Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Skripsi
Oleh:
Defirna Indah Putri 1111101000047
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan
Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Defirna Indah Putri - 1111101000047
xii + 54 halaman, 10 tabel, 3 bagan, 1 gambar, lampiran
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI. Perilaku kepercayaan kesehatan (health belief) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku menuju ke arah hidup yang baik bagi penderita kanker payudara sebelum stadium lanjut melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan persepsi – persepsi yang mempengaruhi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2015 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross sectional . Hasil penelitian didapatkan bahwa responden memiliki perilaku pencegahan kanker payudara melakukan rutin SADARI 61.3 % dan melakukan tidak rutin 38.7%, persepsi keseriusan kanker payudara terhadap SADARI sebanyak 53.8%, persepsi kerentanan kanker payudara terhadap SADARI sebanyak 66.7%, persepsi terhadap manfaat SADARI sebanyak 74.2%, persepsi terhadap hambatan melakukan SADARI 17.2%. Kesimpulan bahwa responden sudah memiliki persepsi keseriusan,persepsi kerentanan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan terhadap pemeriksaan payudara sendiri walaupun responden belum melakukan perilaku SADARI secara rutin. Disarankan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah untuk mengadakan sosialisasi dan kegiatan pencegahan kesehatan lainnya terkait kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa akan deteksi dini kanker payudara.
ABSTRACT
Faculty of Medicine and Health Science
Public Health Department – Health Promotion Interest
Behavioural Visualization of Breast Self-Examination Faculty of Medical and Health Science Students at Syarif Hidayatullah State Islamic Jakarta 2015 Defirna Indah Putri – 1111101000047
xii+54 pages, 10 tabels, 3 charts, 1 picture, attachments.
Self Breast Examination (SADARI) is one of many ways to early detection of breast cancer. It is very important to do because 75-85% of breast cancer symptoms are found during SADARI step. Health belief behavioral also take part in deciding health status and behavioral changes to better lifestyle for breast cancer patient before diagnosed to a higher stadium with SADARI. This research aims to know about this behavioural visualization of breast cancer prevention through self breast examination (SADARI) and perceptions that influences female medical and health science students at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
This research took place in August through October 2015 at Faculty of Medicine and Health Science UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is quantitative, using cross-sectional research design. The result states that 61,3% of the respondents have been doing SADARI in a regular basis and 38,7% in an irregular basis. Perception towards breast cancer seriousness is at 53,8%, perception towards vulnerability is at 66,7%, perception towards the benefits of SADARI is at 74,2%, and perception towards the obstacle in doing SADARI is at 17,2%. In summarize, respondents have had perceptions toward seriousness, vulnerability, benefits, and obstacles in doing SADARI even though some of the respondents still have not been doing SADARI in regular basis. The advice of researchers is to hold socialization and other health prevention activities related to breast cancer and breast self examination to improve student awareness will be early detection of breast cancer. Key words: Behavior, perception, breast cancer, self breast examination.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
penulisan penelitian ini dengan judul “Gambaran Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini,
peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan daripada berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan dan Bu Fase Badriah,Ph.D selaku Wakil Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti,M.Kes,Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang bijaksana dan perhatian.
3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian skripsi ini. 4. Segenap dosen dan staff pengajar Prpgram Studi Kesehatan Masyarakat atas
ilmu dan pengalaman dibagikan kepada penulis.
6. Segenap sahabat dan teman penulis (Shofa Mustajaba,Anggita Risqi P,Devita Cahya Permata,Dessy Kartika,Nabila Eddelweis, Rinda Aria Putri dan Rachmad Sulistyo) yang selalu memberikan doa dan semangat untuk penulis
7. Teman-teman saya di Peminatan Promosi Kesehatan 2011 yang telah memberikan doa, semangat dan dorongan untuk penulis sampai selesai penelitian ini. Sukses untuk teman-teman semua!
8. Semua orang yang yang telah berkontribusi dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik besar maupun kecil,secara langsung maupun tidak langsung.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ……… ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iv
ABSTRAK …………... v
1.3. Pertanyaan Penelitian ………...………... 5
1.4. Tujuan ... 6
a. Tujuan Umum ... 6
b. Tujuan Khusus ... 6
1.5. Manfaat ... 7
a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ……….… 7
b. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 7
c. Peneliti Lain ………... 7
1.6. Ruang Lingkup ………... 8
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9
2.1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) ...9
a. Pengertian SADARI ……….….... 9
b. Manfaat SADARI ………... 10
c. Cara Melakukan SADARI ………...…..…... 10
a. Definisi Kanker Payudara ………..…...…...14
b. Etiologi Kanker Payudara ………...…….……. 14
c. Faktor Risiko Kanker Payudara ……… 15
d. Manifestasi Klinis ……….……… 17
e. Pentahapan Kanker Payudara ……….……....….. 18
f. Pemeriksaan Penunjang ……….…... 19
g. Penatalaksanaan ……….…... 19
2.3. Perilaku …………... 19
2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) ... 20
2.5. Kerangka Teori ………..…...25
3. BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...27
3.1. Kerangka Konsep ………... 27
3.2. Definisi Operasional …...28
4. BAB IV METODE PENELITIAN ...30
4.1. Jenis Penelitian ...30
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
4.3. Populasi dan Sampel ………...… 30
4.3.1. Populasi ………..….… 30
4.3.2. Sampel ……….……….... 30
4.3.3. Pengambilan Sampel ……….………..…..30
4.4. Instrumen Penelitian ……….…..……... 31
4.5. Metode Pengumpulan Data ……….…….…...…….... 32
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..…………...…. 32
4.7. Pengolahan Data ………..……..……….. 33
4.8. Analisis Data ………...…………... 34
5. BAB V. HASIL ………..………...……...35
5.1. Analisis Univariat ….……….…..……….... 35
5.1.1. Gambaran Umum Responden ………..……... 35
5.1.2. Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri ………...………… 36
5.1.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Kanker Payudara terhadap SADARI
……….………..….38
