• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI

WILAYAH CIPONDOH MAKMUR RW 009 KELURAHAN

CIPONDOH MAKMUR, KOTA TANGERANG

TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh : ITA SAMTASIYAH NIM : 1111104000045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Desember 2015

Ita Samtasiyah, NIM : 1111104000045

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh

Makmur, Kota Tangerang

Xvi + 85 Halaman + 16 Tabel + 2 Bagan + 4 Lampiran ABSTRAK

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan yang sulit untuk dikenali dan secara tidak sadar menjadi masalah yang sangat serius khususnya bagi istri dan anak. Kejadian KDRT pada istri meningkat setiap tahunnya namun banyak kasus-kasus KDRT yang tidak terungkap seperti fenomena gunung es. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap istri terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga di wilayah cipondoh makmur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain sederhana. Pengambilan data dilakukan pada 40 istri dari 4 RT di RW 009 Cipondoh Makmur dengan teknik Systematic Random Sampling dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan mayoritas responden memiliki pengetahuan baik45% dan memiliki sikap buruk 55%. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik respondenistri dengan pengetahuan baik memiliki rentang usia 26-35 tahun (40%), pendidikan perguruan tinggi (50%), dan bekerja, sedangkan responden dengan sikap buruk memiliki rentang usia 26-35 tahun (41%), pendidikan SMA (59%), dan tidak bekerja (56,5%). Sikap yang buruk tidak didasari oleh pengetahuan yang baik, namun karena faktor kebudayaan, sehingga perlu diberikan informasi lebih lanjut oleh pelayanan kesehatan mengenai KDRT.

(4)

iv

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2015

Ita Samtasiyah, NIM : 1111104000045

Overview Knowledge and Attitude of Wife towards Domestic Violence in the Region Cipondoh Makmur RW 009, Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota domestic violence in the region CipondohMakmur. This research is a quantitative research using a simple design. The collecting of the data was collected at 40 of wife from 4 neighborhood head in head of hamlets of 009 CipondohMakmur with Systematic Random Sampling technique by using a questionnaire. These results indicate the majority of respondents have a good knowledge of 45% and 55% had a bad attitude. The results based on the characteristics of respondents that wife who have a good knowledge was come from the age range of 26-35 years (40%), college of education (50%), and work, where as the respondents with a bad attitude have an age range of 26-35 years (41%), Senior High School of education (59%), and it does not work (56.5%). Bad attitude is not based on good science, but due to cultural factors, so it needs to be given more information by health services institutional regarding of domestic violence.

(5)
(6)
(7)
(8)

vii

Nama : ITA SAMTASIYAH

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Tanjung 2 No.85

Kelurahan Cipondoh Makmur

Kecamatan Cipondoh

Kota Tangerang

HP : 081297405678

E-mail : Itasamtasiyah@ymail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Cipondoh 3 Tangerang 1999-2005 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Tangerang 2005-2008 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 09 Tangerang 2008-2011 4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, karunia dan cahaya ilmu-Nya, serta shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan sebagai persyaratan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kp) pada Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan semangat dari berbagai pihak baik moril maupun materil, Karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

ix

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku ketua Program Studi dan, Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

4. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat dan motivasi selama proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Ibu Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran, kritikan serta motivasi kepada penulis.

6. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memeberikan motivasi kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama 4 tahun, serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

8. Kepala Kelurahan Cipondoh Makmur beserta seluruh stafnya karena telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data.

9. Ketua RW 009 yang telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data. 10. Ketua RT 001, RT 002, RT 003, RT 004 karena telah membantu dalam

perizinan dan pengambilan data.

(11)
(12)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ... 9

1. Pengertian ... 9

2. Bentuk-bentuk Kekerasan ... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi KDRT... 15

4. Dampak KDRT ... 21

B. Kekerasan dalam rumah tangga menurut islam ... 24

(13)

xii

D. Sikap ... 32

E. Penelitian Terkait ... 37

F. Kerangka Teori ... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 40

B. Definisi Operasional ... 41

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 48

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 53

G. Pengolahan Data ... 54

H. Analisa Data ... 55

I. Etika Penelitian ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Kel. Cipondoh Makmur ... 57

B. Gambaran Karakteristik Responden ... 57

C. Analisa Univariat ... 59

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat ... 68

B. Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(14)

Xiii

KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

WHO : World Health Organization

NCADV : National Coalition Against Domestic

TPPKK : Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

LBH : Lembaga Bantuan Hukum

PPT : Pusat Pelayanan Terpadu

NNEDV : National Network to End Domestic Violence

DEPKES : Departemen Kesehatan

UIN : Universitas Islam Negeri

RT : Rukun Tetangga

(15)

xiv

Nomor Tabel Halaman

4.1 Jumlah Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur ... 44

4.2 Hasil Ukur Skala Guttman ...49

4.3 Kategori Pengukuran Skala Likert ... 50

4.4 Hasil Ukur Skala Likert ... 50

4.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 52

5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Responden di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Tahun 2015 ... 58

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Tahun 2015... 58

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Tahun 2015 ... 59

5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang KDRT di RW 009 Kel. Cipondoh Makmur, Kota Tangerang ... 60

5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang KDRT di RW 009 Kelurahan CipondohMakmur, Kota Tangerang ... 61

5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan usia di RW 009 Kel. Cipondoh Makmur Kota Tangerang ... 62

5.7 Distribusi frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Usia di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang ...63

5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang ... 64

(16)

xv

(17)

xvi

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori ... 39

(18)

xvii 1. Lampiran 1 Informed Consent

2. Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan 3. Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

4. Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) memaparkan bahwa KDRT adalah “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Lingkup rumah tangga mencakup suami, istri, anak dan termasuk orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga ataupun hubungan darah (Ferry, 2009). Rumah tangga meliputi keluarga yang berarti mengacu pada rasa aman dan dilindungi, menjadi tempat berteduh dari tekanan-tekanan dan kesulitan di luar, tempat dimana anggota keluarga merasakan ketentraman dan kedamaian (Asmarany, 2013).

