• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2009-2013

Oleh

ERIKA MARSELLA SINURAYA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kebijakan upah minimum mempunyai pengaruh dan kontribusi yang signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier dan model dinamis kompleks. Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu gabungan antara data time series (runtut waktu) dan cross section (data tahunan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kebijakan upah minimum berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil regresi data panel bahwa metode fixed effect (FEM) lebih sesuai untuk menganalisis model penelitian ini.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE POLICY'S MINIMUM WAGES ON EMPLOYMENT IN REGENCY/CITY OF LAMPUNG PROVINCE DURING THE

PERIODE 2009-2013

By

ERIKA MARSELLA SINURAYA

This research was conducted to find out whether the minimum wage policies have an influence and significant contributions to the employment opportunities in the regency/city of lampung province during the periode 2009-2013.The analysis used is linear regression analysis and models dynamic complex. This study using data panel, a joint between the time data series (in order of time) and cross section ( data annual ). The results of this research show that the minimum wage policy contributing significantly to employment opportunities in the regency/city of lampung province during the periode 2009-2013. Based on the results panel data regression that fixed effect method (FEM) is more appropriate for analyzing this research model.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sukababo, Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada tanggal 16 Juni 1992 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Jasman Sinuraya dan Ibu Ingan Malem Br Ginting.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 105331 Punden Rejo, Tanjung Morawa yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Juhar yang diselesaikan pada tahun 2007. Penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Ekonomi

(8)

MOTO

“Janganlah Kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam Doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.

(Filipi 4:6)

“Bukanlah hidup jika tidak ada masalah, bukanlah sukses jika tidak melalui rintangan, bukanlah menang jika tidak dengan pertarungan, bukanlah lulus jika

tidak ada ujian, dan bukanlah berhasil jika tidak berusaha”.

(Albert)

“Jika anda ingin menjadi orang yang Sukses, maka Anda harus memiliki Kebiasaan dan Perilaku Sukses”.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kupersembahkan karya yang sangat berarti ini kepada :

Bapakku dan Mamakku tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi kepadaku untuk tetap semangat di setiap hari-hariku. Terimakasih untuk Doa yang tiada henti dan kasih sayang yang begitu sangat

besar yang Kalian berikan kepadaku.

Kakakku, Vitaria Sonata Sinuraya yang telah mendukung dan mendoakanku serta motivasi bagiku untuk tetap semangat dan berjuang menjadi seseorang yang

lebih baik

Adikku tersayang, Ema Vavayosa dan Nestor Idamanta Sinuraya yang selalu memberiku semangat, dukungan dan Doa.

(10)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Kebijakan Upah Minimum Terhadap

Kesempatan Kerja di Kabupaten Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Keberhasilan penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E, M.E., selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung.

(11)

saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi.

6. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P, selaku penguji utama dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk saran dan masukan bagi keberhasilan skripsi ini.

7. Ibu Lies Maria Hamzah, S.E, M.E, selaku dosen Pembimbing Akademik. 8. Bapak Imam Awaluddin dan Kakak Yudha yang sudah banyak memberikan

masukan dalam pengolahan data skripsi ini.

9. Seluruh dosen jurusan Ekonomi Pembangunan, Staf Administrasi dan seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

10. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung yang telah menyediakan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

11. Orang tuaku yang sangat kukasihi, Bapak dan Mamak Tercinta, Kakak dan adik-adikku Vitaria, Ema Vavayosa dan Nestor Idamanta yang tak pernah henti-hentinya memberikan dukungan dan Doa untuk tetap semangat dalam menjalani hari-hariku. Terimakasih buat kasih sayang yang telah Kalian berikan kepadaku.

12. Teman-teman kostan, Asrama Iwari 2: Kakak Tika, Tiara, Aisyah,

(12)

Susanti, Eindah, Desitarani, Devi Meilina. Terimakasih untuk persahabatan yang sangat indah selama ini.

14. Teman-teman ekonomi pembangunan 2010: Tut Wuri, Dina, Tamy, Ika, Yuli, Devi Novita, Via, Ajeng, Dania, Citra, Depy Septy, Army, Sonia, Nova, Desi ecy, Desi, Monic, Desta, Danny, Agus, Febry, Dimas, Dede, Dicky, Zulmy, Nurmala, Tetik, Mustika, Renny, dll yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

15. Teman-teman IMKA: Abang Alfin, Abang Una, Bryan, Daniel, Rio hukum, Eko Sinulingga, Bayu, Wira, Rio Kehutanan, Abram, Yessy T,Vera G, Cindy T, Lova S, Vitia, adik-adik Amanda semuanya, Anak-anak Permata yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Keluarga Persekutuan Keluarga Mahasiswa Kristen (PKMK) FEB Unila

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lain pada umumnya. Tuhan Memberkati.

Bandarlampung, 23 Juli 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data ... 50

1. Jenis Data ... 50

2. Sumber Data ... 51

(14)

1. Uji Hausman Test ... 57

2. Pengujian Kriteria Statistik ... 58

2.1. Uji t ... . 58

2.2. Uji f ... 58

2.3. R-Square ... 59

F. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 59

1. Sejarah Kabupaten Kota Provinsi Lampung ... 59

2. Letak Geografis ... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian... 63

1. Kesempatan Kerja... 63

2. Upah Minimum... 66

B. Analisis Regresi ... 68

1. Hasil Pemilihan Model Estimasi regresi data panel ... 68

2. Uji Hausman... 68

3. Uji Fixed Effect (FEM) dan Random Effect (REM)... 70

C. Pengujian Kriteria Statistik... 76

1. Uji T statistik... 76

2. Uji F statistik... 77

3. Uji R-Square... 78

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 79

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Keadaan Kesempatan Kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung

tahun 2009-2013 ... 4

2. Perkembangan Upah Minimum Regional di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013 ... 6

3. Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013 ... 8

4. Pertumbuhan Investasi Provinsi Lampung tahun 2009-2013 ... 9

5. Cara perhitungan upah rill pekerja ... 26

6. Hausman Test ... 69

7. Hasil Estimasi Data Panel dengan Metode Fixed Effect ... 71

8. Nilai Koefisien Fixed Effect pada Intersep Tiap Kabupaten/Kota ... 72

9. Hasil Uji T-Statistik ... 77

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan kerangka pemikiran ... 15 2. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 42 3. Perkembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten/Kota Provinsi

Lampung Tahun 2009-2013 ... 65 4. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten/Kota Provinsi

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya. Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap perusahaan agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup layak.

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan

interaksi dari berbagai kelompok variabel antara lain sumber daya manusia, sumber

daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi

tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana manusia merupakan

tenaga kerja, input pembangunan, juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu

sendiri. (Arsyad dalam Romas, 2003:1).

