• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH SOAL CERITA PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas D4 di SLB BC Sukamandi Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH SOAL CERITA PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas D4 di SLB BC Sukamandi Kabupaten "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MENYELESAIKAN MASALAH SOAL CERITA PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas D4 di SLB BC Sukamandi Kabupaten Subang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh: ANDAM DEWI

1004914

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==========================================================

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN MASALAH SOAL CERITA PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI

OLEH : ANDAM DEWI

1004914

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Andam Dewi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

v

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii

DAFTAR ISI ……… v-vi DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .……… vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..…… 1

B. Sasaran Tindakan ..………... 4

C. Rumusan Masalah ……….... 4

D. Hipotesis Tindakan ……….. 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .……….... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Ketunarunguan ..………... 6

1. Pengertian Tunarungu ………..……… 6

2. Klasifikasi Tunarungu ……….…………..…. 7

3. Dampak Ketunarunguan ……….…………. 10

B. Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)….. 13 1. Pengertian Metode Problem Solving (Pemecahan

Masalah) ……….

(5)

vi

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Langkah-Langkah dalam Problem Solving

(Pemecahan Masalah) ………..

15

C. Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Dalam Pembelajaran Matematika ……..

19

D. Kerangka Berpikir .……….. 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 26

B. Setting Penelitian ……….… 27

C. Siklus Tindakan ………...… 28

D. Variable Penelitian ……….. 33

1. Variable Bebas ……….……… 33

2. Variable Terikat ………... 35

E. Instrumen Pengumpulan Data ……….…… 36

F. Teknik Pengolahan Data ………….………. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kemampuan Awal dan Analisis Temuan Penelitian …….……… 40 1. Kemampuan Awal Siswa ……… 40

2. Hasil Siklus 1 ………..……… 41

3. Hasil Siklus 2 ……….. 43

4. Hasil Siklus 3 ……….. 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 47

(6)

vii

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan ………. 51

B. Rekomendasi ...……… 51

DAFTAR PUSTAKA ………..……….... 53

LAMPIRAN ………...………. 55

(7)

i

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI

Anak tunarungu adalah Anak berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran, memiliki keterbatasan-keterbatasan, khususnya dalam perkembangan bahasa dan bicara. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat pra observasi bahwa anak tunarungu masih dapat mengikuti pelajaran matematika jika materi, metode, serta penunjang lainnya yang diberikan oleh guru disesuaikan dengan kebutuhannya. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mencoba untuk mengetahui dan menggali informasi secara obyektif dan mendalam

mengenai “penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan pada anak tunarungu kelas D4 di SLB BC Sukamandi”. Penelitian ini mengangkat permasalahan utama tentang kesulitan siswa tunarungu kelas D4 di SLB BC Sukamandi dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan. Dalam penelitian ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan siswa tunarungu kelas D4 dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa RPP, observasi dan tes tertulis serta dokumentasi berupa hasil tes tertulis para siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang didalamnya dijelaskan mengenai perubahan kenaikan kemampuan siswa yang ditunjukkan melalui hasil tes pada tiap siklusnya. Hasil tes tersebut diolah yang menghasilkan data berupa nilai rata-rata kemampuan siswa pada siklus pertama yang digambarkan dengan kategori cukup yaitu 7,0. Terlihat adanya peningkatan dari nilai rata-rata kemampuan awal siswa yaitu 4,3 dengan kategori kurang. Pada siklus kedua, peningkatan kemampuan siswa digambarkan dengan nilai rata-rata 8,0 dengan kategori baik. Observasi berhenti pada siklus ketiga dimana siswa dipandang telah menguasai soal cerita penjumlahan dengan nilai rata-rata kemampuan siswa 9,2 dengan kategori baik sekali, dan hal tersebut menandakan siswa siap untuk menerima satuan pelajaran berikutnya. Berdasarkan penelitian tersebut, peniliti merekomendasikan metode problem solving kepada rekan guru dan peneliti yang akan melanjutkan penelitian, dapat melanjutkannya dengan penggunaan hitungan pengurangan, pembagian atau perkalian.

(8)

1

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Bahkan indikator maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh tingkat pendidikannya.

Pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat serta mempertimbangkan kebutuhan siswa maupun kebutuhan bangsa. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan yang baik sangat bergantung kepada kualitas pelaksananya – manusianya. Untuk itu, dalam melaksanakan pendidikan harus benar-benar dipikirkan mulai dari sistem rekruitmen tenaga pendidiknya sampai pada usaha untuk peningkatan mutu tenaga kependidikannya, baik secara personal, sosial maupun profesional. Salah satu tenaga kependidikan yang paling penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu berkaitan dengan tenaga guru (pendidik). Karena guru merupakan ujung tombak pada tataran yang paling bawah atau di lapangan yang langsung bersentuhan dengan keberhasilan atau kegagalan siswa.

Pencapaian keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut, memerlukan upaya peningkatan kualitas yang sungguh-sungguh, terutama upaya peningkatan kualitas gurunya. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam memilih dan memilah strategi atau metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam merancang program pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.

(9)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipergunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar adalah metode Problem Solving (Pemecahan Masalah).

Metode problem solving (pemecahan masalah) ini diangkat dari kehidupan nyata, bahwa setiap manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk itu, seyogyanya guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa, hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang dipelajari terlebih dahulu yang digunkannya untuk memecahkan masalah yang baru. Memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pengalaman yang baru.

Anak kebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran, memiliki keterbatasan-keterbatasan, khususnya dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hambatan perkembangan ini berdampak terhadap segala aktivitas kehidupan sehari-harinya, terutama dalam perkembangan kognitif dan daya ingatnya sehingga prestasi akademiknya sering mengalami ketertinggalan dari anak-anak pada umumnya, khususnya dalam kegiatan yang memerlukan penggunaan bahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami isi bacaan.

Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran inti disekolah dan merupakan pelajaran yang banyak berkaitan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari. Siswa tunarungu kelas D4 di SLB BC Sukamandi mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika, khususnya kesulitan dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan, karena penyelesaian persoalan matematika ini memerlukan kemampuan berbahasa.

(10)

3

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[image:10.596.197.437.352.459.2]

aplikasi dari konsep dan keterampilan. Hasil pengamatan sementara di kelas D4 SLB BC Sukamandi, didapat data bahwa siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita penjumlahan. Kondisi ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar mereka dalam menyelesaikan soal matematika, yaitu hasil penyelesaian soal cerita dengan materi penjumlahan. Hal ini terbukti ketika penulis memberikan tes awal mengenai soal cerita penjumlahan terhadap siswa kelas D4 SDLB-B di SLB BC Sukamandi, dari 3 orang siswa tidak satupun yang mendapatkan nilai diatas 5.

Tabel I

Nilai Tes Awal Soal Cerita Penjumlahan di Kelas IV SLB BC sukamandi

No Nama Siswa Nilai

1 AA 5,0

2 NB 4,5

3 FM 3,5

(11)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyelesaikan berbagai masalah pada pelajaran matematika terutama masalah dalam soal cerita, seperti memahami soal, merencanakan untuk memecahkan soal, memulai pemecahan masalah soal cerita dengan menghitung jawaban, dan pengecekan jawaban pada pelajaran matematika khususnya dalam menyelesaikan masalah soal cerita.

Berdasarkan paparan di atas, penulis akan memfokuskan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, tentang “Penerapan Metode

Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D4 di SLB BC Sukamandi”

B. Sasaran Tindakan

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menjadi pokok sasaran adalah siswa dengan jumlah 3 orang, yaitu AA, FM dan NB. Ketiganya duduk dibangku kelas D4 SDLB-B di SLB BC Sukamandi yang beralamat di Jl. PT. Sang Hyang Seri Sukamandi.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah kesulitan siswa kelas D4 SDLB-B di SLB BC Sukamandi dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan pada anak tunarungu kelas D4 di SLB BC Sukamandi”

(12)

5

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Hipotesis Tindakan

Menurut Mulyasa (2010, hlm. 105), hipotesis tindakan adalah:

Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis ini bisa merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal cerita penjumlahan pada siswa kelas D4 SDLB-B di SLB BC Sukamandi”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dalam masalah soal cerita dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah) pada siswa kelas D4 SDLB-B di

SLB BC Sukamandi;

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak tunarungu dalam menyelesaikan materi matematika tentang masalah soal cerita penjumlahan dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah) pada siswa kelas D4 SDLB-B di SLB BC Sukamandi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki nilai manfaat, baik bagi siswa, guru, peneliti maupun sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

(13)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami konsep, keterampilan, serta pemecahan masalah dalam belajar matematika. Selain itu untuk meningkatkan motivasi siswa tunarungu dalam belajar matematika.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode untuk memperbaiki proses belajar mengajar, mengembangkan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan kreativitas dalam penerapan metode pembelajaran khususnya di SDLB-B.

