perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS ANAK TUNARUNGU
KELAS D4 SLB-B YAAT
KLATEN
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Una memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
SKRIPSI
Oleh
Milhuna Sholichah
NIM X5107551
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Cerita Bergambar Untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tuna Rungu Kelas D4 SLB-B YAAT Klaten” ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan.
Surakarta, Agustus 2009
Pembimbing I
Dra. Emi Dasiemi,MS.
NIP 130 358 992
Pembimbing II
Drs. R. Djatun,M.Pd.
NIP 130 814 588
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Surakarta, Agustus 2009 Yang Menyatakan
Milhuna Sholichah
NIM X5107551
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Emi Dasiemi,MS.
NIP 130 358 992
Pembimbing II
Drs. R. Djatun,M.Pd.
NIP 130 814 588
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user MOTTO
Kalau kita tidak bisa bertindak seperti yang kita harapkan maka kita harus bertindak seperti yang kita bisa
( Terrence )
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)
( Terjemahan Qur`an Surah Ar Rahman : 60 )
commit to user PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Suamiku tercinta, yang telah memberi semangat dan dorongan.
2. Anak-anakku tersayang
3. Teman-Teman di SLB-B YAAT Klaten 4. Almamaterku tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Milhuna Sholichah. PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
ANAK
TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YAAT
KLATEN. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten dengan menggunakan media cerita bergambar.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua anak. Pengumpulan data yang dilakukan dengan tes, pengamatan,dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dan analisis grafik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten melalui pembelajaran menggunakan media cerita bergambar.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Selama mengerjakan Skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa pentunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis berterima kasih kepad yang torhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Rer, Nat, Sajidan,M Si. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam menyusun Skripsi ini.
7. Bapak Drs. Maryadi, M. Ag, selaku Sekretaris Progam Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam menyusun skripsi ini.
8. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.S. yang telah membimbing dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Bapak Drs. R, Djatun M.Pd. yang telah membimbing dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas.
10. Bapak Wardoyo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SLB-B YAAT Klaten yang telah memberi ijin dan membantu peneliti dalam menyusun PTK ini.
11. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penelitian ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas amal baik semua pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuan dan bimbingan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran maupun kritikan akan di terima dengan tangan terbuka .
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membawa perubahan di dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan... iii
Halaman Pengesahan... iv
Halaman Pernyataan... v
Motto ... vi
Persembahan... vii
Abstrak ... viii
Kata Pengantar... ix
Daftar Isi... xi
Daftar Tabel... xiv
Daftar Gambar... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5
A. Kajian Teori... 5
1. Kajian Tentang Anak Tuna Rungu... 5
a. Pengertian Anak Tuna Rungu...5
b. Klasifikasi Anak Tuna Rungu... 7
c. Karakteristik Anak Tuna Rungu... 8
2. Kajian Tentang Kemampuan Menulis... 10
a. Pengertian Kemampuan Menulis...10
b. Manfaat Dan Tujuan Menulis... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Nilai Dan Manfaat Media Pembelajaran... 15
4. Kajian Tentang Media Cerita Bergambar... 17
a. Pengertian Media Cerita Bergambar... 17
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Cerita Bergambar... 17
c. Pengembangan Media Cerita Bergambar... 18
d. Media Cerita Bergambar Bagi Anak Tuna Rungu... 20
e. Cara Menggunakan Media Cerita Bergambar Dalam Proses Belajar Mengajar... 20
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...30
A. Deskripsi Kondisi Awal...30
B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 30
1. Deskripsi Tindakan Siklus I...30
2. Deskripsi Tindakan Siklus II... 38
commit to user
C. Pembahasan... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...47
A. Kesimpulan... 47
B. Saran... 47
Daftar Pustaka...48
Lampiran ... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Hasil Pre-test Kemampuan Menulis Anak Tunarungu Kelas D4... … 32 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tindakan Siklus dengan Instrumen
Pemantauan Kemapuan Menulis Subyek…….………... 33 Tabel 3. Hasil test Kemampuan Menulis Subyek setelah Tindakan I... … 35 Tabel 4. Hasil evaluasi peningkatan skor Kemampuan Menulis Post test I... … 35 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tindakan Siklus II dengan Instrumen
Pemantauan Menulis Subyek……… 40 Tabel 6. Hasil Post Test II Kemampuan Menulis Subyek... … 41 Tabel 7. Hasil Evaluasi Peningkatan Skor Kemampuan Menulis
Subyek pada Tindakan Siklus II…….……….…… 42
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kemampuan Menulis Subyek dari hasil Pre-test
Kemampuan Menulis Subyek sebelum di beri Tindakan I………..32 Gamabar 2. Peningkatan Kemampuan Menulis Subyek dari hasil
Post-test I Kemampuan Menulis Subyek setelah diberi tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam
media cerita bergambar……… 36 Gambar 3. Peningkatan Kemampuan Menulis Subyek dari hasil
post-test II Kemampuan Menulis Subyek setelah diberi tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media
cerita bergambar pada siklus I... 41 Gambar 4. Perubahan Peningkatan Kemampuan Menulis
anak tunarungu Kelas D4 sebelum diberi tindakan, sesudah
siklus I dan siklus II……… 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berfikir adalah bahasa, bahasa menjadi sarana komunikasi yang utama. Manusia tanpa bahasa tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya.
Anak-anak Tunarungu merupakan anak yang memiliki kelainan fungsi
dan atau organ auditorisnya. Kelainan ini mengakibatkan mereka mengalami gangguan dalam mendengar dan berdampak pada kemampuan bahasanya.
Seperti yang dikemukakan oleh Mufti Salim dalam Sunaryo (1996 : 74-75) bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Anak tunarungu memiliki kesulitan dalam memperoleh bahasa, akibatnya kemampuan bahasa mereka lebih rendah bila dibandingkan dengan anak normal.
