INVENTARISASI JENIS-JENIS ANGGREK DI SAMOSIR UTARA KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA
(Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)
Hasil Penelitian
Oleh:
FLORA YOLANDA PANJAITAN 071201042 / MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara
(Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)
Nama : Flora Yolanda Panjaitan
NIM : 071201042
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Pindi Patana, S. Hut, M. Sc
NIP: 19750525 200003 1 001 NIP: 19640505 199403 2 001 Ir. Ma’rifatin Zahra M. Si
Mengetahui :
Ketua Departemen Kehutanan
19710416 200112 2 001 Siti Latifah, S. Hut, M. Si
ABSTRACT
Flora Yolanda Panjaitan. (071201042). Inventory Types of Orchids in North Samosir, Samosir District, North Sumatra Province (Case Study Sub District Ronggurnihuta and Simanindo).
Guided By Pindi Patana, S. Hut, M. Sc and Ir Ma'rifatin Zahra, M. Si.
The purpose of this study was to identify the type of orchid that exist in North Samosir and to determine the distribution of orchid species in North Samosir. There seach was conducted in the area of North Samosir, Partukoan Village District Ronggurnihuta and the Village Tanjungan, Simanindo District of North Sumatra Province, conducted from June to July 2011. The method used is purposive sampling. Based on the results of research in the field found as many as 10 species of orchids from 8 genera of orchids are found. Of the 10 species of orchids are found, six species of orchids are epiphyt orchid that is Agrostophyllum magi, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne Dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium , Eria pilifera and 4 species of orchid is a terrestrial orchid (soil) that is Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathglottis aurea and Spathoglottis plicata. From the patterns of distribution
of species of orchids can be seen that the spread
of orchids in North Samosir spread uniformly although the numbers are not evenly distributed in each location . Factors that lead to unequal number of orchids in each location is the temperature, air humidity, win, rainfall, soil and altitude.
ABSTRAK
Flora Yolanda Panjaitan (071201042). Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).
Dibimbing Oleh Pindi Patana, S. Hut, M. Sc dan Ir Ma’rifatin Zahra, M. Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara dan untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Samosir Utara, Desa Partukoan Kecamatan Ronggurnihuta dan Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo Provinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan sebanyak 10 jenis anggrek dari 8 genus anggrek yang ditemukan. Dari 10 jenis anggrek yang ditemukan, 6 jenis anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophyllum majus, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera dan 4 jenis anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Samosir Utara menyebar secara seragam meskipun jumlahnya tidak merata di masing – masing lokasi. Faktor yang menyebabkan tidak meratanya jumlah anggrek di masing – masing lokasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, tanah dan ketinggian tempat.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Januari 1989, merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Ibunda E. Sinaga dan Ayahanda P. Panjaitan.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN. 060827 Medan, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMP Negeri 15 Medan dan tahun 2007 penulis lulus dari SMA Katolik Tri Sakti Medan. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas). Tahun 2009 penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di kawasan Aras Napal Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan kawasan Pulau Sembilan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada KPH Kuningan, Jawa Barat. Pada tahun 2011 penulis melakukan penelitian Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena sampai pada saat ini penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkan informasi.
Medan, Januari 2012
Flora Yolanda Panjaitan
DAFTAR ISI
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi ... 4
Deskripsi Anggrek ... 4
Klasifikasi Anggrek ... 6
Keberadaan Anggrek di Indonesia ... 6
Jenis – Jenis Tanaman Anggrek ... 8
Syarat – Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek a. Iklim ... 10
b. Media Tanam Anggrek ... 11
c. Ketinggian Tempat ... 12
GIS (Geographic Information System) ... 13
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Pengambilan Data ... 15
Metode Penelitian... 16
Analisis Data ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara ... 19
Deskripsi Jenis Anggrek ... 19
Analisis Vegetasi ... 39
Analisis Sebaran Jenis ... 44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Jumlah genus, spesies dan individu anggrek di Samosir Utara ... 19
2. a. Deskripsi jenis anggrek di Partukoan ... 20
b. Deskripsi jenis anggrek di Tanjungan ... 20
3. Perbandingan ciri Agrostophyllum majus ... 22
4. Perbandingan ciri Arundina graminifolia ... 24
5. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi ... 26
6. Perbandingan ciri Coelogyne dayana... 28
7. Perbandingan ciri Coelogyne salmonicolor ... 29
8. Perbandingan ciri Dendrobium setifolium ... 31
9. Perbandingan ciri Eria pilifera... 33
10. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae ... 35
11. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea ... 37
12. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata ... 38
13. a. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Partukoan Jalur 1 ... 39
b. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Partukoan Jalur 2 .... 39
c. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Tanjungan ... 40
14. a. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Partukoan Jalur 1 ... 41
b. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Partukoan Jalur 2 ... 41
c. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Tanjungan ... 42
15. a. Nilai keanekaragaman jenis anggrek epifit di Partukoan ... 43
b. Nilai keanekaragaman jenis anggrek teresterial di Partukoan ... 43
c. Nilai keanekaragaman jenis anggrek epifit di Tanjungan... 43
d. Nilai keanekaragaman jenis anggrek teresterial di Tanjungan ... 43
16. Pola Sebaran Jenis masing – masing anggrek di Partukoan ... 45
17. Pola Sebaran Jenis masing – masing anggrek di Tanjungan ... 46
DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi penelitian ... 14
2. Agrostophyllum majus di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 22
3. Arundina graminifolia di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 24
4. Bulbophyllum baileyi di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 26
5. Coelogyne dayana di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 28
6. Coelogyne salmonicolor di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir... 29
7. Dendrobium setifolium di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 31
8. Eria pilifera di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir... 33
9. Phaius tankervilliae di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 35
10.Spathoglottis aurea di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 37
11.Spathoglottis plicata di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 38
ABSTRACT
Flora Yolanda Panjaitan. (071201042). Inventory Types of Orchids in North Samosir, Samosir District, North Sumatra Province (Case Study Sub District Ronggurnihuta and Simanindo).
Guided By Pindi Patana, S. Hut, M. Sc and Ir Ma'rifatin Zahra, M. Si.
The purpose of this study was to identify the type of orchid that exist in North Samosir and to determine the distribution of orchid species in North Samosir. There seach was conducted in the area of North Samosir, Partukoan Village District Ronggurnihuta and the Village Tanjungan, Simanindo District of North Sumatra Province, conducted from June to July 2011. The method used is purposive sampling. Based on the results of research in the field found as many as 10 species of orchids from 8 genera of orchids are found. Of the 10 species of orchids are found, six species of orchids are epiphyt orchid that is Agrostophyllum magi, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne Dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium , Eria pilifera and 4 species of orchid is a terrestrial orchid (soil) that is Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathglottis aurea and Spathoglottis plicata. From the patterns of distribution
of species of orchids can be seen that the spread
of orchids in North Samosir spread uniformly although the numbers are not evenly distributed in each location . Factors that lead to unequal number of orchids in each location is the temperature, air humidity, win, rainfall, soil and altitude.