(20)

kekerasan fisik yang parah oleh pasangan intimnya dan 1 dari 7 laki-laki telah mengalami hal yang sama (Breiding, 2014).

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia mengenai KDRT dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian KDRT didunia, diantaranya Afrika 37%, Mediterania Timur 37%, Amerika 30%, Eropa 25%, Pasifik Barat 24%. Berdasarkan semua data yang ada, menunjukkan bahwa 35 % wanita mengalami kekerasan oleh pasangan intim (kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan intim). Penelitian yang sama dilakukan di Amerika Serikat dan menunjukan bahwa korban KDRT terbanyak adalah perempuan dan dilakukan oleh pasangannya sendiri (Darrel, 2009). KDRT sering disebut dengan fenomena gunung es kerana kasus yang tampak hanyalah sebagian kecil dari angka kejadian yang sebenarnya (Marchira, 2007).

(21)

Santoso (2014) melaporkan kasus KDRT di Jawa Tengah menduduki angka tertinggi, karena sepanjang November 2013- Februari 2014 KDRT mencapai 29 kasus dengan 169 korban perempuan yang menjadi korban kekerasan, dan 5 korban diantaranya meninggal dunia. Hal ini diakibatkan karena adanya pengaruh budaya Jawa yang menganggap bahwa membicarakan masalah keluarga adalah hal yang tabu dan memalukan, sehingga membuat wanita yang mengalami kekerasan enggan untuk memberitahukan kepada keluarga atau orang lain (Marchira, 2007).

Fenomena KDRT adalah fenomena universal yang dapat terjadi tanpa memandang usia, profesi, tingkat ekonomi maupun pendidikan dari individu yang mengalaminya (Ferry, 2009). Penelitian yang di lakukan oleh Mantiri (2012) di Manado di dapatkan hasil bahwa pernikahan usia dini dan pendidikan rendah mendominasi terjadinya kasus KDRT namun tidak sedikit juga kasus KDRT terjadi pada usia dewasa dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

Berdasarkan survei terhadap KDRT pada wanita karier di Daerah Istimewa Yogyakara atau DIY yang dilakukan oleh Salirawati (2013) menunjukan bahwa wanita karier pernah mengalami KDRT baik fisik, psikis, seksual, ekonomi. National Coalition Against Domestic Violence

atau NCADV menyebutkan bahwa perempuan yang berumur 20-24 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami tindak kekerasan dalam rumah tangga.

(22)

karena laki-laki diibaratkan sebagai pemimpin maka perempuan harus tunduk terhadap laki-laki dan akan berujung pada kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Posisi laki-laki yang lebih tinggi dan kekuasan yang dimiliki akan menyebabkan ketika ada konflik yang tidak terselesaikan maka konflik tersebut akan berujung pada tindak kekersan yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan. Hal tersebut menjadi alasan tingginya kasus KDRT khususnya perempuan (Dharmono, 2008).

Budaya patriarki di Indonesia menunjukan bahwa laki-laki berada dalam posisi dominan atau superior di bandingkan dengan perempuan dan menjadikan laki-laki memiliki kekuasaan lebih tinggi di dalam keluarga (Kuarniasih, 2007). Kesalahan persepsi mengenai budaya tersebut menjadikan istri sebagai kaum yang sangat lemah dan pembatasan-pembatasan peran perempuan (Wardani, 2009).

(23)

pada tahun 2012 dan 57 kasus diantaranya merupakan KDRT dengan faktor ekonomi yang rendah (Zubir, 2013).

Sosial budaya atau keyakinan, yang menganggap bahwa permpuan harus selalu mengalah, pandai menyimpan rahasia keluarga karena menganggap KDRT adalah aib bagi keluarga (Kodir, 2008). Penelitan di Manado menunujukan bahwa terdapat 54 korban KDRT yang enggan untuk melaporkan masalah tersebut karena mereka menganggap bahwa KDRT merupakan persoalan pribadi dan rahasia keluarga yang harus dijaga (Mantiri, 2013). Lingkungan juga menganggap bahwa KDRT merupakan persoalan internal antara pihak suami dan istri saja (Dharmono, 2008).

Kurangnya pengetahuan yang dimiliki perempuan mengenai kekerasan menjadikan penyebab KDRT berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri. Mardiana (2012) menuliskan bahwa ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK) Provinsi Jawa Barat menilai minimnya pemahaman perempuan mengenai KDRT menjadi salah satu penyebab dari tingginya angka KDRT di Jawa Barat. Pemahaman bahwa KDRT hanya sebatas kekerasan fisik seperti pemukulan dan penganiayaan saja serta sikap pasif dan apatis perempuan terhadap tindak kekerasan yang dihadapi, kenyataan ini menyebabkan kurangnya respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan suami terhadap istri (Cahyono, 2011).

(24)

periode 2013 terdapat 11 kasus KDRT. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Rw 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang dengan wawancara ketua Rw setempat dan 10 istri di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, ketua Rw mengatakan pernah terjadi keributan bahkan pernah ada kasus pembunuhan kepada istri dan anak yang dilakukan oleh suami pada tahun 2014.Hasil studi pendahuluan yang didapat dari 10 istri menunjukan 7 istri tidak mengetahui tentang bentuk-bentuk KDRT dan dampak mengenai KDRT, para istri hanya menganggap KDRT hanya berupa kekerasan fisik berupa pemukulan dan penganiayaan terhadap istri, para istri juga tidak mengerti bagaimana harus bersikap terhadap KDRT. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap istri terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Rw 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.

B. Rumusan Masalah

(25)

terjadinya KDRT diantaranya adalah kekuatan fisik laki-laki, budaya patriarki, pengetahuan yang rendah serta sikap pasrah yang dilakukan oleh perempuan. Oleh Karena itu penulis tertarik ingin mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap istri terharap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.

C. Pertayaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, dapat dibuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah KDRT, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran pengtahuan seorang istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang?

2. Bagaimanakah gambaran sikap seorang istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga di RW009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.