Kemampuan bahasa yang rendah pada anak tunarungu mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya dan juga kemampuan komunikasinya. Menurut Backwin bahwa intelegensi anak-anak gangguan pendengaran lebih rendah daripada intelegensi anak normal, hal ini disebabkan oleh gangguan bicaranya. Dengan demikian keterlambatan belajar mereka tidak saja disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, namun juga ditopang oleh kemampuan berbahasanya (Edja Sadjaah, 2005: 6). Selanjutnya Backwin menyatakan bahwa apabila pemilikan bahasa sangat kurang, maka dengan sendirinya merupakan hambatan bagi pencapaian prestasi akademiknya.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh anak tunarungu dalam rangka pengembangan
commit to user
kemampuan bahasa mereka. Kemampuan menulis menjadi salah satu aspek ketrampilan berbahasa yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
kemampuan komunikasinya, serta dapat meningkatkan kemampuan aka-demiknya. Kemampuan ini berperan penting bagi anak tunarungu. Namun kemampuan menulis anak tunarungu menunjukkan pada tingkat yang rendah.
Anak tunarungu kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten misalnya, mereka mempunyai kemampuan menulis yang rendah. Dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas D4 SLB-B YAAT Tahun Ajaran 2008/2009 mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran, perasaan, maupun pengalamannya ke dalam bentuk tulisan seperti cerita. Padahal, menulis cerita berdasarkan pengalaman menjadi salah satu hasil belajar yang harus dimiliki oleh anak. Selain itu, mereka tidak pernah mengerjakan tugas mengarang dan lembar tugas mengarangnya selalu kosong. Mereka mempunyai kesulitan dalam menyusun kata maupun kalimat serta dalam menggunakan tanda baca. Kalimat yang mereka tulis sulit dipahami dan tidak runtut dengan kalimat berikutnya. Untuk itu perlu adanya upaya dalam meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak latihan menulis pada anak tunarungu. Latihan menulis tersebut diberikan secara intensif mengingat mereka mempunyai daya ingat yang rendah dan daya imajinasi yang kurang serta miskinnya perbendaharaan kata, sebagai akibat dari kurang sempurnanya perkembangan bahasa anak tunarungu. Latihan yang telah dilakukan
oleh Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, diantaranya adalah dengan menyalin bacaan, menjawab pertanyaan secara tertulis, menulis kata atau kalimat yang dieja guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menulis anak tunarungu dapat berjalan lebih lancar dan menarik. Serta dapat lebih mengembangkan kemampuan menulis anak tunarungu.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Media ini digunakan untuk menguatkan ingatan anak tunarungu sehingga dapat mengembangkan daya imajinasi anak tunarungu, dan dengan daya imajinasi tersebut kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat.
Media pembelajaran secara umum digolongkan menjadi tiga, yatu media audio, media visual, dan media audiovisual. Sifat anak tunarungu yang lebih cenderung menggunakan indera penglihatannya dapat dijadikan pertimbangan pemilihan media visual sebagai media pembelajaran bagi mereka. Banyak media yang digolongkan dalam media visual, salah satu media yang tergolong sebagai media visual adalah cerita bergambar.
Media cerita bergambar tergolong media visual dan visualisasinya sangat penting dalam membentuk imajinasi pada anak tunarungu yang mengandalkan visualisasinya dalam belajar. Media cerita bergambar yang bersifat visual ini akan menguatkan ingatan anak tunarungu yang akhirnya dapat menimbulkan imajinasi anak dalam menulis. Media cerita bergambar yang digunakan adalah berupa cerita yang dilengkapi dengan urutan gambar untuk melukiskan alur ceritanya, sehingga anak tuna rungu dapat memahami ceritanya dan dapat menuliskan kembali cerita bergambar tersebut. Penggunaan cerita bergambar ini dimaksudkan untuk mengarahkan anak tuna rungu dalam menyusun dan menulis cerita sesuai dengan
pengalaman atau peristiwa yang dialaminya. Selama ini masih jarang digunakan media cerita bergambar dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu di SLB-B YAAT.
Harapan dipergunakannya media cerita bergambar sebagai media pembelajaran adalah membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, karena media tersebut memberikan variasi baru dalam kegiatan belajar mengajar dan mengurangi kejenuhan akan kegiatan belajar yang sama setiap harinya. Dengan ketertarikan tersebut, perhatian siswa terhadap materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajar dapat lebih meningkat. Perhatian yang
commit to user
besar terhadap materi pelajaran dapat membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, mengingat kelebihan yang dimiliki oleh
media cerita bergambar, diantaranya adalah media cerita bergambar termasuk media visual yang dapat menguatkan ingatan dan mengembangkan imajinasi anak tunarungu, dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, mudah dalam penggunaannya, dapat memperjelas suatu masalah, serta dapat digunakan untuk tingkat usia berapa saja, maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan:
Apakah media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT melalui penggunaan media cerita bergambar.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru SLB dalam menerapkan pembelajaran menulis bagi anak tunarungu, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.
Daniel Hallahan dan James Kauffman menjelaskan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, yang meliputi keseluruhan mendengar dari ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Orang tuli menurut mereka adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengaran cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran ( Permanarian Somad dan Tati Herawati, 1995:26).
Pendapat tersebut di pertegas oleh Andreas Dwidjosumarto yang menyatakan bahwa seseorang yang tidak/kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa alat bantu dengar (Sunaryo Kartadinata, 1996: 74).
commit to user
1) Tuli adalah mereka yang tidak dapat mendengar atau indera pendengarannya tidak sempurna sehingga memerlukan pendidikan dengan metode khusus.
2) Anak kurang dengar adalah mereka yang mampu berbicara dan berbahasa, akan tetapi pendengarannya sedikit terganggu se-hingga tidak memerlukan metode khusus seperti anak tuli. Anak kurang dengar memiliki peluang dalam menggunakan sisa pendengarannya untuk pengembangan bicara dan bahasa tanpa menggunakan alat bantu dengar (Edja Sadjaah, 2005: 72-73). Secara Pedagogis, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah. Pengertian ini lebih menekankan pada upaya pengembangan potensi penyandang tuna rungu, melalui proses pendidikan khusus. Dengan begitu, penyandang tunarungu tidak dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan bertanggungjawab dalam kehidupannya sehari-hari (Suparno, 200: 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
a. Orang Tuli
Adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga menghambat proses informasi bahasanya melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.
b. Orang Kurang Dengar
Adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan memakai alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Pandangan lain dari Charles Telford dalam Edja Sadjaah (2005: 76-77) mengklasifikasikan anak tunarungu sebagi berikut :
a. Gangguan Pendengaran Ringan ( mild losses), 20-30 db.
