FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012
TESIS
Oleh
NURAIJAH SIREGAR 107032228/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURAIJAH SIREGAR 107032228/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Nuraijah Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 107032228/IKM
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (
Ketua Anggota
Asfriyati, S.K.M, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 17 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes
2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, April 2013
ABSTRAK
Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Sosopan Kabupaten Padang Lawas masih rendah. Rendahnya pemanfaatan pelayanan ANC terkait dengan faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan ANC di wilayah kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas. Jenis penelitian adalah survey-analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan > 13 minggu dan seluruh ibu bersalin yang melahirkan < 2 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sosopan,
sebanyak 112 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh melalui
kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda (CI=5%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan pelayanan ANC sebanyak 41,1% dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 58,9%. Secara statistik hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pemungkin (dukungan suami) dan faktor kebutuhan (persepsi sehat/sakit dan diagnosa klinis) berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC, sedangkan faktor predisposisi (paritas , pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (jarak) tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC.
Disarankan bagi bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Sosopan agar memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan suami tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, ada atau tidak adanya gangguan kehamilan guna mendeteksi dini gangguan pada kehamilan sehingga ibu maupun janin yang dikandung tetap sehat .
ABSTRACT
Antenatal care service utilization at Sosopan Sub-District, Padang Lawas District is still low. The low of antenatal care service utilization related to predisposing, enabling and need factors.
This research aimed to analyze factors influencing antenatal care service utilization at Sosopan Sub-District, Padang Lawas District. This research was an analytical-survey by using cross sectional study design. The population were all of mothers with gestational age more than 13 weeks and the mother who have delivered their babies for less than 2 months in the working area of Sosopan Health Centre, which were 112 mothers involved. All of population were being the sample. Data collected by using questionnaire, and analyzed by multiple logistic regression at 95% Confidence Interval.
This research showed that respondents who utilized ANC service as much as 46% and do not utilize as much as 66%. Statistically result also showed predisposing factors (parity, knowledge and attitude), enabling factor (husband support) and need factors (perception of health/ill and clinical diagnose) influenced the antenatal care service utilization, while predisposing factors (age and education), enabling factors (economy and distance) did not influence antenatal care service utilization.
It is suggested to the midwives assigned at the Sosopan Health Center to provide health promotion to the pregnant mothers and their husbands on the importance of Antenatal Care, whether they have pregnancy disorders or not, for early detection of disorders in pregnancy so that both the mother and the fetus remain healthy.
.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan
rahmadnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah
Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012”.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, Sp.A (K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M. S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk mengikuti
Pendidikan di Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dan Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Sumatera Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan
dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.
4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, pemikiran dan bimbingan
kepada penulis.
5. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran
dan kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi penelitian ini.
6. Abdul Jalil Siregar selaku kepala Puskesmas Sosopan yang telah memberi izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Sosopan.
7. Semua responden yang sudah bersedia diwawancarai, terima kasih atas
informasi dan kerjasama yang baik selama penelitian.
8. Secara khusus buat Ayahanda Ali Adam Siregar dan Ibunda Doriomas
Harahap serta suami tercinta Brigadir Ginda Kaharuddin Pohan dan putri saya
Nabila Safitri Pohan, Syifa Khairiyah Pohan yang penulis sangat sayangi,
terima kasih atas do’a, perhatian, semangat, dukungan material dan moril,
semoga Allah SWT membalas semuanya dengan kebahagiaan.
9. Rekan-rekan satu stambuk di peminatan Kesehatan Reproduksi 2010 Only,
Aan, Nani, Yufdel, Eva, Lumongga, Aminah, dan teman-teman lainnya terima
kasih atas semangat kebersamaan selama menjalani perkuliahan dan
Kiranya penelitian ini mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
pada berbagai pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis juga sangat terbuka pada saran
dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi kepentingan kualitas
penelitian ini.
Medan, April 2013 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nuraijah Siregar yang dilahirkan pada tanggal 25 Pebruari
1980 di Kotamadya Padang Sidimpuan Propinsi Sumatera Utara, anak ke enam dari
enam bersaudara dari pasangan ayahanda Ali Adam Siregar dan Ibunda Doriomas
Harahap.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sadabuan
pada tahun 1986 dan diselesaikan pada tahun 1992, Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) Padangsidimpuan tahun 1992 dan selesai tahun 1995, Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Padangsidimpuan tahun 1995 dan selesai tahun
1998, pada tahun 1998 mulai masa pendidikan perguruan tinggi di Akademi
Keperawatan Republik Indonesia Medan dan selesai tahun 2001, pada tahun 2003
melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Minat Studi Kependudukan dan Biostatistika selesai tahun 2005. Kemudian
pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara minat studi Kesehatan
Reproduksi.