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia

(18)

pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk

mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari

pertumbuhan kesempatan kerja (Propenas dalam Romas, 2005:1).

Masalah pengupahan berkembang di masyarakat sebagai bentuk ketidakpuasan buruh akan kebijakan upah selama ini. Tuntutan-tuntutan buruh dan aspirasi buruh untuk mendapatkan upah yang layak tidak pernah terpenuhi. Tingkat upah yang diterima buruh masih sangat rendah, padahal tingkat kebutuhan semakin

meningkat. Oleh karena itu masalah pengupahan adalah masalah yang sangat penting dalam ketenagakerjaan.

Pengaturan pengupahan utamanya harus mempertimbangkan kebutuhan tenaga kerja agar dapat terpenuhi karena dari waktu ke waktu senantiasa meningkat, serta memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan upah minimum dan kenaikan upah minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat sehingga semua pihak dapat menarik manfaatnya. Upah merupakan komponen penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Dalam

(19)

sangat berhati-hati. Sedangkan bagi buruh, upah merupakan sumber pendapatan, sehingga mereka sangat mengharapkan peningkatan tingkat upah (Devy L. 2007:8).

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.Kebijakan penetapan upah minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selain memberi jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Program pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup akan dicapai secara bertahap.

(20)

akan semakin luas. Jika upah minimum suatu kabupaten kota tinggi maka tingkat kesejahteraan para pekerjanya juga akan meningkat. (Winarno Budi, 2002:34)

Tabel 1. Perkembangan Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

No Kab/kota 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung

Pada Tabel 1 menunjukkan Perkembangan kesempatan kerja di Kabupaten Kota di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013. Pada tabel diatas jumlah kesempatan kerja terendah terdapat pada Kota Metro, dimana pada tahun 2009 jumlah

(21)

Kota baru hasil pemekaran di Provinsi Lampung dimana tingkat kesempatan kerja yang dimiliki masih rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Sedangkan tingkat kesempatan kerja tertinggi terdapat di Kabupaten Lampung Tengah yaitu pada tahun 2009 sebanyak 546.876 jiwa, tahun 2010 yaitu 549.106 jiwa, tahun 2011 yaitu 554.852 jiwa, dan tahun 2013

sebanyak 574.428 Jiwa. Salah satu penyebab tingginya kesempatan kerja tersebut dikarenakan bahwa tidak tersedianya lapangan kerja yang mampu menampung sebagian besar jumlah angkatan kerja yang ada di Kabupaten Lampung Tengah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan lapangan kerja dengan angkatan kerja yang ada. Jika peluang kerja yang disediakan kepada para tenaga kerja terbuka lebar bagi masyarakat umum maka tingkat pengangguran akan menurun dan kesempatan kerja yang tercipta akan semakin tinggi bagi para tenaga kerja. Salah satu alasan rendahnya tingkat kesempatan kerja adalah tingkat skill atau tingkat kemampuan tenaga kerja yang masih digolongkan rendah karena rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja berada pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut BPS, tenaga kerja di Provinsi Lampung yang memiliki tingkat pendidikan paling rendah adalah sekolah dasar yaitu jumlahnya pada tahun 2010 sebanyak 968.265 jiwa, pada tahun 2011 sebanyak 984.132 jiwa, tahun 2012 sebanyak 1.003.965 jiwa dan pada tahun 2013 sebanyak 1.020.683 jiwa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat tenaga kerja yag ada di provinsi

(22)

Tabel 2. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

No Kab/kota 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung dan BPS Provinsi Lampung, (Lampung

dalam Angka)

(23)

sebesar Rp.865.000, Tulang Bawang sebesar Rp.863.500 dan Lampung tengah Rp.862.500. Pada tahun 2012 sampai 2013 tingkat upah selalu mengalami peningkatan dan tingkat upah yang ditetapkan tidak jauh berbeda dengan upah di Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Lampung. Perbedaan Upah Minimum di masing-masing Kabupaten/Kota merupakan kebijakan dari masing-masing

pemerintahan daerah terkait karena masing-masing sudah memiliki pedoman yang jelas khususnya dalam penetapan besaran Upah Minimum tersebut, sehingga perbedaan tersebut menjadi suatu hal yang wajar bagi setiap tenaga kerja.

Salah satu dampak dari kenaikan upah minimum sesui dengan Tabel 2 diatas yang paling dirasakan oleh pengusaha karena akan berpengaruh terhadap biaya

produksi dan laba perusahaan. Dengan adanya kenaikan upah minimum ini

pengusaha akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu berhenti berproduksi atau tetap berproduksi. Suatu Kemajuan perekonomian 2 sebuah negara dapat dilihat

dengan tingginya pekerja di sektor formal dibandingkan pekerja di sektor

informal. Walaupun sektor informal sangat tinggi dalam penyerapan tenaga kerja namun nilai tambah yang diberikan oleh sektor informal tidak sebesar nilai tambah yang diberikan oleh sektor formal. Ini dikarenakan sektor formal terdiri dari tenaga kerja yang professional, dengan kualifikasi pendidikan dan

(24)

Tabel 3. Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kabupaten/ Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013

No Kab/kota 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Disnakertrans Provinsi Lampung

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Cara melihat persentase KHL dari tahun ke tahun dapat dilihat melalui rumus yaitu besaran UMK tahun sekarang dikurangi dengan tahun sebelumnya, dibagi tahun sebelumnyadan dikalikan dengan 100 %. Dengan menggunakan cara tersebut maka dapat diketahui besaran persentasi dari KHL dari masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

(25)

Minuman, Kelompok Bahan Bakar dan Penerangan, Kelompok Perumahan dan Peralatan, Kelompok pakaian, Kelompok lain-lain. Dalam memperhitungkan nilai akhir KHL juga telah memperhatikan faktor lain yang mempengaruhinya seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, kebutuhan fisik minimum, kemampuan perusahaan serta perbandingan tingkat pengupahan di daerah lain.

KHL tersebut merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun non fisik dalam kurun waktu satu bulan. Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Besaran Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan suatu ketetapan dari masing-masing pemerintah terkait dan salah satu tujuan diberlakukannya KHL tersebut adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan pekerja terhadap pendidikan, kesehatan, transportasi, dan rekreasi. Bahkan, bila dimungkinkan dapat disisihkan untuk menabung.