Anak mampu belajar berbicara dengan telinganya dan berkembang normal. Taraf ini merupakan batas antara normal pendengaran dan tuli.
b. Gangguan Pendengaran Marginal, 30-40 db.
Penderita mengalami kesulitan mendengar jarak jauh lebih dari satu kaki dan kesulitan dalam mengikuti percakapan, namun dapat berbicara dengan telinganya.
c. Gangguan Pendengaran Jenis Sedang (moderate losses), 40-60 db
Mereka dapat mendengar suara keras dan dibantu dengan penglihatannya (visual), mereka dapat belajar percakapan melalui metode oral.
d. Gangguan Pendengaran Berat (severe losses), 60-70 db
commit to user
mendengar.
e. Gangguan Pendengaran Sangat Berat (profound losses), lebih dari
75 db
Mereka jarang belajar bahasa dengan telinganya.
Klasifikasi tersebut di atas akan berpengaruh terhadap kemampuan anak tunarungu dalam menerima, memahami, dan menyerap materi yang disampaikan kepada mereka. Materi dalam penelitian tindakan ini adalah cerita berdasarkan pengalaman. Anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran yang tergolong ringan/masih mempunyai sisa pendengaran yang cukup baik, akan lebih cepat dan mudah dalam menerima, memahami dan menyerap materi yang disampaikan. Namun anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran yang tergolong berat/sedikitnya sisa pendengaran mereka, akan lebih lama dan sulit menerima, memahami dan menyerap materi yang disampaikan.
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (1995: 34-39), yaitu sebagai berikut :
a. Dalam Segi Intelegensi.
Anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat mempengaruhi oleh perkembangan bahasa, maka anak tunarungu menampakkan intelegensi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa.
b. Dalam Segi Bahasa Dan Bicara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Dalam Segi Emosi Dan Sosial
Ketunarunguan mengakibatkan terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akibat dari kerasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negative, seperti :
1. Egosentrisme yang melebihi anak normal. 2. Perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas. 3. Ketergantungan terhadap orang lain.
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
5. Mereka memiliki sikap polos, sederhana, dan tanpa banyak masalah.
6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
Suparno ( 2001: 14) mengemukakan beberapa karakteristik yang pada umumnya dimiliki oleh anak tunarungu, antara lain dari segi fisiknya, yaitu : cara berjalannya agak kaku dan cenderung membungkuk, perna-fasannya pendek, serta gerakan matanya cepat dan beringas. Sedangkan dari segi bahasa, mereka miskin kosakata, sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks/kalimat yang panjang maupun bentuk tulisan, serta kurang menguasai iramadan gaya bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunarungu yaitu memiliki hambatan dalam perkembangan bahasanya, dan mempunyai bahasa yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ank-anak normal, karena mereka miskin kosa kata, sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks dan kalimat-kalimat yang panjang, terbatas dalam pengucapannya dan lebih banyak menggunakan bahasa isyarat dalam komunikasinya, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana dalam tulisannya, kurang mampu menyusun bentuk an struktur kalimat serta sulit memahami kata-kata yang abstrak.
commit to user
menggunakan kalimat yang kompleks dan yang terlalu panjang, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana. Gambar dalam media cerita bergambar akan membantu anak tunarungu dalam memahami kata-kata yang bersifat abstrak. Kalimat dalam media cerita bergambar dapat membantu anak tunarungu belajar menyusun bentuk dan struktur kalimat serta dapat menambah kosa kata anak tunarungu.
B. Kajian Tentang Kemampuan menulis
1. Pengertian Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis ketrampilan yang harus dimiliki oleh anak, karena kemampuan ini berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan barbahasa. Kemampuan menulis adalah komponen penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa di samping kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara. Kemampuan ini dimiliki anak melalui latihan dan bimbingan, yang biasanya diperoleh melalui proses belajar menajar di sekolah. Kemampuan menulis menjadi salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1985:3), menulis diartikan sebagai suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan, seperti yang dikutip oleh Muchlisoh (1992: 233) mengemukakan bahwa menulis adalah menurun-kan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kesimpulan di atas memberikan landasan pengertian akan kemam-puan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini. Kemampuan menulis tersebut adalah kemampuan untuk membuat huruf dan melahirkan pikiran/perasaan yang berupa pengalaman dalam bentuk tulisan serta untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain yang membaca tulisan yang diciptakan tersebut, dimana tulisan itu dapat dipahami oleh orang lain yang membacanya.
2. Manfaat dan Tujuan Menulis
Menulis mempunyai fungsi utama sebagi alat komunikasi secara tidak langsung. Melalui tulisan orang dapat menyampaikan pesan, informasi dan pengetahuan kepada orang lain. Euis Nuraeni dalam Muchlisoh (1992: 233) mengemukakan bahwa penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Hasil menulis (tulisan) tersebut dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam tulisannya.
D` Angelo dalam Henry Guntur Tarigan (1985: 22) juga mengemukakan hal yang sama bahwa fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, mempertajam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, membantu menjelaskan pikiran-pikiran mengenai arti kata dan orang lain.
commit to user
pembaca.
c. Persuasive Purpose (tujuan persuasive), yaitu penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan/ide yang diutarakan penulis.
d. Informational Purpose (tujuan
informal/penerangan), yaitu penulis
menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi/keterangan kepada pembaca.
e. Self Expresive Purpose (tujuan pernyataan diri),
yaitu penulis berusaha untuk memperkenalkan /menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca. f. Creative Purpose (tujuan kreatif), yaitu penulis
bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik/nilai-nilai-nilai-nilai kesenian dengan tulisan si penulis.
g. Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah), yaitu penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi dengan tulisannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
imajinasi, memberi kesenangan, mencatat pengalaman anak tunarungu, serta anak tunarungu dapat menyatakan perasaannya melalui pengalaman yang ditulisnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis
Anak Tunarungu
Anak tunarungu memperoleh kemampuan menulisnya bukan secara tiba-tiba, namun melalui proses yaitu belajar. Proses inilah yang menentukan terbentuknya kemampuan menulis pada anak tunarungu. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis anak tunarungu menurut Slameto (2003: 54) diantaranya adalah sebagi berikut :
a. Faktor Intern, diantaranya adalah :
1) Faktor Jasmaniah, yaitu Faktor kesehatan dan cacat tubuh. Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran yang membuat mereka sulit memperoleh bahasa. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan menulisnya. Sedangkan mereka mempunyai kemampuan motorik yang sama dengan anak normal, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangannya untuk menulis.