Riwayat bekerja penulis dimulai sejak tahun 2001-2003 bekerja sebagai
perawat pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) SMAN 5 Kota Bengkulu, tahun
2006-2009 menjadi staf pengajar di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara (STIKesSU) dan tahun 2010 menjadi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... ... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Hipotesis ... 12
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care =ANC) ... 13
2.1.1 Pengertian ... 13
2.1.2 Tujuan Antenatal Care (ANC) ... 14
2.1.3 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan ... 15
2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan ... 16
2.1.5 Pelayanan Antenatal ... 16
2.1.6 Standar Pelayanan Kebidanan ... 19
2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 22
2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal .... 24
2.4 Landasan Teori ... 26
2.5 Kerangka Konsep ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian ... 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2 Waktu Penelitian ... 29
3.3 Populasi dan Sampel ... 29
3.3.1 Populasi ... 29
3.3.2 Sampel ... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.5.1 Variabel Terikat ... 33
3.5.2 Variabel Bebas ... 33
3.6 Metode Pengukuran... ... 35
3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen ... 35
3.6.2 Pengukuran Variabel Independen ... 35
3.7 Metode Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1 Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 40
4.1.2 Fasilitas di Puskesmas Sosopan ... 41
4.1.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Sosopan... 41
4.1.4 Fasilitas Sumber Daya Manusia ... 42
4.1.5 Distribusi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 42
4.2 Analisis Univariat... 43
4.2.1 Distribusi Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 43
4.2.2 Distribusi Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 44
4.2.3 Distribusi Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 48
4.2.4 Distribusi Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan ... 50
4.3 Analisis Bivariat ... 51
4.4 Analisis Multivariat ... 55
BAB V PEMBAHASAN ... 59
5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan ANC ... 59
5.1.1 Pengaruh Umur Ibu terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 59
5.1.2 Pengaruh Paritas Ibu terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 61
5.1.4 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten
Padang Lawas ... 64
5.1.5 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas .. 66
5.2 Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan ANC .... 67
5.2.1 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 67
5.2.2 Pengaruh Ekonomi Keluarga terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 69
5.2.3 Pengaruh Jarak terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas .. 71
5.3 Pengaruh Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ANC ... 72
5.3.1 Pengaruh Persepsi Sehat/Sakit terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 72
5.3.2 Pengaruh Diagnosa Klinis terhadap Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
6.1 Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 77
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Dukungan
Suami ... 31
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Dukungan
Suami ... 33
3.3 Variabel, Cara, Alat, Hasil dan Skala Ukur ... 38
4.1 Distribusi Cakupan K1 dan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas
Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2011 ... 42
4.2 Distribusi Frekuensi Umur Kehamilan dan Umur Mulai
Memeriksakan Kehamilan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 43
4.3 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas
Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 44
4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Predisposisi (Umur, Paritas, Pendidikan,
Pengetahuan dan Sikap) Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 44
4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pemanfaatan ANC di
Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 45
4.6 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Pemanfaatan ANC di Wilayah
Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 46
4.7 Distribusi Frekuensi Faktor Pemungkin (Dukungan Suami, Ekonomi
Keluarga dan Jarak) tentang Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas... 48
4.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami tentang Pemanfaatan ANC di
Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 49
4.9 Distribusi Frekuensi Faktor Kebutuhan (Persepsi Sehat/Sakit dan
4.10 Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas ... 51
4.11 Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 25
2.2 Kerangka Teori Modifikasi Model Anderson dan Wibowo ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 85
2. Data Validitas Dan Reliabilitas ... 92
3. Reliabilitas dan Validitas ... 94
4. Master Data ... 97
5. Hasil Olah Data Penelitian ... 100
6. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 129
ABSTRAK
Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Sosopan Kabupaten Padang Lawas masih rendah. Rendahnya pemanfaatan pelayanan ANC terkait dengan faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan ANC di wilayah kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas. Jenis penelitian adalah survey-analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan > 13 minggu dan seluruh ibu bersalin yang melahirkan < 2 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sosopan,
sebanyak 112 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh melalui
kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda (CI=5%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan pelayanan ANC sebanyak 41,1% dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 58,9%. Secara statistik hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pemungkin (dukungan suami) dan faktor kebutuhan (persepsi sehat/sakit dan diagnosa klinis) berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC, sedangkan faktor predisposisi (paritas , pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (jarak) tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC.
Disarankan bagi bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Sosopan agar memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan suami tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, ada atau tidak adanya gangguan kehamilan guna mendeteksi dini gangguan pada kehamilan sehingga ibu maupun janin yang dikandung tetap sehat .
ABSTRACT
Antenatal care service utilization at Sosopan Sub-District, Padang Lawas District is still low. The low of antenatal care service utilization related to predisposing, enabling and need factors.
This research aimed to analyze factors influencing antenatal care service utilization at Sosopan Sub-District, Padang Lawas District. This research was an analytical-survey by using cross sectional study design. The population were all of mothers with gestational age more than 13 weeks and the mother who have delivered their babies for less than 2 months in the working area of Sosopan Health Centre, which were 112 mothers involved. All of population were being the sample. Data collected by using questionnaire, and analyzed by multiple logistic regression at 95% Confidence Interval.