Tabel 4. Pertumbuhan Investasi di Provinsi Lampung tahun 2004-2013

No Tahun Jumlah (dalam Triliun Rupiah)

1 2004 5.996

2 2005 4.986

3 2006 7.963

4 2007 8.341

5 2008 6.252

6 2009 7.126

7 2010 6.392

8 2011 9.768

9 2012 10.371

10 2013 12.230

(26)

Pada Tabel 4 menunjukkan pertumbuhan Investasi di Provinsi Lampung tahun 2004-2013. Salah satu alasan memasukkan data pertumbuhan investasi pada penelitian ini adalah sebagai bentuk gambaran dalam mengetahui perkembangan jumlah tenaga kerja, karena jika tingkat pertumbuhan investasi dalam maupun investasi luar negeri di Provinsi Lampung mengalami peningkatan maka secara langsung akan mempengaruhi peningkatan penyerapan terhadap tenaga kerja di Provinsi Lampung. Dengan demikian data pada Tabel 4 ini hanya sebagai gambaran dalam mendukung data-data sebelumnya.

Sebagaimana pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tahun 2004 investasi di Provinsi Lampung sebesar Rp. 5.996 Triliun, pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.986 triliun, sampai pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp. 8.341 triliun. Namun, pada tahun 2008 tingkat investasi menurun menjadi Rp. 6.252 triliun. Selanjutnya berfluktuasi dari tahun 2009 sampai tahun 2010. Pertumbuhan investasi kembali meningkat pada tahun 2011 sampai tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 9.768triliun, 10.371 triliun, 12.230 triliun. Dengan adanya data pertumbuhan investasi tersebut menjadi gambaran dalam mengetahui adanya pengaruh tingkat investasi dengan tenaga kerja Kabupaten Kota di Provinsi Lampung. Jika tingkat investasi meningkat maka penyerapan terhadap tenaga kerja juga akan meningkat, dengan demikian semakin banyak investasi yang dilakukan maka akan

(27)

B. Rumusan Masalah

Peningkatan upah di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung dari tahun ke tahun juga dapat menyebabkan penyerapan terhadap kesempatan kerja berkurang. Disisi lain, produktivitas yang meningkat tiap tahunnya justru menyebabkan peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja. Namun, pada kenyataannya bahwa tingkat upah yang semakin tinggi tetapi produktivitas dari buruh masih sangat rendah sehingga tidak menyebabkan efisiensi dalam peyerapan tenaga kerja.

Selain itu juga jumlah penduduk juga terus bertambah yang menumpuk pada usia produktif, peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja akan mengakibatkan jumlah pengangguran semakin bertambah.

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri.

(28)

kerja/kesempatan kerja kepada setiap tenaga kerja yang membutuhkan serta mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh kebijakan upah minimum terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013?”.

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui pengaruh kebijakan upah minimum terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2009-2013?”.

D. Kerangka Pemikiran

Menurut efficiency wage theory dalam Sumarsono (2009:201), bahwa penetapan upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan dalam jangka panjang. Sistem pengupahan yang dibangun pemerintah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tenaga kerja.

Hubungan upah minimum dengan kesempatan kerja dapat lihat pada Model dual sektor, dimana dikembangkan oleh Welch dalam Devy L (1974:6) adalah

(29)

dua sektor tersebut. Hal ini akan menyebabkan sektor formal menjadi lebih dipilih oleh pekerja dibandingkan sektor informal. Dengan kata lain kebijakan upah minimum ini menyebabkan kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of labour) pada sektor formal.

Kebijakan upah minimum tersebut kemudian berkaitan dengan permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan teori permintaan input

(masukan) dan permintaan output (keluaran). Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah, harga barang lain, investasi, harga output. Selanjutnya harga mempengaruhi realita upah yaitu biaya, upah minimum dan kualitas tenaga kerja. Namun dalam hal ini sisi penawaran tenaga kerja lebih berpengaruh terhadap tingkat upah.

(30)

Upah yang diterima tenaga kerja akan berdampak terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja karena dengan tingkat upah yang tinggi dapat meningkatkan produksi perusahaan, sehingga terjadi kesinambungan antar tingkat upah yang ditawarkan dengan tenaga kerja yang bekerja. Selanjutnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Dari keuntungan tersebut perusahaan akan meningkatkan pengupahan tenaga kerja karena dengan upah yang tinggi akan menjamin

kesejahteraan tenaga kerja. Tingkat upah yang diberikan oleh perusahaan harus sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan besaran upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah harus dipatuhi dan ditaati oleh perusahaan yang terkait khususnya dalam pemberian tingkat upah kepada tenaga kerja. Upah minimum akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja, keuntungan perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang melamar pekerjaan akan meningkat.

(31)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Diduga bahwa kebijakan upah minimum berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/KotaProvinsi Lampung pada tahun 2009-2013.

Kebijakan Upah Minimum

Upah Kabupaten/Kota

Kesempatan Kerja

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Upah Minimum

1. Pengertian Kebijakan Upah Minimum

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjukkan

perilaku seorang aktor (pejabat, kelompok, lembaga pemerintah) dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan. Suatu kebijakan akan lebih cocok dilihatnya sebagai suatu arah tindakan atau tidak dilakukannya tindakan daripada sebagai sekedar suatu keputusan atau tindakan belaka. (Heclo dalam Jones, 1994:45).

(33)

Kebijakan penetapan upah minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selain memberi jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Program pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup akan dicapai secara bertahap.

Penetapan upah minumum dipandang perlu sebagai salah satu bentuk perlindungan upah, dengan tujuan :

1. Menghindari atau mengurangi persaingan yang tidak sehat sesama pekerja dalam kondisi pasar kerja yang surplus, yang menyebabkan pekerja menerima upah di bawah tingkat kelayakan.

2. Menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja yang memanfaatkan kondisi pasar untuk akumulasi keuntungannya.

3. Sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah

4. Menghindari terjadinya kemiskinan absolut pekerja melalui pemenuhan kebutuhan dasar pekerja.

Kebijakan penetapan upah minimum dalam kerangka perlindungan upah saat ini masih banyak kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu keseragaman upah, baik secara regional/wilayah (propinsi atau kabupaten/kota) dan secara nasional. Kebijakan tersebut perlu diupayakau secara sistematis, baik ditinjau dari segi makro maupun dari segi mikro seiring dengan upaya pembangunan

(34)

Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah memberikan kesempatan setiap daerah di Indonesia untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimilikinya serta mencukupi kebutuhan

masyarakatnya.

Perbedaan kondisi setiap daerah akan membawa implikasi pada kebijakan dan pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Kebijakan pembangunan suatu daerah akan disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Undang-undang tersebut maka menyebabkan penetapan upah yang berbeda-beda. Idealnya, pembentukan upah dapat diselesaikan sendiri oleh mekanisme pasar. Interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja akan menentukan tingkat upah keseimbangan dan sebaliknya peningkatan penawaran akan menurunkan tingkat upah. Pada tingkat upah tersebut kesepadanan antara kuantitas yang diminta dengan yang ditawarkan, oleh karenanya akan selalu terjadi. (Haryo Kuncoto, 2002:54)

Dalam perekonomian tertutup dan dalam jangka pendek, pengangguran

(35)

2. Formulasi Kebijakan Pengupahan

Perumusan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan

serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang termasuk dalam kegiatan tersebut adalah: bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut serta siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan.

