SKRIPSI
OLEH
MELIANA
100406023
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
MELIANA
100406023
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI SDN 066049
BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Juli 2014
Nama Mahasiswa : Meliana
Nomor Pokok : 100406023
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Ir. Basaria Talarosha, MT
Koordinator Skripsi,
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc
Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, MT
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. Basaria Talarosha, M.T.
Anggota Komisi Penguji : 1. Yulesta Putra, S.T., M.Sc.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan sarjana teknik Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada:
a. Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T., selaku dosen pembimbing yang dengan
sepenuh hati telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis selama masa penelitian sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
b. Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc. dan Bapak Firman Eddy, S.T., M.T., selaku
dosen penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan yang
berharga kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.
c. Ir. N. Vinky Rahman, M.T. dan Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi.
d. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc. dan Pak Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D,
selaku dosen koordinator, serta seluruf staf pengajar Departemen Arsitektur
atas bimbingan selama masa perkuliahan.
e. Ibu Kepala Sekolah SDN 066048 dan Ibu Kepala Sekolah SDN 066049 yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut dan membantu jalannya penelitian.
f. Ibu Wali Kelas VA dan Ibu Wali Kelas III di SDN 066049 yang telah
membantu selama masa penelitian dengan memberikan izin dan
mengakomodasi tempat untuk melakukan penelitian, serta membimbing
g. Para staf pengurus dan staf pengajar yang lainnya di SDN 066049 yang turut
membantu dan memberikan support selama masa penelitian. Siswa-siswi kelas
VA dan kelas III yang telah membantu penulis melakukan penelitian dan
secara sukarela meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
h. Kedua orang tua penulis, Fransiskus dan Merry, adik penulis, Meliani dan
Felix Teodore, yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik dalam
bentuk moral maupun material kepada penulis selama masa perkuliahan
maupun penelitian.
i. Yuly Elizabeth Aryatnie, yang sudah meminjamkan salah satu alat ukur kepada
penulis dan pihak DIGILIFE, selaku pihak penjual salah satu alat ukur yang
digunakan penulis selama masa penelitian.
j. Semua sahabat dan teman-teman penulis, serta teman-teman sekelompok dosen
pembimbing, Jenny, Shara Chintia, dan Melia Oktiva yang telah membantu
penulis selama penelitian dan meminjamkan alat ukur kepada penulis, serta
Sherly Chandra yang juga membantu selama penyusunan skripsi ini.
k. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara moral maupun material, yang
tidak bisa disebutkan satu persatu dalam proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 14 Juli 2014
Penulis
ABSTRAK
Kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas dengan kondisi lingkungan, material, dan bukaan yang ada. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan pengukuran dan kuesioner kemudian dianalisa berdasarkan indeks PMV dan PPD. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VA dan kelas III di SDN 066049 (orientasi Timur–Barat), nilai PMV berkisar antara 0.17-2.17 dan PPD berkisar antara 6%-84% di kelas VA. Sedangkan, nilai PMV berkisar antara 0.22-2.28 dan PPD berkisar antara 6%-88% di kelas III. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua ruangan kelas tersebut tidak nyaman. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan solusi rancangan yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan termal kedua ruangan kelas secara optimal meskipun berorientasi Timur-Barat.
ABSTRACT
Thermal comfort can affect the performance of students in the classroom. Therefore, this study aims to determine the thermal comfort in the classroom with environmental conditions, materials, and existing ventilations. This research method is quantitative and descriptive done by measurement and distribution of the questionnaire and analyzed based on the PMV and PPD. Based on the results of research on class VA and class III in SDN 066049 (East-West orientation), the value of PMV and PPD ranged from 0.17 to 2.17 and 6%-84% in class VA. Meanwhile, the value of PMV and PPD ranged from 0.22 to 2.28 and 6%-88% in class III. From these results, it can be concluded that both classrooms are uncomfortable. This research can be continued to obtain design solutions that can improve the thermal comfort in both classrooms optimally though East-West oriented.
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Berpikir ... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kenyamanan Termal ... 5
2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal ... 5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal ... 5
2.1.3 Standar Kenyamanan Termal ... 11
2.2 Kenyamanan Termal di Dalam Ruang Kelas ... 13
2.2.1 Standar Ruangan Kelas untuk Tingkat Pendidikan Dasar ... 13
2.2.2 Hubungan Antara Kenyamanan Termal di Dalam Kelas dengan Kinerja Belajar Siswa ... 13
2.3 Kenyamanan Termal Pada Manusia ... 13
2.3.2 Tindakan Kenyamanan Termal Pada Manusia ... 17
2.4 Penelitian Terkait dengan Kenyamanan Termal di Sekolah ... 20
2.5 Sintesa Tinjauan Pustaka ... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Variabel Penelitian ... 23
3.3 Populasi/Sampel ... 23
3.4 Metode Pengumupulan Data ... 24
3.4.1 Data Primer ... 24
3.4.2 Data Sekunder ... 25
3.5 Kawasan Penelitian ... 25
3.5.1 Lokasi Penelitian ... 25
3.5.2 Objek Penelitian ... 30
3.5.2.1 Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049 ... 33
3.5.2.2 Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049 ... 39
3.6 Metode Analisis Data ... 46
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Hasil Penelitian di Ruang Kelas VA ... 47
4.1.2 Hasil Penelitian di Ruang Kelas III ... 54
4.2 Analisa Kenyamanan Termal ... 61
4.2.1 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas VA ... 61
4.2.2 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas III... 65
4.2.3 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III ... 69
BAB 5. KESIMPULAN ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
2.1 Transmitan konstruksi pada dinding bangunan (Latifah, N.L., Harry
Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...8
2.2 Batas kenyamanan termal menurut SNI 03-6572-2001 ...12
2.3 Nilai insulasi pakaian di dalam kelas (ASHRAE, 2009) ...16
3.1 Tabel data rinci mengenai SDN 066048 dan SDN 066049 (Sumber:
olah data) ...30
3.2 Tabel jenis material ruangan kelas di Gedung D, SDN 066049
(Sumber: olah data) ...32
3.3 Tabel mata pelajaran siswa kelas VA di Gedung D, SDN
066049(Sumber: olah data) ...34
3.4 Tabel spesifikasi alat ukur EXTECH Humidity+Temperature
Recorder42280(Sumber:http://www.extech.com/instruments/produc
3.7 Tabel spesifikasi alat ukur EXTECH Humidity +Temperature
RecorderRH520A220(Sumber:http://www.extech.com/instruments/
max min Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
4.2 Tabel data hasil pengukuran kecepatan angin max min Ruang Kelas
VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ... 51 4.3 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban
max min Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...55
4.4 Tabel data hasil pengukuran kecepatan angin max min Ruang Kelas
III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur –
Barat) (Sumber: Olah Data)...58
4.5 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban
max min Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...61
4.6 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban
max min Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...65
4.7 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas VA hari Sabtu, 3 Mei 2014(Sumber: Olah Data)...70
4.8 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas III hari Sabtu, 3 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...71
4.9 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas VA hari Senin, 5 Mei 2014(Sumber: Olah Data)...73
4.10 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas III hari Senin, 5 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...73
4.11 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
4.12 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas III hari Sabtu, 10 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...75
4.13 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas VA hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...78
4.14 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas III hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...78