5.1.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap SADARI…….…………...38
5.1.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap SADARI…….………...39
6. BAB VI. PEMBAHASAN ………... 40
6.1. Keterbatasan Penelitian ………... 40
6.2. Pembahasan …….….………... 41
6.2.1. Gambaran Umur ………... 41
6.2.2. Perilaku Pencegahan Kanker Payudara melalui SADARI ………..……….42
6.2.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Kanker Payudara terhadap SADARI ……….. 43
6.2.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Kanker Payudara terhadap SADARI………...…….44
6.2.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap SADARI……...46
6.2.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap SADARI…………...47
6.3. Epilog ……….. 48
7. BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ………...51
7.1. Simpulan………...51
7.2. Saran………..…...52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional 28 Tabel 4.1 Kisi Kisi Intrument Penelitian 31 Tabel 4.2 Skor Jawaban Pernyataan Persepsi 33
Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 36
Tabel 5.2 Distribusi Responden Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Melakukan SADARI Secara Rutin 36
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Keseriusan Kanker Payudara terhadap SADARI 37
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Kerentanan Kanker Payudara terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 38
Tabel 5.6 Distribusi Responden Mengenai Persepsi Terhadap Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri 38
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Teori Health Belief Model Rosenstock,Becker,Janz, dan Hocbaum 25
Bagan 2.2. Kerangka Teori 26
DAFTAR GAMBAR
2 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melaporkan kanker payudara
merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Jumlah kasus kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker serviks yang paling banyak diderita wanita di dunia. Survei yang dilakukan WHO menyatakan 8 - 9 persen wanita mengalami kanker payudara (WHO,2013). Setiap tahun lebih dari 250.000 atau setiap jam terdapat 28 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 atau setiap jam terdapat 19 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Amerika Serikat. Selain itu menurut National Cancer Institute (NCI), wanita yang menderita kanker payudara terdapat perkiraan kasus baru 232.340 wanita sedangkan kasus kematian akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita (NCI, 2013). Di Indonesia, kanker payudara kini menjadi pembunuh nomor satu. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita baru per100.000 penduduk yang ada di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2010).
2010). Jumlah kasus baru yang semakin meningkat tiap tahunnya menambah beban global terutama bagi negara berkembang, namun hal ini dapat dicegah dengan menyebarkan pengetahuan tentang kanker dan deteksi dini. Sebenarnya untuk mendeteksi kanker payudara tidak sulit, semua wanita cukup melakukannya sendiri tanpa perlu ke dokter, yaitu melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Jemal, 2011).
Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk dilakukan karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Studi empiris menyatakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan payudara klinis dan mammografi dapat membantu dalam memastikan deteksi dini kanker payudara. Disamping itu, pemeriksaan payudara sendiri yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali menjadi metode yang paling murah dan sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri oleh wanita dibandingkan dengan mammografi (Manuaba,2010).
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perilaku SADARI secara rutin setiap satu bulan sekali, namun kenyataannya perilaku SADARI mahasiswi masih kurang baik.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Siti Masyitah pada Mahasiswi Universitas Indonesia S1 Reguler, sebanyak 51,9% mahasiswi melakukan SADARI, namun hanya 3,3% yang melakukannya secara rutin setiap bulan. Untuk persepsi terhadap manfaat melakukan SADARI, persepsi terhadap hambatan melakukan SADARI menunjukkan hubungan yang signifikan dengan praktik SADARI (Masyitah,2013). Dalam studi terkini, kepercayaan kesehatan (health belief) mengenai perilaku SADARI dilihat dalam konteks Health Belief Model yang mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan partisipasi individual
dalam program pencegahan dan promosi kesehatan (Champion,1993). Berdasarkan gambaran di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah
kanker payudara sebelum stadium lanjut melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Mei 2015 terhadap 20 Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Didapatkan data bahwa 6 yang melakukan SADARI secara rutin setiap satu bulan sekali, 10 mahasiswi melakukan SADARI secara tidak rutin setiap satu bulan sekali dan sisanya 4 mahasiswi tidak pernah melakukan SADARI. Setelah dilakukan wawancara lebih mendalam diperoleh data bahwa kebanyakan dari mereka baru melakukan SADARI secara rutin apabila dirasakan adanya keluhan atau benjolan pada payudaranya. Informasi tersebut tidak dapat mengeneralisasi namun paling tidak memberikan gambaran bahwa Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perilaku SADARI secara rutin setiap satu bulan sekali, namun kenyataannya perilaku SADARI mahasiswi masih kurang baik.
Berdasarkan penelitian tersebut yang telah dijelaskan pada latar belakang, penulis tertarik meneliti tentang Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.4 Tujuan Umum
Diketahui gambaran pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
1.5 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
2. Diketahui gambaran persepsi mengenai keseriusan terhadap kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
3. Diketahui gambaran persepsi mengenai kerentanan terhadap kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
4. Diketahui gambaran persepsi manfaat terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
1.6 Manfaat Penelitian
1) Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan khususnya untuk menurunkan kejadian kanker payudara dengan cara memberikan motivasi untuk melakukan pencegahan kanker payudara.
2) Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran melakukan SADARI secara rutin;
3) Peneliti Lain
1.7. Ruang Lingkup
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) a. Pengertian
Pemeriksaan Payudara Sendiri merupakan usaha untuk mendapatkan kanker payudara pada stadium yang lebih dini (down staging) (Manuaba, 2010). Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan melalui pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari pertama haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setaip tanggal 1 atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Kementerian Kesehatan,2009).