ABSTRAK
Flora Yolanda Panjaitan (071201042). Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).
Dibimbing Oleh Pindi Patana, S. Hut, M. Sc dan Ir Ma’rifatin Zahra, M. Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara dan untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Samosir Utara, Desa Partukoan Kecamatan Ronggurnihuta dan Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo Provinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan sebanyak 10 jenis anggrek dari 8 genus anggrek yang ditemukan. Dari 10 jenis anggrek yang ditemukan, 6 jenis anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophyllum majus, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera dan 4 jenis anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Samosir Utara menyebar secara seragam meskipun jumlahnya tidak merata di masing – masing lokasi. Faktor yang menyebabkan tidak meratanya jumlah anggrek di masing – masing lokasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, tanah dan ketinggian tempat.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan plasma nutfah
anggrek paling besar di dunia. Dari sekitar 26.000 spesies, Indonesia memiliki
sekitar 6.000 spesies tanaman anggrek dunia. Bahkan, sekitar 90% induk jenis
Dendrobium yang dikembangkan di dunia berasal dari Indonesia. Indonesia
merupakan negara tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat
untuk menjamin kehidupan tanaman anggrek. Tanaman anggrek liar di Indonesia
diperkirakan ada sekitar 5.000 jenis (Heriswanto, 2009).
Anggrek merupakan tanaman hias yang beraneka ragam jenisnya. Menurut
Schuttleworth et al., 1970, terdapat sekitar 25.000 jenis anggrek yang telah
dideskripsikan. Tanaman anggrek sangat populer dan banyak digemari karena
keindahan bentuk bunga dan baunya yang khas. Keindahan dan keanekaragaman
anggrek terutama terlihat pada morfologi dan warna bunga, sedangkan bentuk
vegetatif tanaman hampir serupa. Distribusi anggrek sangat luas dengan diversitas
yang besar dan sebagian besar tanaman anggrek tumbuh di kawasan tropis dan
subtropis (Tieneke, 2010).
Menurut Dressler (1990) anggrek merupakan keluarga tumbuhan yang
paling banyak spesiesnya dan terdapat dimana saja. Hal yang paling menarik dari
penyebaran anggrek yaitu penyebarannya di daerah yang berbeda, sebagian besar
tanaman anggrek berlimpah di hutan hujan yang berkisar 1000-2000 mdpl.
tempat-tempat yang beku seperti daerah kutub atau padang pasir yang benar-benar panas
dan kering.
Kabupaten Toba Samosir berada pada 2003’ - 2040’ Lintang Utara dan
98056’ - 99040’ Bujur Timur. Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah
2.021,8 km2. Kabupaten Toba Samosir berada diantara lima kabupaten yaitu
sebelah utara berbatasan dengan kabupaten simalungun, sebelah timur berbatasan
dengan labuhan batu dan asahan, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten
tapanuli utara serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten samosir.
Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian
antara 300-2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah
yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Sesuai dengan
letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke
dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17ºC - 29ºC dan
rata-rata kelembaban udara 85,04 % (IPDS, 2010).
Kabupaten Toba Samosir dengan segala keberadaannya dapat dijumpai
tumbuhan anggrek baik yang epifit (yang hidup menumpang di pohon) maupun
teresterial (yang hidup di tanah). Sejauh ini masih sedikit informasi / laporan
dokumentasi dan gambar yang mengungkapkan keanekaragaman jenis anggrek di
kawasan ini, khususnya di kawasan Samosir Utara. Untuk menggali dan kemudian
memanfaatkan jenis anggrek yang ada, usaha eksplorasi dan inventarisasi masih
sangat diperlukan dan harus diintensifkan. Kegiatan inventarisasi ini sendiri
sangat berguna untuk melihat keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di
Samosir Utara. Selain itu, kegiatan inventarisasi ini sendiri sangat bermanfaat
mengetahui bahwa di Samosir Utara juga terdapat berbagai jenis anggrek.
Masyarakat setempat tidak mengetahui adanya anggrek di Samosir Utara karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan anggrek. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis –
jenis anggrek yang terdapat di Samosir Utara.
.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara
2. Untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
TINJAUAN PUSTAKA
Inventarisasi
Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam
yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan
perencanaan pembangunan proyek-proyek kehutanan secara nasional dan
menyeluruh. Penetapan fungsi hutan dibagi menjadi empat fungsi hutan, yaitu
Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata
(Pamulardi,1995).
Secara umum, inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan
penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan
pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan
serbaguna. Secara umum, inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi
biofisik lapangan serta kondisi sosial ekonomi dari areal kawasan hutan yang
diinventarisasi (Arief, 2001).
Deskripsi Anggrek
Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup
sebagian besar epifit (tumbuh pada pohon inangnya), dan ada pula yang teresterial
(tumbuh di tanah atau sering juga disebut anggrek tanah). Anggrek memiliki
rimpang, akar yang seperti umbi tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang
berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu yang
mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai keindahan
(estetika) dan daya tarik tertentu. Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi, selain karena keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan
sebagai bunga potong yang tahan lama (tidak cepat layu) tidak seperti
bunga-bunga lain. Perkembangan anggrek dewasa ini mendapat perhatian yang sangat
besar dari masyarakat. Prospek pengembangan anggrek di Indonesia sangat cerah
(Rahardi, et all. 1993).
Daun anggrek berseling dengan tepi rata, berdaging dan biasanya tersusun
dalam dua baris. Bunga Anggrek terdiri dari lima bagian utama, yaitu sepal (daun
kelopak), Petal (daun mahkota), Stamen (benang sari), Pistil (putik), dan ovari
(bakal buah). Sepal adalah mahkota bunga yang terletak dibelakang sedangkan
petal yang di depannya. Pada labelum terdapat gumpalan yang berisi protein, zat
wangi dan minyak sebagai penarik serangga. Diatas labelum terdapat alat
reproduksi bunga (gynandrium), yang jantan dinamakan androecium dan yang
betina dinamakan gynoecium. Sebuk sari pada anggrek membentuk suatu
gumpalan yang dinamakan dengan polinia, umumnya berjumlah dua tetapi kadang
ada yang berjumlah empat atau enam. Polinia ini dihubungkan oleh seperti benang
yang pada ujung benangnya sedikit lengket yang disebut plasenta. Kepala putik
anggrek menghadap ke bawah, seperti lubang dangkal ke atas yang terdapat
dibawah atau dibalik tugu, apabila dipegang seperti lem yang lengket atau seperti
cairan kental berwarna putih (Sihotang, 2010).
Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam familia
Orchidaceae suatu familia yang sangat besar dan bervariasi. Famili ini terdiri dari
tanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia,
anggrek banyak ditemukan di hutan, umumnya hutan Kalimantan yang
merupakan surga anggrek Indonesia (Sandra, 2001).