Perumusan kebijaksanaan adalah merupakan kegiatan perencanaan (policy planning) dengan meletakkan keputusan-keputusan hasil analisa masalah dalam rancangan kebijaksanaan pemerintah. Sejauh mana kebijakan berhasil dalam masyarakat, sangat ditentukan oleh perumusan kebijakan itu. Banyak kebijakan yang secara umum dipandang para ahli cukup baik, tetapi tidak berhasil

diterapkan dalam masyarakat sehingga tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Sebaliknya ada kebijakan yang kelihatannya kurang bermutu dilihat dari substansinya, namun diterima masyarakat karena mewakili aspirasinya, sekalipun dalam pencapaian tujuan terdapat banyak kekurangan. (Soekarno, 2003:123).

(36)

lebih menyeluruh, termasuk perencanaan dan usaha yang kurang sistemik untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadap masalah-masalah publik. (Heclo dalam Jones, 1994:52).

Formulasi adalah suatu aktifitas yang mengandung unsur politik, walau ini tidaklah dilakukan seorang anggota parpol dengan menggunakan perencanaan yang lebih netral pun tidak dapat menghindari dan mengubah hal yang demikian. Formulasi kebijakan pengupahan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian alternatif-alternatif tindakan dalam menentukan tingkat upah yang dilakukan lembaga tripartit yang terdiri dari unsur pengusaha, serikat

pekerja/serikat buruh dan pemerintah daerah.

Dalam pengembangan alternatif kebijakan pengupahan pemerintah daerah,serikat pekerja/serikat buruh, dan dunia usaha memiliki pandangan dan persepsi masing-masing. Masing-masing lembaga mengusulkan atau merekomendasikan tingkat upah yang berbeda-beda karena mereka melihat dari sudut pandang dan

kepentingan yang berbeda-beda juga. Serikat pekerja/serikat buruh selalu menghendaki tingkat upah yang lebih tinggi dari perwakilan pengusaha, sedangkan untuk perwakilan pemerintah berperan sebagai stabilisator. Permasalahan yang sering muncul dalam penentuan upah minimum adalah perbedaan persepsi tentang nilai kebutuhan hidup layak (KHL) hasil survei yang akan dijadikan dasar pertimbangan dalam merumuskan usulan penetapan upah minimum.

(37)

upah minimum kota juga yaitu inflasi pertumbuhan ekonomi daerah, UMP, dan tingkat upah daerah sekitar. Pemerintah daerah mengusulkan tingkat upah yang memang menjadi penengah dari tingkat upah yang diusulkan oleh dunia usaha dan serikat pekerja/serikat burruh. Dengan hadirnya campur tangan pemerintah

diharapkan maka kemungkinan terjadinya perselisihan dan ketimpangan yang terjadi antara buruh dan pengusaha dapat ditangani dan dihindari.

B. Upah

Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. upah dibedakan menjadi dua pengertian yaitu: upah uang dan upah rill. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima pekerja dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental maupun fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah rill adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sadono Sukirno, 1985:297-298).

Upah merupakan salah satu unsur untutk menentukan harga pokok dalam

perusahaan, karena ketidakpastian dalam menentukan besarnya upah akan sangat merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor yang mempegaruhi tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut:

1. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

(38)

jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung turun.

2. Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan

meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya. 3. Kemampuan Untuk Membayar

Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi, tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan pada akhirnya akan mengurangi keuntungan.

4. Produktivitas Pekerja

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan. Semakin tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah yang mereka terima. Prestasi pekerja ini dinyatakan sebagai produktivitas pekerja.

5. Biaya Hidup

Biaya hidup yang besar seperti halnya kota besar, upah kerja cenderung tinggi. Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan 6. Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan.

(39)

produksi. Bagi perusahaan upah merupakan biaya dari penggunaan faktor

produksi sebagai input dari proses produksi, dengan demikian besar kecilnya upah akan berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan. Ada beberapa alasan dinamiknya upah menurut Arfida BR (2003:159-161) adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas 2. Besarnya Penjualan 3. Laju inflasi

4. Sikap Pengusaha 5. Institusional

Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah yaitu :

1. Menjamin kehidupan layak bagi pekerja dan keluarga 2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang

3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja

1. Upah Riil

1.1 Pengertian Upah Rill

Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. (Sadono Sukirno, 2006:351).

Upah riil (real wage) adalah menunjukkan daya beli dari pembayaran berupa uang. (Moekijat, 2007:7) Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik

(40)

kebutuhan hidupnya yang diukur dari kemampuan upah tersebut dan menunjukkan daya beli tenaga kerjanya.

Di dalam jangka panjang sejumlah tertentu upah pekerja akan mempunyai kemampuan yang semakin sedikit di dalam membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan. Keadaan seperti itu timbul akibat dari kenaikan harga-harga barang dan jasa tersebut, yang selalu berlaku dari waktu ke waktu. Adanya kenaikan harga-harga akan menurunkan daya beli dari sejumlah tertentu

pendapatan. Di dalam jangka panjang kecenderungan yang selalu berlaku adalah keadaan dimana harga-harga barang maupun upah terus menerus mengalami kenaikan. Tetapi kenaikan tersebut tidaklah serentak dan juga tingkat kenaikannya berbeda. Walau bagaimanapun hal ini tidak menimbulkan kesulitan untuk

mengetahui sampai dimana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati oleh para pekerja.

Menurut Sonny Sumarsono (2003:38), perubahan tingkat upah akan

mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

(41)

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect).