Sebuah studi di Iran menemukan hanya 7,6 % wanita di Iran yang melakukan praktik SADARI setiap bulan secara teratur (Noroozi et al,2010). Di Turki, 51 % wanita tidak melakukan praktik SADARI dan hanya 5 % yang melakukan SADARI setiap bulan secara teratur (Nachivan et al,2007).
b.Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Manuaba, 2009)
c. Cara Melakukan SADARI
Melakukan SADARI tidak terlalu sulit karna bisa dilakukan saat kegiatan sehari – hari dan dilakukan setelah haid 7-10 hari bisa 1-2 kali hanya 10 menit. Langkah – langkah dalam melakukan SADARI menurut Kementerian Kesehatan (2009), yaitu :
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing putting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,diletakkan sebuah bantal dibawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, dibawah lengan, dan dibawah tulang selangka.
Gambar 2.1 Langkah - Langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (Bustan,2007)
1. Semasa mandi
Angkat sebelah tangan, menggunakan satu jari gerakkan secara mendatar perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara kanan. Periksa dan cari bila terdapat gumpalan / kebetulan keras, menebal dipayudara.
2. Berdiri di hadapan cermin
perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting tersorot kedalam. Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau mengandung darah.
3. Berbaring
Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari anda mendatar dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting. Lakukan putaran untuk memeriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada terdapat sebarang gumpalan dibawah dan dibawah dan disepanjang atas tulang selangka.
2.2. Kanker Payudara a. Definisi
Kanker payudara adalah terjadinya keganasan pada daerah payudara. (Otto,2005). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih local) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila; rabas putting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau cair; retraksi atau inversi putting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya; kulit yang bersisik disekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena; perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah bening aksila (Otto,2005).
Kanker payudara biasanya menyerang wanita muda atau dewasa dengan penderita terbanyak berusia 40 hingga 49 tahun. Namun saat ini terdaapt kecenderungan kanker payudara semakin banyak dialami wanita muda usia 20 tahun akibat perubahan gaya hidup (Sari,2011).
b. Etiologi
kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama- estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Suddarth & Brunner, 2003).
c. Faktor resiko kanker payudara
Menurut Suddarth & Brunner (2003) yang menjadi faktor resiko terjadinya kanker payudara yaitu:
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara.
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1 % setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan dengan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; resiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara pada dua orang saudara langsung.
3. Menarche dini.
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama pada usia sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut.
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas, resiko terendah di antara wanita pascamenopause. Bagaimanapun wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mepunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis lambat.
9. Kontrasepsi oral.
10.Terapi penggantian hormon.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannnya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara. 11.Masukan alkohol.
Sedikit peningkatan resiko ditenukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebh rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya .
d. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada kanker payudara menurut Otto, 2005, sebagai berikut:
1). Gejala yang paling sering terjadi :
a. Massa (terutama jika keras, ireguler, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila
b. Rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau encer.
d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris). e. Pengerutan atau pelekukan kulit sekitarnya.
f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting payudara. 2). Gejala penyebaran lokal atau regional :
a. Kemerahan, ulserasi, edema atau pelebaran vena b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk) c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila 3). Bukti metastase :
a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal. b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura. c. Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, dan atau nyeri tulang
berkaitan dengan penyebaran ke tulang. e. Pentahapan kanker payudara
Menurut Suddarth& Brunner (2003), tahap – tahap berkembangnya kanker payudara, yaitu:
1)Tahap I : terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastase.
2)Tahap II : terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5cm, dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi adanya metastase.
4)Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal, atau kankerosa dan adanya metastase jauh.
f. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) payudara, mammografi, dan Fine Needle Absorbtion Biopsi (FNAB) untuk menunjang diagnosis. Untuk menentukan metastase dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG abdomen atau hepar (Mansjoer, 2000)
g. Penatalaksanaan
Menurut Suddarth & Brunner (2003), pengobatan kanker payudara meliputi: 1. Pengobatan lokal kanker payudara yang meliputi : mastektomi radikal
yang dimodifikasi dan bedah dengan menyelamatkan payudara. 2. Terapi radiasi
3. Rekonstruksi
4. Pengobatan sistemik kanker payudara yang meliputi : kemoterapi. 2.3. Perilaku
Rosenstock dan Becker menjelaskan perilaku dalam teori health belief model, bahwa munculnya suatu perilaku sehat merupakan kumpulan dari core
belief yaitu persepsi individu yang berkaitan dengan susceptibility to illness, the
severity of the illness, the cost involved in carrying out the behavior, the benefit
involved in carrying out the behavior dan cues to action. Health belief model digunakan untuk memprediksi perilaku preventif (Taylor,2006)
tertentu tergantung pada dua faktor yaitu apakah individu tersebut merasakan ancaman kesehatan dan apakah individu meyakini bahwa perilaku tertentu secara efektif dapat mengurangi ancaman yang dirasakan. (Taylor,2006)
Berdasarkan definisi teori-teori datas, dapat disimpulkan bahwa perilaku pencarian pengobatan tidak lepas dari persepsi seseorang tentang mencari pengobatan itu sendiri baik persepsi Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), manfaat yang
dirasakan (perceived benefits), dan rintangan yang dirasakan (perceived barrier). 2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis, munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan, kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan
menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model) .
dirasakan harus diatasi dalam berperilaku kesehatan, namun tidak sebatas pada pengeluaran biaya.
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang serupa (Rosenstock,1988)
Menurut Rosenstock (1988) model kepercayaan kesehatan / Health Belief Model Memiliki 4 persepsi yang membentuk HBM itu sendiri yaitu
Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), manfaat yang dirasakan (perceived benefits), dan rintangan yang dirasakan (perceived barrier). Setiap persepsi tersebut baik secara sendiri maupun dikombinasikan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan (Health Behavior), yaitu :
1. Persepsi Keseriusan (perceived seriousness)
dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akan lebih banyak dilakukan bila dibandingkan dengan pencegahan dan pengobatan flu. (McCornick-Brown, 1999).