(26)

a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga

b. Diketahuinya gambaran sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh pelayanan kesehatan setempat untuk memberikan promosi kesehatan mengenai KDRT kepada masyarakat khusunya perempuan dengan pengetahuan rendah. b. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang akan mengangkat tema KDRT. Penelitian ini juga diharapkan menjadi landasan untuk mengembangkan evidence based practice

dalam kesehatan perempuan khususnya KDRT yang terjadi pada perempuan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) 1. Pengertian

Indonesia telah memiliki kebijakan hukum terkait dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga(KDRT) kebijakan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Undang-Undang tersebut dapat memaparkan secara rinci dan jelas mengenai KDRT.

Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dijelaskan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Mantiri, 2012).

(28)

asumsi gender dalam relasi laki-laki dan perempuan yang di konstruksikan masyarakat.

Istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menggambarkan perilaku seseorang mulai Dari pelecehan verbal, prilaku mengancam ataupun intimidasi, perilaku manipulative, penyerangan fisik atau seksual, pemerkosaan bahkan hingga pembunuhan (Saadoon et al, 2011).

2. Bentuk-bentuk Kekerasan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menyebutkan bentuk-bentuk KDRT “Setiap orang dilarang dilarang melakuakan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual atau penelantaran rumah tangga”.

a. Kekerasan Fisik

(29)

Kekerasan fisik dapat terjadi dengan berbagai cara dengan tujuan untuk melukai, menyiksa, atau menganiaya orang lain dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) mulai dari pukulan, jambakan, cubitan, mendorong secara kasar, penginjakan, pelemparan, cekikan, tendangan, ataupun dengan menggunakan alat seperti pisau, siraman air keras, setrika, dan sebagainya (Dharmono, 2008).

Bentuk kekerasan akibat penggunaan kekuatan fisik suami dapat bermacam-macam. Stuart (2005) mengidentifikasi tiga tindak kekerasan dengan penggunaan control dan kekuatan. Tindak kekerasan yang pertama adalah menimbulkan atau mencoba menimbulkan luka fisik atau penyakit seperti mencubit, mendorong, menarik rambut, menampar, memukul, menggigit, memutar lengan, meninju, memukul dengan benda tumpul, menendang, menusuk dan menembak.Tindak kekerasan yang kedua adalah menghambat akses untuk menjaga kesehatan, misalnya obat-obatan, perawatan medis, makanan atau minuman, tidur dan kebersihan diri. Tindak kekerasanyang terakhir adalah memaksa korban untuk menggunakan alcohol atau obat-obatan lain.

b. Kekerasan Psikis

(30)

kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat seseorang.

Videbeck (2008) menyebutkan tentang kekerasan psikologis, yaitu membuatnama panggilan yang buruk, berteriak, menghancurkan property, dan melakukan ancaman serta bentuk-bentuk halus seperti menolak untuk berbicara atau mengabaikan korban.

Tindak kekerasan ini bertujuan untuk merendahkan citra korban KDRT baik melalui kata-kata maupun perbuatan dan mengakibatkan korban mengalami ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnyan kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (Dharmono, 2008).

(31)

atau pekerjaan, misalnya memutus akses telpon atau transportasi, merusak hubungan pribadi korban, menuduh tanpa ada dasar. c. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam pasal 8 menyebutkan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi, pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkungan rumah tangga tersebut, pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

Videback (2008) menyebutkan pelecehan seksual termasuk serangan selama hubungan seksual seperti menggigit puting, menarik rambut, menampar, dan pemerkosaan.Kekerasan seksual dapat juga terjadi ketika seorang suami menggunakan kekuatannya untuk melakukan tindak kekerasan seksual.

(32)

Stuart (2005) mengidentifikasi dua tindakan kekerasan seksual. Tindak kekerasan seksual yang pertama adalah memaksa atau mencoba memaksa hubungan seksual tanpa perstujuan, contohnya pemerkosaan dalam perkawinan, pemerkosaan oleh kenalan, memaksa berhubungan seks setelah pemukulan fisik, menyerang bagian seksual dari tubuh, prostitusi paksa, seks tanpa pelindung, sodomi. Tindak kekerasan seksual yang kedua adalah mencoba merusak seksualitas korban dengan cara memperlakukan korban dengan cara-cara seksual yang merendahkan.

Kekerasan seksual yang dialami seorang istri merupakan persoalan rumah tangga yang sangat sulit terungkap karena istri menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan aib dari keluarga, akibatnya banyak kejadian KDRT diantaranya pemerkosaan didalam perkawinan (Marchira, 2009).

d. Kekerasan Ekonomi atau Penelantaran Rumah Tangga

(33)

membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

Kekerasan ekonomi termasuk dalam penelantaran rumah tangga, tindak kekerasan ini merupakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami dengan cara membuat istri dan anak tergantung secara ekonomi dengan cara melarang istri bekerja, atau suami melarang istri bekerja sementara ia tidak memberikan nafkah kepada istrinya, suami mengeksploitasi anak dan istrinya untuk mendapatkan bagi kepentingannya. Penelantaran adalah jenis kekerasan yang bersifat multi dimensi (fisik, psikologi, seksual, sosial dan ekonomi) menelantarkan istri dengan cara tidak (Dharmono,

2008).Kurangnyasumberekonomiistrimembuatistrisangatbergantun gkepadasuamisehinggarentanterhadapkekerasan yang dilakukansuamikepadaistri (Astuti, 2008).

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi KDRT a. Faktor Individu

(34)

1) Korban

Tidak benar jika hanya perempuan yang berpendidikan rendah saja atau yang menjadi ibu rumah tangga saja yang menjadi korban kekerasan oleh suami (Dharmono, 2008).Efendi (2008) menyebutkan di Amerika Serikat permpuan yang memiliki resiko terbesar mengalami KDRT ialah wanita yang lajang, bercerai atau ingin bercerai, ketergantungan obat atau alcohol, sedang hamil, atau mempunyai pasangan dengan sifat pencemburu dan posesif. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin terbanyak yang menjadi korban KDRT adalah perempuan, yaitu sekitar 97,5% dari 237 korban KDRT atau sekitar 231 perempuan (Afendi, 2012). Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian di hongkong bahwa mayoritas korban KDRT adalah perempuan (Lau, 2009).

