• Tidak ada hasil yang ditemukan

akuntansi keuangan lanjutan 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "akuntansi keuangan lanjutan 2"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

RERANGKA KONSEPTUAL

1. Pengertian Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (Belkaouli, 1993). Hal ini disebabkan struktur rerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang di dasarkan pada proses penalaran logis (logical normative). Atas dasar penalaran ini, teori merupakan proses pemikiran menurut rerangka konseptual tertentu untuk

menjelaskan apa yang harus di lakukan apabila ada fakta atau fenomena baru.

FASB (1978) mendefinisikan rerangka konseptual sebagai suatu format yang saling berkait sebagai berikut : “….suatu format yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang di harapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi, serta keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan”.

Ada beberapa pihak yang memandang rerangka konseptual sebagai “ konsistensi” (Undang-Undang Dasar), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar. Hal ini di lakukan dengan cara mempersempit permasalahan sehingga dapat di tentukan apakah standar tertentu sesuai dengan rerangka konseptual.

2. Perumusan Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual dimulai dari penentuan tujuan, yang merupakan landasan untuk menyusun elemen yang lain seperti karakteristik kualitatif dari informasi, elemen laporan keuangan dan pengakuan/pengukuran. Proses perumusan rerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evolusi yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek sebelumnya seperti A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) tahun 1966 oleh AAA, Basic Concept and Accounting Principles Underlying Financial Statement of Business Enterprises (APB Opinion No. 4) tahun 1970 oleh APB,

Objectives of Financial Statement (Trueblood Committee Report) tahun1973 oleh AICPA, Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) tahun 1977 oleh AAA, dan Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no. 1,2,3,4,5,6 tahun 1978, 1980, 1980, 1984, dan 1985 oleh FASB.

Selanjutnya hanya ditekankan pada rerangka konseptual FASB. Adanya kebutuhan akan rerangka konseptual mendorong FASB mengeluarkan Discussion Memorandum berjudul “ Conceptual Rerangka for Financial Accounting and Reporting : Elements of Financial Statements and Their Measurement “ pada tahun 1976. Hasil kerja dan tulisan tersebut akhinya pada perioda 1978-1985 dihasilkan enam komponen rerangka konseptual dan diberi nama Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) sebagai berikut :

(2)

b). SFAC No. 2 : Qualitative Charateristics of Accounting Information tahun 1980. Isi : kualitas informasi yang harus dipenuhi dalam pelaporan

keuangan.

c). SFAC No. 3 : Elemennts of Financial Statements of Business

Enterprises tahun 1980. Isi : tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan organisasi nir laba.

d). SFAC No. 4 : Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness

Organizations tahun 1980. Isi : kriteria pengakuan dan atribut pengukuran elemen laporan keuangan.

e). SFAC No. 5 : Recognition dan Measurement in Financial Statement of Business Enterprises tahun 1984. Isi : Definisi dan karakteristik elemen laporan keuangan.

f). SFAC No. 6 : Elements of Financial Statements: A Replacement of FASB Concepts Statement No. 3 tahun 1985. Isi : mengganti SFAC No. 3 dan berlaku juga bagi organisasi nir laba.

Penjelasan gambar diatas sebagai berikut :

A. Level satu dan dua dijabarkan sebagai berikut :

1. SFAC No. 1 (Level Pertama : Tujuan Pelaporan Keuangan).

Pada level pertama rerangka konseptual menjelaskan tujuan pelaporan keuangan dan menjelaskan dimensi pelaporan keuangan (financial reporting) yang memiliki cakupan yang berbeda dengan laporan keuangan (financial statement). SFAC No. 1, disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan (financial reporting) tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan (financial statement) tetapi juga media pelaporan lainnya.

2) SFAC No. 2 (Level Kedua : Karakteristik Kualitatif dan Elemen Laporan Keuangan).

(a). Karakteristik Kualitatif Dari Informasi

FSAB dalam SFAC No. 2 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif dimaksudkan untuk memberi kriteria dasar dalam memilih : alternatif metoda akuntansi dan pelaporan keuangan dan persyaratan

pengungkapan (disclosure). (1) Relevan

Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki manfaat, sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Atau dengan kata lain, relevan merupakan kemampuan dari suatu informasi untuk mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya sehingga keberadaan informasi tersebut mampu mengubah atau mendukung harapan mereka tentang hasil-hasil atau konsekuensi dari tindakan yang diambil.

(2) Keandalan (reability)

(3)

dihasilkan. Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan suatu informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan/peristiwa yang digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (representational faithfulness).

(3) Daya banding dan konsistensi

Suatu informasi dikatakan bermanfaat kalau informansi tersebut dapat saling diperbandingkan baik antar perioda maupun antar perusahaan. Disampingitu, informasi dikatakan bermanfaat kalau ada konsistensi dalam proses penyajiannya.

(4) Pertimbangan cost-benefit

Pertimbangan cost-benefit dipandang sebagai kendala yang dihadapi dalam penyajian informasi keuangan. Informasi akuntansi keuangan akan diupayakan untuk disajikan dalam laporan keuangan, selama manfaat yang diperoleh dari penyajian informasi tersebut melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya. Oleh karena itu, sebelum menyajikan informasi, manfaat yang akan diperoleh dari informasi tersebut harus dibandingkan dengan biaya yang akan timbul.

(5) Materialitas

Materialitas merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam mengakui suatu informasi akuntansi. Pertimbngan utama dalam konsep ini adalah apakah penyajian informasi tertentu akan

mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan yang diambil. Masalah yang timbul dalam menentukan tingkat materialitas suatu informasi adalah tidak adanya aturan terhadap konsep tersebut. Sampai saat ini tidak ada konsep umum terhadap materialitas. Penentuan tingkat materialitas suatu informasi akhirnya diserahkan pada pertimbangan profesional.