1.2 Cara Menghitung Upah Riil

Dalam prakteknya menghitung upah riil tidaklah sederhana. Dalam ekonomi terdapat berbagai jenis barang dan jasa. Dari tahun ke tahun mereka mengalami kenaikan atau perubahan harga yang tidak seragam. Ada yang tidak mengalami kenaikan, ada yang mengalami kenaikan harga yang tinggi dan ada yang kenaikan harganya relatif lambat. Di samping itu berbagai jenis barang tersebut sangat berbeda kepentingannya dalam hidup manusia. Ada yang sering dibeli konsumen, seperti makanan, pakaian, dan sewa rumah. Ada pula yang pembelian ke atasnya tidak terlalu sering dilakukan seperti misalnya membeli rumah dan mobil, atau melancong ke luar negeri. Perbedaan ini menimbulkan efek yang berbeda kepada kesejahteraan masyarakat sekiranya harga barang-barang tersebut menjadi bertambah tinggi. Masalah-masalah yang baru saja diuraikan ini menimbulkan kesulitan dalam usaha untuk menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian dari tahun ke tahun. Ini selanjutnya

(42)

Tabel 5. Cara Untuk Menghitung Upah Riil Pekerja Tahun

(1)

Upah Uang (2)

Indeks Harga (3)

Upah Riil (4)

1995 100000 100 100/100 x Rp 100000 = Rp 100000 1997 150000 125 100/125 x Rp 150000 = Rp 120000 2000 200000 150 100/150 x Rp 200000 = Rp 125000 2005 600000 400 100/400 x Rp 600000 = Rp 150000 Sumber: Sadono Sukirno (2006)

(43)

2. Teori Upah Efisiensi

Teori upah efisiensi (efficiency-wage) menyatakan upah yang tinggi membuat pekerja lebih produktif. Jadi, meskipun pengurangan upah akan menurunkan

tagihan upah perusahaan, itu juga akan menurunkan produktivitas pekerja dan laba perusahaan. Teori upah-efisiensi yang pertama menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan mengurangi tagihan upah perusahaan, maka pengurangan upah akan memperendah

produktivitas pekerja dan laba perusahaan. Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori upah-efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih sedikit alternatif. Dan teori upah-efisiensi yang keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah, semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat. Dengan

(44)

agar tidak bermalas-malasan dan dengan demikian meningkatkan produktivitas mereka. Meskipun keempat teori upah-efisiensi ini secara rinci berbeda, namun teori-teori tersebut menyuarakan topik yang sama: karena perusahaan beroperasi lebih efisien jika membayar pekerjanya dengan upah yang tinggi, maka

perusahaan dapat menganggap bahwa mempertahankan upah di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan adalah menguntungkan. (Mankiw, 2006:124)

Pandangan yang lainnya (bersebrangan) dengan teori neoklasik yakni efficiency wage theory (teori upah efisiensi). Teori upah efisiensi ini berfokus pada upah sebagai tujuan yang memotivasi buruh. jumlah usaha yang dibuat buruh dalam pekerjaannya adalah berhubungan terhadap seberapa baik pekerjaan itu membayar relatif terhadap alternatif pekerjaan lainnya. perusahaan akan bersedia membayar upah diatas upah keseimbangan pasar untuk memastikan bahwa buruh bekerja keras agar tidak kehilangan pekerjaannya yang baik itu. Teori upah efisiensi ini juga menyebutkan dengan penetapan upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan nutrisinya sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan upah juga memungkinkan buruh untuk

(45)

3. Upah Minimum

3.1 Pengertian Upah Minimum

Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan kepada pekerjanya. Undang-undang Upah Minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan. Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang upah minimim adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan

pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menaikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum (Adit Agus Prastyo, 2010:34).

Berdasarkan Undang-Undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, telah ditetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak, dengan mernperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang rneliputi :

(46)

b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten /kota

Komponen yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan minimum adalah: 1. Makananan dan minuman

2. Perumahan dan fasilitas 3. Sandang

4. Kesehatan dan estetika 5. Aneka kebutuhan

Tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu: (a) sebagai jaring

pengamana agar upah tidak merosot, (b) mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, (c) meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum

bertujuan untuk (b) pemerataan pendapatan, (b) peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, (c) perubahan struktur biaya industri sektoral, (d) peningkatan produktivitas kerja nasional, dan (e) memperlancar komunikasi pekerja. (Hasanuddin Rachman,2003:75)

3.2 Jenis-Jenis Upah Minimum

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 tentang Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-226/MEN/2000 jangkauan wilayah upah minimum meliputi:

(47)

b. Upah minimum kabupaten/kota (UMK) adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

c. Upah minimum sektoral provinsi (UMPProp) adalah upah minimumyang berlaku secara sektoral di seluruh kabupaten/kota da satu provinsi

d. Upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSKab) adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.

Menurut Rusli ( 2003: 120) upah minimum dapat terbagi atas:

a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten/kota. Besar upah yang untuk tiap wilayah propisi dan kabupaten/kota tidaklah sama tergantung dari nilai kebutuhan minimum di daerah yang bersangkutan. Setiap kabupaten/kota tidak boleh menetapkan upah minimum di bawah upah minimum propinsi yang bersangkutan.

b. Upah minimum berdasarkan sektor/subsektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum sektoral ditetapkan berdasarkan kelompok usaha tertentu misalnya kelompok usaha manufaktur dan non faktur. Upah minimum sekotoral ini tidak boleh lebih rendah dari upah minimum di daerah yang bersangkutan

3.3 Regulasi Pengupahan

(48)

Untuk memastikan upah yang layak bagi buruh di satu sisi dan terjaminnya kelangsungan usaha di sisi lain; DPR dan pemerintah membuat serangkaian regulasi yang mengatur sistim dan mekanisme pengupahan di pasar kerja. Regulasi pengupahan ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1) Regulasi terkait mekanisme penetapan upah 2) Regulasi terkait perlindungan upah

Regulasi terkait mekanisme penetapan upah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan sistimatika sebagai berikut;

a) Penetapan upah minimum di tingkat propinsi & kabupaten/kota (Pasal 88), yang berbunyi:

(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

(2). Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. (3). Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Upah Minimum b. Upah kerja lembur

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya,

(49)

g. Denda dan potongan upah

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional j. Upah untuk pembayaran pesangon, dan

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan

(4). pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan

memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

b) Penetapan upah melalui kesepakatan/perundingan kolektif (Pasal 91), yang berbunyi:

(1). pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Dalam hal kesepakatan sesuai dengan ayat 1, lebih rendah atau

bertentangan dengan peraturan perundangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) Penerapan struktur & skala upah (pasal 92 ayat 1), yang berbunyi: “Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan

golongan jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.” d) Peninjauan Upah Secara Berkala (Pasal 92 ayat 2), yang berbunyi:

“ pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan

(50)

Sedang regulasi terkait perlindungan upah diatur dalam UU No 13/2003 Pasal 88 ayat 2 yang berbunyi: Di samping regulasi yang mengatur secara makro (dalam bentuk undang-undang), pemerintah juga membuat aturan pelaksananya baik dalam bentuk peraturan pemerintah, keputusan menteri maupun juga dalam bentuk peraturan menteri.

C. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Dalam tataran normatif, KHL merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun non fisik dalam kurun waktu satu bulan. Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat. Upah minimum dipandang sebagai sumber penghasilan bersih (take home pay) sebagai jaring pengaman (safety net) KHL.