4.15 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas VA hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...80
4.16 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas III hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...80
4.17 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
Ruang Kelas VA hari Selasa, 3 Juni 2014 (Sumber: Olah Data) ...83
4.18 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada
batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1.1 Diagram kerangka berpikir ...4
2.1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987
dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013) ... 7
2.2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran
bayangan angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana,
Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ... 8
2.3 Pengaruh perletakan massa bangunan terhadap aliran udara (Boutet,
1987 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya,
dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9
2.4 Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber:
Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry
Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9
2.5 Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang
(Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L.,
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9
2.6 Tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L.,
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...10
2.7 Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi
alami (Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry
Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...10
2.8 Jenis-jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi
matahari(Sumber:http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Sol
ar_Shading) ...11
2.9 Diagram Psikometrik (Sumber: Lippsmeier, 1997) ... 12
2.10 Nilai MET berbagai aktivitas untuk orang dewasa,dimana luas
2.12 Grafik hubungan antara PMV dan PPD (Sumber: ASHRAE, 2009) ...17
3.7 Lokasi Gedung E, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah
data) ...29
3.8 Lokasi SDN 066048 & SDN 066049 (Sumber: olah data) ...30
3.9 Lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya
3.14 Detail pintu dan jendela Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar
Raya (Sumber: olah data) ...32
3.15 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,
Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi
ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan lokasi
penelitian)(Sumber: olah data) ...33
3.16 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik
penelitian)(Sumber: olah data) ...33
3.17 Foto Ruangan Kelas VA di Gedung D, SDN 066046 (Sumber: olah
data) ...34
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 1 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...36
3.21 Lokasi titik ukur 1 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah
pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah
data) ...37
3.22 Foto lokasi titik ukur 2 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 2 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
3.23 Lokasi titik ukur 2 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah
pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian) (Sumber: olah
data) ...38
3.24 Foto lokasi titik ukur 3 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 3 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung ...38
3.25 Lokasi titik ukur 3 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah
pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah
data) ...38
3.26 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,
Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi
ruang kelas III pada gedung yang dijadikan lokasi
penelitian)(Sumber: olah data) ...39
3.27 Denah ruang kelas III di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik
penelitian)(Sumber: olah data) ...40
3.28 Foto Ruangan Kelas III di Gedung D, SDN 066046 (Sumber: olah
data) ...40
3.29 EXTECH Humidity+Temperature Recorder RH520A-220 (Sumber:
http://www.extech.com/instruments/product.asp?catid=37&prodid=
498) ...41
3.30 KRISBOW Flexible Thermo Anemometer KW06-562(Sumber:
3.31 Foto lokasi titik ukur 1 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 1 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...43
3.32 Lokasi titik ukur 1 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada
gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...44
3.33 Foto lokasi titik ukur 2 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 2 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...44
3.34 Lokasi titik ukur 2 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada
gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...45
3.35 Foto lokasi titik ukur 3 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada
gambar menunjukkan lokasi titik ukur 3 untuk thermo-hygrometer
dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan:
Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun
pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung ...45
3.36 Lokasi titik ukur 3 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada
gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...46
4.1 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,
Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi
ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan lokasi
penelitian)(Sumber: olah data) ...47
4.2 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik
4.3 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,
Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi
ruang kelas III pada gedung yang dijadikan lokasi
penelitian)(Sumber: olah data) ...54
4.4 Denah ruang kelas III di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar
Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik
penelitian)(Sumber: olah data) ...54
4.5 Grafik batas kenyamanan berdasarkan tingkat temperatur efektif
max Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya
(Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...64
4.6 Grafik batas kenyamanan berdasarkan tingkat temperatur efektif
max Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya
(Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...68
4.7 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
pada hari Sabtu, 3Mei 2014 (Sumber: Olah Data)...69
4.8 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
pada hari Senin, 5Mei 2014 (Sumber: Olah Data)...72
4.9 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
pada hari Sabtu, 10Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ... 74
4.10 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
pada hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...77
4.11 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
pada hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...79
4.12 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
ABSTRAK
Kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas dengan kondisi lingkungan, material, dan bukaan yang ada. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan pengukuran dan kuesioner kemudian dianalisa berdasarkan indeks PMV dan PPD. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VA dan kelas III di SDN 066049 (orientasi Timur–Barat), nilai PMV berkisar antara 0.17-2.17 dan PPD berkisar antara 6%-84% di kelas VA. Sedangkan, nilai PMV berkisar antara 0.22-2.28 dan PPD berkisar antara 6%-88% di kelas III. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua ruangan kelas tersebut tidak nyaman. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan solusi rancangan yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan termal kedua ruangan kelas secara optimal meskipun berorientasi Timur-Barat.
ABSTRACT
Thermal comfort can affect the performance of students in the classroom. Therefore, this study aims to determine the thermal comfort in the classroom with environmental conditions, materials, and existing ventilations. This research method is quantitative and descriptive done by measurement and distribution of the questionnaire and analyzed based on the PMV and PPD. Based on the results of research on class VA and class III in SDN 066049 (East-West orientation), the value of PMV and PPD ranged from 0.17 to 2.17 and 6%-84% in class VA. Meanwhile, the value of PMV and PPD ranged from 0.22 to 2.28 and 6%-88% in class III. From these results, it can be concluded that both classrooms are uncomfortable. This research can be continued to obtain design solutions that can improve the thermal comfort in both classrooms optimally though East-West oriented.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi tingkat
kenyamanan di dalam ruangan adalah kenyamanan termal. Kenyamanan termal
merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat
mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989).