3). SFAC No. 5 (Level Kedua : Pengakuan dan Pengukuran).

SFAC No. 5, “ Recognition and Measurement in Financial Statement by Business Enterprises “, dimaksudkan untuk mengatasi masalah masalah yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran. Dalam kaitannya dengan pengakuan, SFAC No. 5, menyebutkan bahwa kriteria pengakuan pada umumnya konsisten dengan praktik akuntansi berjalan dan tidak ada perubahan radikal. Ditambahkan, pengungkapan dengan

menggunakan media pelaporan yang lain diluar pelaporan keuangan bukan merupakan suatu pengakuan.

Dalam SFAC No. 5 disebutkan bahwa kriteria yang digunakan untuk mengikuti elemen laporan keuangan didasarkan pada empat faktor sebagai berikut :

(a). Definisi : pos akan diakuai apabila memenuhi definisi elemen laporan keuangan.

(b). Keterukuran : pos tersebut memiliki atribut yang dapat diukur dengan cukup andal.

(4)

(d). Keandalan : informasi menggambarkan keadaan sebenarnya secara wajar, dapat diuji kebenarannya dengan netral.

Dalam kaitannya dengan pengukuran, SFAC No. 5, FASB melalui

discussion memorandum, mengakui adanya 5 dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset dan utang, yaitu :

(a). Kos historis ( Historical cost ), yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai siap untuk digunakan.

(b). Cost pengganti terkini ( Current replacement ), yaitu jumalh kas atau setaranya yang harus dibayar jika aset yang sejenis/sama diperoleh pada saat sekarang.

(c). Nilai pasar terkini ( Current market value ), yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh dengan menjual aset kegiatan penjualan normal.

(d). Nilai bersih yang dapat direalisasi ( Net realisable value ), yaitu jumlah kas atau setaranya (tanpa pendiskontoan) yang diperoleh jika aset diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (biaya produksi dan penjualan).

(e). Nilai sekarang aliran kas mendatang ( Present value of future cast flow ), yaitu nilai sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aset dijual pada masa yang akan datang. 4). SFAC No. 6 (Level Kedua : Elemen Laporan Keuangan ).

SFAC No. 6, “ Elements of Financial Statement of Business Enterprises “, dijelaskan bahwa ada sepuluh elemen laporan keuangan, yaitu :

a. Aset ( assets ) adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu.

b. Utang ( liabitilies ) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang berasal dari kewajiban sekarang suatu entitas untuk mentrasfer aset atau menyerahkan jasa pada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.

c. Ekuitas ( equity ) adalah hak sisa (residual interest) atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan utang. Dalam perusahaan bisnis, ekuitas sama dengan hak pemilik.

d. Investasi oleh pemilik ( investment by owners ) adalah kenaikan aset neto suatu perusahaan yang berasal dari transfer entitas lain ke

perusahaan tersebut atas sesuatu yang bernilai untuk memperoleh atau meningkatkan hak kepemilikan (atau ekuitas) dalam perusahaan

tersebut.

e. Distribusi pada pemilik ( distribution to owners ) adalah penurunan aset neto suatu perusahaan yang berasal dari transfer aset, penyerahan jasa, atau penambahan utang oleh perusahaan kepada pemilik.

(5)

g. Pendapatan ( revenue) adalah aliran masuk kenaikan aset suatu entitas atau penurunan utang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama satu perioda, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya, yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.

h. Biaya ( expenses ) adalah aliran keluar atau pemakaian aset suatu entitas, atau penambahan utang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama satu perioda, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.

i. Keuntungan ( gains ) adalah kenaikan ekuitas (aset neto) dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu perioda diluar transaksi yang berasal dari pendapatan dan investasi oleh pemilik.

j. Kerugian ( losses ) adalah penurunan ekuitas (aset neto) dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu perioda diluar transaksi yang berasal dari biaya dan distribusi pada pemilik.

B. Level Ketiga : Postulate, Prinsip dan Keterbatasan 1. Postulat akuntansi (asumsi/konsep dasar)

Postulat akutansi adalah pernyataan atau aksioma yang kebenarannya terbukti dengan sendirinya, serta menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosioligi dan hokum tempat akuntansi dipraktikan.

a. Kesatuan usaha (The Economic Entity)

Akuntansi memandang badan usah sebagai unit usaha yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan terpisah dari pemilik yang menanamkan modal kedalam badan usaha tersebut. Atas dasar asumsi ini, akuntansi hanya dapat dipraktikkan apabila ada pemisahan yang jelas antara pemilik entitas dengan perusahaan (diwakili manajer).

b. Kontinuitas usaha (Going Concern)

Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana yang pasti bahwa

perusahaan akan dibubarkan, maka kegiatan perusahaan dianggap akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.

c. Penggunaan unit moneter (Monetary Unit)

Semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi. Daya beli unit moneter dianggap stabil dan perubahan daya beli uang yang terjadi tidak mempengaruhi laporan keuangan. Implementasi dari asumsi ini adalah laporan keuangan utama hanya menyajikan informasi yang dapat dinyatakan dalam unit moneter. Sementara informasi yang tidak dapat dikuantifikasi disajikan dalam catatan atas laporan keuangan atau media pelaporan lainnya.

(6)

Kegiatan perusahaan dianggap berjalan terus dari perioda ke perioda, sehingga hasil sebenarnya dari kegiatan perusahaan hanya dapat

diketahui bila perusahaan dihentikan (dilikuidasi). Namun demikian, pihak tertentu seperti manajemen atau pemakai lainnya memerlukan informasi yang tepat waktu untuk mengendalikan jalannya perusahaan dan

pengambilan keputusan.