2) Faktor Psikologis, yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan anak tunarungu.
b. Faktor Ekstern, diantaranya adalah :
1) Faktor Keluarga, diantaranya adalah cara orang tua membimbing, dukungan, dan pengertian orang tua.
2) Faktor Sekolah, diantaranya metode belajar dan mengajar yang diterapkan pada anak tunarungu, kurikulum yang dipergunakan, serta alat yang dipergunakan dan waktu pelaksanaan kegiatan menulis.
4. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tunarungu
commit to user
serta menghambat keberhasilan belajarnya di sekolah. Untuk itu perlu diupayakan pemecahannya supaya kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan latihan secara intensif kepada anak mereka.
Namun latihan yang diberikan selama ini ternyata kurang dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu. Hal ini salah satu diantaranya disebabkan oleh masih kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Media ini berguna dalam membantu dan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran, yang dalam hal ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarung adalah media cerita bergambar. Selain bentuk penyajiannya yang emnarik, media ini memuat gambar yang dpat membantu merangsang anak tunarungu dalam menuangkan perasaan dan pikirannya, serta membantu dalam mengarahkan anak tunarungu untuk menyususn dan menuliskan urutan pengalaman yang dialaminya.
Dalam penelitian ini cara yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu adalah dengan meminta anak untuk menuliskan kembali kembali cerirta bergambar tentang pengalamaan atau peristiwa yang dialaminya, yang telah disampaikan dan dijelaskan sebelumnya menggunakan media cerita bergambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
C. Kajian tentang Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara/pengantar. Media menjadi perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Azhar Arsyad (2006: 4) mengartikan media sebagi alat yang menyampaikan/mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ahmad Rohani (1997: 3) bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi ( proses belajar mengajar ). Sedangkan Arief Sadiman (2006: 7) mengatakan bahwa :
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar terjadi.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah bahan/materi yang menyampaikan pesan/informasi yang berasal dari suatu sumber kepada siswa melalui indera mereka yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi. Media pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah media cerita yang disertai dengan urutan gambar, sebagai alat untuk menyampaikan materi dari guru/peneliti sebagai penyampai dan anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten sebagi penerima, agar materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman bias dipahami oleh anak sesuai tujuan yang ingin di capai yaitu meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB - B YAAT Klaten.
2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
commit to user
alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, antara lain :
a. Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami siswa, memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran siswa lebih baik. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, serta mendemontrasikan, dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap-tahap perkembangan, di mulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, di mulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dan dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
karena mereka belum mendapatkan pembelajaran dengan media cerita bergambar, dan menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar.
D. Kajian Tentang Media Cerita Bergambar
1. Pengertian Media Cerita Bergambar
Poerwadarminta (1976: 202) menyatakan bahwa cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa kejadian, dan sebagainya). Selain itu, cerita yang di artikan sebagai karangan tyang menuturkan perbuatan, pengalaman, dan penderitaan orang dan sebagainya (baik yang bahan yang menyajikan pesan dengan cara menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sungguh-pernah dialami atau kegiatan yang sungguh-pernah dilakukan yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten belajar dan dapat menangkap materi yang disampaikan.
2. Kelebihan dan kekurangan Media Cerita Bergambar
commit to user
a. Cerita bergambar bersifat konkret, gambar lebih realities menunjukkan pokok masalah di banding dengan media verbal semata.
b. Cerita bergambar dapat mengatasi ruang dan waktu serta dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
c. Cerita bergambar dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.
d. Murah harganya dan mudah di dapat serta digunakan tanpa memerlukan paralatan khusus.
Arief Sadiman (2006: 31) selain menyatakan kelebihan penggunaan cerita bergambar, beliau juga menyatakan kelemahan dari penggunaan cerita bergambar dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
a. Hanya menekankan pada persepsi indera semata.
b. Penyajian yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok kecil.
Kelebihan-kelbihan tersebut menjadi pertimbangan dalam memilih media cerita bergambar sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten. Media ini dapat di buat sehingga mudah didapatkan, tidak menghabiskan banyak biaya dan mudah untuk digunakan bagi anak tunarungu yang cenderung menggunakan penglihatannya dalam belajar. Selain itu media ini juga memperjelas materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman dan lebih bersifat realistic krena bagi anak tunarungu sulit dalam menerima materi yang bersifat abstrak, serta dapat mengtasi keterbatasan pengamatan, ruang dan waktu karena media ini memuat cerita yang telah terjadi atau telah dialami dan bukan peristiwa yang sedang terjadi yang dapat terlihat dalam waktu itu juga.
3. Pengembangan Media cerita Bergambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
media tersebut perlu adanya pertimbangan yang harus diperhatikan. Arief Sadiman (2006: 100) menyatakan beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran, diantaranya yaitu kebutuhan dan karakteristik siswa, tujuan yang hendak di capai, serta materi yang akan disampaikan.