Berdasarkan hasil penelitian Fanger (1973) dalam Rahmadani (2011), 90% waktu
manusia setiap harinya dihabiskan untuk beraktivitas di dalam ruangan, seperti
tidur, makan, belajar, bekerja, dan sebagainya, kecuali untuk orang yang pekerja
lapangan. Hal ini menyebabkan banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui bagaimana ruangan yang nyaman bagi penggunanya.
Dalam melaksanakan aktivitas, manusia umumnya menginginkan kondisi
yang nyaman (Rahmadani, 2011), khususnya nyaman secara termal. Hal ini juga
berlaku untuk ruangan kelas, karena kenyamanan termal dapat mempengaruhi
kinerja siswa di dalam kelas (Foong, 2008). Hal ini disebabkan kondisi panas
yang berlebih dapat mengakibatkan rasa letih, kantuk, dan meningkatkan jumlah
angka kesalahan kerja (Grandjean, 1986 dalam Rahmadani, 2011). Oleh karena
itu, kenyamanan termal di dalam ruangan kelas sangat penting untuk diperhatikan.
Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kenyamanan
termal di dalam ruangan, yaitu faktor lingkungan dan faktor individu (ASHRAE,
2009). Faktor lingkungan terdiri atas empat faktor, yakni temperatur udara,
temperatur radiant, kelembaban, dan kecepatan angin. Faktor individu terdiri atas
dua faktor, yakni tingkat metabolisme tubuh (aktivitas) dan pakaian. Dalam hal
ini, faktor lingkungan kondisi kelas, aktivitas para siswa, dan seragam yang
dikenakan dapat mempengaruhi kenyamanan termal di dalam kelas. Daerah
kenyamanan untuk daerah tropis berkisar (SNI T03-6572-2001) :
a. Sejuk nyaman (20.5 ºC TE- 22.8 ºC TE)
c. Hangat nyaman (25.8 ºC TE- 27.1 ºC TE)
Salah satu metode untuk menentukan kenyamanan termal bagi pengguna
ruangan adalah PMV dan PPD. PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted
Precentage of Dissatisfied) merupakan indeks kenyamanan termal yang
diperkenalkan oleh Professor Fanger dari University of Denmark (Rahmadani,
2011). PMV merupakan nilai rata-rata yang menggambarkan bagaimana sensasi
termal yang dirasakan penghuni terhadap ruangan yang ditempatinya. PMV
mengindikasikan sensasi dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia dengan
tujuh skala, yakni -3 (sangat dingin), -2 (dingin), -1 (sejuk), 0 (netral), +1
(hangat), +2 (panas), serta +3 (sangat panas). PPD merupakan persentase
banyaknya penghuni yang merasa tidak puas dengan kondisi termal ruangan yang
ditempati. PMV dan PPD ini dapat dihasilkan dari pengukuran maupun kuesioner
kenyamanan termal.
Aktivitas utama yang dilakukan di dalam ruangan kelas adalah belajar.
Menurut Marsidi dan Ch. Desi Kusmindari (2009) dalam Rahmadani (2011),
salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses belajar
mengajar adalah lingkungan belajar, tempat terjadinya proses belajar mengajar,
dimana salah satu variabel yang menjadi pertimbangan adalah kondisi iklim di
dalam ruangan kelas. Oleh karena itu, penelitian terhadap kenyamanan termal
dengan objek ruangan kelas dan penggunanya sangat penting untuk dilakukan,
karena dengan adanya penelitian ini, akan diketahui bagaimana tingkat
kenyamanan termal di dalam ruangan kelas. Penelitian ini juga dapat dijadikan
dasar untuk rekomendasi perbaikan ruangan kelas atau pengkondisian udara di
dalam ruangan untuk memberikan ruangan yang nyaman bagi para siswa,
sehingga kinerja belajar mereka pun semakin meningkat.
1.2Perumusan Masalah
Mengetahui tingkat kenyamanan termal yang dirasakan para siswa di
dalam ruangan kelas berdasarkan PMV dan PPD dari hasil pengukuran maupun
Lingkup penelitian ini berupa pengukuran pada temperatur efektif dan
pembagian kuesioner kenyamanan termal. Kriteria kelas yang menjadi lokasi
penelitian adalah kelas yang berada di bagian ujung bangunan (bidang yang
terkena paparan panas paling banyak) dan kelas yang berada di tengah bangunan
(di antara ruangan-ruangan lain). Penelitian ini dilakukan pada salah satu
orientasi bangunan, yaitu orientasi timur-barat, karena penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kenyamanan termal pada kondisi ruangan yang ekstrim
(orientasi timur-barat lebih panas dibandingkan orientasi utara-selatan).
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan
termal ruangan kelas, khususnya sekolah dasar negeri dengan kondisi lingkungan,
material, dan jenis bukaan yang ada. Tingkat kenyamanan termal dievaluasi
berdasarkan indeks PMV dan PPD dari hasil pengukuran maupun kuesioner.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan sekolah dalam
meningkatkan kualitas ruangan kelas atau mengkondisikan ruangan kelas yang
kurang nyaman demi meningkatkan kinerja belajar siswa.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini mendeskripsikan tingkat kenyamanan termal yang dirasakan
para siswa di dalam ruangan dengan kondisi lingkungan, jenis bukaan, dan
material bangunan yang ada di sekolah dasar negeri yang menjadi lokasi
penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian
selanjutnya untuk mendapatkan kenyamanan termal yang sesuai dengan
1.5 Kerangka Berpikir
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kenyamanan Termal
2.1.1Definisi Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang
menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2011). Menurut
Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman
dan menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan termal merupakan suatu
keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan
dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Sementara itu, menurut
Mclntyre (1980), manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak merasa
perlu untuk meningkatkan ataupun menurunkan suhu dalam ruangan. Olgyay
(1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia
dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam
mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut ASHRAE
(2009), kenyamanan termal adalah suatu kondisi dimana ada kepuasan terhadap
keadaan termal di sekitarnya.
2.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal
Menurut Fanger (1982), kenyamanan termal mengacu pada tingkat
metabolisme manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan, insulasi pakaian,
temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Sementara
itu menurut Humphreys dan Nicol (2002), ada dua kelompok variabel yang
mempengaruhi kenyamanan termal, yaitu yang pertama adalah variabel fisiologis
atau pribadi manusia itu sendiri yang meliputi metabolisme tubuh, pakaian yang
dikenakan, dan aktivitas yang dilakukan, dan yang kedua adalah variabel iklim
Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara,
radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman,
bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban
udara, kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.
a. Temperatur udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur
udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Manusia dikatakan
nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu
daerah dengan daerah lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya
beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat,
arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.
b. Temperatur radiant
Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara,
sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara
dengan jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur
tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni
radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin, kerapatan udara,
serta suhu.
d. Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar
atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin
dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa
e. Insulasi Pakaian
Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruhi
kenyamanan termal. Salah satu cara manusia untuk dapat beradaptasi dengan
keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah dengan cara berpakaian.
Misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim panas dan pakaian tebal di
musim dingin. Pakaian juga dapat mengurangi pelepasan panas tubuh.
f. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme tubuhnya.
Semakin tinggi intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula
peningkatan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga makin besar
energi dan panas yang dikeluarkan.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal
ruangan dari segi arsitektural (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013), yakni :
a. Desain Bangunan
Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat merupakan
bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya, 1980).
Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas
dibandingkan dengan orientasi lainnya. Selain orientasi terhadap matahari,
orientasi terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal,
karena orientasi tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam ruangan
(Boutet, 1987) (Gambar 2.1). Dimensi dan bentuk dari suatu bangunan juga
dapat mempengaruhi lebar bayangan angin (Boutet, 1987) (Gambar 2.2).
Gambar 2.1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987 dalam Latifah,
Gambar 2.2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran bayangan angin
(Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013)
Radiasi panas matahari masuk melalui proses konduksi pada material
bangunan (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013). Panas tersebut dapat masuk ke dalam ruangan melalui
dinding, atap, ataupun kaca jendela (Tabel 2.1). Perletakan massa bangunan
yang berpola seperti papan catur akan membuat aliran udara lebih merata.
Perletakan massa bangunan yang berpola sejajar akan menciptakan pola
lompatan aliran udara yang tidak biasa dengan kantung turbulensinya(Boutet,
1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013) (Gambar 2.3).
Tabel 2.1 Transmitan konstruksi pada dinding bangunan (Latifah, N.L., Harry Perdana,
Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
NO. Tipe Konstruksi Transmitan, U
(W/m2DegoC)
1. Batu bata diplester kedua sisi, tebal 144 mm 3,24
2. Batu bata tidak diplester, tebal 228 mm 2,67
3. Batu bata diplester kedua sisi, tebal 228 mm 2,44
Gambar 2.3 Pengaruh perletakan massa bangunan terhadap aliran udara (Boutet, 1987 dalam
Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
b. Desain Bukaan
Perletakan dan orientasi inlet berada pada zona bertekanan positif, sedangkan
outlet berada pada zona bertekanan negatif. Inlet dapat mempengaruhi
kecepatan dan pola aliran udara di dalam ruangan, sedangkan pengaruh outlet
hanya pengaruh kecil saja (Mclaragno, Michele, 1982 dalam Latifah, N.L.,
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) (Gambar
2.4). Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan dan
mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus
terjadi cross ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan
(Gambar 2.5).
Gambar 2.4 Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald
P.M. Siahaan, 2013)
Gambar 2.5 Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang (Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013)
Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap inlet, maka kecepatan angin
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013). Tipe
bukaan yang berbeda akan memberikan sudut pengarah yang berbeda pula
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang (Gambar 2.6).
Gambar 2.6 Tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana,
Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
c. Pengaruh Luar
Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas
matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
White R.F (dalam Egan, 1975 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung
Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013), semakin jauh jarak pohon dari
suatu bangunan, maka pergerakan udara di dalam bangunan yang tercipta akan
menjadi lebih baik (Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi alami (Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013)
d. Pelindung Terhadap Radiasi Matahari
Apabila orientasi bangunan harus Timur Barat, maka jendela-jendela yang
berada di sisi ini harus dilindungi dari radiasi panas dan dari efek silau yang
muncul pada saat sudut matahari rendah yang dapat mengganggu aktivitas di
dalam ruangan. Berikut ini adalah elemen arsitektur yang sering digunakan
sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading devices) (Gambar
Gambar 2.8 Jenis - jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (Sumber: http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Solar_Shading)
2.1.3Standar Kenyamanan Termal
Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut:
Suhu 26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat.
Suhu 26°C TE–30°C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai
menurun.
Suhu 33,5°C TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar.
Suhu 35°C TE–36°C TE : Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi.
Temperatur dalam ruangan yang sehat berdasarkan MENKES
NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar antara
18°C-26°C. Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI
03-6572-2001, ada tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tiga
Tabel 2.2 Batas kenyamanan termal menurut SNI 03-6572-2001
ditunjukkan oleh termometer. Temperatur Efektif (TE) sudah menggabungkan
faktor–faktor berupa temperatur udara, kelembaban udara relatif (RH), kecepatan
udara (V) serta radiasi yang didapat dengan menggunakan panduan diagram
psikometrik (Gambar 2.9).
2.2Kenyamanan Termal di Dalam Ruangan Kelas
2.2.1Standar Ruangan Kelas untuk Tingkat Pendidikan Dasar
Berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, ada beberapa ketentuan
untuk ruangan kelas untuk tingkat pendidikan dasar, yaitu kapasitas maksimum
siswa di dalam kelas adalah 28 orang, dimana rasio minimum luas ruang kelas
adalah 2 m2/siswa. Namun, menurut aplikasi Dapodik yang terbaru, kapasitas
maksimum siswa di dalam kelas adalah 32 orang dan minimumnya adalah 20
orang. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa ruang kelas sudah mengalami
perluasan dan pertimbangan mengenai sirkulasi siswa di dalam ruangan.
2.2.2Hubungan Antara Kenyamanan Termal di Dalam Kelas dengan
Kinerja Belajar Siswa
Menurut Karimpanah (2007) dalam Foong (2008), kenyamanan termal dan
kualitas udara dalam ruangan kelas yang baik dapat memberi pengaruh positif
tidak hanya pada kesehatan para siswa di dalamnya tetapi juga dapat membantu
meningkatkan konsentrasi dan kinerja belajar siswa. Ketidakpuasan secara termal
seperti ruangan kelas yang terasa panas atau dingin dapat diasosiasikan ke dalam
stress fisik (secara termal) dan dapat menyebabkan para siswa di dalamnya
menjadi sakit atau kurang berkonsentrasi (Paulo, 2004 dalam Foong, 2008). Oleh
karena itu, kenyamanan termal di dalam kelas penting untuk diperhatikan karena
kepadatan siswa yang tinggi di dalam kelas dapat memberi pengaruh negatif
terhadap kinerja belajar siswa (Foong, 2008).