2. Prinsip Akuntansi (Accounting Principles)

Prinsip akuntansi diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan umum dan universal yang dijadikan sebagai obyek pengetahuan akuntansi dalam konteks teoritis dan menjadi landasan pengembangan teknik akuntansi. a. Harga Pertukaran (The Historical Cost Principle)

Menurut prinsip kos, dasar penilaian yang paling tepat adalah acquisition cost (historical cost). Artinya, semua transaksi yang berkaitan dengan aset, utang, modal, pendapatan, dan biaya dicatat menurut harga pertukaran (exchange price) pada tanggal terjadinya transaksi. Harga pertukaran merupakan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli dalam suatu transaksi yang bebas.

b. Prinsip Pendapatan (The Revenue Principles)

Prinsip pendapatan mengatur tentang, jenis komponen pendapatan, pengukuran pendapatan, dan pengakuan pendapatan. Elemen yang akan dimasukkan sebagai komponen pendapatan sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan dalam menginterprestasikan pendapatan. c. Prinsip Penanding (The Matching Principle)

Agar dapat ditentukan besar laba/rugi, biaya (expenses) harus ditandingkan dengan pendapatan pada perioda yang sama. Ada tiga dasar penandingan yang dapat digunakan yaitu : hubungan sebab akibat, alokasi sistematis dan rasional, pembebanan segera.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh (The Full Diclosure Principles) Laporan keuangan harus mampu menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan selama perioda tertentu dan melaporkan informasi yang cukup sehingga laporan tersebut bermanfaat bagi investor dan tidak menyesatkan.

3. Kendala (Constraint)

Dalam menyajikan informasi yang berkualitas, akuntansi dihadapkan pada dua kendala utama yaitu hubungan biaya-manfaat dan materialitas. Dua kendala lainnya yang berkaitan dengan lingkungan adalah praktik industri dan konservatisme.

a. Cost-Benefit Relationship. Penyajian informasi pasti memerlukan biaya tertentu. Biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan dan

pengolahan data, biaya auditing, biaya pengungkapan, serta biaya untuk analisis/interprestasi.

b. The Materiality Principle. Akuntansi hanya

melaporkan/berkepentingan dengan informasi keuangan yang dianggap material dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan.

(7)

karena itu, materialitas suatu transaksi tergantung pada judgement penyusunan laporan keuangan.

c. Industri Practice. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian laporan keuangan adalah adanya praktik industri tertentu yang sering kali menyimpang dari teori dasar akuntansi. Misalnya, bank serng kali melaporkan investasi sekuritas berdasarkan nilai pasarnya karena sekuritas tersebut memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi.

d. The Conservatism Principle. Apabila perusahaan memilih satu

diantara dua teknik akuntansi yang ada, makaharus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Teknik yang dipilih adalah yang menghasilkan nilai aset dan pendapatan rendah, atau yang menghasilkan nilai utang dan biaya yang paling tinggi.

3. RERANGKA KONSEPTUAL USA vs INDONESIA

IAI mengambil kebijakan untuk mengadopsi rerangka konseptual yang disusun oleh IASC sebagai dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan tersebut disetujui oleh Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh Pengurus Pusat IAI pada tanggal 7 September 1994. IAI menamakan rerangka konseptual Indonesia dengan istilah “Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”. Secara ringkas penjelasan sebagai berikut :

a. Tujuan Dan Ruang Lingkup

Tujuan rerangka konseptual tersebut pada intinya sejalan dengan tujuan rerangka konseptual milik FASB. Tujuan rerangka konseptual (konsep dasar) adalah untuk membantu berbagai pihak dalam mencapai tujuan berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul. Rerangka konseptual dapat digunakan sebagi acuan berbagai pihak yaitu :

1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;

2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah-masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan; 3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan

4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

b. Tujuan Dan Pemakaian Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, prestasi (hasil usaha) perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

(8)

investasi (informasi terpenting berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen);(2) kreditor. Informasi akuntansi dibutuhkan untuk memutuskan pemberian pinjaman dan bunga; (3) pemasok. Informasi akuntansi dibutuhkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utangnya pada saat jatuh tempo; (4) karyawan. Informasi akuntansi dibutuhkan berkaitan dengan stabilitas, profitabilitas, kemampuan memberi pensiun, dan kesempatan kerja; pelanggan.

Informasi akuntansi dibutuhkan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan terutama jika ada perjanjian jangka panjang dengan

perusahaan; pemerintah. Informasi akuntansi dibutuhkan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, menyusun statistik pendapatan nasional, dll; serta masyarakat. Informasi akuntansi

dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan.

c. Asumsi Dasar

1. Dasar akrual. Atas dasar asumsi ini, pengaruh pristiwa atau transaksi diukur dan diakui/dicatat dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, bukan pada saat diterima atau dikeluarkannya kas.

2. Kelangsungan hidup. Atas dasar asumsi ini perusahaan akan hidup terus dan akan melanjutkan usahanya di masa mendatang atau dengan kata lain, perusahaan dianggap tidak bermaksud melikuidasi usahanya dan memperkecil atau mengurangi secara material skala usahanya.

d. Karakteristik Kualitatif Dan Kendala Informasi

Karakteristik kualitatif IAI sama dengan FASB yaitu : dapat dipahami (understandability), relevan, kandalan (reliability), dan daya banding (comparability). Masing-masing elemen kualitas tersebut juga sangat tergantung pada kualitas lainnya seperti yang diungkapkan oleh FASB. Misalnya, relevan dipengaruhi oleh kualitas predictive value, feedback value, dan timeliness.