Azhar Arsyad (2006: 107) menyatakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam merancang media yang berbasis visual, antara lain :
a. Kesederhanaan, yaitu bahwa jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan. b. Keterpaduan, yaitu bahwa elemen-elemen yang ada harus saling
terkait dan menyatu sebagi suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat di kenal dan dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
c. Penekanan, yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perpekstif, warna atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.
d. Keseimbangan, bahwa bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.
e. Bentuk, yaitu bahwa bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian.
commit to user
4. Media Cerita Bergambar Bagi Anak Tunarungu
Media cerita bergambar adalah salah satu bentuk media visual yang diartikan sebagai penyajian pesan dengan cara menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu, baik sungguh-sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang siswa belajar.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, media cerita bergambar dapat berperan di dalamnya. Media cerita bergambar sebagai salah satu media visual yang cocok dan sesuai digunakan pada anak tunarungu mengingat mereka lebih banyak menggunakan indera visualnya dalam belajar. Media ini membantu menguatkan ingatan anak tunarungu dan mengembangkan imajinasi mereka. Dengan demikian anak tunarungu dapat menulis sesuai dalam ingatan dan imajinasinya tersebut. Penggunaan gambar dalam cerita mampu menjelaskan isi dan alur cerita, sehingga anak tunarungu dapat lebih memahami cerita tersebut. Gambar dalam cerita juga berguna untuk melukiskna peristiwa atau pengalaman yang dialami dan kegiatan yang dilakukan sesuai alur cerita. Hal ini dapat merangsang ingatan dan imajinasi serta mengarahkan anak tunarungu dalam menyususn cerita, sehingga anak tunarungu akhirnya dapat menulis cerita berdasarkan pengalaman.
Pengunaan cerita bergambar dapat menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar, khususnya di kelas D4 SLB-B YAAT Klaten sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik bagi anak tunarungu. Media ini dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan anak tunarungu akan kegiatan belajar mengajar yang sama setiap harinya serta meningkatkan perhatian dan motivasi anak tuna rungu dalam proses belajar mengajar.
Cara Menggunakan Media Cerita Bergambar Dalam Proses Belajar
Mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Bergambar sebagai media dalam meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu menggunakan tema tentang pengalaman/peristiwa yang mungkin dialami oleh anak tunarungu. Urutan gambar dimaksudkan untuk melukiskan peristiwa atau pengalaman yang dialami atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan alur cerita.
Pengunaan media bergambar dalam proses belajar mengajar di mulai dengan menjelaskan terlebih dahulu tema cerita bergambar kepada siswa. Kemudian menjelaskan urutan gambar satu per satu sesuai dengan isi ceritanya agar siswa dapat memahami cerita yang disampaikan, dan mengajak siswa untuk menanggapi cerita yang ada pada gambar-gambar tersebut, serta mengadakan tanya jawab tentang isi cerita tersebut. Setelah itu, siswa diminta untuk menceritakan kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar secara tertulis. Setelah siswa selesai menulis kembali cerita, kemudian mereka mengumpulkan hasilnya pada guru dan guru mengevaluasi hasil tulisan siswa tersebut.
E. Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam program kegiatan belajar mengajar, sebagai upaya pengembangan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan menulis sangat penting dikuasai oleh siswa, karena dengan kemampuan menulis mereka dapat meningkatkan kemampuan akademiknya. Selain itu, dengan kemampuan ini mereka juga dapat menuangkan pikiran dan perasaannya, serta dapat membantu dalam berkomunikasi.
commit to user F. Hipotesis Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SLB-B YAAT Klaten, seting penelitian di
dalam kelas, dengan alasan: Penelitian ini adalah penelitian proses belaajar
mengajar, maka situasi sosial yang terlibat adalah siswa sebagai subyek yang
belajar dan guru sebagai tenaga pendidik.
Waktu yang direncanakan untuk pelaksanaan tindakan adalah semester
kedua tahun ajaran 2008-2009.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2005: 99) adalah benda,
hal, atau orang tempat variable/melekat. Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa
Tunarungu Kelas D4 SLB-B YAAT Klaten tahun Ajaran 2008-2009 berjumlah 2
orang anak, dengan kriteria bahwa anak tersebut tidak mengalami kecacatan
ganda, selalu hadir untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan
siswa dalam menulis menulis melalui media cerita bergambar.
Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: siswa, tempat,
dan peristiwa dalam mengarang, Kurikulum, Hasil Karangan Siswa, dan Buku
Penilaian.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer (data yang
langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan
khusus, untuk keperluan penelitian, yang menjadi suatu langkah penting dalam
penelitian atau merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan.
commit to user
Kartini Kartono (1990: 88) berpendapat bahwa berhasil tidaknya suatu
penelitian tergantung pada tiga faktor yaitu :
1. Jumlah data yang relevan
2. Penggunaan teknik pengumpulan data secara tepat
3. Pengolahan dan pengukuran yang sesuai dimana penyelidik mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti dengan perantara sebuah alat, baik alat yang sudah ada maupun alat yang sengaja dibuat, dan dilaksanakan dalam situasi sesungguhnya maupun situasi buatan. 3. Teknik komunikasi langsung, yaitu teknik dimana penyelidik
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subyek penyelidikan, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.
4. Teknik komunikasi tak langsung, yaitu teknik dimana penyelidik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan subyek penyelidikan dengan perantara alat, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang diungkapkan oleh Sutrisno
Hadi (1990: 68), dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek penyelidikan.
2. Interview, yaitu pengumpulan data dengan bercakap-cakap bersama sumber data baik langsung maupun tidak langsung. 3. Tes, yaitu pengumpulan data yang menggunakan cara dengan
mengadakan suatu percobaan terhadap sebuah hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari beberapa pendapat di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Tes
Yaitu berupa tes kemampuan menulis untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kemampuan menulis subyek tunarungu kelas D4, baik kemampuan awal,
perkembangan, atau peningkatan kemampuan menulis selama dikenai
tindakan dan kemampuan menulis pada akhir siklus tindakan.
2. Observasi
Observasi dilaksanakan dengan mengunakan lembar panduan pengamatan,
lembar kosong untuk mencatat data/informasi yang penting selama
pengamatan, dan peneliti ikut terlibat dalam melakukan pengamatan/kegiatan.
Metode ini digunakan untuk mengatahui kondisi lokasi penelitian,interaksi
belajar mengajar dan proses pembelajaran selama pelaksanaan tindakan.