(14)

26

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim disebut Classroom Action Research.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1984, hlm. 1039), penelitian adalah pemeriksaan yang teliti. Tindakan, dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1984, hlm. 1074) adalah aturan (yang dilakukan), sedangkan kelas menurut kamus umum Bahasa Indonesia (1984, hlm. 465) adalah ruangan tempat belajar (di sekolah).

Sedangkan pengertian Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah “penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat” (Wardhani dan Wihardit, 2008, hlm. 1.15)

Berdasarkan pendapat Kemmis dan Taggart (dalam Kasbolah, 1998, hlm. 13) bahwa:

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.

(15)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan menggunakan metode ini, karena penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki praktek pembelajaran di sekolah seperti yang dinyatakan oleh Hamersley (dalam Kasbolah, 1998, hlm. 32) bahwa:

Jika kita ingin bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau meningkatkan peranannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam kelas. Pelaksanaan tindakan kelas tidak banyak menyita waktu sebab guru sebagai peneliti melakukan sendiri sambil melaksanakan tugasnya.

Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik seperti diungkapkan oleh Wardhani dan Wihardit, (2008, hlm. 1.15) yaitu:

1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya);

2. Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian);

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran; 4. Tujuannya: memperbaiki pembelajaran.

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

(16)

28

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Nama-nama yang menjadi subjek penelitian

No. Nama Siswa Umur Jenis Kelamin

1. AA 11 tahun P

2. FM 14 tahun P

3. NB 11 tahun P

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SLB BC Sukamandi, yang berlokasi di Jl. PT. Sang hyang Seri Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang 41256 .

3. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian adalah selama dua bulan, yaitu dari bulan April 2014 s.d. Mei 2014 dan waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.

C. Siklus Tindakan

Model siklus tindakan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Kasbolah, 1998, hlm. 14) bahwa:

(17)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penulis merencanakan menggunakan tiga siklus dalam penelitian tindakan kelas ini, tetapi hal itu masih bersifat fleksibel. Maksudnya, penulis tidak terpaku pada tiga siklus yang direncanakan tadi, bisa saja siklus tersebut bertambah menjadi empat atau lima siklus, bahkan mungkin bisa saja kurang dari tiga siklus. Hal itu tergantung pada kebutuhan siswa. Jika pada siklus ketiga ternyata siswa sudah menunjukkan progress terhadap pembelajaran, maka siklus penelitian berakhir di siklus ketiga.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart, bisa dilihat pada gambar siklus di bawah ini:

Rencana Tindakan Observasi Awal

Refleksi

Rencana tindakan Siklus II Observasi

Melakukan Tindakan

Refleksi

Rencana tindakan Siklus III Observasi

Melakukan Tindakan

Refleksi

Rencana Selajutnya Observasi

(18)

30

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2. Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1998)

Penjelasan Alur

Bagan di atas menggambarkan tiga siklus dalam penelitian tindakan kelas, dimana setiap di siklusnya terdapat empat fase, yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi.

Sebelum menyusun rencana tindakan I, penulis melakukan tahap observasi awal dan identifikasi masalah. Observasi awal meliputi observasi terhadap hasil pembelajaran matematika sebelumnya. Sedangkan identifikasi masalah meliputi: mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada proses pembelajaran matematika. Tahap selanjutnya merumuskan masalah yang akan menjadi sasaran penelitian tindakan kelas ini, yaitu meningkatkan kemampuan dalam keterampilan menyelesaikan soal cerita penjumlahan pada anak tunarungu.