2) Pelaku

(35)

menyangkut pada kepribadian diri pelaku KDRT yang mudah melakukan tindak kekerasan apabila menghadapi situasi yang menimbulkan kemarahan (soeroso, 2010).

b. Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KDRT serta menyulitkan korban dalam mendapatkan dukungan dan pendamping dari masyarakat.Pertama dan yang utama adalah adanya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan, baik dalam rumah tangga ataupun public. Ketimpangan ini yang memaksakan laki-laki dan perempuan untuk melakukan peran gender, dimana setiap yang dilakukan istri harus berada dalam control dan pengawasan suami dan suami merasa dituntut untuk mendidik istri dengan cara pandang suami, sehingga pengontrolan suami ini tidak sedikit yang berujung pada tindak kekerasan (kodir, 2008). Flood & Pease (2009) mengatakan bahwa KDRT pada perempuan akibat faktor sosial sangat beragam mulai dari media massa yang merupakan pengaruh potensial khususnya pada pornografi dan berdampak pada meningkatnya angka kekerasan seksual pada perempuan.

c. Faktor Budaya

(36)

melihat perempuan sebagai objek pelengkap hidup mereka, misalnya adalah seorang istri yang harus selalu patuh, tunduk dan bersifat pasrah, selalu mendahulukan kepntingan suami, menjaga aib suami dan keluarga (kodir, 2008). Budaya yang berkembang bahwa perempuan diwajibkan untuk menjadi istri yang baik yang pandai untuk menyangkan hati suami, pandai menjaga keutuhan rumah tangga, pandai menutupi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga maka ketika suatu konflik muncul yang dilakukan oleh seorang istri adalah menyalahkan diri sendiri, dan tidak bisa mengambil keputusan saat mengalami kekerasan, disamping itu bagi perempuan sangat lah sulit untuk hidup menjadi seorang janda, karena ketergantungan istri baik secara ekonomi, emosional, ataupun rasa cinta yang dimiliki istri sehingga mereka harus bisa menanggung sisi buruk dari suami yang dicintainya (Sutarmi, 2003).

(37)

d. Faktor Ekonomi

Salah satu faktor utama terjadinya tindak kekerasan adalah kemiskinan, meskipun bukan berarti bahwa KDRT hanya terjadi pada kelompok miskin.Kemiskinan terutama berhubungan dengan masalah ketidakadilan gender, kesenjangan pendapatan, pengisolasian perempuan, kurangnya dukungan social. Realitas ekonomi tersebut memaksa perempuan untuk menerima penganiayaan dari orang pada siapa ia bergantung (Dharmono, 2008). Ketergantungan istri secara penuh terhadap suami terutama masalah ekonomi, membuat istri benar-benar berada dibawah kekuasan suami.Posisi rentan ini sering menjadi pelampiasan bagi suami, ketika suami mengahadapi persoalan-persoalan yang berada diluar rumah tangga (Kodir, 2008).

National Network to End Domestic Violence atau NNEDV (2010) menjelaskan mengenai Faktor ekonomi bukan merupakan faktor yang menyebabkan KDRT, namun dapat meningkatkan resiko terjadinya KDRT khususnya permpuan dan mengurangi kemampuan korban untuk melarikan diri karena sangat bergantung dengan ekonomi suami.

e. Faktor Spiritual

(38)

yang sebenarnya telah ditentukan oleh agama (Subakti, 2008). Seperti Hadist berikut ini :

Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur kemudian istri enggan untuk memenuhi ajakannya, sehingga suami merasa kecewa hingga tertidur, maka sepanjang itu pula para malaikat akan melaknat istri tersebut hingga datangnya waktu subuh

(Hadist Riwayat Ahmad bin Hanbal)

Pemahaman kaidah keagamaan secara keliru yang manfaatkan penggalan-penggalan ayat dalam kitab suci untuk mendapatkan posisi dominasi laki-laki terhadap perempuan dan sebaliknya menempatkan perempuan dalam kewajibannya yang seakan tidak memberikan hak sedikutpun bagi kaum perempuan (Dharmono, 2008).

(39)

4. Dampak KDRT a. Dampak fisik

Dampak fisik merupakan dampak nyata yang dapat terlihat pada korban KDRT.Videbeck (2008) menyebutkan bahwa kekerasan fisik terjadi dari menekan dan mendorong sampai pemukulan parah dan tersedak dan bisa menyebabkan kerusakan tubuh, patah tulang rusuk, pendarahan, kerusakan otak, dan bahkan pembunuhan. Dampak fisik yang menyertai prilaku kekerasan di antaranya cidera fisik karena kekerasan fisik (dengan variasi tingkat perlukaannya hingga kondisi cacat yang permanen), penyakit atau perlukaan di organ reproduksi, kesudahan kehamilan yang tidak baik, penyakit menular, kekurangan gizi kronis, hingga bentuk yang paling ekstrim yang mengarah pada pembunuhan (Dharmono, 2008).

(40)

b. Dampak Psikologis 1) Korban Perempuan

Dampak psikologis merupakan dampak yang bermanifestasi ringan hingga berat, terjadi singkat atau kronik/ menahun, dapat terjadi langsung atau beberapa waktu kemudian. Beberapa faktor yang mempengaruhi berat ringannya dampak psikologis kekerasan terhadap korban antara lain tipe kepribadian, derajat kekerasan yang dialami, persepsi korban terhadap kekerasan, toleransi terhadap stress, dukungan yang didapat dari keluarga/ lingkungan sosial, keberhasilan mengatasi kekerasan yang pernah dialami sebelumnya (Dharmono, 2008).

Poerwandari (2010) menyatakan dampak psikis yang dialami korban setelah kejadian seperti rasa takut, rasa terancam, hilangnya rasa berdaya, ketidakmampuan berfikir, sulit berkonsentrasi, kewaspadaan berlebih, mungkin juga terjadi gangguan pola makan dan pola tidur.

