ABSTRAK
KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
CRIS AYU SETYANINGSIH
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling banyak digunakan di sekolah oleh guru,
dikarenakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun faktor yang diduga menentukan keefektivan model pembelajaran ini
dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah adanya kontribusi dari anggota tim
ahli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontribusi
anggota tim ahli dengan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan kajian deskriptif dengan desain deskriptif korelasional.
Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA2 yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes, sedangkan data kualitatif
berupa deskripsi kontribusi anggota tim ahli di tim asal. Pengujian hipotesis
dilakukan menggunakan uji korelasi sederhana yang terlebih dahulu dilakukan uji
Cris Ayu Setyaningsih
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi anggota tim ahli di tim
asal pada kelas XI IPA2 SMA N 5 Bandar Lampung tergolong sedang (62,3%). Sementara itu, berdasarkan perbandingan N-gain diketahui bahwa rata-rata hasil
belajar anggota tim asal tergolong rendah (19,79%) dan rata-rata hasil belajar
anggota tim ahli tergolong sedang (47,78%). Selain itu, hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kontribusi anggota tim ahli dengan
hasil belajar anggota tim asal maupun dengan hasil belajar anggota tim ahli itu
sendiri, yaitu terdapat hubungan yang sedang antara kontribusi anggota tim ahli
dengan hasil belajar anggota tim asal (koefisien korelasi = 0,497) dan terdapat
hubungan yang kuat antara aktivitas anggota tim ahli dengan hasil belajarnya
(koefisien korelasi = 0,644). Nilai koefisien korelasi dari kedua variabel yang
diuji bernilai positif, artinya terdapat hubungan yang positif antara kontribusi
anggota tim ahli dengan hasil belajar siswa. Dengan demikian semakin tinggi
kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka
semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa.
Kata kunci : Kontribusi tim ahli dalam Jigsaw, hasil belajar siswa, aktivitas
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada 25 Mei 1993, yang
merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak
Slamet Hadi Santoso dan Ibu Jumirah. Penulis beralamat di Jl.
Raya Candimas Gg. Melati 6 No. 17, Kotabumi, Lampung Utara.
Nomor Handphone 082372952233.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 6 Kelapa Tujuh
(1998-2004), SMP Negeri 7 Kotabumi (2004-2007), SMA Negeri 3 Kotabumi
(2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi
FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Perkembangan Hewan serta
aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) sebagai
Eksakta Muda Himasakta (2010-2011) dan Adiv Litbang Himasakta (2010-2011).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2
Way Tenong dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di
Kabupaten Lampung Barat (Tahun 2013), serta penelitian pendidikan di SMA
Negeri 5 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun
MOTO
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”
( QS. Adz-Dzariyat: 56)
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
manusia (lainnya)”
(HR. Thabrani)
“Lakukan yang terbaik, niscaya kebaikan jualah yang akan kau
peroleh”
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat, dan karunianya yang tiada terkira.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW,teladan dalam segala bentuk kebaikan.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cintaku kepada:
Ibuku Jumirah dan bapakku Slamet Hadi Santoso, yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran, keikhlasan, pengorbanan, dan limpahan kasih
sayang, selalu mendukung setiap langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adik-adikku Irvan Nafisian Santoso, Annisa Matha Sela, dan Rifda Khoirul Alya yang selalu mendoakan dan memotivasi ku; serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan
menantikan keberhasilanku.
Guru-guruku, yang telah memberikan ilmu, nasihat, dan arahannya kepadaku.
xii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kontribusi Anggota Tim Ahli dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa” sebagai
salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila;
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, dan pembimbing I atas
bantuan dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
masukannya kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas bantuan dan
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada
xii
6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku pembahas atas saran, masukan,
dan arahan yang diberikan hingga terselesainya skripsi ini.
7. Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd., selaku Kepala SMAN 5 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
8. Drs. Ahyak Toha, selaku guru mitra yang telah memberikan banyak bantuan
dan kemudahan selama penelitian;
9. Siswa-siswi kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung atas kerja sama dan perhatiannya selama penelitian;
10.Teman seperjuanganku Mira Olivia HR dan Rosiana Aisyiyah, atas bantuan,
motivasi, dan semangat yang telah diberikan;
11.Rekan-rekan Pendidikan Biologi ’10, atas kebersamaan dan kekeluargaan
selama di bangku kuliah, serta kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
12.Keluarga kecilku di Asrama Putri Ayu, atas bantuan, semangat, serta
kebersamaannya selama ini;
13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
F. Kerangka pikir ... 6
G. Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 9
B. Hasil Belajar Siswa ... 13
C. Aktivitas Belajar Siswa ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Desain Penelitian ... 21
D. Prosedur penelitian ... 22
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 27
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN 1. Silabus ... 60
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63
3. Lembar Kerja Kelompok ... 69
4. Lembar Kerja Siswa ... 100
5. Soal Pretes dan Postes ... 114
6. Lembar Observasi Aktivitas Ahli ... 121
7. Angket Ahli ... 123
8. Data-data Hasil Penelitian ... 124
9. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 136
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lembar observasi aktivitas ahli ... 28
2. Angket ahli ... 30
3. Kriteria kontribusi anggota tim ahli ... 31
4. Analisis postes tim asal ... 32
5. Kriteria hasil belajar siswa ... 33
6. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana ... 34
7. Skor perkembangan individual anggota tim asal ... 35
8. Kriteria kategori tim ahli ... 36
9. Kontribusi anggota tim ahli ... 37
10.Kontribusi anggota tim ahli pada setiap aspek ... 38
11.Hasil belajar anggota tim asal ... 39
12.Hasil belajar anggota tim ahli ... 39
13.Rata-rata hasil belajar anggota tim asal dan anggota tim ahli ... 40
14.Hasil uji linieritas kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar anggota tim asal ... 40
15.Hasil uji korelasi kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal... 41
16.Hasil uji linieritas aktivitas anggota tim ahli dengan hasil belajarnya . 42
xvi
18.Analisis data kontribusi anggota tim ahli pertemuan 1 ... 124
19.Analisis data kontribusi anggota tim ahli pertemuan 2 ... 125
20.Data persentase kontribusi anggota tim ahli di tim asal ... 126
21.Rata-rata kontribusi anggota tim ahli pada setiap aspek ... 127
22.Nilai pretes dan postes siswa ... 128
23.Analisis pretes dan postes siswa ... 129
24.Data hasil belajar anggota tim asal... 132
25.Data hasil belajar anggota tim ahli ... 133
26.Hasil uji linieritas antara kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal (2) ... 136
27.Hasil uji korelasi Pearson (Product Moment) antara kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal (2)... 136
28.Hasil uji linieritas antara aktivitas anggota tim ahli dengan hasil belajar nya (2) ... 137
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7
2. Siswa mengerjakan soal pretes... 139
3. Siswa mengerjakan LKK di tim ahli (Pertemuan 1) ... 139
4. Siswa mengerjakan LKK di tim ahli (Pertemuan 2) ... 140
5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di tim asal (Pertemuan 1).. 140
6. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di tim asal (Pertemuan 2).. 141
7. Siswa mengerjakan LKS di tim asal (Pertemuan 1)... 141
8. Siswa mengerjakan LKS di tim asal (Pertemuan 2)... 142
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Model-model pembelajaran konvensional kini mulai ditinggalkan
berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran, model pembelajaran yang saat ini
banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) (Isjoni, 2013: 5). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang
paling sering digunakan adalah Jigsaw. Hal ini dikarenakan Jigsaw
merupakan model pembelajaran yang fleksibel dan bervariasi (Doymus, 2008
dalam Sahin, 2010: 778). Selain itu, Aronson (2005, dalam Dollard &
Mahoney, 2010: 3), menyatakan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan
model Jigsaw menunjukkan peningkatan akademik yang lebih besar daripada
siswa yang diajar dengan metode tradisional. Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian Melizawati (2011: 42), bahwa penggunaan model pembelajaran tipe
Jigsaw di SMA Negeri 1 Tanjungbintang terbukti dapat meningkatkan hasil
dan aktivitas belajar siswa pada materi sistem ekskresi kelas XI tahun
2
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, setiap siswa akan berperan
sebagai anggota tim asal dan tim ahli. Slavin (1987, dalam Sahin, 2010: 785)
mengungkapkan bahwa adanya tim asal dan tim ahli dalam Jigsaw akan
merangsang kerja sama di antara siswa sehingga efektif untuk memberikan
pemahaman terhadap isi/materi pembelajaran dan menciptakan suasana belajar
yang lebih baik disamping memiliki efek positif terhadap prestasi akademik.
Faktor yang diduga menentukan keefektivan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah adanya kontribusi
dari anggota tim ahli, dalam pembelajaran Jigsaw setiap siswa adalah seorang
ahli yang mempunyai tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang
sama dalam pembelajaran. Slavin (2005: 10) mengungkapkan tanggung jawab
individual maksudnya adalah bahwa kesuksesan tim bergantung pada
pembelajaran individu dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan
pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan
memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau
bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu
timnya. Sedangkan kesempatan yang sama maksudnya, bahwa semua siswa
memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka
dari sebelumnya. Hal ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi
tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan
yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan
3
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Kontribusi Tim Ahli dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Ekskresi (Kajian Deskriptif
pada Siswa Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Adakah hubungan antara kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota tim asal di kelas XI
IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Adakah hubungan antara aktivitas anggota tim ahli dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajarnya di kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Manakah tim ahli terbaik dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota tim asal di kelas XI
IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Hubungan antara aktivitas anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dengan hasil belajarnya di kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Tim ahli terbaik dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI
IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan
bekal berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi, terutama dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai kontribusi anggota tim
ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga dapat dijadikan
alternatif dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan
5
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1.Kontribusi belajar adalah keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang dapat memberikan dampak terhadap hasil belajar.