Sebab itu, upah minimum diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seorang buruh terhadap pendidikan, kesehatan, transportasi, dan rekreasi. Bahkan, bila

dimungkinkan dapat disisihkan untuk menabung.

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam pasal 88 ayat (4) diamanatkan bahwa pemerintah

(51)

Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Nilai kebutuhan hidup layak (KHL) diperoleh melalui survei harga yang

dilakukan oleh tim tripartit ( untuk pemerintah diwakili oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat buruh).

Pokok-pokok pikiran yang mendasari perumusan komponen KHL adalah sebagai berikut :

1. Perlunya keseimbangan gizi antara karbohidrat dan protein

2. Semakin banyaknya angkatan kerja wanita yang memasuki pasar kerja, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan khusus pekerja wanita.

3. Kondisi masyarakat Indonesia yang religius, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan perlengkapan ibadah yang juga memerlukan biaya.

4. Perlunya menambahkan beberapa jenis kebutuhan yang secara riil digunakan oleh masyarakat pada semua lapisan

D. Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

(52)

Penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Dikatakan angkatan kerja adalah penduduk yang termasuk usia kerja 13 yang mempunyai pekerjaan, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja atau sedang tidak bekerja atau tidak

mempunyai pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya misal pensiunan. Bukan angkatan kerja ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering dinamakan potensial labor force (Payaman Simanjuntak dalam Romas, 1998:31)

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur diatas 10 tahun atau lebih. Memang di setiap negara batasan umur tenaga kerja berbeda-beda. Selain golongan umur tersebut dianggap bukan tenaga kerja. Di Indonesia tidak ada batasan umur maksimal karena di Indonesia tidak ada jaminan sosial nasional. Memang ada sebagian penduduk yang menerima tunjangan di hari tua tapi jumlah hanya sedikit, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai swasta.

(53)

Kesempatan kerja menurut BPS adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau pekerja. Bekerja yang dimaksud disini adalah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian.

Memberi pengertian kesempatan kerja sebagai lapangan usaha atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi sebagai partisipasi dalam pembangunan. Sigit (2000:56).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk bekerja. Pengertian tenaga kerja tersebut meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri ataupun keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah; atau mereka yang bersedia bekerja dan mampu untuk bekerja namun tidak ada kesempatan kerja sehingga terpaksa menganggur (Sumarsono, 2003:68), Ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain :

(54)

2. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar di satu sisi merupakan potensi SDM yang dapat diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada berbagai sektor

Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkaan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari : golongan yang bekerja dan golongan yang mencari pekerjaan atau menganggur. Sedangkan kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari : golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja sehingga kelompok ini dinamakan potensial labor force (Payaman Simanjuntak dalam Romas 1998:30).

2. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha

(55)

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahan atau instansi tertentu, dimana keuntungan usaha yang didapat akan memberikan hasil yang maksimum. Secara umum permintaan tenaga kerja

dipengaruhi oleh (Sony Sumarsono,2003:32) 1 . Perubahan tingkat upah.

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi peningkatan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit produksi. Dalam jangka pendek kenaikan upah diantisipasi perusahaan dengan mengurangi produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan bekurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan

jumlah tenaga kerja karena turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.

2. Perubahan permintaan hasil produksi oleh konsumen.

Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

3. Harga barang modal turun .

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada keadaan ini perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena permintaan hasil produksi bertambah besar, akibatnya permintaan tenaga kerja meningkat pula.

(56)

Marginal Product, VMP). Nilai marjinal produk (VMP) merupakan perkalian antara Produk Fisik Marginal (Marginal Physical Product) dengan harga produk yang bersangkutan. Produk Fisik Marginal (Marginal Physical Product, MPP) adalah kenaikan total produk fisik yang bersumber dari penambahan satu unit input variabel (tenaga kerja).

Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada pasar kompetitif, perusahaan dalam kondisi ini sifatnya penentu tingkat upah (wage taker), sehingga biaya upah marginal (marginal wage cos)t akan sama dengan tingkat suku upah (wage rate), bila perusahaan ingin maksimalkan profitnya. besarnya VMP yang merupakan perkalian antara MPP x P akan sama dengan harga input produk yang bersangkutan yaitu PN. besarnya VMP = P didapatkan dari

pernyataan bahwa kombinasi input optimal atau biaya minimal dalam proses produksi akan terjadi bila kurva tingkat produksi yang sama akan berpengaruh terhadap kurva biaya produksi. Marginal revenue product atau kurva permintaan tenaga kerja sama dengan kurva value of marginal product. The value of marginal product atau penerimaan tambahan sama nilainya dengan MRP. VMP= MR x MP atau P x MP. Bila sudut garis pada isoquant sama dengan w/r. sedangkan besarnya sudut disetiap titik pada isoquant sama dengan MPPI/MPPK, maka kombinasi input yang optimal adalah : w/r = MPPL/MPPK atau MPPK/r = MPPi/w. Dimana r adalah tingkat bunga implisit yang bersumber dari modal sedangkan w adalah tingkat upah per unit. Apabila persamaan diatas diperluas secara umum maka akan menjadi :

MPPX/Px = MPPY/PY

(57)

penggunaan input mensyaratkan penggunaan kombinasi yang sedemikian rupa sehingga MPP untuk setiap input dengan harganya sama besar untuk setiap input. Dengan demikian kenaikan satu unit input, misalnya x, akan memperbanyak biaya produksi sebanyak Px, sekaligus akan memperbesar volume produk sebanyak MPPx itu berarti Rasio Px / MPPx merupakan tingkat perubahan total biaya perusahaan untuk setiap perubahan output fisiknya yang secara definitif berarti sama dengan biaya marginalnya (Marginal Cost, MC). Dari sini maka persamaan diatas juga bisa dirubah menjadi :

MPPX/PX = MPPY/PY = MFPN/PN = 1/MC

Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada pasar kompetitif sempurna maka persamaan diatas bisa dirubah menjadi:

MPPx/Px = MPPY/PY = MPPN/PN = 1/MC- 1/MR = 1/P Dari persamaan diatas kita bisa mengetahui bahwa :

MPPx/Px = 1/MR = 1/P, sehingga MPPx x P = Px untuk semua input. Dalam hal ini, jika terjadi peningkatan tenaga kerja sebesar 1, maka produksi perusahaan akan meningkat sebesar MPPPx. Produksi perusahaan akan meningkat jika produktivitas tenaga kerja juga meningkat.