Setelah dua tahap itu dilewati, selanjutnya masuk pada empat tahap dalam siklus tersebut, yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

(19)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran matematika. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan dengan menggunakan metode problem solving;

b. Menyusun instrumen. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap ini penulis mengimplementasikan seluruh rencana yang telah disusun dengan cermat dalam skenario tindakan. Pelaksanaan tindakan di observasi oleh penulis dan rekan guru. Pelaksanaan tindakan ini meliputi:

a. Mengungkap sejauh mana siswa memahami konsep dan penggunaan keterampilan komputasi (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian);

b. Menerapkan pembelajaran yang telah dirancang dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah);

c. Melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan.

3. Observasi Siklus I

Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran, hal-hal yang diobservasi meliputi:

a. Keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran;

b. Keefektifan antara waktu dan penggunaan media pembelajaran oleh guru dan siswa.

(20)

32

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah aspek-aspek yang dianalisis itu terakumulasi, peneliti mencermati kembali (merefleksi) secara rinci semua hal yang telah terjadi. Peneliti dituntut untuk mengungkapkan makna dan esensi dari berbagai hal yang telah terjadi itu (menggambarkan keadaan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung) sehingga dapat ditemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan acuan untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan suatu tindakan.

5. Perencanaan Tindakan Siklus II

a. Menyusun rencana pembelajaran dengan mengubah kegiatan-kegiatan yang kurang mendukung dalam pembelajaran matematika, sehingga diharapkan akan ada peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dengan menggunakan metode problem solving;

b. Menyusun instrumen. 6. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II meliputi:

a. Mengungkap sejauh mana siswa memahami konsep dan penggunaan keterampilan komputasi;

b. Menerapkan pembelajaran yang telah dirancang dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah);

c. Melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan.

7. Observasi Siklus II

(21)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran;

b. Keefektifan antara waktu dan penggunaan media pembelajaran oleh guru dan siswa.

8. Refleksi Siklus II

Setelah aspek-aspek yang dianalisis itu terakumulasi, peneliti mencermati kembali (merefleksi) secara rinci semua hal yang telah terjadi. Peneliti dituntut untuk mengungkapkan makna dan esensi dari berbagai hal yang telah terjadi itu sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan acuan untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan suatu tindakan. 9. Perencanaan Tindakan Siklus II

a. Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dengan mengubah kegiatan-kegiatanyang dirasa

perlu, sehingga diharapkan akan ada peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan;

b. Menyusun instrumen.

10.Pelaksanaan Tindakan Siklus III

a. Mengungkap sejauh mana siswa memahami konsep dan penggunaan keterampilan komputasi;

b. Menerapkan pembelajaran yang telah dirancang dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah);

c. Melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan.

11.Observasi Siklus III

(22)

34

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran;

b. Keefektifan antara waktu dan penggunaan media pembelajaran oleh guru dan siswa.

12.Refleksi Siklus III

Setelah aspek-aspek yang dianalisis itu terakumulasi, peneliti mencermati kembali (merefleksi) secara rinci semua hal yang telah terjadi. Peneliti dituntut untuk mengungkapkan makna dan esensi dari berbagai hal yang telah terjadi itu sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan acuan untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan suatu tindakan.

D. Variable Penelitian

Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 60) mengatakan bahwa “Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai „variasi‟ antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.”

1. Variabel Bebas

Varibel bebas disebut juga varibel penyebab artinya, variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain (Sugiyono, 2009, hlm. 61).

Penerapan metode problem solving (pemecahan masalah), merupakan variabel bebas dalam penelitian ini.

(23)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Problem solving (pemecahan masalah) menurut Abdurrahman

(2009, hlm. 254) yaitu, “aplikasi dari konsep dan keterampilan.”

Lebih lanjut lagi, Abdurrahman (2009, hlm. 254) mengemukakan tentang metode problem solving (pemecahan masalah), yaitu suatu cara pengajaran untuk berpikir tentang bagaimana cara memecahkan masalah dalam matematika khususnya soal cerita serta pemrosesan informasi matematika yang didalamnya mencakup kemampuan melakukan analisis dan menginterpretasikan informasi tersebut sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan bagaimana cara memecahkan masalah yang terdapat salam soal cerita tersebut.

