : kemampuan mengingat informasi di pikiran selama beberapa

detik sampai menit setelah kejadian sekarang tekah lewat.

3. Long-term memory : kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang cukup lama,

(39)

2.2.2.2.Bahasa

Berbahasa merupakan suatu instrumen dasar bagi manusia untuk berkomunikasi

antara satu orang dengan yang lainnya. Bila terdapat gangguan dalam hal ini,akan

mengakibatkan hambatan yang cukup besar bagi penderita. Kemampuan berbahasa seseorang

mencakup kemampuan untuk berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, dan menulis

(Satyanegara et al., 2010).

Beberapa kelainan dalam berbahasa antara lain disatria (pelo), disfonia (serak),

disprosodi (gangguan irama bicara), apraksia oral, afasia, aleksia (kehilangan kemampuan

membaca), dan agrafia (ganggaun dalam penulisan) (Satyanegara et al., 2010).

Broca (1861) menemukan pusat bicara terletak di girus frontalis inferior hemisfer kiri,

sedangkan Wenicke menemukan pusat pengertian bahasa di girus temporalis superior

hemisfer kiri di belakang pusat pendengaran primer. Dejerine menemukan pusat baca di

daerah girus angularis lobus prarietalis kiri. Pusat menulis juga berada di lobus parietalis kiri

yang menyimpan ingatan gerakannya bekerja sama dengan pusat gerakan menulis di lobus

frontalis di depan pusat motorik tangan (Markam,2009).

Di lobus parietalis kiri pada perbatasan dengn lobus oksipitalis,terdapaat pusat ingatan

benda. Di dekat pusat ingatan benda ini diperkirakan berkembang pusat yang menyimpan

nama benda yang bersangkutan. Pusat nama benda ini meluas hingga perbatasan lobus

oksipitalis dengan lobus temporalis kiri. Pada kerusakan di perbatasan lobus oksipitalis dan

parietalis kiri terjadi anomia atau afasia nominl, yaitu kehilangan daya mengingat nama

benda yang dilihat. Pada anomia ini, pasien dapat mengatakan nama benda yang

diperlihatkan, bila dibantu dengan memberikan suku kata pertama nama benda yang

sebelumnya tidak dapat dia sebutkan namanya. Pada kerusakan di daerah perbatasan lobus

oksipitalis dengan lobus temporalis,pasien tetap tidak dapat mengatakan nama benda yang

diperlihatkan, meskipun diberi bantuan dengan memberikan suku kata pertama nama

bendanya. Bila diminta menggambar dengan menyebutkan nama benda tersebut, dia juga

tidak dapat melakukannya (Markam,2009).

Daerah yang diperkirakan homolog dengan pusat bahasa ini berada di lobus

temporalis dan lobus frontalis hemisfer kanan. Daerah ini mengatur prosodi, yaitu irama

bicara yang digunakan (Markam, 2009).

(40)

Visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru

berbagai macam gambar dan menyusun balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan

konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan (Markam,

2009).

2.2.2.4.Atensi

Atensi merupakan kegiatan otak yang berupa peningkatan aktivitas perangsangan,

pemilahan, dan kategori rangsangan yang diterima, persiapan fisiologis untuk bertindak atau

bereaksi dan proses mempertahankan aktivitas di dalam usaha mencapai sasaran. Atensi

menjadi dasar perilaku direktif, selektif, dan terorganisasi. Atensi mempunyai tingkat dasar,

elementer, dan luhur. Luria menemukan bahwa ketika daya atensi luhur terbentuk, potensial

cetusan yang terjadi meningkat dan terjadi di korteks sensorik yang bersangkutan dan lobus

frontalis. Atensi yang baik dapat terjadi pada keadaan sadar penuh. Hal ini menandakan

formasio retikularis di daerah pons, mesensefalomn, dan hubungannya berperan dalam atensi

(Markam, 2009).