Kurva permintaan tenaga kerja dalam pasar persaingan tidak sempurna sifatnya lebih curam atau lebih menurun ke kiri bila dibandingkan dengan kurva

(58)

faktor lain dianggap konstan). Bagi setiap perusahaan yang beroperasi dalam pasar kompetisi sempurna itu, harga outputnya senantiasa konstan terlepas dari berapa kuantitas output yang dijualnya. Harga input disini juga kita asumsikan konstan. Penawarannya elastisitas sempurna untuk semua perusahaan.

Ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara permintaan tenaga kerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut elastisitas. Elastisitas mengukur besarnya perubahan permintaan terhadap perubahan faktor yang mempengaruhinya. Berikut gambar tentang fungsi permintaan terhadap tenaga kerja yang ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini

Sumber gambar : Payaman Simanjuntak, 1998

Gambar 2. Kurva Permintaan terhadap Tenaga Kerja VMPPL

Upah ( Px = VMPx)

W1

D = MPPL X P

0 W

W2

(59)

Gambar 2 menjelaskan mengenai kurva permintaan tenaga kerja yang memiliki kemiringan (Slope) yang negatif. Kurva permintaan tersebut menjelaskan mengenai hubungan antara besarnya tingkat upah dengn jumlah tenaga kerja. Kurva tersebut memiliki hubungan negatif, artinya semakin tinggi tingkat upah yang diminta maka akan mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kera yang diminta. Sebaliknya apabila tingkat upah yang diminta semakin rendah maka jumlah pemintaan akan tenaga kerja akan meningkat.

Garis DD menggambarkan besarnya nilai hasil marginal tenaga kerja (value marginal physical product of labor, VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan pekerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak 0A=100 orang, maka nilai hasil kerja yang ke-100 dinamakan VMPPL dan besarnya sama dengan MPPL x P = W1. Nilai ini lebih besar daripada ingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan memperkerjakan orang hingga 0N. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum da nilai MPPL x P sama dengan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

E. Intersep Kabupaten/Kota

Intersep kabupaten/kota dapat dilihat dari nilai konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan data panel. Nilai intersep positif menunjukkan terjadinya peningkatan pada variabel kabupaten/kota, sedangkan nilai intersep negatif menunjukkan terjadinya penurunan pada variabel kabupaten/kota yang bersangkutan.

(60)

kerja daerah tersebut akan meningkat. Tingginya tingkat kesempatan kerja di daerah tersebut disebabkan oleh produktivitas pekerja tersebut tinggi. Hal ini disebabkan karena terjadinya perkembangan investasi dan juga penyerapan tenaga kerja yang ada di daerah tersebut akan meningkat. Sementara jika daerah

kabupaten/kota mempunyai nilai random effect yang negatif dapat diartikan bahwa jika variable upah dianggap konstan maka kesempatan kerja daerah tersebut akan menurun. Rendahnya kesempatan kerja disebabkan karena produktivitas tenaga kerja yang menurun dan lapangan kerja yang tersedia didaerah tersebut terbatas. (Hendarmin, 2011: 116).

Dengan demikian, perbedaan koefisien intercept antar daerah kabupaten/kota menunjukkan adanya perbedaan tingkat upah dan kesempatan kerja di masing-masing daerah, hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkat upah minimum masing-masing daerah dan tingkat produktivitas para pekerja yang kemudian mempengaruhi lapangan kerja yang tersedia.

F. Model Dinamis

(61)

Model dinamis merupakan salah alat analisis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari suatu kebijakan ekonomi atau aktivitas ekonomi. Sebagai contoh: pemerintah menetapkan kebijakan menaikkan harga pupuk, akan dilihat apakah kebijakan tersebut

memberikan pengaruh terhadap penawaran beras. Dalam sektor pertanian dampak dari suatu kebijakan yang ditetapkan pemerintah saat ini sering terlihat beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian (dampak jangka panjang). Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas pertanian mempunyai selang waktu (time lag) dari mulai pengambilan keputusan produksi sampai realisasi produksi. (Syahrul, 2011:29). Selain pemodelan regresi data panel sebagai model dasar, dapat pula dibangun

sebuah model data panel yang lebih rumit namun lebih sesuai dengan permasalahan ekonomi yang ada. Data panel dapat diaplikasikan ke dalam dinamis, hal ini disebabkan karena pada dasarnya hubungan variabel-variabel ekonomi merupakan suatu kedinamisan, yakni suatu variabel ekonomi tidak hanya ditentukan oleh variabel-variabel pada waktu yang sama, melainkan juga

ditentukan oleh variabel pada waktu sebelumnya.

(62)

G. Hubungan Upah Minimum Dengan Kesempatan Kerja

Dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pada para pengusaha. Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengertian dari upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjungan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Kaum ekonomi klasik menyatakan, bahwa tenaga kerja/karyawan mendasarkan penawaran tenaga kerja atas upah riil (W/P). Oleh karena itu, kenaikan upah nominal tidak akan mengubah penawaran tenaga kerja apabila kenaikan tersebut disertai dengan kenaikan tingkat harga yang sepadan. Orang yang merasa kaya karena kenaikan upah nominal dan kenaikan tingkat harga yang sama. Orang yang rasional tidak akan mengalami ilusi uang, karena mereka hanya mau mengubah penawaran tenaga kerja apabila terjadi perubahan dalam upah riil.

Menurut teori upah efisiensi (efficiency wage theory) bahwa penetapan upah minimum yang tinggi dapat mendorong produktivitas pekerja dalam jangka panjang. Produktivitas pekerja selanjutnya akan meningkatkan keuntungan perusahaan dalam melakukan proses produksi sehingga tenaga kerja yang

dibutuhkan akan semakin meningkat. Teori upah efisiensi ini berfokus pada upah sebagai tujuan dalam mendorong tenaga kerja untuk memaksimalkan

(63)

terjamin. Perusahaan akan bersedia membayar upah diatas upah keseimbangan pasar untuk memastikan bahwa tenaga kerja bekerja keras agar tidak kehilangan pekerjaannya yang baik itu. Upah yang dibayarkan menurut teori ini jauh diatas upah keseimbangan, hal tersebut selain akan meningkatkan produktivitas juga akan menimbulkan loyalitas pekerja, membuat lebih banyak pekerja yang berkualitas. (Sumarsono dalam Devy L, 2009:201).

Hubungan upah minimum dengan tenaga kerja dapat lihat pada Model dual sektor, dimana dikembangkan oleh Welch dalam Devy L (1974:6) adalah perluasan dari model kompetitif. Model ini mengasumsikan bahwa terdapat dua sektor di dalam ekonomi (segmentasi ekonomi) yaitu sektor formal (yang tercakup oleh kebijakan upah minimum) dan sektor informal (sektor yang tidak tercakup oleh kebijakan upah minimum) dengan mobilitas yang sempurna antar dua sektor tersebut. Kebijakan upah minimum pada sektor formal yang lebih tinggi dibandingkan tingkat keseimbangan upah W0. Hal ini akan menyebabkan sektor formal menjadi lebih dipilih oleh pekerja dibandingkan sektor informal.