2.3Kenyamanan Termal Pada Manusia
2.3.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Pada
Manusia
Menurut Levin (1995), tingkat kenyamanan termal pada manusia
berbeda-beda, sehingga tidak mungkin membuat semua orang merasa nyaman sesuai
dengan tingkat kenyamanan termal masing-masing orang. Hal ini merupakan
tantangan bagi arsitek, insinyur, dan operator bangunan adalah untuk merancang
sebagian kecil saja penghuni yang merasa tidak nyaman. Para desainer harus
menentukan rentang kondisi termal yang dapat diterima dan kemudian
memutuskan bagaimana untuk mempertahankan kondisi tersebut. Dalam
menentukan rentang yang dapat diterima, penting untuk mengetahui berapa
banyak penghuni yang akan merasa tidak nyaman pada setiap suhu tertentu dan
berapa banyak akan merasa tidak nyaman bahkan pada suhu optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada manusia dibagi menjadi tiga
faktor utama (Auliciems dan Szokolay, 2007), yaitu :
a. Lingkungan
Kenyamanan termal di lingkungan sekitar manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban, serta radiasi.
Temperatur udara merupakan faktor lingkungan yang paling penting.
Temperatur ini merupakan temperatur udara kering (dry bulb temperature)
yang akan menentukan penyaluran panas bersama dengan pergerakan udara.
Pergerakan udara yang diukur dengan kecepatannya (v, dalam m/s) dapat
membantu agar permukaan tubuh dapat beradaptasi terhadap kenaikan suhu
lebih cepat dan mempengaruhi penguapan air dari kulit, sehingga memberikan
efek pendinginan. Kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat penguapan.
Hal ini dapat dinyatakan dengan kelembaban relatif (RH,%). Pertukaran
radiasi akan bergantung pada suhu rata-rata dari permukaan sekitarnya, yang
disebut sebagai suhu radiasi rata-rata (MRT) atau adanya radiasi satu arah
yang kuat, misalnya dari matahari.
b. Individu
Setiap manusia mengeluarkan panas. Panas yang keluar dari dalam tubuh
manusia dipengaruhi oleh tingkat metabolisme tubuh dan jenis pakaian yang
dikenakan. Tingkat metabolisme merupakan panas yang dihasilkan di dalam
tubuh selama beraktivitas. Semakin banyak melakukan aktivitas fisik, semakin
banyak panas yang dihasilkan. Semakin banyak panas yang dihasilkan tubuh,
semakin banyak panas yang perlu dihilangkan agar tubuh tidak mengalami
overheat. Metabolisme diukur dalam MET (dimana 1 MET=58 W/m2).
dalam kenyamanan termal dengan tingkat aktivitas 1 MET akan memiliki heat
loss kira-kira 100 W. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, pengukuran
tingkat metabolisme tubuh sebaiknya dilakukan paling lama 1 jam terakhir.
Berikut adalah tingkat metabolisme dari beberapa aktivitas berdasarkan
ASHRAE (2009) (Gambar 2.10).
Gambar 2.10 Nilai MET berbagai aktivitas untuk orang dewasa, dimana luas permukaan
tubuh orang dewasa 70 kg = 1,7 m2(Sumber: ASHRAE, 2009)
Pakaian merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi
pembuangan panas. Satuan nilai insulasi pakaian yang dipakai dalam studi
kenyamanan termal adalah Clo. Hal ini terkait dengan penutup isolasi seluruh
tubuh dari transmitansi (U-value) sebesar 6,45 W/m²K (yaitu resistensi dari
0.155 m² K /W). 1 clo adalah nilai isolasi dari setelan bisnis normal dan
pakaian dalam dari kapas. Berikut adalah nilai insulasi pakaian berdasarkan
Gambar 2.11 Nilai insulasi pakaian (Sumber: ASHRAE, 2009)
Adapun tingkat metabolisme (nilai MET) untuk aktivitas belajar di dalam
kelas adalah 1.2 met dengan luas permukaan tubuh manusia 1.7 m2. Namun,
menurut ter Mors, S., Hensen J. L. M., Loomans, M., dan Boerstra, A. (2011)
nilai met untuk aktivitas belajar adalah 1.789 met. Angka ini didapat dari
penyesuaian terhadap luas permukaan tubuh anak umur 7-10 tahun yakni 1.14
m2. Sedangkan, untuk nilai insulasi pakaian di dalam kelas (seragam sekolah)
mengacu pada ASHRAE (2009) (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Nilai insulasi pakaian di dalam kelas (ASHRAE, 2009)
Jenis Pakaian Nilai Insulasi Pakaian
Celana dalam 0.06 clo
Baju dalam 0.06 clo
Baju 0.09 clo
Celana dan rok 0.11 clo
Kaos kaki 0.03 clo
Sepatu 0.01 clo
Total 0.43 clo
c. Faktor lain yang turut berkontribusi
Tingkat metabolisme tubuh manusia selain dipengaruhi oleh aktivitas dan
(adaptasi tubuh terhadap lingkungan sekitar), bentuk tubuh, tingkat
kegemukan, umur dan jenis kelamin, serta kondisi kesehatan tubuh. Makanan
dan minuman yang sehat dan bergizi dapat meningkatkan metabolisme tubuh.
Aklimatisasi menyebabkan tubuh bekerja lebih keras untuk menyesuaikan
dengan lingkungan sekitar, sehingga metabolisme tubuh menjadi meningkat.
Teori Sheldon dalam Polinggapo (2013) membagi bentuk tubuh manusia
menjadi tiga, yaitu endomorph, mesomorf, dan ektomorf. Endomorf adalah
manusia yang bentuk tubuhnya bulat dan biasanya bertubuh besar. Tingkat
metabolisme dalam tubuh dengan bentuk seperti ini sangat rendah. Mesomorf
adalah manusia yang bentuk tubuhnya ideal. Tingkat metabolisme dalam
tubuhnya cenderung normal. Ektomorf adalah manusia yang bentuk tubuhnya
kurus. Tingkat metabolisme dalam tubuh dengan bentuk seperti ini sangat
tinggi. Umur dan jenis kelamin yaitu tingkat metabolisme anak-anak lebih
tinggi daripada orang dewasa dan tingkat metabolisme laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Dari segi kondisi kesehatan, orang yang sakit lebih
tinggi daripada orang sehat.