This research showed that respondents who utilized ANC service as much as 46% and do not utilize as much as 66%. Statistically result also showed predisposing factors (parity, knowledge and attitude), enabling factor (husband support) and need factors (perception of health/ill and clinical diagnose) influenced the antenatal care service utilization, while predisposing factors (age and education), enabling factors (economy and distance) did not influence antenatal care service utilization.
It is suggested to the midwives assigned at the Sosopan Health Center to provide health promotion to the pregnant mothers and their husbands on the importance of Antenatal Care, whether they have pregnancy disorders or not, for early detection of disorders in pregnancy so that both the mother and the fetus remain healthy.
.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan juga
adalah hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan untuk mempertinggi
derajat kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan. Berkaitan dengan itu perlu terus ditingkatkan berbagai upaya terutama
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang lebih
baik serta semakin memperluas cakupan pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran
utama pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas ibu dan anak
yang dewasa ini dirasakan masih relatif rendah. Hal ini tentunya dapat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 1999).
Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu dari delapan tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) yang diadopsi pada KTT Milenium 2000.
Berdasarkan data Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 1990 adalah
Angka tertinggi terdapat di Afrika Sub Sahara sebesar 640/100.000 KH, diikuti Asia
Selatan 290/100.000 KH, dibandingkan dengan Amerika Latin dan Karibia
85/100.000 KH, Amerika Utara 23/100.000 KH, dan di Eropa 10/100.000 KH
(Childinfo, 2011). Di Asia Tenggara AKI rata-rata 164/100.000 KH, yang tertinggi
adalah di Republik Rakyat Demokratik Laos 580/100.000 KH, Timor Leste
370/100.000 KH, dan Kamboja 290/100.000 KH, dan Negara dengan nilai yang
relatif rendah yakni singapura 9/100.000 KH, Brunai Darussalam 21/100.000 KH,
dan Malaysia 31/100.000 KH (UNFPA, 2011; UNESCAP, 2011).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan AKI di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB
34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000
kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment
Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan Angka Kematian Ibu menurun dari
228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka
Kematian Bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara AKI di Sumatera Utara
sebanyak 268 per 100.000 KH pada tahun 2010. Sedangkan menurut Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2011 Angka Kematian Ibu di Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2010 sebanyak 159 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
masih tinggi dan masih jauh dari target yang ingin dicapai oleh Depkes RI untuk
tahun 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian maternal dapat dibagi dalam beberapa masalah, antara
lain masalah reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi
dan budaya dan sebagainya. Tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat
menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Demikian juga dengan ibu hamil yang
tidak mengalami atau memperoleh pendidikan akan berakibat pada kurangnya
pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut (Manuaba,
2002).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian
ibu, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan
infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian antara lain kurang energi
kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Sedangkan
berdasarkan laporan PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%) (Depkes RI,
2009b). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (Tiga
Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di
fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya
pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditinjau dari AKI dan AKB.
Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong persalinan.
Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga
medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis,
khususnya yang terjadi di pedesaan. Untuk dapat menekan AKB dan AKI perlu
digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelangsungan hidup, perkembangan
serta perlindungan ibu dan anak, Gerakan Keluarga Reproduksi Sehat (GKRS), Safe
Motherhood, dan penempatan bidan di desa-desa (Depkes RI, 2009; Kusmiran,
2011).
Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan
bayi yang sehat. Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai upaya
kesejahteraan/ keselamatan ibu. Kesejahteraan ibu menunjukkan ruang lingkup yang
luas, meliputi hal-hal di luar kesehatan, sedangkan keselamatan ibu berorientasi
khusus pada aspek kesehatan. Safe Motherhood memiliki Empat Pilar utama yaitu;
1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan Antenatal Care (ANC), 3) Persalinan yang
aman, 4) Pelayanan obstetric essensi/emergensi. Pilar yang kedua yaitu pelayanan
antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai (Prawirohardjo, 2010).
Mengacu pada Indonesia Sehat 2010, program Making Pregnancy Safer
terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan.
MPS ini dilakukan dengan meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir; membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas
program dan lintas sektor; mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga; dan
mendorong keterlibatan masyarakat (Bappenas, 2007).
Dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
nasional serta Millennium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011
Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal).
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan target MDGs lainnya. Oleh karena
itu, upaya penurunan AKI tidak dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa,
diperlukan upaya-upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektor untuk
mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai target MDGs. Salah
satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap
persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada
seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Jaminan Persalinan ini
diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan kehamilan
(ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga pada gilirannya dapat menekan angka
kematian ibu dan bayi.
Mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik dan teratur merupakan salah
merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil menuju
kandungan ata
satu kali kunjungan pada usia kehamilan trimester pertama, satu kali kunjungan pada
trimester kedua, dan dua kali kunjungan pada kehamilan trimester ketiga, dengan
catatan kehamilan berlangsung normal. Ada baiknya pemeriksaan kehamilan
dilakukan sebulan sekali hingga usia kehamilan 28 minggu, dua minggu sekali pada
usia 28-36 minggu dan seminggu sekali pada usia kehamilan 36-40 minggu (Salmah,
dkk., 2006).