Kontribusi anggota tim ahli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
aktivitas anggota tim ahli yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar
anggota tim asal, antara lain menyampaikan dengan lisan dan benar setiap
poin hasil diskusi, menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang
jelas, menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika
menjelaskan hasil diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi secara sistematis.
Kontribusi anggota tim ahli ditinjau berdasarkan hasil observasi
menggunakan lembar observasi aktivitas.
2.Tim ahli dalam Jigsaw adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota tim
asal yang ditugaskan untuk mempelajari/mendalami materi tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi tersebut untuk
kemudian dijelaskan kembali kepada tim asal.
3.Hasil belajar adalahkemampuan yang diperoleh dari kegiatan belajar
dimana didalamnya terjadi perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar siswa dalam penelitian
6
4.Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi, yang terdapat
pada SK 3 KD 3.5 “Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan
proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada
manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga)”.
5. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester
genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014,
sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2.
F. Kerangka Pikir
Seiring dengan kemajuan zaman yang terus berkembang, dunia pendidikan
juga mengikuti arus perkembangan zaman tersebut. Salah satu perkembangan
dalam dunia pendidikan ditunjukkan dengan banyaknya model-model
pembelajaran yang ditawarkan saat ini. Model pembelajaran yang banyak
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hal
ini dikarenakan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif terbukti memiliki efek positif bagi perkembangan
siswa, termasuk dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa adalah Jigsaw. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
7
untuk memahami materi pembelajaran dengan lebih baik, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Keefektivan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan
hasil belajar siswa tidak terlepas dari peran komponen-komponen di
dalamnya. Salah satu komponen Jigsaw yang memegang peranan penting
dalam menunjang keefektivan model ini adalah kontribusi dari anggota tim
ahli. Kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran ditinjau dari aktivitas
anggota tim ahli setelah kembali ke tim asal, karena aktivitas anggota tim ahli
dalam tim asal inilah yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar anggota
tim asal, seperti menyampaikan dengan lisan dan benar setiap poin hasil
diskusi, menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas,
menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil
diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi secara sistematis. Jadi, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kontribusi anggota tim ahli
terhadap hasil belajar siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
kontribusi anggota tim ahli dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa. Hubungan antara
kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan:
X: Kontribusi anggota tim ahli dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Y: Hasil belajar siswa
8
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Tidak terdapat hubungan antara kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota
tim asal di kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
H1 = Terdapat hubungan antara kontribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota
tim asal di kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. H0 = Tidak terdapat hubungan antara aktivitas anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajarnya di kelas
XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
H1 = Terdapat hubungan antara aktivitas anggota tim ahli dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajarnya di kelas
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil dalam
Rusman, 2012: 133). Untuk memilih model yang tepat, maka perlu
memperhatikan relevasinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam
prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi
prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, semakin kecil upaya yang dilakukan
guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik.
Kedua, semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan
siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa
yang dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.
Kelima, tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan,
jenis materi, dan proses belajar yang ada (Hasan dalam Isjoni, 2013: 50).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berasal dari kata cooperative
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
10
15). Sementara itu Slavin (dalam Dollard & Mahoney, 2010: 1)
mendefinisikan cooperative learning sebagai berikut:
“Instructional program in which students work in small groups to help one
another master academic content”.
Dengan demikian pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012:
202). Artinya, kelompok tersebut terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda.
Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling bertukar
pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap
anggota kelompok dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
kelompoknya (Sanjaya, 2008: 243).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim (Sanjaya, 2008: 242).
Sementara itu, Isjoni (2013: 12) menambahkan bahwa dalam cooperative
learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Hal tersebut yang membedakan
pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa, yaitu adanya unsur
11
dikemukakan oleh Rusman (2012: 203) bahwa pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan hanya sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Johnson & Johnson (dalam Lewis, 2012: 10)
menyatakan bahwa:
“Cooperative learning consist of five basic elements: positive
interdependence, promotive interaction, individual accountability, teaching of interpersonal and social skills and quality of group
processing”.