Dampak psikologis yang paling umum ditunjukan pada perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah marah, bingung, sedih dan frustasi (Sinha, 2013). Bentuk lain, korban KDRT ialah rentan mengalami gangguan kejiwaan, antara lain depresi, battered women’s syndrome

(41)

mengendalikan situasi), stress, panic, dan keluhan psikosomatis (Dharmono, 2008).

Hasil penelitian yang sama mengenai tingkat kecemasan pada wanita dengan KDRT bahwa gangguan kejiwaan (73,94%) seperti cemas, rasa rendah diri, truma hingga depresi, kemudian disusul dengan kesehatan fisik (50,3%) dan ganguan kesehatan reproduksi (4,85%) (Marchira, 2009). Perempuan yang menjadi korban KDRT akan beresiko empat kali lebih besar menderita gangguan kejiwaan dibandingkan dengan perempuan yang tidak mengalami kekerasan (Houry, 2006). 2) Anak korban KDRT

(42)

Anak-anak korban langsung dan korban saksi KDRT menjadi terbiasa hidup didalam keluarga yang melakukan kekerasan, sehingga menurut mereka kekerasan merupakan hal yang biasa saja, bahkan kekerasan dapat dianggap sebagai hal yang wajar dalam menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi dalam suatu relasi intim (Margaretha, 2013).

B. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

1. Pengertian

Kekerasan dalam islam disebut juga sebagai “Jarimah” atau

kriminalitas (Rahima, 2010). Kriminalitas adalah suatu tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial (Kartono, 1999). Sesuatu yang melanggar hukum adalah kejahatan dan kejahatan merupakan perbuatan tercela (Rahima, 2010).

(43)

ranjang) dan jika perlu pukullah mereka. Tetapi jika mereka menantimu (suami), maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk

menyusahkannya”(QS. An-Nisa;34)

Perintahkanlah anak untuk sholat ketika mencapai usia tujuh tahun. Dan bila telah berusia sepuluh tahun, pukullah dia bila enggan

menunaikannya” (HR. Sunan Abu Dawud).

2. Batasan KDRT dalam Islam

Ajaran islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga khususnya muslim, hal ini terbukti dengan banyak ayat-ayat dalam Al-Quran dan hadist yang memerintahkan par suami untuk memperlakukan istrinya dengan pergaulan yang baik (Basri, 2013). Hal ini dijelaskan dengan firman Allah SWT:

“dan bergaullah dengan mereka secara patut (ma’ruf). Kemudian bila

kamu tidak menuykai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisa;19).

Rasulullah SAW bersabda “orang muslim yang paling sempurna

imannya adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya”(HR.Sunan at-Turmidzy).

Hadist tersebut menginformasikan betapa islam senantiasa menghormati, melindungi serta memuliakan istri . adapun perbedaan antara kekerasan atau Jarimah dengan kekerasan yang mendidik. a. Niat

(44)

ingin melaksanakan perintah agama atau karena ingin memenuhi hawa nafsu. Jika pemukulan dilakukan untuk memberikan pengajaran bagi istri tanpa menyakitinya tentu hal ini disebut dengan kekerasan untuk mendidik.

b. Tujuan

Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan pasti memiliki tujuan, jika suami mencubit istri dengan tujuan kebaikan maka kekerasan ini termasuk kedalam mendidik.

c. Subjek atau pelaku

Keadaan pelaku sangat penting untuk diperhatikan dalam mengkategorikan apakah tindakan tersebut termasuk kedalam kekerasan atau mendidik. Suami dalam keadaan mabuk menendang isti hal ini termasuk kedalam tindak kekerasan.

d. Objek atau sasaran

Kondisi objek juga dapat diperhatikan setelah suami melakukan tindakan, misal terdapat lebam lebam akibat pemukulan yang dilakukan suami hanya karena kesalahan kecil yang dilakukan.

3. Faktor terjadinya KDRT dalam Islam

Banyak faktor yang menjadi bukti terhadap meningkatknya kekerasan dalam rumah t angga muslim (Basri, 2013):

a. Sikap nusyuz

(45)

istri yang tidak mau melayani suami padahal tidak ada hambatan-hambatan (haid, sakit atau lelah).

b. Lemahnya pemahaman ajaran islam

Lemahnya seseorang dengan agama islam akan mengakibatkan tidak adanya ketaqwaan pada individu tersebut, dan karakteristik seseorang yang tempramental tanpa ketaqwaan akan menjadi pemicu bagi seseorang untuk melanggar hukum syariat termasuk melakukan tindakan KDRT.

c. Faktor eksternal lainnya (ekonomi, pendidikan, dsb)

Minimnya pengahsilan suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dan istri yang terlalu banyak menuntut untuk memebuhi kebutuhan rumah tangga baik kebutuhan sangan, pangan, maupun pendidikan. Dari situlah berawal pertengkaran antara suami dengan istri yang akhirnya menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, dan kedua belah pihak yang tidak bisa lagi saling mengontrol emosinya.

C. PENGETAHUAN 1. Pengertian

(46)

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Pengetahuan kesehatan dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lansung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket (Notoatmodjo, 2010).Sebuah pemahaman yang baik, tentang penyebab, dinamika, pola dan prevalensi KDRT terutama perempuan adalah penting untuk memastikan tanggapan yang tepat terhadap orang yang terkena dampak KDRT (Flood & pease, 2009).

Penelitian di Australia juga menunjukan bahwa tingkat pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang (VicHealth, 2013).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terbagi kedalam beberapa tingkatan.Pengetahuan seorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Bloom (1956) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

(47)

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

(48)

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

g. Menciptakan (create)

Menciptkan merupakan kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk yang baru, utuh dan koheren, ataupun membuat sesuatu tanpa memalsukan karya orang lain.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor.Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri mau pun luar diri individu.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2010).