Kualitas pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan selama hamil
secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan
untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan
bayi sehat (Depkes RI, 1998). Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan
dari program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pelayanan ini bisa dilaksanakan oleh
bidan di poliklinik KIA di puskesmas. Pelayanan antenatal dapat diperoleh pada
waktu pelaksanaan posyandu oleh bidan, ditempat dokter atau bidan praktek swasta,
di rumah bersalin dan di poliklinik KIA rumah sakit.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization = WHO)
Antenatal care adalah salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan
guna mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan
bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas
diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Wiknjosastro,
2005).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan dapat berperan besar
dalam menurunkan AKI. Berdasarkan data WHO, ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya minimal empat kali selama periode 2000-2010 sebanyak 53%, untuk
negara berkembang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya satu kali kunjungan
mengalami peningkatan dari sekitar 64% pada tahun 1990 menjadi sekitar 81% pada
tahun 2009, sedangkan untuk negara miskin hanya 39% ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya empat kali atau lebih sebelum melahirkan selama tahun
2000-2010 (WHO, 2012).
Hasil Riskesdas 2010 menyatakan bahwa di Indonesia ibu hamil yang
memeriksakan kesehatannya ke tenaga kesehatan trimester I (KI) adalah 72,3% dan
K4 adalah 61,4%. Selanjutnya menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2011, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Sumatera Utara adalah
90,76% dan K4 adalah 83,31%.
Berdasarkan Laporan Pelayanan Kesehatan Dinas kesehatan Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2011, jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 6003 dan yang
memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu K1 sebanyak 5122
menunjukkan bahwa pencapaian Kabupaten belum sesuai dengan target nasional.
Puskesmas Sosopan terletak di Kecamatan Sosopan terdiri atas 22 desa dengan
jumlah bidan desa sebanyak 16 orang dimana terdapat 6 desa yang tidak memiliki
bidan desa. Berdasarkan laporan KIA-KB puskesmas Sosopan ibu hamil sasaran ibu
hamil yang tercatat pada tahun 2011 sebanyak 441 dan yang memeriksakan
kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu K1 sebanyak 214 orang (48,52%)
dan K4 sebanyak 49 orang (22,89%). Angka ini masih rendah bila dibandingkan
dengan target pencapaian kegiatan ANC menurut Depkes RI (2008) K1 sebesar
92,9% dan tahun 2010 K1 dan K4 sebesar 95%.
Menurut Wibowo (1992), pada tahun 1945 organisasi kesehatan sedunia
(WHO) mencetuskan bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan faktor terpenting
didalam pelayanan kesehatan ibu dan direkomendasikan untuk masuk sebagai
komponen penting pada program kesehatan masyarakat, khususnya program
kesehatan ibu dan anak di berbagai Negara. WHO juga menyatakan bahwa
pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan karena
merupakan momentum paling tepat untuk mendeteksi secara dini kelainan atau
penyakit oleh ibu hamil ataupun janinnya sehingga intervensi berupa tindakan
pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan seawal mungkin.
Pemeriksaan kehamilan terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik selama kehamilan, untuk
menghadapi persalinan. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui berbagai
diatasi. Keadaan yang tidak dapat diatasi segera dirujuk ketempat yang lebih lengkap
peralatannya sehingga mendapat perawatan yang optimal. Dengan dilakukannya
pemeriksaan kehamilan angka kematian ibu dan bayi dapat diturunkan (Manuaba,
2009)
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin setelah dirinya hamil, untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal yang
lebih lengkap. Pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk menjamin setiap
kehamilan berpuncak pada upaya untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa menganggu
kesehatan ibunya (Bahri, 2000., dalam Dewi, 2010).
Beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak memeriksakan kesehatan
kehamilannya : (1) ibu sering tidak berhak memutuskan sesuatu, karena hal itu hak
suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan
kehamilan dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional, (2) fasilitas untuk
pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak
memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan petugas yang
kurang memuaskan, (3) beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan
kehamilannya, sehingga ibu tidak melakukannya, (4) transportasi yang sulit, baik
bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi
mereka, (5) kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang tidak mengizinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya, (6)
takhayul dan keraguan untuk memeriksa kehamilan kepada petugas kesehatan
tenaga kesehatan secara umum, beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai
semua petugas kesehatan pemerintah, (8) ibu dan/atau anggota keluarga tidak mampu
membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan (Depkes RI,
2005b).