2.2.2.5.Eksekusi

Eksekusi merupakan kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan

pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur

subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila

sirkuit frontal-subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen

yaitu: volition (kemauan), planning (perencanaan), purposive action (bertujuan), dan effective

performance (pelaksanaan yang efektif) (Markam,2009).

2.2.2.6. Praksis

Praksis merupakan integrasi motorik untuk melakukan gerakan kompleks yang

bertujuan. Pemeriksaan yang tepat dilakukan antara lain dengan meminta pasien menggambar

segi lima, atau membuat gambar secara spontan (Satyanegara et al, 2010).

Praksis dipengaruhi oleh lobus frontalis dan parietalis. Ingatan gerakan, segi aferen

propriosepsi dan kinestesia, dan aspke visuospasial disimpan di lobus parietalis. Kontrol

visual gerakan dilakukan oleh lobus oksipitalis bersama lobus frontalis bagian dorsolateral.

Lobus parietalis bersama area 6 lobus frontalis memulai, menghentikan, dan menyusun

(41)

primer. Area brodman 6 meliputi area motorik suplementer yang terletak di bagian atas depan

korteks motorik dan area premotorik dibawahnya. Pada kerusakan area motorik suplementer,

daya gerak cepat menjadi berkurang. Pada gangguan daerah premotorik, terjadi kesulitan

mengubah urutan gerakan (Markam, 2009).

2.2.2.7. Orientasi

Orientasi merupakan pengertian, pemahaman mengenai relasi diri sendiri dengan

benda-benda yang tampak di sekitar tempat kita berada. Orientasi terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Orientasi tempat

Mengetahui dimana kita berada memerlukan penglihatan dan merupakan daya

visuospasial sehingga orientasi tempat diurus oleh bagian otak yang mengurus

fungsi dan ingatan visuospasial, yaitu lobus oksipitalis, lobus parietalis, girus

temporalis inferior, dan daerah yang berkaitan dengan penglihatan lobus frontalis.

2. Orientasi orang

Pada keadaan sadar, kita dapat mengenali wajah anggota keluarga atau teman.

Pengenalan wajah (prosopognosis) dilakukan oleh lobus oksipitalis, temporalis,

dan parietalis terutama sebelah kanan.

3. Orientasi waktu

Mengenal waktu secara tepat memerlukan jam dan kalender. Mengira-ngira

berlangsungnya waktu juga sulit dilakukan. Perkiraan waktu untuk mengucapkan

satu-dua dengan kecepatan biasa, berlangsung kurang lebih satu detik. Jadi ada

urutan pengucapan yang dapat didengar atau dapat juga tulisan yang dapat dilihat

atau diraba yang berkaitan dengan persepsi waktu . Area korteks serebri

yang terkait dengan urutan bunyi terdapat didalam lobus temporalis, urutan tulisan

di lobus oksipito-parietalis dan urutan gerakan di lobus frontalis. Selain itu,

nukleus supra-kiasmatika di dalam diensefalon berfungsi sebagai jam biologis

(Markam, 2009).

2.2.3 Pemeriksaan Fungsi Kognitif

2.2.3.1 Mini Mental State Examination (MMSE)

Pemeriksaan gangguan fungsi kognisi salah satunya adalah dengan menggunakan

(42)

kognisi yang telah digunakan secara luas oleh para klinis untuk praktek klinik maupun

penelitian. Selain untuk mendeteksi gangguan, juga untuk follow up perjalanan penyakit dan

memonitor respon pengobatan. Tes ini mudah dilakukan dan membutuhkan waktu yang

sangat singkat, kira-kira 10 menit. MMSE ini pertama dikembangkan oleh Folstein dkk

(1969) sebagai tes pendamping yang dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif.