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

(49)

b. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasikan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Ibu rumah tangga banyak yang menjadi korban KDRT oleh suaminya, hal ini disebabkan karena minimnya informasi yang didapatkan oleh para istri sehingga mereka tidak mengetahui dan memahami tentang KDRT (Afandi, 2012).

c. Sosial budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidakmelakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akandirespon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

(50)

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

D. SIKAP

1. Pengertian

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) Sikap juga dapat diukur secara langsung ataupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010).

Mantiri (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan usia waktu menikah dengan kejadian KDRT di Manado dengan hasil bahwa istri dengan usia muda akan memiliki sikap lebih negatif sedangkan dengan usia tua akan memiliki sikap positf terhadap KDRT.

(51)

dan konsep terhadap objek, Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, dan Kecenderungan orang untuk bertindak.Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).Breckler (1984) dalam Budiman (2013) menjelaskan bahwa komponen utama sikap adalah Kesadaran, perasaan dan Prilaku.

2. Tingkatan Sikap

Sikap seseorang terbagi kedalam beberapa tingkatan, ada 5 tingkatan sikap (Potter & Perry, 2006).

a. Penerimaan

Sikap terbuka untuk mengikuti petunjuk dari orang lain. Tingkat ini merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan (Potter & Perry, 2006).Notoatmodjo (2010) mengartikan penerimaan sebagai bentuk, bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan atau objek.

(52)

Menanggapi ialah melibatkan partisipasi aktif melalui proses mendengarkan dan bereaksi secara verbal dan non verbal (Potter & Perry, 2006). Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa menanggapi dapat juga diartikan dengan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menilai

Menilai ialah memberikan nilai pada suatu objek atau prilaku yang sedang dihadapi (Potter & Perry, 2006).Sebagian besar perempuan sering menilai bahwa KDRT hal yang biasa sehingga mereka bereaksi pasif dan apatis terhadap tindak kekerasan yang dihadapi. Penilaian tersebut memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang diperbuat oleh suami. Istri memilih memendam sendiri persoalan tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami dominan terhadap istri dan dapat melakukan apapun terhadap istri (Nurendra, 2013).

d. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah mengembangkan system nilai melalui identifikasi dan pengorganisasian nilai, serta penyelesaian kembali konflik (Potter & Perry, 2006).

(53)

Pengkaraktristikan merupakan tindakan dan respons terhadap system nilai yang konsisten (Potter& Perry, 2006). Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa seseorang akan berprilaku secara konsisten dan bertanggung jawab bila nilai yang dianutnya diuji atau ditentang. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya dimana seseorang yang mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, berani mnegambil resiko bila ada orang yang lain yang mencemoohkan ataupun adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010).

3. Faktor yang mempengaruhi Sikap

Rahayuningsih (2008) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang yang dianggap penting (significant other), media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama, dan faktor emosional. Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi

(54)

satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

b. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengaruh yang besar dalam pembentukan sikap seseorangdan kebudayaan telah menanankan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagi masalah.

Kebudayaan merupakan faktor eksternal yang memepengaruhi sikap. Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan (Rahayuningsih, 2008).

c. Orang lain yang mempengaruhi

Orang lain yang diaggap penting (significant other) juga menjadi salah satu faktor pembentukan sikap. Orang-orang yang termasuk significant others adalah orang-orang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap tingkah laku dan opini yang diberikan, orang-orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti dalam kehidupan.

d. Media Massa

(55)

e. Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi pendidikan dan agama berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu sehingga dapat menghasilakn pemahaman baik dan buruk, salah atau benar yang menentukan system kepercayaan seseorang.

E. PENELITIAN TERKAIT

Beberapa penelitian terkait pengetahuan dan sikap terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tanggga:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Risna (2009) dengan judul

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istridi RW 08

Kelurahan Pondok Cina, Beji Depok, menunjukan mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tinggi, hal tersebut didapatkan karena ibu rumah tangga yang tinggal diperkotaan akan lebih mudah dalam mengakses informasi mengenai KDRT sehingga ibu rumah tangga lebih sadar terhadap KDRT.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) dengan judul

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kekerasan

Dalam Rumah Tangga Di Kabupaten Langkat, Sumatera

(56)

3. Penelitian yang dilakukan Astuti (2006) mengenai sikap wanita dewasa terhadap kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan

Sampangan Kota Semarang menunjukan bahwa mayoritas istri 71,6% memiliki sikap buruk terhadap KDRT dan 28,4% memiliki sikap baik terhadap KDRT, hal tersebut karena sebagian besar responden tidak bekerja dan memiliki ketergantungan ekonomi terhadap suami.

4. Penelitian yang dilakukan Feranie (2006) dengan judul Kupas Tuntas Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga

(57)

F. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut:

na

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(58)

40

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang sudah dibuat dalam bab sebelumnya, bahwa kekerasan dalam rumah tanggasering terjadi sehingga bagaimanakah pengetahuan serta istri dalam menyikapi hal tersebut. Untuk itu penulis menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut:

` Bagan 3.1 KerangkaKonsep

Pengetahuan tentang:

1. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga 2. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga

3. Faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga 4. Dampak kekerasan dalam rumah tangga

Sikap mengenai: 1. Penyelesaian konflik rumah tangga 2. Cara menyikapi KDRT

(59)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

(60)

dalam rumah

(61)

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk pengumpulan dan analisa data (Swarjana, 2012). Polit dan Beck (2006) menjelaskan bahwa desain penelitian diartikan sebagai sebuah rencana peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan peneliti untuk menguji hipotesis suatu penelitian, Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data menggunakan kuesioner penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

(62)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan april-mei 2015. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010), sedangkan dahlan (2010) mendefinisikan populasi sebagai semua elemen (individu, objek atau substansi) yang memenuhi criteria yang diberikan secara umum. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh istri yang bertempat tinggal di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.

Tabel 4.1.

Jumlah Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur

RT/RW Jumlah Istri

001/009 104 istri

002/009 112 istri

003/009 110 istri

004/009 117 istri

2. Sampel

(63)

Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Seorang istri yang tinggal di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.