Banyak sebenarnya faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan
antenatal care oleh ibu hamil, seperti hasil penelitian Khairati (2000), menyatakan
bahwa pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan umur ibu memengaruhi
pemanfaatan pelayanan antenatal. Hasil penelitian Ulina (2004) menunjukkan
variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan paritas mempunyai pengaruh
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan variabel pekerjaan dan riwayat
persalinan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Penelitian
Agnes (2005) juga menyatakan bahwa variabel pengetahuan, pendapatan keluarga,
pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kunjungan pelayanan
antenatal.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di 3 desa di Kecamatan Sosopan
dengan melalui wawancara terhadap 10 ibu hamil diperoleh 60% ibu mengatakan
tidak memanfaatkan pelayanan antenatal disebabkan karena tidak mengalami
gangguan selama kehamilannya (60%). Karakteristik ibu hamil yang tidak
memanfaatkan pelayanan tersebut separuhnya (50%) berpendidikan tinggi, tidak
bekerja, memiliki pendapatan keluarga lebih dari Rp.1.000.000, serta paritas > 2
orang, dimana ibu yang mempunyai paritas > 2 orang tersebut berusia 20-35 tahun
dukungan (90 %) untuk memeriksakan kehamilan tetapi masih banyak ibu yang tetap
tidak memanfaatkan pelayanan antenatal tersebut. Ibu memiliki sikap yang baik
tentang pentingnya memeriksakan kehamilan (60 %), walaupun sikap ibu baik tidak
di dukung dengan tindakan yang baik pula dalam hal ini ibu tidak memeriksakan
kehamilan sesuai dengan standar minimal kunjungan ANC.
Mengingat banyaknya faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan
antenatal care maka penelitian ini hanya melihat pada pengaruh faktor predisposisi
(umur ibu, paritas, pendidikan, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (dukungan
suami, ekonomi keluarga, dan jarak) dan faktor kebutuhan (persepsi sehat/sakit dan
diagnosa klinis) terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja
Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas tahun 2012.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal care (K1 dan K4) di wilayah kerja
Puskesmas Sosopan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh faktor predisposisi (umur ibu, paritas, pendidikan, pengetahuan,
dan sikap), faktor pemungkin (dukungan suami, ekonomi keluarga, dan jarak) dan
faktor kebutuhan (persepsi sehat/sakit dan diagnosa klinis) terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sosopan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas dan khususnya Puskesmas
Sosopan sebagai informasi dalam evaluasi pelayanan ANC sehingga dapat
dilakukan perbaikan untuk meningkatkan pelayanan ANC guna mewujudkan
penurunan AKI
2. Bagi tenaga kesehatan sebagai masukan untuk mendapatkan informasi tentang
faktor-faktor yang memengaruhi terhadap pemanfaatan ANC. Dengan
diketahuinya faktor-faktor tersebut sehingga dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan cakupan ANC serta kampanye kesehatan masyarakat agar dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care = ANC) 2.1.1 Pengertian
Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Wiknjosastro, 2005.; Manuaba,
2008).
Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak ibu
hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi
2.1.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)
Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan
ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran, dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011)
2.1.2.1 Tujuan Umum
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran.
5. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau obstetrik
selama kehamilan.
6. Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi komplikasi
7. Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
Tujuan dilakukannya ANC adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, sehingga ibu sehat
dan menghasilkan bayi yang sehat pula (Depkes RI, 2004.; Mochtar, 2005)
2.1.2.2 Tujuan Khusus
Menurut Manuaba (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2011),
menyatakan bahwa tujuan khusus antenatal care adalah :
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit-penyulit yang terdapat
saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, nifas.
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil
sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
2.1.3 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu
dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai
dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan
WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan dalam masa kehamilan ibu harus
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : satu kali kunjungan (sebelum usia kehamilan 14 minggu)
2. Trismester II : satu kali kunjungan (usia kehamilan antara 14-28 minggu)
3. Trismester III : dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan
sesudah usia kehamilan 36 minggu).
2.1.5 Pelayanan Antenatal
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depkes RI (2002a), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB,
kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi
(fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku
sehari-hari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko,
oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan
pemeriksaan kehamilan ulang.
2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2002a), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu
hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini
dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama
Kunjungan pertama adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12
minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat
Kunjungan keempat adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
a. Minimal 1 kali pada trimester I , usia kehamilan 1-12 minggu
b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
1. Jadwal Pemeriksaan
Menurut Depkes RI (2002a), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan
antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama, kedua dan ketiga
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi.
b. Kunjungan Keempat
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan
normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko
tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Menurut Mochtar (2005) jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
2. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002a).
2.1.6 Standar Pelayanan Kebidanan
Pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal
merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
kebidanan di setiap tingkat pelayanan. Standar pelayanan kebidanan meliputi 24
standar yang dikelompokkan atas : (1) standar pelayanan umum terdiri dari 2 standar
(standar 1 - 2), (2) standar pelayanan antenatal terdiri dari 6 standar (standar 3 – 8),
(3) standar pertolongan persalinan terdiri dari 4 standar (standar 9 – 12), (4) standar
pelayanan nifas terdiri dari 3 standar (standar 13 – 15) dan (5) standar penanganan
kegawatdaruratan obstetrik-neonatal terdiri dari 9 standar (standar 16 – 24).
Menurut Depkes RI (2005b) standar pelayanan antenatal terdiri atas 6
standar, yakni :
1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
Hasilnya :
a. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
b. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemerikasaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan
hamil
c. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan.