MMSE telah digunakan dalam berbagai kultur dan etnik dan telah diterjemahkan dalam

berbagai bahasa. Versi modifikasi juga telah digunakan untuk orang dengan gangguan

pendengaran. Beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa MMSE menunjukkan level

sensitivitas dan spesifisitas yang dapat diterima. Fehrer dkkmelaporkan bahwa 4 dari 5 item

bahasa dari MMSE sensitivitasnya rendah tapi disimpulkan bahwa subtest memori, atensi dan

konsentrasi dan konstruksi adalah valid. (Layanto , 2014)

Tes ini meliputi pemeriksaan orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengenal

kembali (recall) dan bahasa. Bila pada pemeriksaan didapatkan nilai 23 atau kurang diduga

terdapat gangguan kognitif. Tes ini cukup untuk skrining adanya gangguan fungsi kognitif

dan demensia.

Dowell M et all, 1871 menyatakan bahwa MMSE :

1. Mudah dilakukan dan menunjukkan reliabilitas yang bagus. Validitas sebagai tes

skrining secara umum dapat diterima.

2. Meskipun batas yang tetap sudah ditentukan, validitasnya lemah untuk pasien

dengan gangguan psikiatrik.

3. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi disfungsi otak fokal.

4. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi demensia ringan. Beberapa penulis

melaporkan bahwa nilai MMSE dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor

sosiodemografik, termasuk di dalamnya adalah usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan, yang kedua adalah faktor lingkungan

dan faktor behavior, yang termasuk pada faktor ini adalah beban kehidupan secara

umum, stress fisik, kontak sosial, aktifitas fisik,merokok dan minum alkohol.

Penelitian lain melaporkan usia dan pendidikan mempengaruhi nilai MMSE.

Sedangkan peneliti lain melaporkan bahwa yang mempengaruhi nilai MMSE hanya

tingkat pendidikan saja. Beberapa modifikasi dari MMSE telah dilakukan supaya

(43)

Terdapat beberapa perbedaan diantara para ahli dalam menentukan klasifikasi

penilaian MMSE. Grut et al dan Folstein et al mendapatkan nilai MMSE normal lebih besar

atau sama dengan 27. Wind mengatakan nilai MMSE normal (27-30), curiga gangguan

kognitif (22-26), dan pasti gangguan kognitif (<21). Kukull et al menyatakan nilai normal

MMSE adalah lebih besar atau sama dengan 27 menurut Saryono dalam Sinaga dkk (2014).

2.3. Hubungan penurunan fungsi kognitif dengan stroke

Beberapa gangguan mengganggu kognisi daripada tingkat kesadaran. Daerah korteks

tertentu umumnya memediasi fungsi kognitif yang berbeda, meskipun ada tumpang tindih

dan interkoneksi antara struktur kortikal dan subkortikal dalam semua tugas mental. Ketika

beberapa kemampuan ini terganggu, pasien dikatakan menderita demensia (Hammer,2010).

Korteks prefrontal umumnya mengacu pada daerah 9, 10, 11, 12, 45, 46, dan 47 dari

Brodmann pada permukaan superior dan lateral dari lobus frontal dan cingulate anterior,

parolfactory, dan orbitofrontal cortex inferior dan medial. Daerah ini sangat penting untuk

perencanaan tertib dan urutan perilaku yang kompleks, menghadiri beberapa rangsangan atau

ide secara bersamaan, berkonsentrasi dan fleksibel mengubah fokus konsentrasi, menangkap

konteks dan makna informasi, dan pengendalian impuls, emosi, dan berpikir urutan.