2. Persepsi Kerentanan (perceived susceptibility)
Perceived Susceptibility / Kerentanan yang dirasakan mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi. Setiap individu memiliki persepsinya sendiri dari kemungkinan mengalami suatu kondisi yang akan merugikan kesehatannya. Individu bervariasi dalam persepsi mereka tentang kerentanan terhadap penyakit. Mereka yang menganggap dirinya berisiko rendah menyangkal kemungkinan tertular suatu kondisi yang merugikan. Individu dalam kategori moderat mengakui kemungkinan statistik kerentanan penyakit. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terhadap kerentanan merasa ada bahaya nyata bahwa mereka akan mengalami kondisi yang merugikan atau terjangkit penyakit tertentu (Rosenstock,1988). Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa persepsi terhadap kerentanan terkena kanker payudara karena memiliki riwayat kanker dalam keluarga akan memotivasi seseorang untuk melakukan SADARI. 3. Persepsi Manfaat (perceived benefits)
seseorang tentang manfaat kesehatan untuk melakukan tindakan kesehatan (Rosenstock,1988). Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa pada seseorang yang melakukan SADARI secara teratur setelah ia mampu merasakan benjolan pada payudaranya.
4. Persepsi Hambatan (perceived barrier)
5. Variabel Modifikasi (modifying variables)
Dari keempat konstruk persepsi Health Belief Model tersebut juga dipengaruhi dari karakter individu itu sendiri seperti umur, jenis kelamin , etnis, pengalaman sebelumnya, kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa selain persepsi seseorang dalam melakukan Breast Self Examination (BSE) harus didasari dari jenis kelamin,pengetahuan, dan pengalaman.
7. Self-Efficacy
Bagan 2.1. Teori Health Belief Model Rosenstock,Becker,Janz, dan Hocbaum (1988)
2.5. Kerangka Teori
Dalam mengambil suatu tindakan pencegahan ditentukan oleh 3 penilaian yang mereka buat, yaitu :
a. Persepsi terhadap keseriusan dan kerentanan kesehatan yang mereka alami
b. Persepsi terhadap ancaman,manfaat, dan tindakan yang mereka alami
Maka peneliti menggunakan teori Health Belief Model (Rosenstock,1988)
27 BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1Kerangka Konsep
Kerangka konsep terdiri dari variabel independen dan dependen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah persepsi kerentanan kanker payudara terhadap SADARI (perceived susceptibility), persepsi keseriusan kanker payudara terhadap SADARI (perceived seriousness), persepsi manfaat terhadap SADARI (perceived benefit), dan persepsi hambatan terhadap SADARI (perceived barrier). Sedangkan sebagai variabel dependen adalah perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Persepsi Keseriusan
Terhadap Kanker Payudara
Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara
Persepsi Manfaat Terhadap SADARI
5. Persepsi Hambatan Terhadap SADARI
Pernyataan responden terhadap halangan atau pengganggu yang dialami dalam melakukan SADARI
Self - report
Kuesioner 0. Hambatan Tinggi (jika nilai
≥median)
1. Hambatan Rendah (jika nilai
<median) Nilai
median : 15,5
30 BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, artinya variabel bebas dan terikat pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dilaksanakan pada sepanjang Bulan Juli – Oktober 2015. Pemberian kuesioner kepada sampel dilakukan pada saat jam kuliah kosong atau di luar jam kuliah.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun ajaran 2011-2013 yang berjumlah 787 orang.
4.3.2 Sampel
4.3.2.1.Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Inciidental sampling. Incidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan terhadap
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,meliputi : 29 Pendidikan Dokter, 17 Farmasi,13 Ilmu Keperawatan dan 34 Kesehatan Masyarakat.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diisi langsung oleh responden tanpa intervensi dari enumerator. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Bagian I berisi identitas responden seperti nama responden dan usia. Bagian II memuat pertanyaan mengenai perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dilakukan oleh Mahasiswi dan bagian III berisi mengenai persepsi kerentanan terhadap kanker payudara (perceived susceptibility), persepsi keseriusan terhadap kanker payudara (perceived
seriousness), persepsi manfaat terhadap SADARI (perceived benefit), dan
persepsi hambatan terhadap SADARI (perceived barrier). Kuesioner ini berisi 20 pertanyaan dengan menggunaka skala Likert.
Tabel 4.1 Kisi -Kisi Instrument Penelitian
Variabel Parameter Jumlah
4.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari orang lain seperti jumlah mahasiswa.
Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti melakukan uji kuesioner. hasil uji kuesioner digunakan untuk memeriksa pertanyaan yang kurang dimengerti, sehingga peneliti mengganti kata-kata pertanyaan yang lebih mudah dipahami.
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas berasal dari kata validity, yang artinya sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur data. Teknik korelasi yang digunakan yaitu dengan korelasi pearson product moment. Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas pada kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian ini. Dari 22 pertanyaan yang diberikan ada 10 pertanyaan yang belum valid. Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut. Uji validitas ini sudah dilakukan 2 kali, dan pertanyaan dalam kuesioner ini sudah dipermudah, sehingga pernyataan ini bisa dipakai.
4.7. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun sekunder menggunakan sistem komputerisasi yang akan diolah melalui tahap-tahap berikut:
1. Mengkode data (data coding) Skor Persepsi
Terdapat 20 pertanyaan mengenai persepsi dalam penelitian ini, untuk mempermudah perhitungan,masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut:
Tabel 4.2 Skor Jawaban Pernyataan Persepsi
Jenis Pernyataan
Skor Jawaban
STS TS S SS
Pernyataan Positif 1 2 3 4
Pernyataan Negatif 4 3 2 1
Dilihat dari jumlah akhir skor yang menentukan penyataan negatif atau positif dinyatakan dengan skala likert. Berdasarkan uji kenormalan dengan Kolmogorov Smirnov, diperoleh hasil bahwa total skor persepsi berdistribusi tidak normal, sehingga kategori persepsi responden berdasarkan nilai median.