Hasilnya :
a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 x selama
kehamilan
b. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat
c. Deteksi dini dan pengananan komplikasi kehamilan
d. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
e. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.
3. Standar 5 : Palpasi Abdominal
Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan
Hasilnya :
a. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
b. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan
c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai
dengan kebutuhan.
4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Tujuannya adalah menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan
melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatsi anemia sebelum
persalinan berlangsung.
Hasilnya :
1. Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk
2. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia
3. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini hepertensi pada
kehamilan dan memerlukan tindakan yang diperlukan.
Hasilnya :
a. Ibu hamil dengan tanda pre–eklamsia mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu
6. Standar 8 : Persiapan Persalinan
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam
lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.
Hasilnya :
a. Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan
yang bersih dan aman
b. Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan memadai dengan
pertolongan bidan terampil.
c. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika
perlu
d. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila perlu.
2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Levey dan Loomba (1973), Depkes RI (2006) dalam Anisatullaila
(2010) menyatakan pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh
petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan
layanan kesehatan tersebut. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi
keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan
kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan,
pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan
penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).
(Muzaham, 1995).
Menurut Departement Of Education and Welfare, USA (1997) dalam Damhar
(2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor
regional dan residence (2) faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan
(3) faktor adanya fasilitas kesehatan lain, (4) faktor dari konsumen yang
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi (meliputi umur, jenis
kelamin dan status perkawinan), faktor sosial psikologis (meliputi sikap/persepsi
terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari
pelayanan kesehatan), faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan
kesehatan.
Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan harus memiliki
persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah dicapai, mudah
dijangkau, dapat diterima dan wajar, bermutu (Azwar, 1996). Rendahnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan (1) jarak yang jauh (faktor
geografi), (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi), (3)
Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi), dan (4) tradisi yang menghambat
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal
Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang
dikembangkan seperti model kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model
organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam
masing-masing model (Notoatmodjo, 2010).
Salah satunya menurut Anderson (1974), sebagaimana dikutip oleh
Notoadmodjo (2010) menggambarkan model sistem kesehatan (health system model)
berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model). Dalam model Anderson
ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga dan lain-lain)
b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)
c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)
2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan
individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,
keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
sebagainya).
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan
stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila
faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan
dapat dikategorikan menjadi :
a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit,
ketidakmampuan bekerja)
b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit
didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala
penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter)
[image:45.612.119.531.443.673.2]Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah :
Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Komponen Predisposisi
Komponen Pemungkin
Susunan Keluarga
Sumber Keluarga
Sumber Masyarakat Struktur
Sosial
Respon terhadap
sakit
Kepercayaan Kesehatan
Sakit / Penyakit Komponen Kebutuhan
2.4 Landasan Teori
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi
keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan
kesehatan meliputi variabel demografi (seperti umur, jenis kelamin, status
perkawinan), variabel struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa)
serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit
termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan. Meskipun
keluarga memberikan predisposisi untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan namun
ada beberapa faktor harus terrsedia untuk menunjang pelaksanaan yaitu faktor
kemampuan baik dari keluarga seperti penghasilan, simpanan asuransi, atau
sumber-sumber lainnya dan dari komunitas seperti tersedianya fasilitas dan tenaga pelayanan
kesehatan, lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu yang digunakan untuk
mencapai fasilitas pelayanan tersebut (Muzaham, 1995).
Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Henniwati (2008), ada beberapa
faktor yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah
faktor regional, faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yatu tipe
dari organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, faktor adanya fasilitas kesehatan, faktor-faktor dari konsumen yang
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis yaitu meliputi
sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian Murniati (2007), faktor–faktor yang berhubungan
faktor pemungkin dan kebutuhan. Faktor predisposisi meliputi variabel umur ibu,
paritas, jarak kelahiran, pendidikan , pengetahuan dan sikap. Dari faktor predisposisi
ini yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal adalah pengetahuan.
Faktor pemungkin meliputi variabel pekerjaan suami dan keterjangkauan. Variabel
yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal pada faktor pemungkin
adalah keterjangkauan pelayanan. Sedangkan faktor kebutuhan terdiri dari variabel
kondisi ibu dan ketersediaan pelayanan (pelayanan 5T) memiliki hubungan dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal.