Dalam pembelajaran dengan metode pemecahan masalah ini, siswa lebih dituntut dalam penggunaan konsep dan keterampilan, berdiskusi dan berkolaborasi dengan teman-teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

Sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrahman (2009, hlm. 257) bahwa “dalam memecahkan masalah matematika, siswa harus menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda.” Jadi, syarat untuk penerapan metode pemecahan masalah ini, siswa harus memiliki kemampuan dalam memahami konsep dan menggunakan keterampilan komputasi (+ , - , : , dan =)

Adapun karakteristik pembelajaran matematika dengan metode problem solving (pemecahan masalah) menurut Anitah W. (2008, hlm.

5.31) yaitu

(24)

36

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

artinya, siswa belajar mulai dari hal-hal yang khusus sampai pada konsep umum.

b. Definisi Operasional Variabel Bebas

Kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan melalui metode pemecahan masalah dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan tersebut. Adapun langkah-langkah dengan menggunakan metode pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

a) Mempersiapkan topik masalah yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas;

b) Mempersiapkan bahan dan alat peraga yang dapat menunjang kelancaran pada proses pembelajaran.

2) Tahap pembukaan

a) Siswa dikenalkan pada topik pokok bahasan tentang memecahan masalah soal cerita penjumlahan;

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah menurut cara mereka sendiri.

3) Tahap proses pembelajaran

a) Memonitoring kegiatan siswa baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok;

b) Memberikan bantuan jika dibutuhkan;

(25)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d) Siswa diarahkan dalam menyelesaikan soal melalui strategi dan prosedur yang terbaik;

e) Siswa diarahkan dalam menemukan konsep, aturan, maupun prinsip pemecahan masalah secara umum.

4) Tahap penutupan

a) Siswa menarik kesimpulan atas apa yang telah dipelajari dengan dibimbing guru;

b) Siswa mengerjakan tes pencapaian prestasi (postest);

c) Menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan berikutnya;

d) Siswa diberi pekerjaan rumah (PR)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat disebut juga variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009, hlm. 61).

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan.

a. Definisi Konsep Variabel Terikat Soal Cerita Penjumlahan

(26)

38

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik adalah yang berkaitan erat dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.

Jadi soal cerita penjumlahan yaitu: soal matematika yang disajikan dalam kalimat matematika yang sering dialami siswa didalamnya memuat masalah yang menuntut pemecahan dan keterampilan komputasi penjumlahan.

b. Definisi Operasional Variabel Terikat

Kemampuan Menyelesaikan soal Cerita Penjumlahan

Penjumlahan merupakan operasi hitung yang paling utama yang harus dipelajari siswa sebelum siswa mempelajari operasi hitung yang lainnya seperti pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kemampuan keterampilan komputasi siswa, dapat terlihat dari hasil tes sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan peningkatannya dapat dilihat dari hasil postest (setelah diberikan perlakuan).

Guru dapat memberikan alternatif cara dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan, yaitu dengan kegiatan kongkrit dan kegiatan semi kongkrit.

E. Instrumen Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data” (Sugiyono, 2009, hlm. 308)

(27)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, penulis sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrument) yang terjun ke lapangan, serta berusaha mengumpulkan sendiri informasi yang diperlukan. Adapun instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yaitu suatu rencana yang digunakan oleh peneliti sebelum melakukan pembelajaran, dan Tes Formatif digunakan untuk melengkapi RPP agar terlihat hasil evaluasi terhadap siswa.

b. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu obyek yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 203) bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.

(28)

40

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Tes

Tes yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes tertulis, berupa mengerjakan soal cerita, dimana siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan pembelajaran tentang pemecahan masalah soal cerita pada lembar tugas yang telah disediakan.

Tes ini diadakan untuk mengukur ada atau tidaknya kemampuan siswa sebagai subyek yang ditindak, serta untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa tersebut mulai dari tes kemampuan dasar (pretest) sampai tes pencapaian prestasi (postest).

Untuk mengukur sejauh mana pencapaian siswa setelah menerima materi, penulis menyajikan tes pencapaian prestasi (postest) pada akhir pembelajaran, yang terdiri dari 10 soal.

d. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu “pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan” (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984, hlm. 256).