Klasifikasi Anggrek
Klasifikasi anggrek menurut Jones dan Laschingar (1997) adalah sebagai
berikut :
Divisi : Magnolipyta
Kelas : Liliopsida
Subklas : Lilidae
Bangsa : Orchidales
Suku : Orchidaceae
Marga : Dendrobium, Malaxis
Keberadaan Anggrek di Indonesia
Heriswanto (2009) menyatakan bahwa ada 5000 jenis anggrek di alam,
dan 29 jenis anggrek spesies Indonesia (termasuk anggrek hitam) telah dilindungi
oleh pemerintah. Masalah Anggrek di Indonesia adalah sebagai berikut ini:
Hilangnya anggrek alam (anggrek spesies) karena rusaknya ekosistem
(konversi alam, penebangan hutan, kebakaran hutan) dan pengambilan
tanpa batas dari alam (tingginya minat terhadap anggrek asli). Ekspor anggrek alam secara illegal.
Budidaya anggrek asli Indonesia oleh negeri luar. Benefit sharing bagi
masyarakat tidak ada.
Perlu perbaikan dalam praktek Implementasi CITES (untuk jenis anggrek
yang termasuk dalam appendix II CITES, tapi otoritas melarang seluruh
ekspor anggrek non hibrida).
Walau memiliki plasma nutfah anggrek yang besar, namun penelitian dan
pengembangan belum mencukupi mendukung tersedianya bibit baru dan
budidaya yang bisa berkompetisi.
Negara kurang waspada dengan apa yang kita miliki, maka kurang
menyelamatkan apa yang seharusnya menjadi devisa di negara ini. Kerusakan
habitat dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali, penyebab
utama bahaya kepunahan spesies. Kerusakan habitat disebabkan oleh pembukaan
hutan untuk kepentingan konversi bagi pemanfaatan lahan, dengan tidak
memperhitungkan Keanekaragaman Hayati (Kartikaningrum, 2010).
Kondisi kerusakan habitat diperparah dengan maraknya illegal logging
yang telah merambah ke dalam kawasan-kawasan konservasi, dan kejadian
kebakaran hutan yang berlangsung setiap tahun dengan luasan yang sangat besar,
mengancam keanekaragaman hayati Indonesia sangat terancam.
Illegal logging dapat menyangkut harkat hidup orang banyak, termasuk dalam
kaidah / hukum Pembangunan Berkelanjutan. Lingkungan sebagai dasar titik tolak
dan merupakan pondasi dari semua pembangunan lain (Soeryowinoto, 1984).
Menurut Rahmat Witoelar, dalam menyelamatkan spesies ini perlu
dilibatkan Menteri Pariwisata dan Menteri Kehutanan. Menteri Lingkungan hidup
menteri-menteri tersebut yang dapat melakukan kegiatan ini. Departemen Kehutanan telah
melakukan konservasi pada Insitu (termasuk Taman Nasional, Suaka Alam,
Taman Wisata Alam) dan Eksitu (termasuk penangkaran dan perbanyakan),
menurut Kris Heriyanto, dari Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen PHKA,
Departemen Kehutanan. Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Kehutanan
beserta aparat terkait harus memperhatikan habitat anggrek, supaya anggrek bisa
lestari. Himbauan untuk menteri Kehutanan, tolong dijaga anggrek ini demi
biodiversity bukan demi illegal loggingnya karena Indonesia sebagai Champion of
Biodiversity (Nurcahyo, 2010).
Jenis-Jenis Tanaman Anggrek
Sihotang (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tempat tumbuh dan habitatnya
tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu:
1) Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang /
pohon lain tetapi tidak merusak / merugikan tanaman yang ditumpangi
(tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya,
sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat
aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang.
Contoh anggrek epifit antara lain : Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan
Phalaenopsis.
2) Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon /
tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit,
udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi
epifit antara lain : Epidendrum, Leila, dan Brassavola.
3) Anggrek tanah (anggrek terrestris), adalah jenis anggrek yang hidup di atas
permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh
atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain : Vanda,
Renanthera, Arachnis dan Aranthera.
4) Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung
humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit ini dalam pertumbuhannya
membutuhkan sedikit saja cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain:
Goodyera sp.
5) Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek
jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh
jenis ini antara lain : Dendrobium dan Phalaenopsis.
Menurut Veloso (2010) tanaman anggrek berdasarkan pola pertumbuhannya,
dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial.
Anggrek tipe simpodial, adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama,
bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman
yang tumbuh. Contoh dari jenis anggrek tipe simpodial ini antara lain :
Dendrobium sp, Cattleya s, Oncidium sp, dan Cymbidium sp. Anggrek tipe
simpodial pada umumnya bersifat epifit
Anggrek tipe monopodial, adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh
yang terdapat di ujung batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua
ketiak daun. Contoh dari jenis anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp,
Syarat - Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek
a. Iklim
Tanaman anggrek dapat tumbuh baik dengan keadaan iklim yang mendukung
untuk pertumbuhannya. Yudi (2007) menyatakan bahwa iklim ini sendiri terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek.
2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek. Ada yang memerlukan
intensitas penyinaran penuh, ada juga yang tidak penuh alias memerlukan
naungan. Kebutuhan cahaya berdasarkan jenis anggrek, yakni antara lain:
Arachnis Maggie Oei butuh 100% intensitas penyinaran, Arachnis Apple
Blossom butuh 100% intensitas penyinaran, Renanthera Hybrid butuh 100%
intensitas penyinaran, Vanda pensil dan vanda quarter butuh 100% intensitas
penyinaran, Dendrobium butuh 50 - 65% intensitas penyinaran, Aranda
Hybrid butuh 50 - 65% intensitas penyinaran, Oncidium Hybrid butuh 60 -
75% intensitas penyinaran, Vanda berdaun lebar butuh 20 - 30% intensitas
penyinaran, Phalaenopsis Hybrid butuh 10 - 15% intensitas penyinaran, dan
Cattleya Hybrid butuh 20 - 30% intensitas penyinaran.
3) Suhu / temperatur minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 15 0C dan
suhu maksiumnya adalah 28 0C. Jika suhu udara pada malam berada di bawah
13 0C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kebutuhan suhu,
tanaman anggrek dibedakan menjadi tiga tipe, yakni:
Anggrek tipe dingin, membutuhkan suhu siang sekitar 18 - 21 0C. Anggrek
yang termasuk dalam tipe ini adalah Cymbidium sp dan Miltona sp.
Anggrek tipe sedang, membutuhkan suhu siang sekitar 21 - 24 0C, dan
suhu malam sekitar 18 - 21 0C. Anggrek yang termasuk tipe ini adalah
Dendrobium sp dan Oncidium sp.
Anggrek tipe hangat, membutuhkan suhu siang sekitar 24 - 29 0C dan suhu
malam 21 - 24 0C. Anggrek yang termasuk ke dalam tipe ini adalah
anggrek Vanda sp, Arachnis sp, dan Renanthera sp.
4) Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60 –
85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk
menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban
dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada
tunas-tunas muda.
b. Media Tanam Anggrek
Darmono (2008) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis media untuk tanaman
anggrek, yaitu:
1) Media untuk anggrek epifit dan semi epifit terdiri dari : serat pakis yang telah
digodok, kulit kayu yang dibuang getahnya, serabut kelapa yang telah
direndam air selama 2 minggu, ijuk, potongan batang pohon enau, arang kayu,
pecahan genting/batu bata, bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar
pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti
kompos, pupuk kandang / daun - daunan.
2) Media untuk anggrek terrestrial : jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu
ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis
dan lainnya. pH tanah yang ideal untuk anggrek tanah adalah 6,5 dan nilai
kisaran pH optimumnya adalah 4,0 - 5,0.
3) Media untuk anggrek semi terrestrial : Bahan untuk media anggrek ini perlu
pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam / serutan
kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman anggrek dapat tumbuh pada berbagai ketinggian yang berbeda –
beda. Sihotang (2010) menyatakan bahwa ketinggian tempat yang cocok bagi
budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Anggrek panas (ketinggian 0 - 650 m dpl) : anggrek panas memerlukan suhu
udara 26 - 30 0C pada siang hari, 21 0C pada malam hari, dengan daerah
ketinggian 0 - 650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah: Dendrobium
phalaenopsis, Onchidium papillo, dan Phaphilopedillum bellatum.
2. Anggrek sedang (ketinggian 150 - 1500 m dpl) : anggrek sedang pada suhu
udara siang hari 21 0C dan 15 –21 0C sedangkan pada malam hari dengan
ketinggian 150 -1500 m dpl.
3. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) : anggrek dingin jarang tumbuh di
pada malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis
Cymbidium.
GIS (Geographic Information System)
GIS atau sering disebut dengan SIG merupakan system yang berbasiskan
computer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan
karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG
merupakan sistem computer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi yaitu : (a) masukan, (b) manajemen
data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 di Samosir
Utara (Kecamatan Ronggurnihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan
Simanindo), Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara.
Gambar 1. Lokasi Penelitian dengan skala 1: 100.000
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi
anggrek, pH universal dan tally sheet. Alat-alat yang digunakan adalah peta
Pengambilan Data
Data-data yang diambil adalah :
1. Jenis-jenis anggrek : jenis anggrek yang ditemukan dikawasan
penelitian
2. Ketinggian tempat :pengukuran ketinggian tempat diukur dengan
menggunakan GPS
3. Suhu udara : pengukuran suhu udara diukur dengan
thermometer udara
4. Kelembaban : pengukuran kelembaban udara dengan
Menggunakan thermometer basah dan kering
5. pH tanah : pengukuran pH tanah dengan pH universal
Untuk anggrek yang bersifat epifit (menempel pada tumbuhan inangnya),
dilakukan pencatatan terhadap jenis tumbuhan inang dimana anggrek itu
menempel dan lokasi penempelannya yang dibagi menjadi tiga stratifikasi yaitu
sebagai berikut :
Bawah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari
permukaan tanah sampai tingginya 1,3 m
Tengah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari 1,3 m
sampai percabangan utama
Atas : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari
Metode Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan “metode
purposive sampling” berdasarkan keberadaan tumbuhan anggrek yang dianggap
mewakili tempat tersebut. Pengamatan dan pengoleksian anggrek dilakukan
dengan menggunakan “metode sampling plot” yaitu dengan membuat sampling
plot di dalam transek. Di dalam setiap jalur akan dibuat sampling plot berukuran
20m x 20m dengan jarak antar sampling plot ditentukan di lapangan. Sampling
plot dibuat berukuran 20m x 20m karena populasi yang ingin diidentifikasi
bersifat homogen yaitu hanya mengidentifikasi anggrek (Simon, 2007).
Analisis Data
1. Analisis Sebaran Jenis Anggrek
Untuk mengetahui pola sebaran jenis anggrek, data yang sudah diperoleh
dari lapangan dianalisis dengan menggunakan rumus Indeks sebaran morisita (Id)
(Elliott, 1977). Rumus untuk mencari sebaran jenis anggrek yang digunakan
adalah :
Id = n .
€x (€x-1) x (x-1)
Dimana : Id = Indeks sebaran morisita
n = jumlah petak pengambilan contoh
x = jumlah individu
Elliott (1977) menyatakan bahwa setelah nilai Indeks sebaran morisita diperoleh,
maka kita dapat melihat pola sabaran jenis anggrek yang diperoleh, dimana :
Id < 1 berarti penyebarannya seragam
Id = 1 berarti penyebarannya acak
Id > 1 berarti penyebarannya berkelompok
2. Identifikasi Jenis
Kegiatan identifikasi jenis anggrek dilakukan dilapangan dibantu oleh
pemandu dengan menggunakan buku Identifikasi Anggrek. Jenis anggrek yang
belum dapat diidentifikasi di lapangan akan didokumentasikan dengan cara difoto
dan akan dibawa ke kantor Kebun Raya Samosir untuk diidentifikasi jenis
anggrek tersebut.
3. Analisis Vegetasi
a. Kerapatan suatu jenis (K) K =
Luas petak contoh ∑ individu suatu jenis
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) KR = K suatu jenis
K seluruh jenis
x 100%
c. Frekuensi suatu jenis (F) F =
∑ seluruh plot
∑ plot ditemukan suatu jenis
d. Frekuensi relatif (FR) FR = F suatu jenis F seluruh jenis
e. Keanekaragaman Jenis menurut Shannon & Winner (Ludwig &
Reynold, 1988).
H’ = - ∑ (pi ln pi) dengan pi = (ni / n)
Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon
ni = Jumlah individu suatu jenis ke-I dalam petak ukur
n = Total jumlah individu dalam petak ukur
H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria : (Barbour, et all. 1987).