Menurut Andersen (1968) dalam Wibowo (1992), faktor yang berpengaruh
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah komponen predisposing
(predisposisi seseorang untuk memakai pelayanan), komponen enabling (kemampuan
seseorang untuk mencari pelayanan) dan komponen need (kebutuhan seseorang akan
pelayanan kesehatan). Wibowo (1992) mengembangkan model Andersen (1968)
dengan meneliti faktor-faktor oleh ibu hamil. Model pemanfaatan pelayanan
antenatal dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur
sosial dan kepercayaan kesehatan, seperti: umur ibu, paritas, jarak kelahiran,
pendidikan, pengetahuan, sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan
sumber masyarakat, seperti: dukungan suami, ekonomi keluarga, pembayaran,
ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah sakit
atau penyakit dan respon terhadap penyakit seperti riwayat, keluhan, persepsi sehat,
Gambar 2.2 Kerangka Teori Model Wibowo
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Komponen Predisposisi
1. Umur Ibu
2. Paritas
3. Interval Kelahiran
4. Pendidikan
5. Pengetahuan
6. Sikap
Komponen Pemungkin
1. Dukungan Suami
2. Ekonomi Keluar
3. Pembayaran
4. Ongkos
5. Waktu
6. Ketersediaan
Pelayanan
7. Jarak
Komponen Need
1. Riwayat/kehamilan
masa lalu
2. Keluhan/penyakit yang
diderita
3. Persepsi sehat
4. Kondisi ibu
5. Rencana pengobatan
6. Hb
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Faktor Predisposisi
a. Umur ibu
b. Paritas
c. Pendidikan
d. Pengetahuan
e. Sikap
Faktor Pemungkin
a. Dukungan Suami
b. Ekonomi keluarga
c. Jarak
Pemanfaatan ANC
Faktor Kebutuhan
a. Persepsi Sehat/sakit
[image:48.612.122.516.387.648.2]BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan
menggunakan desain sekat silang (cross sectional) untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) di wilayah kerja
Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten
Padang Lawas. Alasan memilih lokasi ini karena kunjungan pemeriksaan kehamilan
di wilayah kerja Puskesmas Sosopan masih dibawah target yaitu K1 sebesar 48,52%
dan K4 sebesar 22,89%. Angka ini menunjukkan bahwa kunjungan pemeriksaan
kehamilan masih jauh dari target nasional K1 dan K4 sebesar 95% tahun 2010.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012-Februari 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan
kehamilan 13 minggu adalah batas usia maksimum yang harusnya memanfaatkan
pelayanan Antenatal Care minimal 1 kali dan dengan waktu < 2 bulan persalinan ibu
masih ingat dengan pemanfaatan ANC-nya di wilayah kerja Puskesmas Sosopan
Kabupaten Padang Lawas yang berjumlah 112 orang yang tercatat Januari-Agustus
tahun 2012.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan
> 13 minggu dan seluruh ibu bersalin yang melahirkan < 2 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas yang berjumlah 112 orang yang
tercatat Januari-Agustus tahun 2012.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Dinas kesehatan Kabupaten
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner ini dilakukan pada 30 ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Latong Kabupaten Padang Lawas pada bulan
Agustus 2012.
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
kolerasi antara variabel pada analisis validitas dengan melihat nilai corrected
item-total correlation > r tabel = 0,361 (pada taraf signifikansi 5%, n=30), maka
dinyatakan valid dan sebaliknya (Riwidikdo, 2008; Saryono, 2008; Riyanto, 2009).
Uji validitas pada variabel pengetahuan, sikap dan dukungan suami dapat
[image:51.612.117.528.473.605.2]dilihat pada Tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami No Variabel Corrected Item-Total Correlation Keterangan
1 Pengetahuan
Item1 0,718 Valid
Item3 0,609 Valid
Item5 0,807 Valid
Item8 0,531 Valid
Item9 0,708 Valid
Item10 0,651 Valid
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Corrected Item-Total Correlation Keterangan
2 Sikap
Item1 0,397 Valid
Item2 0,429 Valid
Item3 0,379 Valid
Item4 0,443 Valid
Item5 0,397 Valid
Item6 0,413 Valid
Item7 0,424 Valid
Item8 0,385 Valid
Item9 0,511 Valid
Item10 0,391 Valid
Item11 0,470 Valid
Item12 0,390 Valid
3 Dukungan Suami
Item1 0,885 Valid
Item2 0,794 Valid
Item3 0,885 Valid
Item4 0,707 Valid
Item5 0,791 Valid
Item6 0,707 Valid
Item7 0,791 Valid
b. Reliabilitas
Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan
(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya,
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang
dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan,
[image:52.612.114.530.144.463.2]Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran. Menurut Djemari (2003) dalam Riwidikdo (2008) menyatakan bahwa
kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha minimal 0,7, dapat dilihat
[image:53.612.114.528.320.383.2]pada Tabel 3.2:
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami
No Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
1 Pengetahuan 0,836 Reliabel
2 Sikap 0,779 Reliabel
3 Dukungan Suami 0,935 Reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat
Pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah batas minimal frekuensi
kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan.
3.5.2 Variabel Bebas
1. Umur ibu adalah lama hidup responden yang dihitung dalam tahun penuh saat
dilakukan wawancara
2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir mati maupun
lahir hidup sebelum kehamilan yang sekarang.
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal ibu berdasarkan ijazah terakhir yang
4. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pelayanan antenatal care dan pemanfaatannya.
5. Sikap adalah pandangan ibu tentang kehamilan, pemeriksaan kehamilan dan
kesiapan ibu seandainya terjadi kelainan/gangguan kesehatan sehubungan dengan
kehamilannya.