Kerusakan pada lobus frontal atau koneksi ke kaudal dan dorsal medial inti dari talamus

menyebabkan sindroma lobus frontal. Pasien mungkin menderita perubahan dramatis dalam

kepribadian dan perilaku, sedangkan sebagian besar fungsi sensorimotor tetap utuh. Beberapa

pasien menjadi vulgar dalam sambutannya dan jorok , sedangkan yang lain kehilangan minat,

spontanitas, rasa ingin tahu, dan inisiatif. Mempengaruhi dapat menjadi apatis dan tumpul

(abulia). Beberapa pasien kehilangan kemampuan untuk kreativitas dan penalaran abstrak dan

kemampuan untuk memecahkan masalah saat menjadi berlebihan konkret dalam pemikiran

mereka. Seringkali mereka teralihkan dan tidak dapat memusatkan perhatian ketika disajikan

dengan beberapa rangsangan. Manifestasi paling dramatis terlihat setelah frontal bilateral

kerusakan lobus; kerusakan unilateral dapat menyebabkan perubahan halus dalam perilaku

yang mungkin sulit untuk dideteksi. Keterlibatan daerah premotor dapat menyebabkan

inkontinensia, ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas belajar motorik (apraxia),

kenaikan variabel dalam tonus otot (paratonia), dan penampilan dari genggaman primitif dan

refleks oral (menghisap, snouting, dan rooting) (Hammer,2010).

Penyakit serebrovaskular merupakan faktor risiko untuk gangguanfungsi kognitif .

(44)

dari gangguan fungsi kognitif ,50 ± 75 % pasien stroke yang ditemukan dipengaruhi ,pada

usia(Haring,2002).

Konsep klasik menyiratkan bahwa demensia vaskular beasal dari hasil dari volume

darah yang tidak mendukupi untuk otak sehingga otak mengalami infark jaringan. ada tiga

konsep demensia vaskular yaitu: Akumulasi infark kortikal, strategis infark subkortikal, dan

pemutusan kortikal fungsional menurut Tomlinson 1970 dalam Haring (2002).

Akumulasi infark kortikal merupakan lesi kortikal tertentu yang dapat

menghasilkan tanda-tanda penurunan kognitif berupa: amnesia, aphasia, apraxia, Alexia, dan

agraphia. Dengan kombinasi pada kelainan nonkognitif , seperti ketidakstabilan emosional

atau kehilangan inisiatif menurut Caplan L 1995 dalam Haring (2002).

Infark subkortikal Strategis merupakan gangguan subkortikofrontal dan proyeksi

talamokortikal melalui lesi,meskipun dengan lesi yang kecil dan terisolasi dapat

mengakibatkan demensia . Lokasi yang kritis bisa terdapat pada thalamus , nucleus caudatus ,

genu dan bagian anterior pada kapsul internal menurut Kumral E 1999 dalam Haring (2002).

Infark ini mengganggu bagaian prefrontal , orbito - frontal , dorsolateral , atau

sirkuit cingulate anterior , sehingga mengganggu dengan hubungan penting antara korteks

prefrontal dengan basal ganglia atau thalamus (Haring,2002).

Functional cortical disconnection merupakan lesi white matter yang luas (WMLs)

akibat hilangnya akson, yang menyebabkanpemutusan korteks fungsional.Functional brain

imaging studies mengungkapkan mengurangi aliran darah otak dan metabolisme tidak hanya

di morfologis diubah white matter tetapi juga di struktural frontal yang utuh, temporal dan

korteks parietal. Pada pasien dengan microangiopathy otak, gangguan neuropsikologi

berkorelasi dengan hipoperfusi kortikal dan hypometabolism tapi tidak dengan tingkat

WMLs. Itumenimbulkan hubungan antara WMLs dan disfungsi kognitif lebih

kompleks.Namun, Hal ini secara klinis dikenal bahkan pasien dengan WMLs luas mungkin

hadir dengan memori baik, menunjukkan bahwa tambahan faktor mungkin memainkan peran.

atrofi corpus callosum ditunjukkan padamagnetic resonance imaging (MRI) study. Menjadi

prediktor penting dari kognitif global pada pasien dengan WMLs. Namun, gangguan ini jelas

lebih terbatas untuk orang-orang dari fungsi lobus frontal menurut Hiroshi Y 2000 dalam

Haring (2002).