(a) 0- < 2 tergolong rendah
(b) 2- < 3 tergolong sedang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara
Berdasarkan hasil penelitian, anggrek yang terdapat di Samosir Utara
antara lain adalah Agostrophyllum, Arundina, Bulbophyllum, Coelogyne,
Dendrobium, Eria, Phaius dan Spathoglothis. Data tentang jenis dari masing –
masing anggrek di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Jumlah genus, spesies dan jumlah individu anggrek di Samosir Utara N
o
Genus Spesies Jumlah
individu
Ketinggian (mdpl)
Temperatur(C) Pagi Siang Malam
pH
Deskripsi jenis anggrek
Jenis – jenis anggrek yang terdapat di Samosir Utara terdiri dari 10 jenis
dan masing – masing jenis memiliki kriteria yang berbeda – beda antara jenis
yang satu dengan jenis yang lain. Deskripsi mengenai masing – masing jenis
anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian di Samosir Utara (Partukoan dan
Tabel 2a. Deskripsi jenis anggrek di Partukoan N
o
Nama Jenis Lokasi Ciri Penting Kondisi di
lapangan
Panjang tangkai daun : 25-89 cm Lebar daun : 0.6-1.3 cm Bunga berwarna putih
Panjang batang 5-7 cm Bunga berwarna putih
Panjang daun : 26 -51cm Panjang tangkai bunga : 101 cm Lebar daun 5.5-8 cm
Bunga berwarna ungu
Panjang daun : 13-36 cm Lebar daun : 1.7-2.9 cm
Panjang daun : 7-65 cm Lebar daun : 1-5.2 cm Bunga berwarna ungu
Berbunga
Berbunga
Berbunga
Tidak Berbunga
Berbunga
Tabel 2b. Deskripsi jenis anggrek di Tanjungan
No Nama Jenis Lokasi Ciri Penting Kondisi di
Panjang tangkai 9-11 cm
Panjang tangkai daun : 25-89 cm Lebar daun : 0.6-1.3 cm Bunga berwarna putih
Panjang bulb 3-5 cm Lebar daun 3-5 cm Panjang daun 10-12 cm
Panjang bulb : 13-19 cm
Panjang tangkai daun : 8-50 cm Bunga berwarna putih
Panjang batang 5-7 cm Bunga berwarna putih
Panjang daun : 26 - 51cm Panjang tangkai bunga : 101cm Lebar daun 5.5-8 cm
Bunga berwarna ungu
Panjang daun : 13-36 cm Lebar daun : 1.7-2.9 cm
Panjang daun : 7-65 cm Lebar daun : 1-5.2 cm Bunga berwarna ungu
1. Agrostophyllum majus
Agrostophyllum merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna
daun hijau, daun berbentuk sisik (Agrostophyllum), warna bunga kuning muda
(Agrostophyllum majus). Di Samosir Utara jenis ini dijumpai pada ketinggian
1557 mdpl dengan suhu udara dilokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan
dengan nilai pH tanah dilokasi bernilai 5. Jenis ini dapat tumbuh pada lokasi
dengan temperatur dingin dan jumlahnya tidak banyak yaitu 12 dan tumbuh secara
merata.
Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki panjang tangkai 9 – 11 cm dan
hidup secara epifit (menempel pada tumbuhan inangnya). Anggrek ini belum
memiliki bunga dan daunnya juga belum tumbuh secara sempurna membentuk
sisik. Jenis ini masih berbentuk batang dengan warna batangnya sendiri berwarna
kuning. Dilapangan anggrek jenis ini dapat tumbuh di pohon yang sudah mati dan
kering.
Tieneke (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek yaitu faktor lingkungan antara lain
sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaannya. Anggrek ini
dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Jenis ini juga tidak terlalu banyak
dijumpai pada 1 titik dan lebih cenderung hidup secara berkoloni atau
berkelompok. Anggrek jenis ini biasa tumbuh secara epifit (menempel pada
inangnya). Jenis ini juga memiliki panjang tangkai yang tidak begitu panjang
yaitu berkisar antara 8 – 12 cm. Anggrek ini memiliki bunga berwarna kuning
(a) (b)
Gambar 2. Agrostophyllum majus dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Agrostophyllum majus ini memiliki ciri – ciri tersendiri
dilapangan dan memiliki ciri yang lain juga menurut Latief. Perbandingan ciri
Agrostophyllum majus dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan ciri Agrostophyllum majus
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Agrostophyllum
majus
Panjang tangkai
Bunga
Diameter bunga
Warna bunga
Habitat
9 - 11 cm
-
-
-
Epifit
10 - 20 cm
Berukuran sekitar 0,5 - 0,7 cm
3 - 4 cm
Kuning muda
2. Arundina graminifolia
Arundina merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun
hijau, daun panjang melanset, bunga berwarna putih (Arundina), warna bunga
putih dengan warna jingga sedikit diujung bunga (Arundina graminifolia). Di
Samosir Utara, jenis ini dijumpai di ketinggian 1604 mdpl dengan suhu udara di
lokasi penelitian berkisar antara 13-18,5 ºC dan dengan nilai pH tanah dilokasi
penelitian yaitu 4,5. Arundina ini tumbuh di daerah dingin dengan jumlah yang
banyak yaitu 99, jenis ini tumbuh merata dan sering membentuk kelompok.
Di lokasi penelitian, jenis ini sering dijumpai dilokasi yang dekat dengan
air dan jenis ini sering dijumpai tumbuh secara berumpun pada satu titik. Anggrek
ini memiliki panjang tangkai berkisar antara 25 – 89 cm, lebar daunnya berkisar
antara 0,6 – 1,3 cm, dan bunga dari jenis ini berwarna putih dengan sedikit warna
jingga di bagian ujung bibir bunganya. Jenis ini dilokasi penelitian ditemukan
tumbuh secara teresterial (tumbuh di tanah atau sering juga disebut dengan
sebutan anggrek tanah). Anggrek ini sendiri daunnya berbentuk lanset dan
panjang. Dalam 1 tangkai, daunnya ditemukan banyak dan tumbuh secara
berseling. Jenis ini dilapangan memeiliki batang yang membentuk rumpun yang
besar.
Latief (1960) menyatakan bahwa Arundina ini umumnya tumbuh dimana
saja, daerah terbuka / di tebing, daerah panas atau dingin mulai dari tempat yang
rendah sampai tanah pegunungan yang tingginya berkisar lebih dari 1500 mdpl.
Jenis ini biasanya hidup secara teresterial (tumbuh di tanah) dan jenis ini biasanya
tumbuh secara berumpun di satu titik. Jenis ini lebih sering dijumpai didaerah
sendiri dapat tumbuh sepanjang 70 cm. Lebar dari bunganya sendiri berkisar
antara 5 – 8 cm dan warna dari bunganya ini sendiri adalah putih dengan sedikit
warna ungu atau jingga diujung bibir bunga. Jenis ini sendiri daunnya berbentuk
lanset dengan panjang daun berkisar antara 9 – 19 cm dan lebar daunnya berkisar
antara 0,8 – 1,5 cm.
(a)
Gambar 3. Arundina graminifolia dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Arundina graminifolia ini memiliki ciri – ciri dilapangan
dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Arundina
graminifolia dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan ciri Arundina graminifolia
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Arundina
graminifolia
Panjang tangkai daun
Lebar daun
Warna bunga
Habitat
25 - 89 cm
0,6 – 1,3 cm
Putih
Teresterial
50 - 200 cm
± 0,8 cm
Putih
3. Bulbophyllum baileyi
Bulbophyllum merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna
daun hijau, batang membesar membentuk pseudobulb, tangkai bunga muncul dari
akar rimpang ( Bulbophyllum), dalam 1 bulb terdapat 2 tangkai daun
(Bulbophyllum baileyi). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian
1558 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan
dengan nilai pH tanah dilokasi penelitian 5. Jenis ini tumbuh pada areal terbuka di
daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya juga cukup banyak yaitu 38 dan
penyebarannya membentuk suatu koloni (kelompok).
Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki batang yang simpodial, daunnya
muncul dari pseudobulb dan jenis ini dilapangan pseudobulbnya tunggal. Anggrek
ini memiliki ukuran pseudobulb yang beragam. Di lapangan, jenis ini memiliki
panjang pseudobulb berkisar antara 3 – 5 cm, lebar daunnya berkisar antara 3 – 5
cm, panjang daunnya sendiri berkisar antara 10 – 12 cm, warna daunnya
dilapangan berwarna hijau dan jenis ini dilapangan biasanya memiliki 2 helai
daun dalam 1 pseudobulb. Di lapangan, anggrek jenis ini tumbuh secara epifit
(menumpang pada tumbuhan inangnya).
Latief (1960) menyatakan bahwa jenis ini merupakan tumbuhan yang kuat,
dapat tumbuh di daerah dingin dan panas, sering tumbuh di tempat terbuka. Jenis
ini memiliki pseudobulb yang kecil dengan ukuran berkisar antara 2 – 6 cm dan
daun dari jenis ini juga tergolong daun dengan lebar yang kecil yaitu berkisar
antara 3 – 6 cm lebar daunnya. Jenis ini biasa tumbuh secara berkoloni atau
(a) (b)
Gambar 4. Bulbophyllum baileyi dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Bulbophyllum baileyi ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi
dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Bulbophyllum
baileyi
Panjang bulb
Lebar daun
Panjang daun
Warna daun
Jumlah daun dalam 1 bulb
Habitat
3 – 5 cm
3 – 5 cm
10 - 12 cm
Hijau
2 helai
Epifit
3 - 7 cm
3 – 6 cm
± 15 cm
Hijau
2 helai
4. Coelogyne dayana dan Coelogyne salmonicolor
Coelogyne merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun
hijau, pseudobulb bulat telur, letak pseudobulb jarang satu sama lain (Coelogyne),
pseudobulb memanjang (Coelogyne dayana), pseudobulb tidak memanjang dan
daun lebar (Coelogyne salmonicolor). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada
ketinggian 1553 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian ini berkisar antara
15-19 ºC dan dengan nilai pH tanahnya 5.
Di lokasi penelitian, Coelogyne ini dijumpai ada 2 jenis. Yang
membedakan dari kedua jenis ini adalah bentuk pseudobulb nya. Untuk spesies
Coelogyne dayana, bentuk pseudobulb nya lebih panjang bila dibandingkan
dengan jenis Coelogyne salmonicolor. Dilapangan, masing – masing jenis ini
memiliki banyak perbedaan selain dari bentuk pseudobulbnya. Untuk spesies
Coelogyne dayana, panjang bulbnya berkisar antara 13 – 19 cm, lebar daunnya
sendiri berkisar antara 4 – 8 cm, panjang daun dari jenis ini sendiri berkisar antara
46 - 77 cm, warna daunnya berwarna hijau, untuk spesies Coelogyne salmonicolor
panjang bulbnya berkisar antara 8 – 13 cm, sedangkan lebar daunnya sendiri
berkisar antara 4 – 7,6 cm dan panjang daun dari jenis ini sendiri berkisar antara
20 - 25 cm. Kedua spesies ini tumbuh secara epifit.
Dari perbedaan masing – masing spesies, kita dapat melihat bahwa spesies
Coelogyne dayana merupakan spesies yang memiliki daun yang sangat lebar
dibandingkan dengan spesies Coelogyne salmonicolor. Di lokasi penelitian, jenis
ini dijumpai di daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya pun tidak begitu
menyatakan bahwa spesies-spesies ini simpodial, mudah ditemukan di berbagai
tempat dengan iklim dan temperatur yang beragam.
(a) (b)
Gambar 5. Coelogyne dayana dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Coelogyne dayana ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Coelogyne dayana
dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Perbandingan ciri Coelogyne dayana
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Coelogyne dayana Panjang bulb
Lebar daun
Panjang daun
Warna daun
Habitat
13 – 19 cm
4 – 8 cm
46 - 77 cm
Hijau
Epifit
± 14 cm
2 – 10 cm
15 - 40 cm
Hijau
(a) (b)
Gambar 6. Coelogyne salmonicolor dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Coelogyne salmonicolor ini memiliki ciri – ciri dilapangan
dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Coelogyne
salmonicolor dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan ciri Coelogyne salmonicolor
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Coelogyne salmonicolor Panjang bulb
Lebar daun
Panjang daun
Warna daun
Habitat
8 – 13 cm
4 – 7,6 cm
20 - 25 cm
Hijau
Epifit
± 8 cm
4 – 5 cm
24 - 26 cm
Hijau
5. Dendrobium setifolium
Dendrobium merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun
hijau, daun panjang melanset, batang sympodial (Dendrobium), warna bunga
putih (Dendrobium setifolium). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada
ketinggian 1557 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara
15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah di lokasi penelitian 5.
Di lokasi penelitian, jenis ini sendiri memiliki panjang pseudobulb
berkisar antara 1 – 7 cm, panjang tangkainya berkisar antara 8 – 50 cm dan warna
bunga dari spesies ini sendiri berwarna putih. Anggrek jenis ini sendiri sering
tumbuh secara berumpun di 1 inang (pohon tempat jenis ini menempel). Di
lapangan, jenis ini tumbuh epifit di pohon, dapat hidup didaerah dingin dan
jumlahnya tidak begitu banyak yaitu 24 dan jenis ini tumbuh secara berkelompok.
Latief (1960) menyatakan bahwa jenis ini umumnya jenis ini menyukai
daerah panas, daerah dekat laut sampai daerah pegunungan berkisar lebih dari
1000 mdpl. Jenis ini biasa dijumpai di daerah yang curah hujannya tinggi dan
jenis ini biasanya ditemukan tumbuh secara berkelompok atau biasa disebut
dengan berkoloni. Anggrek ini hidup secara epifit (menempel pada inangnya)
namun jenis ini ada juga yang tumbuh di bebatuan dan tanah (anggrek tanah).
Anggrek jenis ini biasanya menghasilkan biji dimana bijinya ini sendiri
mengandung cadangan makanan. Anggrek jenis ini biasanya memiliki ukuran
pseudobulb yang lumayan besar berkisar antara 1 – 9 cm. Warna bunga dari
anggrek ini sendiri berwarna putih dan anggrek ini biasanya memiliki tangkai
(a) (b)
Gambar 7. Dendrobium setifolium dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Dendrobium setifolium ini memiliki ciri – ciri dilapangan
dan memiliki ciri yang lain menurut Latief Perbandingan ciri Dendrobium
setifolium dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan ciri Dendrobium setifolium
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Dendrobium setifolium Panjang bulb
Panjang tangkai daun
Warna bunga
Habitat
1 – 7 cm
8 – 50 cm
Putih
Epifit
± 8 cm
7 – 55 cm
Putih
6. Eria pilifera
Eria merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau,
tangkai bunga muncul dari pseudobulb, pseudobulb bulat memanjang (Eria),
warna bunga putih dengan sedikit warna hijau diujung bunga (Eria pilifera). Di
Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1557 mdpl dengan suhu udara
di lokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah 5.