IAI juga mengakui adanya kendala dalam penyajian informasi yang

memenuhi kualitas informasi di atas. Kendala tersebut meliputi ketepatan waktu penyajian, keseimbangan antara biaya dan manfaat, dan

keseimbangan antara biaya dan manfaat, dan keseimbangan diantara karakteristik kualitatif.

e. Elemen Laporan Keuangan

Jika FASB ada sepuluh elemen, IAI hanya mengakui 5 elemen laporan keuangan, yaitu :

1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan (p 49a);

(9)

3. Ekuitas adalah hak residu atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (p 49c);

4. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selam satu perioda akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (p 70a); dan

5. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk aliran keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal (p 70b).

f. Pengakuan Dan Pengukuran

Pengakuan artinya pos-pos terdefinisi (dengan kata-kata) dan jumlah rupiah tertentu dicantumkan dalam neraca atau laporan rugi laba. Kriteria pengakuan yang dikemukakan oleh IAI lebih sederhana dibandingkan FASB. Menurut IAI, pos yang memenuhi definisi elemen laporan keuangan harus diakui apabila (p 83) : ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Pengukuran adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk mengakui dan memasukkan setiap elemen laporan keuangan ke dalam neraca atau laporan rugi laba. Dasar pengukuran tersebut adalah (p 100):

1. Kos historis (historical cost). Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau ke dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam

pelaksanaan usaha yang normal.

2. Biaya terkini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang;

3. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/statement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly

disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal; dan

(10)

diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Kesimpulan

Rerangka konseptual merupakan suatu format yang koheren tentang tujuan dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan

pelaporan keuangan. Indonesia melalui IAI mengambil kebijakan untuk mengadopsi rerangka konseptual yang disusun oleh IASC sebagai dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Tujuan rerangka konseptual akuntansi di Indonesia pada intinya sejalan dengan tujuan rerangka konseptual milik US, yaitu untuk membantu berbagai pihak dalam mencapai tujuan berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul.

Kelompok 3

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI

Menurut "Prinsip Akuntansi Indonesia 1984" konsep-konsep yang mendasari pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan Akuntansi

Pada dasarnya perusahaan dianggap terpisah dari pemiliknya. Dengan kata lain, harta atau kekayaan perusahaan dipisahkan dari harta atau kekayaan pemilik. Semua setoran pemilik pada perusahaan dicatat

sebagai tambahan modal perusahaan, sedangkan pengambilan kekayaan oleh pemilik dicatat sebagai pengurangan modal melalui perkiraan prive. Inilah yang dimaksud dengan konsep kesatuan akuntansi (Business Entity Concept).

Pemisahan tersebut merupakan faktor utama untuk membebani pada perusahaan, sebagai suatu kesatuan akuntansi, dengan

kewajiban-kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keuangan perusahaan pada pihak-pihak yang berkepentingan.

(11)

departemen atau divisi dan merupakan bagian dari laporan keuangan perusahaan yang lengkap.

2. Kesinambungan

Suatu kesatuan ekonomi diasumsikan akan terus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan, kecuali bila ada bukti sebaliknya. Asumsi ini memberikan dukungan yang kuat untuk penyajian aktiva berdasarkan harga perolehannya dan bukan atas dasar nilai kontan aktiva tersebut atau nilai yang dapat direalisasi pada saat likuidasi. Contoh yang jelas dari dianutnya konsep kesinambungan ini adalah dalam pelaporan aktiva tetap; aktiva dicatat menurut harga perolehannya dan disusutkan dengan cara yang sistematis tanpa adanya petunjuk mengenai nilai yang dapat direalisasi pada saat pelaporan. .

3. Periode Akuntansi

Ada dua alasan utama perlunya penerapan konsep ini. Pertama, gambaran yang lengkap dan tepat mengenai kesuksesan suatu

perusahaan hanya bisa diperoleh pada saat perusahaan itu menghentikan kegiatannya dan mencairkan hartanya menjadi kas. Akan tetapi, banyak keputusan yang harus diambil selama berlangsungnya kegiatan

perusahaan dan tidak mungkin menunggu sampai perusahaan itu menghentikan usahanya. Karena perusahaan dianggap selalu

melaksanakan kegiatan usahanya (Going Concern), maka kegiatannya dibagi dalam periode-periode sehingga perkembangan perusahaan dapat dicatat secara periodik pula. Dengan penyajian laporan keuangan secara periodik, diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

Alasan kedua, adalah perlunya informasi akuntansi secara periodik untuk maksud-maksud perencanaan perusahaan. Untuk itu diperlukan laporan keuangan yang tepat, dalam arti harus menyajikan data yang sesuai dengan periode laporan keuangan. Oleh karena itu, transaksi-transaksi perusahaan harus dicatat pada saat terjadinya. Misalnya, pada bulan Desember 1985 perusahaan berhak atas penghasilan sewa sebesar Rp.150.000, tetapi menurut perjanjian baru akan diterima pada tanggal 15 Januari 1986. Menurut konsep ini, penghasilan sewa tersebut harus di-catat sebagai penghasilan tahun 1985.

