• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT

MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

ALI RIFA’I

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Metro. Penelitian ini menggunakan me-tode pre-eksperimen, desain one shot case study, dan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir orisinil pada kelom-pok tinggi 71,43% berkriteria sangat baik, 14,29% berkriteria baik, dan 14,29% lainnya berkriteria cukup. Pada kelompok sedang, 29,41% berkriteria sangat baik, 58,82% berkriteria baik dan 11,76% lainnya berkriteria cukup. Pada kelompok rendah, 14,29% berkriteria sangat baik, 28,57% berkriteria baik, dan 57,14% lainnya berkriteria cukup.

(2)

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT

MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

ALI RIFA’I

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Trimurjo Lampung Tengah pada tanggal 29 Maret 1992, anak pertama dari empat bersaudara, buah hati Bapak Warisun dan Ibu Jumilah.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1997 di TK LKMD Kecamatan Trimurjo yang diselesaikan pada tahun 1998. Tahun 1998 diterima di SD Negeri 2 Trimurjo Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMP Negeri 2 Trimurjo yang diselesaikan pada tahun 2007 pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 1 Trimurjo yang diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010 diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(7)

MOTTO

ȔKau Tidak Akan Tahu Jika Kau Tidak Mencobanyaȕ

(Masashi Kishimoto)

(8)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur Allhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan ridho-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini teruntuk :

Ayah,Ibu

Segala perjuangan yang engkau berikan, Menjadi energi yang selalu membangkitkanku, Dikala rapuh dan kebodohan datang menghampiri.

Keluargaku tercinta,

Dukungan yang tiada henti padaku.

Teman-teman Pendidikan Kimia ’10,

terima kasih atas canda, tawa persahabatan serta kekeluargaan yang kita jalin tanpa ada pamrih

Almamaterku tercinta ...

(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, wa syukurillah...

Tiada kata yang mampu dituliskan untuk mengungkapkan rasa syukur bahagia atas nikmat yang begitu besar sehingga dapat diselesaikan perkuliahan dan skripsi ini yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit Menggunakan Inkuiri Terbimbing”. Sesungguhnya segala ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang mencerahkan jalan manusia, adalah dari Allah SWT semata. Semoga setiap ilmu pengetahuan yang bertambah seiring berlarinya waktu senantiasa menuntun kita untuk semakin mengakui kebesaran-Nya. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

(10)

iv

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini, serta dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia lainnya yang telah memberikan banyak sekali ilmu dan inspirasi.

7. Bapak Hartanto, S.Pd., selaku kepala SMA Negeri 2 Metro dan Ibu Siti Munawaroh, S.Pd., selaku guru mitra atas kerja sama, dan bimbingannya. 8. Mamak dan Bapak. Terima kasih atas segala do’a, peluh dan pengorba

nan-pengorbanan mulia yang tiada henti tercurahkan kepada ananda.

9. Sahabat-sahabatku, Robby, Wiwit, Farhan, Zainul , Cica’, Endri, Sara, Devi, Saiful, Eko P, terimakasih atas masukan, bantuan serta penguatan yang selama ini kalian berikan; rekan-rekan tim elektrolit, Kenia, Okti, dan Debie, semoga kita tetap solid.

10. Teman-temanku di Pendidikan Kimia 2010 atas dukungan, doa, dan semangat yang telah kalian berikan.

Akhirnya dihaturkan maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang kurang berkenan. Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan kasih sayang dan hidayah-Nya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Keterampilan Berpikir Kreatif ………... 10

C. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 14

D. Kemampuan Kognitif ... 17

E. Konsep ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... 22

G. Anggapan Dasar ... 23

H. Hipotesis Umum ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

(12)

vi

B. Metode dan Desain Penelitian ... 25

C. Data Penelitian ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Validasi Instrumen Penelitian ... 27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 28