Eria ini dapat tumbuh pada lokasi dengan temperatur dingin dan
jumlahnya ada sebanyak 22 dan jenis ini tumbuh secara berkoloni (kelompok).
Jenis ini dilokasi penelitian memiliki panjang batang berkisar antara 5 – 7 cm dan
warna bunganya sendiri berwarna putih. Di lokasi penelitian, anggrek jenis ini
belum tumbuh secara sempurna dan batangnya masih kecil – kecil.
Tieneke (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek yaitu faktor lingkungan antara lain
sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaannya. Anggrek jenis
ini biasanya tumbuh di pohon secara epifit dan biasanya tumbuh secara
berkelompok di satu inangnya. Anggrek ini biasanya tumbuh pada daerah dingin.
Jenis ini biasanya memiliki bunga berwarna putih.
Jenis ini biasa tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan biasa dijumpai di
derah dengan temperatur dingin. Anggrek jenis ini memiliki batang yang tidak
begitu panjang karena panjang batangnya hanya berkisar antara 4 – 8 cm beda dari
jenis anggrek yang lain yang batangnya bias mencapai 101 cm. Anggrek jenis ini
memiliki bunga yang berwarna putih dan anggrek jenis ini juga tidak begitu
(a) (b)
Gambar 8. Eria pilifera dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Eria pilifera ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Eria pilifera dilapangan
dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan ciri Eria pilifera
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Eria pilifera Panjang batang
Warna batang
Warna bunga
Habitat
5 – 7 cm
Hijau
Putih
Epifit
± 8 cm
Hijau
Putih dengan sedikit warna hijau diujung
7. Phaius tankervilliae
Phaius merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun
hijau, batang sympodial, warna bunga kuning (Phaius), warna bunga ungu
digolongkan (Phaius thankervilliae). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada
ketinggian 1610 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara
13-18,5 ºC dan dengan nilai pH tanah 4,5. Jenis ini tumbuh liar di hutan yang
beriklim lembab dengan jumlah yang banyak yaitu 90 dan tumbuh secara
berkoloni (kelompok).
Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki panjang tangkai bunga 101 cm dan
ini termasuk spesies yang paling besar yang dijumpai apabila dilihat dar panjang
tangkai bunganya. Jenis ini juga memiliki panjang daun berkisar antara 26 – 51
cm, lebar daunnya berkisar antara 5,5 – 8 cm dan warna dari bunganya sendiri
berwarna ungu. Di lapangan, kita dapat melihat daun dari jenis ini sendiri panjang
dan berbentuk ovale.
(Rosdiana, 2011) menyatakan bahwa jenis ini merupakan tumbuhan liar di
hutan-hutan yang lembab atau kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias.
Tumbuh ditanah yang gembur dan banyak mengandung humus pada ketinggian
800-1800 mdpl. Anggrek jenis ini biasa hidup secara teresterial (tumbuh di tanah
dan biasa disebut dengan anggrek tanah). Jenis ini memiliki daun yang kuat dan
panjang dan bentuk dari daunnya sendiri berbentuk ovale. Anggrek ini merupakan
jenis anggrek terbesar apabila dilihat dari panjang batangnya. Anggrek jenis ini
juga memiliki bunga dimana warna bunga dari anggrek jenis ini sendiri berwarna
putih dengan warna coklat diujung bunganya dan anggrek ini memiliki warna
(a) (b)
Gambar 9. Phaius tankervilliae dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Phaius tankervilliae ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae
dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Phaius tankervilliae Panjang tangkai
bunga
Panjang daun
Lebar daun
Warna bunga
Habitat
101 cm
26 – 51 cm
5,5 – 8
Ungu
Teresterial
50 - 100 cm
30 – 70 cm
10 – 15 cm
Hijau
8. Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata
Spathoglothis merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna
daun hijau, daun panjang melanset ( Spathoglottis ), warna bunga kuning
(Spathoglottis aurea), warna bunga ungu (Spathoglottis plicata). Di Samosir
Utara, jenis ini dijumpai di ketinggian 1630 mdpl dengan suhu udara di lokasi
penelitian berkisar antara 13-18,5 ºC dan dengan pH tanah 4,5. Jenis ini tumbuh
pada areal terbuka di daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya banyak yaitu 97
dan jenis ini tumbuh secara merata dan sering berkelompok.
Di lokasi penelitian, yang membedakan dari kedua spesies ini adalah
spesies Spathoglottis aurea tidak berbunga namun spesies Spathoglottis plicata
memiliki bunga berwarna ungu. Yang membedakan kedua jenis ini adalah warna
bunganya. Spathoglottis aurea memiliki bunga berwarna kuning dan spesies
Spathoglottis plicata memiliki bunga berwarna ungu. Di lapangan, spesies
Spathoglottis aurea memiliki panjang daun berkisar antara 13 – 36 cm dan lebar
daunnya sendiri berkisar antara 1,7 – 2, 9 cm, sedangkan spesies Spathoglottis
plicata memiliki panjang daun berkisar antara 7 – 65 cm dan lebar daunnya
sendiri berkisar antara 1 – 5,2 cm. Anggrek jenis ini sendiri sering dijumpai
tumbuh secara berumpun membentuk suatu koloni. Batang dari jenis ini bersifat
sympodial dan bunganya berbentuk bundar.
Latief (1960) menyatakan bahwa Spathoglothis berarti anggrek yang
berbentuk sendok bibirnya. Spathoglothis ini sendiri merupakan tumbuhan yang
kuat, dapat tumbuh di daerah dingin dan panas, sering tumbuh di tempat terbuka.
aurea memiliki bunga warna kuning dan spesies Spathoglottis plicata memiliki
bunga berwarna ungu.
(a) (b)
Gambar 10. Spathoglottis aurea dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Spathoglottis aurea ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea
dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960)dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Spathoglottis aurea Panjang daun
Lebar daun
Warna bunga
Habitat
13 – 36 cm
1,7 – 2,9 cm
-
Teresterial
30 – 50 cm
2,5 – 4 cm
Kuning
Di lapangan, Spathoglottis plicata ini memiliki bunga berwarna ungu dan hidup di dekat air ataupun genangan. Deskripsi ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
(a) (b)
Gambar 11. Spathoglottis plicata dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Spathoglottis plicata ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan
memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata
dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata
No Jenis Ciri Data
Dilapangan Latief (1960) 1 Spathoglottis plicata Panjang daun
Lebar daun
Warna bunga
Habitat
7 – 65 cm
1 – 5,2 cm
Ungu
Teresterial
± 80 cm
± 15 cm
Ungu
Analisis Vegetasi
Dari hasil yang diperoleh dilapangan, maka akan dapat dihitung nilai dari
analisis vegetasi yaitu nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F),
Frekuensi Relatif (FR) dan nilai dari Keanekaragaman Jenis dari anggrek tersebut
dengan luas petak ukur 20 m x 20 m dan jumlah petak ukur 15. Nilai dari
kerapatan dan kerapatan relatif di Partukoan dapat dilihat pada tabel 13a dan 13b,
dan nilai dari kerapatan dan kerapatan relatif di Tanjungan dapat dilihat pada tabel
13c.