Skor Perilaku
Terdapat 9 Pertanyaan mengenai perilaku pemeriksaan payudara sendiri dalam penelitian ini yang akan dikategorikan menjadi 2 variabel yaitu melakukan rutin dan melakukan tidak rutin pemeriksaan SADARI. Berdasarkan uji kenormalan dengan Kolmogorov-Smirnov, diperoleh hasil bahwa total skor perilaku berdistribusi tidak normal, sehingga kategori perilaku responden berdasarkan nilai median.
2. Menyunting data (data editing)
3. Memasukkan data (data entry)
Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pegisian kode jawaban selanjutnya dimasukkan ke dalam program software komputer sesuai dengan koding yang dilakukan.
4. Membersihkan data (data cleaning)
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientery apakah ada kesalahan atau tidak
4.8. Analisis Data 1. Analisis Univariat
Analisis univariat menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi,nilai rata-rata, nilai tengah,nilai terendah,nilai tertinggi dan standar deviasi dengan menggunakan software. Dalam penelitian ini meliputi analisis univariat ini akan dicari
gambaran variabel persepsi kerentanan terhadap kanker payudara (perceived susceptibility), persepsi keseriusan terhadap kanker payudara (perceived
seriousness), persepsi manfaat terhadap SADARI (perceived benefit), dan
35 BAB V
HASIL
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendekatan health belief model. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli – Oktober 2015. Jumlah responden sebanyak 93 responden.
Uraian pada bab hasil ini akan dipaparkan analisis univariat berupa gambaran umum responden menurut usia, persepsi keseriusan kanker payudara terhadap SADARI, persepsi kerentanan kanker payudara terhadaap SADARI, persepsi manfaat terhadap SADARI, persepsi hambatan terhadap SADARI dan perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
5.1. Analisis Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menurut Umur Tahun 2015 tahun. Proporsi umur responden terbanyak adalah 22 tahun dengan usia rata-rata umur responden adalah 21,37 tahun. Distribusi responden menurut usia dikategorikan menjadi 2 kelompok menurut usia rata-rata yang didapat dari data yang berdistribusi normal. Jumlah responden kurang sama dengan 21,37 tahun ada 45 responden (48,4%) sedangakan responden dengan usia lebih dari 21,37 tahun berjumlah 48 responden (51,6%).
5.1.2. Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri Tabel 5.2
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Melakukan SADARI Secara Rutin tahun 2015
Melakukan SADARI
Secara Rutin Jumlah Persentase
Melakukan Tidak Rutin 36 38,7%
Melakukan Rutin 57 61,3%
Total 93 100%
responden yang melakukan SADARI 12 kali selama satu tahun terakhir sebanyak 13 responden (14,0%) dan yang melakukan SADARI kurang dari 12 kali sebanyak 36 responden (38.7%). Berdasarkan tabel diatas dianalisis selanjutnya mengenai perilaku pemeriksaan payudara sendiri menjadi 2 kelompok yaitu
melakukan jika melakukan rutin SADARI ≥ 12 kali selama satu tahun terakhir dan melakukan tidak rutin jika melakukan SADARI < 12 kali selama satu tahun terakhir. Didapatkan melakukan rutin 57 reponden (61.3%) dan melakukan tidak rutin 36 responden (38.7%).
5.1.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Terhadap Kanker Payudara Tabel 5.3
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Persepsi Keseriusan Terhadap Kanker Payudara Tahun 2015
PERSEPSI KESERIUSAN KANKER PAYUDARA
TERHADAP SADARI
Jumlah Persentase
Kurang Serius 43 46,2 %
Serius 50 53,8 %
Total 93 100 %
5.1.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara Tabel 5.4
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara Tahun 2015
PERSEPSI KERENTANAN KANKER PAYUDARA
TERHADAP SADARI
Jumlah Persentase
Kurang Rentan 31 33,3%
Rentan 62 66,7%
Total 93 100 %
Dari tabel diatas dilakukan analisis maka persepsi kerentanan terhadap kanker payudara dikategorikan menjadi dua berdasarkan nilai median (14) karena distribusi data yang tidak normal. Persepsi terhadap kerentanan terhadap kanker payudara dikategorikan persepsi rentan jika nilai ≥median, sedangkan persepsi kurang rentan jika nilai <median. Dari hasil analisis didapatkan persepsi rentan (66.7%) dan persepsi kurang rentan (33.3%).
5.1.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri Tabel 5.5
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Persepsi Manfaat Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri Tahun 2015
PERSEPSI MANFAAT
TERHADAP SADARI Jumlah Persentase
Manfaat rendah 24 25,8%
Manfaat tinggi 69 74,2%
Dari tabel 5.6 dapat dianalisis selanjutnya dengan mengkategorikan persepsi manfaat terhadap SADARI dikategorikan menjadi dua berdasarkan nilai median (15) karena distribusi data yang tidak normal. Persepsi terhadap manfaat melakukan SADARI dikategorikan persepsi manfaat tinggi jika nilai ≥median, sedangkan persepsi manfaat rendah jika nilai <median. Dari hasil analisis didapatkan persepsi manfaat tinggi (74.2%) dan persepsi manfaat rendah (25.8 %).
5.1.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tabel 5.6
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Persepsi Hambatan Terhadap SADARI Tahun 2015
PERSEPSI HAMBATAN
TERHADAP SADARI Jumlah Persentase
Hambatan Tinggi 16 17.2 %
Hambatan Rendah 77 82.8%
Total 93 100 %
40 BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai gambaran perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendekatan health belief model serta keterbatasan dalam penelitian. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori dan penelitian sebelumnya.
6.1. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menemukan beberapa keterbatasan - keterbatasan saat melakukan turun lapangan ke responden, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Incidental sampling. Yang memiliki kriteria – kriteria yang ditentukan sesuai dengan tujuan masalah yang akan diteliti hal itu membuat peneliti sulit untuk menemukan responden karena peneliti harus mencari responden yang melakukan SADARI sebanyak ± 12 kali.