G. Teknik Pengelompokkan ... 30

H. Analisis Data ... 32

1. Pengelolahan data tes tertulis ... 32

2. Pengelolahan data kuesioner ( angket ) ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 38

1. Pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing... 38

2. Indikator keterampilan berpikir orisinil ... 47

3. Kendala selama penelitian ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA 54 LAMPIRAN 57 1. Analisis SKL ... 58

2. Silabus ... 65

3. RPP ... 76

4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 94

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 104

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 114

7. Soal Pretest ... 123

8. Kunci Pretest 126 9. Kisi-kisi soal Posttest ... 130

10. Soal Posttest ... 137

(13)

vii

12. Kuesioner (angket) ... 152

13. Penentuan Kelompok Siswa ... 153

14. Hasil Tes Tertulis Berbasis keterampilan Berpikir Orisinil ... 155

15. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 157

16. Data Kuesioner ... 159

17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 161

18. Lembar Observasi Guru ... 169

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif …... 12

2. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 17

3. Analisis konsep materi larutan elektrolit-nonelektrolit... 20

4. Kriteria pengelompokkan siswa ... 31

5. Data hasil pengelompokan siswa ... 32

6. Kriteria tingkat kemampuan siswa ... 33

7. Hubungan antara persentase dengan tafsiran ... 34

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 30 2. Rata-rata nilai setiap kelompok kognitif... 35 3. Persentase siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada

(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan yang berkualitas mencerminkan peradaban suatu bangsa juga berkualitas. Untuk membangun pendidikan yang berkualitas, pemerintah melaku-kan berbagai upaya salah satunya dengan memperbaiki kurikulum. Perubahan kurikulum terbaru, yakni perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Perubahan kurikulum ini juga memberikan pengaruh terhadap mata pelajaran yang ada di dalamnya termasuk mata pelajaran kimia.

(17)

2

berpikir kreatif yaitu : keterampilan berpikir lancar, luwes, elaboratif, evaluatif, dan keterampilan berpikir orisinil (Munandar, 2008). Keterampilan berpikir krea-tif ini secara eksplisit sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum 2013 dalam dimensi keterampilan, siswa diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013). Dalam kurikulum 2013 tersebut siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan dan keterampilannya secara aktif.

(18)

3

Kompetensi dasar dari Kompetensi Inti 4 adalah merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit, siswa dapat diajak mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari, misalnya penyebab larutan dalam aki pada kendaraan bermotor dapat menghantarkan arus listrik serta diajak untuk merancang dan melakukan percobaan sehingga siswa dapat mengamati secara langsung fenomena yang dijadikan dasar ditemukannya konsep materi larutan elektrolit-nonelektrolit. Melalui proses itu, siswa akan terpacu untuk berpikir kreatif .

Untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan model pembelajar-an ypembelajar-ang berfilosofi konstruktivisme, yakni pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang menitikberatkpembelajar-an pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sen-diri. Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digu-nakan untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model inkuiri ter-bimbing.

(19)

hipotesis-4

nya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010).

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing oleh Winarti (2013) mengenai “Efektivitas Model Pembela-jaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Koloid dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil ” diperoleh bahwa siswa dengan kemampuan kognitif lebih tinggi memiliki keterampilan berpikir kreatif yang lebih tinggi pula. Hal ini me-nunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keterampilan berpikir kreatif dengan kemampuan kognitif siswa.

Kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan kemampuan kog-nitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). Melalui model inkuiri terbimbing diharapkan keterampilan berpikir kreatif siswa dapat meningkat.

(20)

5

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah keterampilan berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbinguntuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan keterampilan berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit-nonelek-trolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman secara langsung dalam melatih keterampilan berpikir kreatif bagi siswa dalam memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit. 2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA Negeri 2 Metro Kota

Madya Metro mengenai tingkat keterampilan berpikir kreatif siswanya yang meliputi indikator berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

(21)

6

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah (KBBI, 2008).

2. Keterampilan berpikir kreatif yang diteliti adalah keterampilan berpikir orisinil, meliputi mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik (Munandar, 2008).

3. Model pembelajaraninkuiri terbimbingyang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbingmenurut Gulo (Trianto, 2010) yangterdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menga-nalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan lama itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahu-an, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin,1994).