Kegagalan upah dalam melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah.

(64)

kepada pekerja. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi. Pengangguran struktural kemudian muncul sebagai implikasi karena perusahaan gagal

menurunkan upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja (Mankiw, 2006:68)

H. Penelitian Terdahulu

(65)
(66)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan dan data antar ruang (cross section) atau yang disebut data panel. Data panel merupakan sekelompok data individual yang diteliti selama rentang waktu tertentu sehingga data panel memberikan informasi observasi setiap individu dalam sampel. Keuntungan menggunakan panel data yaitu dapat meningkatkan jumlah sampel populasi dan memperbesar degree of freedom, serta

pengabungan informasi yang berkaitan dengan variabel cross section dan time series. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder pada Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung dengan runtun waktu berupa data tahunan periode tahun 2009-2013, antara lain:

a. Data Upah Minimum Kabupaten/Kota yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan dinas tenaga kerja Provinsi Lampung

(67)

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik), dinas ketenagakerjaan provinsi Lampung dan instansi lain yang terkait serta berbagai sumber lain baik jurnal, makalah, internet,dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

B. Batasan Variabel

Untuk mempermudah penelitian ini, pada penulisan masalah yang akan dibahas adalah hanya menghitung besarnya hubungan kebijakan upah minimum dengan kesempatan kerja di provinsi Lampung.

Variabel yang menjadi batasan peubah dalam penulisan ini adalah:

1. Upah Minimum, dimana Upah minimum yang dimaksud adalah upah Kabupaten/Kota yaitu upah minimum yang berlaku di daerah

kabupaten/kota, yang diterima oleh pekerja per bulan (BPS,2008). Upah sudah ditetapkan oleh pemerintah terkait di dinas tenaga kerja provinsi Lampung, dimana besarannya dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan dan peningkatan. UMK yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada upah minimum yang berlaku di Provinsi Lampung (UMR Provinsi) tahun 2009-2013 yang diukur dalam satuan rupiah, dengan asumsi bahwa UMR sama dengan upah rill.

(68)

C. Alat Analisis

Untuk mengetahui pengaruh kebijakan publik dengan jumlah tenaga kerja digunakan metode yaitu:

1. Analisis dengan data panel, yaitu kombinasi antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross section)

a.Untuk mendeskripsikan pengaruh kebijakan upah minimum terhadap kesempatan kerja di Kabupaten/Kota di provinsi Lampung dilakukan dengan mengidentifikasi pengaruh antara kebijakan upah terhadap kesempatan kerja digunakan teknik analisis regresi linier dengan asumsi bahwa UMR sama dengan upah rill, spesifikasi model yang digunakan adalah:

Li = f (Wi)

Keterangan:

Li = Kesempatan Kerja/orang yang bekerja Kabupaten/Kota i Wi = UMR Kabupaten/Kota i

Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross-section dapat ditulis sebagai berikut:

Li= αo+ α1Wi + et ; i = 1,2....,N

Dimana N adalah banyaknya cross section, Sedangkan persamaan model dengan time series adalah:

Lt= αo+ α1Wi + et ; t = 1,2....,N

(69)

Lit= αo+ α1Wit + eit i = 1,2,...N ; t = 1,2,....t Dimana:

Li,t = Kesempatan kerja/orang yang bekerja kab/kota i dan tahun t

α = Konstanta

Wi,t = Nilai UMR di Kabupaten-Kota i dan tahun t eit = Error variabel (tingkat kesalahan)

N = Banyaknya observasi

T = Banyaknya waktu

N x T = Banyaknya data panel

b. Dalam analisis regresi yang menggunakan data time series (runtun waktu), model regresi melibatkan data pada waktu sekarang dan waktu pada lampau/selang waktu (lagged/past) dari variabel penjelas

(explanatory variable), maka dinamakan model distributed-lag. Selain itu, model ini juga dikenal dengan nama model dinamis kompleks (dynamic models). Model yang dapat ditulis adalah:

Lit = +0Wt + 1Wt-1 + 2Wt-2 + 3Wt-3 + t Dimana:

Lit = Kesempatan kerja kab/kota i dan tahun t  = Konstanta

(70)

µt = Populasi per unit waktu

2. Metode deskriptif kuantitatif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringin dengan interprestasi yang rasional dan akurat.Penelitian ini juga dapat dijelaskan dengan menganalisis data melalui data-data, angkat- angka, grafik dan tabel yang ada pada penelitan ini yaitu data mengenai Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, data ketenagakerjaan dari tahun 2009-2013 di provinsi Lampung. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan mencoba menganalisis

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesempatan kerja

Kabupaten/Kota di provinsi Lampung tahun 2009-2013, Sedangkan variabel independen, terdiri dari Upah Minimum Kabupaten/Kota di provinsi Lampung tahun 2009-2013, dengan asumsi bahwa UMR sama dengan upah rill.

D. Regresi dengan Data Panel

Dalam penelitian ini, untuk menguji pengaruh kebijakan upah minimum terhadap kesempatan kerja di estimasi dengan menggunakan data panel

(71)

Alasan pemilihan data panel (pooled data) yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan beberapa keunggulan data panel.

Menurut Agus Widarjono (2007:114) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross section, yaitu : (1). Data panel yang merupakan gabungan dua data time

series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. (2).Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variabel).

Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005:145) antara lain : 1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara

ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic adjustment.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Kesempatan Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung  Tahun 2009-2013
Tabel 2. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten/Kota Provinsi
Tabel 3.   Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kabupaten/
Tabel 4. Pertumbuhan Investasi di Provinsi Lampung tahun 2004-2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial variabel independen yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota(UMK) dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK) berdasarkan standar kebutuhan hidup layak (KHL) tenaga kerja

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Upah Minimum Kabupaten Kota Di Provinsi Jawa Timur serta Dampaknya terhadap Pengangguran dan Kemiskinan Kabupaten Kota

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Hanggoro Setyo Prayogo menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN PRODUK

mengenai UMP berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi, dalam hal di kabupaten-kabupaten/kota-kota di provinsi tersebut belum ada pengaturan mengenai

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH PEKERJA SAMPAI DENGAN SEBESAR UPAH MINIMUM PROPINSIc. ATAU UPAH

Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota, atay () Uapah minimum sebagaimana dimaksud ayat () diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup

Dengan jumlah angkatan kerja yang ada dan tingkat upah minimum yang telah ditentukan oleh pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara, maka kebijakan tenaga