2. Dalam penelitian ini hanya menggambarkan perilaku pemeriksaan payudara sendiri sesuai rutin dan tidak tidak rutin melakukannya tidak sampai memeriksa tahap –tahap pencegahan kanker payudara yang sesuai dengan cara melakukan SADARI.
4. Peneliti juga kesulitan untuk menanyakan pertanyaan pada responden mengenai persepsi responden terhadap kanker payudara atau pemeriksaan payudara yang merupakan masih hal tabu untuk dibahas karna mengenai hal sensitif bagi wanita.
6.2. PEMBAHASAN 6.2.1.Gambaran Umur
Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata umur 21,37 tahun dengan umur responden berkisar antara 20 sampai 23 tahun. Proporsi umur responden terbanyak berumur 22 tahun yaitu sebanyak 43 responden (46,7%). Kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia 20 tahun atau lebih, ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%-30%) (Kementrian Kesehatan,2013).
jaringan pada wanita sudah terbentuk sempurna (American Cancer Society, 2011).
6.2.2. Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi melakukan rutin pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 57 reponden (62%) dan melakukan tidak rutin 35 responden (38%). Dengan pertimbangan frekuensi melakukan SADARI selama satu tahun terakhir dilaksanakan setiap satu bulan sekali (Manuaba,2010). Tidak Sejalan dengan penelitian ini, sebuah studi di Iran menemukan hanya 7,6 % wanita di Iran yang melakukan praktik SADARI setiap bulan secara teratur dan di Turki, 51 % wanita tidak melakukan praktik SADARI dan hanya 5 % yang melakukan SADARI setiap bulan secara teratur (Noroozi et al,2010).
malu memperlihatkan payudara. Responden yang melakukan SADARI tidak rutin merasa hambatan dalam melakukan SADARI sebanyak 69,4% menilai SADARI bukan menjadi penghalang tetapi mereka masih saja tidak rutin melakukan SADARI sesuai dengan hasil penelitian Angesti (2010) sebagian besar responden (64,1%) kadang merasa malas untuk melakukan SADARI.
Pada hasil penelitian dijelaskan bahwa mahasiswi sudah banyak yang melakukan SADARI lebih dari 12 kali selama setahun terakhir ini yaitu 44 responden (47,8%) . Berarti mahasiswi sudah melakukan rutin SADARI sesuai waktunya. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi yaitu hari ke-7 sampai ke-10 terhitung hari pertama haid, karena pada saat ini pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor ataupun kelainan pada payudara (Manuaba,2010). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Auvyka (2010) sebanyak (4,1%) responden yang melakukan secara teratur dan (7,8%) yang melakukan SADARI secara benar (7-10 hari) setelah menstruasi. Tetapi masih ada yang melakukan SADARI kurang dari 12 kali. Ini menjelaskan bahwa masih kurangnya kesadaran para mahasiswi tentang melakukan SADARI setiap satu bulan sekali dalam setahun dengan rutin.
6.2.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Terhadap Kanker Payudara
rutin. Hasil ini berbeda dengan penelitian pada mahasiswi Universitas Indonesia bahwa sebanyak 158 responden (55,1%) mempunyai persepsi serius terhadap kanker payudara terdapat 76 mahasiswi (48,1%) yang melakukan SADARI (Masyitah,2013). Sedangkan dari 43 responden (46.2%) dengan persepsi kurang serius terhadap kanker payudara terdapat 26 responden (60,5%) yang melakukan SADARI secara rutin dan 17 responden (39,5%) melakukan tidak rutin. Menurut beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya, persepsi keseriusan terhadap kanker payudara menjadi prediktor paling lemah dalam Health Belief Model (HBM) terhadap praktik SADARI karena hampir seluruh wanita mempersepsikan kanker payudara sebagai penyakit yang serius (Nachivan,2007).
Dalam Buku Saku Kanker menjelaskan bahwa faktor resiko kanker payudara salah satunya adalah meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun maka dari itu mulai kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia 20 tahun atau lebih, ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang melakukan SADARI masih rendah (25%-30%) (Kementrian Kesehatan,2009).
6.2.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara
tersebut, ada 39 responden (62,9%) melakukan SADARI secara rutin dan 23 responden (37,1%) melakukan tidak rutin Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya pada mahasiswi S1 Reguler Universitas Indonesia, sebanyak 157 (54,7%) responden memiliki persepsi rentan kanker payudara ada 48,7% responden yang melakukan SADARI, sedangkan 130 responden dengan persepsi kurang rentan terkena kanker payudara ada 56,2% melakukan SADARI (Masyitah,2013). Sedangkan 31 responden (33.3%) dengan persepsi kurang rentan terhadap kanker payudara, sebanyak 18 responden (58,1%) yang melakukan SADARI secara rutin dan 13 responden (41,9%) melakukan tidak rutin.
6.2.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri
Dari hasil penelitian menujukkan bahwa sebanyak 69 responden (74.2%) mempunyai persepsi manfaat terhadap SADARI yang tinggi. Dari 69 responden terdapat 42 responden (60,9%) yang melakukan SADARI secara rutin dan 27 responden (39,1%) melakukan tidak rutin Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan di Turki yang menemukan bahwa wanita dengan persepsi terhadap manfaat melakukan SADARI yang tinggi lebih berpeluang untuk melakukan SADARI. (Nachivan,2007). Sedangkan dari 24 responden (25.8 %) yang memiliki persepsi manfaat terhadap SADARI rendah, terdapat 15 responden (62,5%) yang melakukan SADARI secara rutin dan 9 responden melakukan tidak rutin .