2.3.2Tindakan Kenyamanan Termal Pada Manusia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fanger (1982) yang dikutip di
dalam Susanti dan Aulia (2013) adalah pengukuran tingkat kenyamanan termal
pada manusia menggunakan dua metode statistik yaitu skala PMV (Predicted
Mean Vote) dan PPD (Predicted Percentage Dissatisfied). Berikut adalah grafik
PMV-PPD berdasarkan ASHRAE (2009) (Gambar 2.12).
Predicted Mean Vote (PMV) merupakan skala untuk mengindikasikan rasa
dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia. Nilai PMV (Predicted Mean
Vote) menentukan rentang sensasi temperatur yang dirasakan orang terhadap
lingkungan di sekitarnya. Indeks PMV ini berkisar dari -3 (sangat dingin) sampai
dengan +3 (sangat panas). Nilai nol adalah netralitas termal, bukan kenyamanan
termal. Setelah faktor lingkungan dan faktor subyektif diukur, maka untuk sensasi
termal untuk tubuh secara keseluruhan dapat diprediksi dengan cara menghitung
indeks PMV (Susanti dan Aulia, 2013), yang didasarkan pada keseimbangan
panas dari tubuh manusia, yang diberikan oleh persamaan di bawah ini:
PMV = 0,303e-0,036M + 0.028x [(M–W) – 3.05 x 10-3 {5733– 6.99 (M-W)- Pa} –
M : Tingkat aktivitas (W/m2)
W : Aktivitas luar (W/m2), 0 untuk sebagian besar aktivitas
fcl : Rasio permukaan tubuh orang ketika berpakaian dan tidak berpakaian
tcl : Temperatur permukaan pakaian (oC)
V : Kecepatan aliran udara (m/s)
Sedangkan, PPD (Predicted Percentage Dissatisfied) merupakan
apabila indeks PMV yang dirasakannya adalah -3 (sangat dingin), -3 (dingin), +2
(panas), dan +3 (sangat panas). Semakin besar persentase PPD, maka semakin
banyak penghuni yang merasa tidak puas. Fanger (1982) di dalam Susanti dan
Aulia (2013), menghubungkan nilai PMV dan PPD seperti yang diberikan oleh
persamaan di bawah ini:
PPD = 100 –95 exp – (10.03353PMV4+ 0,2179 PMV2)
Dalam menyelesaikan persamaan PMV dan PPD membutuhkan program
komputer karena nilai hc dan tcl saling bergantung (Satwiko, 2009). Salah satu
program tersebut yaitu CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 (Gambar
2.13). Program ini menghasilkan nilai PMV dan PPD berdasarkan data-data yang
dimasukkan. Data-data tersebut berupa temperatur udara, temperatur radiant,
kecepatan angin, kelembaban relatif, nilai insulasi pakaian (clo), serta nilai
metabolisme (met). PMV dan PPD yang dihasilkan mengacu pada ASHRAE-55.
Gambar 2.13 CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 (Sumber:
2.4Penelitian Terkait dengan Kenyamanan Termal di Sekolah
Penelitian mengenai kenyamanan termal di sekolah sudah dilakukan di
beberapa tahun terakhir. Sekolah yang diteliti pun cukup beragam baik dari segi
tingkat pendidikan, lokasi sekolah, serta tujuan di balik penelitian tersebut.
Penelitian tersebut ada yang memaparkan kondisi kenyamanan termal ruangan
kelas di suatu sekolah dan ada pula yang membandingkan kenyamanan termal
ruang kelas di sekolah yang satu dengan yang lainnya. Metode penelitian yang
digunakan pun berbeda-beda, yakni melalui pengukuran dan atau pembagian
kuesioner. Adapun beberapa penelitian mengenai kenyamanan termal di sekolah
adalah sebagai berikut.
a. Field study on thermal comfort in a UK primary school (Teli, Jentsch,
James, dan Bahaj, 2012)
Penelitian mengenai kenyamanan termal ini dilakukan di sekolah dasar di
Southampton, UK. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April sampai Juli
2011. Penelitian ini dilakukan di semua kelas di sekolah dasar tersebut yakni
delapan kelas dengan total jumlah siswa sekitar 230 orang. Metode penelitian
ini menggunakan metode pengukuran dan kuesioner kenyamanan termal.
Pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat di tengah-tengah ruangan kelas
dan jauh dari sumber-sumber panas. Kemudian, hasil PMV dan PPD dari
kuesioner penelitian tersebut dibandingkan dengan standar ISO 773O dan EN
15251 yang mengacu pada tingkat kenyamanan orang dewasa. Hasil dari
penelitian ini yaitu anak-anak memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda
dengan orang dewasa. Anak-anak umumnya merasakan sensasi termal yang
lebih hangat dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan tingkat
metabolisme tubuh yang lebih tinggi, kesempatan untuk beradaptasi dengan
kondisi termal yang terbatas, anak-anak juga melakukan aktivitas di luar kelas
yakni bermain, berbeda dengan orang dewasa yang hanya berada di dalam
ruangan saja, serta dari segi adaptasi termal melalui pakaian, tindakan yang
dilakukan anak-anak lebih terbatas karena ada ketentuan pakaian seragam dari
b. Evaluasi kenyamanan termal ruang sekolah SMA negeri di kota Padang
(Susanti dan Aulia, 2013)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan sensasi kenyamanan
termal di sekolah SMA negeri di kota Padang. Penelitian ini dilakukan di
sebelas sekolah dimana masing-masing sekolah mewakili sebelas daerah di
kota Padang. Dalam menentukan tingkat kenyamanan termal di sekolah
tersebut, metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pengukuran dan
kuesioner. Pengukuran menggunakan alat yang diletakkan di tengah-tengah
ruangan dan di setiap ujung ruangan. Pengukuran dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan
angin, serta kelembaban relatif. Kemudian, hasil pengukuran dihitung untuk
mendapatkan nilai PMV dan PPD. PMV dan PPD dari pengukuran akan
dibandingkan dengan PMV dan PPD dari individual vote kuesioner
kenyamanan termal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah para siswa dari
kesebelas sekolah SMA negeri di kota Padang merasa tidak nyaman secara
termal, sehingga perlu adanya pengkondisian udara buatan atau penambahan
elemen arsitektur untuk mengurangi radiasi panas di dalam kelas.
c. Adaptive thermal comfort in primary school classrooms: Creating and
validating PMV-based comfort charts (ter Mors, S., Hensen J. L. M.,
Loomans, M., dan Boerstra, A., 2011)
Penelitian ini dilakukan di ketiga sekolah yang berbeda di Belanda. Penelitian
ini dilakukan selama 24 hari di ketiga musim, yaitu di musim dingin, musim
semi, dan musim panas tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan yaitu
melalui pengukuran dan kuesioner. Pengukuran menggunakan alat yang
diletakkan di tengah-tengah ruangan . Pengukuran dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan
angin, serta kelembaban relatif. Kemudian, hasil pengukuran dihitung untuk
mendapatkan nilai PMV dan PPD. PMV dan PPD dari pengukuran akan
dibandingkan dengan PMV dan PPD dari kuesioner kenyamanan termal.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil kalkulasi dari PMV model tidak
Hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa anak-anak umumnya menginginkan
temperatur yang lebih rendah dari temperatur yang diprediksikan PMV model.