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengeta-hui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, mela-inkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti Hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997).

(23)

8

yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak

terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema” atau pola

tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.

a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.

b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapinya.

c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

(24)

9

Satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Menu-rut Nur (Trianto, 2007) siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam be-naknya. Guru dapat memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau me-nerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru juga mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

6. Guru adalah fasilitator.

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-alaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan memban-dingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruk-si pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah

(25)

10

B.Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetapengeta-huan. Kete-rampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985). Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Costa (1985) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Rogers (Munandar, 1992) mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru dalam tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat indi-vidu yang unik yang berinteraksi dengan indiindi-vidu lain, pengalaman maupun kea-daan hidupnya. Demikian juga Drevhal (Hurlock, 1978) mendefinisikan kreati-vitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan baru yang dapat berwujud kretivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pem-bentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang

dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang. Proses kreatif pada diri siswa mengalir dalam lima tahap:

a. Persiapan, mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.

(26)

11

d. Verifikasi, memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.

e. Aplikasi, mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut (Husamah dan Yanur, 2013).

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir diver -gen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragam-an jumlah dkeragam-an kesesuaikeragam-an”. Definisi kemampukeragam-an berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keasli-an dalam penghasilkeasli-annya.

Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, akan dikemukakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativias.

a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

b. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. c. Kreativitas operasional dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang

mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

(27)

12

melihat obyek, situasi, atau masalahnya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Munandar (1992) menjelaskan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude)

Definisi Perilaku Siswa

Keterampilan Berpikir Lancar 1. Mencetuskan banyak gagasan,

jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.

2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan.

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c. Mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari anak-anak lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibel)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda-beda. 3. Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda-beda.

4. Mampu merubah cara pendekatan

atau cara pemikiran.

a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek.

b. Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah. c. Menerapkan suatu konsep atau

asas dengan cara yang berbeda-beda.

d. Memberikan pertimbangan terha-dap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain.

e. Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau berten-tangan dengan mayoritas kelompok.

f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

g. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda.

(28)

13

Tabel 1. ( Lanjutan )

Definisi Perilaku Siswa

Keterampilan Berpikir Orisinil

1. Mampu melahiran ungkapan yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikir-kan oleh orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih a-simetri dalam meng-gambar atau membuat disain. d. Memiliki cara berpikir yang lain

dari yang lain.

e. Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.

f. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.

g. Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

Keterampilan Memperinci (Mengelaborasi)

1. Mampu memperkaya dan mengem-bangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya

gagasan orang lain.

c. Mencoba atau menguji detil-deti untuk melihat arah yang akan ditempuh.

d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.

e. Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)

1. Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.

b. Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.

(29)

14

Tabel 1. ( Lanjutan )

Definisi Perilaku Siswa

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Tidak hanya mencetuskan gaga-san, tetapi juga melksanakannya.

d. Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat di pertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

e. Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. f. Pada waktu tertentu tidak

meng-hasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.

g. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir orisinil.

C.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan pe-nyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan obser-vasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

(30)

15

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri.

Menurut Heron dalam ( Elyani, 2011 ) model inkuiri terdiri dari tiga jenis, yaitu : 1. Inkuiri terstruktur ( Structure Inquiry ). Dalam inkuiri terstruktur siswa

akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

2. Inkuiri terbuka ( Open Inquiry ). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.

3. Inkuiri terbimbing ( Guided Inquiry ). Meskipun siswa melakukan

penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penelitiannya.

(31)

16

Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pem-belajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda, 2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. jujur terhadap data,

2. rasa ingin tahu yang tinggi,

3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,

5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

(32)

17

[image:32.595.115.513.179.557.2]

oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 2. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan

pertanyaan atau per-masalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam

kelompoknya masing-masing.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam

membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan me-nentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa

mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi.

4. Menganalisis data Guru memberi kesempatan

pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Siswa membuat kesimpulan.

D. Kemampuan Kognitif

(33)

18

pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).

Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan men-jadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman dalam Winarni (2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampu-annya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

Siswa berkemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa berkemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah.

E. Konsep

(34)

19

mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Herron et al. (1977) dalam Saputra (2012) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam me-rencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label

konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non

(35)
[image:35.842.90.841.257.591.2]

Tabel 3. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non elektrolit

ANALISIS KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON EL

Label

konsep (1)

Definisi konsep

(2)

Jenis

konsep

(3)

Atribut

Posisi konse

Kritis (4)

Variabel (5)

Super

ordinat (6)

Koordinat

(7)

Larutan

Campuran homogen terdiri dari dua zat

atau lebih, dimana salah satunya

bertindak sebagai zat terlarut

sedangkan yang lainnya sebagai zat

pelarut dan mempunyai sifat dapat

menghantarkan arus listrik (elektrolit)

atau tidak dapat menghantarkan listrik

(non elektrolit).

Konsep

konkrit

• larut

an

• zat terlarut

zat pelarut

Larutan

elektrolit

Larutan non

elektrolit

• sifat

menghantar-kan listrik

• materi

• campuran

zat tunggal

• larutan

• larutan non

• larutan asam

• larutan garam

• larutan

• larutan gula

• campuran

• campuran

Larutan

elektrolit

Larutan yang dapat menghantarkan

listrik, ditandai dengan timbulnya

gelembung gas sertanyala lampu pada

elektrolittester yang dapat bersifat

elektrolit kuat atau elektrolit lemah.

Konsep

konkrit

• larutan

elektrolit kuat

• larutan

elektrolit

lemah

• jumlah ion

• kerapatan

ion

• larutan

• larutan non

elektrolit

• larutan

• larutan

• larutan NaCl

• larutan HCl

• larutan

• air

• larutan

Larutan

elektrolit

kuat

Larutan yang dapat menghantarkan

listrik ditandai dengan timbulnya

gelembung gas dan nyala lampu yang

Konsep

konkrit

• larutan

elektrolit kuat

•konsentrasi

larutan

• jumlah ion

• kerapatan

• larutan

elektrolit

• larutan

elektrolit

lemah

• larutan NaCl

• larutan HCl

• urea

• larutan gula

• larutan

•konsentrasi

• jumlah ion

• kerapatan

(36)

Tabel 3. ( Lanjutan )

Label

konsep (1)

Definisi konsep

(2)

Jenis

konsep

(3)

Atribut

Posisi konse

Kritis (4)

Variabel (5)

Super

ordinat (6)

Koordinat

(7)

Larutan

non

elektrolit

Larutran yang tidak dapat

menghantarkan listrik, ditandai dengan

lampu tidak menyala dan tidak adanya

gelembung gas pada elektrolittester.

Konsep

konkrit

• larutan non

elektrolit

• jumlah ion

• kerapatan

ion

• larutan

• larutan

elektrolit

• urea

• larutan gula

• alkoho

[image:36.842.87.842.197.320.2]
(37)

22

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Siswa SMA N 2 Metro Kota Madya Metro memiliki kemam-puan kognitif yang berbeda-beda (heterogen). Pada saat proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen berdasarkan kemapuan kognitif mereka. Dalam satu kelompok terdapat anak berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka, terdapat tahapan-tahapan dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing. Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbingadalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

Pada tahap awal pembelajaran inkuiri terbimbingialah merumuskan masalah, siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk mene-mukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan guru. Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi untuk bertanya dan menemukan kemung-kinan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru.

(38)

23

dan bereksperimen sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir orisinil siswa dapat berkembang, siswa dapat melahirkan ungkapan /defi-nisi yang baru dan unik menurut pandangan dan pendapat mereka sendiri berda-sarkan percobaan yang dilakukan, kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil percobaan dalam bentuk tabel hasil pengamatan. Langkah berikutnya menganalisis data hasil pengamatan. Pada tahap ini siswa dapat melahirkan ungkapan/definisi menurut pandangan dan pendapat mereka sendiri berdasarkan analisis data, kemudian guru memberikan kesempatan pada tiap siswa masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Terakhir siswa melalui bimbingan dari guru dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Melalui penerapan model inkuiri terbimbingpada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir orisinil sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa akan semakin tinggi sebanding dengan sema-kin tingginya kemampuan kognitif siswa.