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data/informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian seperti hasil menulis kembali cerita bergambar anak
tunarungu pada saat tindakan.
E. Analisis Data
Nasution dalam Sujadi (2000: 500) mengemukakan bahwa analisis data
adalah suatu proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data di sini
yaitu menggolongkan dalam pola, thema atau kategori. Sedangkan menafsirkan
data berarti memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori
dan memberi hubungan antara berbagai konsep.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 142) ada dua jenis analisis data yaitu
analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Bentuk data yang digunakan harus
sesuai dengan jenis data. Apabila data yang ada berupa kuantitatif atau angka
maka analisis data yang digunakan berupa kuantitatif maka analisis data yang
digunakan berupa kualitatif, tetapi bisa juga menggunakan kedua-duanya.
Berdasarkan pendapat di atas maka analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
commit to user
1. Deskriptif kuantitatif
Yaitu dengan memanfaatkan persentase atau bilangan hanya pada langkah
awal dari keseluruhan proses analisis . Persentase atau bilangan tersebut
sebagai alat bantu dalam proses analisis. Hasil penilaian yang berupa bilangan
dan persentase tersebut di ubah menjadi sebuah predikat yang menunjukkan
pada pernyataan keadaan atau ukuran kualitas yang sebanding dengan
kemampuan atau dasar kondisi yang diinginkan, untuk kemudian diuraikan
dan dijelaskan lebih lanjut.
2. Analisis grafik
Yaitu data yang telah diperoleh selama penelitian akan dimaknai dengan
memaparkan data tersebut dengan menggunakan grafik. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan proses penelitian maupun
keberhasilan produk penelitiannya. Keberhasilan proses penelitian dapat
dilihat dengan menggunakan instrument pengamatan dari observasi proses,
sedangkan untuk mengetahui keberhasilan produk yang berupa peningkatan
kemampuan menulis dapat ditentukan dengan melihat dan menganalisa hasil
catatan lapangan dan hasil tes kemampuan menulis.
F. Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini, keberhasilan tindakan adalah adanya peningkatan
dari belum dapat menulis cerita sederhana menjadi dapat menulis cerita
sederhana, dimana hasil skor tes kemampuan menulis pada indikator menulis
cerita sederhana dalam sebuah paragraf pencapaiannya antara 76 – 100 %.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahapan
yaitu :
1. Rencana Tindakan
Tindakan yang dilakukan selama satu minggu yang terbagi atas dua kali
tatap muka dengan waktu 2 x 30 menit sekali pertemuan. Pembelaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diwujudkan dalam pemberian cerita bergambar kepada siswa. Siswa diberikan
dorongan untuk lebih bisa menguasai bahasa secara lebih cepat dengan melihat
gambar dan mengucapkannya.
Rencana tindakan pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut :
a. Siswa melakukan pre-test.
b. Guru menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan pembelajaran.
c. Guru menjelaskan tentang pelajaran yang akan disampaikan dan
melakukan apersepsi.
d. Guru memberikan materi pembelajaran bahasa dengan
menggunakan media cerita bergambar.
e. Guru memberikan cerita bergambar kepada siswa.
f. Guru membimbing siswa dalam melihat cerita bergambar.
g. Siswa mengucapkan apa yang terlihat dalam cerita.
h. Siswa melakukan post – test.
2. Pelaksanaan Tindakan
Rangkaian tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran bahasa dengan menggunakan media cerita bergambar yang
bertujuan untuk menaikkan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu.
Berdasarkan diskusi antara peneliti dengan guru, prosedur pelaksanaan
pembelajaran bahasa dengan media cerita bergambar sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan kepada subjek tema dan judul cerita bergambar
yang dipergunakan.
b. Guru menjelaskan urutan gambar satu persatu sesuai dengan isi cerita.
c. Guru melakukan Tanya jawab tentang isi cerita bergambar.
d. Guru memberi contoh dalam menulis cerita.
e. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas untuk
menceritakan kembali cerita bergambar secara tertulis.
f. Hasil tulisan siswa dikumpulkan dan diperiksa oleh guru.
g. Guru memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran siswa.
commit to user
h. Merefleksi dan mengevaluasi peningkatan kemampuan menulis yang
dicapai siswa setelah dikenai tindakan.
i. Revisi tindakan dilakukan apabila belum ada peningkatan kemampuan
menulis siswa.
3. Pemantauan
Kasihani Kasbollah (1999: 91) menyatakan pemantauan atau observasi
adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan
mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang
timbul oleh tindakan terencana.
Pemantauan ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya.
b. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan. Tindakan dalam hal ini, kemampuan menulis dengan
menggunakan media cerita bergambar.
Pemantauan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan dan dilakukan
secara terus menerus selama pelaksanaan penelitian.
Kegiatan pemantauan dilakukan dengan melakukan observasi kegiatan
subyek dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dan selama
kegiatan menulis cerita.
4. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan
tes kemampuan menulis. Tes ini digunakan untuk mengungkap peningkatan
kemampuan menulis subyek, tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan, serta
untuk mengetahui apakah pelakanaan tindakan telah mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya tindakan.
Refleksi dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam refleksi peneliti mengkaji, melihat dan pertimbangkan atas
dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil
refleksi tersebut, peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana tindakan
berikutnya.
Kegiatan refleksi ini meliputi :
a. Permasalahan yang ditemui guru dan siswa dalam pembelajaran
tentang menulis dengan menggunakan media cerita bergambar.
b. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya apabila
tindakan belum berhasil dilakukan.
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus )
Gambaran sikap subyek dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas
adalah sebagai berikut :
Subyek dalam mengikuti proses belajar mengajar menunjukkan sikap
kurang baik, ia kurang memperhatikan penjelasan guru, perhatian subyek masih
sering terpecah dan subyek masih kurang duduk dengan tenang saat belajar di
kelas.
Subyek masih sering salah dalam menjawab pertanyaan dari guru tentang
materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan, ia sering tidak tepat waktu
dalam mengerjakan tugas seperti dalam menyalin bacaan atau menulis dan
menjawab soal sampai melebihi waktu yang ditentukan.