Ketergantungan positif artinya upaya masing-masing anggota kelompok
sangat diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Setiap anggota kelompok
harus membuat kontribusi yang unik untuk upaya bersama. Interaksi tatap
muka maksudnya anggota kelompok harus secara lisan menjelaskan
bagaimana memecahkan masalah, mengajarkan suatu pengetahuan kepada
orang lain, memeriksa pemahaman, dan membahas konsep yang telah
dipelajari kepada anggota kelompok lainnya. Sedangkan keterampilan sosial
meliputi kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,
komunikasi, dan sebagainya (Johnson, Johnson & Holubec dalam Mengduo &
Xiaoling, 2010: 115). Menurut Sanjaya (2008: 244) tanggung jawab individu
merupakan konsekuensi dari prinsip ketergantungan positif, karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Setiap anggota kelompok harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya. Lebih lanjut Lewis (2012: 10) menyatakan bahwa pengelolaan
12
kontribusi bagi upaya bersama untuk mencapai tujuan kelompok, melalui
refleksi terhadap proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil
(Rusman, 2012: 218). Sedangkan Isjoni (2013: 54) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Sementara itu Kazemi
(2012: 173) mengemukakan bahwa:
“Jigsaw is a kind of cooperative learning task that requires learners to
communicate with each other in order to fill in missing information and to
integrate it with other information”.
Lebih lanjut Rusman (2012: 219) menjelaskan bahwa pembelajaran model
Jigsaw ini juga dikenal dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap
kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan
yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang
berbeda membahas materi yang sama, disebut sebagai tim ahli yang bertugas
membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu
dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Menurut Rusman (2012: 218), langkah-langkah dalam pembelajaran
13
a. siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang;
b.tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda; c. anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
d.setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai;
e. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; f. pembahasan;
g. penutup
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan
untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang diperoleh
sehingga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, setiap anggota
kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari (Rusman, 2012: 218). Sahin (2010:
778) juga menyatakan bahwa:
“Jigsaw technique allows students to actively participate in learning
process. By being constanly subjected to this method, they should feel
more comfortable about their roles”.
Dalam Jigsaw, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang
dibaca oleh teman satu timnya. Hal ini berguna untuk membantu para ahli
menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai
kontribusi tiap anggotanya (Slavin, 2005: 245).
B. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan penggabungan dari dua kata dasar yaitu hasil dan
belajar. Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa (2008: 513) hasil adalah
perolehan atau pendapatan. Sedangkan Abdurrahman (2003: 28) berpendapat
14
mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif
menetap. Lebih lanjut Abdurrahman (2003 : 37) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
pembelajaran.
Hasil belajar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa aspek. Gagne (dalam
Sudjana, 2013: 45) mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yaitu (a)
Verbal information, (b) Intelektual skill, (c) Cognitive strategy, (d) Attitude,
dan (e) Motor skill. Sementara itu Bloom (dalam Sagala, 2007: 33)
berpendapat bahwa hasil belajar dapat digolongkan menjadi 3 ranah (domain),
yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif mencakup
kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri dari enam macam
kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sistesis, dan penilaian. Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima
macam kemampuan emosional yang disusun secara hierarkis yaitu kesadaran,
partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri.
Sedangkan domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan
15
Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006: 17) tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (70%-90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sd 75% saja yang dikuasai oleh siswa. d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa.
Perolehan hasil belajar antar siswa tidak sama karena banyak faktor yang
mempengaruhi proses belajar. Slameto (2010: 54) menggolongkan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menjadi faktor-faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar
individu. Faktor internal dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor
jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), serta faktor
kelelahan. Sedangkan faktor eksternal juga dibedakan menjadi tiga faktor,
yaitu faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siwa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, dan tugas
rumah), serta faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, massa
16
Keberhasilan siswa dalam belajar juga memerlukan syarat-syarat tertentu.
Sagala (2013: 57) menyatakan bahwa agar siswa dapat berhasil belajar
diperlukan persyaratan antara lain: (1) kemampuan berpikir yang tinggi bagi
para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan
objektif; (2) menumbuhkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran; (3)
bakat dan minat yang khusus para siswa yang dapat dikembangkan sesuai
dengan potensinya; (4) menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk
meneruskan pelajaran di sekolah menjadi lanjutannya; (5) menguasai salah
satu bahasa asing, terutama bahasa Inggris bagi siswa yang telah memenuhi
syarat untuk itu; (6) stabilitas psikis atau tidak mengalami masalah
penyesuaian diri dan seksual; (7) kesehatan jasmani; (8) lingkungan yang
tenang; (9) kehidupan ekonomi yang memadai; (10) menguasai teknik belajar
di sekolah dan di luar sekolah.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa (2008: 32), aktivitas diartikan sebagai
kegiatan, keaktifan, atau kesibukan. Sedangkan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan (Rusman, 2012: 134). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu ciri khusus proses pembelajaran dalam pendidikan ditandai dengan
17
pembelajaran (Suardi dalam Sardiman, 2007: 15). Menurut Rusman (2012:
323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 171) bahwa pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja
mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku
lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di
masyarakat.