4. Pengukuran dalam Nilai Uang

Mengingat peranan khusus unit moneter sebagai alat peng-ukur/pertukaran di dalam perekonomian, akuntansi keuangan

(12)

5. Harga Pertukaran

Akuntansi mengasumsikan bahwa harga yang disetujui pada saat terjadinya suatu transaksi ditentukan secara objektif oleh pihak-pihak yang bersangkutan serta didukung oleh bukti-bukti yang dapat diperiksa kelayakannya oleh pihak bebas (netral), dan karenanya merupakan dasar paling tepat untuk pencatatan akuntansi. Berdasarkan asumsi ini,

transaksi keuangan harus dicatat sebesar harga pertukaran, yaitu jumlah uang yang harus diterima atau dibayarkan untuk transaksi itu. Misalnya, pada tahun 1980 perusahaan membeli kendaraan seharga

Rp.15.000.000. Bila tidak ada perubahan-perubahan yang menyebabkan kapitalisasi biaya, maka sampai tahun 1985 harga kendaraan yang tercantum pada laporan keuangan tetap sebesar Rp.15.000.000. Meskipun demikian, dengan dianutnya konsep ini tidak berarti bahwa seluruh aktiva yang diperoleh harus tetap menunjukkan jumlah harga semula selama jangka waktu hidup perusahaan. Sejalan dengan

berlalunya waktu, harga aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan mengalami perubahan, baik karena pengalokasian harga perolehan aktiva yang bersangkutan sepanjang masa manfaatnya, atau disebabkan oleh aktivitas tertentu dari perusahaan dalam rangka memperoleh

pendapatan.

6. Penetapan Beban dan Pendapatan

Penentuan laba periodik dan posisi keuangan dilakukan berdasarkan metode akrual yaitu dikaitkan dengan pengukuran aktiva dan kewajiban serta perubahannya pada saat terjadinya, bukan hanya sekadar

pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang. Penentuan laba periodik pada dasarnya menyangkut dua masalah, yaitu pengakuan pendapatan selama periode dan penentuan beban yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Pendapatan dihitutng sesuai dengan prinsip realisasi, yaitu pada saat transaksi pertukaran telah terjadi. Pembebanan biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan

pendapatan dan dilaporkan dalam periode diakuinya pendapatan; namun untuk biaya tertentu-meskipun tidak dapat dihubungkan dengan

pendapatan, pelaporan dilakukan dalam periode terjadinya beban, karena beban tersebut memberikan manfaat untuk periode berjalan atau tidak memberikan manfaat lagi .untuk masa mendatang.

Konsep Dasar Akuntansi

a. Kesatuan akuntansi artinya akuntansi harus diselenggarakan sesuai ruang lingkup kepentingannya. Misalnya: Pemilik tidak boleh membebankan biaya pembelian sembako untuk keperluan

keluarga ke dalam akuntansi.

b. Kesinambungan artinya akuntansi diselenggarakan dengan asumsi akan terus melakukan usahanya dan tanpa bermaksud akan

dibubarkan. Betapa ruginya jika anda mengeluarkan modal besar, tapi tiba-tiba perusahaan anda gulung tikar, tentu mubazir bukan. Lakukanlah riset sebelum menjalankan usaha anda.

(13)

d. Periode akuntansi artinya laporan akuntansi dalam hal ini laporan keuangan harus menyajikan informasi untuk waktu atau periode tertentu.

Kelompok 4

Apa itu GAAP? GAAP adalah singkatan dari Generally Accepted Accounting Principles atau Prinsif-prinsif Standar Akuntansi Keuangan berlaku umum. GAAP adalah standar umum akuntansi dan perusahaan go public yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur informasi keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas dalam pelaporan keuangan, serta mengungkapkan informasi pendukung tertentu.

Salah satu alasan untuk menggunakan GAAP adalah agar pembaca laporan keuangan dibeberapa perusahaan memiliki dasar yang memadai untuk perbandingan, karena semua perusahaan yang menggunakan GAAP telah membuat laporan keuangan dengan menggunakan aturan yang sama.

yang termasuk susunan GAAP yaitu : 1. Laporan keuangan

2. Aktiva 3. Kewajiban 4. Keadilan 5. Pendapatan 6. Beban

7. Penggabungan usaha 8. Derivatif dan lindung nilai 9. Nilai wajar

10. Mata uang asing 11. Sewa

12. Non moneter transaksi

13. Kejadian setelah tanggal neraca

Khusus industri akuntansi, seperti maskapai penerbangan, kegiatan ekstraktif, dan perawatan kesehatan GAAP berasal dari pernyataan dari serangkaian disponsori pemerintah entitas akuntansi, di mana Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) adalah yang terbaru. Komisi

Sekuritas dan Bursa juga masalah pernyataan akuntansi melalui Buletin Akuntansi Staf dan pengumuman lain yang hanya berlaku untuk

(14)

negara . GAAP jauh lebih dari aturan berbasis dari IFRS. IFRS lebih

berfokus pada prinsip-prinsip umum dari GAAP, yang membuat IFRS kerja jauh lebih kecil, bersih, dan lebih mudah dipahami daripada GAAP.

Ada beberapa kelompok kerja yang secara bertahap mengurangi perbedaan antara GAAP dan kerangka kerja akuntansi IFRS, sehingga akhirnya harus ada perbedaan kecil dalam hasil yang dilaporkan bisnis jika beralih antara dua kerangka kerja.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Pengertian SAK

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam

prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP.

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan,

memudahkan auditor serta Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012 mendatang.

Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkanSAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.

Berikut ini penjelasan dari macam-macam SAK tersebut : 1. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS akan diterapkan secara utuh pada tahun 2012. Saat ini masih dalam proses konvergensi. Proses ini melalui tahap adopsi pada tahun 2008-2010 kemudian tahun ini memasuki tahap persiapan akhir sebelum tahap implementasi di tahun 2012.Pada PSAK ini wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas public seperti : Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini adalah memberikan informasi yang relevan bagi user laporan keuangan.

Lalu Kenapa Indonesia mengadopsi IFRS ?

(15)

Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai accounting standard. Selain itu konvergensi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 Forum. Pada pertemuan pemimpin G20 di Wahington DC, pada 15 November 2008 didapati hasil : “Strengthening Transparency and Accountability” yang kemudian pada 2 April 2009 di London pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk : Strengthening Financial Supervision and Regulation “to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high‐quality global accounting standards.”