2.5Sintesa Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dijelaskan bahwa kenyamanan
termal di dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni temperatur
udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi, dan dari penghuninya sendiri.
Kenyamanan termal juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari arsitektural, seperti
desain bangunan, desain bukaan, shading devices, dan faktor eksternal seperti
vegetasi. Tingkat kenyamanan termal dalam suatu ruangan seperti ruang kelas
dapat ditentukan dari indeks PMV dan PPD. Kriteria ruangan kelas ditentukan
dalam standar Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Evaluasi kenyamanan termal
terhadap ruangan kelas yang ada penting untuk dilakukan untuk mengetahui
apakah ruang kelas tersebut sudah nyaman atau tidak. Hal ini dikarenakan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, kondisi lingkungan di dalam kelas haruslah
diperhatikan, terutama dari segi kenyamanan termal. Sebab, kenyamanan termal
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
kenyamanan termal ruangan kelas ini dilakukan dengan pengukuran dan
pembagian kuesioner. Hasil dari pengukuran dan kuesioner akan dipaparkan
secara deskriptif untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas
SDN 066049. Adapun penelitian ini menggunakan alat ukur thermo-hygrometer
untuk mengukur temperatur dan kelembaban dan menggunakan alat ukur
anemometer untuk mengukur kecepatan angin di dalam ruangan. Penelitian ini
menggunakan alat ukur yang berbeda resolusi dan tanpa dikalibrasi karena
perbedaan angka ketelitian antara satu alat dengan yang lain tidak terlalu
signifikan.
3.2Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kondisi kelas dimana yang
dibedakan berdasarkan posisi ruangan terhadap bangunan.
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah ukuran ruangan kelas, kondisi kelas
(perabot, bukaan, dan sebagainya), dan orientasi bangunan di mana terdapat
kelas yang menjadi lokasi penelitian.
3.3Populasi/Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kelas-kelas di SDN 066049.
Sampel di dalam penelitian ini merupakan kelas yang berada di bangunan
berorientasi timur-barat, karena penelitian ini merupakan evaluasi kenyamanan
menjadi sampel terdiri atas dua ruangan, yaitu kelas yang berada di tengah
bangunan dan di ujung bangunan. Hal ini dikarenakan bidang yang terkena
paparan panas berbeda, sehingga diambil sampel masing-masing satu kelas yang
memiliki kondisi tersebut.
3.4Metode Pengumpulan Data
3.4.1Data Primer
Data primer merupakan data sekolah yang bersumber dari observasi
lapangan dan pengukuran. Data tersebut berupa denah dan tampak bangunan
sekolah, data temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin dalam ruangan kelas,
serta data hasil kuesioner. Adapun metode pengumpulan data primer di penelitian
ini adalah sebagai berikut.
a. Pengukuran temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan kelas
dilakukan dengan menggunakan thermo-hygrometer.
b. Pengukuran kecepatan angin di dalam ruangan kelas dilakukan dengan
menggunakan anemometer.
c. Pengukuran dilakukan pada saat jam efektif belajar sekolah, yakni dimulai
dari pukul 07.30-12.00 WIB, kecuali pada hari Jumat dan Sabtu yang waktu
efektif belajarnya lebih singkat dari hari lainnya.
d. Pengukuran dilakukan secara bersamaan di kedua kelas dan di titik yang sama
dan berlangsung selama satu minggu.
e. Posisi pengukuran ada tiga titik di masing-masing ruangan kelas.
f. Pembagian kuesioner dilakukan setelah satu minggu waktu pengukuran.
Pembagian kuesioner dilakukan dalam satu hari saja pada jam-jam tertentu
dimana rentang temperaturnya berada di sejuk nyaman, nyaman optimal, dan
hangat nyaman.
g. Butir pertanyaan kuesioner yang diajukan mengacu pada kuesioner penelitian
3.4.2Data Sekunder
Data sekunder merupakan data sekolah yang bersumber dari pencarian di
internet dan wawancara. Data tersebut berupa data mengenai SDN 066049, yakni
lokasi site dan data rinci mengenai masing-masing sekolah, serta jumlah ruangan.
3.5Kawasan Penelitian
3.5.1Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 066049 di jalan Mawar Raya Kelurahan
Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia. Kriteria pemilihan lokasi penelitian
ini yakni lokasi penelitian dimana merupakan sekolah dasar negeri berada dalam
kawasan permukiman, berada di jalan lingkungan sehingga intensitas lalu lalang
kendaraan di dekat lokasi penelitian cenderung rendah, dan di dalam lokasi
penelitian tersebut terdapat kelas-kelas yang berada dalam kondisi ekstrem
(panas). SDN 066049 berada dalam lokasi yang sama dengan SDN 066048.
Kedua SDN ini berada di jalan Mawar Raya. Bahkan terdapat kelas-kelas
dari masing-masing sekolah yang tergabung dalam satu bangunan. Kedua SDN ini
merupakan sekolah dengan massa bangunan yang terdiri dari 5 massa bangunan
berlantai satu, yaitu massa bangunan kantor dan kelas SDN 066048, massa
bangunan perpustakaan dan musholla SDN 066048, massa bangunan kelas
gabungan antara SDN 066048 dan SDN 066049, massa bangunan kelas SDN
066049, dan massa bangunan kantor SDN 066049. Berikut ini akan diuraikan
Gambar 3.1 Lokasi penelitian (yang diberi tanda kotak kuning pada gambar)
(Sumber: https://maps.google.com/)
Gambar 3.2 Keymap lokasi penelitian SDN 066049 di Jalan Mawar Raya
(Sumber: olah data)
DOMINASI PERUMAHAN
PENDUDUK DOMINASI
Secara garis besar, Gedung D yang menjadi objek penelitian merupakan
bangunan berlantai 1 yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Perumahan penduduk
Sebelah Selatan : Lapangan sekolah
Sebelah Timur : Perumahan penduduk
Sebelah Barat : Perumahan penduduk
Gedung D merupakan bangunan kelas SDN 066049 yang merupakan
lokasi gedung dimana terdapat dua kelas yang akan menjadi objek penelitian.