Sementara itu Sardiman (2007: 95) menyatakan bahwa dalam belajar
diperlukan aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Pada
proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
maupun berbuat. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,
melaksanakan tugas, ataupun membuat grafik, diagram, dan inti sari dari
pelajaran yang disajikan oleh guru. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri akan lebih berkesan dan tidak akan berlalu begitu saja,
tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang
berbeda. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif, maka ia akan memiliki
ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2010: 36). Lebih lanjut Hamalik
(2004: 175) menyatakan bahwa penggunaan asas aktivitas mempunyai peran
18
1.Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2.Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3.Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4.Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5.Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6.Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
7.Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.
8.Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Kurangnya aktivitas siswa mengakibatkan siswa hanya menjadi pemelajar
pasif dan tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2008: 1) bahwa salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masih lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Guru lebih mendominasi proses
pembelajaran di kelas, akibatnya peserta didik hanya menerima informasi
yang diberikan guru secara pasif. Sanjaya (2008: 133) menyatakan bahwa
dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan
siswa. Artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada
aktivitas siswa. Isjoni (2013: 11) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
19
Terdapat beberapa jenis aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Dierich
(dalam Hamalik, 2004: 172) yaitu sebagai berikut:
a) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e) Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f) Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu, proses pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi
juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya,
2008: 130). Lebih lanjut Weimer (2013) menggambarkan beberapa aktivitas
yang dilakukan siswa ketika mereka memberikan kontribusi dalam
20
pengamatan yang mengintegrasikan konsep dan diskusi, menyebutkan contoh
pribadi yang relevan, serta mengajukan pertanyaan kunci yang menyebabkan
timbulnya diskusi. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
terdiri dari aktivitas anggota tim ahli ketika kembali ke tim asal, yaitu
menyampaikan dengan lisan dan benar setiap poin hasil diskusi, menjelaskan
hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas, menggunakan gambar, bagan,
atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi, dan menjelaskan hasil
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014 semester genap di
SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester
genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA2 yang dipilih dengan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif
korelasional, karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
ditujukan untuk mengetahui hubungan antara kontribusi anggota tim ahli
dengan hasil belajar siswa dan menggambarkan tingkat hubungan antara
keduanya. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil informasi
langsung yang ada di lapangan mengenai aktivitas anggota tim ahli yang
22
Kemudian peneliti memberikan deskripsi terhadap kontribusi anggota tim ahli
tersebut dan membandingkannya dengan hasil belajar anggota tim asal serta
hasil belajarnya sendiri.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian yaitu:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan dan mengantarkannya ke
sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan wawancara dan observasi ke sekolah tempat diadakannya
penelitian untuk mendapatkan informasi dan gambaran mengenai
keadaan kelas yang diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian, yaitu siswa kelas XI IPA 2 semester
genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
e. Membuat instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu:
lembar observasi aktivitas belajar siswa serta soal pretes dan postes.
f. Membuat kartu berwarna yang berbeda untuk setiap anggota tim asal.
Terdapat 5 tim asal dan setiap tim terdiri dari 6 orang anggota, sehingga
dibuat 6 kartu berwarna dengan jumlah 5 lembar untuk masing-masing
23
Tim ahli 1 : kartu berwarna hijau (5 lembar)
Tim ahli 2 : kartu berwarna merah (5 lembar)
Tim ahli 3 : kartu berwarna biru (5 lembar)
Tim ahli 4 : kartu berwarna kuning (5 lembar)
Tim ahli 5 : kartu berwarna ungu (5 lembar)
Tim ahli 6 : kartu berwarna oranye (5 lembar)
g. Melakukan pretes di luar proses penelitian.
h. Membentuk tim asal berdasarkan nilai pretes dengan cara membagi
siswa ke dalam 5 tim kecil, masing-masing terdiri dari 6 orang siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a.Pendahuluan
1)Guru memberikan apersepsi kepada siswa
(Pertemuan I): Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan
memberikan pertanyaan “Mengapa paru-paru termasuk salah satu
organ ekskresi?”
(Pertemuan II): Guru mengaitkan materi yang akan dibahas dengan
materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan memberikan
pertanyaan “Mengapa tubuh kita berkeringat setelah selesai berolah
24
2)Guru memberikan motivasi kepada siswa
(Pertemuan I): “Dengan mengetahui pentingnya fungsi paru-paru
sebagai organ ekskresi, kita harus menjaga kesehatan paru-paru,
salah satu caranya adalah dengan tidak merokok.”