2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Ekslusi

1) Tidak bersedia menjadi responden 2) Responden sakit

2.1Gangguan bicara 2.2Gangguan pengelihatan

Perhitungan besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus berdasarkan besar sampel dengan data proporsi (Sujarweni, 2014), yaitu:

(64)

Keterangan:

n= Jumlah sampel minimum

= 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/ Confidence Interval dengan α

sebesar 5%

P= Proporsi suatu kasus tertentu terhadap suatu populasi

P=

d= Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan= 5%

Maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap di wilayah Cipondoh Makmur Rw 009, Kelurahan Cipondoh Makmur dibutuhkan sampel sebanyak 40 responden. Berikut ini perhitungan berdasarkanSystematic Random Sampling jumlah sampel yang dibutuhkan (Budijanto, 2012), yaitu:

(65)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan sampel didalam suatu penelitian (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel secara acak atau Probabily SamplingsecaraSystematic Random Sampling. Teknik Systematic Random Sampling merupakan metode pengambilan sampel acak yang dilakukan secara berurutan dengan interval tertentu (hidayat, 2011). Besarnya interval dapat ditentukan dengan cara membagi populasi dan jumlah sampel yang ditentukan (Dharma, 2011).

(66)

D. Instrumen Penelitian

Instrumenpenelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang mudah dimengerti oleh para istri. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Data Responden

Bagian ini terdiri dari data responden meliputi tanggal pengisian kuesioner, Nama (inisial), Usia, Pendidikan terakhir, Pekerjaan.

2. Kuesioner Pengetahuan Istri tentang KDRT

Kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan seorang istri tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Notoatmodjo (2010) mengatakan kuesioner dengan variabel pengetahuan menggunakan skala Guttman yang memiliki dua kategori jawaban “Benar” atau “Salah”. Pernyataan positif bernilai 1 untuk jawaban “Benar” dan 0 untuk jawaban “Salah”. Pernyataan negative bernilai 0 untuk jawaban “Benar” dan 1 untuk jawaban “Salah”.

(67)

17, 18, 19, 22, 23, 25, 27, 30) dan 11 pertanyaan negatif (2, 4, 9, 11, 13, 20, 21, 24, 26, 28, 29). Pertanyaan 1-4 mengenai pengertian KDRT, pertanyaan 5-13 mengenai bentuk kekerasan, pertanyaan 14-19 mengenai dampak KDRT, pertanyaan 20-29 mengenai faktor yang memperngaruhi KDRT.

Tabel 4.2

HasilUkurSkalaGuttman

PengetahuanBaik Score 76%-100% (22-29 point) PengetahuanCukup Score 56%-75% (16-21 point) PengetahuanBuruk Score ≤ 55 (≤ 16 point)

3. Kuesioner Sikap Istri tentang KDRT

Kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan mengenai bagaimana istri harus menikapi ketika terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Hidayat (2011) mengatakan Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap dengan menggunakan skala Likert yang memiliki empat kategori jawaban “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak setuju”, “Sangat Tidak

Setuju”.

Tabel 4.3

KategoriPengukuranSkalaLikert

Jawaban Pertanyaan positif Pertanyaan negatif

(68)

Kuesioner dengan variabel sikap memiliki 19 pertanyaan, yang terdiri dari9 pertanyaan positif (3, 4, 5, 8, 9, 11, 14, 15, 18) dan 10 pertanyaan negatif (1, 2, 6, 7, 10, 12, 13, 16, 17, 19).

Tabel 4.4 HasilUkurSkalaLikert

SikapBaik Score 55%-100% (42-76 point) SikapBuruk Score ≤55% (≤ 42 point)

E. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti telah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang akan digunakan. Uji coba validitas dan reliabilitas akan dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.

1. Uji Validitas

(69)

yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus Korelasi Product Moment, (Notoatmodjo, 2012). 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat digunakan dengan baik atau tidak. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil pengukuran tersebut tetap konsisten bila pengukuran dilakukan lebih dari satu kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Hidayat, 2011). Reliabilitas juga dapat didefinisikan sebagai derajat suatu pengukuran bebas dari random error sehingga menghasilkan suatu pengukuran yang konsisten (Dharma, 2011).

Pengukuran reliabilitas ini menggunakan rumus Kuder-Richadrson

(KR-20)karena dapat dikatakan metode ini sesuai untuk mengukur reliabilitas dengan skala guttman dan rumusCronbach Alpha untuk mengukur rata-rata konsistensi internal diantara item-item pertanyaan dengan menggunakan skala likert (Dharma, 2011; Simamora, 2005). Rumus KR-20 yaitu :

[

] [

]

Keterangan:

r11=Reliabilitas Instrumen

Vt= Varians skor total

k= Banyaknya butir pertanyaan

(70)

q= Proporsi subyek yang mendapatkan skor 0

Hasil pengujian reliabilitas berdasarkan perhitungan dengan rumus KR-20 dari skala guttman, adalah :

[

] [

]

[

] [

]

[ ][ ]

Suatu variabel akan dinyatakan reliabel jika hasil 0,6 (Siregar, 2013). Pengukuran reliabilitas dengan skala likert menggunakan menggunakan bantuan Software Statistic dengan rumus Cronbach Alpha.

Suatu variabel dinyatakan reliabel jika didapatkan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60 (Siregar, 2013).

Tabel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

variabel Hasil Dinyatakan

Pengetahuan 0,627 Reliabel

(71)

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Pengambilan data dilakukan setelah proposal penelitian mendapatkan persetujuan dan mendapatkan surat permohonan izin penelitian dari institusi, setelah institusi mengizinkan maka peneliti akan menghitung interval rumah dengan istri yang akan dijadikan responden penelitian. 2. Selanjutnya melakukan perhitungan interval rumah istri yang akan

dijadikan responden didalam penelitian, interval dihitung berdasarkan rumus yang ada, dan didapatkan hasil interval RT 001 sebanyak 12 rumah, RT 002 sebanyak 11 rumah, RT 003 sebanyak 11 rumah, RT 004 sebanyak 10 rumah. Kemudian peneliti meminta permohonan izin ketua RW 009 untuk melakukan oenelitian oada istri di masing-masing daerah pada RW tersebut.