MANFAAT IFRS

Manfaat dari penerapan IFRS sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya banding laporan keuangan

2. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional

3. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan 4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional

dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis

5. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.

Karakter IFRS

IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu :

 Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga

harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut

 Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan

evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi

 Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard

akuntansi.

IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan pengungkapan(disclosure) yang lebih banyak baik kwantitatif maupun kualitatif.

2. SAK-ETAP

(16)

ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK ini diterapkan secara

retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara prospektif yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui asset dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.

Manfaat SAK ETAP

Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya.

Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :

1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana

2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan

3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas 4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak

sebanyak untuk PSAK-IFRS

5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK ini.

3. PSAK Syariah

PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.

PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari : 1. Kerangka Konseptual

2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah 3. Akuntansi Murabahah

4. Musyarakah 5. Mudharabah 6. Salam

(17)

4. SAP

SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk entetitas pemerintah dalam

menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar 2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP 3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja

4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja 5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja

6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan 7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)

8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)

9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian 10.Finalisasi Standar

Jadi SAP disusun hanya untuk instalasi kepemerintahan baik pusat

maupun daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan adanya SAP maka akan ada transparansi,

parisipaso dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara sehingga dapat mewujudkan pemerintahan yang baik.

Pengertian SAK dan SAP

Pengertian SAK

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam

prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS, IFRS, ETAP, GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP.

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan,

(18)

untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012 mendatang.

Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi

Pemerintah.

Berikut ini penjelasan dari macam-macam SAK tersebut : 1. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS akan diterapkan secara utuh pada tahun 2012. Saat ini masih dalam proses konvergensi. Proses ini melalui tahap adopsi pada tahun 2008-2010 kemudian tahun ini memasuki tahap persiapan akhir sebelum tahap implementasi di tahun 2012.Pada PSAK ini wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas public seperti : Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini adalah memberikan informasi yang relevan bagi user laporan keuangan.

Lalu Kenapa Indonesia mengadopsi IFRS ?

Indonesia mengadopsi IFRS karena Indonesia adalah bagian dari IFAC yang sudah pasti harus mematuhi SMO(Statement Membership

Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai accounting standard. Selain itu konvergensi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 Forum. Pada pertemuan pemimpin G20 di Wahington DC, pada 15 November 2008 didapati hasil : “Strengthening Transparency and Accountability” yang kemudian pada 2 April 2009 di London pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk : Strengthening Financial Supervision and Regulation “to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high‐quality global accounting standards.”

Manfaat IFRS

Manfaat dari penerapan IFRS sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya banding laporan keuangan

2. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional

3. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan 4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional

dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis

(19)

meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.

Karakter IFRS

IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu :

 Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga

harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut

 Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan

evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi

 Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard

akuntansi.

IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kwantitatif maupun kualitatif.

2. SAK-ETAP

SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.

ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK ini diterapkan secara

retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara prospektif yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui asset dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.

Manfaat SAK ETAP

Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya.

Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :

(20)

2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan

3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas 4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak

sebanyak untuk PSAK-IFRS

5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK ini.

3. PSAK Syariah

PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan dengan model PSAK umum namun PSAK ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.

PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari : 1. Kerangka Konseptual

2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah 3. Akuntansi Murabahah

4. Musyarakah 5. Mudharabah 6. Salam

7. Istishna 4. SAP

SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP

(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar 2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP 3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja

4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja 5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja

(21)

8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)

9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian 10.Finalisasi Standar

Jadi SAP disusun hanya untuk instalasi kepemerintahan baik pusat

maupun daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan adanya SAP maka akan ada transparansi,

(22)

Pengertian SAP

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip

akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta pwningkatan kualitas LKPP dan LKPD.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah (PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) atau Buletin Teknis SAP. IPSAP dan Buletin Teknis SAP disusun dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan (KSAP) dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Rancangan IPSAP disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum IPSAP diterbitkan.

IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah tafsir pengguna PSAP. Sedangkan Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan

menjelaskan secara teknis penerapan PSAP atau IPSAP. SAP Berbasis Akrual

Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan

finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan

anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan

dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut

merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

(23)

Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum

dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

PSAP Dalam Dua Basis SAP

SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Lampiran I untuk SAP Berbasis Akrual dan Lampiran II untuk SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.

PSA

- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

PenyajianLaporan Keuangan Lampiran I.02

Lampiran II.02

PSAP 02

Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas Lampiran I.03

Lampiran II.03

PSAP 03

Laporan Arus Kas Lampiran I.04

Lampiran II.04

PSAP 04

Catatan atas Laporan Keuangan Lampiran I.05

Lampiran II.05

PSAP 05

Akuntansi Persediaan Lampiran I.06

Lampiran II.06

PSAP 06

Akuntansi Investasi Lampiran

I.07

(24)

PSAP 07

Akuntansi Aset Tetap Lampiran

I.08

Lampiran II.08

PSAP 08

Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Lampiran I.09

Lampiran II.09

PSAP 09

Akuntansi Kewajiban Lampiran

I.10

Lampiran II.10

PSAP 10

Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi

Akuntansi, danOperasi yang Tidak Dilanjutkan

Laporan Keuangan Konsolidasian Lampiran I.12

Lampiran II.12

PSAP 12

Laporan Operasional Lampiran I.13

-Perubahan PSAP

Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat

pertimbangan dari BPK. Rancangan perubahan PSAP disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP.

Rancangan perubahan PSAP disampaikan oleh KSAP kepada Menteri Keuangan. Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan PSAP kepada BPK untuk mendapat pertimbangan. Yang dimaksud dengan "perubahan" adalah penambahan, penghapusan, atau penggantian satu atau lebih PSAP.