G.Anggapan Dasar

(39)

24

H.Hipotesis Umum

(40)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8 kelas. Penentuan subjek penelitian didasarkan pada pertimbangan kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang heterogen. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilih siswa kelas X1 SMA N 2 Metro Kota Madya Metro Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 31 siswa sebagai subyek penelitian.

B.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya di-beri suatu perlakuan kemudian diobservasi. Dengan desain sebagai di-berikut (Creswell, 1997) :

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest

(41)

26

C.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data hasil tes sebelum pembelajaran mengenai materi ikatan kimia yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya. 2. Data kinerja guru.

3. Data aktivitas siswa.

4. Data hasil tes setelah pembelajaran (posttest) mengenai larutan elektrolit-non elektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

5. Data keterlaksanaan proses pembelajaran larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus dan RPP pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah 3 buah yaitu LKS 1 membahas larutan elektrolit-nonelektrolit berdasarkan daya hantar listriknya, LKS 2 membahas tentang larutan elektrolit-nonelektrolit berdasarkan reaksi ionisasinya, dan LKS 3 membahas tentang larutan elektrolit non-elektrolit berdasarkan jenis ikatan senyawanya.

3. Tes Tertulis yang digunakan yaitu

(42)

27

siswa sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

(b) posttest materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang terdiri dari 4 soal dalam bentuk uraian yang sesuai, untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif yang meliputi keterampilan berpikir orisinil.

4. Data observasi yang digunakan terdiri dari data aktivitas siswa dan data kinerja guru. Pengisian data observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check list

pada kolom yang telah disediakan.

5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

E.Validasi Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest.

(43)

28

Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan kepada Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat diguna-kan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk melatihkan keteram-pilan berpikir orisinil pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit. d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan

karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap persiapan

(44)

29

Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa materi larutan elektrolit-nonelektrolit, dan angket.

2) Membuat instrumen berupa soal pretest dan posttest, dimana pretest

digunakan untuk mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya sedangkan posttest digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan berpikir kreatif siswa.

3) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Melaksanakan proses pembelajaran materi larutan elektrolit-nonelektrolit pada subyek penelitian melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2) Memberikan posttest kepada subyek penelitian berupa soal tertulis. 3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah

pem-belajaran materi larutan elektrolit-nonelektrolit. c. Tahap analisis data

1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner (angket) untuk memperoleh informasi mengenai keterampil-an berfikir kreatif siswa.

(45)

30

[image:45.595.122.521.143.466.2]

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian

G.Teknik Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelom-pok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelomkelom-pok ini berdasarkan hasil nilai tes sebelum pembelajaran materi ikatan kimia.

Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. Observasi Pendahuluan

Posttest Kuesioner

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Membuat instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Analisis Data

Simpulan Pembahasan

Menentukan Subyek Penelitian

Perbaikan Perbaikan

(46)

31

b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:

�� � � = 1 + 3,3 log

n = banyak data

c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:

= ���� ��

Keterangan: Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

Fi = Jumlah frekuensi siswa

e. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

�� = ���� 2

�� −( ����

�� )2

Keterangan:

SDx = Standar Deviasi

Fi = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

FiXi2 = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah f. Menghitung mean + SD dan mean – SD

g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).

[image:46.595.130.367.658.720.2]

Berikut ini kriteria pengelompokkan siswa dan cara penentuan mean dan standar deviasi menurut Sudijono (2008).