Disfungsi kognitif-stroke dikelilingi oleh banyak masalah sehubungan dengan

heterogenitas, relevansi, dan prevalensi. Tidak ada fenotipe yang konsisten karena stroke bisa

menyerang setiap daerah dari otak. Selain itu, hal ini suit untuk membangun hubungan sebab

(45)

Alzheimer's disease(AD) bertanggung jawab untuk kognitif disfungsi.Demensia vaskular

merupakantantangan yang menyajikan masalah dalam membangun pengertian medis yang

tepat, dalam melakukan epidemiologi dan studi intervensi, dan dalam memberikan

kepedulian terbaik. Perubahan konseptual dalam pendekatan gangguan kognitif berasal dari

pembuluh darah itu dimaksudkan untuk mengakui bahwa beberapa mekanisme vaskular dan

banyak penyakit pembuluh darah dapat menyebabkan demensia. Pasien small-vessel

diseasetidak sama dengan orang-orang dengan stroke kardioembolik atau penyakit oklusi

pembuluh besar. Perubahan white matter yang lebih mungkin terjadi pada pasien dengan

hipertensi kronis. Dengan demikian, dari nosological sebuah sudut pandang, demensia

vaskular adalah masalah yang sangat heterogen itu, dalam kebanyakan kasus, dan belum

memadai dalam praktek klinis (Haring,2002).

[image:45.595.64.494.303.772.2]

2.4 Kerangka teori

Gambar 2.3 Kerangka teori

Fungsi kognitif Caplan L (1995)Akumulasi

infark kortikal merupakan lesi kortikal tertentu yang dapat menghasilkan tanda-tanda penurunan kognitif berupa: amnesia, aphasia, apraxia, Alexia, dan agraphia.

Haring (2002) Disfungsi kognitif-stroke dikelilingi oleh banyak masalah sehubungan dengan heterogenitas, relevansi, dan prevalensi. Tidak ada fenotipe yang konsisten karena stroke bisa menyerang setiap daerah dari otak.

Kurmal E(2002) Infark subkortikal Strategis merupakan gangguan subkortikofrontal dan proyeksi talamokortikal melalui lesi,meskipun dengan lesi yang kecil dan terisolasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif sampai pada demensia.

Stroke hemoragik

(46)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak

dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,

atau dapat menyebabkan kematian,disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Tingkat

insidensi stroke meningkat dengan pertambahan usia yang lebih sering pada pria

dibandingkan wanita. Dengan beberapa faktor resiko hipertensi, hiperkolesterolemia,

diabetes, merokok, konsumsi alkohol, and oral contraceptive use. ( Mc Phee dkk,2006)

Berdasarkan survei awal penelitian penulis di RSUP H.Adam Malik Medan

menunjukkan terdapat peningkatan jumlah pasien stroke yang di rawat inap dalam 4 tahun

terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 190 pasien, meningkat tahun 2012 menjadi 211 pasien,

meningkat lagi tahun 2013 terdapat 358 pasien rawat inap, dan begitu juga pada tahun 2014

menin

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 5.2. Distribusi Uji Normalitas
Tabel 5.4.Perbedaanmean MMSE dan nilai p pada pasien stroke hemoragik dan stroke
Gambar 2.1. Vaskularisasi menuju otak
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ayo belajar (tepuk tangan 3 kali) Bila kau ingin cerdas.. Bila kau ingin pintar Ayo

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

[r]

SURAT PENGANTAR PENELITIAN – MAGISTER DAN SPESIALIS.. Yang Bertanda Tangan di bawah

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

Menyetujui bahwa sekolah berhak membatalkan hak anak menjadi murid SMAK Cor Jesu bila ternyata keterangan yang diberikan tidak benar / palsu (menggunakan rapor / ijazah

Untuk pengujian Ho1 menggunakan uji t-test dengan hasil Ho1 diterima yang berarti bahwa harga saham sebelum dan sesudah publikasi tidak berbeda atau berarti informasi publikasi