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dimaksud adalah berupa dokumen hasil tes para siswa pada setiap siklus.

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan penyajian datanya dalam bentuk tabel. Menurut Budi Susetyo (2010, hlm. 4),

(29)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, teknik analisis data berasal dari tes tertulis (Lembar Kerja Siswa) yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran, adapun cara pengolahannya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

NA = Nilai akhir

Skor = Jumlah jawaban yang betul Skor ideal = Jumlah soal keseluruhan

Skor

(30)

51 Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas terhadap anak tunarungu di kelas D4 SLB BC Sukamandi Kabupaten Subang, mengenai penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam menyelesaikan soal cerita

penjumlahan pada pelajaran matematika, maka dapat disimpulkan bahwa: penerapan metode problem solving secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah soal cerita bagi anak tunarungu terhadap perhitungaan penjumlahan di kelas D4 SLB BC Sukamandi Kabupaten Subang.

Adapun keberhasilan kemampuan anak tunarungu kelas D4 dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan pada tiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan anak tunarungu dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan sebelum diterapkan metode problem solving, hasilnya dikategorikan kurang bahkan ada yang berpredikat kurang sekali.

2. Kemampuan anak tunarungu kelas D4 dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan setelah diterapkan metode problem solving pada siklus pertama sampai siklus ketiga hasilnya menunjukkan peningkatan, yaitu dimulai dari kategori cukup, baik, sampai dengan baik sekali.

3. Kemampuan anak tunarungu kelas D4 dalam menyelesaikan masalah soal cerita penjumlahan setelah diterapkannya metode problem solving peningkatannya sebesar 53,3 % dengan nilai rata-rata sebesar 8,1 dengan predikat sangat baik. Sehingga penelitian ini penulis anggap dan berkesimpulan telah cukup berhasil dengan baik.

(31)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah soal cerita penjumlahan pada anak tunarungu kelas D4 di SLB BC Sukamandi Kabupaten Subang, hendaknya dijadikan acuan bagi guru-guru untuk meneliti berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam pembelajaran tersebut dapat meningkat dengan baik.

(32)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anggoro, T.M. (2008). Metode penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anitah, S.W. (2008). Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bunawan, L. (2000). Penguasaan bahasa anak tunarungu. Jakarta: Yayasan santi Rama.

Delphi, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung: Refika Aditama.

Mulyasa. (2010). Penelitian tindakan kelas. Bandung: Rosda Karya.

Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Raharjo, M. (2008). Pembelajaran soal cerita berkait penjumlahan dan

pengurangan di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan

Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan bicara-bahasa. Bandung. San Grafika.

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Somantri, S.T. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama.

(33)

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wardhani, I.G.A.K. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Wena, M. (2011). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarsi, M. (2007). Intervensi dini bagi anak tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendidikan Tinggi. Dierktorat Ketenagaan.

http://pmat.uad.ac.id/metode-pemecahan- masalah-matematika

http://share.payoneer-affiliates.com/m/535965054

(34)

55

Andam Dewi, 2014

Penerapan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Penjumlahan pada Anak Tunarungu Kelas D 4 D I SLB BC Sukamandi

Gambar

Tabel I

Referensi

Dokumen terkait

Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan pendidikan/pembelajaran, serta menyusun bahan fasilitasi layanan pembelajaran, dan pendayagunaan sarana prasarana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik mengetahui manfaat hasil belajar pembuatan busana industri ditinjau dari kompetensi dasar konsep

(3) Jika pemegang hak atas tanah atau pemakai tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 tidak bersedia melakukan konsolidasi tanah atau tidak bersedia

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Penanaman Modal menyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh

PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD DI POS PAUD (Studi Deskriptif di Pos PAUD Melati 03 JayagiriLembang).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

semata-mata pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sekalipun secara formal berlaku resmi dalam kehidupan pemerintahan tetapi secara substansial UUD 1945 tidak lagi berfungsi

a) Kebijakan dividen yang diproksikan dengan variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai

Pada bagian Dasar Hukum disebutkan bahwa UU tersebut di antaranya mengacu kepada Pasal 27 jo 38 UUD Sementara 1950. Dalam satu kesatuan kedua pasal itu beserta penjelasan