(47)

32

[image:47.595.118.522.161.235.2]

Adapun hasil pengelompokan berdasarkan kemampuan kognitif siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Data hasil pengelompokkan siswa

Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah Siswa Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 82,19 Tinggi 7 Mean – SD ≤ nilai < mean + SD 57,62 ≤ Nilai < 82,19 Sedang 17

Nilai < mean - SD Nilai < 57,62 Rendah 7

H.Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan data tes tertulis

Untuk menganalisis data yang berasal dari tes tertulis berupa soal uraian, dilaku-kan dengan cara:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian ber-dasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan indikator keterampilan berpikir orisinil.

c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

� ��= � �

� � 100

d. Menghitung nilai rata-rata siswa untuk keterampilan berpikir orisinil pada kelompok tinggi, sedang dan rendah

(48)

33

[image:48.595.128.372.194.283.2]

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata yang dida-pat pada poin d berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1997).

Tabel 6. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa

Skor Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada keterampilan berpikir orisinil contoh berdasarkan Tabel 5.

g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

% = � � � � �� � �� � � � � �

� � � 100%

2. Pengolahan data kuesioner (angket)

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap per-tanyaan.

(49)

34

%� = �

� � 100%

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban siswa

∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya Smaks = Jumlah total siswa

[image:49.595.127.379.285.405.2]

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Hubungan antara presentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian analisis keteram-pilan berpikir orisinil menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit dapat disimpulkan bahwa : keterampilan berpikir orisinil (1) pada kelompok tinggi berkriteria sangat baik dengan persen-tase siswa sebanyak 71,43%, 14,29% siswa berkriteria baik dan 14,29% siswa yang bekriteria cukup. (2) kelompok sedang, 29,41% siswa memiliki kriteria sangat baik , 58,82% siswa berkriteria baik dan 11,76% siswa yang bekriteria cukup. (3) kelompok rendah, 14,29% siswa memiliki kriteria sangat baik, 28,57% siswa berkriteria baik dan 57,14% siswa berkriteria cukup.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa : 1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penerapan model

(51)

53

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

ASCD. Alexandria.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Elyani, I. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang. Skripsi.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta.

Evans, J. R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Hurlock, E.E. 1978. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta.

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis KompetensiPanduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

(53)

55

Marlinda, M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengidentifikasi Kesimpulan Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Munandar, S.C.U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

______. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum

Associates Publesher. New Jersey.

Pannen, P.D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Kencana Pramuda Media Group. Jakarta. Sanjaya, W. 2013. Penelitian Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandarlampung.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology Theory and Practice. Fourth Edition. Allin and Bacon. Massachusetts.

Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Sekarmita. Jakarta.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Jakarta.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syamsuri, M. M. F. 2011. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui representasi makroskopis dan mikroskopis. Skripsi. FKIP Unila.

(54)

56

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi IV).

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

______. 2013a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemdikbud. Jakarta.

______. 2013b. Rasional Kurikulum 2013. Kemdikbud. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

______. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam pembelajaran IPA. FKIP Press. Bengkulu. Winarti, A. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada

Materi Koloid dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil.

Gambar

Tabel
Tabel 1.  Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude)
gambar atau membuat disain.
Tabel 1. ( Lanjutan )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tepung biji karet sebagai substitusi tepung kedelai dalam pakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan tidak berpengaruh nyata terhadap survival rate (SR)..

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Talang Jawa wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten OKU

 Kenyal untuk produk yang plastis yang bersifat deformasi  Keras untuk produk padat yang tidak bersifat deformasi  Pada pengukuran kekerasan, gaya tekan akan memecahkan

Selain itu menurut Ghani (2003) premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan yang ditetapkan pengusaha/perusahaan. Pembuatan dan

Perbedaan dengan penelitian ini adalah difokuskan pada kadar TGF-β1 dan volum kolagen di ginjal pada tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% setelah diberi kuersetin dengan

huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,

Tahapan tersebut antara lain pengumpulan citra sampel, proses training, pengujian deteksi objek dengan haar-cascade, dan pengujian fine search menggunakan local

Teror intensif yang dilakukan oleh Lekra itu menyebabkan banyak sastrawan, seniman, dan budayawan menggabungkan diri dengan Lelaa. Mereka berpendapat bahwa kalau tidak