(Pertemuan II): “Jadi sebenarnya salah satu fungsi kulit bagi tubuh
kita adalah menjaga agar menjaga tubuh kita berada pada suhu yang
optimal.”
b. Kegiatan inti
1)Siswa dikelompokkan ke dalam tim asal, masing-masing terdiri dari
6 orang anggota yang telah dibentuk berdasarkan nilai pretes.
2)Setiap anggota tim asal diberikan kartu berwarna oleh guru.
3)Setiap siswa dalam tim asal diberikan materi dan tugas yang
berbeda, yaitu:
- Ahli1 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada glomerulus
(pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses
serta kelainan/penyakit yang terjadi pada hati (pertemuan II).
- Ahli 2 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada tubulus
kontortus proksimal (pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur,
fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada kulit
25
- Ahli 3 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada lengkung
henle (pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan
proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada ginjal ikan
(pertemuan II).
- Ahli 4 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada tubulus
kontortus distal (pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur,
fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada insang
ikan (pertemuan II).
- Ahli 5 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada tubulus
kolektivus (pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada tubulus
Malpighi pada serangga (pertemuan II).
- Ahli 6 membahas materi tentang keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada alveolus
(pertemuan I), dan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses
serta kelainan/penyakit yang terjadi pada trakea serangga
(pertemuan II).
4)Anggota dari tim asal yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk tim baru (tim ahli) sesuai dengan warna kartu yang
26
5)Setiap tim ahli melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan materi
yang diperoleh menggunakan berbagai sumber dan literatur.
(Pertemuan I): diskusi mengenai keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus
distal, tubulus kolektivus, dan alveolus.
(Pertemuan II): diskusi mengenai keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada hati, kulit,
ginjal ikan, insang ikan, tubulus Malpighi, dan trakea serangga.
6)Setelah tim ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke tim asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang subbab yang
mereka kuasai. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian mulai dari
ahli 1 ke ahli berikutnya. Sementara itu anggota tim asal lainnya
memperhatikan dengan seksama penjelasan dari anggota tim ahli,
kemudian mengerjakan LKS yang telah disediakan.
7)Pembahasan oleh guru dilakukan setelah anggota tim ahli selesai
mempresentasikan hasil diskusinya di tim asal.
c. Penutup
1)Siswa membuat simpulan berdasarkan materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru.
2)Siswa mengerjakan postes pada akhir pertemuan kedua.
3)Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah kontribusi anggota tim ahli
di tim asal.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
diperoleh dari nilai pretes dan postes.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
a. Lembar Observasi Aktivitas Ahli
Lembar observasi aktivitas ahli berisi aspek kegiatan yang diamati
pada saat anggota tim ahli kembali ke tim asal. Setiap anggota tim ahli
diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ )
pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini tim asal berjumlah 5 tim, sehingga terdapat 5
orang observer yang ditugaskan untuk mengamati aktivitas setiap
anggota tim ahli dalam tim asal. Observer tersebut melakukan
perekaman terhadap kegiatan diskusi di tim ahli dan tim asal serta
memberikan nilai sementara kepada tiap anggota tim ahli dengan
28
pengamatannya. Setelah itu, peneliti membandingkan nilai sementara
aktivitas ahli yang telah diberikan oleh observer dengan rekaman
kegiatan diskusi siswa dan angket ahli. Selanjutnya memberikan nilai
akhir aktivitas ahli pada lembar observasi.
Tabel 1. Lembar observasi aktivitas ahli
No. Nama
A (Menyampaikan dengan lisan dan benar setiap poin hasil diskusi)
Skor Deskriptor
1 - Menyampaikan dengan lisan dan benar satu dari tiga poin hasil diskusi tim ahli.
2 - Menyampaikan dengan lisan dan benar dua dari tiga poin hasil diskusi tim ahli.
3 - Menyampaikan dengan lisan dan benar tiga poin hasil diskusi tim ahli.
B (Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas)
Skor Deskriptor
1 - Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang kurang jelas.
2 - Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang cukup jelas.
29
C (Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi)
Skor Deskriptor
1 - Tidak menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi.
2 - Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi tetapi penjelasan sulit dimengerti.
3 - Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi dan penjelasan mudah dimengerti.