Bila materi kurang menarik, subyek menunjukkan sikap yang tidak
bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan malas melaksanakan tugas dari Guru.
Subyek memiliki kemampuan motorik halus yang cukup baik dalam menulis.
Dari hasil refleksi di atas sebagai dasar peneliti untuk menyusun rencana
perbaikan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah dengan tindakan-tindakan
yang tepat. Beberapa tindakan tersebut meliputi peningkatan kualitas proses
pembelajaran dengan menggunakan media sehingga dapat membangkitkan minat
belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilaksanakan setiap jam pelajaran
Bahasa Indonesia sebanyak tiga kali pertemuan, dengan rincian materi atau bahan
pelajaran dengan media cerita bergambar terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun tindakan yang dilakukan pada Siklus I adalah :
a) Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan Pre-test
kemampuan menulis subyek.
b) Peneliti menjelaskan mengenai cara mengerjakan Pre-Test kemampuan
menulis subyek.
c) Subyek mengerjakan Pre-test kemampuan menulis.
d) Peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan dan menjelaskan
tentang media cerita bergambar dan cerita berdasarkan pengalaman.
e) Peneliti menyampaikan materi dalam media cerita bergambar ,
menjelaskan isi dan alur ceritanya, serta memberikan contoh
menuliskan kembali cerita sesuai dalam media cerita bergambar dalam
sebuah paragraf.
i) Peneliti memberitahukan hasil evaluasi tersebut kepada subyek.
j) Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan Post Test I
kemampuan menulis anak.
k) Subyek mengerjakan Post Test I kemampuan menulis anak.
a. Hasil kemampuan menulis subyek sebelum pelaksanaan
Tindakan Siklus I.
Sebelum diberikan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam
media cerita bergambar terlebih dahulu peneliti mengadakan pre-test untuk
mengetahui kemampuan menulis subyek dan untuk memantau proses belajar
mengajar menulis subyek. Hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 1.
commit to user
penelitian. Subyek Wy mendapat skor yang lebih sedikit dari Subyek
Fr. Skor yang di peroleh Subyek Wy adalah 33, sedangkan Subyek Fr
adalah 34 dari skor soal dengan skor total 80. kedua subyek berada
pada kategori yang sama yaitu cukup. Untuk lebih jelasnya tentang
gambaran kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B
YAAT Klaten dalam Tahun Ajaran 2008/2009 sebelum di beri
tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam Media Cerita
Bergambar, dapat di lihat pada gambar 1. berikut :
Gambar 1. Kemampuan menulis subyek dari hasil pre-test
kemampuan menulis subyek sebelum di beri Tindakan I Hasil pre-test kemampuan menulis subyek di atas dapat
diketahui bahwa subyek yang berinisial Wy mendapatkan %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendapatkan % pencapaian sebesar 42,5 %. Besar pencapaian ke dua
subyek berada pada rentang 26-50% dengan kategori cukup. Dari hasil
pencapaian banyak terdapat kesalahan dalam menulis diantaranya
dalam menulis lambang tanda baca, melengkapi kalimat dengan tanda
baca, menyusun huruf menjadi kata yang bermakna, menyusun kata
kegiatan menulis kembali cerita sesuai dalam cerita bergambar pada Siklus I dapat
di lihat pada tabel berikut :
kedua subyek dari pertemuan ke pertemuan berikutnya sebagian besar
menunjukkan peningkatan, yaitu pada pertemuan pertama sampai
pertemuan kedua. Namun pada pertemuan ke tiga terjadi penurunan
skor.
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I ini di titik beratkan pada
penelitian media cerita bergambar untuk mengarahkan subyek dalam
menyusun dan bagaimana menulis sebuah cerita sederhana
berdasarkan pengalaman yang di dalamnya juga ada bagian yang
commit to user
kemampuan menulis subyek, seperti penulisan huruf, kata, kalimat,
dan paragraf serta penggunaan tanda baca, urutan kalimat, kesesuaian
cerita, dan keruntutan isi penulisan cerita.
c. Refleksi
Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ini belum mencapai hasil yang
maksimal atau hasil yang ingin di capai sehingga dibutuhkan per-baikan program
pada tindakan Siklus II sebagai bentuk perbaikan tin-dakan pada Siklus I.
Perbaikan program tersebut diantaranya adalah :
1. Penambahan waktu pelaksanaan dari yang semula
setiap pertemuan adalah 2 x 30 Menit menjadi 2 x 40
Menit. Hal ini dilakukan karena waktu pelaksanaan
penelitian di rasa masih kurang cukup.
2. Membuat cerita yang lebih menarik lagi untuk anak
misalnya cerita yang menunjukkan suatu kejadian
yang mungkin pernah di alami subyek.
3. Hasil tindakan di setiap pertemuan ditunjukkan pada
subyek, agar mereka lebih bersemangat dan percaya
diri dalam menulis cerita sesuai cerita dalam media
cerita bergambar, serta mengetahui kesalahan yang
dilakukan subyek dalam menulis.
d. Evaluasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media
bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4
pada Siklus I ternyata sudah mencapai hasil yang baik namun masih perlu adanya
perbaikan tindakan pada Siklus II. Proses pelaksanaan tindakan pada Siklus I
tidak mengecewakan hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan skor
yang di capai oleh subyek pada hasil post-test Siklus I. Adapun hasil post-test I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Hasil test kemampuan menulis subyek setelah tindakan I
Subyek Total Skor
kategori yang sama, yaitu sangat baik. Sedangkan skor yang di peroleh
kedua subyek hampir sama dan hanya terpaut satu skor saja. Adapun
peningkatan skor kemampuan menulis tersebut dapat dilihat pada tabel
4. berikut ini :
Tabel 4. Hasil evaluasi peningkatan skor kemampuan menulis post-test
I.
Subyek Pre Test Kategori Post Test Kategori Kenaikan
Wy 41,25 Cukup 83,75 Sangat
Tabel 4. di atas dapat di lihat dengan jelas bahwa ada peningkatan skor
dari hasil pre-test dengan hasil post-test I pada masing-masing subyek.