Sistem Akuntansi Pemerintahan

Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan

gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi

dengan Menteri Dalam Negeri.

Selain mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan, dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah, gubernur/bupati/walikota mengacu pula pada peraturan daerah dan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaankeuangan daerah.

(25)

PERBEDAAN ANTARA SAP DAN SAK

Terdapat perbedaan antara Standar Akuntansi Pemerintah dan Atandar Akuntansi Keuangan sebagai berikut:

1. Perbedaan SAK dan SAP, SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa untuk rakyat, sementara SAK

digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab mencari laba untuk pemilik/pemegang saham.

2. Perbedaan SAK dengan SAP, SAK menggunakan basis akrual sedangkan SAP menggunakan basis kas menuju akrual.

contohnya :

A. Pengakuan pendapatan, dalam laporan keuangan BLU (Badan Layanan Umum) versi SAK seluruh pendapatan yang secara akrual telah terjadi pasti akan dilaporkan, namun dalam laporan keuangan versi SAP hanya pendapatan yang telah diterima kasnya saja yang akan dilaporkan. B. Penyusutan aset tetap, SAK mewajibkan dilakukan perhitungan penyusutan akan tetapi SAP justru tidak menghitung penyusutan tersebut.

3. Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan keuangannya. Yang berbeda dari SAP adalah tidak adanya laporan

rugi/laba dalam Pemerintahan dikenal dengan laporan kinerja keuangan (surplus/defisit). Laporan ini mengukur keberhasilan operasi entitas selama periode tertentu. Keberhasilan digambarkan dari kemampuan entitas dalam menciptakanan surplus. Surplus terjadi bila total

pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan defisit bila total pendapatan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Informasi dari laporan surplus/defisit sangat penting bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan mengenai profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit.

SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab mencari laba untuk pemilik/pemegang saham. Namun, setidaknya, kita dapat melihat sejauh mana kedua standar tersebut memenuhi pertanggung jawabannya masing-masing penggunanya. Pada KKAP ruang lingkupnya meliputi:

a. tujuan kerangka konseptual;

b. lingkungan akuntansi pemerintahan;

c. pengguna kebutuhan informasi para pengguna; d. entitas pelaporan;

(26)

g. defenisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. (KKAP Paragraf 4) Sementara pada KDPP-LK, ruang lingkupnya meliputi:

· tujuan laporan keuangan;

· karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;

· defenisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan; dan

· konsep modal serta pemeliharaan modal. (KDPP-LK, paragraf 05).

Analisis Komparasi Kerangka Konseptual SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah).

SAK

Pengertian Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan perusahaan.

SAP

prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Tujuan SAK

Sebagai acuan bagi: Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya, penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan, auditor, dalam memberikan pendapat mengena iapakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yangberlaku umum, serta para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Tujuan SAP

Sebagai acuan bagi: Penyusun standar, penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar, pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar, serta para pengguna laporan keuangan.

Ruang Lingkup SAK

Ruang Lingkup Kerangka konseptual ini membahas: Tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaatin formasi dalam laporan keuangan, definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, dan konsep modal serta pemeliharaan modal.

(27)

diantara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping yang tercakup dalam laporan

keuangan .Namun demikian banyak pemakai sangat bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.

Ruang Lingkup SAP

Kerangka konseptual ini membahas: Tujuan kerangka konseptual,

lingkungan akuntansi pemerintahan, pengguna dan kebutuhan informasi parapengguna, entitas akuntansi danentitas pelaporan, peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar hokum, asumsi dasar karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala

informasi akuntansi, dan unsur-unsur yang membentuk laporan

keuangan, pengakuan, dan pengukurannya. Kerangka konseptual berlaku bagi pelaporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Pengguna Laporan Keuangan SAK

Investor, Karyawan, Pemberi pinjaman, Pemasok dam kreditur usaha lainnya, Pelanggan, Pemerintah serta Masyarakat.

Pengguna Laporan Keuangan SAP

Masyarakat, Para wakil rakyat, lembaga pemeriksa, dan lembaga pengawas, Pihak yang memberiatau berperan dalam proses donasi,investasi, dan pinjaman, serta pemerintah.

Tujuan Laporan Keuangan SAK

Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan Laporan Keuangan SAP

Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial maupun politik.

Komponen Laporan Keuangan SAK :

Neraca Laporan Arus Kas Laporan Laba/Rugi Laporan Perubahan Ekuitas Catatan atas Laporan Keuangan.

Komponen Laporan Keuangan SAP :

Neraca Laporan Arus Kas (hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan: Bendahara UmumNegara/Daerah) Realisasi APBN/APBD Catatan atas Laporan Keuangan Laporan tambahan: Laporan Kinerja Keuangan (Berbasis Akrual), Laporan perubahan ekuitas.

Asumsi Dasar SAK

(28)

Asumsi Kemandirian Entitas, Asumsi Kesinambungan Entitas Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement).

Perbedaan SAK dan SAP berikutnya yaitu pada poin ruang lingkup-nya: Poin Ruang Lingkup SAK :

1. tujuan laporan keuangan

2. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan

3. defenisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan

4. konsep modal serta pemeliharaan modal Poin Ruang Lingkup SAP :

1. tujuan kerangka konseptual

2. lingkungan akuntansi pemerintahan

3. pengguna kebutuhan informasi parapengguna 4. entitas pelaporan

5. peranan dan tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hukum 6. asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfat informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip,serta kendala informas iakuntansi

7. defenisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan

Dimasukkannya lingkungan akuntansi pemerintahan dalam ruang lingkup tersebut. Ini tentu bukan tanpa alasan. Organisasi pemerintahan

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan organisasi komersial. Sudah sepatutnya sifat lingkungan akuntansi pemerintahan dijadikan pertimbangan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan

keuangan. Karena jelas sekali bahwa organisasi pemerintahan terdiri dari berbagai entitas-entitas operasional yang tujuan pendiriannya berbeda-beda.