3. Setelah ketua RW mengizinkan untuk dilakukannya penelitian di wilayah tersebut, peneliti meminta izin kepada ketua RT di masing-masing wilayah untuk dilakukan penelitian.

4. Setelah ketua RT mengizinkan, peneliti akan mendatangi rumah keluarga di setiap RT sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan wilayah tersebut 5. Izin kepada keluarga terutama calon responden untuk dilakukan

pengambilan data.

6. Menjelaskan ke calon responden mengenai tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner

7. langkah selanjutnya memberikan lembar persetujuan (informed consent)

(72)

8. setelah responden menyetujui maka peneliti akan memberikan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya.

9. Kuesioner yang sudah diisi oleh responden akan diperiksa kembali oleh peneliti.

10.Setelah seluruh kuesioner sudah terkumpul dengan lengkap, selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan program komputer.

G. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan sebelum dilakukan analisa data dengan tujuan mengubah data menjadi suatu informasi (Hidayat, 2011). Proses pengolahan data terdapat langkah-langkah, antara lain:

1. Editing

Editingadalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan komputer. Pemberian kode biasanya dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan peneliti dalam melihat arti dari sutu variabel

(73)

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi serderhana.

4. Cleaning data

Cleaning data adalah kegiatan memeriksa kemabali data yang sudah dimasukkan, agar terlihat ada atau tidaknya kesalahan.

H. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat

dimana analisa yang dilakukan adalah menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Sujarweni, 2014). Konsep metodoloigi yang digunakan adalah statistik kategorik. Penelitian ini analisa yang digunakan adalah untuk mengetahui gambran tingkat pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2011). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

(74)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampak dari penelitian tersebut, jika responden bersedia maka resonden harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Penelitian ini memberikan jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

(75)

57

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan data hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden, gambaran pengetahuan dan sikap responden secara umum maupun berdasarkan karakteristik responden. Penelitian yang dilakukan mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga di wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu, dengan pembagian kuesioner yang dilakukan di empat RT yang ada di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.

A. Gambaran Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang

Kelurahan Cipondoh Makmur merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang dengan Luas 1,39 km2. Kelurahan ini memiliki 12 RW dan 62 RT. Jumlah penduduk pada bulan November tahun 2014 sebanyak 26.413 jiwa dengan kepadatan 9.251 jiwa/ km2.

B. Gambaran Karakteristik Responden

(76)

1. Karakteristik Usia

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang Tahun 2015

Usia diteliti didapatkan usia responden terbanyak adalah 26-35 tahun dengan jumlah 16 orang (40%).

2. Karakteristik Pendidikan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasaran Pendidikan Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang Tahun 2015

(77)

sebanyak 3 orang (7,5%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 4 orang (10%), Sekolah Menengah Atas 20 orang (50%), dan Perguruan Tinggi baik D3 atau S1 sebanyak 13 orang (32,5%).

3. Karakteristik Pekerjaan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasaran Pekerjaan Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang Tahun 2015

Pekerjaan

Frekuensi

Jumlah (n) Persen (%)

Kerja 23 57,5%

Ibu Rumah Tangga 17 42,5%

Total 40 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan karakteristik pekerjaan responden dari 40 responden yang bekerja sebanyak 23 orang (57,5%) dan Ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (42,5%).

C. Analisa Univariat

(78)

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang KDRT di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang Pengetahuan

(79)

2. Gambaran Sikap Istri Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang KDRT di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang

Sikap

Frekuensi

Jumlah (n) Persen (%)

Buruk 22 55%

Baik 18 45%

Total 40 100%

(80)

3. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden tentang KDRT Berdasarkan Karakterisik Responden

a. Karakteristik Usia

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan usia di RW 009 Kelurahan CipondohMakmur Kota Tangerang

Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (12,5%) dengan usia terbanyak adalah 17-25 tahun dan 46-55 tahun. Pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (42,5%) dengan usia terbanyak 17-35 tahun. Pengetahuan Baik sebanyak 18 orang (45%) dengan usia terbanyak 26-35 tahun.

Usia Pengetahuan Frekuensi

(81)

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Usia di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tan gerang

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa responden dengan sikap buruk sebanyak 22 orang (55%) dengan usia terbanyak adalah 26-35 tahun dan sikap baik sebanyak 18 orang (45%) dengan usia terbanyak 17-35 tahun.

Usia Sikap Frekuensi

Buruk Baik Jumlah (n)

N % N % N %

Remaja Akhir (17-25 tahun)

7 32% 7 39% 14 35%

Dewasa Awal (26-35tahun)

9 40% 7 39% 16 40%

Dewasa Akhir (36-45)

5 23% 3 17% 8 20%

Lansia Awal (46-55)

1 5% 1 5% 2 5%

Gambar

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang
Tabel 4.1.
Tabel 4.2
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

perancangan sistem yang meliputi perancangan proses menggunakan diagram Unified Modelling Language (UML) misalnya perancangan use case diagram, sequence diagram,

Pedoman ini merupakan tahapan dalam proses advisory Value Management, hingga pada akhirnya pedoman ini nantinya dapat membantu 13 anak perusahaan affco PT Astra

Pengangkutan ternak adalah kegiatan mengangkut atau memindahkan ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan bantuan sarana alat angkut. Kegiatan mengangkut atau

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf

Dalam target pengawasan terhadap produk makanan tidak hanya ditujukan pada produk makanan yang telah terdaftar, namun lebih jauh lagi pengawasan dilakukan kepada

menerima , kata nerima pada kalimat tersebut adalah kata tidak baku, namun dalam kaidah nonformal kata tersebut disyahkan, tapi karena di dalam penelitian ini

Pada hemat penulis, keteladanan, bermain, bercerita, pujian, hukuman dan sebagainya merupakan metode atau cara yang dilakukan dalam melaksanakan model tertentu yang digunakan

Proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik di Polres Kota Batu terutama di bagian Unit PPA yang menangani masalah tindak pidana perdagangan orang telah sesuai