6. Dukungan Suami adalah pendapat atau persepsi ibu terhadap keterlibatan suami
dalam pemeriksaan kehamilan ibu yang sekarang, baik dalam bentuk dukungan
maupun keikutsertaan suami dalam mendampingi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya.
7. Ekonomi keluarga adalah keadaan keuangan keluarga ibu hamil yang dilihat
berdasarkan rata-rata pengeluaran bulanan per kepala untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari.
8. Jarak adalah lama tempuh yang dilalui ibu dari rumah ke tempat pelayanan
antenatal.
9. Persepsi sehat/ sakit adalah pandangan ibu hamil terhadap keadaan kesehatannya
yang dikaitkan dengan ketidakmampuan melakukan beberapa kegiatan
sehari-hari.
10.Diagnosa Klinis adalah diagnosa kesehatan dari petugas tentang kondisi ibu
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen
Untuk mengukur pemanfaatan pelayanan antenatal care didasarkan pada
skala nominal dapat dilihat dari :
0. Memanfaatkan : bila minimal frekuensi kunjungan ANC sesuai dengan umur
kehamilan (sesuai standar minimal kunjungan ANC yakni pada trimester I
minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan timester III minimal 2 kali).
1. Tidak memanfaatkan : bila minimal frekuensi kunjungan ANC tidak sesuai
dengan umur kehamilan (tidak sesuai standar minimal kunjungan ANC).
3.6.2 Pengukuran Variabel Independen
Pengukuran variabel independen yaitu faktor predisposisi (umur ibu, paritas,
pendidikan, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (dukungan suami, ekonomi
keluarga, dan jarak) dan faktor kebutuhan (persepsi sehat/ sakit dan diagnosa klinis).
1. Umur ibu, terdiri atas 2 kategori :
0. < 20 dan > 35 Tahun
1. 20 – 35 Tahun
2. Paritas, terdiri atas 2 kategori :
0. ≤ 2 orang
1. > 2 orang
3. Pendidikan, terdiri atas 2 kategori :
0. Tinggi (SMA, Diploma/PT)
4. Pengetahuan tentang antenatal care, terdiri atas 2 kategori :
0. Pengetahuan baik, jika responden memperoleh nilai benar > 50% dari
total skor (nilai 4-7).
1. Pengetahuan kurang, jika responden memperoleh nilai benar ≤ 50% dari
total skor (nilai 0-3).
5. Sikap, terdiri atas 2 kategori :
0. Baik, jika responden memperoleh nilai benar > 50% dari total skor (nilai
24-36).
1. Kurang, jika responden memperoleh nilai benar ≤ 50% dari total skor
(nilai 12-23).
Pengukuran sikap ini terdiri atas tiga macam kategori jawaban, yaitu tidak
setuju (TS), kurang setuju (KS) dan setuju (S). Pernyataan sikap dibagi atas 2
bagian, yakni pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyaatan positif, jika
responden menjawab, S diberi nilai 3, KS diberi nilai 2, TS diberi nilai 1. Dan
untuk pernyataan negatif penilaiannya adalah sebaliknya.
6. Dukungan suami, terdiri atas 2 kategori :
0. Mendukung, jika responden menjawab ya > 50% dari total pertanyaan
(4-7 pertanyaan).
1. Kurang mendukung, jika responden menjawab ya ≤ 50% dari total
7. Ekonomi Keluarga, terdiri atas 2 kategori :
0. Tinggi, jika pengeluaran ≥ Rp243.729,- per orang per bulan
1. Rendah, jika pengeluaran < Rp243.729,- per orang per bulan (BPS, 2012). 8. Jarak, terdiri atas 2 kategori :
0. Dekat, bila waktu tempuh yang dilalui dari rumah ke pelayanan antenatal
≤ 30 menit.
1. Jauh, bila waktu tempuh yang dilalui dari rumah ke pelayanan antenatal
>30 menit.
9. Persepsi sehat/ sakit, terdiri atas 2 kategori :
0. Sakit, jika ibu merasakan ada masalah terhadap keadaan kesehatannya
yang dikaitkan dengan ketidakmampuan ibu melakukan beberapa
kegiatan.
1. Sehat, jika ibu merasakan tidak ada masalah terhadap keadaan
kesehatannya yang dikaitkan dengan kemampuan ibu melakukan beberapa
kegiatan.
10.Diagnosa klinis, terdiri atas 2 kategori :
0. Ada, jika ibu mengalami gangguan kehamilan berdasarkan hasil
pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
1. Tidak ada, jika ibu tidak mengalami gangguan kehamilan berdasarkan
Tabel 3.3 Variabel, Cara, Alat, Hasil dan Skala Ukur
Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Terikat
Pemanfatan ANC Wawancara (Kuesioner) 0=Memanfaatkan 1=Tidak
Memanfaatkan
Nominal
Variabel Bebas Faktor Predisposisi
1. Umur ibu Wawancara (Kuesioner) 0=<20 dan >35 tahun
1=20-35 tahun
Nominal
2. Paritas Wawancara (Kuesioner) 0=≤2 orang
1= >2 orang
Ordinal
3. Pendid