Contoh: Dinas pendidikan tidak mengenal istilah pendapatan dalam operasionalnya, maksudnya kas masuk dari aktivitas pokoknya (bukan pendapatan atau penerimaan dari transfer pemerintah pusat). Sementara pada dinas perhubungan, tiap hari mereka bergelut dengan penerimaan retribusi, baik itu berasal dari biaya kendaraan, timbangan kendaraan besar bermuatan ataupun izin trayek.

(29)

mereka, maka pada dinas perhubungan tujuannya, selain itu juga mempertanggungjawabkan aliran kas masuk mereka dari pendapatan retribusi. Ini juga disebabkan perbedaan target kedua entitas itu.

Perbandingan Definisi Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas menurut SAK dan SAP (SAK Kerangka Konseptual par 49 dan SAP No 1 Par 8)

Aktiva

Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang

diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber- sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Kewajiban

Hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah

Ekuitas

Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. hak residualatas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban

Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber- sumberdaya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Kewajiban

Utang yang timbul dari peristiwa masa laluyang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah Ekuitas

(30)

Kelompk 5

Pengertian Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan

PENGAKUAN

Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan pembiayaan, sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang

terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Persyaratan suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui adalah:

1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan;

(31)

PENGUKURAN

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos atau unsur laporan keuangan dalam neraca atau laporan laba rugi. Dasar pengukuran yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan lazimnya menggunakan biaya historis, dan biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Contoh, persediaan diukur berdasarkan nilai terendah antara biaya historis atau nilai realisasi bersih. Adapun berbagai dasar yang biasanya digunakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Biaya historis (historical cost). Contoh, aset dicatat sebesar

pengeluaran kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut;

2. Biaya kini (current cost). Contoh, aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dikeluarkan bila aset yang sama diperolah saat ini;

3. Nilai realisasi (realizable value). Contoh, aset dinyatakan dalam jumlah kas yang diperoleh saat ini apabila apabila aset tersebut dijual secara normal;

4. Nilai sekarang (present value). Contoh, aset dinyatakan sebesar nilai sekarang atau present value dari arus kas masuk bersih yang diterima di masa depan dari pos yang diharapkan dapat

memberikan hasil dari usaha normal perusahaan.

PENGUNGKAPAN

Pengungkapan secara umum diartikan sebagai konsep, metoda, atau media tentang bagaimana informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Dalam definisi yang lain, pengungkapan adalah penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan sebagai langkah akhir dalam proses akuntansi. Informasi tersebut meliputi statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan

pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan. Tujuan pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi yang dianggap perlu demi tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai stakeholder yang mempunyai kepentingan berbeda.

PENYAJIAN

Mengapa penyajian saya tulis terakhir setelah pengungkapan? Pertama, karena sampai saat ini saya belum menemukan definisi penyajian (yang sudah menemukan mohon dipost di sini agar bisa saya update

(32)

informasi akuntansi disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pengertian Aset (teori akuntansi)

Aset adalah elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan jika dihubungkan dengan elemen neraca yang lain yaitu modal dan kewajiban.

Pengertian Aset

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg 25):

Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular entity as a result of past transactions or events.

(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut: An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:

Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past events.

Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomik (resources) karena

manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.

Berdasar uraian diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:

1. Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.

2. Dikuasai atau dikendalikan entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih penting daripada konsep

(33)

manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau legal.

3. Timbul akibat transaksi masa lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan atau kecelakaan.

Pengukuran

Salah satu kriteria pengakuan aset adalah

keterukuran (measureability)manfaat ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang akan

dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak

andal(reliable) pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset melainkan diakui sebagai

pendapatan ketika terjadi transaksi. Penilaian

Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam

akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya

digunakan untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.

Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan

menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan.

FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:

(34)

historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.

b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.

c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.

d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.

e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan

investasi jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun

implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

Pengakuan

Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempebgaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan, dan

keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling, Belkaoui (1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi

cukup (sufficient) yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset tersebut, yaitu:

1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset

2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan dan berharga.

3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset. 4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter. 5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).

(35)

teknis atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria

pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan sifatnya konseptual atau umum.

Penyajian

Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:

a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian atas dalam neraca berformat laporan.

b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.

c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika anak perusahaan menerbitkan saham baru atau membeli saham treasuri, untuk contoh, laba atau rugi diakui oleh induk pada penjualan saham anak perusahaan kembali ke

PSAK 15 par 19 menyatakan bahwa laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi antara investor dan investee (upstream/downstream atau hilir/hulu) diakui dalam

Neraca menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu. Pengakuan aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat

Misalnya, hasil yang diharapkan dari suatu tuntutan hukum dapat memenuhi definisi baik aset dan penghasilan maupun kriteria probabilitas untuk dapat diakui; namun demikian, kalau

Beban diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur

Sert diperoleh Phill pada 1 Januari 2017 dengan harga $5,000 diatas nilai wajarc. Kelebihan diakui sebagai Tanah yang dinilai terlalu tinggi sebesar $2,000 dan sisanya sebagai Merek

Sama halnya dengan tidak adanya pengeluaran yang bersangkutan tidak mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi definisi aset dan dengan demikian terdapat kemungkinan untuk

Berdasarkan PSAK 73 paragraf 89, tujuan pengungkapan dari sisi lessor adalah agar semua informasi material yang terkait dengan transaksi leasing diungkapkan oleh lessee dalam laporan