Hal ini berati bahwa ada keberhasilan produk pada Siklus I. Namun
demikian masih memerlukan penyempurnaan untuk mendapatkan
peningkatan yang lebih baik lagi.
commit to user
Hasil Pre Test Dan Post Test I
41.25
Siklus I dapat di lihat pada gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Peningkatan Kemampuan menulis subyek dari hasil post
test I kemampuan menulis subyek setelah di beri
Tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam
Media Cerita Bergambar
Dari gambar 2. di atas dapat dilihat bahwa kemampuan menulis subyek
meningkat. Peningkatan tersebut telah mencapai kriteria yang telah
ditentukan dalam pelaksanaan tindakan menulis kembali cerita sesuai
cerita dalam media bergambar. % pencapaian kedua subyek telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Kesimpulan Hasil Refleksi dan Evaluasi
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil pelaksanaan tindakan
Siklus I antara lain sebagai berikut :
1. Subyek mempunyai rasa kurang percaya diri terhadap
kemampuan yang dimiliki, sehingga subyek masih sering
menyontek. Hal tersebut harus dihindari agar mendapatkan
hasil yang lebih akurat pada Siklus selanjutnya.
2. Subyek kurang bersemangat dalam pembelajaran, oleh
karena itu peneliti perlu menggunakan media cerita
bergambar yang lebih dapat membuat subyek bersemangat
lagi dalam proses pembelajaran, misalnya menggunakan
media cerita yang lebih menarik, seru, dan kemungkinan
pernah dialami subyek.
f. Tindak Lanjut
Upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar anak tunarungu
dalam kegiatan menulis cerita sederhana berdasarkan pengalaman dalam sebuah
paragraf sesuai cerita dalam media cerita bergambar yaitu dengan merancang
pemecahan masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan Siklus I agar pada
pelaksanaan tindakan Siklus II masalah tersebut berkurang kemunculan dan
terjadi perbaikan. Hal-hal yang perlu diperbaiki untuk dilaksnakan di putaran
kedua antara lain :
1. Penjelasan tentang penulisan huruf, tanda baca,
dan pembentukan paragraf oleh subyek.
2. Penjelasan tentang gambar yang terdapat
dalam media cerita bergambar.
3. Cara menjelaskan ceritanya.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dengan
commit to user
2. Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan Siklus I, pelaksanaan tindakan
ternyata belum mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, peneliti
melaksanakan tindakan Siklus II dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis
subyek, yaitu dalam menulis cerita berdasarkan pengalaman dalam sebuah
paragraf.
1) Pelaksanaan Tindakan
Adapun tindakan yang dilakukan pada Siklus II adalah :
a) Guru/Peneliti menyampaikan materi tentang media cerita bergam-bar,
menjelaskan tentang pengalaman yang pernah di alami dan memberikan
contoh menulis cerira berdasarkan pengalaman yang pernah dialami dalam
sebuah paragraf.
b) Peneliti membagikan media cerita bergambar kepada subyek dan
menanyakan apakah cerita yang terdapat dalam media cerita bergambar
tersebut pernah dialami oleh subyek.
c) Peneliti menjelaskan gambar, isi, dan alur ceritanya serta menu-liskan
contoh menulis kembali dalam media cerita bergambar dalam sebuah
paragraf.
d) Peneliti mengadakan tanya jawab tentang isi cerita.
e) Subyek melaksanakan kegiatan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam
media cerita bergambar yang telah disampaikan sebe-lumnya.
f) Peneliti memperlihatkan hasil menulis kepada subyek agar mereka tahu
bagaimana hasil tulisannya.
g) Peneliti melakukan evaluasi dan menberikan kesimpulan.
h) Peneliti memberitahukan hasil evaluasi kepada subyek.
i) Peneliti menyiapkan alat dan bahan pelaksanaan post-test II.
j) Subyek mengerjakan post-test II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan Siklus II berupa gambaran kemampuan menulis subyek
yang ditunjukkan dengan kemampuan yang dicapai selama proses tindakan
berlangsung. Adapun rekapitulasi hasil menulis melalui kegiatan menulis kembali
cerita sesuai dalam cerita bergambar pada Siklus II dapat di lihat pada tabel
subyek lebih baik dari hasil kemampuan menulis Siklus I. Subyek Wy
yang semula memperoleh skor rata-rata 23 pada Siklus II memeproleh
skor rata-rata 24. Fr yang semula memeproleh skor rata-rata 19, pada
Siklus II memperoleh skor rata-rata 23. Hal ini membuktikan bahwa
tindakan pada Siklus II lebih baik dari tindakan pada Siklus I.
3) Refleksi
Pelaksanaan kegiatan menulis kembali cerita sesuai dalam media cerita
bergambar pada Siklus II dapat berjalan denganlancar. Anak merasa lebih senang
dengan adanya cerita yang baru, di mana cerita tersebut lebih menarik, lucu, seru
atau pernah dialami oleh anak. Adanya peningkatan skor pada hasil tindakan
Siklus II dan hasil post-test II merupakan bukti keberhasilan dari tindakan yang
telah dilakukan. Tindakan menulis kembali cerita berdasarkan cerita dalam media
cerita bergambar pada Siklus II telah berhasil dan telah mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelum dilakukan tindakan, sehingga tidak perlu lagi melakukan
tindakan berikutnya. Kemampuan menulis anak akan terus meningkat apabila
kegiatan menulis dengan menggunakan media cerita bergambar menjadi rutinitas
bagi anak.
commit to user
perpanjangan waktu pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan dan
terjadi peningkatan pada kemampuan menulis subyek yang
ditunjukkan pada hasil post test II. Adapun hasil post test II
kemampuan menulis subyek dapat di lihat pada tabel 6. berikut ini :
Tabel 6. Hasil Post Test II Kemampuan menulis subyek.
Subyek Total
Siklus II, kedua subyek mengalami peningkatan, bahkan ada subyek
yang % pencapaiannya mencapai 100%. Kedua subyek termasuk
dalam kategori sangat baik. Adapun hasil post test II kemampuan
menulis subyek dapat dilihat pada gambar 3. berikut ini :