6.2.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri
Dari 77 responden (82.8%) yang memiliki persepsi hambatan terhadap SADARI yang rendah, terdapat 52 responden (67,5%) yang melakukan SADARI secara rutin dan 25 responden (32,5%) melakukan tidak rutin. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada Mahasiswi Universitas Indonesia sebanyak 149 responden (51,9%) mempunyai persepsi terhadap hambatan melakukan SADARI yang rendah. Dari 149 responden tersebut, sebanyak 100 mahasisiwi (67,1%) melakukan SADARI menunjukkan mahasiswi dengan persepsi terhadap hambatan melakukan SADARI yang rendah memiliki peluang 3,7 kali lebih besar untuk melakukan SADARI dibanding mahasiswi dengan persepsi terhadap hambatan SADARI yang tinggi (Masyitah,2013). Sedangkan diantara 16 responden (17.2 %) yang memiliki persepsi hambatan terhadap SADARI yang tinggi, ada sebanyak 5 responden (31,3%) yang melakukan SADARI dan 11 responden (68,8%) melakukan tidak rutin.
tradisional; b. hambatan imigrasi terkait (isu kewarganegaraan dan bahasa); c. hambatan umum (termasuk nonparticipation dalam pemeriksaan kesehatan, stigmatisasi kanker, rasa takut, dan ketidaktahuan tentang BCS); d. hambatan yang tidak relevan seperti situasi politik (Kawar,2012).
6.3. Epilog
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswi dengan persepsi serius terhadap kanker payudara berpeluang lebih besar melakukan SADARI secara rutin dibandingkan dengan mahasiswi berpersepsi kurang serius terhadap kanker payudara. Untuk mahasiswi berpersepsi rentan terhadap kanker payudara lebih besar peluang dalam melakukan SADARI secara rutin daripada mahasiswi dengan persepsi kurang rentan terhadap kanker payudara. Untuk Mahasiswi yang memiliki persepsi manfaat terhadap SADARI yang tinggi berpeluang melakukan SADARI secara rutin dibandingkan mahasiswi yang berpersepsi manfaat terhadap SADARI yang rendah. Sedangkan mahasiswi yang memiliki persepsi hambatan terhadap SADARI yang rendah lebih berpeluang melakukan SADARI secara rutin daripada mahsasiswi yang berpersepsi hambatan terhadap SADARI yang tinggi.
berpersepsi manfaat terhadap SADARI yang tinggi malah bisa berpeluang untuk melakukan SADARI secara tidak rutin jika tidak merasakan manfaat atau pentingnya melakukan SADARI.
Hal tersebut bisa didasarkan pada hambatan-hambatan yang timbul dan berhubungan secara signifikan dengan perilaku SADARI disebabkan persepsi bahwa menemukan benjolan oleh diri sendiri menyebabkan kecemasan yang berlebihan, bahwa kanker payudara tidak dapat dicegah, dan rendahnya kewaspadaan wanita terhadap kanker payudara. (Chee,2010)
Menurut penelitian Champion menetapkan bahwa ukuran untuk kerentanan, keseriusan, dan hambatan adalah internal yang konsisten dan dapat diandalkan. Individu melaporkan beberapa hambatan yang dirasakan lebih mungkin untuk melaporkan peningkatan frekuensi pemeriksaan payudara sendiri. Selain itu, peserta dengan motivasi kesehatan melaporkan lebih sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Persepsi keseriusan dan persepsi kerentanan tidak berpengaruh terhadap perilaku SADARI sedangkan persepsi hambatan dan persepsi manfaat memiliki pengaruh terhadap perilaku SADARI jika dibarengi dengan pengetahuan, pengalaman dan motivasi kesehatan sebagai variabel lainnya (Champion,1993).
berpengaruh terhadap perilaku dan tidak dapat menyimpulkan sebab-akibat seseorang melakukan atau tidak melakukan SADARI (Noorozi,2010).
51 BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat dijadikan acuan untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, peneliti selanjutnya dan responden.
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendekatan health belief model dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui umur responden berkisar antara 20 sampai 23 tahun. Proporsi umur responden terbanyak berumur 22 tahun yaitu sebanyak 43 orang (46,7%). Rata-rata umur responden adalah 21,37 tahun.
2. Berdasarkan hasil penelitian responden memiliki perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri yaitu melakukan
jika melakukan rutin SADARI ≥ 12 kali selama satu tahun terakhir dan
3. Berdasarkan hasil penelitian responden memiliki persepsi keseriusan
kanker payudara terhadap SADARI ‘serius’ sebanyak 50 responden (53,8%).
4. Berdasarkan hasil penelitian responden memiliki persepsi kerentanan
kanker payudara terhadap SADARI ‘rentan’ sebanyak 62 responden (66,7%).
5. Berdasarkan hasil penelitian responden memiliki persepsi terhadap manfaat
SADARI ‘manfaat tinggi’ sebanyak 69 responden (74,2%).
6. Berdasarkan hasil penelitian responden memiliki persepsi terhadap
hambatan melakukan SADARI ‘hambatan rendah’ sebanyak 77 responden
(82,8%).
7. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswi yang memiliki persepsi hambatan terhadap SADARI yang rendah lebih besar berpeluang melakukan SADARI secara rutin setiap satu bulan sekali dibandingkan dengan persepsi keseriusan, persepsi kerentanan dan persepsi manfaat.
7.2. SARAN
dapat menarik minat dan kesadaran mahasiswi untuk melakukan SADARI secara rutin.
2) Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebaiknya mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat rutin melakukan SADARI setiap bulan sekali setelah menstruasi dengan waktu yang benar, sehingga dapat mendeteksi dini apabila terjadi kelainan pada payudara dan diharapkan dengan rutinnya melakukan SADARI dapat mengurangi angka kejadian di masa mendatang akibat kanker payudara. 3) Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat memperluas variabel penelitian yaitu dengan menambahkan variabel modifikasi pada Health Belief Model tentang perilaku SADARI serta dapat menggunakan metode atau teori
Arum MJ, Mangkunegara Prabu AAA. Peran sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dalam memprediksi intensi wanita melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Psikobuana : Jurnal Ilmiah Psikologi [Online Journal] 2010 ; 3 (1) [diakses 10
Januari 2014]. Available at:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=80049&idc=45
Belcher,l,sternberg, M.R, wolotski, R.J, Halkitis, P.,& Hoff,c. (2005). Journal “condom Use and perceived risk of HIV transmission among sexually active HIV positive men
who have sex with men. Aids Education and prevention”
Bustan, 2007. Epideniologi Penyakit Tidak Menular. PT Rineka Cipta. Jakarta
Chee HL, Rashidah S, Shamsuddin K, Intan O. Factors Related to the Practice of Breast Self Examination (BSE) and Pap Smear Screening among Malaysian Women Workers in Selected Electronics Factories. BMC Womens Health. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 3, September 2010 . 161 Persepsi Wanita Beresiko Kanker Payudara, Ophi Indria Desanti, dkk. 2003;28(3)May. doi: 10.1186/1472-6874-3-3. Diakses pada 28 Mei 2003.
Diananda, R.2009. Kanker Payudara. Yogyakarta : Katahati
Frank, D., Swedmark,J., & Grubbs,L (2004) Jurnal “colon cancer african american women. ABNF Journal.
Hocbaum, 1958,. “Health belief model review “ di unduh
http://www.med.uottawa.ca/courses/epi6181/images/Health_Belief_Model_review.pd f
Imeldyanti A. 2010. Hubungan pengetahuan sikap remaja putri terhadap perilaku SADARI di SMUN 2 Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Jakarta: Skripsi FKM UI;.
Janz NK, Becker MH. 1984. “The Health Belief Model a decade later”. Health Education
Quarterly di unduh dari
http://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/handle/2027.42/67783/10.1177?sequence=1 Jemal, Ahmedin DVM, PhD, Bray, Freddie PhD, Center, Melissa M.MPH, Ferlay, Jacques
ME, Ward, Elizabeth PhD, Forman, David PhD. 2011. Global Cancer Statistic. CA Cancer J Clin., 61:69-90.
Kawar,Najib. 2012. Barriers to breast cancer screening participation among jordanian and palestinian american women. European Journal Of Oncology Nursing [Online Journal] 2012;17 [diakses10Januari2014]. Available at: http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/14623889/PIIS1462388912 000257.pdf
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Buku saku pencegahan kanker leher Rahim & kanker payudara. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2013. “Deteksi Kanker Rahim Dan Kanker Payudara”. fkunhas.com/I/depkes+2008+deteksi+dini+kanker+payudara.html. (diakses tanggal 2 Desember 2013)
Kotler. 2000. Dasar- Dasar Ilmu Perilaku. Rineke Cipta:Jakarta
Manuaba,Ida Ayu Chandranita,Ida Bagus Gde Fajar Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta : EGC
Mahasiswi S1 Reguler Universitas Indonesia Tahun 2013 menggunakan Pendekatan Health Belief Model. Depok : Skripsi FKM UI
McCornick-Brown, K 1999.”Review Health belief model”. Di unduh http://hsc.usf.edu/~kmbrown/health_belief_model_overview.htm.
National Cancer Institute, 2013. Nasopharyngeal Cancer Treatment. Available from: http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/nasopharyngeal/Patient/page2 [Accessed 5 May 2013].
Noroozi A,Jomand T,Tahmasebi R.2010. Determinants Of Breast Self Examination Performance Among Iranian Women : An Application Of The Health Belief Model.J Canc Educ 26:365-374
Otto, Shirley. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta. EGC
Permatasari,Daniyati Kusuma. Persepsi mahasiswa program studi ilmu keperawatan universitas diponegoro angkatan 2006 jalur reguler yang berisiko terkena kanker
payudara terhadap perilaku “sadari”. Jurnal Keperawatan Maternitas [Online Journal] 2010; 2 (1) [diakses 10 Januari 2014]. Available at: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/994/1043
Putri, Arini E. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang SADARI Terhadap Perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan Februari. Jakarta:Skripsi FKIK UIN
Putri, Lenggogeni. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara Oleh Mahasiswi Jalur A Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dengan Tindakan Melalui Pemeriksaan Payudara [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas
Purwoastuti,Th Endang. 2008. Kanker Payudara. Yogyakarta:Kanisius
Rasjidi,Imam.2010. 100 Questions & Answer KANKER PADA WANITA.Jakarta:Gramedia Rosenstock IM. The Health Belief Model and preventive health behavior. Health Education
Monogr.1988; 2:354-386.
Seftiani,Dewi,dkk.2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku SADARI Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.Bandung:Jurnal Unpad Vol.1 No.1
Smith, R., Saslow, D., Sawyer, K., Burke, W., Costanza, M., et all. 2003. American Cancer Guidelines For Breast Cancer Screening. A Journal For Clinicians http://caonline.amcanceroc.org/cgi/content/full/3/3/141/diakses pada tanggal 1 April 2013.
Suddarth, Brunner. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kedelapan. Jakarta. EGC
Tavafian SS, Hasani Laleh, Aghamolaei Teamur, Zare Shahram, Gregory David. Prediction of breast self-examination in a sample of iranian women : an application of the health
belief model. BMC Woman’s Health [Online Journal] 2009 ; 3 (9) [diakses 10 Januari
2014]. Available at : Http://Www.Biomedcentral.Com/1472-6874/9/37
Taylor,David. Bury, michael..., 2006.Jurnal. “A Review of the use of the Health Belief
Model (HBM), the Theory of Reasoned Action (TRA), the Theory of Planned Behaviour (TPB) and the Trans-Theoretical Model (TTM) to study and predict
health related behaviour change” di unduh dari
https://www.nice.org.uk/guidance/ph6/resources/behaviour-change-taylor-et-al-models-review2
Vamey, H. 2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s
publisher.
Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
World Health Organization. 2013.
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index.html (Diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 22.07 WIB)
Yep, G.A. 1993.Jurnal “ HIV prevention among asian american collage students: does the