Tabel 13a. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 1
No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif
(%KR)
Tabel 13b. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 2
No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif
Tabel 13c. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Tanjungan
No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif
(%KR)
Nilai kerapatan relatif (KR) jenis anggrek yang terdapat di Partukoan baik
pada jalur 1 dengan jalur 2 dan yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina
graminifolia yaitu 33.98 % dan 29.07 % sedangkan nilai terendah terdapat pada
spesies Eria pilifera yaitu 6.79 % dan 6.98 %. Tingginya nilai kerapatan relatif
pada spesies Arundina graminifolia disebabkan karena pada jalur ini jenis
Arundina graminifolia banyak dijumpai.
Nilai kerapatan relatif (KR) jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan
yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina graminifolia yaitu 18.84 % dan
nilai yang terendah terdapat pada spesies Coelogyne salmonicolor yaitu 2.89 %.
Tingginya nilai kerapatan relatif pada spesies Arundina graminifolia disebabkan
karena di Tanjungan sendiri jenis ini banyak dijumpai pada lokasi yang
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, nilai frekuensi dan frekuensi
relatif jenis anggrek yang terdapat di Partukoan baik yang berada pada jalur 1 dan
jalur 2 dapat dilihat pada tabel 14a dan 14b sedangkan untuk nilai frekuensi relatif
jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan dapat dilihat pada tabel 14c.
Tabel 14a. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 1.
Frekuensi Frekuensi Relatif
Tabel 14b. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 2.
Tabel 14c. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Tanjungan
Frekuensi Frekuensi Relatif
Nilai frekuensi relatif (FR) jenis anggrek yang terdapat di Partukoan pada
jalur 1 yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina graminifolia yaitu 28.57 %
dan nilai terendah terdapat pada spesies Eria pilifera dan Spathoglottis plicata
yaitu 14.28%. Tingginya nilai frekuensi relatif pada spesies Arundina
graminifolia disebabkan karena pada jalur ini jenis Arundina graminifolia hampir
di semua petak ukur sering dijumpai.
Nilai frekuensi relatif (FR) jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan yang
tertinggi terdapat pada spesies Phaius tankervilliae yaitu sebesar 15.38 % dan
nilai yang terendah terdapat pada spesies Agostrophyllum majus, Coelogyne
dayana, Coelogyne salmonicolor, Eria pilifera dan Spathoglottis plicata yaitu
sebesar 7.69 %. Tingginya nilai frekuensi relatif pada spesies Phaius tankervilliae
disebabkan karena jenis ini sering dijumpai pada petak ukur yang ada di dalam
Dari nilai frekuensi jenis anggrek yang diperoleh baik yang terdapat di
Partukoan maupun di Tanjungan dapat dilihat bahwa jenis anggrek yang dijumpai
di Samosir Utara ini merupakan jenis anggrek yang sangat jarang untuk dijumpai.
Hal ini dapat dilihat dari nilai frekuensi yang tidak ada mencapai nilai 1. Anggrek
yang dijumpai di Samosir Utara ini juga tergolong anggrek dingin karena dapat
hidup di ketinggian lebih dari 1500 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sihotang (2010) yang menyatakan bahwa anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl),
jarang tumbuh di Indonesia.
Nilai keanekaragaman jenis antara anggrek epifit dan anggrek teresterial
yang terdapat di Partukoan dapat dilihat pada tabel 15a dan 15b.
Tabel 15a. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek epifit yang dijumpai di Partukoan
No Spesies Jumlah pi ln pi pi ln pi H’
Tabel 15b. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek teresterial yang dijumpai di Partukoan
Nilai keanekaragaman jenis antara anggrek epifit dan anggrek teresterial
yang terdapat di Tanjungan dapat dilihat pada tabel 15c dan 15d.
6 Eria pilifera
Tabel 15d. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek teresterial yang dijumpai di Tanjungan
Dari tabel keanekaragaman jenis anggrek baik yang epifit dan teresterial di
Partukoan dan di Tanjungan, dapat dilihat bahwa nilai keanekaragaman jenis
anggrek epifit dan teresterial yang dijumpai masih tergolong rendah yaitu 0 dan
1.2925 di Partukoan dan di Tanjungan yaitu 1.5695 dan 1.2962. Digolongkan
kedalam kriteria rendah karena nilai dari keanekaragaman jenis nya berada pada
kisaran 0 - < 2. Barbour (1987) menyatakan bahwa H’ berkisar antara 0 - 7
dengan kriteria 0 - < 2 tergolong rendah, 2 - < 3 tergolong sedang dan ≥ 3
tergolong tinggi. Rendahnya nilai keanekaragaman jenis anggrek di Samosir Utara
ini sendiri disebabkan karena jumlah spesies baik yang epifit dan teresterial
sedikit dijumpai di daerah penelitian.
Analisis Sebaran Jenis
Dari data yang diperoleh dilapangan, kita dapat mengetahui pola sebaran
jenis dari masing – masing jenis anggrek dengan menggunakan rumus Indeks
Partukoan dan 5 di Tanjungan. Rumus untuk mencari nilai Indeks Sebaran
Morisita adalah sebagai berikut :
Id = n .
Elliott (1977) menyatakan bahwa setelah nilai Indeks Sebaran Morisita diperoleh,
maka kita dapat melihat pola sabaran jenis anggrek yang diperoleh, dimana :
Id < 1 berarti penyebarannya seragam
Id = 1 berarti penyebarannya acak
Id > 1 berarti penyebarannya berkelompok
Tabel 16. Pola sebaran jenis masing – masing anggrek di Partukoan dengan n = 10
Tabel 17. Pola sebaran jenis masing – masing anggrek di Tanjungan dengan n = 5
Dari pola sebaran jenis yang telah diperoleh, kita dapat melihat bahwa
pola penyebaran dari jenis anggrek itu adalah seragam. Indriyanto (2005)
menyatakan bahwa penyebaran seperti ini dapat terjadi karena adanya persaingan
yang keras antar individu (jenis tumbuhan) untuk memperoleh komponen
pemenuh kebutuhan tumbuhan seperti cahaya, nutrisi, air dan sebagainya, serta
adanya antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama.
Dari pola penyebaran yang seragam ini, kegiatan konservasi pun akan
mudah dilakukan karena jenis tanaman yang diperoleh cenderung seragam.
Kegiatan konservasi yang dapat dilakukan untuk tanaman yang diperoleh terdiri
dari 2 aspek yaitu konservasi dari segi ekonomi dan dari segi ekologi. Konservasi
dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk
sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya
alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Untuk mewujudkan tujuan