D (Menjelaskan hasil diskusi secara sistematis)
Skor Deskriptor
1 - Menjelaskan hasil diskusi secara tidak sistematis. 2 - Menjelaskan hasil diskusi tetapi kurang sistematis. 3 - Menjelaskan hasil diskusi secara sistematis
b. Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) LKK berisi soal-soal yang harus dikerjakan oleh tim ahli, sedangkan
LKS berisi soal-soal yang harus dikerjakan oleh tim asal setelah
anggota tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya. Dengan
demikian, LKK dan LKS ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian
dan kelengkapan dalam menyampaikan poin hasil diskusi di tim ahli
kepada tim asal.
c. Angket ahli
Angket ahli berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
setiap anggota tim asal setelah semua anggota tim ahli menjelaskan
hasil diskusinya. Angket ini digunakan untuk mengetahui ahli yang
30
serta ahli yang menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya
ketika menjelaskan hasil diskusi. Angket ini berisi 5 pertanyaan
seperti terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Angket ahli
No. Pertanyaan
1 Urutkan dari yang terbaik, ahli manakah yang dalam
menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas? … 2 Ahli manakah yang menggunakan gambar ketika menjelaskan
hasil diskusi dan penjelasannya mudah anda mengerti? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik! …
3 Ahli manakah yang menggunakan bagan ketika menjelaskan hasil diskusi dan penjelasannya mudah anda mengerti? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik! …
4 Ahli manakah yang menggunakan alat bantu (selain gambar dan bagan) ketika menjelaskan hasil diskusi dan
penjelasannya mudah anda mengerti? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik! …
5 Urutkan dari yang terbaik, ahli manakah yang menjelaskan hasil diskusi secara sistematis? …
d. Pretes dan Postes
Pretes dilakukan di luar proses penelitian, sedangkan postes dilakukan
pada akhir pertemuan kedua materi sistem ekskresi dengan bentuk soal
uraian. Soal pretes yang diberikan mempunyai bentuk dan jumlah
yang sama dengan soal postes. Teknik penskoran nilai pretes dan
postes yaitu :
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).
31
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan metode penelitian dan jenis data yang dikumpulkan, maka
analisis data yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu deskripsi data dan
pengujian hipotesis. Deskripsi data meliputi deskripsi kontribusi anggota tim
ahli di tim asal dan hasil belajar siswa, sedangkan pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan uji korelasi, yang sebelumnya dilakukan uji
prasarat analisis yaitu uji linieritas.
1. Deskripsi Data
Deskripsi data meliputi deskripsi mengenai kontribusi anggota tim ahli
yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas dan deskripsi data hasil
belajar siswa yang diperoleh dari perbandingan N-gain. Sebelumnya
dilakukan penggolongan tingkatan aktivitas belajar siswa menurut kategori
interval dan menganalisis hasil pretes dan postes siswa. Adapun langkah
yang dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung persentase kontribusi anggota tim ahli dengan
menggunakan rumus:
Persentase = x 100%
2) Menafsirkan atau menentukan persentase kontribusi anggota tim ahli
sesuai kriteria pada Tabel 2.
Tabel 3. Kriteria kontribusi anggota tim ahli
Persentase (%) Kriteria
0 ≤ P < 30 Rendah
30 ≤ P < 70 Sedang
70 ≤ P < 100 Tinggi (dimodifikasi dari Arikunto, 2007: 251)
Skor perolehan
32
3) Menganalisis hasil pretes dan postes anggota tim asal berdasarkan tabel
berikut.
Tabel 4. Analisis pretes dan postes anggota tim asal
Nama anggota
tim Asal
Nomor soal dan Penanggung jawab soal Jumlah skor anggota
Jumlah skor anggota tim asal merupakan gambaran dari kemampuan
tiap anggota tim ahli dalam menjelaskan hasil diskusi kepada tim asal.
Skor tersebut diperoleh dari banyaknya anggota tim asal (selain ahli)
yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang terdapat pada
postes. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan materi yang menjadi
tanggung jawab tiap anggota tim ahli. Sedangkan jumlah skor anggota
tim ahli merupakan gambaran dari kemampuan tiap anggota tim ahli
dalam menjawab soal postes sesuai dengan materi yang menjadi
33
4) Menghitung hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain
yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus Hake
(1999:1) yaitu:
N-gain (g) = x 100
5) Menafsirkan atau menentukan nilai hasil belajar anggota tim asal dan
nilai hasil belajar anggota tim ahli sesuai kriteria pada Tabel 4.
Tabel 5. Kriteria hasil belajar siswa
Nilai Kriteria
0-30 Rendah
31-70 Sedang
71-100 Tinggi
(dimodifiksi dari Arikunto, 2007: 214)
2. Uji Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi
sederhana, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji
linieritas.
a. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan yang dalam
penelitian ini adalah kontribusi anggota tim ahli dan hasil belajar siswa.
Uji ini dilakukan menggunaan program SPSS versi 17.
- Hipotesis
H0 = Kedua variabel berhubungan linier H1 = Kedua variabel tidak berhubungan linier
34
- Kriteria Pengujian
Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikansi> 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung ≥ Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 74).
b. Uji Korelasi Sederhana
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji korelasi
sederhana (bivariate correlation) menggunakan program SPSS versi 17.
Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua
variabel. Uji korelasi sederhana dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Pearson (Product Moment).
- Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan antara kontribusi tim ahli dengan hasil belajar siswa
H1 = Ada hubungan antara kontribusi tim ahli dengan hasil belajar siswa
- Kriteria Pengujian
Jika r hitung < r tabel atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika r hitung > r tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 67).
Selain itu, teknik ini akan menghasilkan nilai koefisien korelasi yang
dapat memberikan deskripsi tentang derajat kekuatan dari dua variabel
yang tersebut. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
35
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi:
- Positif (+), terjadi jika penyebaran nilai pada satu variabel diikuti
secara konsisten oleh penyebaran nilai pada variabel lain dengan arah
yang sama, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin
tinggi pula nilai variabel lainnya.
- Negatif (-), terjadi jika arah penyebaran nilai kedua variabel
berlawanan, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin
rendah nilai variabel lainnya (Hasnunidah, 2008: 33).
3. Menentukan tim ahli terbaik
Untuk menentukan tim ahli terbaik dilakukan dengan cara menghitung skor
perkembangan individual anggota tim asal dan skor tim ahli.
a) Menghitung skor perkembangan individual anggota tim asal
Setelah postes, dilakukanlah perhitungan skor perkembangan individual
yang dalam penelitian ini adalah skor tiap siswa dalam tim asal.
Pedoman dalam memberikan skor perkembangan individual dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 7. Skor perkembangan individual anggota tim asal
Skor postes Skor perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor
awal
0
10 – 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas
36
b) Menghitung skor tim ahli
Skor tim ahli dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota tim dalam tiap tim asal. Kemudian menafsirkan atau
menentukan kategori tim ahli sesuai kriteria tabel 6.
Tabel 8. Kriteria kategori tim ahli
Skor tim ahli Predikat
0 ≤ x < 5 -
5 ≤ x < 15 Tim ahli
15 ≤ x < 25 Tim hebat
54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan yang sedang antara kontribusi anggota tim ahli dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota tim asal
di kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Terdapat hubungan yang kuat antara kontribusi anggota tim ahli dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajarnya di kelas XI
IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Tim ahli terbaik dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI
55
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal LKK dan LKS hendaknya
mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga
alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
2. Ketika kegiatan diskusi berlangsung harus dipantau dengan baik, terutama
pada saat tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya kepada tim asal agar
suasana kelas tetap kondusif.
3. Sebelum dilaksanakan penelitian, sebaiknya dilakukan sosialisasi
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara detail agar
model pembelajaran ini dapat terlaksana secara lebih efektif dan efisien.
4. Adanya tim ahli dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, akan tetapi
tiap tim ahli sebaiknya dilatih terlebih dahulu sebelum menyampaikan
materi kepada anggota tim asal dengan harapan pemahaman anggota tim
asal mengenai materi yang disampaikan tidak jauh berbeda dengan
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Dollard, Mark W. dan Kate Mahoney. 2010. How Effective Is The Jigsaw Method When Used to Introduce New Science Curricula in Middle School Science? Diakses dari http://oar.nipissingu.ca/PDFS/V1033.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 15:50 WIB.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hake, Richard R. 1999. Analyzing change/gain scores. Diakses dari http://www. physics. indiana. edu/~ sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada Jumat, 16 Mei 2014 07.39 WIB.
Hasnunidah, Neni. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Kazemi, Mahnaz. 2012. The Effect of Jigsaw Technique on the Learner’s Reading Achievement: The Case of English as L2. Diakses dari
http://www.mjal.org/Journal/14.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:10 WIB.
Lewis, Ramon. 2012. The Effect of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom. Diakses dari
57
Melizawati, Anggraeni. 2011. Pengaruh penggunaan Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1 Tanjungbintang Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Mengduo, Qiao dan Jin Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Diakses dari http://www.celea.org.cn/teic/92/10120608.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:27 WIB.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Rusman, Tedi. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sahin, Abdullah. 2010. Effects of Jigsaw II Technique on Academic Achievement and Attitudes to Written Expression Course. Diakses dari
http://www.researchgate.net/publication/228346703_Effects_of_jigsaw_II_t echnique_on_academic_achievement_and_attitudes_to_written_expression_ course/file/9fcfd50b46f467348a.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:25 WIB.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
58
Tastra, I Ketut, A. A. I N. Marhaeni, dan I Wayan Lasmawan. 2013. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Menulis Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo. Diakses dari http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/ index.php/jurnal_pendas/article/download/600/386 pada Senin, 21 April 2014 07:58 WIB.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Depdiknas. Jakarta.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Weimer, M. 2013. Designing for Student Contribution. Diakses dari
http://onlearningbydesign.com/2/post/2013/03/classroom-interaction-do-