Berikut ini akan diuraikan pembagian massa-massa bangunan di lokasi penelitian
(SDN 066048 dan 066049), meliputi:
a. Gedung A (massa bangunan SDN 066048), merupakan massa bangunan satu
lantai, yang terdiri dari :
R. Kantor, uk. 5,3 x 7,5
R. Kelas VI, 45 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas V, 42 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IVA, 32 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IVB, 28 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IIIA, 29 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IIIB, 31 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IIA, 30 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IIB, 28 orang, uk. 7,5 x 7,8
b. Gedung B (massa bangunan SDN 066048), merupakan massa bangunan
satu lantai, yang terdiri dari :
R. Musholla, uk. 5 x 7
R. Perpustakaan, uk. 7 x 8,5
Gambar 3.4 Lokasi Gedung B, SDN 066048 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
c. Gedung C (massa bangunan SDN 066048 dan SDN 066049), merupakan
massa bangunan satu lantai, yang terdiri dari :
R. Kelas IA, SDN 066048, 24 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IB, SDN 066048, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas I, SDN 066049, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas II, SDN 066049, 36 orang, uk. 7,5 x 7,8
Gambar 3.5 Lokasi Gedung C, SDN 066048 dan SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber:
olah data)
d. Gedung D (massa bangunan SDN 066049), merupakan massa bangunan
satu lantai, yang terdiri dari :
R. Kelas VIB, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas VA, 29 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas VB, 26 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas IV, 38 orang, uk. 7,5 x 7,8
R. Kelas III, 40 orang, uk. 7,5 x 7,8
Gambar 3.6 Lokasi Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
e. Gedung E (massa bangunan SDN 066049), merupakan massa bangunan satu
lantai dimana terdapat kantor kepala sekolah SDN 066049.
Gambar 3.7 Lokasi Gedung E, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
f. Titik F (SDN 066048 dan SDN 066049), merupakan lapangan sekolah milik
Gambar 3.8 Lokasi SDN 066048 & SDN 066049 (Sumber: olah data)
Berikut ini diuraikan data rinci dari masing-masing SDN, yaitu:
Tabel 3.1 Tabel data rinci mengenai SDN 066048 dan SDN 06049 (Sumber: olah data)
Nama Sekolah SDN 066048 SDN 066049
NPSN 10220733 10220734
Alamat Jl. Mawar Raya Jl. Mawar Raya
Kelurahan / Kode Pos Helvetia Tengah /
20124
Helvetia Tengah/
20124
Tahun Pendirian 1979 1978
Luas Tanah 2040 m2 4080 m2
Luas Bangunan 581 m2 539 m2
Waktu Penyelengaraan Pagi Pagi
Akreditasi B B
Jumlah Siswa 321 orang 256 orang
Jumlah Rombel 9 rombel 9 rombel
Jumlah Siswa Per Kelas ± 36 orang ± 28 orang
3.5.2 Objek Penelitian
Adapun ruang kelas yang menjadi objek penelitian terdiri atas 2 ruangan
kelas berikut:
a. Ruang kelas VA yang berorientasi timur-barat dengan jumlah siswa sebanyak
29 orang (berada di tengah Gedung D)
b. Ruang kelas III yang berorientasi timur-barat dengan jumlah siswa sebanyak
40 orang (berada di ujung Gedung D)
Berdasarkan keterangan di atas, kedua SDN berada di orientasi dan
pemilihan objek penelitian. Kriteria yang lainnya yaitu, jumlah bukaan yang sama,
ukuran ruangan kelas yang sama. Kriteria utamanya yaitu kelas yang berada pada
kondisi ekstrem (panas) baik di tengah bangunan maupun di ujung bangunan
dengan luas bidang yang terkena paparan panas yang berbeda. Menurut
Permendiknas No. 24 Tahun 2007, rasio minimum luas ruang kelas adalah 2
m2/siswa. Kedua kelas tersebut sama-sama berukuran 7,5m x 7,8m dimana luas
kelasnya menjadi 58,5 m2. Berikut diuraikan data rinci mengenai Gedung D, SDN
066049 di Jalan Mawar Raya.
Gambar 3.9 Lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah
data)
Gambar 3.10 Tampak Barat Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
Gambar 3.12 Tampak Utara Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
Gambar 3.13 Tampak Selatan Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)
Gambar 3.14 Detail pintu dan jendela Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber:
olah data)
Tabel 3.2 Tabel jenis material ruangan kelas di Gedung D, SDN 066049(Sumber: olah data)
NO. Elemen Jenis Material
1. Lantai Keramik lantai ukuran 30 cm x 30 cm warna putih.
2. Atap Atap rangka baja ringan dengan penutup berupa seng
bergelombang warna putih.
3. Dinding Pasangan bata dengan finishing plasteran semen
4. Jendela Jendela kaca dengan kusen kayu.
5. Pintu Kusen kayu
6. Plafond Plafond asbes
Pengukuran temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin dilakukan
secara bersamaan di kedua ruangan kelas, yakni ruang kelas VA dan ruang kelas
titik penelitian dalam 6 hari berbeda (Sabtu, 3 Mei 2014, Senin 5 Mei 2014, Sabtu
10 Mei 2014, Senin 26 Mei 2014, Rabu 28 Mei 2014, serta Selasa, 3 Juni 2014).
3.5.2.1 Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049
Ruang kelas VA berada di tengah Gedung D SDN 066046 yang
berorientasi timur-barat. Ruang kelas ini berbatasan dengan ruang kelas lain yakni
ruang kelas VB di sisi Utara dan ruang kelas VIB di sisi Selatan. Sisi Barat dari
ruang kelas ini menghadap ke arah lapangan sekolah yang menjadi lokasi upacara
dan olahraga para siswa. Sementara sisi Timur dari ruang kelas ini merupakan
halaman kosong yang dipenuhi dengan semak-semak dan pohon serta dibatasi
oleh pagar.
Gambar 3.15 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya
(lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan
lokasi penelitian) (Sumber: olah data)
Gambar 3.16 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Titik